BAB I Skripsi Herlia Prisma Irawanti

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Zaman globalisasi dan teknologi informasi yang merambah luas

kesemua sektor kehidupan menjadi persaingan tersendiri bagi setiap negara

agar mengupayakan masyarakatnya bisa bersaing dan dapat mempertahankan

eksistensinya dimuka bumi. Indonesia sendiri, sebagai negara yang umumnya

terkenal dengan sumber daya alam yang melimpah nan kaya raya tidak mau

ketinggalan, namun dalam hal ini tidak dapat dipungkiri bahwa dengan hanya

bermodal kekayaan alam saja belum dapat menjamin keberlangsungan suatu

bangsa. Dalam hal ini, suatu kemajuan bangsa juga sangat dipengaruhi oleh

kualitas sumber daya manusianya. Oleh karena itu sumber daya manusianya

harus berkualitas, yang mana salah satu jalan efektif untuk meningkatkan

kualitas sumber daya manusia adalah melalui pendidikan.

Pendidikan adalah suatu hal yang penting bagi manusia dan

kehidupannya sebab dengan adanya pendidikan diharapkan dapat

mewujudkan cita-cita bangsa. Tujuan dari adanya sebuah Pendidikan adalah

untuk membantu peserta didik agar mengenali dan mengembangkan

kemampuan yang ada pada dirinya. Peserta didik diharapkan dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungannya sehingga mampu meningkatkan

kualitas diri yaitu dengan menjadikan setiap peserta didik menjadi dewasa,

mandiri, dan mampu bertanggung jawab saat proses pembelajaran (Larassati

et al., 2017 : 238).

1
Proses pembelajaran yang baik hendaknya mengutamakan siswa untuk

dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran agar siswa dapat belajar dengan

jalan mengalami yang menjadikan pengalaman untuk siswa. Kemudian,

diharapkan dapat menemukan sendiri informasi dari pembelajaran yang

berlangsung. Pengalaman pendidikan bersifat berkelanjutan dan interaktif'

membantu membanyun kepribadian siswa. Kurikulum di Sekolah Dasar yang

saat ini digunakan adalah kurikulum 2013. Sesuai dengan pendapat

Nugriontoro, 1988 dalam (Purba dkk., 2021) mengatakan bahwa Kurikulum

ialah sebuah rangkaian pemberian pengalaman keterampilan yang diatur oleh

sekolah untuk memberikan keterampilan kepada anak dan remaja dalam

mengembangkan cara berpikir dan bertindak.

Dalam kurikulum, setiap mata pelajaran memiliki tujuan untuk

dicapai tersendiri yang berbeda dengan mata pelajaran lainnya. Gambaran

spesifikasi dari tujuan yang ingin dicapai pada tujuan kurikulum dalam

pembelajaran menurut Hamdi, M. (2017), yaitu: 1. Menggambarkan apa yang

diharapkan dapat dilakukan oleh peserta didik, dengan : (1) menggunakan

kata-kata kerja yang menunjukkan perilaku yang dapat diamati; (2)

menunjukkan stimulus yang membangkitkan perilaku peserta didik; dan (3)

memberikan pengkhususan tentang sumber-sumber yang dapat digunakan

peserta didik dan orang-orang yang dapat diajak bekerja sama. 2.

Menunjukkan perilaku yang diharapkan dilakukan oleh peserta didik, dalam

bentuk: (1) ketepatan atau ketelitian respons; (2) kecepatan, panjangnya dan

frekuensi respons. 3. Menggambarkan kondisi-kondisi atau lingkungan yang

2
menunjang perilaku peserta didik berupa : (1) kondisi atau lingkungan fisik;

dan (2) kondisi atau lingkungan psikologis. Salah satu yang ingin dicapai

dalam kurikulum tersebut terdapat pada muatan IPA.

