Laporan Praktikum Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR PEMULIAAN TANAMAN

OLEH

NAMA : DARLAN

NIM : D1E117028

KELAS : B

JURUSAN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kedelai merupakan salah satu komoditas terpenting di Indonesia. Kedelai

termasuk kedalam sumber protein nabati untuk masyarakat di Indonesia. Kedelai

mampu tumbuh baik di Indonesia karena merupakan salah satu tanaman tropis.

Pertumbuhan kedelai dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internal berasal dari tanaman itu sendiri seperti jenis kedelai. Faktor

eksternal dipengaruhi oleh lingkungan tumbuh kedelai. Salah satu faktor eksternal

tersebut adalah cahaya matahari.

Penyerbukan sendiri merupakan proses berpindahnya serbuk sari menuju kepala

putik yang terjadi pada bunga yang sama atau antar bunga yang berbeda namun masih

dalam satu tanaman. Penyerbukan diantara tanaman-tanaman yang berasal dari

perkembangbiakan suatu tanaman yang sama secara aseksual. Penyerbukan sendiri juga

dapat terjadi diantara tanaman dalam kelompok galur murni dengan komposisi genetik

yang sama akan menghasilkan hasil yang sama dengan penyerbukan pada bunga dalam

satu tanaman. Tanaman yang melakukan penyerbukan sendiri disebut tanaman

menyerbuk sendiri. Penyerbukan sendiri umumnya terjadi ketika bunga belum mekar

atau dalam kondisi tertutup yang disebut juga penyerbukan tertutup (kleistogami).
2. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini Persilangan Tanaman Menyerbuk Sendiri adalah untuk

mengetahui teknik persilangan tanaman kedelai. Manfaat praktikum ini adalah dapat

melakukan persilangan tanaman menyerbuk sendiri.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bunga Kedelai

Masa pembungaan kedelai dapat lebih lama berlangsung dari keadaan normal dari

selama 22 hari menjadi 83 hari (Agusta dan Santosa, 2005). Waktu pembungaan

tanaman berbeda-beda, menghitung jumlah spesies dan individu serangga pengunjung

bunga yang hinggap dan melakukan pencarian nektar atau tepung sari (Widhiono dan

Sudiana, 2015).

Varietas unggul kedelai memiliki bunga tanaman berwarna ungu, umur bunga 35-

40 HST, umur panen 70-75 HST, postur tanaman sedang, dan memiliki percabangan

yang banyak (Krisdiana, 2014).Bunga kedelai memiliki warna kuning pucat yang

mampu menarik serangga untuk melakukan penyerbukan (Widhiono dan Sudiana,

2015).

Bunga dan polong muda sering gugur, terutama di bawah kanopi. Laju absisi atau

gugurnya organ reproduksi kedelai berkisar antara 32% - 82% (Habaza et al., 2012).

Jumlah cabang produktif merupakan jumlah cabang yang dapat menghasilkan bunga

sehingga diharapkan dari cabang tersebut akan terbentuk polong (Permanasari dan

Kastono, 2012).

Pemberian cahaya secara terus-menerus mengakibatkanwaktu awal berbunga

kedelai mengalami kemunduran selama 18 hari dan masa fase pembungaan menjadi

lebih lama dan tanaman menjadi bersifat indeterminate (Agusta dan Santosa, 2005).

Kedelai bertipe indeterminit di Amerika memberikan hasil lebih tinggi daripada kedelai

determinit karena periode berbunganya lebih panjang (Mejaya et al., 2010).


Pencahayaan yang berlebihan berakibat pada penekanan waktu pembungaan,

pembentukan polong, pengisian biji kedelai dan ketidakserempakan kematangan kedelai

(Agusta dan Santosa, 2005). Tanaman yang mendapatkan cahaya cukup mampu

membentuk bunga dibandingkaan pada kondisi kekurangana cahaya (Permanasari dan

Kastono, 2012).

Tanaman kedelai yang mengalami stres dalam proses pembungaan, maka

pembentukan polong dan produksinya mengalami kemunduran (Agusta dan Santosa,

2005). Stress kekeringan memberikan pengaruh negatif pada periode pembungaan

(Giono et al., 2014).

