Akbi Pertemuan - 7

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 31

Materi ke – 07

AKUNTANSI BIAYA
SISTEM KOS PEKERJAAN – ORDER

R. M. JUKADI NATALEGAWA, SE.AK. MM. CA


NIDN : 0422067505

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Tridharma


2021
TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Mampu menjelaskan sistem kos pekerjaan dan memberi contoh jenis-jenis


perusahaan yang seharusnya menggunakan sistem kos ini;
2. Mampu menjelaskan aliran kos dalam sistem kos pekerjaan;
3. Mampu menyebutkan berbagai dokumen yang digunakan dalam sistem kos
pekerjaan;
4. Mampu menghitung kos produksi dengan menggunakan sistem kos pekerjaan;
5. Mampu membuat jurnal-jurnal terkait dengan sistem kos pekerjaan;
6. Mampu mengalokasi kos yang terjadi akibat produk rusak, produk cacat, bahan sisa,
dan bahan sisa buangan.
SISTEM KOS PEKERJAAN – ORDER
• Sistem kos pekerjaan umumnya diterapkan pada perusahaan yang proses
produksinya akan berjalan karena adanya pesanan atau order dari pelanggan.
• Produk-produk yang diproduksi memiliki spesifikasi yang berbeda-beda sesuai
dengan spesifikasi yang ditentukan oleh pelanggan.
• Oleh karena spesifikasi yang berbeda-beda ini maka setiap produk
membutuhkan bahan baku dan proses produksi yang berbeda juga.
• Berikut ini merupakan karakteristik sistem kos pekerjaan – order:
SISTEM KOS PEKERJAAN – ORDER
• Sebagai konsekuensi karena setiap produk merupakan order atau pesanan dari
pelanggan yang beragam maka produk secara fisik dan juga kos produksi dari
setiap pesanan harus dapat ditentukan dan diidentifikasi.
• Kartu kos pekerjaan (job order cost sheet) merupakan “alat” yang digunakan
untuk mengakumulasi seluruh kos yang digunakan untuk memproduksi setiap
produk pesanan.
• Gambar 7.1 ini merupakan aliran kos dari sistem kos pesanan.
SISTEM KOS PEKERJAAN – ORDER
A. DOKUMEN
• Berdasarkan pada Gambar 7.1 maka terlihat bahwa setiap penggunaan bahan
baku dan konversi yang dibutuhkan (tenaga kerja dan overhead pabrik) harus
dapat diidentifikasi pada order atau pekerjaan yang menggunakannya.
• Setiap penggunaan bahan baku dan konversi harus dicatat pada dokumen yang
sesuai dan kemudian diakumulasi dalam kartu kos pekerjaan.
• Terakhir, berdasarkan kartu kos pekerjaan maka dapat dihitung kos unit setiap
pekerjaan atau order.
• Kos unit atau kos per unit dihitung dengan membagi kos produksi dengan jumlah
unit yang diproduksi pada setiap pekerjaan atau order.
• Berikut ini beberapa dokumen yang digunakan dalam sistem kos pekerjaan-
order.
1. Permintaan Bahan (Material Requsition)
• Merupakan dokumen yang digunakan oleh bagian produksi untuk meminta
bahan baku pada bagian gudang.
• Gambar 7.2 adalah contoh dari dokumen permintaan bahan.
SISTEM KOS PEKERJAAN – ORDER

PERMINTAAN BAHAN

No: 632
Tanggal: 18 Jan 20XX
Tanggal dibutuhkan: 28 Jan 20XX
Departemen yang meminta: Dep Pencampuran

Kuantitas Deskripsi Kos Unit Total

350 Kg Tepung terigu - kualitas nomor 1.1 Rp7.200 Rp2.520.000

Subtotal Rp2.520.000
(-) Retur 0
Total Rp2.520.000

Disetujui oleh: Beni Dibuat oleh: Wildan


Diterima oleh: Gunardo

Dibebankan pada Pekerjaan/Dep: Overhead pabrik:

Gambar 7.2. Permintaan Bahan


SISTEM KOS PEKERJAAN – ORDER
2. Kartu Jam Pekerjaan (Labor Job Ticket)
• Merupakan dokumen yang digunakan untuk mencatat jam kerja langsung setiap
pekerja yang digunakan untuk mengkonversi order atau pekerjaan tertentu.
• Gambar 7.3 merupakan contoh dari Kartu Jam Pekerjaan.

