SKRIPSI Pengembangan Bahan Ajar Connected Pada Materi Suhu Dan Kalor
SKRIPSI Pengembangan Bahan Ajar Connected Pada Materi Suhu Dan Kalor
SKRIPSI Pengembangan Bahan Ajar Connected Pada Materi Suhu Dan Kalor
Disusun oleh:
KUPANG
2019
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
M O T T O:
1. Kedua orang tua tercinta, Ayah Lodywik Rabe Tuka, SH & Bunda Mince Riwu
S,Pd.
2. Kakak semata wayang yang kumiliki, Roy Nimrod Ludi Tuka, S.Ked.
3. Keluarga besar Rabe Tuka & Riwu.
4. Adik-adikku seatap, Vivi Saleh, Noldy Lopo, Iwan & Rita Soepaba.
5. Keluarga besar LPMI Perwakilan Kupang, teristimewa KP EL-GIBBOR.
6. Teman-teman seperjuangan Grafik ’15.
7. Almamaterku, Program studi pendidikan Fisika UNDANA.
ABSTRAK
Pengembangan Bahan Ajar IPA TERPADU Tipe Connected pada Materi Suhu dan
Kalor
(Ansy Rabe Tuka1), Vinsensius Lantik2), Kadek Ayu Astiti3))
1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP UNDANA
2,3
Dosen Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP UNDANA
Penelitian pengembangan ini dilakukan untuk mengembangkan bahan ajar berupa modul IPA
Terpadu Tipe Connected Pada Materi Suhu dan Kalor. Bahan ajr ini merupakan bahan ajar
cetak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara mengembangkan bahan
ajar ini, dan juga untuk mengetahui bagaimana kelayakan bahan ajar ini.
Prosedur pengembangan dilakukan berdasarkan langkah-langkah oleh Dick and Carey dengan
sedikit penyesuaian. Tahapan pengembangan yang dilakukan ada 6 tahapan yaitu, pertama;
melakukan analisis kebutuhan melalui studi pustaka, kedua; mendesain produk melalui
menetukan materi pokok dan menentukan KD yang berkaitan, ketiga; tahap pengembangan
produk dengan menampilkan karakteristik connected pada bahan ajar, keempat; tahap validasi
atau uji kelayakan oleh 1ahli/ pakar materi dan 1 ahli media, kelima; mengetahui respon siswa
dengan uji coba kelompok kecil (12 peserta didik), dan uji coba kelompok besar (2 kelas/ 38
peserta didik), keenam; produk akhir berupa bahan ajar IPA Terpadu Tipe Connected Pada
Materi Suhu dan Kalor.
Hasil analisis kebutuhan menunjukan pengajaran IPA secara terpisah merupakan kendala bagi
siswa untuk menyerap materi pelajaran secara optimal. Penggunaan media pembelajaran seperti
bahan ajar bisa menjadi sumber pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik. Selain
itu, penerapan model pembelajaran terpadu dapat mempermudah siswa dalam mempelajari
keterpaduan IPA. Dengan demikian, dikembangkankan sebuah bahan ajar secara terpadu atau
menurut karakteristik pembelajaran terpadu. Dalam hal ini menggunakan pembelajaran IPA
Terpadu Tipe Connected. Proses pengambilan data menggunakan angket dengan instrument
penilaian kelayakan bahan ajar oleh BSNP. Sesuai data hasil analisis menunjukan presentasi
penilaian oleh 1 ahli materi, 1 ahli media, uji coba kelompok kesil oleh 12 peserta didik, dan uji
coba kelompok besar oleh 2 kelas/ rombongan belajar (38 peserta didik) secara berturut-turut
93%, 91%, 88%, dan 85,5% adalah menunjukan bahwa bahan ajar ini layak digunakan
sebagai bahan IPA Terpadu pada materi pokok suhu dan kalor
Berdasarkan hasil tahapan –tahapan pengembangan tersebut, maka bahan ajar berupa
modul IPA Terpadu pada materi suhu dan kalor untuk SMP/MTs Kelas VII dinyatakan layak
sebagai bahan ajar fisika.
Kata Kunci : Bahan Ajar, Pembelajaran Terpadu Tipe Connected, Suhu dan Kalor.
ABSTRACT
This development research was conducted to develop teaching materials in the form of
Integrated Science Module Connected to Temperature and Heat Material. This teaching
material is a printed teaching material. The purpose of this study is to find out how to develop
this teaching material, and also to find out how the feasibility of this teaching material.
The development procedure is based on steps by Dick and Carey with minor adjustments. The
stages of development carried out there are 6 stages namely, first; conduct needs analysis
through literature study, second; product design through determining the subject matter and
determining the relevant BC, third; the stage of product development by displaying connected
characteristics on teaching materials, fourth; the validation stage or due diligence by 1 expert /
material expert and 1 media expert, fifth; know the response of students with small group trials
(12 students), and large group trials (2 classes / 38 students), sixth; final product in the form of
Integrated Science teaching materials Connected Type in Material Temperature and Heat.
The results of the needs analysis show that teaching science separately is an obstacle for
students to absorb the subject matter optimally. The use of instructional media such as teaching
materials can be a fun learning resource for students. In addition, the application of integrated
learning models can facilitate students in learning the integration of science. Thus, a teaching
material is developed in an integrated manner or according to the characteristics of integrated
learning. In this case using Integrated Science learning Connected Type. The data retrieval
process uses a questionnaire with an instrument for evaluating the feasibility of teaching
materials by BSNP. According to the data analysis results showed the presentation of
assessment by 1 material expert, 1 media expert, small group trial by 12 students, and large
group trial by 2 classes / study groups (38 students) respectively 93%, 91% , 88%, and 85.5%
are showing that this teaching material is suitable to be used as an Integrated Natural Science
material on the subject matter of temperature and heat .
Based on the results of the stages of the development, the teaching material in the form of an
Integrated Natural Science module on temperature and heat material for Class VII SMP / MTs
was declared as a physical teaching material.
Keywords: Teaching Materials, Integrated Learning Type Connected, Temperature and Heat.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
Penulisan skripsi ini melibatkan bantuan dari berbagai pihak baik secara
material maupun moril. Oleh karena itu, dengan tulus penulis menyampaikan
penghargaan dan terima kasih kepada Bapak Vinsensius Lantik, S.Pd, M.Pd
selaku pembimbing I dan Ibu Kadek Ayu Astiti, S.Pd, M.Pd selaku pembimbing II
yang telah dengan penuh kesabaran memberikan motivasi, bimbingan dan arahan
S.Si., M.Si., yang telah memberikan dukungan baik berupa moril maupun
4. Kepala SMPK CITRA BANGSA Kota Kupang beserta staf guru dan
6. Kedua orang tua tercinta, Ayah terhebat Lodywik Rabe Tuka, SH dan
Bunda juara satu Mince Riwu, S.Pd, serta kakak semata wayang yang
kukasihi, Roy Nimrod Ludji Tuka, S.Ked. Terima kasih kuucapkan untuk
segalanya.
(Unnie Natalia, Rezky, Nonny, Depi, Nola, Delsiana, Bosco, Elis, Ika,
Umy, Florin, Thyna, Heldy, Oan, Riesty, Alena, Angel, Fredy, Utha, Putri,
Ary, Iksan, Mirus, Yani A, Martin, Meri, Mawinda, Mirna, Deba, Nadya,
Idho, Sania, Servas, Sota, Alwan, Ighi, Yani M, Roy, Yanto, Yosman,
Inno, Yeter, Romy, Inez, Maya, dan Ceci) dan seluruh mahasiswa
angkatan 2011, 2012, 2013, 2014 dan adik-adik angkatan 2016, 2017,
Randa dan semuanya yang tak bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih
selalu setia mendoakan dan mendukung penulis hingga sampai pada tahap
10. Kekasih hati Alexander Dony Umadato, yang setia mendengarkan keluh-
your support”.
Kesempurnaan hanya milik Tuhan, karena itu penulis juga menyadari bahwa
dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, karena itu kritik
dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi melengkapi dan
Akhir kata, tiada sesuatu yang lebih berharga yang penulis berikan sebagai
balasan atas budi baik yang telah diberikan, hanya ucapan terima kasih dan doa
Penulis
iv
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
LAMPIRAN..................................................................................................
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Model-model Pembelajaran IPA Terpadu.......................................... 37
3.1 Skala likert ......................................................................................... 55
3.2 Kisi-kisi instrumen penilaian ahli materi ........................................... 56
3.3 Kisi-kisi instrumen penilaian ahli media............................................ 57
3.4 Kisi-kisi instrumen respon siswa........................................................ 57
3.5 Persentase skor kelayakan bahan ajar................................................. 58
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Silabus Mata Pelajaran IPA Terpadu............................................. 59
2. Instrumen Penilaian....................................................................... 67
8
BAB I
PENDAHULUAN
manusia yang berkualitas. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional, menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Pendidikan adalah suatu proses
mengubah tingkap laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup
mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar dimana individu
itu berada (Sagala, 2013:3). Namun, pada kenyataannya banyak yang beranggapan bahwa
Indeks mutu pendidikan Bangsa Indonesia dapat dilihat dari hasil Programme For
International Student Assesment (PISA) tahun 2009 dan 2012 yang fokus terhadap bidang
OECD (Organization For Economic Cooperation and Development) untuk usia 15 tahun
yaitu dari peringkat ke-57 di tahun 2009 menjadi peringkat ke-64 dari 65 negara peserta
dengan perolehan skor dari 383 menjadi 382 dan berada di bawah rata-rata standar PISA.
Hasil PISA bidang literasi sains anak Indonesia yang dianalisis Tim Literasi sains
9
Puspendik tahun 2004 terungkap bahwa (1) komposisi jawaban siswa mengindikasikan
lemahnya pemahaman siswa terhadap konsep-konsep dasar sains yang sebetulnya telah
diajarkan; (2) lemahnya kemampuan siswa dalam membaca dan menafsirkan data dalam
bentuk gambar, tabel, diagram dan bentuk penyajian lainnya; (3) ketelitian siswa
membaca masih rendah; (4) kemampuan nalar ilmiah masih rendah; dan (5) lemahnya
untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara terus menerus dengan cara memperbaiki
kurikulum dari waktu ke waktu agar tidak semakin tertinggal dengan negara-negara maju.
kurikulum 2013. Pembelajaran IPA Terpadu merupakan salah satu model implementasi
kurikulum 2013 dimana pembelajaran ini dikemas menjadi satu antara materi kimia,
fisika, dan biologi. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari
mengenai alam dan fenomena alam yang terjadi, yang berhubungan dengan benda hidup
maupun benda tak hidup untuk dijadikan objek kajian IPA. Pembelajaran IPA sangat
berperan dalam proses pendidikan, sehingga IPA memiliki upaya untuk membangkitkan
tentang alam. Menurut Depdiknas, 2007 dalam Rosda Fitriana, 2016:1 Proses
mengembangkan kompetensi agar dapat menjelajahi dan memahami alam sekitar secara
ilmiah. IPA bukan sekedar penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, melainkan juga suatu proses penemuan. Dengan
pembelajaran IPA, siswa diharapkan dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar,
serta mengaplikasikan ilmunya dalam kehidupan nyata. Dengan demikian IPA tidak lagi
menyenangkan bagi peserta didik. Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan
adalah bahan ajar. Menurut Depdiknas, 2008 dalam Muhammad Sultan:2 Bahan ajar
adalah seperangkat materi pembelajaran yang disusun secara sistematis sehingga tercipta
Kebudayaan (Permendikbud) nomor 65 tahun 2013 tentang standar proses, yang antara
Salah satu elemen RPP adalah bahan ajar. Bahan ajar IPA terpadu harus komprehensif
menyajikan berbagai bidang kajian IPA secara utuh sebagai satu kesatuan yang saling
berkaitan. Bahan ajar tersebut paling tidak harus memuat contoh-contoh tentang
keterkaitan antar konsep dari berbagai bidang kajian IPA (Kemendiknas, 2011:12).
