Bancingena Br. Keliat
Bancingena Br. Keliat
Bancingena Br. Keliat
PENDAHULUAN
sistem pendidikan nasional pasal 3, Tujuan pendidikan yaitu mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
diperlukan adanya peningkatan mutu pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan hendaknya
dikelola dengan semaksimal mungkin, baik secara kualitas maupun kuantitas. Pendidikan yang
bermutu akan menghasilkan generasi yang bermutu pula dan didalam pendidikan berhubungan
Suatu pendidikan dapat dipandang bermutu dan diukur dari kedudukannya untuk ikut
mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan kebudayaan nasional adalah pendidikan yang
berhasil membentuk generasi muda yang cerdas, berkarakter, bermoral dan berkepribadian.
Maka dari itu perlu dirancang suatu sistem pendidikan yang mampu menciptakan suasana dan
proses pembelajaran yang menyenangkan, merangsang dan menantang bagi siswa sehingga
Ki Hajar Dewantara (dalam hasbulah 1996) mengartikan pendidikan sebagai daya upaya
untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan
hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.
Menurut Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional secara tegas
menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Arah pendidikan bangsa Indonesia sudah bersifat utuh dan menyeluruh meliputi semua
ranah pendidikan yaitu bertujuan untuk mengembangkan semua potensi yang ada dalam diri
peserta didik. Muhyiddin (2012) mengatakan, “Disamping untuk meningkatkan kepandaian dan
intelektualitas, proses pendidikan juga harus dijiwai dengan nilai-nilai peningkatan keimanan,
ketakwaan dan akhlak mulia, karena disinilah arah pendidikan nasional kita yang telah diatur
undang-undang.” Pendidikan tidak hanya ditujukan untuk melahirkan generasi penerus bangsa
yang cerdas menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi saja atau hanya sekedar cerdas
intelektualnya saja.Pendidikan juga harus diarahkan untuk menghasilkan sumber daya manusia
yang cerdas sosial, cerdas pribadi/jiwa, cerdas spiritual, dan cerdas kinestetiknya.
nya ( Oemar 2001 :5 ). Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk
kemampuan anak untuk menghapal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan
menimbun berbagai informasi tampa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu
ialah guru. Guru sebagai komponen utama dalam dunia pendidikan dituntut untuk mampu
kemampuan siswa dalam proses pembelajaran sering kali timbul berbagai masalah, ada yang
bersumber dari siswa maupun lingkungan, dan faktor yang paling berpengaruh adalah para
pendidik atau guru-guru yang megajar anak didik di sekolah. Pembelajaran masih disampaikan
dengan menggunakan model ceramah sehingga membuat siswa tidak tertarik untuk belajar.
Sedangkan siswa hanya mendengarkan apa yang dijelaskan guru serta mencatat hal yang di
anggap penting oleh siswa dan siswa kurang diberi kebebasan untuk mengungkapkan
pendapatnya terhadap materi yang diajarkan sehingga menyebabkan suasana belajar yang kurang
menarik. Salah satu materi pelajaran yang kurang diminati siswa adalah mata pelajaran fisika.
Dari praktek pengalaman lapangan (PPL) yang dilakukan peneliti di Smp negeri 13
Medan banyak masalah yang di temukan di sekolah tersebut salah satu nya dalam pembelajaran
fisika, guru mata pelajaran hanya menggunakan model konvensional dan hanya di kenalkan
dengan rumus-rumus dan perhitungan sehingga siswa menganggap fisika adalah pembelajaran
yang sulit dan membosankan, siswa hanya di tuntut untuk memahami materi yang di ajarkan
Permasalahan dalam pembelajaran disekolah sebenarnya dapat diatasi, jika guru dapat
kelas dengan baik, Menurut Surya (2005) guru yang profesional akan tercermin dalam
pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun
metode.Seringkali guru hanya menggunakan metode ceramah yang membuat siswa merasa tidak
tertarik.Untuk itu diperlukan sebuah strategi belajar dan model pembelajran yang baru sehingga
Salah satu model pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif mengeluarkan pendapat
dan menemukan konsefnya sendiri adalah model pembelajaran discovery learning. Menurut
hosnan (2014 : 282) mengemukakan bahwa discovery learning adalah suatu model untuk
mengembangkan cara belajar aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri maka hasil
yang diterima dapat diingat lama. Maksud dari penggunaan model Discovery Learning adalah
agar proses pembelajaran semakin bervariasi dan tidak membosankan, sehingga membuat siswa
semakin aktif dan semangat dalam mengikuti kegiatan proses pembelajaran. Siswa terlibat
langsung dalam proses pembelajaran yang dapat membuat siswa menjadi mandiri, berpikir kritis
Jerome Bruner ( dalam H. Aris 2014 : 56) menyatakan bahwa model pembelajaran
membantu peserta didik untuk memahami struktur atau ide-ide kunci suatu disiplin ilmu,
kebutuhan akan keterlibatan aktivitas peserta didik dalam proses belajar, dan keyakinan bahwa
proses pembelajaran sejati terjadi melalui proses discovery. Model discovery leraning dapat
diartikan sebagai cara penyajian pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk menemukan informasi dengan atau tampa bantuan guru. Dalam hal ini, peserta didik diberi
bimbingan singkat untuk menemukan jawaban dan harus diusahakan agar jawaban atau hasil
Widiadnyana, sadia, 2014 ) menyatakan terdapat perbedaan nilai rata-rata pemahaman konsef
dan sikap ilmiah siswa yang signifikan antara kelompok siswa yang belajar dengan model
Discovery Learning dengan kelompok siswa yang belajar dengan model pengajaran langsung.
