Resum Makalah Bab 9 Dan 10
Resum Makalah Bab 9 Dan 10
Resum Makalah Bab 9 Dan 10
Disusun oleh :
Fiksasi adalah suatu keadaan dimana mental sesorang menjadi terkunci, yang disebabkan oleh
ketidakmampuan individu yang bersangkutan dalam mengendalikan kesadarannya. Hal lain yang
dapat menyebabkan fiksasi adalah trauma yang berlebihan seperti waktu kecil pernah jatuh atau
kecelakaan. Fiksasi fungsional yang digunakan dalam akuntansi menyatakan bahwa pada situasi
tertentu seseorang pembuat keputusan mungkin tidak bisa menyelesaikan keputusannya untuk
mengubah proses akuntansi berdasarkan input data yang masuk.
Menurut Belkaoui (1989) fiksasi fungsional merupakan suatu konsep dalam psikologi, yang
muncul dari suatu penyidikan bahwa pengalaman masa lalu dapat berdampak terhadap perilaku
manusia saat ini. Pengalaman masa lalu merupakan faktor penting dalam penyelesaian masalah
dan dalam penyelesaian masalah tersebut bisa difasilitasi dengan menjadikan keadaannya
menjadi sama (ekuivalensi) seperti yang ada dalam situasi permasalahan pengalaman di masa
lalu. Latarbelakang dari masa lalu merupakan tokoh penting dari perilaku dimana berguna untuk
merestrukuturisasi pada situasi yang baru. Tetapi tidak semua psikolog memandang pengalaman
masa lalu sebagai faktor positif, beberapa melihat hal itu sebagai halangan yang menghambat
pikiran protektif. Duncker memperkenalkan konsep dari fiksasi fungsional untuk
mengilustrasikan peranan negative dari pengalaman masa lalu. Dalam penyelidikan hipotesisnya,
dimana sesorang cenderung menggunakan objek yang fungsinya tidak sama dengan yang
diperlukan dalam permasalahan saat ini sehingga membuat hambatan dalam penggunaan baru
dari objek secara tepat.
Ijiri, Jaedicke, dan Knight dalam Belkaoui (1989) memandang proses keputusan digambarkan
oleh tiga faktor, yaitu: input dari keputusan, output keputusan, dan aturan dalam pembuatan
keputusan. Mereka kemudian memperkenalkan kondisi di mana suatu pembuatan keputusan
tidak bisa menyesuaikan proses keputusannya untuk melakukan perubahan dalam proses
akuntansi. Ketika seseorang diletakkan dalam situasi yang baru, umumnya orang tersebut
1
memandang objek atau istilah sebagaimana yang telah digunakan sebelumnya. Dalam kasus
semacam itu, suatu perubahan dalam proses akuntansi secara jelas mempengaruhi keputusan.
Fokus dalam psikologi adalah terhadap fungsi, sedangkan fokus Ijiri, Jaedicke dan Knight adalah
pada hasil. Sebagaimana diperkenalkan oleh Ijiri, Jaedicke dan Knight, fiksasi fungsional
menyatakan bahwa pembuat keputusan dibatasi pada hasil akuntansi seperti hasil keuntungan,
dan tidak mampu melihat bahwa perubahan dalam hasil adalah perubahan dalam hasil karena
perubahan dalam tehnik persediaan.
Ada perbedaan antara dua pandangan dari fiksasi fungsional dalam akuntansi dan psikologi. Kita
harus mengenali bahwa hipotesis fiksasi fugsional dalam akuntansi adalah sebuah bentuk
modifikasi dari hipotesis dalam psikologi. Hipotesis fungsional yang dimodifikasi harus
ditujukan untuk diteliti dalam konteks akuntansi, dibandingkan bergantung sepenuhnya kepada
penelitian fiksasi fungsional asli. Pendekatan seharusnya mempertimbangkan dua bentuk dari
hipotesis fiksasi fungsional, yang satu berfokus pada fungsi dan selanjutnya pada hasil atau data.
3. Untuk menyediakan penjelasan teoretis yang masuk akal dari fenomena fiksasi.
4. Untuk mengkaji metodologi yang lebih baik dalam mempelajari fenomena dalam
akuntansi.