Persentase keberhasilan persilangan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya

faktor biologi bunga, ketersediaan polen, curah hujan, suhu, kelembaban, faktor

pemeliharaan, dan faktor keterampilan breeder (Alia dan Wilia, 2011). Faktor-faktor

yang mempengaruhi keberhasilan persilangan diantaranya kurangnya kemahiran si

penyilang, ketepatan waktu persilangan karena masa reseptif dan anthesis dari bunga

kedelai yaitu antara pukul 05.30 sampai dengan 09.00 WIB (Lubis et al., 2015).

Jumlah bunga yang disilangkan untuk setiap seri bersilangan berbeda-beda (Alia

dan Wilia, 2011). Persilangan buatan meliputi kastrasi yaitu pembuangan mahkota dan

kelopak pada bunga, emaskulasi yaitu kegiatan membuang alat kelamin jantan (stamen)

pada tetua betina, sebelum bunga mekar atau sebelum terjadi penyerbukan sendiri,

selanjutnya dilakukan penyerbukan, isolasi, dan pelabelan (Lubis et al., 2015).

Jumlah bunga Varietas Burangrang lebih sedikit dibandingkan dengan Varietas

Tanggamus (Alia dan Wilia, 2011). Gugurnya bunga dan polong tersebut akibat tidak

tercukupinya kebutuhan asimilat, auksin, giberrelin, dan sitokinin (Habaza et al.,


2012).Kegagalan bunga dalam pembentukan buah disebabkan oleh kurangnya

penyerbukan atau fertilisasi karena serbuk sari lemah atau tidak cocok, serta gugurnya

bunga dan gagalnya pembentukan buah karena defisiensi nutrisi, penyakit dan faktor

lingkungan (Lubis et al., 2015).

Persilangan dilakukan saat tanaman mulai berbunga (30-50 HST), sampai bunga

habis (Alia dan Wilia, 2011). Persentase keberhasilan persilangan berkisar antara 42,9%-

80% dan dipengaruhi oleh waktu penyerbukan yang dilakukan dan jumlah serbuk sari

yang diberikan (Lubis et al., 2015).

Kedelai varietas Burangrang berbunga pada umur 37 Hari Setelah Tanam dan

memiliki polong berisi 80 polong/tanaman (Adie dan Krisnawati, 2007). Burangrang

(Br) umur masak 80–82 hari dan memiliki biji berukuran besar dan berat (Purwantoro et

al., 2012). Varietas Burangrang dilepas tahun 1999, umur masak (hari) 81, kadar protein

(%) 39,0, kadar minyak (%) 20,0, potensi hasil (ton/ha) 2,50 dengan waktu berbunga 3-5

minggu setelah tanam (Artari dan Kuswantoro, 2016).

Perbedaan periode pembungaan dapat mempengaruhi keberhasilan dari

persilangan buatan. Kedelai varietas Grobogan dan Dena berbunga pada 30 – 32 HST,

varietas Dering berbunga pada 35 HST, dan varietas Gema berbunga pada 36 HST

(Balitkabi, 2013). Umur berbunga varietas Grobogan adalah yang paling pendek yakni

(30.00 HST), umur panen 77.50 HST, bobot 100 biji varietas Grobogan adalah 20.32 g,

dan rata-rata jumlah cabang varietas Grobogan adalah 2.33 cabang (Puri, 2016).

Potensi Hasil Burangrang (2,72 t/ha) dan Grobogan (1.86 t/ha), sedangkan bobot

biji Burangrang (13,07 g), dan Grobogan (17,41 g) (Suyamto, 2011). Pembungaan

varietas Grobogan pada 28 HST akan mempengaruhi proses persilangan buatan karena
memiliki bunga yang sudah diserbuki pada saat bunga varietas Burangrang mulai

muncul pada 35 HST (Sundari dan Purwantoro, 2014).

Umur kedelai di Indonesia dikelompokkan menjadi sangat genjah (<70 hari),

genjah (70–79 hari), sedang (80–85 hari), dalam (86–90 hari), dan sangat dalam (>90

hari), kedelai varietas Gema dan Grobogan termasuk dalam varietas berumur genjah

(Rahajeng dan Adie, 2013). Varietas Gema berumur genjah, dipanen umur 73 hari,

bobot biji 11.9 g/100 biji, produktivitas 2,47 t/ha dan memiliki kandungan protein tinggi

39%, (Arifin, 2016).

