Laporan Praktikum Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman
Laporan Praktikum Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman
Laporan Praktikum Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman
OLEH
NAMA : DARLAN
NIM : D1E117028
KELAS : B
FAKULTAS PERTANIAN
KENDARI
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
mampu tumbuh baik di Indonesia karena merupakan salah satu tanaman tropis.
Pertumbuhan kedelai dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal berasal dari tanaman itu sendiri seperti jenis kedelai. Faktor
eksternal dipengaruhi oleh lingkungan tumbuh kedelai. Salah satu faktor eksternal
putik yang terjadi pada bunga yang sama atau antar bunga yang berbeda namun masih
perkembangbiakan suatu tanaman yang sama secara aseksual. Penyerbukan sendiri juga
dapat terjadi diantara tanaman dalam kelompok galur murni dengan komposisi genetik
yang sama akan menghasilkan hasil yang sama dengan penyerbukan pada bunga dalam
menyerbuk sendiri. Penyerbukan sendiri umumnya terjadi ketika bunga belum mekar
atau dalam kondisi tertutup yang disebut juga penyerbukan tertutup (kleistogami).
2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini Persilangan Tanaman Menyerbuk Sendiri adalah untuk
mengetahui teknik persilangan tanaman kedelai. Manfaat praktikum ini adalah dapat
TINJAUAN PUSTAKA
Masa pembungaan kedelai dapat lebih lama berlangsung dari keadaan normal dari
selama 22 hari menjadi 83 hari (Agusta dan Santosa, 2005). Waktu pembungaan
bunga yang hinggap dan melakukan pencarian nektar atau tepung sari (Widhiono dan
Sudiana, 2015).
Varietas unggul kedelai memiliki bunga tanaman berwarna ungu, umur bunga 35-
40 HST, umur panen 70-75 HST, postur tanaman sedang, dan memiliki percabangan
yang banyak (Krisdiana, 2014).Bunga kedelai memiliki warna kuning pucat yang
2015).
Bunga dan polong muda sering gugur, terutama di bawah kanopi. Laju absisi atau
gugurnya organ reproduksi kedelai berkisar antara 32% - 82% (Habaza et al., 2012).
Jumlah cabang produktif merupakan jumlah cabang yang dapat menghasilkan bunga
sehingga diharapkan dari cabang tersebut akan terbentuk polong (Permanasari dan
Kastono, 2012).
kedelai mengalami kemunduran selama 18 hari dan masa fase pembungaan menjadi
lebih lama dan tanaman menjadi bersifat indeterminate (Agusta dan Santosa, 2005).
Kedelai bertipe indeterminit di Amerika memberikan hasil lebih tinggi daripada kedelai
(Agusta dan Santosa, 2005). Tanaman yang mendapatkan cahaya cukup mampu
Kastono, 2012).
faktor biologi bunga, ketersediaan polen, curah hujan, suhu, kelembaban, faktor
pemeliharaan, dan faktor keterampilan breeder (Alia dan Wilia, 2011). Faktor-faktor
penyilang, ketepatan waktu persilangan karena masa reseptif dan anthesis dari bunga
kedelai yaitu antara pukul 05.30 sampai dengan 09.00 WIB (Lubis et al., 2015).