Dengan demikian, guru diharapkan untuk mengembangkan bahan ajar sebagai salah satu
sumber belajar. Mengembangkan bahan ajar yang inovatif dan menyenangkan sangat
Pengembangan bahan ajar dapat dilakukan dengan melihat kebutuhan peserta didik serta
kondisi dilapangan.
kendala bagi siswa untuk menyerap materi pelajaran secara optimal. Masing-masing
materi fisika dan biologi diajarkan oleh guru dan waktu yang berbeda sehingga
menyebabkan materi IPA berdiri sendiri-sendiri. Kendala lain, yaitu antara materi fisika
dan biologi pada semester yang sama belum terkait satu sama lain. Mungkin saja materi
yang terkait pada semester yang lain, sehingga antara fisika dan biologi belum
11
terintegrasi secara harmonis. Hal lain yang mempengaruhi kesulitan belajar IPA adalah
faktor guru mata pelajaran IPA di lapangan merupakan lulusan Pendidikan Fisika dan
belum dilaksanakan secara terpadu dan masih terpisah antara Biologi, Fisika, atau Kimia.
Selain itu, buku teks yang ada di lapangan hanya menekankan penyampaian pengetahuan
dengan banyak teori yang membuat siswa sering merasa bosan dan juga masih terpisah-
pisahnya materi dalam buku tersebut, sehingga siswa juga masih sulit untuk mendapatkan
suatu konsep atau pengalaman belajar yang bermakna seperti yang diharapkan dalam
mempelajari IPA adalah pembelajaran IPA Terpadu Tipe Connected yaitu model
pembelajaran yang menghubungkan satu konsep dengan konsep lain,satu topik dengan
topik lain, dan satu keterampilan dengan keterampilan lain, tugas dilakukan dala satu hari
dengan tugas yang dilakukan pada hari berikutnya, bahkan ide-ide yang dipelajari pada
satu semester berikutnya dalam satu bidang studi. Dengan dilakukan pengembangan
bahan ajar IPA Terpadu Tipe Connected ini diharapkan siswa dapat memahami konsep
IPA dan dapat menguhubungkan antar konsep dalam mata pelajaran IPA sehingga dapat
pembelajaran IPA. Materi-materi yang disatukan akan menjadi konsep yang utuh
dengan menggunakan pembelajaran IPA Terpadu Tipe Connected. Hal ini karena
satu kompetensi dasar dengan kompetensi dasar yang lain tetapi masih dalam satu
hanya diperlukan kesiapan guru dan siswa saja, serta penerapan model pembelajaran IPA
12
Terpadu saja tetapi juga diperlukan suatu bahan ajar yang dikembangkan
secara terpadu pula.
judul “Pengembangan Bahan Ajar IPA TERPADU Tipe Connected Pada Materi Suhu
Dan Kalor”.
Sesuai dengan latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
1. Bagaimana cara merancang bahan ajar IPA Terpadu tipe Connected pada
2. Bagaimana kelayakan bahan ajar IPA Terpadu tipe Connected pada materi
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin dicapai dari
1. Untuk mengembangkan bahan ajar IPA Terpadu tipe Connected pada materi
2. Untuk mengetahui kelayakan bahan ajar IPA Terpadu tipe Connected pada
Pengembangan bahan ajar IPA Terpadu tipe Connected ini diharapkan dapat
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
2) Sebagai referensi guru dalam pembelajaran IPA Terpadu agar tidak terpaku
dalam pengembangan bahan ajar dan juga member manfaat dalam usaha
Terpadu.
1.5.1 Asumsi
b. Bahan ajar sampai saat ini belum banyak dikembangkan dan digunakan
belajar.
d. Ahli materi adalah salah seorang dosen fisika yang memahami dan
e. Ahli media adalah dosen yang akan menilai dan memberi tanggapan terkait
dirumuskan.
b. Kesimpulan yang diambil dari penelitian ini dapat dipercaya sejauh asumsi
tersebut berlaku.
15
d. Hasil pengembangan bahan ajar hanya dinilaikan pada 1 ahli materi, dan 1
Menurut Abdul Majid (2007:174) bahan ajar adalah segala bentuk bahan
mengajar di kelas.
2. IPA Terpadu
pokok bahasan dari berbagai kajian (fisika, kimia, biologi, bumi dan alam
semesta) pada mata pelajaran IPA dalam satu bahasan (Depdiknas, 2006:7).
(fisika, biologi, dan kimia) sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh dengan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium”
yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau
Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk
(Cepy Riyana, 2012:32). Dari ketiga pendapat di atas disimpulkan bahwa media
hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan
adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad ke–20 usaha pemanfaatan
alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti
dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-
yang dibawa ke peserta didik. Objek dimaksud bisa dalam bentuk nyata,
yang tidakmungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta
besar; (b) objek terlalu kecil; (c) objek yang bergerak terlalu lambat; (d)
objek yang bergerak terlalu cepat; (e) objek yang terlalu kompleks; (f) objek
yang bunyinya terlalu halus; (g) objek mengandung berbahaya dan resiko
tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua objek itu dapat
5. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.
3. Projected still media: slide; over head projektor (OHP), in focus dan
sejenisnya.
4. Projected motion media: film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer
dan sejenisnya.
bersifat visual, audial, projected still media maupun projected motion media bisa
dilakukan secara bersama dan serempak melalui satu alat saja yang disebut Multi
projected motion media, namun dapat meramu semua jenis media yang bersifat
interaktif.
Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus
Contoh: bila tujuan atau kompetensi peserta didik bersifat menghafalkan kata-
kata tentunya media audio yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau
kompetensi yang dicapai bersifat memahami isi bacaan maka media cetak yang
lebih tepat digunakan. Kalau tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan
aktivitas), maka media film dan video bisa digunakan. Di samping itu,
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu
Bahan ajar memiliki posisi amat penting dalam pembelajaran, yakni sebagai
guru, uraian-uraian yang harus disampaikan guru dan informasi yang harus di
sajikan guru dihimpun dalam bahan ajar (Mustafa and Efendi, 2016:35).
peserta didik. Pelayanan individual dapat terjadi dengan bahan ajar. Peserta didik
berhadapan dengan bahan yang terdokumentasi. Peserta didik yang cepat belajar,
Bahan atau materi pembelajaran juga pada dasarnya adalah “isi” dari kurikulum,
yakni berupa mata pelajaran atau bidang studi dengan topik/sub-topik dan
rinciannya.
Melihat penjelasan di atas, dapat kita ketahui bahwa peran seorang guru
keberhasilan proses belajar dan pembelajaran melalui sebuah bahan ajar. Bahan
ajar dapat juga diartikan sebagai segala bentuk bahan yang disusun secara
sistematis yang memungkinkan peserta didik dapat belajar secara mandiri dan
dirancang sesuai kurikulum yang berlaku. Keberadaan bahan ajar akan sangat
membantu. Guru akan lebih runtut dalam mengajarkan materi kepada peserta
pula. Prastowo mengatakan bahwa bahan ajar yang dapat membuat peserta didik
merasa tertarik dan senang mempelajari bahan ajar tersebut (Ariyani and Wangid,
2016:15).
Bahan ajar pada dasarnya merupakan segala bahan (baik informasi, alat,
maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari
22
kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses
Center for Competency Based Training (Mustafa and Efendi, 2016:10) “bahan
(teaching material) yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari
dan sikap yang harus dipelajari peserta didik dalam rangka mencapai standar
Ada beragam bentuk buku, baik yang digunakan untuk sekolah maupun
perguruan tinggi, contohnya buku referensi, modul ajar, buku praktikum, bahan
ajar, dan buku teks pelajaran. Jenis-jenis buku tersebut tentunya digunakan untuk
23
mempermudah peserta didik untuk memahami materi ajar yang ada di dalamnya.
Nasional Tahun 2003 bahan ajar memiliki beberapa karakteristik, yaitu self
1. Self Instructional
ketika sesorang peserta didik menggunakan bahan ajar tersebut. Peserta didik
mampu membelajarkan diri sendiri dengan bahan ajar yang dikembangkan, inilah
yang dimaksud dengan self instructional. Hal ini sesuai dengan tujuan bahan ajar,
yaitu agar peserta didik mampu belajar secara mandiri. Untuk memenuhi karakter
self instructional, maka didalam bahan ajar harus terdapat tujuan yang dirumuskan
dengan jelas, baik tujuan akhir ataupun tujuan antaranya. Selain itu, dengan bahan
ajar tersebut akan memudahkan peserta didik belajar secara tuntas dengan
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan bahan ajar yang mampu
membuat peserta didik untuk belajar mandiri dan memperoleh ketuntasan dalam
d) Bahasa yang digunakan cukup sederhana dan yang lebih penting adalah
2. Self Contained
Self contained yaitu seluruh materi pelajaran dari satu kompetensi atau
subkompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu bahan ajar secara utuh.
satu kesatuan yang utuh. Pembagian atau pemisahan materi dari satu kompetensi
didik. Sebuah bahan ajar haruslah memuat seluruh bagian-bagiannya dalam satu
buku secara utuh untuk memudahkan pembaca mempelajari bahan ajar tersebut.
3. Stand Alone
Stand alone yaitu bahan ajar yang dikembangkan tidak tergantung pada
bahan ajar lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan bahan ajar lain.
Peserta didik tidak perlu bahan ajar yang lain untuk mempelajari atau
mengerjakan tugas pada bahan ajar tersebut. Jika peserta didik masih
menggunakan dan bergantung pada bahan ajar lain selain bahan ajar yang
digunakan, maka bahan ajar tersebut tidak dikategorikan sebagai bahan ajar yang
berdiri sendiri. Artinya sebuah bahan ajar dapat digunakan sendiri tanpa
4. Adaptif
perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika bahan ajar tersebut
lunaknya dapat digunakan sampai kurun waktu tertentu. Bahan ajar harus memuat
5. User Friendly
Bahan ajar hendaknya juga memenuhi kaidah user friendly atau bersahabat
atau akrab dengan pemakaiannya. Setiap intruksi dan paparan informasi yang
26
bahan ajar juga memiliki tujuan dan manfaat. Tujuan dan manfaat bahan ajar
1. Diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan kebutuhan peserta
didik.
2. Tidak lagi tergantung pada buku teks yang terkadang sulit diperoleh.
referensi.
antara guru dan peserta didik karena peserta didik merasa lebih percaya kepada
gurunya.
pembelajaran.
7. Dapat diajukan sebagai karya yang dinilai mampu menambah angka kredit
Selain manfaat bagi guru ada juga manfaat bagi peserta didik, yaitu:
dengan tuntutan kurikulum, artinya bahan ajar yang dikembangkan harus sesuai
dengan Kurikulum 2013 yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan baik
standar isi, standar proses dan standar kompetensi lulusan. Kemudian karakteristik
peserta didik.
pembelajaran berbasis Kurikulum 2013 agar proses penyusunan bahan ajar lebih
evaluasi proses dan hasil belajar, dan lembar kerja peserta didik (LKPD).
1. Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang konkret untuk
didik.
4. Motivasi yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar.
5. Mencapai tujuan.
lebih mudah memahami suatu konsep apabila penjelasan dimulai dari yang
konsep. Namun pengulangan dalam penulisan bahan belajar harus tepat dan
3. Respon yang diberikan oleh guru terhadap peserta didik akan menjadi
pernguatan pada diri peserta didik maka jangan lupa berikan umpan bailk yang
4. Pembelajaran adalah suatu proses yang bertahap dan berkelanjutan maka perlu
5. Seorang peserta didik yang memiliki motivasi belajar tinggi akan lebih berhasil
dalam belajar. Untuk itu, salah satu tugas guru dalam melaksanakan
belajar.
mencapainya, kota-kota apa saja yang akan dilewati, dan memberitahukan pula
sudah sampai di mana dan berapa jauh lagi perjalanan. Dengan demikian,
Bahan ajar memiliki beragam jenis, ada yang cetak maupun non-cetak.
Menurut Mudlofir Ali (2011:20) bahan ajar dapat dibedakan menjadi 4 jenis,
yakni:
Terdiri dari bahan cetak (printed) antara lain handout, buku, modul, lembar
kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, booklet, foto atau gambar, dan bahan ajar
Yang termasuk kedalam bahan ajar audio ini adalah kaset, radio, piringan
Yang termasuk kedalam bahan ajar ini yakni, Compact Disk dan film.
