Akbi Pertemuan - 7
Akbi Pertemuan - 7
Akbi Pertemuan - 7
AKUNTANSI BIAYA
SISTEM KOS PEKERJAAN – ORDER
PERMINTAAN BAHAN
No: 632
Tanggal: 18 Jan 20XX
Tanggal dibutuhkan: 28 Jan 20XX
Departemen yang meminta: Dep Pencampuran
Subtotal Rp2.520.000
(-) Retur 0
Total Rp2.520.000
Gambar 7.3.
Kartu Jam Pekerjaan
SISTEM KOS PEKERJAAN – ORDER
3. Kartu Kos Pekerjaan - Order (Job Order Cost Sheet)
• Merupakan dokumen yang digunakan untuk mengakumulasi seluruh kos tenaga kerja dan
konversi yang digunakan untuk memproduksi produk sesuai dengan pesanan pelanggan.
• Kartu ini digunakan sebagai informasi menentukan kos unit dan laba yang diperoleh
perusahaan yang berasal dari order atau pekerjaan tersebut.
• Gambar 7.4 merupakan contoh dari Kartu Kos Pekerjaan - Order.
Gambar 7.4.
Kartu Kos Pekerjaan – Order
AKUNTANSI SISTEM KOS PEKERJAAN – ORDER
A. BAHAN
• Bahan baku, bahan penolong, dan bahan habis pakai (supplies) yang
digunakan dalam proses produksi dipesan oleh departemen pembelian.
• Bahan ini disimpan dalam gudang dengan pengawasan oleh pegawai yang
ditugaskan dan bahan hanya dikeluarkan jika terdapat dokumen atau formulir
permintaan bahan yang disetujui atau diotorisasi oleh pegawai yang
berwenang.
• Jika bahan yang diminta tersedia dan mencukupi jumlahnya di gudang maka
bahan tersebut akan langsung dikirim ke departemen produksi.
• Akan tetapi, apabila bahan tidak tersedia atau jumlahnya tidak mencukupi maka
bagian gudang terlebih dahulu menerbitkan dokumen permintaan pembelian
yang ditujukan ke departemen pembelian dengan tujuan agar departemen
pembelian melakukan order atau pembelian atas bahan yang dimaksud.
• Berikut ini merupakan contoh pembelian bahan pada tanggal 21 Juli 20XX yang
dilakukan oleh departemen pembelian. Pembelian dilakukan secara kredit dan
jatuh tempo pada 30 hari ke depan.
20 lembar kayu mahoni (Rp1.000.000/lembar) Rp 20.000.000
100 galon filamen (Rp10.000/galon) 1.000.000
15 kaleng lem kayu (Rp40.000/kaleng) 600.000
5 kotak paku (Rp80.000/kotak) 400.000
Total Rp 22.000.000
AKUNTANSI SISTEM KOS PEKERJAAN – ORDER
• Untuk mencatat pembelian tersebut, bagian akuntansi akan membuat jurnal sebagai
berikut.
Jurnal 1:
Sediaan bahan 22.000.0000
Utang dagang 22.000.000
• Departemen produksi dalam rangka melakukan proses produksi atas pekerjaan nomor
212 menerbitkan dokumen permintaan bahan ke bagian gudang.
• Bahan yang diminta adalah:
• Bahan yang diminta terdiri dari bahan baku dan bahan penolong, Bahan baku akan dicatat
pada akun Barang Dalam Proses (dengan penambahan nomor pekerjaan atau order yang
menggunakannya), sedangkan bahan penolong akan dicatat pada akun Overhead Pabrik/
• Departemen Produksi sehingga permintaan dan penggunaan bahan tersebut untuk
pekerjaan nomor 212 akan dijurnal sebagai berikut.
AKUNTANSI SISTEM KOS PEKERJAAN – ORDER
Jurnal 2:
Produk dalam proses #212 5.000.000
Overhead pabrik kendali – Dep. Produksi 220.000
Sedian Bahan 5.200.000
B.TENAGA KERJA
• Dokumen yang digunakan untuk mengidentifikasi dan mencatat kos tenaga kerja adalah
Kartu Jam Pekerjaan.
• Kartu ini berisi informasi jenis pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai dan berapa lama
pekerjaan tersebut dilakukan.