Jumlah bunga yang disilangkan untuk setiap seri bersilangan berbeda-beda (Alia
dan Wilia, 2011). Persilangan buatan meliputi kastrasi yaitu pembuangan mahkota dan
kelopak pada bunga, emaskulasi yaitu kegiatan membuang alat kelamin jantan (stamen)
pada tetua betina, sebelum bunga mekar atau sebelum terjadi penyerbukan sendiri,
Tanggamus (Alia dan Wilia, 2011). Gugurnya bunga dan polong tersebut akibat tidak
penyerbukan atau fertilisasi karena serbuk sari lemah atau tidak cocok, serta gugurnya
bunga dan gagalnya pembentukan buah karena defisiensi nutrisi, penyakit dan faktor
Persilangan dilakukan saat tanaman mulai berbunga (30-50 HST), sampai bunga
habis (Alia dan Wilia, 2011). Persentase keberhasilan persilangan berkisar antara 42,9%-
80% dan dipengaruhi oleh waktu penyerbukan yang dilakukan dan jumlah serbuk sari
Kedelai varietas Burangrang berbunga pada umur 37 Hari Setelah Tanam dan
(Br) umur masak 80–82 hari dan memiliki biji berukuran besar dan berat (Purwantoro et
al., 2012). Varietas Burangrang dilepas tahun 1999, umur masak (hari) 81, kadar protein
(%) 39,0, kadar minyak (%) 20,0, potensi hasil (ton/ha) 2,50 dengan waktu berbunga 3-5
persilangan buatan. Kedelai varietas Grobogan dan Dena berbunga pada 30 – 32 HST,
varietas Dering berbunga pada 35 HST, dan varietas Gema berbunga pada 36 HST
(Balitkabi, 2013). Umur berbunga varietas Grobogan adalah yang paling pendek yakni
(30.00 HST), umur panen 77.50 HST, bobot 100 biji varietas Grobogan adalah 20.32 g,
dan rata-rata jumlah cabang varietas Grobogan adalah 2.33 cabang (Puri, 2016).
Potensi Hasil Burangrang (2,72 t/ha) dan Grobogan (1.86 t/ha), sedangkan bobot
biji Burangrang (13,07 g), dan Grobogan (17,41 g) (Suyamto, 2011). Pembungaan
varietas Grobogan pada 28 HST akan mempengaruhi proses persilangan buatan karena
memiliki bunga yang sudah diserbuki pada saat bunga varietas Burangrang mulai
genjah (70–79 hari), sedang (80–85 hari), dalam (86–90 hari), dan sangat dalam (>90
hari), kedelai varietas Gema dan Grobogan termasuk dalam varietas berumur genjah
(Rahajeng dan Adie, 2013). Varietas Gema berumur genjah, dipanen umur 73 hari,
bobot biji 11.9 g/100 biji, produktivitas 2,47 t/ha dan memiliki kandungan protein tinggi
varietas Burangrang dengan keberhasilan 93,3 %, sedangkan yang terkecil pada varietas
Grobogan dengan Grobogan sebesar 71,62% (Rasyad dan Idwar, 2010). Varietas Dering
memiliki potensi hasil tinggi hingga 2,8 t/ha dan toleran kekeringan hingga kandungan
air 30% dari air tersedi, beradaptasi dan tumbuh baik setinggi 57 cm dalam kondisi
tercekam kekeringan selama fase reproduktif, jumlah polong per tanaman sekitar 38
polong, dengan kandungan protein 34,2%, kandungan lemak 17,1%, umur masaknya 81
Suhu yang lebih rendah dari 23,9oC akan memperlambat pembungaan kedelai,
polong dan biji. Pembentukan bunga, polong dan pengisian biji akan optimal pada suhu
26oC – 32oC dan pertumbuhan kedelai akan tumbuh baik pada ketinggian 0-500 m (dpl)
(Rasyad dan Idwar, 2010). Varietas kedelai dari wilayah subtropis yang sesuai untuk
panjang hari 14-16 jam apabila ditanam di Indonesia yang panjang harinya 12 jam maka
akan mempercepat pembungaan pada umur 20-22 hari walaupun batang tanaman masih
Serapan hara N, P, dan K terendah pada lahan ternaungi maupun lahan terbuka
adalah pada varietas Grobogan (Hartoyo, 2014). Pemberian perlakuan dosis nitrogen
berpengaruh terhadap tinggi tanaman saat berbunga, karena saat berbunga, tanaman
kedelai masih akan terus tumbuh dan ketersediaan nitrogen dibutuhkan tanaman kedelai
Persilangan secara buatan bertujuan untuk menggabungkan dua sifat varietas yang dapat
membuang kepala sari tetua betina pada satu bunga yang tumbuh pada batang utama dan
kepala putiknya diserbuki dengan serbuk sari dari tetua jantan yang sudah disiapkan
(Alia dan Wilia, 2011). Banyaknya serbuk sari yang menyentuh putik berpengaruh
terhadap keberhasilan persilangan. Bunga kedelai tidak semua dapat disilangkan secara
buatan. Bunga yang dapat disilangkan secara buatan adalah bunga yang masih belum
terbuka dan masih terbungkus oleh kelopak membentuk kuncup kecil (Wardoyo dan
Yulianita, 2009).
