Bancingena Br. Keliat

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 58

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu semakin

pesat.Fenomena tersebut mengakibatkan adanya persaingan dalam berbagai bidang kehidupan,

salah satu diantaranya bidang pendidikan.Menurut Undang-Undang nomor 20 tahun 2003tentang

sistem pendidikan nasional pasal 3, Tujuan pendidikan yaitu mengembangkan potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.Untuk menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas

diperlukan adanya peningkatan mutu pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan hendaknya

dikelola dengan semaksimal mungkin, baik secara kualitas maupun kuantitas. Pendidikan yang

bermutu akan menghasilkan generasi yang bermutu pula dan didalam pendidikan berhubungan

dengan bagaimana pembelajaran yang dilaksanakan untuk mewujudkan tujuan pendidikan.

Suatu pendidikan dapat dipandang bermutu dan diukur dari kedudukannya untuk ikut

mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan kebudayaan nasional adalah pendidikan yang

berhasil membentuk generasi muda yang cerdas, berkarakter, bermoral dan berkepribadian.

Maka dari itu perlu dirancang suatu sistem pendidikan yang mampu menciptakan suasana dan

proses pembelajaran yang menyenangkan, merangsang dan menantang bagi siswa sehingga

siswa mendapat hasil belajar yang baik.

Ki Hajar Dewantara (dalam hasbulah 1996) mengartikan pendidikan sebagai daya upaya

untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan
hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.

Menurut Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional secara tegas

menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinyauntuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Arah pendidikan bangsa Indonesia sudah bersifat utuh dan menyeluruh meliputi semua

ranah pendidikan yaitu bertujuan untuk mengembangkan semua potensi yang ada dalam diri

peserta didik. Muhyiddin (2012) mengatakan, “Disamping untuk meningkatkan kepandaian dan

intelektualitas, proses pendidikan juga harus dijiwai dengan nilai-nilai peningkatan keimanan,

ketakwaan dan akhlak mulia, karena disinilah arah pendidikan nasional kita yang telah diatur

undang-undang.” Pendidikan tidak hanya ditujukan untuk melahirkan generasi penerus bangsa

yang cerdas menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi saja atau hanya sekedar cerdas

intelektualnya saja.Pendidikan juga harus diarahkan untuk menghasilkan sumber daya manusia

yang cerdas sosial, cerdas pribadi/jiwa, cerdas spiritual, dan cerdas kinestetiknya.

Sekolah merupakan suatu lembaga yang memberikan pengajaran kepada murid-murid

nya ( Oemar 2001 :5 ). Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk

mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran didalam kelas diarahkan kepada

kemampuan anak untuk menghapal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan

menimbun berbagai informasi tampa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu

untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Keberhasilan suatu pembelajaran dapat

dilihat dari bagaimana seorang guru mengelola kelas dengan baik.


Dalam berhasilnya suatu pendidikan dibutuhkan suatu alat, namun alat yang paling utama

ialah guru. Guru sebagai komponen utama dalam dunia pendidikan dituntut untuk mampu

mengimbangi bahkan melampaui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

berkembang dalam masyarakat ( Kurinandar 2007 : 37 ) . Untuk menambah minat dan

kemampuan siswa dalam proses pembelajaran sering kali timbul berbagai masalah, ada yang

bersumber dari siswa maupun lingkungan, dan faktor yang paling berpengaruh adalah para

pendidik atau guru-guru yang megajar anak didik di sekolah. Pembelajaran masih disampaikan

dengan menggunakan model ceramah sehingga membuat siswa tidak tertarik untuk belajar.

Sedangkan siswa hanya mendengarkan apa yang dijelaskan guru serta mencatat hal yang di

anggap penting oleh siswa dan siswa kurang diberi kebebasan untuk mengungkapkan

pendapatnya terhadap materi yang diajarkan sehingga menyebabkan suasana belajar yang kurang

menarik. Salah satu materi pelajaran yang kurang diminati siswa adalah mata pelajaran fisika.

Dari praktek pengalaman lapangan (PPL) yang dilakukan peneliti di Smp negeri 13

Medan banyak masalah yang di temukan di sekolah tersebut salah satu nya dalam pembelajaran

fisika, guru mata pelajaran hanya menggunakan model konvensional dan hanya di kenalkan

dengan rumus-rumus dan perhitungan sehingga siswa menganggap fisika adalah pembelajaran

yang sulit dan membosankan, siswa hanya di tuntut untuk memahami materi yang di ajarkan

guru dan mengerjakan soal-soal fisika dan mengahapal rumus-rumus.

Permasalahan dalam pembelajaran disekolah sebenarnya dapat diatasi, jika guru dapat

memahami permasalahan-permasalahan pada proses pembelajaran dikelas dan mencari

bagaimana solusinya. Berhasilnya suatu pembelajaran tergantung bagaiman guru mengelola

kelas dengan baik, Menurut Surya (2005) guru yang profesional akan tercermin dalam

pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun
metode.Seringkali guru hanya menggunakan metode ceramah yang membuat siswa merasa tidak

tertarik.Untuk itu diperlukan sebuah strategi belajar dan model pembelajran yang baru sehingga

dapat memberdayakan siswa.

Salah satu model pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif mengeluarkan pendapat

dan menemukan konsefnya sendiri adalah model pembelajaran discovery learning. Menurut

hosnan (2014 : 282) mengemukakan bahwa discovery learning adalah suatu model untuk

mengembangkan cara belajar aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri maka hasil

yang diterima dapat diingat lama. Maksud dari penggunaan model Discovery Learning adalah

agar proses pembelajaran semakin bervariasi dan tidak membosankan, sehingga membuat siswa

semakin aktif dan semangat dalam mengikuti kegiatan proses pembelajaran. Siswa terlibat

langsung dalam proses pembelajaran yang dapat membuat siswa menjadi mandiri, berpikir kritis

dan demokratis sehingga hasil belajar siswa pun meningkat.

Jerome Bruner ( dalam H. Aris 2014 : 56) menyatakan bahwa model pembelajaran

discovery learning merupakan sebuah model pembelajaran yang menekankan pentingnya

membantu peserta didik untuk memahami struktur atau ide-ide kunci suatu disiplin ilmu,

kebutuhan akan keterlibatan aktivitas peserta didik dalam proses belajar, dan keyakinan bahwa

proses pembelajaran sejati terjadi melalui proses discovery. Model discovery leraning dapat

diartikan sebagai cara penyajian pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik

untuk menemukan informasi dengan atau tampa bantuan guru. Dalam hal ini, peserta didik diberi

bimbingan singkat untuk menemukan jawaban dan harus diusahakan agar jawaban atau hasil

akhir itu tetap ditemukan sendiri oleh siswa.

Model pembelajaran Discovery Learning pernah diteliti diantaranya (

Widiadnyana, sadia, 2014 ) menyatakan terdapat perbedaan nilai rata-rata pemahaman konsef
dan sikap ilmiah siswa yang signifikan antara kelompok siswa yang belajar dengan model

Discovery Learning dengan kelompok siswa yang belajar dengan model pengajaran langsung.

Menurut ( Kumalasari, D, Sudarti, & Lesmono, 2015) Discovery Learning berpengaruh terhadap

keterampilan proses sains siswa pada mata pelajaran IPA fiika dan model Discovery

Leaningberpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA fisika ( Iswati, D.A,

2015) menyatakan bahwa siswa meberikan respon positif terhadap penerapan model

pembelajaran Discovery Learning.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti ingin melakukan sebuah penelitian dengan

judul “ Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa

Pada Materi Pokok Pesawat Sederhana kelas VIII SMP NEGERI 37 MEDAN T.P

2019/2020 “

1.2 Identifikasi Masalah

Sebagaimana yang telah dijelaskan pada latar belakang diatas, maka yang menjadi

permasalahan pada penelitian ini adalah :

1. Persepsi siswa yang masih dominan beranggapan bahwa belajar fisika itu membosankan

dan sulit.

2. Minat belajar siswa dalam pelajaran fisika masih kurang

3. Guru jarang melibatkan siswa secara aktif selama kegiatan belajar

4. Model yang digunakan guru dalam pembelajaran kurang bervariasi

1.3 Batasan Masalah


Alasan peneliti dalam batasan masalah ini adalah mengingat waktu penelitian yang akan

dilaksanakan dalam batasan waktu yang tidak lama dan berdasarkan model yang akan di

gunakan maka, Untuk memperjelas ruang lingkup masalah yang akan diteliti, maka perlu

dijelaskan bahwa batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Materi yang diajarkan hanya materi pesawat sederhana

2. Model pembelajaran yang digunakan adalah discovery learning

3. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII Smp Negeri 37 Meda

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 37 Medan yang diajarkan

dengan model pembelajaran Discovery Learning pada materi pokok Pesawat

Sederhana T.P. 2019/2020?