Persentase keberhasilan untuk penyerbukan sendiri yang terbesar yaitu pada

varietas Burangrang dengan keberhasilan 93,3 %, sedangkan yang terkecil pada varietas

Grobogan dengan Grobogan sebesar 71,62% (Rasyad dan Idwar, 2010). Varietas Dering

memiliki potensi hasil tinggi hingga 2,8 t/ha dan toleran kekeringan hingga kandungan

air 30% dari air tersedi, beradaptasi dan tumbuh baik setinggi 57 cm dalam kondisi

tercekam kekeringan selama fase reproduktif, jumlah polong per tanaman sekitar 38

polong, dengan kandungan protein 34,2%, kandungan lemak 17,1%, umur masaknya 81

hari, dan ukuran bijinya 10,7 g/100 biji (Arifin, 2016).

Suhu yang lebih rendah dari 23,9oC akan memperlambat pembungaan kedelai,

suhu yang terlampau tinggi (>32oC) berpengaruh buruk terhadap perkembangan

polong dan biji. Pembentukan bunga, polong dan pengisian biji akan optimal pada suhu

26oC – 32oC dan pertumbuhan kedelai akan tumbuh baik pada ketinggian 0-500 m (dpl)

(Rasyad dan Idwar, 2010). Varietas kedelai dari wilayah subtropis yang sesuai untuk

panjang hari 14-16 jam apabila ditanam di Indonesia yang panjang harinya 12 jam maka
akan mempercepat pembungaan pada umur 20-22 hari walaupun batang tanaman masih

pendek, dan tanaman sudah berbunga (Butar et al., 2017).

Serapan hara N, P, dan K terendah pada lahan ternaungi maupun lahan terbuka

adalah pada varietas Grobogan (Hartoyo, 2014). Pemberian perlakuan dosis nitrogen

berpengaruh terhadap tinggi tanaman saat berbunga, karena saat berbunga, tanaman

kedelai masih akan terus tumbuh dan ketersediaan nitrogen dibutuhkan tanaman kedelai

(Nurrohman et al., 2017).

2.1.1. Persilangan Kedelai

Tanaman kedelai dapat disilangkan secara buatan dengan bantuan manusia.

Persilangan secara buatan bertujuan untuk menggabungkan dua sifat varietas yang dapat

meningkatkan produktivitas kedelai. Tahapan persilangan tanaman kedelai adalah

membuang kepala sari tetua betina pada satu bunga yang tumbuh pada batang utama dan

kepala putiknya diserbuki dengan serbuk sari dari tetua jantan yang sudah disiapkan

(Alia dan Wilia, 2011). Banyaknya serbuk sari yang menyentuh putik berpengaruh

terhadap keberhasilan persilangan. Bunga kedelai tidak semua dapat disilangkan secara

buatan. Bunga yang dapat disilangkan secara buatan adalah bunga yang masih belum

terbuka dan masih terbungkus oleh kelopak membentuk kuncup kecil (Wardoyo dan

Yulianita, 2009).

Keberhasilan persilangan buatan pada bunga kedelai dapat dilihat dari warna

calon buah yang berwarna hijau mulai membesar dan tidak rontok. Bunga kedelai yang

gagal disilangkan akan memiliki calon buah yang berwarna cokelat dan tidak membesar

serta rontok (Mulyasari, 2011). Kegagalan persilangan buatan dapat disebabkan oleh
jenis varietas dari tanaman kedelai yang disilangkan. Faktor yang menyebabkan

gagalnya persilangan kedelai antara lain waktu berbunga yang berbeda, karakter bunga

sesuai varietas, umur bunga, jumlah persentase bunga gugur (Suyamto dan Musalamah,

2010).
BAB III

METODE PRAKTIKUM

Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada saat praktikum persilangan adalah

sebagai berikut :

1. Ditanam benih kedelai

2. Setelah itu dilakukan penyiraman dan penyiangan setiap hari pada kedelai

3. Setelah kedelai tumbuh dan berbunga, disilangkan antara varietas A dan B dan

sebaliknya B dengan A

4. Diambil beberapa sampel dari setiap varietas

5. Gunakan pinset untuk mengambil serbuk sari dan pindahkan itu ke kepala putik

6. Kemudian diberi label pada kedelai yang disilangkan pada setiap varietas

7. Ditunggu selama 3 hari untuk melihat hasil persilangan


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Morfologi Tanaman Kedelai

Berdasarkan taksonominya tanaman kedelai dapat diklasifikasikan

sebagai berikut:

Kingdom :Plantae

Divisi :Spermatophyta

Kelas :Dicotyledoneae

Ordo :Rosales

Famili :

Leguminosae

Genus :

Glycine

Spesies :Glycine max (L.)

Merril.