Menurut ( Kumalasari, D, Sudarti, & Lesmono, 2015) Discovery Learning berpengaruh terhadap
keterampilan proses sains siswa pada mata pelajaran IPA fiika dan model Discovery
Leaningberpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA fisika ( Iswati, D.A,
2015) menyatakan bahwa siswa meberikan respon positif terhadap penerapan model
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti ingin melakukan sebuah penelitian dengan
judul “ Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa
Pada Materi Pokok Pesawat Sederhana kelas VIII SMP NEGERI 37 MEDAN T.P
2019/2020 “
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada latar belakang diatas, maka yang menjadi
1. Persepsi siswa yang masih dominan beranggapan bahwa belajar fisika itu membosankan
dan sulit.
dilaksanakan dalam batasan waktu yang tidak lama dan berdasarkan model yang akan di
gunakan maka, Untuk memperjelas ruang lingkup masalah yang akan diteliti, maka perlu
Berdasarkan batasan masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 37 Medan yang diajarkan
discovery learning pada materi pesawat sederhana di kelas VIII smp negeri 37
3. Apakah ada pengaruh hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembel
Learning pada materi pokok pesawat sederhana di kelas VIII SMP Negeri 37 Medan T.P
2019/2020.
Discovery Learning pada materi pesawat sederhana kelas VIII Smp negeri 37 Medan T.P
2019/2020.
hasil belajar siswa pada materi pokok pesawat sederhana di kelas VIII SMP Negeri 37
1. Sebagai suatu bahan bekal pengetahuan bagi peneliti dalam mengajar fisika dikemudian
hari
2. Sebagai bahan masukan bagi para guru dan calon guru tentang variasi pembelajaran yang
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan membuat proses belajar mengajar
menjadi menyenangkan
3. Sebagai bahan masukan bagi para peneliti untuk memperluas wawasan peneliti tentang
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi Belajar
Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di
sekitar individu siswa. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada
pencapaian tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman yang diciptakan guru
Skiner (dalam buku Dimyati & mudjiono) berpendapat bahwa pada saat orang belajar,
responsnya menjadi kuat apabila ia tidak belajar responsnya menjadi menurun. Beberapa ahli
pendidikan telah merumuskan defenisi dari belajar diantaranya adalah Sleto (dalam buku
Hamdani 2010 : 20), ’’belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai pengalamannya
kompleks. Menurut Alizamar (2016 : 1) belajar merupakan kegiatan yang berlangsung dalam
pengetahuan, keterampilan dan sikap.Menurut Kompri (2017) belajar adalah usaha sadar yang
dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang
menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu.
B. Tujuan Belajar
(1) Untuk mendapatkan pengetahuan, Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir.
perkembangnnya didalam kegiatan belajar. Dalam hal ini peran guru sebagai pengajar
lebih menonjol, (2) Penanaman konsef dan keterampilan Penanaman konsef atau
keterampilan rohani lebih rumit, karena tidak selalu berurusan dengan masalah-
masalah keterampilan yang dapat dilihat bagaimana ujung panggkalnya, tetapi lebih
Jadi semata-mata bukan soal ‘’pengulangan’’ tetapi mencari jawab yang cepat dan
tepat.
Demikian juga mengungkapkan perasaan melalui bahasa tulis atau lisan, bukan soal kosa
kata atau tata bahasa, semua memerlukan banyak latihan. Interaksi yang mengarah pada
pencapaian keterampilan itu akan menuruti kaidah-kaidah tertentu dan bukan semata-
mata hanya menghapal atau meniru, (3) Pembentukan sikap dalam menumbuhkan sikap
mental, perilaku dan pribadi anak didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam
berpikir dengan tidak lupa menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau
didengar, ditiru semua perilakunya oleh para siswanya. Dari proses observasi siswa
internalisasi yang dapat menumbuhkan proses penghayatan pada setiap diri siswa untuk
kemudian diamalkan.
Menurut Slameto (dalam S. Nasution 2010:5), ada beberapa jenis dari belajar yaitu :
(1) Belajar bagian (part learning, fraction learning) yaitu belajar yang dilakukan
menjadi beberapa bagian yang dapat berdiri sendiri, (2) Belajar dengan wawasan
sifat situasi dan kemudian menjadikannya sebagai pedoman dalam bertingkah laku,
(4) Belajar global keseluruhan (global whole learning) diterapkan dengan cara
incidental (incidental learning), dikatakan belajar insidental bila ada instruksi atau
petunjuk yang diberikan kepada individu mengenai materi pelajaran yang akan
diujikan kelak, (6) Mental learning belajar instrument (instrumental learning) yaitu
pemberian hadiah atau penghargaan kepada siswi bila berprestasi dan sebaliknya
bagi yang tidak dapat akan diberikan hukuman, (7) Belajar intensional (intentional
learning) yaitu belajar yang dilakukan tampa ada petunjuk atau arahan terlebih
dahulu tentang materi yang akan diujikan artinya semua dapat dilakukan secara tiba-
tiba, (8) Belajar laten (latent learning), pada belajar laten perubahan tingkah laku
yang terlihat tidak terjadi segera tetapi melalui tahap-tahap yang memerlukan waktu,
(9) Belajar mental (mental learning), yaitu belajar dengan cara melakukan observasi
dari tingkah laku orang lain, membayangkan gerakan-gerakan orang lain dan mampu
yaitu mampu menerapkan suatu prinsip penyelesaian suatu persoalan dalam suatu
situasi ke situasi yang lain, (11) Belajar verbal (verval learning) yaitu belajar
D. Ciri-ciri belajar
William Burton (2001) menyimpulkan uraiannya yang cukup panjang tentang prinsip-
(1) Proses belajar ialah pengalaman, berbuat, mereaksi, dan melampaui (under
going), (2) Proses itu melalui bermacam-macam ragam pengalaman dan mata
pelajaran-mata pelajaran yang terpusat pada suatu tujuan tertentu, (3) Pengalaman
belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan murid, (4) Pengalaman belajar
bersumber dari kebutuhan dan tujuan murid sendiri yang mendorong motivasi yang
kontinu, (5) Proses belajar dan hasil belajar disyarati oleh hereditas dan lingkungan,
(6) Proses belajar dan hasil usaha belajar secara materil dipengaruhi oleh perbedaan-
dengan kematangan murid, (8)Proses belajar yang terbaik apabila murid mengetahui
status dan kemajuan, (9) Proses belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai
prosedur, (10) Hasil-hasil belajar secara fungsional bertalian satu sama lain, tetapi
dapat didiskusikan secara terpisah, (11) Proses belajar berlangsung secara efektif di
oleh murid apabila memberi kepuasan pada kebutuhannya dan berguna serta
dengan kecepatan yang berbeda-beda, (16) Hasil-hasil belajar yang telah dicapai
adalah bersifat kompleks dan dapat berubah-ubah (adaptable), jika tidak sederhana
dan statis.