2. Bagaimana aktivitas belajar siswa dengam menggunakan model pembelajaran

discovery learning pada materi pesawat sederhana di kelas VIII smp negeri 37

medan T.P 2019/2020.

3. Apakah ada pengaruh hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembel

ajaran discovery learning dengan pada materi pesawat sederhana dikelas

VIII Smp Negeri 37 Medan T.P 2019/2020?

1.5 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diajarkan dengan pembelajaran Discovery

Learning pada materi pokok pesawat sederhana di kelas VIII SMP Negeri 37 Medan T.P

2019/2020.

2. Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran

Discovery Learning pada materi pesawat sederhana kelas VIII Smp negeri 37 Medan T.P

2019/2020.

3. Untuk mengetahui adakah pengaruh model pembelajaran Discovery Learning terhadap

hasil belajar siswa pada materi pokok pesawat sederhana di kelas VIII SMP Negeri 37

Medan T.P 2019/2020.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :

1. Sebagai suatu bahan bekal pengetahuan bagi peneliti dalam mengajar fisika dikemudian

hari

2. Sebagai bahan masukan bagi para guru dan calon guru tentang variasi pembelajaran yang

dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan membuat proses belajar mengajar

menjadi menyenangkan

3. Sebagai bahan masukan bagi para peneliti untuk memperluas wawasan peneliti tentang

pengajaran yang menyenangkan dan meningkatkan motivasi


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis

A. Defenisi Belajar

Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di

sekitar individu siswa. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada

pencapaian tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman yang diciptakan guru

(Rusman 2015 : 11)

Skiner (dalam buku Dimyati & mudjiono) berpendapat bahwa pada saat orang belajar,

responsnya menjadi kuat apabila ia tidak belajar responsnya menjadi menurun. Beberapa ahli

pendidikan telah merumuskan defenisi dari belajar diantaranya adalah Sleto (dalam buku

Hamdani 2010 : 20), ’’belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai pengalamannya

sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya’’.


Gagne (dalam buku dimyati & mudjiono 2006 : 10) belajar merupakan kegiatan yang

kompleks. Menurut Alizamar (2016 : 1) belajar merupakan kegiatan yang berlangsung dalam

interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam hal

pengetahuan, keterampilan dan sikap.Menurut Kompri (2017) belajar adalah usaha sadar yang

dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang

menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu.

B. Tujuan Belajar

Menurut Sadirman ( 2011 : 26) Tujuan belajar ada 3 jenis yaitu :

(1) Untuk mendapatkan pengetahuan, Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir.

Pemilikan pengetahuan dan kemampuan berpikir sebagai yang tidak dapat

dipisahkan. Dengan kata lain, tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir

tampa bahan pengetahuan, sebalikknya kemampuan berpikir akan memperkaya

pengetahuan. Tujuan inilah yang memiliki kecendrungan lebih besar

perkembangnnya didalam kegiatan belajar. Dalam hal ini peran guru sebagai pengajar

lebih menonjol, (2) Penanaman konsef dan keterampilan Penanaman konsef atau

merumuskan konsef, juga memerlukan suatu keterampilan. Jadi soal keterampilan

yang bersifat jasmani maupun rohani. Keterampilan jasmaniah adalah keterampilan-

keterampilan yang dapat dilihat, diamati, sehingga akan menitikberatkan pada

keterampilan gerak/penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar.

Termasuk dalam hal ini masalah-masalah ‘’teknik’’ dan ‘’pengulangan’’.sedangkan

keterampilan rohani lebih rumit, karena tidak selalu berurusan dengan masalah-

masalah keterampilan yang dapat dilihat bagaimana ujung panggkalnya, tetapi lebih

abstrak, menyangkut persoalan-persoalan penghayatan dan keterampilan berpikir


serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsef.

Jadi semata-mata bukan soal ‘’pengulangan’’ tetapi mencari jawab yang cepat dan

tepat.

Keterampilan memang dapat dididik, yaitu dengan banyak melatih kemampuan.

Demikian juga mengungkapkan perasaan melalui bahasa tulis atau lisan, bukan soal kosa

kata atau tata bahasa, semua memerlukan banyak latihan. Interaksi yang mengarah pada

pencapaian keterampilan itu akan menuruti kaidah-kaidah tertentu dan bukan semata-

mata hanya menghapal atau meniru, (3) Pembentukan sikap dalam menumbuhkan sikap

mental, perilaku dan pribadi anak didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam

pendekatnnya. Untuk ini dibutuhkan kecakapan dalam mengarahkan motivasi dan

berpikir dengan tidak lupa menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau

model. Dalam interaksi belajar-mengajar guru akan senantiasa diobservasi, dilihat,

didengar, ditiru semua perilakunya oleh para siswanya. Dari proses observasi siswa

mungkin juga menirukan perilaku gurunya, sehingga diharapkan terjadi proses

internalisasi yang dapat menumbuhkan proses penghayatan pada setiap diri siswa untuk

kemudian diamalkan.

C. Jenis jenis Belajar

Menurut Slameto (dalam S. Nasution 2010:5), ada beberapa jenis dari belajar yaitu :

(1) Belajar bagian (part learning, fraction learning) yaitu belajar yang dilakukan

untuk mempermudah pemahaman dengan cara membagi suatu materi pembelajaran

menjadi beberapa bagian yang dapat berdiri sendiri, (2) Belajar dengan wawasan

(learning by insight), maksudnya adalah bahwa dalam proses penyelesaian masalah


yang dihadapi dilakukan dengan pola pemikiran atau kreatifitas sendiri, (3) Belajar

diskriminatif (discriminative learning), yaitu suatu usaha untuk memiliki beberapa

sifat situasi dan kemudian menjadikannya sebagai pedoman dalam bertingkah laku,

(4) Belajar global keseluruhan (global whole learning) diterapkan dengan cara

mengulang-ulang materi pelajaran sampai benar-benar dikuasai, (5) Belajar

incidental (incidental learning), dikatakan belajar insidental bila ada instruksi atau

petunjuk yang diberikan kepada individu mengenai materi pelajaran yang akan

diujikan kelak, (6) Mental learning belajar instrument (instrumental learning) yaitu

pemberian hadiah atau penghargaan kepada siswi bila berprestasi dan sebaliknya

bagi yang tidak dapat akan diberikan hukuman, (7) Belajar intensional (intentional

learning) yaitu belajar yang dilakukan tampa ada petunjuk atau arahan terlebih

dahulu tentang materi yang akan diujikan artinya semua dapat dilakukan secara tiba-

tiba, (8) Belajar laten (latent learning), pada belajar laten perubahan tingkah laku

yang terlihat tidak terjadi segera tetapi melalui tahap-tahap yang memerlukan waktu,

(9) Belajar mental (mental learning), yaitu belajar dengan cara melakukan observasi

dari tingkah laku orang lain, membayangkan gerakan-gerakan orang lain dan mampu

menerapkannya dalam kehidupannya, (10) Belajar produktif (productive learning)

yaitu mampu menerapkan suatu prinsip penyelesaian suatu persoalan dalam suatu

situasi ke situasi yang lain, (11) Belajar verbal (verval learning) yaitu belajar

mengenai materi verval dengan memulai latihan dan ingatan.

D. Ciri-ciri belajar
William Burton (2001) menyimpulkan uraiannya yang cukup panjang tentang prinsip-

prinsip belajar sebagai berikut :

(1) Proses belajar ialah pengalaman, berbuat, mereaksi, dan melampaui (under

going), (2) Proses itu melalui bermacam-macam ragam pengalaman dan mata

pelajaran-mata pelajaran yang terpusat pada suatu tujuan tertentu, (3) Pengalaman

belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan murid, (4) Pengalaman belajar

bersumber dari kebutuhan dan tujuan murid sendiri yang mendorong motivasi yang

kontinu, (5) Proses belajar dan hasil belajar disyarati oleh hereditas dan lingkungan,

(6) Proses belajar dan hasil usaha belajar secara materil dipengaruhi oleh perbedaan-

perbedaan individual dikalangan murid-murid, (7) Proses belajar berlangsung secara

efektif apabila pengalaman-pengalaman dan hasil-hasil yang diinginkan disesuaikan

dengan kematangan murid, (8)Proses belajar yang terbaik apabila murid mengetahui

status dan kemajuan, (9) Proses belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai

prosedur, (10) Hasil-hasil belajar secara fungsional bertalian satu sama lain, tetapi

dapat didiskusikan secara terpisah, (11) Proses belajar berlangsung secara efektif di

bawah bimbingan yang merangsang dan membimbingtampa tekanan dan paksaan,

(12) Hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, penegrtian-pengertian,

sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan keterampilan, (13) Hasil-hasil belajar diterima

oleh murid apabila memberi kepuasan pada kebutuhannya dan berguna serta

bermakna baginya, (14) Hasil-hasil belajar dilengkapi dengan jalan serangkaian

pengalaman-pengalaman yang dapat dipersamakan dan dengan perimbangan yang

baik, (15) Hasil-hasil belajar itu lambat-laun dipersatukan menjadi kepribadian

dengan kecepatan yang berbeda-beda, (16) Hasil-hasil belajar yang telah dicapai
adalah bersifat kompleks dan dapat berubah-ubah (adaptable), jika tidak sederhana

dan statis.