Struktur morfologi tanaman kedelai pada umumnya terdiri atas biji, kulit biji,

embrio, akar, batang, daun, bunga, polong, dan perkecambahan. Tanaman kedelai

pada umumnya merupakan tanaman semusim, tanaman ini tumbuh tegak dengan

tinggi 40-90 cm, bercabang, memiliki daun tunggal dan daun bertiga (trifoliate),

bulu pada daun dan polong tidak terlalu pada dan umur tanaman antara 72-90
hari. Pada umumnya percabangan yang tumbuh pada tanaman kedelai sangat

sedikit dan sebagian bertrikoma padat baik pada daun maupun polong (Adie dan

Krisnawati, 2007).
Terdapat beberapa morfologi pada tanaman kedelai, diantaranya :

1. Biji

Biji merupakan komponen morfologi kedelai yang bernilai ekonomis. Bentuk

dari biji kedelai beragam dari lonjong hingga bulat, dan sebagian besar kedelai yang

dibudidayakan di Indonesia berkriteria lonjong. Pengelompokan ukuran biji kedelai

berbeda antar negara, di Indonesia kedelai dikelompokkan dengan kriteria besar (berat

>14 g/100 biji), sedang (10-14 g/100 biji), dan kecil (< 10 g/100 biji). Sebagian besar

biji tersusun oleh kotiledon dan dilapisi oleh kulit biji (testa). Antara kulit biji dan

kotiledon terdapat lapisan endosperm (Adie dan Krisnawati, 2007).

2. Kulit Biji

Kulit biji kedelai terdiri dari tiga lapisan yaitu epidermis, hipodermis, dan

parenkim. Pada epidermis terdapat sel-sel palisade yang diselubungi oleh lapisan

kutikula. Lapisan parenkim terdiri dari 6-8 lapisan tipis yang terdapat pada keseluruhan

kulit biji kecuali pada hilum yang tersusun oleh tiga lapisan parenkim, pada lapisan

terluar terdapat ruang interseluler yang berhubungan langsung dengan sel hourglass.

Sel palisade bersifat impermeable terhadap udara, yang berfungsi sebagai tempat

terjadinya pertukaran udara dari dalam embrio dengan lingkungan luar sebagai hilum

(Adie dan Krisnawati, 2007).

3. Embrio
Tanaman kedelai memiliki embrio yang terdiri atas dua kotiledon, sebuah

plumula dengan dua daun yang telah berkembang sempurna, dan sebuah radikel

hipokotil. Ujung radikula dikelilingi jaringan yang dibentuk oleh kulit biji. Pada lapisan

epidermis terdapat stomata yang terletak pada lapisan atas maupun bawah. Sel

mesofil tersusun oleh satu sampai tiga lapisan palisade yang menyatu dengan

parenkim gabus di bagian tengah kotiledon. Sel mesofil berisi aleuron dan minyak.

Pada kotiledon tersebar beberapa kristal oksalat. Panjang plumula sekitar 2 mm dan

mempunyai dua helai daun yang berhadapan, masing-masing dilengkapi dengan

sepasang stipula. Sistem vaskular dari daun pertama adalah menjari dan berisi inisiasi

protosilem, metasilem dan beberapa elemen protofloem yang telah matang. Panjang

radikel hipokotil sekitar 5 mm, terletak pada ujung poros embrio. Hipokotil tersusun

oleh jaringan epidermis, kortek, dan stele (Adie dan Krisnawati, 2007).

4. Warna Biji

Warna kulit biji kedelai bervariasi dari kuning, hijau, coklat, hitam hingga

kombinasi berbagai warna atau campuran. Pigmen kulit biji sebagian besar terletak di

lapisan palisade, terdiri dari pigmen antosianin dalam vakuola, klorofil dalam plastida,

dan berbagai kombinasi hasil uraian produk-produk pigmen tersebut. Lapisan

palisade dan parenkim dalam hilum juga mengandung pigmen sehingga intensitas

warnanya lebih gelap. Kotiledon pada embrio yang sudah tua umumnya berwarna

hijau, kuning, atau kuning tua. Kombinasi berbagai pigmen yang ada di kulit biji

dan kotiledon akan membentuk warna biji yang bermacam-macam pada kedelai

(Adie dan Krisnawati, 2007).