E. Prinsip-prinsif belajar
Menurut Bruce Weil (dalam buku Rusman 2015 : 31), ada tiga prinsip penting dalam
lingkungan yang dapat membentuk atau mengubah struktur kognitif siswa. Kedua,
pengetahuan fisis, social dan logika. Ketiga, dalam proses pembelajaran harus melibatkan
peran sosial. Atas dasar tiga prinsip pembelajaran tersebut diatas, maka proses
pembelajaranharus diarahkan agar siswa mampu mengatasi setiap tantangan dan rintangan
dalam kehidupanyang cepat berubah, melalui sejumlah kompetensi yang harus dimiliki, yang
(1) Perhatian dan motivasi, Perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan
belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran itu
dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau
dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain. Belajar
hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalaminya sendiri, (3) Keterlibatan
dalam cone experience atau kerucut pengalaman, mengemukakan bahwa belajar yang
paling baik adalah belajar dari pengalaman langsung, (4) Pengulangan Menurut teori
psikologi daya, belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas
Tantangan, Teori medan (field theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa
dalam situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologi. Tantangan yang
dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan
belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat
F. Aktivitas Belajar
Belajar pada prinsipnya adalah perbuatan.Berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi
melakukan kegiatan belajar tidak dikatakan belajar jika tidak ada aktivitas.Aktivitas merupakan
prinsip atau asa yang penting didalam interaksi belajar dan mengajar.Aktivitas belajar adalah
aktivitas yang bersifat fisik ataupun mental yang saling berkaitan. Menurut Rusman (2011:323),
pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam
Menurut Oemar Hamalik, aktivitas belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku
individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut adalah : pengetahuan,
pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau
suatu proses kegiatan belajar siswa yang menimbulkan perubahan-perubahan atau pembaharuan
dalam tingkah laku atau kecakapan. Aktivitas belajar diperlukan aktivitas, sebab pada prinsipnya
G. Model pembelajaran
Menurut Meyer ( dalam buku Trianto 2009 : 21) Model adalah suatu objek atau konsep
yang digunakan untuk mempresentasikan suatu hal.sesuatu yang nyata dan dikonversi untuk
Soekamto ( dalam aris shoimin 2014 : 23) model pembelajaran adalah kerangka
belajar untum mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perencana pembelajaran dan para pengajar dalam menciptakan aktivitas belajar mengajar.
Dan menurut Joyce dan Weil (dalam buku fathurrohman 2015: 30) mendefenisikan
model pembelajaran sebagai suatu prencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman
dalam melaksanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk
Pada umunya model-model mengajar yang baik memiliki sifat-sifat atau ciri-ciri yang
dapat dikenali secara umum sebagai berikut :Suyanto dan Asep (dalam istirani & intan 2015 :
276).
(1) memiliki prosedur yang sistematik. Sebuah model pembelajaran bukan sekedar
merupakan gabungan berbagai fakta yang disusun secara sembarangan, tetapi merupakan
prosedur yang sistematik untuk memodifikasi perilaku siswa, yang didasarkan asumsi-
asumsi tertentu. (2) Hasil belajar dirumuskan secara khusus. Setiap model pembelajaran
wajib menentukan tujuan-tujuan khusus yang ingin dicapai oleh siswa. Pencapain ini
dilakukan melalui rincian kerja siswa yang dapat diamati. Artinya, apa yang harus
dipertunjukan oleh siswa disusun secara rinci dan khusus. (3) Penetapan lingkungan
secara khusus. Menetapkan keadaan lingkungan agar siswa spesifik dalam model
mengajar. Hal ini perlu dilakukan agar siswa bias belajar secara kondusif. (4) Ukuran
oleh siswa setelah menempuh dan menyelesaikan urutan pengajarannya. (5) Interaksi
Model pembelajaran discovery learning pertama kali dikembangkan oleh Jerome Bruner,
seorang ahli psikologi yang lahir di New York pada tahun 1915.Bruner menganggap bahwa
belajar penemu (discovery learning) sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh
manusia dan dengan sendirinya memberikan hal yang paling baik.Bruner menyerankan agar
siswa hendaknya belajar melalui berpartisipasi aktif dengan konsef-konsef dan prinsif-prinsif
agar mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen-
eksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan konsef dan prinsif itu sendiri.