Berikut ini adalah beberapa penelitian fiksasi data dalam akuntansi, yaitu:
2
Penelitian fiksasi fungsional dalam akuntansi secara umum mengikuti penjelasan awal Ijri,
Jaedicke, dan Knight, yang berfokus pada data dibandingkan fungsi, dan telah mengarah pada
serangkaian eksperimen data. Jika investor difiksasi secara fungsional terhadap penggunaan dari
pendapatan akuntansi yang dilaporkan, maka mereka akan cenderung untuk mengabaikan
informasi akuntansi yang lain yang tidak sesuai dengan akuntansi.
Sinyal akuntansi dipilih untuk menjadi tidak konsisten dengan pendapatan yang dilaporkan
adalah keputusan dari manajer untuk mengganti metode sediaan dari First-In, First-Out (FIFO)
atau dari biaya rata-rata menjadi Last-In, First-Out (LIFO), baik untuk akuntansi dan tujuan
pajak. Karena cash flow yang lebih tinggi yang menyebabkan perubahan terhadap LIFO dalam
periode peningkatan harga, investor menggunakan model diskon cash flow yang akan
memberikan nilai yang lebih rendah. Hasil dari eksperimen menunjukkan bukti dari fiksasi
fungsional, sebagaimana subjek tergantung pada pendapatan neto yang disesuaikan dibandingkan
dengan cash flow dalam mengevaluasi sekuritas.
Menurut Belkaoui (1989) melakukan suatu eksperimen dimana petugas peminjaman bank
menilai permohonan pinjaman yang dibarengi dengan pernyataan keuangan berdasarkan pada
perolehan atau modifikasi akuntansi dana. Petugas dalam eksperimen peminjaman percaya
bahwa permohonan peminjaman mewakili pernyataan finansial akuntansi sebenarnya, yang
memiliki ketentuan sebagai berikut:
d. Memiliki pernyataan yang lebih bisa diharapkan dan bebas dari kesalahan
perhitungan.
3
orientasi cross-sectional diberikan terhadap fiksasi fungsional. Sebagian hal itu telah diterapkan
pada metode akuntansi alternatif dibandingkan untuk mengubah dalam metode akuntansi setiap
saat. Jensen mengamati dampak dari depresiasi alternatif dan metode pembiayaan inventaris
terhadap keputusan investor. Untuk menjelaskan temuannya dimana teknik akuntansi alternatif
memengaruhi pembuatan keputusan, dan menyatakan subjeknya mungkin difiksasi secara
fungsional terhadap pendapatan neto. Dalam penelitian pasar modal, hipotesis fiksasi fungsional
telah digunakan untuk menjelaskan kurang efisiennya dalam pasar modal. Pasar tidak difiksasi
secara fungsional.
Proses dimana penggunaan mungkin dikondisikan terhadap data yang mereka terima bisa terjadi
dalam sekurangnya dua cara. Pertama, sebagai murid dalam kurikulum pelatihan bisnis, calon
pengguna diperkenalkan secara umum untuk menerima prinsip-prinsip akuntansi dan laporan
keuangan yang dihasilkan dari penerapan prinsip-prinsip ini dan prosedur turunanya.
Selanjutnya, mereka diajari operasi dan teknik manipulasi seperti analisis rasiodan aliran dana
yang menggunakan data akuntansi sebagaimana yang dimaksud untuk mengevaluasi penampilan
dan prospek pengusaha. Ringkasnya, penggunaan secara umum didoktrin tentang relevansi dan
penggunaan dari informasi diseminasi tradisional. Kedua, pengkondisian resmi ini berlanjut
dikuatkan dengan masing-masing laporan eksternal yang diterima pengguna. Fenomena
pengondisian menghambat subjek untuk mengadopsi perilakuyang benar, yaitu untuk
menyesuaikan terhadap perubahan akuntansi, dan telah mengarahkanmereka untuk bertindak
sebagaimana mereka telah dikondisikan untuk bertindak seperti perilaku mereka sebelumnya
4
atau sesi sosialisasi. Oleh karena itu, fenomena pengondisian merupakan suatu bentuk dari
fiksasi fungsional, sebagaimana subjek tidak lagi mampu untuk membedakan.
Teori prospek menyatakan bahwa perolehan dan kerugian potensial dievaluasi dengan suatu
fungsi nilai berbentuk S. Salah satunya adalah berbentuk konveks (menunjukkan orientasi
menghindari resiko) untuk kerugian. Empat efek dapat diamati dalam proses pemilihan di antara
taruhan :
Teori Interferensi adalah sebuah teori yang menyatakan bahwa manusia lupa bukan karena
kehilangan memori tetapi karena informasi lainnya menghalangi hal yang ingin diingati. Teori
ini, bersama dengan teori kemerostan, diajukan sebagai sebab – sebab mengapa manusia dapat
melupakan sesuatu. Teori interferensi dibagi menjadi dua yaitu :
• Interferensi Proaktif
• Interferensi Retroaktif
5
Interferensi Retroaktif terjadi sebaliknya, dimana informasi baru menggangu informasi lama.