IPA atau natural science adalah pengetahuan yang berhubungan

dengan alam semesta dan segala isinya termasuk dengan kejadian - kejadian

yang terjadi di alar dan teknologi. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memiliki

peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat untuk menopang

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi diera globalisasi saat ini. Segala

suatu keadaan yang ditimbulkan oleh kemajuan tersebut menuntut dunia

pendidikan untuk menghasilkan manusia yang mampu memahami, menguasai

dan sekaligus mengembangkan, serta mampu beradaptasi dengan pengetahuan

dan teknologi di era globalisasi. Oleh karena itu di dalam Kurikulum 2013,

mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam atau yang sering disebut IPA,

merupakan salah satu mata pelajaran yang penting dipelajari oleh siswa

SD/MI.

Berpikir kritis adalah berpikir dengan tujuan membuat keputusan yang

tepat dan rasional yang dapat memutuskan untuk melakukan sesuatu. Berpikir

kritis berfokus ke pikiran yang penuh kesadaran dan mengarah ke tujuan.

Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan seseorang melakukan

penalaran untuk mengintegrasikan pengetahuannya dalam rangka

menganalisis fakta, membuat dan mempertahankan gagasan, membuat suatu

perbandingan, dan mengambil ke simpulan untuk memecahkan masalah

(Hamdani. M, dkk ., 2019). Berpikir kritis memiliki satu tujuan, yaitu

3
kemampuan untuk memilih dan menimbang apa yang harus dipilih

memutuskan untuk mengambil keputusan. Maka dapat disimpulkan bahwa

berpikir kritis adalah penggunaan keterampilan berpikir secara aktif dan

rasional dengan penuh kesadaran serta mempertimbangkan dan mengevaluasi

informasi. Sesuai dengan pendapat (Hamdani. M, dkk ., 2019) menyebutkan

Siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis yang tinggi akan memiliki

hasil belajar yang tinggi dan akan mampu untuk menyaring suatu informasi.

Kondisi ideal atau pembelajaran yang diharapkan pada pembelajaran

IPA di Sekolah Dasar yaitu mampu menumbuhkan sikap ilmiah seperti

seorang ilmuan di dalam Standar Isi BNSP tahun 2006 di jelaskan kondisi

ideal pada mata pelajaran IPA yaitu : 1) mengembangkan rasa ingin tahu,

sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling

mempengaruhi antara IPA dengan lingkungan, teknologi dan masyarakat, 2)

meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga

dan melestarikan lingkungan alam. Dalam pembelajaran IPA juga hendaknya

proses pembelajarannya hendaknya menumbuhkan sikap ilmiah

siswa,berpusat pada siswa sehingga siswa aktif mengikuti pembelajaran, dan

antusias dalam proses pembelajaran. selain itu juga, pembelajaran hendaknya

dikemas dengan bentuk yang menarik agar siswa tertarik dan semangat dalam

mengikuti proses pembelajaran.

Namun pada kenyataannya terdapat perbedaan. Hal ini dilihat dari

hasil observasi dan wawancara terhadap Kepala sekolah dan guru kelas V di

SDN Kelayan Dalam 5 Banjarmasin, dimana hasil observasi kegiatan tersebut

4
adalah kurangnya keterampilan berpikir kritis siswa dan hasil belajar siswa

antara lain disebabkan karena pembelajaran selama ini cenderung hanya

mengasah aspek mengingat dan memahami, pembelajaran bersifat satu arah,

kurang aktifnya peran siswa dan aktivitas siswa, serta penggunaan media saat

pembelajaran masih kurang. Dan dapat dilihat dari adanya beberapa siswa

yang kurang bersemangat karena hanya mendengarkan penjelasan dari guru

kelasnya. Guru belum melakukan inovasi pembelajaran. Hal ini dapat dilihat

bahwa guru hanya menggunakan metode ceramah saja.

Berdasarkan pemaparan diatas, maka perlu perubahan pada cara

pembelajaran supaya bisa memecahkan permasalahan tersebut agar proses

pembelajaran menjadi menyenangkan, lebih bermakna, membuat siswa aktif

dalam proses pembelajaran dan siswa lebih termotivasi dalam pembelajaran.

Maka peneliti meyakini bahwa dengan menggunakan beberapa kombinasi

model pembelajaran seperti Problem Based Learning, Picture and Picture

Dan Make A Match dapat menjadi solusi untuk memecahkan masalah diatas.