• Secara akuntansi, tenaga kerja langsung akan dicatat pada akun Produk Dalam Proses
(ditambah nomor pekerjaan atau order), sedangkan tenaga kerja taklangsung dicatat pada
akun Overhead Pabrik - Departemen Produksi.
• Berikut ini adalah informasi tenaga kerja yang digunakan untuk memproses pekerjaan
nomor 212:
1. 10 pekerja bekerja selama 40 jam untuk pekerjaan nomor 212. Tarif upah per jam
pekerja tersebut adalah Rp8.000 per jam sehingga total kos tenaga kerja adalah 10 ×
40 × Rp8.000 = Rp3.200.000.
2. Gaji untuk pengawas dan pegawai bagian perawatan pabrik berjumlah Rp1.600.000.
Bagian akuntansi pabrik akan mencatat kos tenaga kerja tersebut sebagai berikut.
Jurnal 3:
Produk dalam proses - #212 3.200.000
Overhead pabrik kendali – Dep. Produksi 1.600.000
Utang gaji dan upah 4.800.000
AKUNTANSI SISTEM KOS PEKERJAAN – ORDER
C. OVERHEAD PABRIK
• Elemen ketiga dari kos produksi yang harus ikut diakumulasi dalam Kartu Kos Pekerjaan -
Order adalah overhead pabrik.
• Dokumen yang digunakan untuk mencatat overhead pabrik dalam sistem kos pekerjaan -
order adalah Kartu Kos Overhead Pabrik, yang akan digunakan oleh setiap departemen
yang ada dalam pabrik.
• Kartu ini merupakan akun pembantu untuk akun Overhead Pabrik Kendali.
• Secara periodik jumlah total akun pembantu dan akun Overhead Pabrik Kendali harus
direkonsiliasi untuk memeriksa ketepatan pencatatan.
• Jika terdapat selisih maka merupakan indikasi adanya kesalahan.
• Berikut ini merupakan kos overhead yang digunakan untuk memproduksi produk pekerjaan
nomor 212:
Depresiasi - mesin Rp 200.000
Depresiasi - gedung 320.000
Utilitas 410.000
Lain-lain 750.000
Total Rp 1.680.000
• Maka jurnal untuk mencatat keseluruhan overhead pabrik tersebut adalah sebagai berikut.
Jurnal 4:
Overhead pabrik kendali - Dep. Produksi 1.680.000
Depresiasi akumulasian - mesin 200.000
Depresiasi akumulasian - gedung 320.000
Utang utilitas 410.000
Utang lain-lain 750.000
AKUNTANSI SISTEM KOS PEKERJAAN – ORDER
• Jurnal 4 digunakan untuk mencatat overhead yang terjadi di departemen produksi.
• Selain metode ini, overhead pabrik dapat juga diakumulasi pada level pabrik secara
total dan kemudian didistribusikan ke masing-masing departemen produksi untuk
dibebankan pada setiap pekerjaan atau order yang dilaksanakan dalam departemen
tersebut.
• Distribusi overhead pabrik ke masing-masing pekerjaan atau order didasarkan pada
tarif overhead pabrik yang telah ditetapkan sebelumnya.
• Tarif overhead pabrik ini bisa didasarkan pada jam kerja langsung, kos total tenaga
kerja langsung, kos total bahan baku, jam mesin atau dasar lain yang masuk akal.
• Agar setiap departemen produksi memiliki tarif yang seragam maka basis atau dasar
penentuan tarif ini ditentukan di tingkat pabrik dan bukan di tingkat departemen.
• Sebagai contoh, tarif ditentukan berbasis kos tenaga kerja langsung, yaitu 75% dari
kos tenaga kerja langsung.
• Kos tenaga kerja langsung total untuk pekerjaan nomor 212 adalah Rp3.200.000
sehingga besaran overhead pabrik dibebankan adalah 75% × Rp3.200.000 =
2.400.00.
• Untuk mencatat overhead pabrik dibebankan ini digunakanlah jurnal sebagai berikut
Jurnal 5:
Produk dalam proses - #212 2.400.000
Overhead pabrik dibebankan – Dep. Produksi 2.400.000
AKUNTANSI SISTEM KOS PEKERJAAN – ORDER
• Seluruh kos produksi yang digunakan untuk memproses produk order nomor 212
kemudian akan diakumulasi dalam Kartu Kos Pekerjaan - Order.