Gambar 7.3.
Kartu Jam Pekerjaan
SISTEM KOS PEKERJAAN – ORDER
3. Kartu Kos Pekerjaan - Order (Job Order Cost Sheet)
• Merupakan dokumen yang digunakan untuk mengakumulasi seluruh kos tenaga kerja dan
konversi yang digunakan untuk memproduksi produk sesuai dengan pesanan pelanggan.
• Kartu ini digunakan sebagai informasi menentukan kos unit dan laba yang diperoleh
perusahaan yang berasal dari order atau pekerjaan tersebut.
• Gambar 7.4 merupakan contoh dari Kartu Kos Pekerjaan - Order.

Gambar 7.4.
Kartu Kos Pekerjaan – Order
AKUNTANSI SISTEM KOS PEKERJAAN – ORDER
A. BAHAN
• Bahan baku, bahan penolong, dan bahan habis pakai (supplies) yang
digunakan dalam proses produksi dipesan oleh departemen pembelian.
• Bahan ini disimpan dalam gudang dengan pengawasan oleh pegawai yang
ditugaskan dan bahan hanya dikeluarkan jika terdapat dokumen atau formulir
permintaan bahan yang disetujui atau diotorisasi oleh pegawai yang
berwenang.
• Jika bahan yang diminta tersedia dan mencukupi jumlahnya di gudang maka
bahan tersebut akan langsung dikirim ke departemen produksi.
• Akan tetapi, apabila bahan tidak tersedia atau jumlahnya tidak mencukupi maka
bagian gudang terlebih dahulu menerbitkan dokumen permintaan pembelian
yang ditujukan ke departemen pembelian dengan tujuan agar departemen
pembelian melakukan order atau pembelian atas bahan yang dimaksud.
• Berikut ini merupakan contoh pembelian bahan pada tanggal 21 Juli 20XX yang
dilakukan oleh departemen pembelian. Pembelian dilakukan secara kredit dan
jatuh tempo pada 30 hari ke depan.
20 lembar kayu mahoni (Rp1.000.000/lembar) Rp 20.000.000
100 galon filamen (Rp10.000/galon) 1.000.000
15 kaleng lem kayu (Rp40.000/kaleng) 600.000
5 kotak paku (Rp80.000/kotak) 400.000
Total Rp 22.000.000
AKUNTANSI SISTEM KOS PEKERJAAN – ORDER
• Untuk mencatat pembelian tersebut, bagian akuntansi akan membuat jurnal sebagai
berikut.
Jurnal 1:
Sediaan bahan 22.000.0000
Utang dagang 22.000.000
• Departemen produksi dalam rangka melakukan proses produksi atas pekerjaan nomor
212 menerbitkan dokumen permintaan bahan ke bagian gudang.
• Bahan yang diminta adalah:

• Bahan yang diminta terdiri dari bahan baku dan bahan penolong, Bahan baku akan dicatat
pada akun Barang Dalam Proses (dengan penambahan nomor pekerjaan atau order yang
menggunakannya), sedangkan bahan penolong akan dicatat pada akun Overhead Pabrik/
• Departemen Produksi sehingga permintaan dan penggunaan bahan tersebut untuk
pekerjaan nomor 212 akan dijurnal sebagai berikut.
AKUNTANSI SISTEM KOS PEKERJAAN – ORDER
Jurnal 2:
Produk dalam proses #212 5.000.000
Overhead pabrik kendali – Dep. Produksi 220.000
Sedian Bahan 5.200.000