Terdiri dari CAI (Computer Assisted Interactive) dan bahan ajar web (web
Sedangkan, untuk bahan ajar cetak, menurut Kemp dan Dayton (1985), bahan
ajar cetak adalah sejumlah bahan yang digunakan dalam kertas, yang dapat berfungsi
sudut pandang teknologi pendidikan, bahan ajar dalam beragam bentuknya dikategorikan
sebagai bagian dari media pembelajaran. Sebagai media dalam pembelajaran, bahan ajar
Salah satu alasan mengapa bahan ajar cetak masih merupakan media utama
dalam paket bahan ajar di sekolah-sekolah, karena sampai saat ini bahan ajar cetak masih
merupakan media paling mudah diperoleh dan lebih standar di banding program
komputer (Belawati, 2003). Disamping memiliki kelebihan, bahan ajar cetak juga
Bahan ajar cetak yang sering dijumpai antara lain berupa handout, buku, modul,
brosur, dan lembar kerja siswa. Di bawah ini akan diuraikan penjelasan terkait jenis-jenis
1) Handout
Handout adalah “segala sesuatu” yang diberikan kepada peserta didik ketika
akan dicapai oleh siswa. Saat ini handout dapat diperoleh melalui internet atau
2) Buku
Buku sebagai bahan ajar merupakan buku yang berisi ilmu pengetahuan hasil
buku, dan daftar pustaka. Buku akan sangat membantu guru dan siswa dalam
3) Modul
Modul merupakan bahan ajar yang ditulis dengan tujuan agar siswa dapat
belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru. Oleh karena itu,
modul harus berisi tentang petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, isi
dan balikan terhadap evaluasi. Modul yang diberikan kepada siswa dapat
32
bermanfaat agar siswa mampu belajar secara mandiri tanpa harus dibantu oleh
guru.
Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah materi ajar yang sudah dikemas sedemikian
rupa sehingga siswa diharapkan mendapat materi ajar tersebut secara mandiri.
Lembar Kerja Siswa dapat digunakan oleh siswa, sehingga siswa akan
mendapat materi, ringkasan, dan tugas yang berkaitan dengan materi. Selain itu
siswa juga dapat menemukan arahan yang terstruktur untuk memahami materi
yang diberikan dan pada saat yang bersamaan siswa diberikan materi serta
5) Buku Ajar
Buku ajar adalah sarana belajar yang bisa digunakan di sekolah-sekolah dan di
6) Buku Teks
Buku teks juga dapat didefinisikan sebagai buku pelajaran dalam bidang studi
tertentu, yang merupakan buku standar yang disusun oleh para pakar dalam
bidang itu. Buku teks dibuat dengan maksud dan tujuan-tujuan instruksional
Secara umum, menurut Lestari (2011:79) buku dibedakan menjadi empat jenis, yakni:
33
a. Buku sumber, yaitu buku yang dapat dijadikan rujukan, referensi, dan sumber
untuk kajian ilmu tertentu, biasanya berisi suatu kajian ilmu yang lengkap.
b. Buku bacaan, yaitu buku yang hanya berfungsi untuk bahan bacaan saja,
c. Buku pegangan, yaitu buku yang bisa dijadikan pegangan guru atau pengajar
d. Buku bahan ajar atau buku teks, yaitu buku yang disusun untuk proses
diajarkan.
Bahan ajar non-cetak meliputi bahan ajar dengar hitam, dan compact disc audio. Bahan
ajar pandang dengar video compact disc dan film. Bahan ajar multimedia interaktif,
kompetensi peserta didik yang dibangun oleh berbagai unsur yaitu unsur raw input
(peserta didik) yang akan diproses atau dibentuk kompetensinya, instrumental input
(terdiri dari tujuan, materi berupa bahan ajar, media dan perangkat evaluasi) yang
Bahan ajar dalam proses pembelajaran dengan demikian menempati posisi penting
dalam prose pembelajaran, hal tersebut karena bahan ajar merupakan materi yang akan
disampaikan atau disajikan. Tanpa bahan ajar mustahil bahan ajar akan terwujud. Tepat
tidaknya, kesesuaian bahan ajar dengan tujuan dan dengan kompetensi yang diharapkan
34
Berdasarkan uraian tersebut, bahan ajar merupakan inti dari kurikulum yang berfungsi
sebagai alat pencapaian tujuan dalam proses pembelajaran. Secara lebih rinci, peran
bahan ajar bagi guru, peserta didik, dan pihak terkait adalah sebagai berikut:
b. Dapat memberi masukan kepada guru atau penyusun bahan pembelajaran agar
segenap lingkungannya.
atau sains yang semula berasal dari bahasa Inggris ‘science’. Kata ‘science’
berasal dari Bahasa Latin ‘Scientia’ yang berarti saya tahu. Wahyana (1986) dalam
Trianto (2010:136) mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang
tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada
Secara umum IPA meliputi tiga bidang ilmu dasar, yaitu biologi, fisika, dan
kimia. Fisika merupakan salah satu cabang dari IPA, dan merupakan ilmu yang lahir
Sikap, proses, produk dan aplikasi pada sains tidak dapat dipisahkan satu sama
lain. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran sains, peserta didik diharapkan
fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah, metode ilmiah serta dapat
meniru cara kerja ilmuwan dalam menemukan fakta baru. Jadi sains sebagai proses,
Dengan demikian IPA pada hakikatnya adalah ilmu untuk mencari tahu,
sehingga IPA bukan hanya merupakan kumpulan pengetahuan berupa fakta, konsep,
diharapkan pendidikan IPA menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri
sendiri dan lingkungan, serta dapat mengembangkan pengetahuan yang telah diperoleh
Menurut Prihantro Laksmi 1986 dalam Trianto (2010:142), nilai-nilai IPA yang
(IPA) sains (dalam arti sempit) sebagai disiplin ilmu terdiri atas phisical sciences dan
life sciences. Physical sciences terdiri dari ilmu-ilmu astronomi, kimia, geologi,
mineralogi, meteorologi dan fisika; sedangkan life sciences meliputi biologi, zoologi,
lebih “alami” dan situasi dunia nyata siswa, serta mendorong siswa membuat
hubungan antar cabang sains dan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
2006:284-285):
kompetensi dari bidang ilmu IPA secara utuh dalam bentuk satu kesatuan.
dalam pembelajaran.
digiring untuk berpikir luas dan mendalam untuk memahami materi yang
berpikir teratur dan terarah, selain itu mereka akan terbiasa dengan beberapa
sikap ilmiah dalam IPA. Sikap inilah yang diharapkan mampu menjadi
berkarakter.
materinya saling mengaitkan berbagai bidang studi atau mata pelajaran secara terpadu
dalam suatu fokus tertentu. Di dalam suatu pembelajaran, cara pendidik atau guru
yang didapat siswa. Salah satu kebaikan dalam pembelajaran terpadu adalah
tematisnya, menurut Robin Fogarty 1991 dalam Asep Hernawan 2005:20 terdapat
sepuluh cara atau model dalam pembelajaran terpadu. Kesepuluh cara atau model
tersebut adalah: (1) fragmented, (2) connected, (3) nested, (4) sequenced, (5) shared,
(6) webbed, (7) threaded, (8) integrated, (9) immersed, dan (10) networked. Dari
kelebihan, dan keterbatasan ketiga model tersebut dapat dilihat dalam tabel 2.1.
dibelajarkan Menuntut
wawasan dan
penguasaan
materi yang
luas
Sarana-
prasarana,
misalnya buku
belum
mendukung
Webbed Membelajarkan Pemahaman KD-KD yang
menemukan
tema pengait
yang tepat
Connected Membelajarkan Melihat Kaitan antara
bidang kajian ilmu. Menurut Pusat Kurikulum 2006 dalam Maya Istikhoma, 2012:21
konsep lain, topik dengan topik lain, satu keterampilan dengan keterampilan lain, ide
yang satu dengan ide yang lain tetapi masih dalam lingkup satu bidang studi misalnya
IPA. Misalnya IPA dapat menghubungkan antara satu bidang kajian IPA dengan bidang
adalah: “model focuses on making explicit connections with each subject area,
connecting one topic to the next, connecting one concept to another, connecting a skill
to relatied skill, connecting one day’s work to the next, or even one semester’s ideas to
the next”. Pengertian tersebut menunjukkankan bahwa fokus model connected adalah
pada keterkaitan dalam seluruh bidang, keterkaitan antar topik, keterkaitan antar
42
konsep, keterkaitan antar keterampilan, mengaitkan tugas pada hari ini dengan
selanjutnya bahkan ide-ide yang dipelajari pada satu semester dengan ide-ide yang
keterhubungan (connected) merupakan model integrasi studi. Model ini secara nyata
yang ditumbuh kembangkan dalam suatu pokok bahasan atau subpokok bahasan lain,
dalam satu bidang studi. Kaitan dapat diadakan secara spontan atau direncanakan
terlebih dahulu. Dengan demikian pembelajaran akan lebih bermakna dan efektif.
model Connected adalah pembelajaran yang mengaitkan satu pokok bahasan dengan
mengaitkan satu keterampilan dengan keterampilan lain, dan dapat juga mengaitkan
pekerjaan hari ini dengan pekerjaan hari berikutnya dalam suatu bidang studi.
Model pembelajaran ini menyajikan hubungan yang eksplisit di dalam suatu mata
pelajaran yaitu menghubungkan satu topik dengan topik yang lain, satu konsep ke
konsep yang lain, satu keterampilan dengan keterampilan yang lain, satu tugas ke satu
Pada pembelajaran model ini kunci utamanya adalah adanya satu usaha sadar
untuk menghubungkan bidang kajian dalam satu disiplin ilmu. Bila kita memandang
konsep koneksi ini, rincian dari satu disiplin ilmu terfokus kepada bagian-bagian yang
sebenarnya saling berhubungan. Sehingga akan terjadi serangkaian materi satu menjadi
prasarat materi berikutnya atau satu materi mendukung materi berikutnya, atau materi
43
satu menjadi prasarat atau berhubungan sehingga apa yang dipelajari menjadikan
belajar yang bermakna. Sebagai catatan kaitan antar konsep, topik, atau tema terjadi
hanya pada satu mata pelajaran.Model Connected adalah model pembelajaran terpadu
yang secara sengaja diusahakan untuk menghubungkan satu konsep dengan konsep
yang lain, satu topik dengan topik yang lain, satu keterampilan dengan keteramilan yag
lain, tugas yang dilakukan dalam satu hari dengan tugas yang dilakukan pada hari
berikutnya, bahkna ide-ide yang dipelajari pada satu semester berikutnya dalam satu
bidang studi.