Menurut Sani (2014:97-98), discovery learning merupakan proses dari inkuiri, discovery
learning adalah metode belajar yang menuntut guru lebih kreatif menciptakan situasi yang
membuat peserta didik belajar aktif dan menemukan pengetahuan sendiri. Maharani dan
Hardini (2017 : 552), discovery learning adalah proses pembelajaran yang penyampaian
materinya tidak utuh, karena model pembelajaran discovery learning menuntut siswa terlibat
aktif dalam proses pembelajran dan menemukan sendiri suatu konsef pembelajaran.
Belajar penemuan adalah proses belajar dimana guru harus menciptakan situasi belajar
untuk mencari jawaban sendiri dan melakukan eksperimen. Belajar penemuan (discovery
learning) pada akhirnya dapat menigkatkan penalaran dan kemampuan untuk berpikir secara
bebas dan melatih ketarampilan kognitif siswa dengan cara menemukan dan memecahkan
masalah yang ditemui dengan pengetahuan yang telah dimiliki dan menghasilkan
Dalam mengaplikasikan model discovery learning dikelas, secara umum ada beberapa
belajar lainnya yang mengarah pada kesiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap
ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan
Setelah melakukan stimulasi yang langkah selanjutnya adalah guru memberi kesempatan
relevan dengan bahan pelajaran, kemudian pilih salah satu masalah dan dirumuskan
hadapi, merupakann teknik yang berguna dalam membangun pemahaman siswa agar
Tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya
melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.Konsekuensi dari tahap ini adalah siswa
belajar secara aktif unutk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan
yang dihadapi, dengan demikian secara tidak disengaja siswa menghubungkan masalah
Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh
para siswa baik melalui wawancara, observasi dan sebagainya, semuanya diolah, diacak ,
diklarifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta
dirafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu. Data processing disebut juga dengan
logis.
Verification (pembuktian)
Pada tahap ini siswa memeriksa secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya
hipotesis yang ditetapkan dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data yang
telah diolah. Verivikasi bertujuan agar proses belajar berjalan dengan baik dan kreatif
jika guru memberikan kesempatakan kepada siswa untuk menemukan suatu konsef, teori,
Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada peryataan atau
hipotesiss yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau
dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil
verifikasi.
menggeneralisasikan pengetahuan.
3. Kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada
(Kristin,2016:92).
Menurut Jerome Bruner( dalam Chandra Ertikanto 2016), ada beberapa kelebihan
2. Menambah daya ingat sehingga memudahkan mengadakan transper pada proses belajar
yang baru.
8. Memproleh pengetahuan bersifat individual sehingga lebih kokh tertanam pada jiwanya.
10. Memperoleh kesempatan untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuannya.
1. Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental, memiliki keberanian dan
2. Bila kelas terlalu besar penggunaan model ini akan kurang efektif.
untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran, mendorong siswa belajar aktif dengan
menghubungkan pengelaman yang dimiliki siswa dengan pengalaman baru yang dipelajari
sehingga siswa dapat menemukan jawaban-jawaban atas permasalahan yang diberikan guru.
diterapkan dalam pembelajaran sehari-hari yang sudah terbiasa dilakukan, sifatnya berpusat pada
pembelajaran konvensional disebut juga model pembelajaran yang sangat biasa digunakan guru
guru dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap siswa. Metode ini lebih
banyak menuntut keaktifan guru dari pada murid. Adapun langkah-langkah dalam metode
ceramah adalah :
c. Pembuatan ikhtisar
Syaiful B.D (2006: 94), metode Tanya jawab adalah cara penyajian pembelajaran dalam
bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari
siswa kepada guru. Adapun langkah-langkah dalam metode tanya jawab adalah :
a. Presentasi materi/masalah
b. Pemberian pertanyaan
c. Memberi jawaban
mengarahkan jalan pemikiran dalam penelitian agar diperoleh letak masalah yang tepat.
Keberhasilan proses belajar mengajar pada pembelajaran fisika dapat diukur dari keberhasilan
belajar siswa. Dengan model pembelajran yang sesuai dapat mencapai prestasi belajar yang
tinggi.
Discovery learning adalah metode belajar yang menuntut guru lebih kreatif menciptakan
situasi yang membuat peserta didik belajar aktif dan menemukan pengetahuan sendiri. Dalam
dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif. Sebagaimana pendapat
guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan.