B.TENAGA KERJA
• Dokumen yang digunakan untuk mengidentifikasi dan mencatat kos tenaga kerja adalah
Kartu Jam Pekerjaan.
• Kartu ini berisi informasi jenis pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai dan berapa lama
pekerjaan tersebut dilakukan.
• Secara akuntansi, tenaga kerja langsung akan dicatat pada akun Produk Dalam Proses
(ditambah nomor pekerjaan atau order), sedangkan tenaga kerja taklangsung dicatat pada
akun Overhead Pabrik - Departemen Produksi.
• Berikut ini adalah informasi tenaga kerja yang digunakan untuk memproses pekerjaan
nomor 212:
1. 10 pekerja bekerja selama 40 jam untuk pekerjaan nomor 212. Tarif upah per jam
pekerja tersebut adalah Rp8.000 per jam sehingga total kos tenaga kerja adalah 10 ×
40 × Rp8.000 = Rp3.200.000.
2. Gaji untuk pengawas dan pegawai bagian perawatan pabrik berjumlah Rp1.600.000.
Bagian akuntansi pabrik akan mencatat kos tenaga kerja tersebut sebagai berikut.
Jurnal 3:
Produk dalam proses - #212 3.200.000
Overhead pabrik kendali – Dep. Produksi 1.600.000
Utang gaji dan upah 4.800.000
AKUNTANSI SISTEM KOS PEKERJAAN – ORDER
C. OVERHEAD PABRIK
• Elemen ketiga dari kos produksi yang harus ikut diakumulasi dalam Kartu Kos Pekerjaan -
Order adalah overhead pabrik.
• Dokumen yang digunakan untuk mencatat overhead pabrik dalam sistem kos pekerjaan -
order adalah Kartu Kos Overhead Pabrik, yang akan digunakan oleh setiap departemen
yang ada dalam pabrik.
• Kartu ini merupakan akun pembantu untuk akun Overhead Pabrik Kendali.
• Secara periodik jumlah total akun pembantu dan akun Overhead Pabrik Kendali harus
direkonsiliasi untuk memeriksa ketepatan pencatatan.
• Jika terdapat selisih maka merupakan indikasi adanya kesalahan.
• Berikut ini merupakan kos overhead yang digunakan untuk memproduksi produk pekerjaan
nomor 212:
Depresiasi - mesin Rp 200.000
Depresiasi - gedung 320.000
Utilitas 410.000
Lain-lain 750.000
Total Rp 1.680.000
• Maka jurnal untuk mencatat keseluruhan overhead pabrik tersebut adalah sebagai berikut.
Jurnal 4:
Overhead pabrik kendali - Dep. Produksi 1.680.000
Depresiasi akumulasian - mesin 200.000
Depresiasi akumulasian - gedung 320.000
Utang utilitas 410.000
Utang lain-lain 750.000
AKUNTANSI SISTEM KOS PEKERJAAN – ORDER
• Jurnal 4 digunakan untuk mencatat overhead yang terjadi di departemen produksi.
• Selain metode ini, overhead pabrik dapat juga diakumulasi pada level pabrik secara
total dan kemudian didistribusikan ke masing-masing departemen produksi untuk
dibebankan pada setiap pekerjaan atau order yang dilaksanakan dalam departemen
tersebut.
• Distribusi overhead pabrik ke masing-masing pekerjaan atau order didasarkan pada
tarif overhead pabrik yang telah ditetapkan sebelumnya.
• Tarif overhead pabrik ini bisa didasarkan pada jam kerja langsung, kos total tenaga
kerja langsung, kos total bahan baku, jam mesin atau dasar lain yang masuk akal.
• Agar setiap departemen produksi memiliki tarif yang seragam maka basis atau dasar
penentuan tarif ini ditentukan di tingkat pabrik dan bukan di tingkat departemen.
• Sebagai contoh, tarif ditentukan berbasis kos tenaga kerja langsung, yaitu 75% dari
kos tenaga kerja langsung.
• Kos tenaga kerja langsung total untuk pekerjaan nomor 212 adalah Rp3.200.000
sehingga besaran overhead pabrik dibebankan adalah 75% × Rp3.200.000 =
2.400.00.
• Untuk mencatat overhead pabrik dibebankan ini digunakanlah jurnal sebagai berikut