5. Akar
Sistem perakaran pada kedelai terdiri dari sebuah akar tunggang yang terbetuk

dari calon akar, sejumlah akar sekunder yang tersusun dalam empat barisan sepanjang

akar tunggang, cabang akar sekunder, cabang akar adventif yang tumbuh dari bagian

bawah hipokotil. Bintil akar pertama terlihat 10 hari setelah tanam. Panjang akar

tunggang ditentukan oleh berbagai faktor, seperti kekerasan tanah, populasi tanaman,

varietas, dan sebagainya. Akar tunggang dapat mencapai kedalaman 200 cm, namun

pada pertanaman tunggal dapat mencapai 250 cm. Populasi tanaman yang rapat dapat

mengganggu pertumbuhan akar. Umumnya sistem perakaran terdiri dari akar lateral

yang berkembang 10-15 cm di atas akar tunggang. Kedelai yang tergolong tanaman

leguminosa dicirikan dengan kemampuannya untuk membentuk bintil akar seperti

Rhizobium japonicum, yang mampu menambat nitrogen dan bermanfaat bagi

tanaman. Akar mengeluarkan beberapa substansi khususnya triptofan yang

menyebabkan perkembangan bakteri dan mikrobia lain disekitar daerah perakaran.

Pembesaran bintil akar berhenti pada minggu keempat setelah terjadinya infeksi

bakteri. Ciri bintil akar yang telah matang adalah berwarna merah muda yang

disebabkan oleh adanya leghemoglobin, yang diduga aktif menambat nitrogen,

sebaliknya bintil akar yang berwarna hijau diduga tidak aktif. Bintil akar telah

lapuk pada minggu keenam hingga minggu ketujuh (Adie dan Krisnawati,

2007).

6. Batang

Batang tanaman kedelai berasal dari poros embrio yang terdapat pada biji

masak. Hipokotil merupakan bagian terpenting pada poros embrio, yang berbatasan

dengan bagian ujung bawah permulaan akar yang menyusun bagian kecil dari poros
bakal akar hipokotil. Bagian atas poros embiro berakhir pada epikotil yang terdiri dari

dua daun sederhana, yaitu primordia daun bertiga pertama dan ujung batang. Sistem

perakaran diatas hipokotil berasal dari epikotil dan tunas aksiler. Pola percabangan akar

dipengaruhi oleh varietas dan lingkungan, seperti panjang hari, jarak tanam, dan

kesuburan tanah (Adie dan Krisnawati, 2007).

7. Daun

Daun kedelai terbagi menjadi empat tipe yaitu : (1) kotiledon atau daun biji, (2)

dua helai daun primer sederhana, (3) daun bertiga, dan (4) profilia. Daun primer

berbentk oval dengan tangkai daun sepanjang 1-2 cm, terletak berseberangan pada buku

pertama diatas kotiledon. Setiap daun memiliki sepasang stipula yang terletak pada

dasar daun yang menempel pada sepasang stipula yang terletak pada dasar daun yang

menempel pada batang. Tipe daun yang lain terbentuk pada batang utama, dan pada

cabang lateral terdapat daun trifoliat yang secara bergantian dalam susunan yang

berbeda. Anak daun bertiga mempunyai bentuk yang bermacam-macam, mulai bulat

hingga lancip. Lapisan pertama pada permukaan bagian atas menjadi epidermis atas

daun. Lapisan kedua dan ketiga akan berkembang menjadi jaringan palisade. Sel-sel

pada lapisan keempat atau tengah berkontribusi dalam pembentukan jaringan urat

daun. Namun pada umumnya sel-sel dari lapisan tersebut akan berkembang

menjadi parenkim gabus, seperti juga jaringa pada lapisan kelima dan keenam. Lapisan

ketujuh atau terluar pada permukaan bawah akan menjadi epidermis bawah daun (Adie

dan Krisnawati, 2007).

8. Bunga
Kedelai merupakan tanaman menyerbuk sendiri yang bersifat kleistogami.

Periode perkembangan vegetatif bervariasi tergantung pada varietas dan keadaan

lingkungan, termasuk panjang hari dan suhu. Tanaman memasuki fase reproduktif saat

tunas aksiler berkembang menjadi kelompok bunga dengan 2 hingga 35 kuntum bunga

setiap kelompok. Ada dua tipe pertumbuhan batang dan permulaan pembungaan pada

kedelai. Tipe pertama adalah indeterminate, yaitu tunas terminal melanjutkan fase

vegetatif selama pertumbuhan. Tipe kedua adalah determinate dimana

pertumbuhan vegetatif tunas terminal terhenti ketika terjadi pembungaan. Buku pada