masalah, mengumpulan data, mengolah data, membuktikan, dan menarik kesimpulan. Dengan
demikian diharapkan siswa terlibat secara aktif sehingga tercipta interaksi proses pembelajaran
Untuk mengetahui apakah ada pengaruh pembelajaran discovery learning terhadap hasil
belajar siswa, maka dilakukan pengukuran kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kontrol
berdasarkan tes hasil belajar yang sama pada materi pokok getaran dan gelombang di kelas VIII
SMP negeri 37 Medan, lalu hasilnya dibandingkan sehingga diketahui bahwa kedua kelas
memiliki kemampuan awal yang sama. Setelah itu, diberikan perlakukan berupa model
pembelajaran discovery learning pada kelas eksperimen dan metode konvensional pada kelas
control. Selanjutnya, tes hasil belajar yang sama diujikan kembali kepada kelas eksperimen dan
Jika hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan hasil belajar kelas kontrol,
maka dapat diketahui bahwa ada pengaruh model pembelajaran discovery learning terhadap hasil
2.3 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoritis
dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat kebenarannya (Margono 2010 : 67)
Berdasarkan kerangka bepikir diatas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
Learning terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok pesawat sederhana di kelas
VIII
Pesawat sederhana
karena itulah manusia membuat alat-alat yang dapat mempermudah pekerjaan nya.Alat-alat
yang dapat mempermudah pekerjaaan disebut pesawat sederhana. Contoh dalam kehidupan
sehari-hari ,misalnya kita akan menancapkan paku pada kayu, tentu akan sulit tampa palu,
begitu pula ketika kita akan membuka baut akan kesulitan tampa bantuan dari kunci
pembukannya. Jadi, pesawat sederhana adalah alat mekanik yang dapat mengubah arah atau
besaran dari suatu gaya. Secara umum, alat-alat ini bisa disebut sebagai mekanisme paling
sederhana yang memanpaatkan keuntungan mekaniik untuk menggandakan gaya. Sebuah
pesawat sederhana menggunakan satu gaya kerja untuk bekerja melawan satu gaya beban.
1. Tuas/ Pengungkit
Pengungkit merupakan alat yang berfungsi untuk mengangkat atau mengungkit suatu
benda yang berat. Pengungkit bisa dalam bentuk sebatang kayu, sebilah bambu, atau
logam yang diberi gaya pada salah satu sisinya. Gaya yang diberikan pengungkit disebut
kuasa. Keuntungan mekanik tuas adalah perbandingan antara gaya beban (w) dengan
gaya kuasa (F). Semakin panjang lengan kuasanya, maka keuntungan mekaniknya akan
semakin besar. Tuas memiliki bagian yaitu : titik tumpu, titik kuasa dan titik beban.
Fk x Lk = Fb x Lb (2.1)
Keterangan :
Lb = lengan beban
KM = (2.2)
Yaitu tuas yang kedudukan titik tumpunya terletak diantara titik beban dan titik kuasa.
Peralatan yang prinsip penggunaanya menggunakan pengungkit jenis pertama antara lain
Tuas jenis II adalah tuas dengan titik beban diantara titk tumpu dan titik kuasa.Contoh
peralatan atau pesawat sederhana yang menggunakan jenis ini adalah gerobak beroda
peralatan atau pesawat sederhana yang menggunakan jenis tuas jenis III adalah lengan,
2. Bidang Miring
Bidang miring merupakan salah satu pesawat sederhana yang digunakan untuk
beban yang berat jika dipindahkan ke tempat lebih tinggi menjadi lebih mudah dan
ringan.
Gaya yang kita keluarkan menjadi lebih kecil apabila kita memindahkan barang
menggunakan bidang miring.Semakin landai suatu bidang miring, maka semakin ringan
keuntungan dapat memindahkan benda ke tempat lebih tinggi dengan gaya yang kecil,
akan tetapi kelemahannya adalah jarak yang ditempau menjadi lebih jauh dan
Contoh penerapan bidang miring lainnya adalah pada saat orang memindahkan drum ke
dalam bak truk dengan menggunakan papan sebagai bidang miringnya. Drum yang besar
Anak tangga yang dibuat di dalam rumah, juga merupakan contoh dari bidang miring. Dengan
melewati anak tangga yang berkelok, maka kita akan lebih mudah mencapai posisi lebih atas
Secara sederhana, komponen-komponen sistem kerja bidang miring dapat digambarkan sebagai
berikut :
Keterangan :
Hubungan antara beban (w), kuasa (F), panjang bidang miring (s), dan tinggi bidang miring (h)
sebagai berikut.
wxh=fxs (2.3)
Keuntungan yang didapatkan apabila menggunakan bidang miring sebagai alat bantu
sebagai perbandingan antara berat beban yang akan diangkat dengan besar gaya kuasa yang
diperlukan.Keuntungan mekanik bidang miring juga dapat diartikan sebagai perbandingan antara
KM = = (2.4)
3. Katrol
Pengertian katrol adalah roda ataupun cakram pejal yang berputar pada porosnya, dan
dilewati sebuah rantai ataupun tali.salah satu Ujung untuk menarik dan ujung satu lainya
adalah letak beban. Roda yang tepi kanan dan kirinya dibuat lebih tinggi dari bagian
tengah agar tali bisa dipasang dan bergerak sepanjang badan roda tersebut.Benda ini
air.Katrol dapat mempermudah pengambilan air di dalam sumur. Bukan hanya itu katrol
dapat di gunakan untuk mengangkat benda yang berat dalam proses pembangunan
gedung. Katrol hampir sama dengan kuas atau penguntit yaitu fungsnya membantu untuk
Katrol Tetap
Katrol tetap adalah katrol yang porosnya dipasang di suatu tempat yang tetap,
sehingga katrol tidak dapat berpindah tempat saat digunakan. Pada katrol tetap, gaya
kuasa yang dikeluarkan akan bernilai sama dengan berat bebannya. Hal ini yang
Katrol tetap adalah katrol yang penempatannya tetap di suatu tempat, berikut adalah gambar
katrol tetap.