Jurnal 5:
Produk dalam proses - #212 2.400.000
Overhead pabrik dibebankan – Dep. Produksi 2.400.000
AKUNTANSI SISTEM KOS PEKERJAAN – ORDER
• Seluruh kos produksi yang digunakan untuk memproses produk order nomor 212
kemudian akan diakumulasi dalam Kartu Kos Pekerjaan - Order.
• Berdasarkan kartu tersebut dapat dihitung bahwa kos total untuk pekerjaan
nomor 212 adalah bahan baku Rp5.000.000 + tenaga kerja langsung
Rp3.200.000 + overhead pabrik dibebankan Rp2.400.000 sehingga kos produk
selesai Rp10.600.000.
• Jurnal untuk mencatat ketika pekerjaan nomor 212 telah selesai diproses adalah
sebagai berikut.
Jurnal 6:
Sediaan produk jadi 10.600.000
Produk dalam proses - #212 10.600.000
• Jurnal untuk mencatat penyerahan pekerjaan nomor 212 pada pelanggan yang
memesannya digunakan jurnal sebagai berikut.
Jurnal 7:
Piutang dagang 14.200.000
Kos produk terjual 10.600.000
Sediaan produk jadi 10.600.000
Penjualan 14.200.000
AKUNTANSI SISTEM KOS PEKERJAAN – ORDER
• Gambar 7.5 berikut menjelaskan aliran kos pekerjaan nomor 212 dengan
menggunakan sistem kos pekerjaan - order:
AKUNTANSI SISTEM KOS PEKERJAAN – ORDER
• Jika terdapat selisih antara saldo akun Overhead pabrik kendali dan Overhead
pabrik dibeban maka selisihnya dapat dibebankan pada akun kos produk terjual
• Sebagai contoh, pada pekerjaan nomor 212 terdapat selisih antara saldo
Overhead pabrik kendali dengan Overhead pabrik dibebankan sebesar
Rp1.100.000 maka selisih ini akan dicatat dalam jurnal sebagai berikut.
Jurnal 8:
Overhead pabrik dibebankan 2.400.000
Overhead pabrik terbeban kurang 1.100.000
Overhead pabrik kendali 3.500.000

Kos produk terjual 1.100.000


Overhead pabrik terbeban kurang 1.100.000
AKUNTANSI SISTEM KOS PEKERJAAN – ORDER
• Jika terdapat selisih antara saldo akun Overhead pabrik kendali dan Overhead
pabrik dibeban maka selisihnya dapat dibebankan pada akun kos produk terjual
• Sebagai contoh, pada pekerjaan nomor 212 terdapat selisih antara saldo
Overhead pabrik kendali dengan Overhead pabrik dibebankan sebesar
Rp1.100.000 maka selisih ini akan dicatat dalam jurnal sebagai berikut.
Jurnal 8:
Overhead pabrik dibebankan 2.400.000
Overhead pabrik terbeban kurang 1.100.000
Overhead pabrik kendali 3.500.000

Kos produk terjual 1.100.000


Overhead pabrik terbeban kurang 1.100.000
AKUNTANSI PRODUK RUSAK, CACAT,
BAHAN SISA, DAN BAHAN SISA BUANGAN
• Dalam akuntansi kos terdapat beberapa istilah yang memiliki arti dan makna spesifik dan
tidak bisa digunakan saling ganti.
• Istilah tersebut, antara lain produk rusak (spoiled), produk cacat (defective), bahan sisa
(scrap), dan bahan sisa buangan (waste).
• Berikut ini adalah arti dan makna dari istilah-istilah tersebut.

A. PRODUK RUSAK
• Produk rusak adalah produk yang tidak memenuhi standar produksi dan dijual sesuai nilai
sisanya atau dibuang.
• Jika dalam suatu proses penjaminan kualitas ditemukan adanya produk rusak maka
produk rusak tersebut akan dikeluarkan dari produksi dan tidak ada pekerjaan tambahan
yang digunakan untuk memperbaikinya.
• Contohnya, apabila undangan yang dicetak ternyata tintanya luntur maka undangan
tersebut akan dikeluarkan dari produksi dan tidak ada tindakan apa pun pada undangan
tersebut.

B. PRODUK CACAT
• Produk cacat adalah produk yang tidak memenuhi standar produksi, tetapi masih bisa
diperbaiki dengan tambahan proses produksi tertentu dan kemudian menjadi produk yang
baik lagi dan dijual dengan harga reguler.
• Sebagai contoh, televisi yang diproduksi tidak dapat mengeluarkan suara maka dilakukan
perbaikan yang diperlukan agar televisi tersebut normal kembali dan dapat dijual
berdasarkan harga reguler.
AKUNTANSI PRODUK RUSAK, CACAT,
BAHAN SISA, DAN BAHAN SISA BUANGAN
C. BAHAN SISA
• Bahan sisa adalah bahan baku yang merupakan sisa dari proses produksi, yang
tidak dapat digunakan lagi dalam proses produksi untuk tujuan yang sama.
• Akan tetapi, bahan sisa ini masih dapat digunakan untuk tujuan lain atau dijual ke
pihak luar perusahaan.
• Sebagai contoh, pada perusahaan furnitur, kayu sisa yang digunakan bisa jadi
masih dapat digunakan untuk tujuan lain atau dijual ke pihak luar.