E. Prinsip-prinsif belajar

Menurut Bruce Weil (dalam buku Rusman 2015 : 31), ada tiga prinsip penting dalam

proses pembelajaran, yaitu: pertama, proses pembelajaran adalah membentuk kreasi

lingkungan yang dapat membentuk atau mengubah struktur kognitif siswa. Kedua,

berhubungan dengan tipe-tipe pengetahuanyang harus dipelajari.Pengetahuan tersebut adalah

pengetahuan fisis, social dan logika. Ketiga, dalam proses pembelajaran harus melibatkan

peran sosial. Atas dasar tiga prinsip pembelajaran tersebut diatas, maka proses

pembelajaranharus diarahkan agar siswa mampu mengatasi setiap tantangan dan rintangan

dalam kehidupanyang cepat berubah, melalui sejumlah kompetensi yang harus dimiliki, yang

meliputi kompetensi akademik, kompetensi okupasional, kompetensi kultural dan

kompetensi temporal. Prinsip-prinsip belajar relatif berlaku umum berkaitan dengan :

(1) Perhatian dan motivasi, Perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan

belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran itu

dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau

diperlukan lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan

membangkitkan motivasi untuk memperlajarinya, (2) Keaktifan, Belajar tidak dapat

dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain. Belajar

hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalaminya sendiri, (3) Keterlibatan

langsung.Menurut Edgar Dale, dalam penggolongan pengalaman belajar yang dituangkan

dalam cone experience atau kerucut pengalaman, mengemukakan bahwa belajar yang
paling baik adalah belajar dari pengalaman langsung, (4) Pengulangan Menurut teori

psikologi daya, belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas

mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir dan sebagainnya.

Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang, (5)

Tantangan, Teori medan (field theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa

dalam situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologi. Tantangan yang

dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan

belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat

siswa tertantang untuk mempelajarinya

F. Aktivitas Belajar

Belajar pada prinsipnya adalah perbuatan.Berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi

melakukan kegiatan belajar tidak dikatakan belajar jika tidak ada aktivitas.Aktivitas merupakan

prinsip atau asa yang penting didalam interaksi belajar dan mengajar.Aktivitas belajar adalah

aktivitas yang bersifat fisik ataupun mental yang saling berkaitan. Menurut Rusman (2011:323),

pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam

berbagai aktivitas kegiatan pembelajaran, sehingga siswa mampu mengaktualisasikan

kemampuannya didalam dan diluar kelas.

Menurut Oemar Hamalik, aktivitas belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku

individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut adalah : pengetahuan,

pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau

budi pekerti sikap.


Dari pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan

suatu proses kegiatan belajar siswa yang menimbulkan perubahan-perubahan atau pembaharuan

dalam tingkah laku atau kecakapan. Aktivitas belajar diperlukan aktivitas, sebab pada prinsipnya

belajar adalah berbuat, mengubah tingkah laku.

G. Model pembelajaran

1. Pengertian model pembelajaran

Menurut Meyer ( dalam buku Trianto 2009 : 21) Model adalah suatu objek atau konsep

yang digunakan untuk mempresentasikan suatu hal.sesuatu yang nyata dan dikonversi untuk

suatu bentuk yang lebih komprehensif.

Soekamto ( dalam aris shoimin 2014 : 23) model pembelajaran adalah kerangka

konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman

belajar untum mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para

perencana pembelajaran dan para pengajar dalam menciptakan aktivitas belajar mengajar.

Dan menurut Joyce dan Weil (dalam buku fathurrohman 2015: 30) mendefenisikan

model pembelajaran sebagai suatu prencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman

dalam melaksanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk

menetukan perangkat-perangkat pembelajaran.

2. Ciri-ciri model pembelajaran

Pada umunya model-model mengajar yang baik memiliki sifat-sifat atau ciri-ciri yang

dapat dikenali secara umum sebagai berikut :Suyanto dan Asep (dalam istirani & intan 2015 :

276).
(1) memiliki prosedur yang sistematik. Sebuah model pembelajaran bukan sekedar

merupakan gabungan berbagai fakta yang disusun secara sembarangan, tetapi merupakan

prosedur yang sistematik untuk memodifikasi perilaku siswa, yang didasarkan asumsi-

asumsi tertentu. (2) Hasil belajar dirumuskan secara khusus. Setiap model pembelajaran

wajib menentukan tujuan-tujuan khusus yang ingin dicapai oleh siswa. Pencapain ini

dilakukan melalui rincian kerja siswa yang dapat diamati. Artinya, apa yang harus

dipertunjukan oleh siswa disusun secara rinci dan khusus. (3) Penetapan lingkungan

secara khusus. Menetapkan keadaan lingkungan agar siswa spesifik dalam model

mengajar. Hal ini perlu dilakukan agar siswa bias belajar secara kondusif. (4) Ukuran

keberhasilan. Model pembelajaran harus menetapkan kriteria keberhasilan ujuk kerja

yang diharapkan dari siswa. Model pembelajaran senantiasa menggambarkan dan

mejelaskan hasil-hasil belajar dalam bentuk perlakukan yang seharusnya ditunjukkan

oleh siswa setelah menempuh dan menyelesaikan urutan pengajarannya. (5) Interaksi

dengan lingkungan. Semua model pembelajaran menetapkan cara yang memungkinkan

siswa melakukan interaksi dan bereaksi dengan lingkungan belajarnya.

3. Model pembelajaran Discovery Learning

Model pembelajaran discovery learning pertama kali dikembangkan oleh Jerome Bruner,

seorang ahli psikologi yang lahir di New York pada tahun 1915.Bruner menganggap bahwa

belajar penemu (discovery learning) sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh

manusia dan dengan sendirinya memberikan hal yang paling baik.Bruner menyerankan agar

siswa hendaknya belajar melalui berpartisipasi aktif dengan konsef-konsef dan prinsif-prinsif
agar mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen-

eksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan konsef dan prinsif itu sendiri.

Menurut Sani (2014:97-98), discovery learning merupakan proses dari inkuiri, discovery

learning adalah metode belajar yang menuntut guru lebih kreatif menciptakan situasi yang

membuat peserta didik belajar aktif dan menemukan pengetahuan sendiri. Maharani dan

Hardini (2017 : 552), discovery learning adalah proses pembelajaran yang penyampaian

materinya tidak utuh, karena model pembelajaran discovery learning menuntut siswa terlibat

aktif dalam proses pembelajran dan menemukan sendiri suatu konsef pembelajaran.

Belajar penemuan adalah proses belajar dimana guru harus menciptakan situasi belajar

yang problematis, menstimulus siswa dengan pertanyaan-pertanyaan, mendorong siswa

untuk mencari jawaban sendiri dan melakukan eksperimen. Belajar penemuan (discovery

learning) pada akhirnya dapat menigkatkan penalaran dan kemampuan untuk berpikir secara

bebas dan melatih ketarampilan kognitif siswa dengan cara menemukan dan memecahkan

masalah yang ditemui dengan pengetahuan yang telah dimiliki dan menghasilkan

pengetahuan yang benar-benar bermakna bagi dirinya.

4. Langkah-Langkah Pembelajaran Discovery Learning

Dalam mengaplikasikan model discovery learning dikelas, secara umum ada beberapa

prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran, yaitu :

Stimulation (situasi/pemberian rangsangan)


Pertama-tama pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan

kebingungan, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul

keinginan untuk meyelidiki sendiri.Disamping itu guru dapat memulai kegiatan

pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku daan aktifitas

belajar lainnya yang mengarah pada kesiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap

ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan

dan membantu siswa untuk melakukan eksplorasi.

Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah)

Setelah melakukan stimulasi yang langkah selanjutnya adalah guru memberi kesempatan

kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang

relevan dengan bahan pelajaran, kemudian pilih salah satu masalah dan dirumuskan

dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah).Memberikan

kesempatan siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisa permasalahan yang mereka

hadapi, merupakann teknik yang berguna dalam membangun pemahaman siswa agar

terbiasa unutuk menemukan masalah.

Data collection (pengumpulan data)

Tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya

hipotesis, dengan memberi kesempatan siswa mengumpulkan bebagai informasi yang

relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan narasumber,

melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.Konsekuensi dari tahap ini adalah siswa

belajar secara aktif unutk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan
yang dihadapi, dengan demikian secara tidak disengaja siswa menghubungkan masalah

dengan pengetahuan yang telah dimiliki.

Data processing (pengolahan data)

Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh

para siswa baik melalui wawancara, observasi dan sebagainya, semuanya diolah, diacak ,

diklarifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta

dirafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu. Data processing disebut juga dengan

pengkodean coding/kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsef dan

generalisasi. Dari generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan baru

tentang alternatif jawaban penyelesaian yang perlu mendapatkan pembuktian secara

logis.

Verification (pembuktian)

Pada tahap ini siswa memeriksa secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya

hipotesis yang ditetapkan dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data yang

telah diolah. Verivikasi bertujuan agar proses belajar berjalan dengan baik dan kreatif

jika guru memberikan kesempatakan kepada siswa untuk menemukan suatu konsef, teori,

aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannnya.

Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada peryataan atau

hipotesiss yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau

tidak, apakah terbukti atau tidak.

Generalization (menarik kesimpulan/ generalisasi)


Tahap generalisasi adalah proses menarik kesimpulan yang dapat dijadikan prinsif umum

dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil

verifikasi.

5. Ciri-Ciri Model Discovery Learning

Ciri utama model discovery learning adalah sebagai beriku :

1. Berpusat pada siswa

2. Mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menghubungkan, dan

menggeneralisasikan pengetahuan.

3. Kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada

(Kristin,2016:92).

6. Kelebihan Model Discovery Learning

Menurut Jerome Bruner( dalam Chandra Ertikanto 2016), ada beberapa kelebihan

discovery learning yaitu :

1. Pemahaman siswa terhadap konsef akan lebih baik.

2. Menambah daya ingat sehingga memudahkan mengadakan transper pada proses belajar

yang baru.

3. Mendorong siswa belajar aktif dan berinisiatif.

4. Menggunakan pertanyaan yang sifatnya open-ended memungkinkan siswa berpikir

intuitif dan menggunakan hipotesa sendiri.

5. Menimbulkan kepuasan yang bersifat intrinsik.

6. Lebih merangsang siswa untuk belajar.


7. Menambah keterampilan dalam proses kognitif hingga kesiapan siswa lebih mantap.

8. Memproleh pengetahuan bersifat individual sehingga lebih kokh tertanam pada jiwanya.

9. Memperkuat kepercayaan diri dalam proses penemuan.

10. Memperoleh kesempatan untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuannya.

7. Kekurangan Model Discovery Learning

Model pembelajaran discovery learning memiliki beberapa kekurangan yaitu :

1. Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental, memiliki keberanian dan

keinginan yang kuat untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik.

2. Bila kelas terlalu besar penggunaan model ini akan kurang efektif.

3. Membutuhkan waktu yang relative lama.

8. Tujuan model pembelajaran discovery learning

Tujuan model pembelajaran discovery learningyaitu memberikan kesempatan siswa

untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran, mendorong siswa belajar aktif dengan

menghubungkan pengelaman yang dimiliki siswa dengan pengalaman baru yang dipelajari

sehingga siswa dapat menemukan jawaban-jawaban atas permasalahan yang diberikan guru.

9. Model pembelajaran konvensional

Model Pembelajaran Konvensional merupakan istilah dalam pembelajaran yang lazim

diterapkan dalam pembelajaran sehari-hari yang sudah terbiasa dilakukan, sifatnya berpusat pada

guru sehingga pelaksanaannya kurang memperhatikan keseluruhan situasi belajar. Model

pembelajaran konvensional disebut juga model pembelajaran yang sangat biasa digunakan guru

dalam pembelajaran, yaitu metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan.


Syaiful B.D (2006: 97), metode ceramah adalah cara penyajian pelajaran yang dilakukan

guru dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap siswa. Metode ini lebih

banyak menuntut keaktifan guru dari pada murid. Adapun langkah-langkah dalam metode

ceramah adalah :

a. Mendefinisikan beberapa istilah.

b. Pembuatan bagian dan sub bagian yang dibicarakan.

c. Pembuatan ikhtisar

d. Mengajukan dan memecahkan kesulitan siswa untuk dijelaskan oleh guru.

Syaiful B.D (2006: 94), metode Tanya jawab adalah cara penyajian pembelajaran dalam

bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari

siswa kepada guru. Adapun langkah-langkah dalam metode tanya jawab adalah :

a. Presentasi materi/masalah

b. Pemberian pertanyaan

c. Memberi jawaban

d. Menyimpulkan hasil jawaban

Secara umum ciri-ciri model pembelajaran konvensional antara lain :

a. Pembelajaran lebih berpusat pada guru

b. Komunikasi lebih banyak satu arah dari guru ke siswa

c. Para siswa selalu melakukan kegiatan sendiri

d. Mengajar berpusat pada bahan pelajaran.

Berdasarkan penjelasan di atas, model pembelajaran konvensional dapat dimaknai sebagai

model pembelajaran yang lebih banyak berpusat pada guru.


2.2 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah rangkaian-rangkaian pengertian logis yang dipakai untuk

mengarahkan jalan pemikiran dalam penelitian agar diperoleh letak masalah yang tepat.

Keberhasilan proses belajar mengajar pada pembelajaran fisika dapat diukur dari keberhasilan

belajar siswa. Dengan model pembelajran yang sesuai dapat mencapai prestasi belajar yang

tinggi.

Discovery learning adalah metode belajar yang menuntut guru lebih kreatif menciptakan

situasi yang membuat peserta didik belajar aktif dan menemukan pengetahuan sendiri. Dalam

mengaplikasikan model pembelajaran discovery learning guru berperan sebagai pembimbing

dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif. Sebagaimana pendapat

guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan.

Dalam pembelajaran model pembelajaran discovery learning guru membimbing siswa

dengan, memberikan rangsangan awal untuk memancing siswa bertanya, mengidentifikasi

masalah, mengumpulan data, mengolah data, membuktikan, dan menarik kesimpulan. Dengan

demikian diharapkan siswa terlibat secara aktif sehingga tercipta interaksi proses pembelajaran

yang baik dan belajar dirasakan lebih bermakna.

Untuk mengetahui apakah ada pengaruh pembelajaran discovery learning terhadap hasil

belajar siswa, maka dilakukan pengukuran kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kontrol

berdasarkan tes hasil belajar yang sama pada materi pokok getaran dan gelombang di kelas VIII

SMP negeri 37 Medan, lalu hasilnya dibandingkan sehingga diketahui bahwa kedua kelas

memiliki kemampuan awal yang sama. Setelah itu, diberikan perlakukan berupa model

pembelajaran discovery learning pada kelas eksperimen dan metode konvensional pada kelas
control. Selanjutnya, tes hasil belajar yang sama diujikan kembali kepada kelas eksperimen dan

control serta dibandingkan hasilnya.

Jika hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan hasil belajar kelas kontrol,

maka dapat diketahui bahwa ada pengaruh model pembelajaran discovery learning terhadap hasil

belajar siswa pada materi pokok getaran dan gelombang.

2.3 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoritis

dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat kebenarannya (Margono 2010 : 67)

Berdasarkan kerangka bepikir diatas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan pada penggunaan model pembelajaran Discovery

Learning terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok pesawat sederhana di kelas

VIII

SMP negeri 37 Medan T.A 2019/2020.

2.4 Materi Ajar

Pesawat sederhana

Manusia selalu berusaha memperoleh kemudahan dalam melakukan pekerjaan.Oleh

karena itulah manusia membuat alat-alat yang dapat mempermudah pekerjaan nya.Alat-alat

yang dapat mempermudah pekerjaaan disebut pesawat sederhana. Contoh dalam kehidupan

sehari-hari ,misalnya kita akan menancapkan paku pada kayu, tentu akan sulit tampa palu,

begitu pula ketika kita akan membuka baut akan kesulitan tampa bantuan dari kunci

pembukannya. Jadi, pesawat sederhana adalah alat mekanik yang dapat mengubah arah atau

besaran dari suatu gaya. Secara umum, alat-alat ini bisa disebut sebagai mekanisme paling
sederhana yang memanpaatkan keuntungan mekaniik untuk menggandakan gaya. Sebuah

pesawat sederhana menggunakan satu gaya kerja untuk bekerja melawan satu gaya beban.