bunga pertama berhubungan dengan tahap perkembangan tanaman. Ketika buku

kotiledon, daun primer, dan daun bertiga dalam fase vegetatif, bunga pertama

muncul pada buku kelima atau keenam dan atau buku diatasnya. Bunga muncul

kearah ujung batang utama dan kearah ujung cabang. Periode berbunga dipengaruhi

oleh waktu tanam, berlangsung 3-5 minggu. Berbagai penelitian menyebutkan bahwa

tidak semua bunga kedelai berhasil membentuk polong, dengan tingkat keguguran

20-80 %. Proses kemasakan kedelai dikendalikan oleh fotoperiodisitas (panjang hari)

dan suhu. Kedelai diklasifikasikan sebagai tanaman hari pendek dikarenakan hari

yang pendek akan menginisiasi pembungaan. Jumlah bunga dari 20 varietas kedelai di

Indonesia berkisar 47-75 buah (rata-rata 57 bunga) dan kisaran jumlah polong isi

dari 33 hingga 64 buah (rata-rata 48 polong isi) (Adie dan Krisnawati, 2007).

9. Perkembangan Polong

Jumlah polong bervariasi mulai 2-20 dalam satu pembungaan dan lebih dari

400 dalam satu tanaman. Satu polong berisi 1-5 biji, namun pada umumnya berisi 2-3

biji per polong. Polong berlekuk lurus atau ramping dengan panjang ± 2-7 cm. Polong
masak berwarna kuning muda sampai kuning kelabu, cokelat, atau hitam. Warna polong

tergantung pada keberadaan pigmen karoten dan xantofil, warna trikoma, dan ada-

tidaknya pigmen antosianin. Ketika terjadi pembuahan, ovari mulai berkembang

menjadi buah, namun tangkai putik dan benang sari mengering. Kelopak buka tetap ada

selama perkembangan buah dan kadang mahkota bunga juga masih tersisa ketika buah

masak. Periode pengisian biji (seed filling period) pada kedelai merupakan fase paling

kritis dalam pencapaian hail optimal. Pada fase tersebut terjadinya kekurangan atau

kelebihan air, serangan hama atau penyakit, dan sebagainya akan berpengaruh buruk

pada proses pengisian biji. Polong muda berwarna hijau dan berubah menjadi kuning

atau coklat setelah matang (Adie dan Krisnawati, 2007).

10. Perkecambahan

Biji kedelai dari varietas yang telah dibudidayakan umumnya mampu

melakukan imbibisi setelah biji ditanam pada kondisi tanah yang lembab. Garis

terang (light line) yang terdapat pada sel epidermis diduga menjadi penyebab kejadian

tersebut, sekaligus menjadi penentu tingkat impermeabilitas biji. Air imbibisi melalui

keseluruhan permukaan biji, termasuk daerah hilum dan mikrofil. Setelah kulit biji dan

embrio berimbibisi maksimal, biji akan kehilangan bentuk ovalnya dan berubah bentuk

menyerupai bentuk ginjal.

Apabila kondisi kelembaban dan suhu sesuai, calon akar akan muncul dari kulit

biji yang retak di daerah mikrofil dalam 1-2 hari. Pertumbuhan calon akar ke dalam

tanah terjadi sangat cepat ketika mencapai panjang 2-3 cm, cabang akar pertama akan

muncul. Kotiledon terangkat keatas tanah akibat pertumbuhan hipokotil,

selanjutnya bagian atas hipokotil mencapai permukaan tanah terlebih dahulu


dan mendorong kotiledon dari dalam tanah, sekaligus kulit bijinya. Pertumbuhan

hipokotil mengangkat kotiledon yang kemudian menjadi hijau. Selama tahapan awal

pertumbuhan kecambah, kotiledon membawa hasil fotosintesis sebagai tambahan untuk

memasok mineral tersimpan dan cadangan makanan pada proses perkecambahan

hingga daun dan akar terbentuk sempurna (Adie dan Krisnawati, 2007).