D. BAHAN SISA BUANGAN


• Bahan sisa buangan (beberapa literatur menggunakan istilah bahan sampah)
adalah bahan baku yang merupakan sisa dari proses produksi yang tidak dapat
digunakan lagi dan tidak memiliki harga jual.
• Satu-satunya cara adalah dengan membuang bahan sisa tersebut.

E. AKUNTANSI PRODUK RUSAK


• Sistem akuntansi untuk produk rusak harus dikembangkan dan diaplikasikan dalam
sistem akuntansi kos.
• Tujuan dari sistem ini adalah agar manajemen dapat memperoleh informasi atas
produk rusak yang terjadi, sebab terjadinya dan juga nilai dari produk rusak
tersebut.
• Sedapat mungkin dalam suatu proses produksi diterapkan zero tolerance untuk
terjadinya produk rusak.
AKUNTANSI PRODUK RUSAK, CACAT,
BAHAN SISA, DAN BAHAN SISA BUANGAN
• Akan tetapi, sering kali penerapan zero tolerance ini membutuhkan biaya yang
tinggi karena membutuhkan mesin-mesin berteknologi tinggi yang handal dan juga
sumber daya manusia yang handal melalui perbaikan sistem perekrutan dan
pelatihan sehingga terkadang beberapa perusahaan masih menoleransi terjadinya
produk rusak dalam jumlah dengan persentase tertentu untuk memperoleh manfaat
yang lebih tinggi dari biaya yang seharusnya dikeluarkan jika zero tolerance
diterapkan.
• Jumlah produk rusak yang masih dalam batas toleransi disebut sebagai produk
rusak normal, sedangkan jumlah yang melebihi batas toleransi disebut sebagai
produk rusak abnormal.

F. PRODUK RUSAK NORMAL


• Produk rusak normal dapat diperlakukan berdasarkan dua metode berikut ini, yaitu
sebagai berikut.
1. Dialokasi pada Seluruh Pekerjaan/Order
• Pada metode ini, estimasi kos dari produk rusak (kos produk rusak, yaitu seluruh
kos yang telah digunakan atau diserap oleh produk rusak tersebut, dikurangi nilai
sisanya) dibebankan pada Overhead pabrik kendali dan overhead ini dibebankan
pada seluruh pekerjaan atau order.
• Metode ini tepat digunakan jika manajemen menganggap dalam semua produksi
pesanan pasti akan menghasilkan produk rusak. Jurnal yang digunakan untuk
mencatat adalah sebagai berikut.
AKUNTANSI PRODUK RUSAK, CACAT,
BAHAN SISA, DAN BAHAN SISA BUANGAN
Produk rusak (berdasarkan nilai sisa) 200.000
Overhead pabrik kendali 400.000
Produk dalam proses - #A 600.000
• Jika produk rusak terjual secara tunai sesuai dengan nilai sisanya maka jurnal yang
digunakan adalah sebagai berikut.
Kas 200.000
Produk rusak 200.000