Keberhasilan persilangan buatan pada bunga kedelai dapat dilihat dari warna
calon buah yang berwarna hijau mulai membesar dan tidak rontok. Bunga kedelai yang
gagal disilangkan akan memiliki calon buah yang berwarna cokelat dan tidak membesar
serta rontok (Mulyasari, 2011). Kegagalan persilangan buatan dapat disebabkan oleh
jenis varietas dari tanaman kedelai yang disilangkan. Faktor yang menyebabkan
gagalnya persilangan kedelai antara lain waktu berbunga yang berbeda, karakter bunga
sesuai varietas, umur bunga, jumlah persentase bunga gugur (Suyamto dan Musalamah,
2010).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada saat praktikum persilangan adalah
sebagai berikut :
2. Setelah itu dilakukan penyiraman dan penyiangan setiap hari pada kedelai
3. Setelah kedelai tumbuh dan berbunga, disilangkan antara varietas A dan B dan
sebaliknya B dengan A
5. Gunakan pinset untuk mengambil serbuk sari dan pindahkan itu ke kepala putik
6. Kemudian diberi label pada kedelai yang disilangkan pada setiap varietas
sebagai berikut:
Kingdom :Plantae
Divisi :Spermatophyta
Kelas :Dicotyledoneae
Ordo :Rosales
Famili :
Leguminosae
Genus :
Glycine
Merril.
Struktur morfologi tanaman kedelai pada umumnya terdiri atas biji, kulit biji,
embrio, akar, batang, daun, bunga, polong, dan perkecambahan. Tanaman kedelai
pada umumnya merupakan tanaman semusim, tanaman ini tumbuh tegak dengan
tinggi 40-90 cm, bercabang, memiliki daun tunggal dan daun bertiga (trifoliate),
bulu pada daun dan polong tidak terlalu pada dan umur tanaman antara 72-90
hari. Pada umumnya percabangan yang tumbuh pada tanaman kedelai sangat
sedikit dan sebagian bertrikoma padat baik pada daun maupun polong (Adie dan
Krisnawati, 2007).
Terdapat beberapa morfologi pada tanaman kedelai, diantaranya :
1. Biji
dari biji kedelai beragam dari lonjong hingga bulat, dan sebagian besar kedelai yang
berbeda antar negara, di Indonesia kedelai dikelompokkan dengan kriteria besar (berat
>14 g/100 biji), sedang (10-14 g/100 biji), dan kecil (< 10 g/100 biji). Sebagian besar
biji tersusun oleh kotiledon dan dilapisi oleh kulit biji (testa). Antara kulit biji dan
2. Kulit Biji
Kulit biji kedelai terdiri dari tiga lapisan yaitu epidermis, hipodermis, dan
parenkim. Pada epidermis terdapat sel-sel palisade yang diselubungi oleh lapisan
kutikula. Lapisan parenkim terdiri dari 6-8 lapisan tipis yang terdapat pada keseluruhan
kulit biji kecuali pada hilum yang tersusun oleh tiga lapisan parenkim, pada lapisan
terluar terdapat ruang interseluler yang berhubungan langsung dengan sel hourglass.