Berikut jenis- jenis dari pesawat sederhana sebagai berikut :

1. Tuas/ Pengungkit

Pengungkit merupakan alat yang berfungsi untuk mengangkat atau mengungkit suatu

benda yang berat. Pengungkit bisa dalam bentuk sebatang kayu, sebilah bambu, atau

logam yang diberi gaya pada salah satu sisinya. Gaya yang diberikan pengungkit disebut

kuasa. Keuntungan mekanik tuas adalah perbandingan antara gaya beban (w) dengan

gaya kuasa (F). Semakin panjang lengan kuasanya, maka keuntungan mekaniknya akan

semakin besar. Tuas memiliki bagian yaitu : titik tumpu, titik kuasa dan titik beban.

Fk x Lk = Fb x Lb (2.1)

Keterangan :

Fk = gaya kuasa (N)

Lb = lengan beban (m)

Fb = gaya beban atau berat benda (N)

Lb = lengan beban

Keuntungan mekanik dari Tuas :

KM = (2.2)

Tuas tergolong menjadi 3 bagian yaitu :

Tuas golongan pertama

Yaitu tuas yang kedudukan titik tumpunya terletak diantara titik beban dan titik kuasa.

Peralatan yang prinsip penggunaanya menggunakan pengungkit jenis pertama antara lain

pemotong kuku, tang, gunting, linggis, dan jungkat-jungkit.


Gambar 2.1 contoh Tuas
( sumber : https ://blog.ruangguru.com )
Tuas golongan kedua

Tuas jenis II adalah tuas dengan titik beban diantara titk tumpu dan titik kuasa.Contoh

peralatan atau pesawat sederhana yang menggunakan jenis ini adalah gerobak beroda

satu, pelubang kertas, pemotong pelat logam, dan pemotong kertas.

Gambar 2.2 contoh tuas


( sumber : https ://blog.ruangguru.com )

Tuas golongan ketiga


Tuas jenis III adalah tuas dengan titik kuasa diantara titk tumpu dan titik beban.Contoh

peralatan atau pesawat sederhana yang menggunakan jenis tuas jenis III adalah lengan,

sekop, stapler, penjepit roti, dan pinset.

Gambar 2.3 contoh tuas


( sumber : https ://blog.ruangguru.com )

2. Bidang Miring

Bidang miring merupakan salah satu pesawat sederhana yang digunakan untuk

memindahkan barang dengan lintasan miring.Dengan menggunakan bidang miring, maka

beban yang berat jika dipindahkan ke tempat lebih tinggi menjadi lebih mudah dan

ringan.

Gaya yang kita keluarkan menjadi lebih kecil apabila kita memindahkan barang

menggunakan bidang miring.Semakin landai suatu bidang miring, maka semakin ringan

pula beban yang kita pindahkan.Meskipun penggunaan bidang miring memiliki

keuntungan dapat memindahkan benda ke tempat lebih tinggi dengan gaya yang kecil,
akan tetapi kelemahannya adalah jarak yang ditempau menjadi lebih jauh dan

membutuhkan waktu yang lama untuk memindahkan.

Contoh penerapan bidang miring lainnya adalah pada saat orang memindahkan drum ke

dalam bak truk dengan menggunakan papan sebagai bidang miringnya. Drum yang besar

dan tersebut dapat lebih mudah dipindahkan ke atas truk.

Gambar 2.4 contoh bidang miring


( sumber : https ://id.wikipedia.org/wiki/bidang_miring )

Anak tangga yang dibuat di dalam rumah, juga merupakan contoh dari bidang miring. Dengan

melewati anak tangga yang berkelok, maka kita akan lebih mudah mencapai posisi lebih atas

dalam sebuah rumah dengan gaya lebih kecil.


Gambar 2.5 contoh bidang miring
( sumber : https ://id.wikipedia.org/wiki/bidang_miring )

Secara sederhana, komponen-komponen sistem kerja bidang miring dapat digambarkan sebagai

berikut :

Gambar 2.6 contoh bidang miring


( sumber : https ://id.wikipedia.org/wiki/bidang_miring )

Keterangan :

w = beban yang dipindahkan (satuan Newton)

F = kuasa untuk memindahkan beban (satuan Newton)

s = panjang papan bidang miring (satuan meter)

h = tinggi bidang miring (satuan meter)

Hubungan antara beban (w), kuasa (F), panjang bidang miring (s), dan tinggi bidang miring (h)

sebagai berikut.

wxh=fxs (2.3)

Keuntungan Mekanik Bidang Miring

Keuntungan yang didapatkan apabila menggunakan bidang miring sebagai alat bantu

kerja dinamakan keuntungan mekanik bidang miring.Besarnya keuntungan mekanik dinyatakan

sebagai perbandingan antara berat beban yang akan diangkat dengan besar gaya kuasa yang
diperlukan.Keuntungan mekanik bidang miring juga dapat diartikan sebagai perbandingan antara

panjang bidang miring dengan tinggi bidang miring.

KM = = (2.4)

3. Katrol

Pengertian katrol adalah roda ataupun cakram pejal yang berputar pada porosnya, dan

dilewati sebuah rantai ataupun tali.salah satu Ujung untuk menarik dan ujung satu lainya

adalah letak beban. Roda yang tepi kanan dan kirinya dibuat lebih tinggi dari bagian

tengah agar tali bisa dipasang dan bergerak sepanjang badan roda tersebut.Benda ini

sangat banyak kegunaannya bagi kehidupan sehari-hari misalnya untuk menimba

air.Katrol dapat mempermudah pengambilan air di dalam sumur. Bukan hanya itu katrol

dapat di gunakan untuk mengangkat benda yang berat dalam proses pembangunan

gedung. Katrol hampir sama dengan kuas atau penguntit yaitu fungsnya membantu untuk

mengangkat beban berat.

Katrol dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :

Katrol Tetap

Katrol tetap adalah katrol yang porosnya dipasang di suatu tempat yang tetap,

sehingga katrol tidak dapat berpindah tempat saat digunakan. Pada katrol tetap, gaya

kuasa yang dikeluarkan akan bernilai sama dengan berat bebannya. Hal ini yang

menyebabkan keuntungan mekanis katrol tetap bernilai satu.Katrol tetap biasanya

sering kamu temukan pada tiang bendera dan sumur timba.


Gambar 2.7 katrol tetap
(sumber : https://rumus.co.id/katrol/)

Katrol tetap adalah katrol yang penempatannya tetap di suatu tempat, berikut adalah gambar

katrol tetap.

Keterangan:
A = titik bebab
B= titik kuasa
O = titik tumpu
OA = lengan beban (lb)
OB = lengan kuasa (lk)
Fb = gaya beban (w)
Fk = gaya kuasa ( f )

Untuk mengangkat beban seberat w, maka kita harus menarik tali dengan gaya F. Gaya

berat w besarnya sama dengan besar gaya tarik (F). Maka rumus yang berlaku pada katrol tetap

adalah :

W=F (2.5)

keuntungan mekanik dari katrol tetap :


KM = = =1 (2.6)
Katrol tunggal bebas

katrol bebas adalah katrol yang porosnya tidak dipasang di suatu tempat yang

tetap, sehingga katrol dapat berpindah tempat atau bergerak bebas saat digunakan. Pada

katrol jenis ini, gaya kuasa yang dikeluarkan untuk menarik bebannya bernilai setengah

dari berat bebannya. Oleh karena itu, keuntungan mekanis katrol bebas bernilai 2.Katrol

bebas biasanya ditemukan pada alat-alat pengangkat peti kemas di pelabuhan.

Gambar 2.8 katrol tunggal bebas


(sumber : https://rumus.co.id/katrol/)

A = titik beban

B = titik kuasa

O = titik tumpu

OA = lengan beban (lb)


OB = lengan kuasa (lk)

Fb= gaya beban (W)

Fk = gaya kuasa (F)

Maka,
Fk = Fb (2.7)

Keuntungan mekanik dari katrol bebas yaitu :

KM = (2.8)

Katrol Majemuk

Katrol majemuk ialah kombinasi antara katrol tetap dan katrol

bergerak.Prinsipnya, beban diletakkan pada sebuah titik poros katrol bergerak. Katrol

yang dilekatkan ke beban ini kemudian dihubungkan dengan beberapa katrol bergerak

lain dan yang terakhir di kaitkan pada katrol tetap.