2. Dialokasi pada Pekerjaan/Order Tertentu


• Pada metode ini, kos dari produk rusak tidak dibebankan pada overhead pabrik,
tetapi tetap tersimpan dalam akun Produk dalam proses.
• Jumlah yang dikeluarkan dari akun Produk dalam proses hanya sebesar nilai sisa
dari produk rusak tersebut sehingga pekerjaan/order tersebut akan memiliki kos unit
yang lebih tinggi dibandingkan jika tidak ada produk rusak dalam pekerjaan atau
order tersebut. Metode ini tepat digunakan jika manajemen memprediksi hanya
proses produksi pesanan tertentu saja yang akan menghasilkan produk rusak.
• Jurnal yang digunakan adalah sebagai berikut.
Produk rusak (berdasarkan nilai sisa) 200.000
Produk dalam proses - #A 200.000
• Berdasarkan perbandingan metode 1 dan 2 maka dalam metode 2, produk dalam
proses - #A masih akan tetap mengandung nilai dari produk rusak sebesar 400.000.
AKUNTANSI PRODUK RUSAK, CACAT,
BAHAN SISA, DAN BAHAN SISA BUANGAN
G. PRODUK RUSAK ABNORMAL
• Produk rusak abnormal merupakan jumlah produk rusak yang melebihi batas
toleransi yang ditetapkan.
• Hal ini merupakan indikasi terjadinya inefisiensi dan kinerja yang kurang baik dari
bagian produksi.
• Estimasi kos dari produk rusak (kos produk rusak, yaitu seluruh kos yang telah
digunakan atau diserap oleh produk rusak tersebut, dikurangi nilai sisanya) akan
dibebankan sebagai rugi akibat produk rusak abnormal dan akan dilaporkan dalam
laporan laba rugi sebagai kos periode.
• Jurnal yang digunakan untuk mengeluarkan kos produk rusak dari produk dalam
proses adalah sebagai berikut.
Produk rusak (berdasarkan nilai sisa) 200.000
Rugi dari produk rusak abnormal 400.000
Produk dalam proses - #A 600.000

H. AKUNTANSI PRODUK CACAT


• Perbedaan antar produk rusak dan produk cacat adalah pada produk cacat masih
mungkin dilakukan perbaikan pada produk tersebut sehingga masih ada harapan
produk akan menjadi produk normal.
• Untuk memperbaiki produk rusak tersebut digunakan bahan dan konversi berupa
tenaga kerja dan overhead pabrik.
AKUNTANSI PRODUK RUSAK, CACAT,
BAHAN SISA, DAN BAHAN SISA BUANGAN
• Sebagaimana produk rusak, produk cacat dikategori sebagai produk cacat normal
dan abnormal.
• Pengategorian ini menggunakan metode yang sama seperti produk rusak.
• Produk cacat disebut normal jika jumlahnya masih dalam batas toleransi yang
ditetapkan oleh manajemen.
• Sebaliknya, apabila jumlahnya di atas batas toleransi maka terkategori abnormal.

I. PRODUK CACAT NORMAL


• Secara akuntansi, kos yang digunakan untuk memperbaiki produk cacat normal
dapat diperlakukan dengan menggunakan salah satu dari dua metode berikut.

1. Dibebankan pada Seluruh Pekerjaan atau Order


• Estimasi kos untuk memperbaiki produk cacat akan dibebankan pada overhead
pabrik yang nantinya akan didistribusikan pada seluruh pekerjaan yang ada. baik
overhead pabrik kendali akan didebit dan overhead pabrik dibebankan akan dikredit.
• Meskipun terlihat adanya jurnal ganda (double counting), akan tetapi ini tidak
masalah.
• Pada akhir tahun baik overhead pabrik kendali maupun overhead pabrik dibebankan
akan ditutup satu dengan lainnya sehingga jurnal ganda ini akan hilang dengan
sendirinya.
• Sebagai contoh, diasumsikan kos overhead pabrik akan dikeluarkan untuk
memperbaiki produk cacat.
AKUNTANSI PRODUK RUSAK, CACAT,
BAHAN SISA, DAN BAHAN SISA BUANGAN
• Diperkirakan jumlahnya sebesar Rp435.000.
• Saldo akun overhead pabrik dibebankan akan meningkat karena akun ini digunakan
untuk mendistribusikan kos perbaikan ini ke seluruh pekerjaan atau order yang ada.
• Diasumsikan overhead pabrik sesungguhnya adalah Rp435.000 sebagai akibat
penggunaan bahan penolong untuk perbaikan produk cacat.
• Jurnal yang digunakan adalah sebagai berikut.
a. Perbaikan produk cacat:
Overhead pabrik kendali 435.000
Overhead pabrik dibebankan 435.000
b. Overhead pabrik dibebankan dialokasi pada persediaan barang dalam proses:
Produk dalam proses 435.000
Overhead pabrik dibebankan 435.000
c. Pencatatan penggunaan bahan penolong:
Overhead pabrik kendali 435.000
Sediaan bahan 435.000
d. Penutupan akun overhead pabrik pada akhir periode:
Overhead pabrik dibebankan 435.000
Overhead pabrik kendali 435.000
• Hasil akhir dari penjurnalan ini adalah adanya peningkatan saldo produk dalam
proses dan pengurangan saldo sediaan bahan.
AKUNTANSI PRODUK RUSAK, CACAT,
BAHAN SISA, DAN BAHAN SISA BUANGAN
• Akun overhead pabrik dibebankan dan overhead pabrik kendali saling mengeliminasi.
2. Dibebankan pada Pekerjaan Tertentu
• Pada metode ini, kos perbaikan tidak dibebankan pada overhead pabrik kendali, tetapi
langsung didebit pada akun produk dalam proses.
• Sebagai contoh, produk cacat yang dihasilkan dari proses produksi pekerjaan nomor
221 memerlukan perbaikan. Kos perbaikan tersebut meliputi:
Bahan baku Rp1.200.000
Tenaga kerja langsung 350.000
Overhead pabrik dibebankan (60% dari TKL) 210.000
• Jurnal yang digunakan untuk mencatat kos tersebut adalah:
Produk dalam proses - #221 1.760.000
Sediaan bahan 1.200.000
Hutang gaji dan upah 350.000
Overhead pabrik dibebankan 210.000
J. PRODUK CACAT ABNORMAL
• Jumlah produk cacat yang melebihi batas toleransi disebut sebagai produk cacat
abnormal.
• Kos perbaikan total produk cacat abnormal akan dibebankan pada rugi dari produk
cacat abnormal dan akan dilaporkan dalam laporan laba-rugi sebagai kos periode dan
bukan kos produksi.
AKUNTANSI PRODUK RUSAK, CACAT,
BAHAN SISA, DAN BAHAN SISA BUANGAN
• Sebagai contoh, pekerjaan nomor 221 dengan asumsi produk cacat abnormal maka
jurnal yang digunakan adalah sebagai berikut.
Rugi dari produk cacat abnormal 1.760.000
Sediaan bahan 1.200.000
Utang gaji dan upah 350.000
Overhead pabrik dibebankan 210.000