Sel palisade bersifat impermeable terhadap udara, yang berfungsi sebagai tempat
terjadinya pertukaran udara dari dalam embrio dengan lingkungan luar sebagai hilum
3. Embrio
Tanaman kedelai memiliki embrio yang terdiri atas dua kotiledon, sebuah
plumula dengan dua daun yang telah berkembang sempurna, dan sebuah radikel
hipokotil. Ujung radikula dikelilingi jaringan yang dibentuk oleh kulit biji. Pada lapisan
epidermis terdapat stomata yang terletak pada lapisan atas maupun bawah. Sel
mesofil tersusun oleh satu sampai tiga lapisan palisade yang menyatu dengan
parenkim gabus di bagian tengah kotiledon. Sel mesofil berisi aleuron dan minyak.
Pada kotiledon tersebar beberapa kristal oksalat. Panjang plumula sekitar 2 mm dan
sepasang stipula. Sistem vaskular dari daun pertama adalah menjari dan berisi inisiasi
protosilem, metasilem dan beberapa elemen protofloem yang telah matang. Panjang
radikel hipokotil sekitar 5 mm, terletak pada ujung poros embrio. Hipokotil tersusun
oleh jaringan epidermis, kortek, dan stele (Adie dan Krisnawati, 2007).
4. Warna Biji
Warna kulit biji kedelai bervariasi dari kuning, hijau, coklat, hitam hingga
kombinasi berbagai warna atau campuran. Pigmen kulit biji sebagian besar terletak di
lapisan palisade, terdiri dari pigmen antosianin dalam vakuola, klorofil dalam plastida,
palisade dan parenkim dalam hilum juga mengandung pigmen sehingga intensitas
warnanya lebih gelap. Kotiledon pada embrio yang sudah tua umumnya berwarna
hijau, kuning, atau kuning tua. Kombinasi berbagai pigmen yang ada di kulit biji
dan kotiledon akan membentuk warna biji yang bermacam-macam pada kedelai
5. Akar
Sistem perakaran pada kedelai terdiri dari sebuah akar tunggang yang terbetuk
dari calon akar, sejumlah akar sekunder yang tersusun dalam empat barisan sepanjang
akar tunggang, cabang akar sekunder, cabang akar adventif yang tumbuh dari bagian
bawah hipokotil. Bintil akar pertama terlihat 10 hari setelah tanam. Panjang akar
tunggang ditentukan oleh berbagai faktor, seperti kekerasan tanah, populasi tanaman,
varietas, dan sebagainya. Akar tunggang dapat mencapai kedalaman 200 cm, namun
pada pertanaman tunggal dapat mencapai 250 cm. Populasi tanaman yang rapat dapat
mengganggu pertumbuhan akar. Umumnya sistem perakaran terdiri dari akar lateral
yang berkembang 10-15 cm di atas akar tunggang. Kedelai yang tergolong tanaman
Pembesaran bintil akar berhenti pada minggu keempat setelah terjadinya infeksi
bakteri. Ciri bintil akar yang telah matang adalah berwarna merah muda yang
sebaliknya bintil akar yang berwarna hijau diduga tidak aktif. Bintil akar telah
lapuk pada minggu keenam hingga minggu ketujuh (Adie dan Krisnawati,
2007).
6. Batang
Batang tanaman kedelai berasal dari poros embrio yang terdapat pada biji
masak. Hipokotil merupakan bagian terpenting pada poros embrio, yang berbatasan
dengan bagian ujung bawah permulaan akar yang menyusun bagian kecil dari poros
bakal akar hipokotil. Bagian atas poros embiro berakhir pada epikotil yang terdiri dari
dua daun sederhana, yaitu primordia daun bertiga pertama dan ujung batang. Sistem
perakaran diatas hipokotil berasal dari epikotil dan tunas aksiler. Pola percabangan akar
dipengaruhi oleh varietas dan lingkungan, seperti panjang hari, jarak tanam, dan
7. Daun
Daun kedelai terbagi menjadi empat tipe yaitu : (1) kotiledon atau daun biji, (2)
dua helai daun primer sederhana, (3) daun bertiga, dan (4) profilia. Daun primer
berbentk oval dengan tangkai daun sepanjang 1-2 cm, terletak berseberangan pada buku
pertama diatas kotiledon. Setiap daun memiliki sepasang stipula yang terletak pada
dasar daun yang menempel pada sepasang stipula yang terletak pada dasar daun yang
menempel pada batang. Tipe daun yang lain terbentuk pada batang utama, dan pada
cabang lateral terdapat daun trifoliat yang secara bergantian dalam susunan yang
berbeda. Anak daun bertiga mempunyai bentuk yang bermacam-macam, mulai bulat
hingga lancip. Lapisan pertama pada permukaan bagian atas menjadi epidermis atas
daun. Lapisan kedua dan ketiga akan berkembang menjadi jaringan palisade. Sel-sel
pada lapisan keempat atau tengah berkontribusi dalam pembentukan jaringan urat
daun. Namun pada umumnya sel-sel dari lapisan tersebut akan berkembang
menjadi parenkim gabus, seperti juga jaringa pada lapisan kelima dan keenam. Lapisan
ketujuh atau terluar pada permukaan bawah akan menjadi epidermis bawah daun (Adie
8. Bunga
Kedelai merupakan tanaman menyerbuk sendiri yang bersifat kleistogami.
lingkungan, termasuk panjang hari dan suhu. Tanaman memasuki fase reproduktif saat
tunas aksiler berkembang menjadi kelompok bunga dengan 2 hingga 35 kuntum bunga
setiap kelompok. Ada dua tipe pertumbuhan batang dan permulaan pembungaan pada
kedelai. Tipe pertama adalah indeterminate, yaitu tunas terminal melanjutkan fase
pertumbuhan vegetatif tunas terminal terhenti ketika terjadi pembungaan. Buku pada
kotiledon, daun primer, dan daun bertiga dalam fase vegetatif, bunga pertama
muncul pada buku kelima atau keenam dan atau buku diatasnya. Bunga muncul
kearah ujung batang utama dan kearah ujung cabang. Periode berbunga dipengaruhi
oleh waktu tanam, berlangsung 3-5 minggu. Berbagai penelitian menyebutkan bahwa
tidak semua bunga kedelai berhasil membentuk polong, dengan tingkat keguguran
dan suhu. Kedelai diklasifikasikan sebagai tanaman hari pendek dikarenakan hari
yang pendek akan menginisiasi pembungaan. Jumlah bunga dari 20 varietas kedelai di
Indonesia berkisar 47-75 buah (rata-rata 57 bunga) dan kisaran jumlah polong isi
dari 33 hingga 64 buah (rata-rata 48 polong isi) (Adie dan Krisnawati, 2007).