Pada teori pembelajaran menyatakan bahwa pengetahuan sebelumnya bisa mengganggu dengan
memfasilitasi efektivitas dari pembuatan keputusan. Teori Interferensi muncul dari dua hasil
yang masuk akal dari hipotesis transfer dari pelatihan. Menurut hipotesis, transfer dari pelatihan
bisa berefek memfasilitasi atau menghambat. Ketika seorang subjek mempelajari dua tugas,
tugas 1 dan tugas 2 kemudian diminta untuk melakukan tugas 1, efek dari transfer pelatihan
adalah sebagai berikut.:
a. Transfer negatif disebut hambatan retroaktif atau interferensi retroaktif. Dalam kasus
semacam itu pembelajaran dari tugas 2 memengaruhi penampilan dari tugas pertama.
b. Efek positif atau fasilitator disebut fasilitas retroaktif. Transfer positif memotivasi
hipotesis encoding stimulus, dimana perbedaan dibuat antara stimulus nominal yang disediakan
oleh persediaan dan stimulus fungsional yang diterima oleh subjek. Tidak ada fiksitas fungsional
yang dihasilkan dari proses encoding stimulus.
Berbagai studi telah mendukung prinsip dari primasi, sedangkan studi lain telah menciptkan
suatu kontroversi dengan melaporkan efek primasi di bawah beberapa kondisi dan efek resensi di
bawah kondisi yang lain. Akibatnya, Hovland, Jarvis, dan Kelly dalam Belkaoui ( 1989 )
mengusulkan untuk melakukan penelitian terhadap faktor – faktor yang mengarah pada efek
yang tidak konsisten dari primasi dan resensi pada berbagai eksperimen. Keterlibatan ego juga
diyakini menjadi sautu variabel yang memengaruhi primasi dan resensi.
6
1. Pendekatan "satu objek", dimana subjek diberikan satu tugas eksperimen untuk melakukan
dan suatu cara baru yang bisa dilakukan dalam solusi. Fiksitas terjadi ketika hanya sejumlah
kecil yang muncul dari kelompok subjek, dimana fungsi bisanya dari suatu objek dihilangkan.
2. Pendekatan "dua objek", dimana subjek diberikan dua objek dan kelompok kontrol diberikan
penggunaan dari salah satu objek. Hasil fiksasi fungsional dari kecenderungan dari subjek untuk
menggunakan objek tersebut dalam permasalahan kritis dimana fungsinya tidak dihilangkan.
e. Sebagian besar penelitian akuntansi terhadap fiksasi data telah memperhatikan apda
apakah fiksitas ada dibandingkan dengan mengapa hal itu ada.
Wilner dan Birnberg dalam Belkaoni (1989) telah menunjukkan terhadap permasalahan
berikut ini dalam rancangan dari studi tentang fiksasi yang ada.
1. Studi menggunakan satu metodologi input-output dan perbedaan antara input dan output yang
diharapkan diatributkan dengan fiksasi fungsional sementara dalam kenyataan mungkin terdapat
alasan lain mengapa subjek gagal untuk mengubah procesing informasinya setelah suatu
perubahan akuntansi.
2. Sementara penunjukkan acak subjek terhadap tugas digunakan untuk menguranfi efek dari
perbedaan individual, hal itu masih menetapkan bahwa itu tidak bisa melampui karakteristik
sistematik yang mencegah semua subjek untuk memahami tugas.
3. Sebagian besar dari subjek yang digunakan dalam eksperimen ini tidak cukup layak untuk
risiko dimana menyatakan bahwa mereka tidak difiksasi tetapi lebih kepada naif atau tidak
peduli.
4. Tidak seperti eksperimen psikologis dimana umpan balik diberikan kepada subjek, eksperimen
akuntansi tidak saja tidak memberikan umpan balik apapun , tetapi menggunakan tugas
eksperimen yang dinilai daripada optimal ( benar atau salah) , yang menduga bahwa subjek
dalam eksperimen akuntansi tidak pernah mengetahui jika perilaku mereka tidak sesuai.