K. AKUNTANSI BAHAN SISA


• Bahan sisa merupakan bahan sisa yang digunakan dalam proses produksi yang
tidak dapat digunakan lagi untuk tujuan semula, tetapi masih dapat digunakan untuk
tujuan lain atau dijual ke pihak lain.
• Sebagai contoh dalam industri konveksi, terdapat kain sisa yang berasal dari proses
produksi pembuatan pakaian.
• Kain sisa ini masih bisa digunakan untuk tujuan lain atau dijual ke pihak luar.
Terdapat dua metode perlakuan untuk bahan sisa yaitu sebagai berikut.

1. Dibebankan ke Seluruh Pekerjaan


• Pada metode ini, bahan sisa akan mengurangi saldo akun overhead pabrik kendali.
• Setelah itu, dari akun overhead pabrik kendali akan mengurangi jumlah overhead
yang dibebankan ke seluruh pekerjaan.
• Sebagai contoh, bahan sisa dari pekerjaan nomor 432 dijual seharga Rp210.000.
• Jurnal untuk mencatat adalah sebagai berikut.
AKUNTANSI PRODUK RUSAK, CACAT,
BAHAN SISA, DAN BAHAN SISA BUANGAN
Kas 210.000
Overhead pabrik kendali 210.000
• Metode ini sederhana dan tepat digunakan jika hampir seluruh pekerjaan menghasilkan
bahan sisa.
2. Dibebankan pada Pekerjaan Tertentu
• Pada metode ini, nilai penjualan bahan sisa akan mengurangi secara langsung saldo
pada akun produk dalam proses.
• Metode ini digunakan jika bahan sisa jarang terjadi dan terjadi hanya pada pekerjaan-
pekerjaan tertentu saja.
• Sebagai contoh, dengan menggunakan informasi pada pekerjaan nomor 432.
• Jurnal yang digunakan adalah sebagai berikut.
Kas 210.000
Produk dalam proses - #432 210.000
• Umumnya bahan sisa tidak dicatat pada akun khusus, yaitu sediaan bahan sisa. Akun ini
hanya digunakan jika bahan sisa memiliki nilai yang material.
L. AKUNTANSI BAHAN SISA BUANGAN
• Bahan sisa buangan adalah bahan sisa yang berasal dari proses produksi dan tidak dapat
digunakan lagi maupun dijual.
• Perusahaan tidak mendapatkan kas dari bahan sisa buangan ini karena memang tidak
memiliki harga, sebaliknya perusahaan harus mengeluarkan biaya untuk membuang
bahan sisa ini.
AKUNTANSI PRODUK RUSAK, CACAT,
BAHAN SISA, DAN BAHAN SISA BUANGAN
• Sebagaimana akuntansi bahan sisa, terdapat dua metode perlakuan bahan sisa
buangan ini, yaitu biaya untuk membuang bahan sisa ini dibebankan ke seluruh
pekerjaan dan hanya dibebankan pada pekerjaan tertentu.
• Jurnal yang digunakan adalah sebagai berikut.