B. Metode Penyilangan Tanaman

Metode yang digunakan pada acara Persilangan Tanaman Menyerbuk Sendiri

adalah disiapkan media tanam berupa pupuk kandang : sekam : tanah (1:1:1) dan diaduk

rata, kemudian media tanam dimasukkan ke dalam potplastik. Benih kedelai ditanam

pada lubang tanam dengan kedalaman kurang lebih 2 cm dan ditutup tanahhalus. Pupuk

urea 3 g/pot, SP-36 5 g/pot, dan KCl 5 g/pot dilakukan bersamaan pada waktu tanam

dengan cara tugal dekat dengan lubangtanam. Penyiraman dilakukan setiap dua hari

sekali hingga kondisi kapasitaslapang. Penyiangan dilakukan pada umur 25 dan 55 hari

setelah tanam(HST). Lima tetua disilangkan sehingga terdapat 6 seri persilangan.


Persilangan menggunakan metode single cross (persilangan tunggal), yaitu persilangan

antara satu tetua jantan dengan satu tetuabetina. Seri persilangan yang dilakukan :

1. Grobogan >< Gema

2. Dena >< Grobogan

3. Burangrang >< Gema

4. Burangrang >< Dering

5. Gema >< Dena

6. Dena >< Burangrang

Persiapan persilangan dilakukan setelah tanaman mulai berbunga, sekitar umur 35

HST. Persilangan diawali dengan melakukan kastrasi pada bunga betina yang belum

mekar (diperkirakan belum terjadi penyerbukan). Bunga yang paling tepat untuk

disilangkan adalah kuncup yang masih terbungkus kelopak, tetapi pada bagian ujungnya

telah tampak mahkota bunga dengan panjang kurang lebih 0,5 mm (kuncup bunga yang

muncul pada lima hari pertama umumnya lebih baik untuk disilangkan karena

ukurannya lebih besar, dan bunga pada batang utama juga lebih baik daripada bunga

pada cabang). Bunga dipegang antara telunjuk dan ibu jari tangan kiri, kemudian

mahkota bunga dibuka dengan pinset, sehingga terlihat kepala putik yang dikelilingi

benang sari. Tangkai sari dibuang sampai bersih, sehingga pada bunga tersebut hanya

tinggal kepalaputik. Tepung sari dari tetua jantan yang baru mekar dan masih segar,

diambil dengan pinset kemudian ditempelkan pada kepala putik pada bunga tetua betina.

Persilangan paling baik dilakukan pada pukul 07.00 – 11.00 (persilangan pada siang hari

memungkinkan tepung sari mudah mengering dan sukar menempel pada kepalaputik).

Bunga yang telah dipolinasi kemudian diberi tanda berupa etiket yang diikatkan pada
tangkai bunga dengan benang. Etiket berisi informasi seri persilangan, tanggal

persilangan, dan nama orang yang melakukan persilangan. Persilangan dilakukan setiap

hari selama dua minggu (sebagian bunga yang disilangkan akan gugur, sehingga bunga

yang disilangkan harus cukupbanyak).

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Simpulan

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

kedelai varietas Grobogan memiliki waktu berbunga paling cepat, sedangkan kedelai

varietas Burangrang yang paling lama muncul bunga. Kegiatan persilangan dapat

dilakukan meskipun kedelai varietas Burangrang dan varietas Gema mengalami

keterlambatan pembungaan. Persilangan buatan kedelai yang telah dilakukan mengalami

kegagalan dengan persentase kegagalan 100%. Faktor yang mempengaruhi kegagalan

persilangan adalah faktor internal (genetik dari masing-masing varietas) dan eksternal

(lingkungan, keterampilan pemulia). Suhu dan kelembaban yang tinggi pada lokasi

persilangan serta kurangnya suplai air menyebabkan kegagalan persilangan.

2. Saran

Saran saya dari praktikum ini adalah masih banyaknya kekurangan dari laporan

ini dan jauh dari kata sempurna, mudah-mudahan kedepannya praktium ini dapat

dilakukan offline.
DAFTAR PUSTAKA

Adie, M. M., dan A. Krisnawati. 2007. Biologi Tanaman Kedelai. Balai Penelitian
Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang. 45 – 73.

Agusta, H., dan I. Santosa. 2005. Indeterminasi Sekuensial Pembungaan dan


Ketidakmampuan Produksi Kedelai di Lapang AkibatPenambahan Cahaya
Kontinu pada Kondisi Terbuka dan Ternaungi. Bul. Agron. 33 (3) : 24 – 32.

Alia, Y., dan W. Wilia. 2011. Persilangan Empat Varietas KedelaiDalam Rangka
Penyediaan Populasi AwalUntuk Seleksi. Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri
Sains.13 (1) : 39 – 42.

Arifin, Z. 2016. Perbedaan Produksi Kedelai (Glycine Max (L) Meriil ) Varietas Dering
Dan Varietas Gema Pada Kekeringan. Primordia. 12 (2) : 95 – 101.