• Berdasarkan kartu tersebut dapat dihitung bahwa kos total untuk pekerjaan
nomor 212 adalah bahan baku Rp5.000.000 + tenaga kerja langsung
Rp3.200.000 + overhead pabrik dibebankan Rp2.400.000 sehingga kos produk
selesai Rp10.600.000.
• Jurnal untuk mencatat ketika pekerjaan nomor 212 telah selesai diproses adalah
sebagai berikut.
Jurnal 6:
Sediaan produk jadi 10.600.000
Produk dalam proses - #212 10.600.000
• Jurnal untuk mencatat penyerahan pekerjaan nomor 212 pada pelanggan yang
memesannya digunakan jurnal sebagai berikut.
Jurnal 7:
Piutang dagang 14.200.000
Kos produk terjual 10.600.000
Sediaan produk jadi 10.600.000
Penjualan 14.200.000
AKUNTANSI SISTEM KOS PEKERJAAN – ORDER
• Gambar 7.5 berikut menjelaskan aliran kos pekerjaan nomor 212 dengan
menggunakan sistem kos pekerjaan - order:
AKUNTANSI SISTEM KOS PEKERJAAN – ORDER
• Jika terdapat selisih antara saldo akun Overhead pabrik kendali dan Overhead
pabrik dibeban maka selisihnya dapat dibebankan pada akun kos produk terjual
• Sebagai contoh, pada pekerjaan nomor 212 terdapat selisih antara saldo
Overhead pabrik kendali dengan Overhead pabrik dibebankan sebesar
Rp1.100.000 maka selisih ini akan dicatat dalam jurnal sebagai berikut.
Jurnal 8:
Overhead pabrik dibebankan 2.400.000
Overhead pabrik terbeban kurang 1.100.000
Overhead pabrik kendali 3.500.000
A. PRODUK RUSAK
• Produk rusak adalah produk yang tidak memenuhi standar produksi dan dijual sesuai nilai
sisanya atau dibuang.
• Jika dalam suatu proses penjaminan kualitas ditemukan adanya produk rusak maka
produk rusak tersebut akan dikeluarkan dari produksi dan tidak ada pekerjaan tambahan
yang digunakan untuk memperbaikinya.
• Contohnya, apabila undangan yang dicetak ternyata tintanya luntur maka undangan
tersebut akan dikeluarkan dari produksi dan tidak ada tindakan apa pun pada undangan
tersebut.
B. PRODUK CACAT
• Produk cacat adalah produk yang tidak memenuhi standar produksi, tetapi masih bisa
diperbaiki dengan tambahan proses produksi tertentu dan kemudian menjadi produk yang
baik lagi dan dijual dengan harga reguler.
• Sebagai contoh, televisi yang diproduksi tidak dapat mengeluarkan suara maka dilakukan
perbaikan yang diperlukan agar televisi tersebut normal kembali dan dapat dijual
berdasarkan harga reguler.
AKUNTANSI PRODUK RUSAK, CACAT,
BAHAN SISA, DAN BAHAN SISA BUANGAN
C. BAHAN SISA
• Bahan sisa adalah bahan baku yang merupakan sisa dari proses produksi, yang
tidak dapat digunakan lagi dalam proses produksi untuk tujuan yang sama.
• Akan tetapi, bahan sisa ini masih dapat digunakan untuk tujuan lain atau dijual ke
pihak luar perusahaan.
• Sebagai contoh, pada perusahaan furnitur, kayu sisa yang digunakan bisa jadi
masih dapat digunakan untuk tujuan lain atau dijual ke pihak luar.
11) Jelaskan apa yang dimaksud dengan produk rusak dan berikan contohnya!
12) Jelaskan apa yang dimaksud dengan produk cacat dan berikan contohnya!
13) Jelaskan apa yang dimaksud bahan sisa dan berikan contohnya!
14) Jelaskan apa yang dimaksud dengan bahan sisa buangan dan berikan contohnya!
LATIHAN
15) PT Tajam Abadi menerima pesanan pembuatan 2.000 pisau dengan desain
khusus dari CV Lading Landep. Berikut ini adalah kos produksi per unit untuk
memproduksi 2.000 unit pisau: