TUGAS 3 SKOM4339 Andrian 041160264

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 2

Nama : Andrian

NIM 041160264

UPBJJ Bogor

Tugas 3 Hukum Media masa

Dewan Pers Mediasi Kementan dengan Sejumlah Media Massa

JAKARTA (ANTARA) - Dewan Pers memediasi Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian dengan
sejumlah perwakilan media massa di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Rabu (23/10/2019). Mediasi dilakukan terkait
pengaduan yang dilakukan Kepala Bagian Umum Sekretariat Ditjen Hortikultura Kementerian Pertanian, Sri
Haryati, atas pemberitaan 15 media massa soal pemberitaan laporan LSM Almisbat ke KPK soal kasus suap
bawang putih.

Mediasi dimulai sejak pukul 10.00 WIB dan berakhir pukul 12.22 WIB dengan penandatanganan risalah oleh
semua pihak baik dari pengadu dan teradu. "Dengan adanya risalah itu, maka kasus selesai di Dewan Pers sesuai
mekanisme yang ada di Undang-Undang Pers," kata Bangun.

Mediasi itu menghasilkan keputusan bahwa antaranews.com sebagai salah satu pihak teradu harus memuat hak
jawab Kementan terkait pemberitaan berjudul "Almisbat desak KPK usut tuntas suap impor bawang putih”.
“Dengan adanya mediasi itu, kedua belah pihak setuju atas penilaian Dewan Pers bahwa telah terjadi pelanggaran
Kode Etik (Jurnalistik) terhadap berita itu, yaitu tidak konfirmasi dan tidak uji informasi," ujar dia.

Sumber: https://www.antaranews.com/berita/1127404/dewan-pers-mediasi-kementerian-pertanian-dengan-
sejumlah-media-massa

Soal

1. Berdasarkan artikel di atas, jelaskan secara komperhensif model penegakan hukum dan mekanisme yang
diambil dalam penyelesaian sengketa pers antara Kementerian Pertanian dan antaranews.com!
2.  Sengketa pers antara Kementerian Pertanian dan antaranews.com melibatkan Dewan Pers sebagai
mediator, sebab Dewan Pers memiliki tugas pokok dan fungsi yang berkaitan dengan kasus pemberitaan
pers. Jelaskan secara komperhensif tugas dan fungsi tersebut!

jawaban

1. Menurut saya, model penegakan hukum yang diambil adalah model penegakanhukum nonlitigasi,
karena eksistensi mediasi penal dapat dikaji dari perspektif filosofi,sosiologis, dan yuridis. Pada perspektif
filososis, mengandung asas diterapkannyasolusi “win-win” dan bukan berakhir dengan “lost-lost” atau
menang kalahsebagaimana ingin dicapai peradilan dengan pencapai keadilan formal melalui proseshukum
litigative. Melalui proses mediasi penal maka diperoleh puncak keadilantertinggi karena terjadinya
kesepakatan para pihak yang terlibat dalam perkara pidanatersebut, yaitu antara pihak pelaku dan korban.
Pihak korban maupun pelakudiharapkan dapat mencari dan mencapai solusi serta alternatif terbaik
untukmenyelesaikan perkara tersebut. Di mekanisme yang diambil dalam penyelesaiansengketa pers ini
adalah melalui hak jawab (Pasal 5 ayat [2] UU Pers). Apabila haktersebut telah digunakan oleh pembaca
atau masyarakat maka tidak boleh lagidilakukan tuntunan atau gugatan perdata terhadap pers. Karena jika
kebebasan persini dibolehkan maka kebebasan pers akan Kembali tersungkur. Hak jawabsebagaimana yang
telah diatur dalam pasal 5 ayat 2 UU Pers yaitu : “pers wajibmelayani hak jawab”.

Penjelasan mekanisme : Mekanisme penyelesaian yang dapat ditempuh dalam hal terdapat pemberitaan yang
merugikan pihak lain adalah melalui hak jawab (Pasal 5 ayat [2] UU Pers) dan hak koreksi (Pasal 5 ayat [3] UU
Pers). Hak jawab adalah hak seseorang atau sekelompok orang untuk memberikan tanggapan atau sanggahan
terhadap pemberitaan berupa fakta yang merugikan nama baiknya, sedangkan hak koreksi adalah hak setiap
orang untuk mengoreksi atau membetulkan kekeliruan informasi yang diberikan oleh pers, baik tentang dirinya
maupun tentang orang lain.
sebagaimana kami sarikan dan sesuaikan dengan adanya kode etik wartawan yang baru):
Pertama dengan menggunakan pemenuhan secara sempurna pelayanan Hak Jawab dan Hak Koreksi. Halini
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang secara langsung kepada redaksi yang dalam hal ini mewakili
perusahaan pers sebagai penanggungjawab bidang redaksi wajib melayaninya.
Orang atau sekelompok orang yang merasa dirugikan nama baiknya akibat pemberitaan itu harus memberikan
data atau fakta yang dimaksudkan sebagai bukti bantahan atau sanggahan pemberitaan itu tidak benar.
2. Dewan Pers sebagai lembaga negara yang dibentuk berdasarkan Undangundang bermaksud untuk
menjelaskan hal-hal sebagai berikut:

1. Bahwa Dewan Pers merupakan lembaga negara yang eksis sejak 1968 melalui pengesahan Undang-Undang
(UU) No. 11 tahun 1966 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pers.

2. Bahwa dengan terjadinya peristiwa bersejarah Reformasi 1998, pengaturan mengenai latar belakang, fungsi,
keanggotaan dan pembiayaan Dewan Pers diformulasikan ulang di dalam Bab V UU No. 40 tahun 1999 tentang
Pers.

3. Bahwa hal tersebut sekaligus menandai perubahan Dewan Pers menjadi Dewan Pers independen yang sejak
saat itu memiliki tugas pokok untuk mengembangkan kemerdekaan pers dan meningkatkan kehidupan pers
nasional, sebagaimana disebutkan secara eksplisit di dalam pasal 15 ayat (1) UU tentang Pers.

4. Bahwa di dalam pasal yang sama pada ayat (3) disebutkan bahwa Anggota Dewan Pers yang independen
dipilih secara demokratis setiap tiga tahun sekali, terdiri dari: (a) Wartawan yang dipilih oleh organisasi
wartawan; (b) Pimpinan perusahaan pers yang dipilih oleh organisasi perusahaan pers; dan (c) Tokoh
masyarakat, ahli di bidang pers dan atau komunikasi, dan bidang lainnya yang dipilih oleh organisasi wartawan
dan organisasi perusahaan pers. Lebih lanjut, di dalam pasal yang sama ayat (5), disebutkan bahwa
pengangkatan keanggotaan Dewan Pers ditetapkan melalui Keputusan Presiden (Keppres).

5. Bahwa di dalam pasal 15 ayat (4) UU Pers juga disebutkan secara terperinci hal-hal yang
menjadi fungsi-fungsi Dewan Pers, yakni:
a) melindungi kemerdekaan pers dari campur tangan pihak lain;
b) melakukan pengkajian untuk pengembangan kehidupan pers;
c) menetapkan dan mengawasi pelaksanaan Kode Etik Jurnalistik;
d) memberikan pertimbangan dan mengupayakan penyelesaian pengaduan masyarakat
atas kasus-kasus yang berhubungan dengan pemberitaan pers;
e) mengembangkan komunikasi antara pers, masyarakat, dan pemerintah;
f) memfasilitasi organisasi-organisasi pers dalam menyusun peraturan-peraturan di
bidang pers dan meningkatkan kualitas profesi kewartawanan; dan
g) mendata perusahaan pers.

Anda mungkin juga menyukai