Model Keterhubungan ini lahir dari adanya gagasan bahwa sebenarnya dalam
setiap mata pelajaran berisi konten yang berkaitan antara topik dengan topik, konsep
dengan konsep dapat dikaitkan secara eksplisit. Satu mata pelajaran dapat
terhubung (connected) merupakan model integrasi inter bidang studi. Model ini secara
kemampuan yang di tumbuh kembangkan dalam suatu pokok bahasan atau sub pokok
bahasan lain, dalam suatu bidang studi. Kaitan dapat diadakan secara spontan atau
44
dan efektif. Dengan kata lain bahwa pembelajaran terpadu tipe connected adalah
pembelajaran yang dilakukan dengan mengaitkan satu pokok bahasan dengan pokok
bahasan berikutnya, mengaitkan satu konsep dengan konsep yang lain, mengaitkan satu
keterampilan dengan keterampilan yang lain, serta mengaitkan pekerjaan hari itu
dan bersastra. Hanya saja pengalaman secara utuh tersebut tidak berlangsung secara
otomatis. Karena itu, guru harus menata butir-butir pembelajaran dalam proses
pembelajaranya secara terpadu. Perlu kita ketahui bahwa model connected ini masih
tetap berpusat pada masing-masing mata pelajaran, namun di dalam setiap mata
pelajaran yang diajarkan terpisah itu, guru dapat mengaitkan atau menghubungkan
masing bidang studi. Guru dapat mengaitkan satu pokok bahasan dengan pokok
bahasan berikutnya, melihat hubungan satu konsep dengan konsep lain, siswa
memperoleh pembelajaran secara utuh, bermakna, otentik, dan siswa terlibat langsung
dalam proses pembelajaran, sehingga dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal.
kegiatan dalam suatu bidang studi. Model ini tidak melatih siswa untuk melihat suatu
45
fakta dari berbagai sudut pandang, karena dalam model ini keterkaitan materi hanya
berkaitan dalam satu bidang studi. Materi yang terpisah-pisah akan tetapi mempunyai
kaitan, dengan sengaja dihubungkan dan dipadukan dalam sebuah topik tertentu.
tentang uang dengan konsep jual beli, untung rugi, simpan pinjam, dan bunga.
pembuatan bahan ajar, karena model ini secara nyata mengorganisasikan atau
kembangkan dalam suatu pokok bahasan atau subpokok bahasan lain, dalam satu
46
bidang studi, jadi penulis merasa perlu memperkenalkan model pembelajaran terpadu
Gambar 2.2: Diagram Pembelajaran Terpadu Tipe Connected keterkaitan Fisika, dengan
umum proses pembelajaran sebagai suatu sistem dipengaruhi oleh tiga faktor masukan,
yaitu raw input, instrumental input, dan environmental input. Demikian halnya dengan
pembelajaran terpadu connected, maka sistem itu dapat digunakan. Raw input terdiri
dari guru dan peserta didik, maksudnya kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan
kemampuan, sikap, minat dan motivasi merupakan faktor peserta didik yang akan
undang, peraturan pemerintah, peraturan menteri (Kurikulum, SKL, dan SKKD) maka
dukungan dari masyarakat baik moral maupun material (Nurrudin Hidayat, 2009:18).
dengan konsep jual beli, untung rugi, simpan pinjam, dan bunga. Guru menghubungkan
konsep pecahan dengan desimal, dan pecahan dengan uang, tingkatan, pembagian,
rasio, dan sebagainya dari pemaduan pembelajaran. Beberapa kelebihan dari model
1. Bagi Guru
kemampuan tersebut.
2. Bagi Siswa
a. Dampak positif dari mengaitkan ide-ide dalam satu bidang studi adalah peserta
didik memperoleh gambaran yang luas sebagaimana suatu bidang studi yang
d. Adanya hubungan antar ide-ide dalam satu mata pelajaran, anak akan
memperoleh gambaran yang lebih jelas dan luas dari konsep yang dijelaskan
1) Dengan adanya hubungan atau kaitan antara gagasan di dalam satu bidang
mendalam
1. Bagi Guru
a. Tidak mendorong guru untuk bekerja secara tim, sehingga isi dari pelajaran
bidang studi
2. Bagi Siswa
Dalam mengolah suatu pengetahuan, tidak jarang siswa merasa kesulitan untuk
ilmu.
Modul merupakan bahan ajar cetak yang dirancang untuk dapat dipelajari
secara mandiri oleh peserta pembelajaran. Modul disebut juga media untuk belajar
mandiri karena didalamnya telah dilengkapi dengan petunjuk untuk belajar sendiri.
Artinya pembaca dapat melakukan kegiatan belajar tanpa kehadiran pengajar secara
yang berbentuk naskah atau media cetak yang sering digunakan oleh guru dan siswa
dalam kegiatan belajar. Modul dirumuskan sebagai salah satu unit yang lengkap yang
berdiri sendiri, terdiri dari rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu
para siswa dalam mencapai tujuan belajar yang telah dirumuskan secara spesifik dan
mengacu pada upaya untuk menunjukkan kepada siswa keterkaitan antara fakta,
konsep, prosedur dan prinsip yang terkandung pada materi pembelajaran. Untuk
dipelajari oleh siswa, yaitu informasi verbal, keterampilan, intelektual, strategi kognitif,
dari tiga tahapan proses berfikir, yaitu pembentukan konsep, interpretasi konsep dan
pembelajaran.
Kegunaannya dapat membuat siswa lebih tertarik dalam belajar yang secara
otomatis dapat meningkatkan hasil belajar (Herawati, 2013:80). Dari beberapa pendapat
di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian modul adalah salah satu bentuk bahan ajar
cetak yang dirancang secara terstruktur dan sistematis untuk membantu proses
oleh peserta pembelajaran karena modul dilengkapi dengan petunjuk untuk belajar
sendiri. Dalam hal ini, siswa dapat melakukan kegiatan belajar sendiri tanpa kehadiran
Ciri-ciri atau karakteristik modul sesuai dengan pedoman penulisan modul yang
Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2003 (Lestari,
sendiri, tanpa bergantung pada pihak lain. Untuk memenuhi karakter self
materi pembelajaran.
diklat.
2. Self Contained; yaitu seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi
atau sub kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu modul secara utuh.
tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan
tergantung dan harus menggunakan media yang lain untuk mempelajari dan
digunakan. Modul yang adaptif adalah jika isi materi pembelajaran dapat
instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat
siswa.
Keuntungan yang diperoleh dari pembelajaran dengan penerapan modul dari ciri-
b. Setelah dilakukan evaluasi, guru dan siswa mengetahui benar pada modul yang
mana siswa telah berhasil dan pada bagian modul yang mana siswa belum
berhasil.
jenjang akademik.
menggunakan modul secara efektif akan dapat mengubah konsepsi siswa menuju
konsep ilmiah, yang diharapkan hasil belajar siswa dapat meningkatkan baik dari
1. Bagian pembuka
a) Judul
Judul modul perlu menarik dan memberi gambaran tentang materi yang
dibahas.
b) Daftar Isi
c) Peta Informasi
Modul perlu menyertakan peta Informasi. Pada daftar isi akan terlihat topik apa
saja yang dipelajari, tetapi tidak terlihat kaitan antar topik tersebut. Pada peta
informasi yang disajikan dalam modul dapat saja menggunakan diagram isi
menyelesaikan pelajaran.
umum mengenai isi materi modul, (2) meyakinkan pembelajar bahwa materi
yang akan dipelajari dapat bermanfaat bagi mereka, (3) meluruskan harapan
pembelajar mengenai materi yang akan dipelajari, (4) mengaitkan materi yang
telah dipelajari dengan materi yang akan dipelajari, (5) memberikan petunjuk
saja disajikan peta informasi mengenai materi yang akan dibahas dan daftar
Materi pada modul sebaiknya lengkap, dalam arti semua materi yang perlu
dipelajari tersedia dalam modul. Bila materi tersebut tersedia pada buku teks
maka arahan tersebut dapat diberikan dengan menuliskan judul dan pengarang
c. Uraian Materi
56
rangkuman. Organisasi materi kegiatan belajar antara judul, sub judul dan
uraian harus yang mudah untuk diikuti oleh pembelajar. Pemberian judul atau
d. Penugasan
e. Rangkuman
dalam modul yang telah dibahas. Rangkuman diletakkan pada bagan akhir
modul.
3. Bagian Penutup
b. Tes Akhir
mempelajari suatu bagian dalam modul. Aturan umum untuk tes akhir ialah
c. Indeks
mempermudah siswa karena terdapat peta informasi atau panduan belajar sehingga
Bahan ajar disusun sesuai dengan kaidah-kaidah yang telah ditentukan, agar
nantinya bahan ajar yang disusun dapat menjadi bahan ajar yang tepat guna. Menurut
Widodo dan Jasmadi (2008:6) bahan ajar harus dikembangkan sesuai dengan kaidah-
kaidah pengembangan bahan ajar. Rambu-rambu yang harus dipatuhi dalam pembuatan
a. Bahan ajar harus disesuaikan dengan peserta didik yang sedang mengikuti
karakteristik diri.
e. Didalam bahan ajar telah mencakup tujuan tujuan kegiatan pembelajaran yang
spesifik.
g. Terdapat evaluasi sebagai umpan balik dan alat untuk mengukur tingkat
Pembuatan bahan ajar berupa modul ajar harus bertujuan untuk memperjelas
dan mempermudah penyajian agar tidak bersifat sangat verbal. Modul juga harus
mampu mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera , baik siswa atau peserta
didik, maupun bagi pendidik itu sendiri. Pemakaian modul ajar harus dapat digunakan
secara tepat dan bervariasi, misalnya meningkatkan motivasi dan semangat belajar
langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya. Bahan ajar juga diharapkan
membuat peserta didik mampu mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil belajarnya.
Proses penyusunan materi pembelajaran dalam penulisan bahan ajar, harus disusun
secara sistematis sehingga bahan ajar tersebut dapat menambah pengetahuan dan
kompetensi peserta didik secara baik dan efektif. Penulisan bahan ajar merupakan
proses penyusunan materi pembelajaran yang dikemas secara sistematis sehingga siap
59
dipelajari oleh peserta didik untuk mencapai kompetensi atau sub kompetensi.
Penyusunan bahan ajar mengacu pada kompetensi yang terdapat dalam Rencana
atau unit kompetensi yang dibutuhkan di dunia kerja yang telah dikembangkan.
Pengembangan bahan ajar bagi peserta didik mencakup pengetahuan, ketrampilan, dan
Untuk menghasilkan bahan ajar yang mampu memerankan fungsi dan perannya
dalam pembelajaran yang efektif, bahan ajar perlu dirancang dan dikembangkan dengan
dipenuhi dalam menyusun bahan ajar, antara lain konsistensi, format, dan organisasi,
spasi atau halaman kosong. Jadi bahan ajar selayaknya hadir untuk memudahkan
a.) Konsistensi
Konsistensi harus dipenuhi dalam hal bentuk dan huruf dari setiap halaman.
Disarankan untuk tidak menggunakan terlalu banyak variasi dalam bentuk dan
ukuran huruf. Kerapian dalam setiap halaman terlihat pada jarak spasi yang
konsisten, misalnya antar judul dengan isi (baris pertama), atau judul dengan
dalam pemakaian spasi akan membuat pembaca lebih terarah, membaca isi dari
judul atau isi dari sub-judul, dan sebagainya. Selain konsisten tentang bentuk
huruf, ukuran, dan spasi sebuah bahan ajar hendaknya konsisten juga dalam
Hal ini dilakukan untuk meningkatkan daya tarik terhadap bahan ajar tersebut.
b.) Format
kolom (bentuk kolom tunggal atau bentuk loran atau multi kolom) dan juga
c.) Organisasi
dengan baik, dalam arti membuat materi pembelajaran yang terdapat dalam
bahan ajar tersusun secara sistematis. Secara umum pengorganisasian antara isi
materi dan ilustrasinya (misalkan gambar, foto, peta, dan lainnya), antara
paragraf yang satu dengan lainnya, antara judul dengan sub-judul beserta
d.) Perwajahan
Daya tarik peserta didik terhadap bahan ajar kadang-kadang lebih banyak dari
kombinasi warna, dan ukuran huruf yang serasi. Apabila peserta didik sudah
peserta didik, perlu diberikan gambar atau ilustrasi bahkan bahan ajar yang
61
Selain itu, dalam bahan ajar juga dapat diberikan tugas dan latihan yang dikemas
sehingga peserta didik tidak merasa bosan menggunakan bahan ajar tersebut. Bahan
ajar diberikan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri, untuk itu dalam bahan
ajar diharapkan adanya sebuah spasi kosong atau halaman kosong. Halaman kosong ini
dapat digunakan oleh peserta didik untuk mencatat hal-hal penting yang didapatkan
ketika menggunakan bahan ajar, juga dapat digunakan oleh peserta didik untuk
beristirahat dalam proses belajar. Penempatan halaman kosong harus diberikan secara
proporsional.
mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada,
pendidikan yang dihasilkan dapat berupa kurikulum yang spesifik untuk keperluan
ruang kelas untuk model pembelajaran tertentu, model unit produksi, model
2014). Senada dengan ini, Sukmadinata (2008), mengemukakan bahwa penelitian dan
baru atau menyempurnakan produk yang telah ada (Sry Haryati, 2012). Produk yang
dihasilkan bisa berbentuk software maupun hardware. Produk software seperti program
dan sebagainya. Sedangkan produk hardware seperti buku, modul, alat bantu
dan pengembangan berbeda dengan penelitian biasa yang hanya menghasilkan saran-
langsung bisa digunakan. Karakteristik dari R&D, Brog and Gall (1989) dalam Farida
dilakukannya uji lapangan dalam seting atau situasi senyatanya dimana produk
Dari empat ciri utama R&D tersebut, memberikan gambaran bahwa ciri utama R&D
adalah adanya langkah-langkah penelitian awal tekait dengan produk yang akan
dikembangkan.