Artari, R., dan H. Kuswantoro. 2016. Karakter Agronomis Galur-galur Kedelai Generasi
Lanjut. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi.
114 – 119.

Balai Penelitian Aneka Kacang-Kacangan dan Umbi. 2013. Deskripsi Varietas Unggul
Tahun 1918-2012. Balai Penelitian Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian, Malang.

Butar, D. V. B., dan I. Lubi. 2017. Respon Genotipe Tanaman Kedelai (Glycine max L.
Merrill) dari Berbagai Negara Terhadap Kondisi Lingkungan Tumbuh Kebun IPB
Sawah Baru. Bul. Agrohorti. 6 (2) : 249 – 259.

Giono, B. R. W., M. F. Bdr, A. Nur, M. S. Solle, dan I. Idrus. 2014. Ketahanan Genotipe
Kedelai Terhadap Kekeringan Dan Kemasaman, Hasil Induksi Mutasi Dengan
Sinar Gamma. Jurnal Agroteknos. 4 (1) : 44 – 52.

Habaza, T., Z. Resti, Y. Yanti, J. Trisno, dan A. Diana. 2012. Penapisan Bakteri Endofit
Akar Kedelai Secara in Planta untukMengendalikan Penyakit Pustul Bakteri. J
Fitopatol Indones. 8 (4) : 103 – 109.

Hartoyo, A. P. P. 2014. Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max (L.) Merrill)
Berbasiskan Agroforestri Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen). Thesis.
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Krisdiana, R. 2014. Penyebaran Varietas Unggul Kedelai dan Dampaknyaterhadap


Ekonomi Perdesaan. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 33 (1) : 61 – 69.

Lubis, N. A., Rosmayati, dan D. S. Hanafiah. 2015. Persilangan Genotipe-Genotipe


Kedelai (Glycine max L. Merrill.) Hasil Seleksipada Tanah Salin dengan Tetua
Betina Varietas Grobogan. Jurnal Online Agroekoteknologi . 3 (1) : 291 – 298.
Mejaya, I. M. J., A. Krisnawati, dan H. Kuswantoro. 2010. Identifikasi Plasma Nutfah
Kedelai Berumur Genjah dan Berdaya Hasil Tinggi. Buletin Plasma Nutfah. 16 (2)
: 113 – 117.

Nurrohman, E., S. Zubaidah, dan H. Kuswantoro. 2017. Perawakan Beberapa Genotipe


Kedelai (Glycine max (L.) Merr) Tahan Cowpea Mild Mottle Virus (CpMMV)
Dengan Perlakuan Variasi Dosis Nitrogen. : 36 – 41.

Permanasari, I., dan D. Kastono. 2012. Pertumbuhan Tumpangsari Jagung Dan Kedelai
Pada Perbedaan WaktuTanam Dan Pemangkasan Jagung. Jurnal Agroteknologi. 3
(1) : 13 – 20.

Puri, S. R. 2016. Dimensi Pohon Sentang (Azadirachta Excelsa Jack.) Dan Produksi
Kedelai (Glycine max (L.) Merril) Di Dalam Sistem Agroforestri. Thesis. Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Bogor.

Rahajeng, W., dan M. M. Adie. 2013. Varietas Kedelai Umur Genjah. Buletin Palawija.
26 (1) : 91 – 100.

Rasyad, A., dan Idwar. 2010. Interaksi genetik x lingkungan dan stabilitas komponen
hasil berbagai genotipe kedelai di provinsi Riau. J.Agron.Indonesia. 38 (1) : 25 –
29.

Sundari, T. 2016. Penampilan Galur-galur Kedelai Toleran Naungan di Dua


Lingkungan. Buletin Palawija. 14 (2) : 63 – 70.

Suyamto. 2011. Keragaan Fenotipik Galur Harapan Kedelai Umur Genjah Dan Biji
Besar Pada Dua Lingkungan Berbeda. Balai Penelitian Tanaman Kacang-
kacangan dan Umbi-umbian. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka
Kacang dan Umbi. 95 – 102.

Widhiono, I., dan E. Sudiana. 2015. Keragaman Serangga Penyerbuk dan Hubunganya
dengan Warna Bunga pada Tanaman Pertaniandi Lereng Utara Gunung Slamet,
Jawa Tengah. Biospecies. (2) : 43-50.

Anda mungkin juga menyukai