Alasan peneliti memilih model Problem Based Learning adalah

meningkatkan motivasi dan aktivitas pembelajaran siswa, membantu siswa

dalam mentransfer pengetahuan siswa untuk memahami masalah dunia nyata,

membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan

bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan,

mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan

mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan

pengetahuan baru, memberikan kesempatan bagi siswa untuk

5
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata,

mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar sekalipun

belajar pada pendidikan formal telah berakhir dan memudahkan siswa dalam

menguasai konsep-konsep yang dipelajari guna memecahkan masalah dunia

nyata.

Melalui model Picture and Picture siswa-siswa terlibat aktif dalam

pembelajaran dikelas sehingga tidak hanya guru yang aktif melainkan siswa

juga aktif. Dalam penerapan model ini juga siswa diharapkan mampu berfikir

melalui gambar-gambar yang diurutkan sesuai dengan materi akan melatih

tingkat kemampuan berfikir siswa melalui gambar yang tanpa disertai dengan

teks. Keterlibatan siswa secara langsung tersebut diharapkan dapat

menjadikan siswa lebih aktif dalam aktivitas kemampuan berpikir kritis agar

siswa dapat mencapai standar kompetensi yang ditetapkan.

Peneliti menambahkan model Make A Match agar pemebelajaran lebih

menyenangkan dan tidak menegangkan.. Salah satu keunggulan dari model ini

yaitu siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau

topik karena dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dalam

pembelajaran dan memusatkan pada keaktifan siswa melalui kartu yang

dibagikan oleh guru.

Penelitian yang dilakukan peneliti bukanlah sesuatu yang pertama kali

dilakukan melainkan sudah ada referensi dari penelitian terdahulu yang mana

dalam penelitian yang dilakukan oleh Yunin Nurun Nafiah dan Wardan

Suyanto yang berjudul “Penerapan Model Problem-Based Learning Untuk

6
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Siswa” juga

menunjukkan Perolehan skor keterampilan berpikir kritis pada siklus II

mengalami peningkatan. Perolehan skor keterampilan berpikir kritis sebesar

583 dari skor seharusnya 725, presentase skor keterampilan berpikir kritis

siswa yaitu 80,4%. Data tersebut menunjukkan bahwa pencapaian skor

indikator keterampilan berpikir kritis telah memenuhi kriteria yakni sebesar

80%. Dan perolehan nilai tertinggi 88,18, nilai terendah 78,38 dan rata-rata

nilai 83,2. Berdasarkan data diatas jumlah siswa yang tuntas KKM yaitu

sebanyak 29 siswa (100%). Dalam penelitian ini, pembelajaran dengan PBL

dikatakan berhasil jika indikator keberhasilan telah tercapai yaitu 80% siswa

tuntas KKM. Data tersebut menunjukkan bahwa indikator keberhasilan telah

terpenuhi. Maka dapat dikatakan dengan penggunaan model problem based

learning dapt meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan meningkatkan

hasil belajar peserta didik.

Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian yang akan dilakukan

adalah penelitian yang dapat meningkatkan keterlibatan atau keaktifan siswa

dalam pembelajaran. Untuk itu guru harus kreatif dalam mendesain model

pembelajaran yang akan diberikan untuk mencapai pembelajaran yang

diharapkan. Maka peneliti bermaksud ingin melakukan penelitian dengan

judul “Implementasi Model Problem Based Learning, Picture And Picture

Dan Make A Match Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Dan

7
Hasil Belajar Siswa Pada Muatan IPA Kelas V Di SDN Kelayan Dalam 5

Banjarmasin”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permaalahan yang dapat di

rumuskan dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran IPA melalui

kombinasi model pembelajaran Problem Based Learning, Picture and

Picture dan Make A Match pada siswa kelas V SDN Kelayan Dalam 5

Banjarmasin?

2. Apakah ada peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA melalui

kombinasi model pembelajaran Problem Based Learning, Picture and

Picture dan Make A Match pada siswa kelas V SDN Kelayan Dalam 5

Banjarmasin?