1. Research and information collecting, termasuk dalam langkah ini antara lain
permulaan dari produk yang akan dihasilkan. Termasuk dalam langkah ini
64
instrumen evaluasi;
4. Preliminary field testing, yaitu melakukan ujicoba lapangan awal dalam skala
subyek. Pada langkah ini pengumpulan dan analisis data dapat dilakukan
yang dihasilkan berdasarkan hasil ujicoba awal. Perbaikan ini sangat mungkin
dilakukan lebih dari satu kali, sesuai dengan hasil yang ditunjukkan dalam
ujicoba terbatas, sehingga diperoleh draft produk (model) utama yang siap
6. Main field testing, biasanya disebut ujicoba utama yang melibatkan khalayak
yang diperoleh dari ujicoba ini dalam bentuk evaluasi terhadap pencapaian
penelitian eksperimen;
65
terhadap hasil ujicoba lebih luas, sehingga produk yang dikembangkan sudah
9. Final product revision, yaitu melakukan perbaikan akhir terhadap model yang
terutama dalam kancah pendidikan. Langkah pokok dalam fase ini adalah
Melakukan analisis kebutuhan untuk menentukan tujuan program atau produk yang
pengembang akan mengetahui adanya suatu keadaan yang seharusnya ada (what
should be) dan keadaan nyata atau riil di lapangan yang sebenarnya (what is).
Dengan cara “melihat” kesenjangan atau gap yang terjadi, pengembangan mencoba
produk atau desain tertentu. Tentu saja, rencana yang akan dilakukan itu dilandasi
dari segi teori dan kajian empiris yang sudah ada sebelumnya, bahwa hal tersebut
memang patut atau layak dilakukan atau diadakan pengkajian lebih luas lagi. Dengan
proses, prosedur, dan tugas-tugas belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hal-
hal apa saja yang menjadi kebutuhan yang dirasakan “felt need”, perlu diidentifikasi
dan selanjutnya diungkapkan dalam rancangan produk atau desain yang ingin
dikembangkan. Ini menjadi spesifikasi suatu produk atau desain yang akan
Analisis ini bisa dilakukan secara simultan bersamaan dengan analisis pembelajaran
mana pengetahuan dan keterampilan baru akan digunakan untuk merancang strategi
instrusional.
penerjemahan tujuan umum atau dari standar kompetensi yang telah ada ke dalam
instrumen ini menjadi sangat penting. Karena instrumen dalam hal ini bisa berkaitan
indikator tertentu, dan juga instrumen untuk mengukur perangkat produk atau
desain yang dikembangkan. Instrumen yang berkaitan dengan tujuan khusus berupa
tes hasil belajar, sedangkan instrumen yang berkaitan dengan perangkat produk atau
produk atau desain yang ingin dikembangkan. Sebagai contoh, apabila pengembang
ingin membuat produk media gambar, maka strategi apa yang dipakai untuk
mengembangkan suatu desain pembelajaran tertentu, maka strategi apa yang cocok
dan dipilih untuk menunjang desain tersebut. Jadi dengan pendek kata, peranan
strategi tetap sangat penting dalam kaitannya dengan proses pengembangan yang
ingin dilakukan.
Instructional Materials).
Mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran, yang dalam hal ini dapat berupa:
bahan cetak, manual baik untuk pembelajar maupun pembelajaran, dan media lain
yang dirancang untuk mendukung pencapaian tujuan. Produk atau desain yang
dikembangkan berdasarkan tipe, jenis, dan model tertentu perlu diberikan argumen
atau alasan mengapa memilih dan mengembangkan berdasarkan tipe atau model
tersebut. Alasan memilih tipe atau model tersebut biasanya dikemukakan dalam
Evaluation of Instruction).
Merancang dan melakukan evaluasi formatif, yaitu evaluasi yang dilaksanakan oleh
evaluasi formatif ini dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan
Dalam kondisi tertentu, pengembang cukup sampai pada langkah ini Dick & Carey
merekomendasikan suatu proses evaluasi formatif yang terdiri dari tiga langkah:
Uji coba prototipe bahan secara perorangan (one-to-one trying out); uji coba
perorangan ini dilakukan untuk memperoleh masukan awal tentang produk atau
rancangan tertentu. Uji coba perorangan dilakukan kepada subjek 1-3 orang. Setelah
Uji coba kelompok kecil (small group tryout). Uji coba ini melibatkan subjek yang
terdiri atas 6-8 subjek. Hasil uji coba kelompok kecil ini dipakai untuk melakukan
Uji coba lapangan (field tryout). Uji coba ini melibatkan subjek dalam kelas yang lebih
besar yakni sekitar 15-30 subjek (a whole class of learners). Selama uji coba ini,
melakukan pendekatan kualitatif disamping data kuantitatif (hasil tes, skala sikap,
rubrik dan sebagainya). Hasil validasi dari langkah 8 inilah yang kemudian dipakai
langkah pertama yaitu mulai dari: tujuan umum pembelajaran, analisis pembelajaran,
perilaku awal, tujuan unjuk kerja atau performansi, butir tes, strategi pembelajaran
Summative Evaluation).
sulit oleh peserta didik. Padahal materi-materi dalam IPA Terpadu sangat penting
untuk diketahui oleh peserta didik, karena yang dipelajari tentang alam sekitar,
manusia.
sendiri dikemas menjadi satu. Namun, pada kenyataannya hal ini menjadi kendala
bagi guru dan siswa. Salah satunya adalah kenyataan dilapangan bahwa yang
Biologi, atau Pendidikan Kimia. Selain itu, buku teks yang ada di lapangan hanya
71
sering merasa bosan dan juga masih terpisah-pisahnya materi dalam buku
tersebut, sehingga siswa juga masih sulit untuk mendapatkan suatu konsep atau
pembelajaran terpadu.
sarana, prasarana, sumber belajar, media, dan bahan ajar sebagai alat untuk
untuk memberikan suatu bahan ajar cetak yang dikembangkan berdasarkan salah
satu konsep pembelajaran IPA Terpadu tipe Connected pada materi Suhu dan
Kondisi pembelajaran
IPA Terpadu
Kesulitan pembelajaran
saat ini. IPA Terpadu
Kurangnya penjelasan
guru dalam menunjukan
keterkaiatan antar fisika,
Penggunaan bahan ajar biologi, dan kimia.
dalam pembelajaran IPA
Kurangnya media
Pengembangan Terpadu sebagai upayan
pembelajaran
mempermudah proses
pembelajaran baik bagi Buku cetak yang
guru maupun peserta
didik Penggunaan Bahan Ajar
IPA Terpadu Tipe
Mempermudah guru Connected pada materi
Suhu dan Kalor
dan peserta didik
Tujuan/Hasil dalam mempelajari
keterpaduan materi
pada IPA Terpadu
72
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian telah dilakukan pada tahun ajaran 2019/2020 yaitu dengan melakukan
uji coba kelayakan hasil pengembangan pada sekolah SMPK CITRA BANGSA Kota
Kupang. Sebelum penelitian tersebut dilakukan, terlebih dahulu dilakukan validasi oleh
dalam bentuk Bahan Ajar IPA Terpadu Tipe Connected pada Materi Suhu dan
Kalor. Tingkat kelayakan bahan ajar diketahui melalui validasi oleh satu ahli
materi, validasi oleh satu ahli media, dan uji coba kelompok kecil oleh dua belas
siswa SMP Kelas VII, dan lanjutan ujicoba lapangan/ kelompok besar oleh 2 kelas
VII.
Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model dari
Dick & Carey dengan tahapan-tahapan pada tinjauan pustaka. Secara ringkas,
laku masukan dan karakteristik siswa; (4) Merumuskan tujuan performansi; (5)
dan melaksanakan evaluasi formatif; (9) Merevisi bahan pembelajaran; dan (10)
yang sesuai dengan kebutuhan peneliti. Tahap yang ditempuh oleh peneliti hanya
sampai pada tahap revisi produk setelah dinilai oleh uji coba kelompok kecil dan
waktu dan dana yang dimiliki oleh peneliti, sehingga langkah-langkah tersebut
secara terpisah, sehingga materi fisika, biologi, dan kimia seolah-olah tidak
memiliki keterkaitan. Selain itu, ditambah lagi pengetahuan ketiga rumpun IPA
yang banyak dan kompleks. Hal ini berdampak bagi peserta didik dalam
75
mempelajari IPA Terpadu. IPA Terpadu dianggap sebagai pelajaran yang sulit
dan membosankan. Selain itu peneliti juga bertemu, bertanya dan berkonsultasi
dengan peserta didik dan ahli secara langsung, sehingga munculah ide untuk
mengembangkan suatu bahan ajar. Hasil konsultasi dengan salah seorang guru
IPA menyatakan “bahan ajar merupakan pegangan bagi siswa untuk bisa
belajar secara mandiri, untuk itu konsep keterpaduan sangat dibutuhkan dalam
mendesain bahan ajar IPA Terpadu, karena hal tersebut sangat membantu
siswa dalam memahami fisika, biologi, dan kimia sebagai suatu kesatuan ”. Hal
siswa untuk belajar. Tujuan dari pengembangan bahan ajar ini tentunya untuk
membantu peserta didik dan juga guru dalam proses pembelajaran. Produk
yang akan dikembangkan adalah bahan ajar berupa “Modul IPA Terpadu Tipe
Connected pada materi Suhu dan Kalor”. Suhu dan Kalor merupakan materi
yang dipilih untuk dijadikan sebagai bahan kajian karena, belum ada bahan ajar
connected, selain itu materi ini sering dianggap materi fisika yang luas dan
rumit. Sekalipun materi Suhu dan Kalor dikenal sebagai materi fisika yang
dianggap mudah oleh sebagian orang, tetapi pada kenyataannya peserta didik
masih kesulitan dalam memahaminya. Oleh karena itu, peneliti sangat tertarik
untuk melakukan pengembangan bahan ajar berupa Modul IPA Terpadu Tipe
yang akan dikembangkan. Desain produk ini tentunya adalah sebuah bahan
ajar yang praktis dan menarik untuk membantu proses pembelajaran IPA
Terpadu. Dari materi Suhu dan Kalor, peneliti melakukan analisis KD dan IPK,
serta sub bab, dan sub pokok bahasan yang saling berkaitan, khususnya dalam
satu tahun ajaran (dua semester). Tahap desain produk kegiatannya meliputi
KD & IPK bahkan sub pokok bahasan yang memiliki keterkaitan (antara fisika,
biologi, dank kimia). Selain itu, latihan soal, soal evaluasi, gambar, artikel
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, serta layout bahan ajar. Tahap ini
ahli/pakar.
Tahap ini merupakan tahapan dimana produk yang sudah dibuat kemudian
divalidasi oleh ahli materi dan ahli media . Uji coba ahli melibatkan 1 orang
ahli materi pelajaran, dan 1 orang ahli media pembelajaran. Validasi produk
77
yang dilakukan terhadap ahli materi dan ahli media, dilanjutkan dengan
analisis data. Revisi produk berdasarkan penilaian ahli materi dan ahli media.
Validasi ahli materi dan ahli media sangat penting dilakukan untuk medapatkan
dilapangan.