Gambar 2.9 katrol majemuk
(sumber :https://rumus.co.id/katrol/)

Maka :

F = 1/n. W (2.9)

Keterangan :

F = Usaha (N)

N = Banyaknya tali pengait

W = Berat benda (N)

KM = n = banyaknya katrol yang digabung

Katrol ganda atau katrol kombinasi adalah beberapa katrol yang dirangkai dan pada umumnya

digunakan untuk mengangkat benda-benda yang berat

2.5 Hasil Belajar

Menurut (Rusman, 2015:67) hasil belajar adalah sejumlah pengalaman yang diperoleh

siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.Belajar tidak hanya penguasaan
konsef teori mata pelajaran saja, tapi juga pengusaan kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat-

bakat, penyesuaian sosial, macam-macam keterampilan, cita-cita, keinginan dan harapan.

Selanjunjutnya menurut Oemar Hamalik dalam Rusman (2015: 67) yang mengatakan

bahwa hasil belajar itu dapat terlihat dari terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku,

termasuk juga perbaikan perilaku.

Dari penjelasan diatas, maka hasil belajar dilihat dari proses pembelajaran yang

dilakukan. Guru sebagai motivator dan pengajar harus dapat mengamati terjadinya perubahan

tingkah laku pada saat proses belajar diamati pada perubahan perilaku siswa setelah dilakukan

penelitian. Tolak ukur keberhasilan siswa berupa nilai yang diperolehnya .nilai itu diperoleh

setelah siswa melakukan proses belajar dalam jangka waktu tertentu dan selanjutnya mengikuti

tes akhir. Kemudian dari tes itulah guru menentukan prestasi belajar siswanya.

Faktor-faktor yang memperngaruhi hasil belajar

Hasil belajar adalahkemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

belajarnya (Rusman 2015 : 67) . Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses

pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru

tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan

pembelajaran. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-

kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Munandi dalam Rusman (2015:

67) meliputi faktor internal dan eksternal, yaitu :

a. Faktor Internal

1) Faktor fisiologis
Secara umum kondisi fisiologis, seperti kodisi kesehatan yang prima, tidak dalam

keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan sebagainnya. Hal-

hal tersebut dapat mempengeruhi siswa dalam menerima materi pelajaran.

2) Faktor Psikologis

Setiap individu dalam hal ini siswa pada dasarnya memiliki kondisi psikologis

yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut mempengaruhi hasil

belajarnya.Beberapa faktor psikologis meliputi inteligensi(IQ), perhatian, minat,

bakat, morivasi, kognitif, dan daya nalar siswa.

b. Faktor Eksternal

1) Faktor lingkungan

Faktor lingkungan dapat mempengaruhi hasil belajar.Faktor lingkungan ini meliputi

lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnya suhu, kelembaban

dan lain lain. Belajar pada tengah hari di ruang yang memiliki ventilasi udara yang

kurang tentunya akan berbeda suasana belajarnya dengan yang belajar yang di pagi

hari yang udaranya masih segar dan di ruang yang cukup mendukung untuk bernapas

lega.

2) Faktor Instrumental

Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaanya

dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan.Faktor-faktor instrumental ini

berupa kurikulum, saran dan guru.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 37Medan dengan alamat Jln. Timor No.36B

Medan dan waktu pelaksanaannya selama 4 kali pertemuan ( 2 minggu) pada Tahun Ajaran

2019/2020 di kelas VIII. Adapun tahap-tahap penelitian yang dilakukan peneliti mulai dari awal

sampai penelitian ini selesai adalah seperti pada tabel berikut :

TABEL 3.1

Bulan
No Kegiatan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul

1 PersiapanProposal
Penelitian
2 Bimbingan Proposal

3 Seminar Proposal

4 Mengurus Surat Izin

Penelitian

5 Melaksanakan Penelitian

6 Mengolah Data

7 Bimbingan skripsi

8 Pengesahan Dosen

3.2 Populasi dan Sampel

A. Populasi Penelitian

Populasi menurut Babbie (1983) ( dalam buku Sukardi 2003 : 53) adalah elemen

penelitian yang hidup dan tinggal bersama-sama dan secara teoretis menjadi target hasil

penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 37 Medan

Tahun Pembelajaran 2019/2020 yang berjumlah 8 (enam) kelas.

B. Sampel Penelitian

Sample adalah sebagai bagian dari populasi, sebagai contoh yang diambil dengan

menggunakan cara-cara tertentu ( Margono 2010 : 121). Sampel dalam penelitian ini terdiri dari

dua kelas yang dipilih secara acak dengan teknik cluster Random Sampling teknik ini digunakan

bilamana populasi tidak terdiri dari individu-individu, melainkan terdiri dari kelompok-

kelompok individu atau cluster. kelas VIIIHsebagai kelas eksperimen (kelas yang menerapkan
Model Pembelajaran Discovery Learning dan kelas VIIIEsebagai kelas kontrol (kelas yang

menerapkan model pembelajaran konvensional sebagai pembanding hasil).

3.3 Variabel Penelitian

Variabel (Margono 2010) adalah konsef yang mempunyai variasi nilai (misalnya variable

model kerja, keuntungan, biaya promosi, volume penjualan, tingkat pendidikan manajer, dan

sebagainya). Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Sedangkan variabel terikat adalah variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel dalam penelitian

ini terdiri dari dua jenis yakni : variable bebas dan variable terikat, sebagai berikut :

1. Variabel bebas (X) yaitu Model Pembelajaran Discovery Learning.

2. Variabel terikat (Y) yaitu Hasil Belajar Siswa pada Materi pesawat sederhana

3.4 Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara

pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori.

Selanjutnya bagaimana peneliti memahami suatu masalah, kriteria pengujian sebagai landasan

untuk menjawab masalah penelitian (Rukaesih, Ucu 2015 : 11). Maka paradigma seperti gambar

dibawah ini :

Xxx yy

X = Variabel bebas

Y = Variabel terikat
3.5 Jenis Penelitian dan Desain Penelitian

A. Jenis Penelitian

Menurut Sugiono ( alpabeta, 2012 :117) jenis metode penelitian eksperimen adalah

metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh treatment ( perlakuan tertentu). Jenis

penelitian ini adalah True Eksperimen, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada

tidaknya akibat dari suatu yang dikenakan pada objek yaitu siswa.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini melibatkan dua kelas yang diberi perlakuan yang berbeda. Untuk

mengetahui hasil belajar siswa dilakukan dengan memberikan tes pada kedua kelas sebelum dan

sesudah diberikan perlakuan. Desain Penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

Pretets-Potstest Control Group Design. Adapun desain penelitian untuk hasil belajar pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol akan dirancang sebagai berikut:

Tabel 3.2 : Desain Penelitian dua Kelompok (Pretes dan Postes)

Kelas Pretes Perlakuan Postes

Eksperimen P1 X1 P2

Kontrol P1 X2 P2

Keterangan:

P1 = Pretes yang diberikan dikelas eksperimen dan kontrol

P2 = Postes yang diberikan dikelas eksperimen dan kontrol

X1 =Pembelajaran dengan model Pembelajaran discovery learning


X2 =Pembelajaran dengan Konvensional.

3.6 Prosedur Penelitian

Untuk melaksanakan penelitian ini, ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:

1. Tahap persiapan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini meliputi persiapan-persiapan sehubungan dengan

pelaksanaan penelitian.

a. Konsultasi dengan kepala sekolah SMP Negeri 13 Medan untuk memohon izin untuk

melakukan penelitian.

b. Menyusun rencana pembelajaran sebagai panduan penelitian dalam proses pencapaian

tujuan yang diinginkan.

c. Menyusun instrumen soal tes untuk memperoleh data hasil belajar siswa.

2. Tahap pelaksanaan

a. Menentukan kelas sampel dari populasi yang ada.

b. Melaksanakan pretes pada kelas sampel untuk mengetahui kemampuan awal siswa.

c. Mempersiapkan materi yang direncanakan, yaitu materi Getaran dan gelombang

d. Mengajarkan materi dengan menggunakan Model discovery learning pada kelas eksperimen

dan metode pembelajaran Konvensional pada kelas kontrol.

e. Memberikan post-test pada kelas sampel setelah semua materi selesai diberikan.