9. Perkembangan Polong
Jumlah polong bervariasi mulai 2-20 dalam satu pembungaan dan lebih dari
400 dalam satu tanaman. Satu polong berisi 1-5 biji, namun pada umumnya berisi 2-3
biji per polong. Polong berlekuk lurus atau ramping dengan panjang ± 2-7 cm. Polong
masak berwarna kuning muda sampai kuning kelabu, cokelat, atau hitam. Warna polong
tergantung pada keberadaan pigmen karoten dan xantofil, warna trikoma, dan ada-
menjadi buah, namun tangkai putik dan benang sari mengering. Kelopak buka tetap ada
selama perkembangan buah dan kadang mahkota bunga juga masih tersisa ketika buah
masak. Periode pengisian biji (seed filling period) pada kedelai merupakan fase paling
kritis dalam pencapaian hail optimal. Pada fase tersebut terjadinya kekurangan atau
kelebihan air, serangan hama atau penyakit, dan sebagainya akan berpengaruh buruk
pada proses pengisian biji. Polong muda berwarna hijau dan berubah menjadi kuning
10. Perkecambahan
melakukan imbibisi setelah biji ditanam pada kondisi tanah yang lembab. Garis
terang (light line) yang terdapat pada sel epidermis diduga menjadi penyebab kejadian
tersebut, sekaligus menjadi penentu tingkat impermeabilitas biji. Air imbibisi melalui
keseluruhan permukaan biji, termasuk daerah hilum dan mikrofil. Setelah kulit biji dan
embrio berimbibisi maksimal, biji akan kehilangan bentuk ovalnya dan berubah bentuk
Apabila kondisi kelembaban dan suhu sesuai, calon akar akan muncul dari kulit
biji yang retak di daerah mikrofil dalam 1-2 hari. Pertumbuhan calon akar ke dalam
tanah terjadi sangat cepat ketika mencapai panjang 2-3 cm, cabang akar pertama akan
hipokotil mengangkat kotiledon yang kemudian menjadi hijau. Selama tahapan awal
hingga daun dan akar terbentuk sempurna (Adie dan Krisnawati, 2007).
adalah disiapkan media tanam berupa pupuk kandang : sekam : tanah (1:1:1) dan diaduk
rata, kemudian media tanam dimasukkan ke dalam potplastik. Benih kedelai ditanam
pada lubang tanam dengan kedalaman kurang lebih 2 cm dan ditutup tanahhalus. Pupuk
urea 3 g/pot, SP-36 5 g/pot, dan KCl 5 g/pot dilakukan bersamaan pada waktu tanam
dengan cara tugal dekat dengan lubangtanam. Penyiraman dilakukan setiap dua hari
sekali hingga kondisi kapasitaslapang. Penyiangan dilakukan pada umur 25 dan 55 hari
antara satu tetua jantan dengan satu tetuabetina. Seri persilangan yang dilakukan :
HST. Persilangan diawali dengan melakukan kastrasi pada bunga betina yang belum
mekar (diperkirakan belum terjadi penyerbukan). Bunga yang paling tepat untuk
disilangkan adalah kuncup yang masih terbungkus kelopak, tetapi pada bagian ujungnya
telah tampak mahkota bunga dengan panjang kurang lebih 0,5 mm (kuncup bunga yang
muncul pada lima hari pertama umumnya lebih baik untuk disilangkan karena
ukurannya lebih besar, dan bunga pada batang utama juga lebih baik daripada bunga
pada cabang). Bunga dipegang antara telunjuk dan ibu jari tangan kiri, kemudian
mahkota bunga dibuka dengan pinset, sehingga terlihat kepala putik yang dikelilingi
benang sari. Tangkai sari dibuang sampai bersih, sehingga pada bunga tersebut hanya
tinggal kepalaputik. Tepung sari dari tetua jantan yang baru mekar dan masih segar,
diambil dengan pinset kemudian ditempelkan pada kepala putik pada bunga tetua betina.
Persilangan paling baik dilakukan pada pukul 07.00 – 11.00 (persilangan pada siang hari
memungkinkan tepung sari mudah mengering dan sukar menempel pada kepalaputik).
Bunga yang telah dipolinasi kemudian diberi tanda berupa etiket yang diikatkan pada
tangkai bunga dengan benang. Etiket berisi informasi seri persilangan, tanggal
persilangan, dan nama orang yang melakukan persilangan. Persilangan dilakukan setiap
hari selama dua minggu (sebagian bunga yang disilangkan akan gugur, sehingga bunga
BAB V
1. Simpulan
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
kedelai varietas Grobogan memiliki waktu berbunga paling cepat, sedangkan kedelai
varietas Burangrang yang paling lama muncul bunga. Kegiatan persilangan dapat
persilangan adalah faktor internal (genetik dari masing-masing varietas) dan eksternal
(lingkungan, keterampilan pemulia). Suhu dan kelembaban yang tinggi pada lokasi
2. Saran
Saran saya dari praktikum ini adalah masih banyaknya kekurangan dari laporan
ini dan jauh dari kata sempurna, mudah-mudahan kedepannya praktium ini dapat
dilakukan offline.