Keterangan:
A = titik bebab
B= titik kuasa
O = titik tumpu
OA = lengan beban (lb)
OB = lengan kuasa (lk)
Fb = gaya beban (w)
Fk = gaya kuasa ( f )
Untuk mengangkat beban seberat w, maka kita harus menarik tali dengan gaya F. Gaya
berat w besarnya sama dengan besar gaya tarik (F). Maka rumus yang berlaku pada katrol tetap
adalah :
W=F (2.5)
katrol bebas adalah katrol yang porosnya tidak dipasang di suatu tempat yang
tetap, sehingga katrol dapat berpindah tempat atau bergerak bebas saat digunakan. Pada
katrol jenis ini, gaya kuasa yang dikeluarkan untuk menarik bebannya bernilai setengah
dari berat bebannya. Oleh karena itu, keuntungan mekanis katrol bebas bernilai 2.Katrol
A = titik beban
B = titik kuasa
O = titik tumpu
Maka,
Fk = Fb (2.7)
KM = (2.8)
Katrol Majemuk
bergerak.Prinsipnya, beban diletakkan pada sebuah titik poros katrol bergerak. Katrol
yang dilekatkan ke beban ini kemudian dihubungkan dengan beberapa katrol bergerak
Maka :
F = 1/n. W (2.9)
Keterangan :
F = Usaha (N)
Katrol ganda atau katrol kombinasi adalah beberapa katrol yang dirangkai dan pada umumnya
Menurut (Rusman, 2015:67) hasil belajar adalah sejumlah pengalaman yang diperoleh
siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.Belajar tidak hanya penguasaan
konsef teori mata pelajaran saja, tapi juga pengusaan kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat-
Selanjunjutnya menurut Oemar Hamalik dalam Rusman (2015: 67) yang mengatakan
bahwa hasil belajar itu dapat terlihat dari terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku,
Dari penjelasan diatas, maka hasil belajar dilihat dari proses pembelajaran yang
dilakukan. Guru sebagai motivator dan pengajar harus dapat mengamati terjadinya perubahan
tingkah laku pada saat proses belajar diamati pada perubahan perilaku siswa setelah dilakukan
penelitian. Tolak ukur keberhasilan siswa berupa nilai yang diperolehnya .nilai itu diperoleh
setelah siswa melakukan proses belajar dalam jangka waktu tertentu dan selanjutnya mengikuti
tes akhir. Kemudian dari tes itulah guru menentukan prestasi belajar siswanya.
belajarnya (Rusman 2015 : 67) . Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses
pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru
tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan
pembelajaran. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-
kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Munandi dalam Rusman (2015:
a. Faktor Internal
1) Faktor fisiologis
Secara umum kondisi fisiologis, seperti kodisi kesehatan yang prima, tidak dalam
keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan sebagainnya. Hal-
2) Faktor Psikologis
Setiap individu dalam hal ini siswa pada dasarnya memiliki kondisi psikologis
b. Faktor Eksternal
1) Faktor lingkungan
lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnya suhu, kelembaban
dan lain lain. Belajar pada tengah hari di ruang yang memiliki ventilasi udara yang
kurang tentunya akan berbeda suasana belajarnya dengan yang belajar yang di pagi
hari yang udaranya masih segar dan di ruang yang cukup mendukung untuk bernapas
lega.
2) Faktor Instrumental
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 37Medan dengan alamat Jln. Timor No.36B
Medan dan waktu pelaksanaannya selama 4 kali pertemuan ( 2 minggu) pada Tahun Ajaran
2019/2020 di kelas VIII. Adapun tahap-tahap penelitian yang dilakukan peneliti mulai dari awal
TABEL 3.1
Bulan
No Kegiatan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
1 PersiapanProposal
Penelitian
2 Bimbingan Proposal
3 Seminar Proposal
Penelitian
5 Melaksanakan Penelitian
6 Mengolah Data
7 Bimbingan skripsi
8 Pengesahan Dosen
A. Populasi Penelitian
Populasi menurut Babbie (1983) ( dalam buku Sukardi 2003 : 53) adalah elemen
penelitian yang hidup dan tinggal bersama-sama dan secara teoretis menjadi target hasil
penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 37 Medan
B. Sampel Penelitian
Sample adalah sebagai bagian dari populasi, sebagai contoh yang diambil dengan
menggunakan cara-cara tertentu ( Margono 2010 : 121). Sampel dalam penelitian ini terdiri dari
dua kelas yang dipilih secara acak dengan teknik cluster Random Sampling teknik ini digunakan
bilamana populasi tidak terdiri dari individu-individu, melainkan terdiri dari kelompok-
kelompok individu atau cluster. kelas VIIIHsebagai kelas eksperimen (kelas yang menerapkan
Model Pembelajaran Discovery Learning dan kelas VIIIEsebagai kelas kontrol (kelas yang
Variabel (Margono 2010) adalah konsef yang mempunyai variasi nilai (misalnya variable
model kerja, keuntungan, biaya promosi, volume penjualan, tingkat pendidikan manajer, dan
sebagainya). Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Sedangkan variabel terikat adalah variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel dalam penelitian
ini terdiri dari dua jenis yakni : variable bebas dan variable terikat, sebagai berikut :
2. Variabel terikat (Y) yaitu Hasil Belajar Siswa pada Materi pesawat sederhana
pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori.