5. Respon Siswa
Pada tahapan ini dilakukan uji kelompok kecil, dimana hal ini sangat penting
kecil dilakukan pada sepuluh orang siswa kelas VII SMPK CITRA BANGSA
Kupang. Hal ini sesuai dengan pendapat Dick and Carey, bahwa jumlah yang
diperlukan dalam evaluasi kelompok kecil hanya terdiri dari delapan sampai
dengan dua puluh orang. Untuk itu, peneliti menggunakan 12 siswa untuk uji
6. Produk Akhir
Tahap ini akan menghasilkan produk akhir berupa bahan ajar IPA Terpadi Tipe
Connected pada materi Suhu dan Kalor yang sudah direvisi berdasarkan kritik
dan saran dari ahli dan siswa sebagai praktisi. Dalam penelitian ini
pengembangan hanya sampai pada tahap evaluasi formatif. Hasil dari evaluasi
didesiminasi.
Prosedur pengembangan Bahan Ajar IPA Terpadu Tipe Connected pada materi
Gambar 3.1: Prosedur pengembangan Bahan Ajar IPA Terpadu Tipe Connected pada
materi Suhu dan Kalor yang diadaptasi dari model pengembangan Dick & Carey.
Tahap I
Melakukan analisis
Studi kebutuhan
pustaka
Tahap II
Tahap III
Pengembangan Produk
79
Tahap IV
Validasi
Validasi ahli materi & Analisis Revisi I
ahli media
Tahap V
Respon Siswa
Tahap VI
Produk Bahan Ajar IPA TERPADU Tipe Connected Pada Materi Suhu dan Kalor
1. Jenis Data
Jenis data dari serangkaian uji coba berupa data kualitatif. Data kualitatif
merupakan penilaian, tanggapan, saran-saran, dan angket yag diperoleh dari hasil
tinjauan ahli materi pelajaran, ahli desain pembelajaran, serta uji coba kelompok kecil
80
dan kolompok besar. Data-data tersebut digunakan untuk merevisi produk yang akan
dikembangkan.
instrumen yang berkualitas dan mampu menggali apa yang dikehendaki dalam
pengembangan bahan ajar ini. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian pengembangan ini adalah angket. Angket digunakan untuk memperoleh data
materi, dan kemenarikan penyajian produk, dari ahli materi pelajaran, ahli media, serta
siswa.
penilaian Skala Likert. Pada skala likert, skor tertinggi pada butir 4 dan terendah 1.
4 Sangat Baik
3 Baik
2 Kurang
1 Sangat Kurang
terstruktur dan angket. Angket digunakan untuk memperoleh data dari dosen ahli dan
siswa yang kemudian akan diketahui kelayakan bahan ajar. Adapun instrumen dalam
penelitian ini dikembangkan berdasarkan aspek penilaian bahan ajar oleh Badan
Nomor
No Aspek Komponen Indikator Komponen
Butir
Memudahkan pemahaman
Jumlah 31
Nomor
No Aspek Indikator
Butir
Kejelasan teks 1
Kejelasan gambar 2, 3, 4
1 Tampilan
Kemenarikan gambar 5
Kejelasan istilah 18
Jumlah Butir 23
Analisis data kelayakan bahan ajar yang berasal dari dosen ahli dan peserta
didik. Validasi bahan ajar dilakukan dengan analisis data bahan ajar oleh ahli mareri yang
meliputi aspek kelayakan isi, kelayakan penyajian, dan penilaian kebahasaan. Data
Hasil analisis kelayakan bahan ajar ini nantinya akan berupa skor yang dikonversi
terlebih dahulu menjadi persentase masing-masing kategori yang terdapat pada aspek
P=
∑ X × 100 %
∑ Xi
dengan,
kriteria nilai kelayakan yang diadaptasi dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)
BAB IV
HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN
85
Hasil pengembangan bahan ajar ini berupa sebuah modul IPA Terpadu
Suhu dan Kalor. Pengembangan bahan ajar ini dimaksudkan untuk menghasilkan
produk berupa modul yang layak untuk siswa kelas VII SMP gunakan sebagai
“Modul IPA TERPADU Berbasis Connected Materi Suhu dan Kalor Untuk SMP/
MTs Kelas VII”, yang menyajikan keterkaitan antara rumpun ilmu dalam mata
pelajaran IPA Terpadu yaitu biologi, kimia, dan fisika. Dibangku SMP, IPA lebih
banyak membahas tentang materi biologi dan fisika, sehingga hadirnya bahan ajar
sebagai bagian dari rumpun ilmu IPA Terpadu. Materinya pun sebenarnya juga
sudah dirancang untuk dipelajari oleh peserta didik dibangku SMP, hanya sering
kali kurang diperjelas oleh guru bahkan masih sulit diterima siswa dalam proses
2. Pengajaran IPA Terpadu secara terpisah (untuk materi biologi, diajarkan oleh
disekolah masih terbatas, karena tidak semua peserta didik memilki daya
dengan kondisi sekitar peserta didik, sehingga peserta didik masih lemah
paradigma belajar yang berpusat pada siswa (student centre) menuntut siswa
oleh guru saat dikelas dengan memadukan antar konsep dalam suatu tema besar,
yang dilakukan secara connected, yakni suatu konsep atau prinsip yang dibahas
Misalnya, saat mempelajari suhu, maka suhu tersebut tidak hanya berkaitan
dengan benda-benda fisik, namun dikaitkan juga dengan perilaku hewan yang
terkait dengan suhu. Keuntungan yang diperoleh tentunya tidak hanya bagi guru,
tetapi juga bagai peserta didik. Guru pastinya akan lebih mempersiapkan dirinya
sebelum mengajar, dan peserta didik pun akan termotivasi untuk lebih giat belajar.
Dari analisis kebutuhan, selanjutnya penulis memilih pokok bahasan suhu dan
kalor sebagai materi utama yang akan disajikan secara connected (dikaitkan
dengan materi biologi dan materi kimia). Suhu dan kalor dipilih karena
berdasarkan pengamatan, isi materi ini sangat luas, dalam buku cetak pun dibahas
secara terpisah (suhu dibahas dalam satu bab, kalor dibahas dalam satu bab),
sehingga hal sederhana seperti keterkaitan suhu dan kalor pun sulit dipahami oleh
peserta didik.
Dari materi suhu dan kalor, peneliti melakukan telaah terhadap KD dan IPK
selama satu tahun ajaran, serta sub bab, dan sub pokok bahasan agar menemukan
keterkaitan antara pokok bahasan dari 3 Kompetensi Dasar (KD) yang dipelajari
88
FISIKA
Suhu dan Kalor
BIOLOGI KIMIA
Termoregulasi
(Kestabilan tubuh manusia dalam Konsep Campuran
kehidupan sehari-hari) & Zat Tunggal
Iklim dan dampaknya bagi (Perubahan Fisika & perubahan
ekosistem kimia )
(pemanasan global)
Gambar 4.1 Diagram Connected Modul IPA Terpadu Tipe Connected Pada Materi Suhu
dan Kalor Untuk SMP/MTs Kelas VII
tentunya dapat menarik peserta didik untuk berpikir dan mencoba untuk
akan diproduksi yaitu “Modul IPA Terpadu Berbasis Connected Materi Suhu dan
sebagai berikut:
(a) (b)
Gambar 4.2: (a) Cover depan, (b) sampul belakang
Warna dasar untuk cover depan dan sampul belakang serta warna
dominannya yaitu biru, hal ini disesuaikan dengan materi utama yaitu suhu dan
kalor. Di bagian cover depan memuat judul modul, penulis, identitas universitas,
memuat sedikit penjelasan tentang konsep connected itu sendiri dan judul produk,
gambaran bagi pembaca tentang hakekat IPA Terpadu, serta sebagai pengantar
yang mau menjelaskan tujuan modul ini dirancang dengan konsep connected.
Setelah itu, ada halam ucapan terima kasih kepada pembimbing dan ahli/ pakar
Bagian selanjutnya adalah daftar isi, yang memuat judul/ tema dalam
modul yang dibahas beserta halamanya bahkan sampai kepada sub-sub pokok
bahasannya.
Selanjutnya adalah isi dari modul, yang memuat uraian materi, contoh
soal, latihan soal dan praktikum. Dibagain akhir terdapat glosarium yang memuat
Bagian penutup modul yaitu daftar pustaka, tentang penulis dan kunci
Tahap ini merupakan tahapan dimana produk yang sudah dibuat kemudian
divalidasi oleh ahli materi, ahli media dan uji coba kelompok kecil oleh 12 orang
peserta didik, dan kelompok besar oleh 2 kelas/ rombongan belajar. Uji coba ahli
melibatkan 1 orang ahli materi pelajaran, dan 1 orang ahli media pembelajaran.
Validasi produk yang dilakukan terhadap ahli materi dan ahli media, dilanjutkan
ahli materi dan ahli media. Validasi ahli materi dan ahli media sangat penting
92
untuk digunakan. Setelah itu, hasilnya akan dianalisis kemudian dilakukan revisi
Modul yang sudah jadi kemudian diuji oleh ahli materi dengan
penilaian modul ini. Ada 4 aspek yang dinilai oleh ahli materi yaitu
pertama; aspek kelayakan isi terbagi atas 4 indikator yang terdiri dari 19
yang teridiri atas 12 butir penilaian, ketiga; penilaian bahasa terbagi atas 6
terpadu tipe connected terbagi atas 2 indikator yang terdiri dari 2 butir
penilaian. Sehingga, total butir penilaian pada lembar validasi ahli materi
oleh ahli meteri dari setiap indikator (dapat dilihat pada tabel 4.7 dibawah
ini).
7. Penyajian
13 81,3% Layak
Pembelajaran
8. Lugas 10 75% Layak
9. Komunikatif 8 100% Sangat layak
10. Dialogis dan
8 100% Sangat layak
interaktif
11. Kesesuaian dengan
tingkat pemahaman 8 100% Sangat layak
Kebahasaan
peserta didik
12. Kerunutan dan
keterpaduan alaur 6 75% Layak
piker
13. Penggunaan istilah
4 100% Sangat layak
dan symbol
14. Pengertian
Pembelajaran 8 100% Sangat layak
Connected
Terpadu Tipe
15. Karateristik
Connected 12 100% Sangat layak
Connected
TOTAL KESELURUHAN 92,9% √
Selain itu, hasil uji coba ahli materi juga dapat disajikan dalam diagram,
100%
100.00%
96.90% 100.00%
100.00% 100.00%
100.00%
100.00% 100.00%
100.00%
100.00%
80% 87.50%
79.20% 81.30%
75.00% 75.00%
60%
40%
20%
0%
r1 r2 r3 r4 r5 r6 r7 r8 r9 10 r 11 r 12 r 13 r 14 r 15
ato ato ato ato ato ato ato ato ato tor to ato ato ato ato
dik dik dik dik dik dik dik dik dik ika ika ik ik ik ik
In In In In In In In In In Ind Ind Ind Ind Ind Ind
Berdasarkan tabel 4.1 tersebut, dapat dilihat bahwa hasil uji coba untuk
indikator dari setiap aspek. Hasil presentasi indikator dari aspek kelayakan isi
yaitu kesesuaian materi dengan KI dan IPK 100% (kategori sangat layak),
79,2% (kategori layak), dan kemutahiran materi 100% (kategori sangat layak).
untuk aspek penilaian bahasa, masing-masing indikator dapat dilihat bahwa, lugas
75% (kategori layak), komunikatif 100% (kategori sangat layak), dialogis dan
peserta didik 100% (kategori sangat layak), keruntutan dan keterpaduan alur pikir
75% (kategori layak), penggunaan istilah dan simbol 100% (kategori sangat
masing-masing indikator tiap aspek, dapat disimpulkan bahwa modul ini “layak”
digunakan sebagai bahan ajar IPA Terpadu pada materi suhu dan kalor.