3. Tahap pengumpulan data


Data dalam penelitian ini dapat dikumpulkan setelah tes diberikan pada siswa, kemudian

dilakukan pemberian nilai (skor). Langkah-langkah dalam pengelolaan data adalah:

a. Mentabulasikan data yang berhubungan dengan tes hasil belajar siswa dari dua kelompok.

b. Pemeriksaan uji normalitas data.

c. Pemeriksaan uji homogenitas varians.

d. Melakukan uji t pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

3.7 Skema Penelitian

Skema penelitian dari ini merupakan alur peneliti dari awal hingga akhir.Skema

rancangan penelitian seperti ditunjukkan pada gambar 3.1


Populasi

Sampel

Pretes

Analisis Data

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Model Pembelajaran
Metode Konvesional
discovery learning

Postes

Pengumpulan Data

Analisis Data

Kesimpulan
Gambar 3.1. Skema Rancangan Penelitian

3.8 Instrumen Penelitian

Instrument penelitian adalah untuk memperoleh data yang diperlukan ketika peneliti

sudah menginjak pada langkah pengumpulan informasi dilapangan (Sukardi 2003 : 75). Pada

umumnya penelitian akan berhasil apabila banyak menggunakan instrumen, sebab data yang

diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian (masalah) dan menguji hipotesis diperoleh

melalui instrument. Instrumen sebagai alat pengumpul data harus betul-betul dirancang dan

dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan data empiris sebagai mana adanya.Data yang

salah atau tidak menggambarkan data empiris biasa menyesatkan peneliti, sehingga kesimpulan

penelitian yang ditarik/ dibuat peneliti biasa ditiru. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian

ini paket berupa soal tes kemampuan memahami soal-soal dengan menggunakan perpaduan

model Discovery Learning pada materi getaran dan gelombang.


A. Tes hasil belajar

Tes merupakan instrumen atau alat untuk mengkur perilaku atau kinerja seseorang

dengan tujuan yang bermacam-macam sesuai dengan konteks nya (dalam buku metodologi

penelitian-). Tes yang digunakan untuk memperoleh hasil belajar siswa yaitu: tes untuk pre-test

(kemampuan awal) dan test untuk post-test (hasil belajar ) yang diberikan kepada siswa. Adapun

tes yang diberikan berupa tes pilihan berganda berjumlah 20 soal dengan empat pilihan (option).

Sebelum dilakukan penelitian, tes yang disusun terlebih dahulu diuji validitasnya dengan uji

validitas isi. Berikut kisi-kisi sebagai berikut :

Tabel 3.3 Spesifikasi Tes Hasil Belajar

No. Sub Materi Pokok Ranah Kognitif Jumlah

C1 C2 C3 C4 C5 C6

1. Pesawat sederhana 1,5 4 3

2. Tuas 2,6,9 11,15, 12 8

,10 16

3. Bidang miring 17 13, 20 4

19

4. Katrol 8 3,7 14 18 5

Jumlah 20

Keterangan:

C1 = Pengetahuan/Ingatan

C2 = Pemahaman

C3 = Aplikasi/Penerapan
C4 = Analisis

C5 = sintesis

C6 = evaluasi

(Anderson)

Cara memberikan skor untuk masing-masing siswa yang menjawab benar diberi skor 5

dan untuk siswa yang menjawab salah diberi skor 0. Selanjutnya jumlah skor dari setiap siswa

dikonversikan kedalam bentuk nilai dengan menggunakan rumus sebagai berikut:


= 100

B. Observasi Aktivitas Belajar Siswa

Observasi ini dilakukan dengan cara pengamatan terhadap kegiatan belajar secara

langsung oleh pengamat. Observasi ini bertujuan untuk mengamati aktivitas siswa selama proses

belajar mengajar berlangsung. Adapun indikator yang diamati adalah seperti tabel di bawah ini:

Tabel 3.4 Observasi Aktivitas Belajar Siswa

no Indikator Deskriptor
1. Simulasi (pemberian rangsangan) a) Memperhatikan informasi yang
diberikan guru
b) Mengikuti arahan guru
c) Menanggapi aplikasi yang
diberikan guru
d) Menjawab pertanyaan yang
diajukan guru
2. Pernyataan ( identifikasi masalah) a) Mencari aplikasi nyata dari
materi pelajaran
b) Mengajukan aplikasi dalam
kehidupan sehari-hari yang
sering mereka alami
c) Mempraktekkan temuan nyata
yang mereka alami
d) Menanyakan konsef yang
mereka temukan

3. Pengumpulan data a) Mencatat informasi yang


disampaikan guru
b) Memahami beberapa rumus-
rumus yang ada dalam materi
pembelajaran
c) Mengerjakan soal-soal yang
berhubungan dengan materi
pembelajaran
d) Menanyakan materi yang belum
dipahami
4. Pengolahan data a) Mendengarkan pembagian
kelompok dan langsung
berpartisipasi
b) Mengerjakan LKS sesuai
dengan prosedur
c) Mendeskripsikan LKS bersama
teman
d) Memberikan pemecahan
masalah dalam kelompok
5. Pembuktian a) Mengingat kembali materi yang
telah disajikan
b) Ikut menyimpulkan materi
pelajaran
c) Mengetahui manfaat dari materi
yang telah dipelajari
d) Mampu menyampaikan
beberapa pengertian yang
mereka ketahui
6. Menarik kesimpulan a) Menyimpulkan pembelajaran
dengan baik
b) Mendengarkan kesimpulan dari
teman yang presentasi
c) Termotivasi dalam
pembelajaran berikutnya
d) Senang dalam proses
pembelajaran berlangsung

Keterangan:

4 = empat descriptor yang tampak 2 = dua deskripstor yang tampak


3 = tiga deskriptor yang tampak 1 = satu deskriptor yang tampak

Untuk mengetahui bagaimana aktivitas siswa selama belajar mengajar berlangsung digunakan

rumus sebagai berikut:

& "#$% & '( )*+,%$ ,&


100
#-*
Nilai =
& "#$%

Semakin besar nilai peningkatan yang diperoleh, maka semakin maksimal penelitian

yang dilaksanakan. Untuk mengartikan angka persentase peningkatan ini digunakan acuan yaitu:

Tabel 3.5 Nilai Persentase Aktivitas

Persentase Aktivitas Kriteria

90 – 100 Baik Sekali

75 – 85 Baik

60 – 70 Cukup

45 – 55 Kurang

0 – 40 Sangat Kurang
C. Validitas

Validitas adalah derajat dimana sebuah tes mengukur cakupan substansi yang ingin

dikukur (Sukardi 2003 : 123). Soal dikatakan valid apabila soal dapat menguku apa yang hendak

diukur (Gay 1983). Oleh karena itu isi test atau soal dapat menjadi wakil yang representative

bagi seluruh materi pelajaran yang telah diajarkan selama perlakukan berlangsung terhadap

sampel. Validitas isi artinya kejadian suatu tes ditinjau dari isi tes tersebut.Instrument yang telah

disusun divalidkan oleh dua orang yaitu dosen dan guru bidang study fisika.

Di dalam tes hasil belajar instrument yang digunakan adalah tes hasil belajar yang

diberikan sebanyak dua kali yaitu pada saat pretest dan posttest. Pretest diberikan sebelum pokok

materi diajarkan dan postest diberikan sesudah pokok materi diajarkan. Jumlah tes terdiri dari 20

item dalam bentuk pilihan berganda.

Untuk menentukan koefisien validitasi tes dapat digunakan teknik korelasi produk

moment dengan rumus:

Dimana :

rxy = Koefisien korelasi

N = Banyaknya subyek

∑X = Jumlah skor item

∑Y = Jumlah skor total


∑XY = Jumlah perkalian skor item dengan skor total

∑X2 = Jumlah kuadrat skor item

∑Y2 = Jumlah kuadrat skor total Arikunto (2013:87)

Kriteria pengujian adalah: item tes valid jika rxy > rtabel (α = 0,05).