Selanjutnya bagaimana peneliti memahami suatu masalah, kriteria pengujian sebagai landasan
untuk menjawab masalah penelitian (Rukaesih, Ucu 2015 : 11). Maka paradigma seperti gambar
dibawah ini :
Xxx yy
X = Variabel bebas
Y = Variabel terikat
3.5 Jenis Penelitian dan Desain Penelitian
A. Jenis Penelitian
Menurut Sugiono ( alpabeta, 2012 :117) jenis metode penelitian eksperimen adalah
metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh treatment ( perlakuan tertentu). Jenis
penelitian ini adalah True Eksperimen, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada
tidaknya akibat dari suatu yang dikenakan pada objek yaitu siswa.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini melibatkan dua kelas yang diberi perlakuan yang berbeda. Untuk
mengetahui hasil belajar siswa dilakukan dengan memberikan tes pada kedua kelas sebelum dan
sesudah diberikan perlakuan. Desain Penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
Pretets-Potstest Control Group Design. Adapun desain penelitian untuk hasil belajar pada kelas
Eksperimen P1 X1 P2
Kontrol P1 X2 P2
Keterangan:
1. Tahap persiapan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini meliputi persiapan-persiapan sehubungan dengan
pelaksanaan penelitian.
a. Konsultasi dengan kepala sekolah SMP Negeri 13 Medan untuk memohon izin untuk
melakukan penelitian.
c. Menyusun instrumen soal tes untuk memperoleh data hasil belajar siswa.
2. Tahap pelaksanaan
b. Melaksanakan pretes pada kelas sampel untuk mengetahui kemampuan awal siswa.
d. Mengajarkan materi dengan menggunakan Model discovery learning pada kelas eksperimen
e. Memberikan post-test pada kelas sampel setelah semua materi selesai diberikan.
a. Mentabulasikan data yang berhubungan dengan tes hasil belajar siswa dari dua kelompok.
Skema penelitian dari ini merupakan alur peneliti dari awal hingga akhir.Skema
Sampel
Pretes
Analisis Data
Model Pembelajaran
Metode Konvesional
discovery learning
Postes
Pengumpulan Data
Analisis Data
Kesimpulan
Gambar 3.1. Skema Rancangan Penelitian
Instrument penelitian adalah untuk memperoleh data yang diperlukan ketika peneliti
sudah menginjak pada langkah pengumpulan informasi dilapangan (Sukardi 2003 : 75). Pada
umumnya penelitian akan berhasil apabila banyak menggunakan instrumen, sebab data yang
diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian (masalah) dan menguji hipotesis diperoleh
melalui instrument. Instrumen sebagai alat pengumpul data harus betul-betul dirancang dan
dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan data empiris sebagai mana adanya.Data yang
salah atau tidak menggambarkan data empiris biasa menyesatkan peneliti, sehingga kesimpulan
penelitian yang ditarik/ dibuat peneliti biasa ditiru. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian
ini paket berupa soal tes kemampuan memahami soal-soal dengan menggunakan perpaduan
Tes merupakan instrumen atau alat untuk mengkur perilaku atau kinerja seseorang
dengan tujuan yang bermacam-macam sesuai dengan konteks nya (dalam buku metodologi
penelitian-). Tes yang digunakan untuk memperoleh hasil belajar siswa yaitu: tes untuk pre-test
(kemampuan awal) dan test untuk post-test (hasil belajar ) yang diberikan kepada siswa. Adapun
tes yang diberikan berupa tes pilihan berganda berjumlah 20 soal dengan empat pilihan (option).
Sebelum dilakukan penelitian, tes yang disusun terlebih dahulu diuji validitasnya dengan uji
C1 C2 C3 C4 C5 C6
,10 16
19
4. Katrol 8 3,7 14 18 5
Jumlah 20
Keterangan:
C1 = Pengetahuan/Ingatan
C2 = Pemahaman
C3 = Aplikasi/Penerapan
C4 = Analisis
C5 = sintesis
C6 = evaluasi
(Anderson)
Cara memberikan skor untuk masing-masing siswa yang menjawab benar diberi skor 5
dan untuk siswa yang menjawab salah diberi skor 0. Selanjutnya jumlah skor dari setiap siswa
ℎ
= 100
ℎ
Observasi ini dilakukan dengan cara pengamatan terhadap kegiatan belajar secara
langsung oleh pengamat. Observasi ini bertujuan untuk mengamati aktivitas siswa selama proses
belajar mengajar berlangsung. Adapun indikator yang diamati adalah seperti tabel di bawah ini:
no Indikator Deskriptor
1. Simulasi (pemberian rangsangan) a) Memperhatikan informasi yang
diberikan guru
b) Mengikuti arahan guru
c) Menanggapi aplikasi yang
diberikan guru
d) Menjawab pertanyaan yang
diajukan guru
2. Pernyataan ( identifikasi masalah) a) Mencari aplikasi nyata dari
materi pelajaran
b) Mengajukan aplikasi dalam
kehidupan sehari-hari yang
sering mereka alami
c) Mempraktekkan temuan nyata
yang mereka alami
d) Menanyakan konsef yang
mereka temukan
Keterangan:
Untuk mengetahui bagaimana aktivitas siswa selama belajar mengajar berlangsung digunakan
Semakin besar nilai peningkatan yang diperoleh, maka semakin maksimal penelitian
yang dilaksanakan. Untuk mengartikan angka persentase peningkatan ini digunakan acuan yaitu:
75 – 85 Baik
60 – 70 Cukup
45 – 55 Kurang
0 – 40 Sangat Kurang
C. Validitas
Validitas adalah derajat dimana sebuah tes mengukur cakupan substansi yang ingin
dikukur (Sukardi 2003 : 123). Soal dikatakan valid apabila soal dapat menguku apa yang hendak
diukur (Gay 1983). Oleh karena itu isi test atau soal dapat menjadi wakil yang representative
bagi seluruh materi pelajaran yang telah diajarkan selama perlakukan berlangsung terhadap
sampel. Validitas isi artinya kejadian suatu tes ditinjau dari isi tes tersebut.Instrument yang telah
disusun divalidkan oleh dua orang yaitu dosen dan guru bidang study fisika.