5. Beberapa pengetahuan subjek mungkin saja menolak untuk mengubah keputusan mereka
( model) setelah perubahan akuntansi dengan alasan selain fiksasi jika :
7
1) Dia memandang perubahan tersebut tidak relevan,
2) Dia mengubah proses keputusannya sebagai tidak layak sementara dalam hal
itu mengarah pada suatu tindakan yang berbeda daripada yang telah
dilakukan,
3) Dia memandang keuntungan dari " keputusan yang lebih baik" tidak
memberati biaya dari pengajaran bagaimana untuk memproses perubahan,
4) Dia menduga manfaat bagi dirinya untuk bertindak dalam cara yang terfiksasi
karena peranan gandanya sebagai seorang pengirim informasi juga sebagai
pengguna informasi, dan
5) Kemungkinan seperangkat dimana dia tidak bisa atasi
Sebuah metodelogi yang layak akan menjadi beberapa bentuk dari analisis protocol, dimana
objek diminta untuk berpikir dengan keras saat memecahkan kebutuhan dari suatu ujian
eksperimen. Wawasan yang lebih baik terhadap fenomena fiksasi fungsional mungkin saja
dengan penggunaan analisis protocol, sebagaimana eksperimen dengan menggunakan tugas yang
lebih kaya, sekelompok kecil dari subjek, dan tanya jawab yang lebih baik. Penelitian yang
dilakukan oleh Hand (1990) mengamati apakah traditional fictional fixation hyphothesis yaitu
investor individual menginterprestasikan informasi akuntansi tanpa memperhatikan metode
akuntansi yang digunakan dan juga proses akuntansi yang terjadi hingga lahirnya informasi
akuntansi tersebut.
8
BAB 10
ESKALASI KOMITMEN
9
Ruchala (1999) menyatakan eskalasi komitmen merupakan keputusan manajer untuk tetap
melanjutkan kerugian meskipun secara prospek ekonomi proyek tersebut mengindikasikan
merugikan dan harus dihentikan. Sedangkan Staw (1997) menyatakan eskalasi komitmen terjadi
ketika individu maupun organisasi memilih serangkaian tindakan untuk tetap bertahan meskipun
prospek tindakan tersebut merugi, dalam hal ini kesempatan untuk tetap mempertahankan atau
meninggalkan komitmen tersebut sama-sama memiliki ketidakpastian dalam konsekuensinya.
Eskalasi komitmen menggambarkan kesalahan alokasi sumberdaya perusahaan yang estrim.
Eskalasi dapat terjadi dalam banyak proses bisnis seperti penggabungan usaha (akuisisi dan
merger), pengenalan produk baru, pengembangan atau instalasi perlengkapan baru, advertising.
Seringkali eskalasi disebut dengan “throwing good money after bad”. Teori eskalasi berasal dari
penelitian psikologi yaitu notion of face-saving, responsibility and blame, dan self-justification
(Ruchala, 1999). Sedangkan Staw dan Ross (1987) mengidentifikasi empat variabel yang
berdampak eskalasi yaitu project, psychological, social, dan structural.
Studi ini menyelidiki perbedaan antara bagaimana dua kelompok pembuat keputusan membuat
suatu keputusan kedua yang mengikuti suatu kegagalan sebelumnya. Satu kelompok telah
membuat diskusi awal, sementara kelompok yang lain menerima diskusi awal.
Dalam studi awal Staw (1976) dalam Bazerman (1994), menyimpulkan bahwa mekanisme yang
menggaris bawahi eskalasi adalah perselisihan kognitif atau pembenaran diri. Oleh sebab itu,
sekali seorang membuat suatu keputusan awal untuk menjalani suatu jalur tindakan, umpan balik
negatif bertentangan dengan pembuatan keputusan awal. Adapun upaya untuk menghilangkan
perselisihan ini untuk menaikkan komitmen terhadap tindakan awal dengan kepercayaan bahwa
sukses akan didapatkan pada jalur yang saat ini. Suatu kesimpulan penting dari studi ini adalah
bahwa perasaan bertanggung jawab oleh pembuat keputusan terhadap keputusan awal secara
signifikan membiaskan keputusan selanjutnya menuju eskalasi. Perasaan tanggung jawab
tersebut disebut juga dengan akuntabilitas.
Schoorman, dan Goodman (1980) dalam Bzaerman (1994) juga menemukan bahwa
kecenderungan untuk eskalasi secara signifikan dipengaruhi oleh :
10
a. Derajat kekecewaan yang dirasakan oleh pembuat keputusan ketika
umpan balik negatif dari keputusan awal diperoleh,
b. Persepsi tentang pentingnya keputusan tersebut, dan
c. Persepsi hubungan antara kedua keputusan.