Modul IPA TERPADU Tipe Connected Pada Materi Suhu dan Kalor
Untuk SMP/MTs ini, setelah divalidasi oleh ahli materi kemudian divalidasi oleh
95
ahli media. Bahan ajar ini divalidasi oleh 1 ahli media dengan menggunakan
angket.
ukuran modul (indikator komponennya yaitu ukuran fisik modul), desain sampul
modul (terbagi atas 3 indikator komponen yaitu tata letak kulit modul, huruf yang
digunakan menarik dan mudah dibaca, dan ilustrasi sampul modul), dan desain isi
modul (terbagi atas 8 indikator komponen yaitu konsistensi tata letak, unsur tata
letak harmonis, unsur tata letak lengkap, tata letak mempercepat pemahaman,
tipografi isi buku sederhana, tipografi mudah dibaca, dan tipografi isi buku
Selain dalam bentuk tabel, hasil analisis data pun disajikan dalam bentuk diagram
100%
100.00% 100.00%100.00%100.00%100.00%
93.90% 91.70%
80% 87.50% 87.50%
83.30%
75.00%75.00%
60%
40%
20%
0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2
tor tor tor tor tor tor tor tor tor or1 or1 or1
ka ka ka ka ka ka ka ka ka t t t
di di di di di di di di di ika ika ika
In In In In In In In In In In
d
In
d
In
d
Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui kualitas bahan ajar IPA TERPADU
berbasis Connected ditinjau dari indikator ukuran fisik modul 100% (kategori
sangat layak), tata letak kulit modul 93,8% (kategori sangat layak), huruf yang
digunakan menarik dan mudah dibaca 83,3% (kategori layak), ilustrasi sampul
modul 75% (kategori layak), konsistensi tata letak 75% (kategori layak), unsur
tata letak harmonis 91,7% (kategori sangat layak), unsur tata letak lengkap 87,5%
sangat layak), tipografi isi buku sederhana 100% (kategori sangat layak), tipografi
mudah dibaca 100% (kategori sangat layak), tipografi isi buku memudahkan
pemahaman 100% (kategori sangat layak), dan ilustrasi isi 87,5% (kategori sangat
layak). Dengan demikian dari data tersebut, disimpulkan bahwa semua indikator
yang dinilai oleh ahli media “layak” sebagai media pembelajaran IPA TERPADU
Pada tahapan ini dilakukan uji coba terhadap peserta didik sebagai
praktisi/ pengguna. Uji kelompok kecil dilakukan pada dua belas orang peserta
didik kelas VII SMPK CITRA BANGSA Kupang. Hal ini sesuai dengan pendapat
Dick and Carey, bahwa jumlah yang diperlukan dalam evaluasi kelompok kecil
hanya terdiri dari delapan sampai dengan dua puluh orang. Setelah itu, dilakukan
analisis dan revisi tahap II (dua). Kemudian di uji coba ke lapangan/ kelompok
Uji coba kelompok kecil dilakukan pada peserta didik kelas 7K SMPK
aspek yang dinilai yaitu aspek tampilan, aspek penyajian materi, dan aspek
manfaat. Untuk aspek tampilan terdiri atas 4 indikator yaitu kejelasan teks,
kalimat, kejelasan simbol dan lambang, kejelasan istilah, dan kesesuaian contoh
dengan materi. Rekapan hasil penilaian oleh 12 peserta didik dapat dilihat pada
lambing layak
10. Kejelasan istilah 12 40 83,3 Layak
11. Kesesuaian contoh Sangat
12 44 91,7 layak
dengan materi
Sangat
12. Kemudahan belajar 12 86 89,6
layak
13. Ketertarikan Layak
Manfaat menggunakan bahan 12 40 83,3
ajar berbentuk modul
14. Peningkatan motivasi Sangat
12 41 85,4 layak
belajar
TOTAL KESELURUHAN 88 % √
Diagram hasil uji coba kelompok kecil dapat dilihati pada gambar 4.9 berikut ini.
100.0%
95.0% 95.8%
93.8%
90.0% 91.7% 91.7%
89.6%
87.5% 87.5% 87.5%
85.0% 86.3%
85.4% 85.4%
83.3% 83.3% 83.3%
80.0%
75.0%
r 1 or 2 or 3 or 4 or 5 or 6 or 7 or 8 or 9 r 10 r 11 r 12 r 13 r 14
ato t t t t t t t t o to to to to
dik dika dika dika dika dika dika dika dika ikat ika dika dika dika
In In In In In In In In In d d
In In In In In
Berdasarkan data hasil uji coba kelompok kecil diatas maka dapat
diketahui kelayakan tiap indikator penilaian sebagai berikut, kejelasan teks 93,8%
100
materi 95,8% (kategori sangat layak), penyajian materi 86,3% (kategori sangat
85,4% (kategori sangat layak), kejelasan simbol dan lambing 87,5% (kategori
sangat layak), kejelasan istilah 83,3% (kategori layak), kesesuaian contoh dengan
materi 91,7% (kategori sangat layak), kemudahan belajar 89,6% (kategori sangat
(kategori layak), dan peningkatan motivasi belajar 85,4% (kategori sangat layak).
Dengan data pada tabel 4.3 yang disajikan dalam diagram pada gambar 4.10
berikut ini.
120.0%
100.0%
97.2%
92.1% 90.1%
80.0% 86.2% 86.6% 83.6% 87.1% 86.5%
82.6% 80.3% 84.2% 81.6%
78.9% 76.6%
60.0%
40.0%
20.0%
0.0%
r 1 or 2 or 3 or 4 or 5 or 6 or 7 or 8 or 9 r 10 r 11 r 12 r 13 r 14
ato t t t t t t t t o to to to to
dik dika dika dika dika dika dika dika dika ikat ika dika dika dika
In In In In In In In In In d d
In In In In In
Berdasarkan data hasil uji coba kelompok besar diatas maka dapat
diketahui kelayakan tiap indikator penilaian sebagai berikut, kejelasan teks 86,2 %
92,1% (kategori sangat layak), penyajian materi 87,1% (kategori sangat layak),
102
layak), kejelasan simbol dan lambing 84,2% (kategori layak), kejelasan istilah
79,6% (kategori layak), kesesuaian contoh dengan materi 90,1% (kategori sangat
menggunakan bahan ajar berbentuk modul 81,6% (kategori sangat layak), dan
materi, ahli media, dan peserta didik, masing-masing disetiap tahapan yang sudah
dilakukan. Berikut ini, beberapa komentar dan saran dari ahli materi untuk
perbaikan modul.
juga.
Untuk Ahli media, hal-hal yang menjadi saran untuk dilakukan perbaikan
- tata letak tulisan modul dan diagram conneted di cover depan modul
- contoh gambar dan kasus harus lebih kontekstual atau lebih “dekat”
- penulisan reaksi sebaiknya dipisahkan dan diberi jenis huruf yang berbeda.
103
Selanjutnya, dilakukan uji coba kelompok kecil, dan untuk saran/ perbaikan tidak
ada. Berbeda dengan kelompok kecil, ada beberapa hal yang menjadi catatan dari
- ukurannya diperkecil
- eksperimennya ditambah
- gambarnya dikurangi.
Tahap ini akan menghasilkan produk akhir berupa bahan ajar IPA Terpadu
Tipe Connected pada materi Suhu dan Kalor yang sudah direvisi berdasarkan
kritik dan saran dari tahap validasi oleh ahli materi dan ahli media serta tahap
Connected Pada Materi Suhu dan Kalor Untuk Kelas VII SMP/ MTs” dinyatakan
4.2 Pembahasan
menurut Dick & Carey yang disesuaikan dengan tujuan penelitian ini yaitu hanya
produk akhir/ hasil pengembangan bahan ajar berupa Modul IPA TERPADU Tipe
104
Connected Pada Materi Suhu dan Kalor. Berikut ini pembahasan dari masing-
masing tahapan.
pembelajaran IPA Terpadu yaitu, pertama; peserta didik kurang tertarik dalam
mengikuti pembelajaran IPA Terpadu, apalagi IPA Fisika. Sudah menjadi tradisi
yang seolah melekat pada pemikiran siswa bahwa pelajaran fisika itu sulit karena
membahas rumus dan perhitungan yang rumit. Fisika merupakan salah satu
rumpun ilmu dalam mata pelajaran IPA Terpadu. Selain Fisika, Biologi sebagai
rumpun ilmu IPA pun tak jarang tidak disukai siswa karena dikenal banyak
hafalan. Hal ini tentunya berdampak pada pemahaman siswa terhadap materi IPA
(perolehan nilai UN dan UAS) bahkan pemahaman siswa terhadap materi IPA
Terpadu secara terpisah (untuk materi Biologi, diajarkan oleh lulusan Biologi
sedangkan materi fisika, diajarkan oleh lulusan fisika), menjadi kendala bagi
siswa untuk menyerap materi secara optimal, hal ini tak bisa dipungkiri. Ssiwa
cederung menganggap pelajaran IPA Terpadu memuat materi yang luas serta
tidak ada keterkaiantan antara rumpun ilmu didalamnya. Ditambah lagi hal ketiga;
Pertama (SMP) menyajikan materi-materi secara terpisah, bahkan hal kecil yang
ditemui peneliti adalah materi suhu dan kalor saja dibahas secara terpisah pada
sedangkan alokasi waktu di sekolah masih terbatas, karena tidak semua peserta
didik memilki daya tangkap yang sama. Kelima; contoh yang dimuat dalam buku
sehingga peserta didik masih lemah dalam mengaitkan konsep IPA Terpadu
paradigma belajar yang berpusat pada siswa (student centre) menuntut siswa
hal yang dapat menarik dan membantu siswa dalam belajar IPA. Penggunaan
yang menyenangkan bagi peserta didik. Bahan ajar dipilih karena bahan sendiri
dapat mengoptimalkan fungsi bahan ajar sebagai media yang inovatif dan
kebutuhan peserta didik serta kondisi dilapangan. Disisi lain, dalam implementasi
guru dituntut untuk dalam menciptakan proses pembelajaran yang kreatif dan
menjadi cara untuk memenuhi tuntutan kurikulum dengan tetap menjadikan pusat
negatifnya, bahan ajar cetak dipilih sebagai produk yang dikembangan untuk
bacaan yang bermanfaat bagi peserta didik. Berdasarkan hal-hal tersebut maka
Tipe Connected pada Materi Suhu dan Kalor Untuk Siswa Kelas VII SMP.
mendesain
IPA Terpadu. Selanjutnya dipilihlah materi Suhu dan Kalor sebagai materi yang
akan dijadikan topik utama bahan ajar yang dikembangkan. Suhu dan kalor
merupakan materin yang sangat kontektual dan dekat dengan kehidupan manusia
sehari-hari. Selain itu, materi ini juga tepat dijadikan sebagai topik untuk
dikaitkan denga rumpun ilmu biologi dan kimia. Sehingga, ketika berbicara
tentang suhu dan kalor, pemikiran siswa tidak hanya melekat pada suhu benda
secara fisik tetapi juga tentang perilaku manusia dan hewan berkaitan dengan
dalam memahami keterkaiatan antar rumpun ilmu dala IPA Terpadu (Fisika,
107
Biologi, dan Kimia). sehingga berpengaruh pada kompetensi peserta didik. Hasil
dari
Flipbook Maker. Proses pembuatan bahan ajar digital interaktif ini dilakukan
bahan ajar cetak yang dikembangkan berbeda dengan bahan ajar kebanyakan yang
ada dilingkungan pendidikan. Jika buku atau bahan ajar IPA Terpadu menyajikan
materi sesuai dengan yang sudah ditetapkan oleh kurikulum. Bahan ajar yang
kunci utamanya adalah adanya satu usaha sadar untuk menghubungkan bidang
kajian dalam satu disiplin ilmu. Bila kita memandang konsep koneksi ini, rincian
dari satu disiplin ilmu terfokus kepada bagian-bagian yang sebenarnya saling
materi berikutnya atau satu materi mendukung materi berikutnya, atau materi satu
belajar yang bermakna. Sebagai catatan kaitan antar konsep, topik, atau tema
konsep dengan konsep yang lain. Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah
dikembangkan terus-menerus.
Connected Pada Materi Suhu dan Kalor Untuk SMP/MTs Kelas VII”
Pada tahap validasi ini, dilakukan dengan validasi bahan ajar berupa
modul oleh 1 ahli/ pakar materi dan 1 ahli media. Intrumen yang dipakai
bersumber dari Penilaian Kelayakan Bahan Ajar oleh BSNP (Badan Standar
Nasional Pendidikan).