3. Apakah ada peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa dalam

pembelajaran IPA melalui kombinasi model pembelajaran Problem Based

Learning, Picture and Picture dan Make A Match pada siswa kelas V

SDN Kelayan Dalam 5 Banjarmasin?

4. Apakah ada peningkatan hasil belajar sisa dalam pembelajaran IPA

melalui kombinasi model pembelajaran Problem Based Learning, Picture

and Picture dan Make A Match pada siswa kelas V SDN Kelayan Dalam

5 Banjarmasin?

8
C. Rencana Pemecahan Masalah

Masalah yang terjadi adalah keterlibatan siswa dalam proses

pembelajaran belum optimal, siswa pasif dalam pembelajaran, model

pembelajaran yang membosankan dan kurang keaktifan siswa dalam

pembelajaran yang mengakibatkan kurangnya keterampilan berpikir kritis dan

hasil belajar siswa dalam pembelajaran di kelas. Maka, berdasarkan

permasalahan tersebut, rencana pemecahan masalahnya adalah dengan

menggunakan kombinasi model Problem Based Learning (PBL), Picture and

Picture dan Make A Match.

Pemecahan masalah pada penelitian ini yaitu dengan melakukan

tindakan kelas sebanyak 4 kali pertemuan. Rencana pemecahan masalah yang

digunakan dalam PTK ini, yaitu dengan menggunakan kombinasi model

pembelajaran PBL, PAP dan Make A Match pada siswa kelas V di SDN

Kelayan Dalam 5 Banjarmasin.

Pada penelitian ini, alasan peneliti memilih model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) karena dapat menstimulus siswa untuk

menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi, untuk memicu

perkembangan keterampilan belajar sepanjang hayat, dan memiliki

kemampuan memecahkan masalah, berkomunikasi secara lisan maupun

tertulis, dan bekerja dalam kelompok serta kepemimpinan. (Wahyuni, 2011).

Menurut Glazer (2001) menyatakan bahwa PBL menekankan belajar sebagai

9
proses yang melibatkan pemecahan masalah dan berpikir kritis dalam konteks

yang sebenarnya. Glazer selanjutnya mengemukakan bahwa PBL

memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari hal lebih luas

yang berfokus pada mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara yang

aktif dan bertanggung jawab. Melalui PBL siswa memperoleh pengalaman

dalam menangani masalah-masalah yang realistis, dan menekanan pada

penggunaan komunikasi, kerjasama, dan sumber-sumber yang ada untuk

merumuskan ide dan mengembangkan keterampilan penalaran.

Model kedua dan ketiga yang dipilih peneliti adalah sebagai pelengkap

dari model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), yaitu model

pembelajaran Picture and Picture dan Make A Match. Karena kedua model ini

dianggap cocok untuk melengkapi model Problem Based Learning (PBL).

Ketiga model ini dapat membuat siswa menjadi aktif dan melibatkan siswa

secara langsung dalam pembelajaran. Kedua model ini dapat mengurangi

kejenuhan siswa dalam melakukan pembelajaran di kelas.

pembelajaran model Picture and Picture siswa bekerja secara

bersama-sama untuk menguasai materi dengan berbantuan gambar-gambar

atau visual. Adanya aktivitas belajar secara optimal akan menentukan tingkat

pemahaman dan hasil belajar siswa. Mempertimbangkan pentingnya hal

tersebut, oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan

menggunakan model pembelajaran Kooperatif Learning tipe Picture and

Picture. picture and picture ini berbeda dengan media gambar dimana picture

and picture berupa gambar yang belum disuusun secara berurutan dan yangg

10
menggunakannya adalahh siswa, sedangkan media gambar berupaa gambar

utuh yang digunakan oleh guruu dalam proses pembelajaran. Dengann adanya

penyusunan gambarr guruu dapat mengetahuii kemampuan siswa dallam

memahami konsep materii dan melatihh berpikir logis dan sistematiss, dapat

melihat kemampuann siswa dalam menyusun gambar secara beruruutan,

mennjukkan gambar, memberi keterangann dan menjelaskann gambar.