1. Uji Reliabilitas

Menentukan koefisien tes dapat digunakan dengan rumus K.R 20 yaitu :

0 4 5 − ∑ 78
.. = / 23 9
0−1 45

Dengan :

.. = reliabilitas tes secara keseluruhan

p = proporsi subyek yang menjawab item benar

q = proporsi subyek yang menjawab item salah

∑ 78 = jumlah hasil perkalian antara p dan q

n = banyaknya item

S= standart deviasi dari tes (varians)

2. Daya pembeda
Daya pembeda soal yang baik adalah yang dapat membedakan antara siswa yang pandai

dengan siswa yang kurang pandai berdasarkan kriteria tertentu. Untuk menentukan indeks

diskriminasi digunakan rumus yaitu :

keterangan:

JA = banyaknya peserta kelompok atas


JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya kelompok atas yang menjawab benar
BB = banyaknya kelompok bawah yang menjawab benar

Dengan kriteria indeks diskriminasi yaitu :

D = 0,00 – 0,20 adalah jelek


D = 0,20 – 0,40 adalah cukup
D = 0,40 – 0,70 adalah baik
D = 0,70 – 1,00 adalah baik sekali Arikunto (2013: 228)

4. Tingkat kesukaran soal

Tingkat taraf kesukaran soal ditunjukkan oleh bilangan yang disebut indeks

kesukaran soal yang dapat dihitung

:
P=
"

Keterangan:
P = Indeks kesukaran soal
B = Jumlah siswa yang menjawab benar
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria yang berhubungan dengan indeks kesukaran soal ini yaitu :

P = 0,00 – 0,30 adalah soal sukar


P = 0,30 – 0,70 adalah soal sedang
P = 0,70 – 1,00 adalah soal mudah Arikunto (2013: 222)

3.9 Teknik Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes pilihan ganda sebanyak 20 soal

yang divalidkan. Tes ini dikembangkan berdasarkan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan

Kurikulum 2013 (K13). Tes yang digunakan untuk menyaring kemampuan hasil belajar siswa

sebelum dan sesudah pembelajaran dengan Model Pembelajaran Discovery Learning. Cara yang

digunakan untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut:

1. Mengadakan Pretest

Untuk mengetahui kemampuan awal siswa maka kedua sampel diberikan berupa test yang

terlebih dahulu dilakukan pretest berupa pilihan berganda kepada kedua kelompok sampel.

2. Mengadakan Postes

Setelah materi pelajaran selesai diajarkan maka peneliti mengadakan postest kepada kedua

kelas dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah proses belajar mengajar

berlangsung.
3.10Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui rata-rata skor masing-masing kelompok sampel dapat digunakan

rumus :

∑;
;< =
0

Dimana : ;< = Mean (rata-rata)

X = Jumlah nilai/ skor

n = Jumlah Sampel

Untuk mecara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang

akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran

populasi agar diperoleh sampel yang representatifnghitung standar deviasi atau simpangan baku,

=' ∑ >?@ A (∑ >? )@


dapat menggunakan rumus : S= '('A1)

Setelah data diperoleh, dikelola dengan teknik analisi data sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah populasi darimana sampel berasal. Uji normalitas digunakan untuk

mengetahui apakah data kedua sampel berdistribusi normal atau tidak. Data yang diolah berasal

dari sampel, maka populasi dari mana diambil dapat dikatakan berdistribusi normal. Menurut

Sudjana (2005:466) Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Menyusun skor siswa dari skor yang terendah ke skor yang tertinggi

b. Data X1,X2….Xndijadikan bilangan baku Z1,Z2……Zn

>? A><
Zi =
"

Dengan : ;< = Nilai rata-rata

S = Simpangan baku
;* =Responden X1,X2,X3,….Xn

c. Untuk setiap bentuk baku dengan menggunakan daftar distribusi normal yang baku dengan

peluang F(Zi) = P(Z≤Zi)

d. Menghitung proporsi Z1,Z2,….Zn yang lebih kecil dari atau sama dengan Zi

e. Jika proposisi ini dinyatakan oleh S(Zi), maka

D '& #'& E1 ,E2 ,….EI & '( JEK


S(Zi) = '

f. Menghitung selisih F(Zi) – S(Zi) yang diambil harga mutlaknya

g. Mengambil harga Lhitung yang paling besar diantara harga mutlak (harga L0) untuk

menerima atau menolak hipotesis, kemudian bandingkan Lhitung dengan harga Ltabel (α =

0,05)

Dengan kriteria pengujian

Jika L0˂Ltabel maka sampel berdistribusi normal.

Jika L0˃Ltabel maka sampel tidak berdistribusi normal

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui apakah kedua sampel yang diambil

berasal dari populasi yang homogeny atau tidak dengan taraf =0,05, digunakan rumus :

"2
F = "12
2

Dengan: 412 = Varians terbesar data

422 =Varians terkecil data

Kriteria pengujiannya adalah:


Jika Fhitung ˂ Ftabel maka kedua sampel memiliki varians yang sama

Jika Fhitung ˂ Ftabel maka kedua sampel tidak memiliki varians yang sama

Dimana :

Ftabel = L1 (dk varians terkecil -1 dan dk varians terbesar -1)


2

Taraf signifikan (α = 0,05)

3. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan dua cara yaitu:

a. Uji kesamaan rata-rat pretes (uji t dua pihak)

Uji t dua pihak digunakan untuk mengetahui bahwa kemampuan awal kedua kelompok

tidak berbeda secara signifikan, maka digunakan uji t dua pihak dengan hipotesis dua pihak

sebagai berikut :

H0 :µ1 = µ2

Ha :µ1 ≠ µ2

Dimana :

H0 :µ1 = µ2 =Kemampuan awal siswa pada kelas eksperimen sama dengan kemampuan awal

siswa pada kelas kontrol

Ha :µ1 ≠ µ2 = Kemampuan awal siapa pada kelas eksperimen tidak sama dengan kemampuan

awal siswa pada kelas kontrol

Dimana :

µ1 = Rata-rata hasil belajar siswa dengan model pembelajaranDiscovery learning.

µ2 =Rata-rata hasil belajar hasil siswa dengan model pembelajran konvensional.


Bila data penelitian berdistribusi normal dan homogen maka untuk menguji hipotesis

menggunakan uji t dengan rumus :

><1 A><2
t=N
=I MI
1 1
1 2

Dimana S adalah varians gabungan yang dihitung dengan rumus :

(01 − 1)412 + (02 − 1)422


42 =
01 + 0 − 2

Kriteria pengujian adalah H0 diterima jika –t 1-1/2 α ˂ t ˂ -t 1-1/2 α diterima –t 1-1/2 α diperoleh dari

daftar distribusi t dengan dk = n1 + n2 -2 dan peluang (1-1/2 α) dengan α = 0,05 untuk harga t

lainnya H0 ditolak

b. Uji kesamaan rata-rata postes (uji t satu pihak)

Uji t satu pihak digunakan untuk mengetahui kesamaan kemampuan akhir siswa pada

kedua kelompok sampel.

Hipotesis yang diuji berbentuk:

Ha : µ1 :µ2 = Tidak ada pengaruh hasil belajar siswa yang menggunakan Model Pembelajaran

discovery learning pada materi Pokok pesawat sederhana

Ha :µ1 ˃ µ2 = Ada pengaruh hasil belajar yang menggunakan Model Pembelajaran discovery

learning pada materi pesawat sederhana

Dimana

µ1 = Rata-rata hasil belajar siswa dengan Model Pembelajarandiscovery Learning

µ2 = Rata-rata hasil belajar siswa dengan Model Pembelajaran Konvensional

Maka pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumus berikut :

<<< <<<2
>1 A>
t=N
= I PI
1 1
1 2
Dimana S adalah varians gabungan yang dihitung dengan rumus :

(01 − 1)412 + (02 − 1)422


4 =
01 + 02 − 2
2

Keterangan:

t = Distribusi t

<<<1 = Skor rata-rata hasil belajar pada kelas eksperimen


;

<<<2 = Skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas kontrol


;

01 = Jumlah siswa kelas eksperimen

02 = Jumlah siswa kelas kontrol

412 = Varians kelas eksperimen

422 = Varians kelas kontrol

Kriterian pengujian adalah Ha diterima jika t ˃ t ½ diperoleh dari daftar normal baku

menggunakan peluang (1/2 α). Diluar dari itu, Ha ditolak dan H0 diterima, dengan dk = n1 + n2 –

2 dan taraf nyata α = 0,05 pada uji dua pihak.

4. Analisis Regresi
Analisi regresi berguna untuk mendapatkan hubungan fungsional antara dua variabel atau

lebih atau mendapatkan pengaruh antara variabel predactor terhadap variabel kriteriumnya. Jika

kedua variabel mempunyai hubungan yang linier maka rumus yang digunakan yaitu:

Y = a + bX

Dimana:

Y = Variabel terikat

X = Variabel bebas

a = Konstanta

b = Koefisien arah regresi ringan

Menentukan a dan b dengan rumus sebagai berikut:

(∑ Q*)(∑ >K2 )A(∑ >K )(∑ >K QK )


a=
' ∑ >K2 A (∑ >? )@

' ∑>? Q?R (∑>? )(>Q? )


' ∑Q?@ A (∑Q? )@
b=

keterangan :

X = Nilai aktifitas belajar terhadap model yang digunakan

Y = Nilai postes sebagai hasil belajar

Anda mungkin juga menyukai