Dalam paradigma eskalasi unilateral yang telah dijelaskan, semua usaha pembenaran yang
mengarah pada kebohongan eskalasi tidak rasional dalam diriseseorang, kita meninggikan
sesuatu karena komitmen sebelumnya dari diri kita. Namun, dalam paradigma esklasi kompetitif,
tambahan usaha kompetitif memakan proses eskalasi.
Pengamatan lebih jauh dari permainan pelelangan dolar (contoh) menunjukkan bahwa seseorang
yang menawar menciptakan masalah bagi dirinya sendiri. Memang benar satu penawaran lagi
mungkin menyebabkan orang yang lain akan berhenti. Namun, Jika ada dua penawar dengan
pemikiran yang sama maka hasilnya bisa sangat kacau. Akan tetapi, tanpa mengetahui pola
penawaran yang diduga dari lawan, kita tidak bisa menyimpulkan bahwa melangsungkan
penawaran adalah jelas salah.
Pembuat keputusan yang berhasil harus belajar untuk mengidentifikasi jebakan, dan kunci dari
permasalahan yang ada contohnya dalam mengidentifikasikan pelelangan sebagai suatu jebakan
dan angan pernah membuat penawaran apa pun. Salah satu strategi kognitif untuk
mengidentifikasi jebakan kompetisi adalah untuk mecoba mempertimbangkan kpeutusan dari
perspektif keputusan yang dibuat olehorang lain.
Paradigma eskalasi persaingan sangat umum dibarengi dengan paradigma stawunilateral. Dalam
contoh pelelangan dolar, persaingan dengan kelompok lain, yaitu keinginan untuk “menang”,
bertindak sebagai motivasi tambahan untukk meninggikan komitmen.
11
Staw (1997) menjelaskan bahwa eskalasi komitmen terjadi ketika individu
maupun organisasi memilih serangkaian tindakan untuk tetap bertahan meskipun
tengah ada kerugian yang didapat dimana kesempatan untuk tetap bertahan atau
meninggalkan komitmen tersebut sama-sama memiliki ketidakpastian dalam konsekuensinya.
Tindakan eskalasi dapat diminimalkan dengan menggunakan berbagai macam strategi, salah
satunya dengan cara melakukan pengendalian terhadap proyek-proyek investasi. Pengendalian
tersebut dilakukan dengan cara membatasi pengeluaran yang mungkin terjadi dengan
menggunakan anggaran yang ada. Elemen penting dari pengendalian proyek investasi adalah
progress report yang memperlihatkan item-item seperti jumlah yang dianggarkan, tanggal
pengeluaran, laporan laba rugi, persentase yang lengkap dan penjelasan-penjelasan untuk seluruh
variance (Suartana, 2010:121). Dengan adanya progress report diharapkan dapat mengurangi
keputusan bias karena adanya ketersediaan informasi yang lebih dalam. Eskalasi komitmen juga
dapat dihindari dengan cara menggunakan titik referensi keadaan saat ini untuk mengambil suatu
keputusan. Selain itu manajer seharusnya mengetahui bahwa waktu dan biaya yang telah
diinvestasikannya merupakan sunk cost, yang berarti biaya di masa lampau tidak dapat
diselamatkan dan biaya tersebut tidak lagi termasuk dalam pertimbangan pembuatan keputusan.
Manajer seharusnya mempertimbangkan seluruh langkah alternatif dari biaya yang akan muncul
dan keuntungan yang akan dihasilkan oleh setiap langkah alternatif yang akan diambil olehnya.
Cara lain yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan eskalasi komitmen adalah dengan
mengembangkan sistem informasi yang lebih baik (Harrel dan Harrison, 1993; dalam Effriyanti,
2005). Pemberian informasi ini dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk memverifikasi
perilaku manajernya sehingga kesempatan manajer untuk melakukan shirking dapat
diminimalkan karena manajer menyadari bahwa dia tidak dapat menipu perusahaan
12
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/12517731/fiksasi_fungsional_dan_fiksasi_data
https://id.scribd.com/document/510965345/Kelompok-9-Fiksasi-Fungsional-dan-Data-docx
Suartana, Dr.I Wayan. 2010. “Akuntansi Keperilakuan Teori dan Implementasi”. Yogyakarta :
ANDI.
13