Sedangkan agar membuat siswa lebih antusias dalam pembelajaran

dan tidak bosan maka peneliti mengkombinasikan dengan model Make A

Match yang merupakan salah satu model yang menyenangkan dengan unsur

permainan tujuannya dapat meningkatkan kognitif dan psikomotorik siswa.

Model ini meminta siswa untuk mencari pasangan kartu yang merupakan

pernyataan atau jawaban tertentu dalam pembelajaran. Teknik ini dapat

digunakan dalam semua mata pelajarandan untuk semua tingkatan usia karena

dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dalam proses

pembelajaran dan memusatkan pada terciptanya keaktifan siswa melalui kartu

yang dibagikan oleh guru. Kartu-kartu tersebut berisi pertanyaan dan jawaban

yang akan dipasangkan oleh siswa.

Adapun langkah-lagkah dari kombinasi model Problem Based

Learning (PBL), Picture And Picture (PAP) dan Make A Match yaitu:

1) Guru mengorientasi siswa pada masalah. (PBL)

2) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok secara heterogen. ( PBL)

3) Guru membimbing siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas

belajar yang berhubungan dengan masalah dengan pengumpulan

11
data/informasi (pengetahuan, konsep, teori) melalui berbagai macam cara

untuk menemukan berbagai alternatif penyelesaian masalah. (PBL)

4) guru memberikan informasi dan menyajikan gambar untuk mengajak

siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap

gambar yang ditujukkan. (PAP)

5) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap

anggota kelompok dapat mengerjakan atau mengetahui jawabannya. (PBL

dan PAP)

6) guru menunjuk/memanggil siswa secara acak untuk memasangkan gambar

secara berurutan dan logis. (PAP)

7) guru mempersilahkan perwakilan kelompok mempresentasikan hasil

diskusi. (PBL)

8) Guru dan siswa membuat kesimpulan dalam pembelajaran bersama-sama.

( PBL, PAP, Make A Match)

D. Tujuan Penelitian

Bedasarkan permasalahan yang sudah dikemukakan, maka penelitian

ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan peningkatan aktivitas guru dalam melaksanakan

pembelajaran IPA melalui kombinasi model pembelajaran Problem Based

Learning, Picture and Picture dan Make A Match pada siswa kelas V

SDN Kelayan Dalam 5 Banjarmasin?

12
2. Menganalisis peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA

melalui kombinasi model pembelajaran Problem Based Learning, Picture

and Picture dan Make A Match pada siswa kelas V SDN Kelayan Dalam

5 Banjarmasin?

3. Menganalisis peningkatan keterampilan berpikir kritis dalam

pembelajaran IPA melalui kombinasi model pembelajaran Problem Based

Learning, Picture and Picture dan Make A Match pada siswa kelas V

SDN Kelayan Dalam 5 Banjarmasin?

4. Menganalisis peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA

melalui kombinasi model pembelajaran Problem Based Learning, Picture

and Picture dan Make A Match pada siswa kelas V SDN Kelayan Dalam

5 Banjarmasin?

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:

1. Bagi Sekolah

Memberi masukan bagi sekolah agar melakukan inovasi dalam

pembelajaran dan juga akan memberikan sumbangan bagi sekolah tentang

berbagai model-model pembelajaran yang inovatif.

2. Bagi Guru

Penelitian ini bermanfaat bagi guru sebagai salah satu alternatif

dalam memilih model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan

13
keterampilan berpikir ktitis dan hasil belajar siswa. Serta dapat menambah

wawasan guru terhadap model-model pembelajaran.

3. Bagi siswa

Penelitian ini bermanfaat bagi siswa, diharapkan dapat

meningkatkan keterampilan berpikir ktitis dan hasil belajar siswa melalui

model pembelajaran yang inovatif.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan referensi untuk peneliti selanjutnya, dapat menjadi

rujukan dan sumber informasi, juga dapat memberikan pengetahuan dan

pengalaman bagi peneliti-peneloti lain. Hasil penelitian ini diharapkan

menjadi awal peneliti untuk melaksankan penelitian yang lebih luas.

14

Anda mungkin juga menyukai