1. Ahli Materi
Hasil validasi atau penilaian kelayakan oleh ahli materi secara umum
menunjukan bahwa bahan ajar berupa modul ini sangat layak dengan persentase
umum indikator yang memiliki presentase yang tinggi dengan kategori sangat
layak yaitu kesesuaian materi sesuai KI dan IPK 100%, keakuratan materi 96,9%,
pemahaman peserta didik 100%, penggunaan isilah dan symbol 100%, serta
pengertian dan karakteristik connected memiliki angka yang sama yaitu 100%.
Hal ini disebabkan karena materi yang disajikan sesuai dengan KI dan IPK serta
109
selain itu peneliti selalu menggunakan contoh penerapan yang dekat dengan
didik. Selain itu, karateristik connected sangat difokuskan dalam penyajian materi
dalam bahan ajar. Selanjutnya untuk kategori layak terdiri atas pendukung materi
bahwa bahan ajar ini layak digunakan sebagai bahan ajar fisika pada materi pokok
usaha dan energi. Kelengkapan bahan ajar akan berdampak pada kegiatan belajar
peserta didik, sehingga peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar secara
mandiri. Hal ini sejalan dengan dengan yang diutarakan Daryanto bahwa
berupa, penggunaan beberapa kata dan kalimat pada naskah, kemudian soal/
latihan yang sebaiknya juga menampilkan unsur connected, serta pengantar setiap
perbaikan dan mengecek kembali presentase yang masih kurang dari indikator
yang dinilai.
2. Ahli Media
110
Untuk hasil penilaian kelayakan/ validasi oleh ahli media terhadap bahan
ajar secara umum presentasenya menunjukan angka 91% kategori sangat layak.
Penilaian ahli media terhadap bahan ajar ini mengenai aspek kegrafikan yang
terdiri atas beberapa indikator yang persentasenya dinilai sangat layak dan
yang dikategorikan sangat layak yaitu; ukuran fisik modul 100%, tata letak kulit
modul 93,8%, unsur tata letak harmonis 91,7%, unsur tata letak lengkap 87,5%,
tata letak mempercepat pemahaman 100%, tipografi isi buku sederhana 100%,
tipografi mudah dibaca 100%, tipografi isi buku memudahkan pemahaman 100%,
dan ilustrasi isi 87,5%. Sedangkan indikator dengan kategori layak yaitu huruf
yang digunakan menarik dan mudah dibaca 83,3%, ilustrasi sampul modul 75%,
perbaikan terhadap bahan ajar ini. Saran dan perbaikan tersebut Saran tersebut
berupa penulisan nama penulis, gambar dan contoh harus kontektual dan letaknya
dalam satu halaman, untuk penulisan reaksi kimia sebaiknya digunakan font yang
berbeda, serta perlu diganti beberapa gambar yang “dekat” dengan peserta didik.
indikator yang masih kategorinya layak, yaitu menuliskan nama penulis pada
sampul, mengatur tata letak ilustrasi dan gambar, serta penyesuaian pemilihan
jenis dan ukuran huruf, dan mengecek kembali hal-hal terkait indikator yang
Pada tahapan ini, modul yang sudah direvisi/ diperbaiki berdasarkan kritik
dan saran dari ahli materi dan media selanjutnya dinilai, oleh praktisi atau peserta
didik sebagai pengguna media belajar ini. Uji coba dilakukan terlebih dahulu
kepada kelompok kecil dengan jumlah peserta didik 12 orang. Setelah, bari
kelas VII.
Uji coba kelompok kecil diadakan terhadap peserta didik yang berjumlah 12
orang pada kelas 7K, SMPK CITRA BANGSA KUPANG. Secara umum, hasil
uji coba menunjukan presentasi 88% yang berarti berada pada kategori sangat
layak. Seperti yang sudah diketahui bahwa peserta didik dalam suatu kelas itu
kompleks. Pastinya ada keberagaman gaya belajar dan cara pandang dalam
penyajian materi 87,5%, kejelasan kalimat 85,4%, kejelasan simbol dan lambang
87,5%, kesesuaian contoh dengan materi 91,7%, kemudahan belajar 89,6%, dan
termasuk dalam kategori layak yaitu, kemudahan memahami materi 83,3%, dan
modul 83,3%. Dari variasi presentasi tersebut, beberapa hal yang menjadi dasar
112
penilaian beberapa indikator memilki presentase yang tinggi adalah karena desain
modul yang menarik, font yang digunakan, penyajian gambar, serta contoh
penerapan yang menarik siswa untuk belajar dan mudah dalam memahami materi.
Untuk beberapa indikator dengan presentase yang masih kurang kebanyak pada
ganda. Hal ini disebabkan peserta didik kelas VII SMP merupakan masa awal
seorang peserta didik mengawali dijenjang yang lebih tinggi, sehingga masih
asing dengan beberapa istilah yang dianggap sulit dan belum pernah didengar/
baru diketahui.
Tahapan uji coba selanjutnya adalah uji coba lapangan atau kelompok besar.
Uji ini dilakukan kepada 2 kelas VII dengan kehadiran 38 peserta didik ketika
peneliti mengambil data. Secara umum hasil penilaian terhadap bahan ajar ini
mencapai presentase 85,5% dengan kategori sangat layak. Penilaian peserta didik
kelompok besar juga menunjukan adanya keunggulan dan kekurangan pada bahan
ajar berupa modul IPA TERPADU Berbasis Connected pada materi Suhu dan
Kalor. Keunggulan bahan ajar ini terdapat pada beberapa indikator yang diberi
persentase tinggi dengan kategori sangat layak yaitu, kejelasan teks 86,2%,
penyajian materi, kejelasan kalimat 80,3%, kejelasan simbol dan lambing 84,2%,
modul 81,6%. Dari penilaian oleh kelompok besar beberapa hal yang
kejelasan dalam menyajikan materi. Sedangkan untuk hal-hal yang masih kurang
dapat menghasilkan bahan ajar berupa Modul IPA TERPADU Tipe Connected
Pada Materi Suhu dan Kalor Untuk Siswa Kelas VII SMP yang layak digunakan
materi dan 1 ahli ahli media serta melihat respon siswa pada uji kelompok kecil
oleh 12 peserta ddik dan uji lapangan. Kelompok besar oleh 2 kelas/ rombongan
belajar (38 peserta didik). Tentunya modul hasil pengembangan dapat memenuhi
dan sebagai media yang menarik untuk digunakan oleh peserta didik dan guru.
Sekalipun, pengembangan hanya dilakukan pada pokok bahasan suhu dan kalor,
114
lanjut.
Seperti yang sudah dilakukan oleh Rifda Mardian Arif dalam jurnalnya
prestasi belajar dan keterampilan proses sains siswa di SMPN 1 Malang Tahun
Ajaran 2013/2014, serta praktis digunakan baik oleh siswa maupun guru. Selain
itu, ada pula hasil pengembangan berupa LKS DAN perangkat pembelajaran
melakukan pengembangan produk ini, yaitu memberi dampak yang baik bagi guru
dan siswa.
115
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Terpadu Berbasis Connected pada materi Suhu dan Kalor maka dapat
respons siswa dengan diujicobakan pada kelompok kecil dan besar, hingga
menghasilkan produk akhir “Modul ipa Terpadu Tipe Connected Pada Materi
2. Sesuai data hasil analisis menunjukan presentasi penilaian oleh 1 ahli materi, 1
ahli media, uji coba kelompok kesil oleh 12 peserta didik, dan uji coba
kelompok besar oleh 2 kelas/ rombongan belajar (38 peserta didik) secara
116
berturut-turut 93%, 91%, 88%, dan 85,5% adalah menunjukan bahwa bahan
ajar ini layak digunakan sebagai bahan IPA Terpadu pada materi pokok suhu
dan kalor.
5.2 Saran
tahapan analisis kebutuhan tidak hanya melalui analisis bahan ajar dan buku
cetak yang biasa digunakan guru, tetapi perlu dilakukan observasi dan
wawancara sehingga pemilihan materi dan jenis bahan ajar yang dikembangkan
baik maksud dan tujuan keterlibatan mereka, sehingga penilaian yang diberikan
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. 2011. Aplikasi KTSP dan Bahan Ajar dalam Pendidikan Islam. Jakarta:
Raja Wali Pers.
Ariyani, Y.D., and Wangid, M.N. (2016). Pengembangan Bahan Ajar Tematik-
Integratif Berbasis Nilai Karakter Peduli Lingkungan Dan Tanggung
Jawab. Pendidik Karakter.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2008. Pengembangan Bahan Ajar dan Media. Jakarta: Dapertemen
Pendidikan Nasional.
Dwidagdo, G. 2014. Pengembangan Modul ”Hidrosfer Sebagai Sumber
Kehidupan” Dengan Pendekatan Saintifik Untuk Pembelajaran Geografi
SMA. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Fitriana, R. 2016. Pengembangan Modul IPA Dengan Menggunakan Pendekatan
Inkuiri Terbimbing. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Hamalik, O. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Sinar Grafika.
Hernawan, Asep. 2005. Konsep Dasar dan Model-Model Pembelajaran Terpadu.
Jakarta: Universitas Terbuka.
118
(http://academia.edu/9558030/Research_and_Development_Research_Farida
_ Nursyahidah_1_PENELITIAN_PENGEMBANGAN, diakses 14 Februari 2019).
Paduppai, D. 1998. Pengajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Secara
Terpadu di Sekolah Dasar. Tesis Magister. Surabaya: PPs Universitas Negeri
Surabaya.
Lampiran 1.
Hasil Uji Coba Ahli Materi Terhadap Modul IPA Terpadu Berbasis Connected Pada Materi Suhu dan Kalor Untuk SMP/MTs
Kelas VII
Butir Penilaian Skor yang %
diberikan Jumlah Penilaian
Aspek Penilaian Indikator Penilaian
Skor per
Indikator
1. Kelengkapan materi 4
A. Kesesuaian materi 2. Keluasan Materi 4 12 100%
sesuai KI dan IPK
3. Kedalaman materi 4
4. Keakuratan konsep dan definisi 4
5. Keakuratan prinsip 4
6. keakuratan fakta dan data 3
7. Keakuratan contoh soal 4
B. Keakuratan materi 31 96,9%
8. Keakuratan latihan soal 4
9. Keakuratan gambar dan Ilustrasi 4
I. Kelayakan Isi 10. Keakuratan notasi, simbol dan ikon. 4
11. Keakuratan acuan pustaka 4
12. Penalaran (reasoning) 3
13. Keterkaitan 4
C. Pendukung materi 14. Komunikasi (write and talk) 3
19 79,2%
pembelajaran 15. Penerapan 3
16. Kemenarikan materi 3
17. Mendorong untuk mencari informasi lebih 3
18. Kesesuaian materi dengan perkembangan ilmu 4
D. Kemutahiran materi 19. Menggunakan contoh kasus yang biasa muncul 8 100%
4
dalam keseharian
122
Lampiran 2.
124
Hasil Uji Coba Ahli Media Terhadap Modul IPA Terpadu Berbasis Connected Pada Materi Suhu dan Kalor Untuk SMP/MTs Kelas
VII
%
Indikator Skor yang Jumlah Penilaian
Aspek Sub Indikator Butir Penilaian
Penilaian diberikan Skor per
Indikator
1. Kesesuaian ukuran modul dengan standar
4
ISO
Ukuran Modul A. Ukuran Fisik Modul 8 100
2. Kesesuaian ukuran dengan materi isi
4
modul
Lampiran 3.
127
Hasil Uji Coba Kelomok Kecil Terhadap Modul IPA Terpadu Berbasis Connected Pada Materi Suhu dan Kalor Untuk SMP/MTs
Kelas VII
Jumlah
∑ Tiap %
Penilai Skor Kelayakan
Indikator
Apek Penilaian Butir Penilaian Penialain
1 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 11
0 2
Lampiran 4.
130
Hasil Uji Coba Kelompok Besar Terhadap Modul IPA Terpadu Berbasis Connected Pada Materi Suhu dan Kalor Untuk SMP/MTs
Kelas VII
131
132
Lampiran 5.
Dokumentasi Penelitian
1. Uji kelompok kecil
133