DAFTAR PUSTAKA
Adie, M. M., dan A. Krisnawati. 2007. Biologi Tanaman Kedelai. Balai Penelitian
Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang. 45 – 73.
Alia, Y., dan W. Wilia. 2011. Persilangan Empat Varietas KedelaiDalam Rangka
Penyediaan Populasi AwalUntuk Seleksi. Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri
Sains.13 (1) : 39 – 42.
Arifin, Z. 2016. Perbedaan Produksi Kedelai (Glycine Max (L) Meriil ) Varietas Dering
Dan Varietas Gema Pada Kekeringan. Primordia. 12 (2) : 95 – 101.
Artari, R., dan H. Kuswantoro. 2016. Karakter Agronomis Galur-galur Kedelai Generasi
Lanjut. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi.
114 – 119.
Balai Penelitian Aneka Kacang-Kacangan dan Umbi. 2013. Deskripsi Varietas Unggul
Tahun 1918-2012. Balai Penelitian Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian, Malang.
Butar, D. V. B., dan I. Lubi. 2017. Respon Genotipe Tanaman Kedelai (Glycine max L.
Merrill) dari Berbagai Negara Terhadap Kondisi Lingkungan Tumbuh Kebun IPB
Sawah Baru. Bul. Agrohorti. 6 (2) : 249 – 259.
Giono, B. R. W., M. F. Bdr, A. Nur, M. S. Solle, dan I. Idrus. 2014. Ketahanan Genotipe
Kedelai Terhadap Kekeringan Dan Kemasaman, Hasil Induksi Mutasi Dengan
Sinar Gamma. Jurnal Agroteknos. 4 (1) : 44 – 52.
Habaza, T., Z. Resti, Y. Yanti, J. Trisno, dan A. Diana. 2012. Penapisan Bakteri Endofit
Akar Kedelai Secara in Planta untukMengendalikan Penyakit Pustul Bakteri. J
Fitopatol Indones. 8 (4) : 103 – 109.
Hartoyo, A. P. P. 2014. Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max (L.) Merrill)
Berbasiskan Agroforestri Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen). Thesis.
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Permanasari, I., dan D. Kastono. 2012. Pertumbuhan Tumpangsari Jagung Dan Kedelai
Pada Perbedaan WaktuTanam Dan Pemangkasan Jagung. Jurnal Agroteknologi. 3
(1) : 13 – 20.
Puri, S. R. 2016. Dimensi Pohon Sentang (Azadirachta Excelsa Jack.) Dan Produksi
Kedelai (Glycine max (L.) Merril) Di Dalam Sistem Agroforestri. Thesis. Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Bogor.
Rahajeng, W., dan M. M. Adie. 2013. Varietas Kedelai Umur Genjah. Buletin Palawija.
26 (1) : 91 – 100.
Rasyad, A., dan Idwar. 2010. Interaksi genetik x lingkungan dan stabilitas komponen
hasil berbagai genotipe kedelai di provinsi Riau. J.Agron.Indonesia. 38 (1) : 25 –
29.
Suyamto. 2011. Keragaan Fenotipik Galur Harapan Kedelai Umur Genjah Dan Biji
Besar Pada Dua Lingkungan Berbeda. Balai Penelitian Tanaman Kacang-
kacangan dan Umbi-umbian. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka
Kacang dan Umbi. 95 – 102.
Widhiono, I., dan E. Sudiana. 2015. Keragaman Serangga Penyerbuk dan Hubunganya
dengan Warna Bunga pada Tanaman Pertaniandi Lereng Utara Gunung Slamet,
Jawa Tengah. Biospecies. (2) : 43-50.