Di dalam tes hasil belajar instrument yang digunakan adalah tes hasil belajar yang
diberikan sebanyak dua kali yaitu pada saat pretest dan posttest. Pretest diberikan sebelum pokok
materi diajarkan dan postest diberikan sesudah pokok materi diajarkan. Jumlah tes terdiri dari 20
Untuk menentukan koefisien validitasi tes dapat digunakan teknik korelasi produk
Dimana :
N = Banyaknya subyek
Kriteria pengujian adalah: item tes valid jika rxy > rtabel (α = 0,05).
1. Uji Reliabilitas
0 4 5 − ∑ 78
.. = / 23 9
0−1 45
Dengan :
n = banyaknya item
2. Daya pembeda
Daya pembeda soal yang baik adalah yang dapat membedakan antara siswa yang pandai
dengan siswa yang kurang pandai berdasarkan kriteria tertentu. Untuk menentukan indeks
keterangan:
Tingkat taraf kesukaran soal ditunjukkan oleh bilangan yang disebut indeks
:
P=
"
Keterangan:
P = Indeks kesukaran soal
B = Jumlah siswa yang menjawab benar
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes pilihan ganda sebanyak 20 soal
yang divalidkan. Tes ini dikembangkan berdasarkan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan
Kurikulum 2013 (K13). Tes yang digunakan untuk menyaring kemampuan hasil belajar siswa
sebelum dan sesudah pembelajaran dengan Model Pembelajaran Discovery Learning. Cara yang
1. Mengadakan Pretest
Untuk mengetahui kemampuan awal siswa maka kedua sampel diberikan berupa test yang
terlebih dahulu dilakukan pretest berupa pilihan berganda kepada kedua kelompok sampel.
2. Mengadakan Postes
Setelah materi pelajaran selesai diajarkan maka peneliti mengadakan postest kepada kedua
kelas dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah proses belajar mengajar
berlangsung.
3.10Teknik Analisis Data
rumus :
∑;
;< =
0
n = Jumlah Sampel
Untuk mecara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang
akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran
populasi agar diperoleh sampel yang representatifnghitung standar deviasi atau simpangan baku,
Setelah data diperoleh, dikelola dengan teknik analisi data sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah populasi darimana sampel berasal. Uji normalitas digunakan untuk
mengetahui apakah data kedua sampel berdistribusi normal atau tidak. Data yang diolah berasal
dari sampel, maka populasi dari mana diambil dapat dikatakan berdistribusi normal. Menurut
a. Menyusun skor siswa dari skor yang terendah ke skor yang tertinggi
>? A><
Zi =
"
S = Simpangan baku
;* =Responden X1,X2,X3,….Xn
c. Untuk setiap bentuk baku dengan menggunakan daftar distribusi normal yang baku dengan
d. Menghitung proporsi Z1,Z2,….Zn yang lebih kecil dari atau sama dengan Zi
g. Mengambil harga Lhitung yang paling besar diantara harga mutlak (harga L0) untuk
menerima atau menolak hipotesis, kemudian bandingkan Lhitung dengan harga Ltabel (α =
0,05)
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui apakah kedua sampel yang diambil
berasal dari populasi yang homogeny atau tidak dengan taraf =0,05, digunakan rumus :
"2
F = "12
2
Jika Fhitung ˂ Ftabel maka kedua sampel tidak memiliki varians yang sama
Dimana :
3. Uji Hipotesis
Uji t dua pihak digunakan untuk mengetahui bahwa kemampuan awal kedua kelompok
tidak berbeda secara signifikan, maka digunakan uji t dua pihak dengan hipotesis dua pihak
sebagai berikut :
H0 :µ1 = µ2
Ha :µ1 ≠ µ2
Dimana :
H0 :µ1 = µ2 =Kemampuan awal siswa pada kelas eksperimen sama dengan kemampuan awal
Ha :µ1 ≠ µ2 = Kemampuan awal siapa pada kelas eksperimen tidak sama dengan kemampuan
Dimana :
><1 A><2
t=N
=I MI
1 1
1 2
Kriteria pengujian adalah H0 diterima jika –t 1-1/2 α ˂ t ˂ -t 1-1/2 α diterima –t 1-1/2 α diperoleh dari
daftar distribusi t dengan dk = n1 + n2 -2 dan peluang (1-1/2 α) dengan α = 0,05 untuk harga t
lainnya H0 ditolak
Uji t satu pihak digunakan untuk mengetahui kesamaan kemampuan akhir siswa pada
Ha : µ1 :µ2 = Tidak ada pengaruh hasil belajar siswa yang menggunakan Model Pembelajaran
Ha :µ1 ˃ µ2 = Ada pengaruh hasil belajar yang menggunakan Model Pembelajaran discovery
Dimana
<<< <<<2
>1 A>
t=N
= I PI
1 1
1 2
Dimana S adalah varians gabungan yang dihitung dengan rumus :
Keterangan:
t = Distribusi t
Kriterian pengujian adalah Ha diterima jika t ˃ t ½ diperoleh dari daftar normal baku
menggunakan peluang (1/2 α). Diluar dari itu, Ha ditolak dan H0 diterima, dengan dk = n1 + n2 –
4. Analisis Regresi
Analisi regresi berguna untuk mendapatkan hubungan fungsional antara dua variabel atau
lebih atau mendapatkan pengaruh antara variabel predactor terhadap variabel kriteriumnya. Jika
kedua variabel mempunyai hubungan yang linier maka rumus yang digunakan yaitu:
Y = a + bX
Dimana:
Y = Variabel terikat
X = Variabel bebas
a = Konstanta
keterangan :