1. Dibebankan pada seluruh pekerjaan:


Overhead pabrik kendali xxx
Utang dagang xxx

2. Dibebankan pada pekerjaan tertentu:


Produk dalam proses - #A xxx
Utang dagang xxx
LATIHAN
1) Jelaskan apa yang dimaksud dengan sistem kos pekerjaan - order. Berikan contoh
perusahaan yang menggunakan sistem kos ini!
2) Sebut dan jelaskan karakteristik dalam sistem kos pekerjaan - order!
3) Jelaskan fungsi dari kartu kos pekerjaan!
4) Jelaskan fungsi dari formulir permintaan bahan!
5) Jelaskan bagaimana perhitungan kos per unit setiap pekerjaan dapat dilakukan dalam sistem
kos pekerjaan - order!
6) Sebutkan dokumen apa yang digunakan oleh bagian produksi untuk meminta barang ke
gudang. Sebutkan informasi apa saja yang harus ada dalam dokumen atau formulir tersebut!
7) Jelaskan bagaimana perbedaan penggunaan bahan baku dan bahan penolong secara
akuntansi dalam sistem kos pekerjaan?
8) Jelaskan bagaimana perbedaan penggunaan tenaga kerja langsung dan tenaga kerja
taklangsung secara akuntansi dalam sistem kos pekerjaan?
9) Berikut ini informasi kos produksi yang digunakan untuk memproduksi pekerjaan nomor 555:
a) Bahan baku sebesar Rp5.550.000 (nomor formulir permintaan bahan: 78).
b) Sebelas jam dibutuhkan setiap harinya (total lima hari yang dibutuhkan) untuk
menyelesaikan pekerjaan nomor 555). Tarif upah adalah Rp7.500 per jam.
c) Overhead pabrik dibebankan sebesar 80% dari kos tenaga kerja langsung.
Jumlah unit yang dikerjakan sebanyak 24 unit berupa rak besi kecil tipe A-11 dan merupakan
pesanan PT Megah Cipta Persada (nomor order: PO-231). Pekerjaan tersebut diorder pada
tanggal 27 Januari dengan harga total Rp9.525.000 dan dijanjikan pada tanggal 4 Februari
produk akan diserahkan. Pekerjaan dimulai sehari setelah order diterima. Pekerjaan dapat
diselesaikan pada tanggal 3 Februari dan diserahkan pada pelanggan tanggal 4 Februari.
Diminta: Menggunakan informasi tersebut dan gunakan asumsi bahwa biaya penjualan dan
administrasi 3% dari nilai penjualan, buatlah kartu kos pekerjaan untuk pekerjaan nomor 555.
LATIHAN
10) Berikut ini merupakan informasi kos yang digunakan untuk memproduksi pekerjaan nomor 99
pada PT Sejahtera Persada:

Diminta: Berdasarkan informasi di atas:


a) Buatlah jurnal untuk mencatat informasi di atas. Perusahaan memiliki kebijakan bahwa
selisih overhead pabrik dibebankan pada kos produk terjual.
b) Hitunglah berapa kos produk terjual, setelah mempertimbangkan adanya selisih
overhead pabrik.

11) Jelaskan apa yang dimaksud dengan produk rusak dan berikan contohnya!
12) Jelaskan apa yang dimaksud dengan produk cacat dan berikan contohnya!
13) Jelaskan apa yang dimaksud bahan sisa dan berikan contohnya!
14) Jelaskan apa yang dimaksud dengan bahan sisa buangan dan berikan contohnya!
LATIHAN

15) PT Tajam Abadi menerima pesanan pembuatan 2.000 pisau dengan desain
khusus dari CV Lading Landep. Berikut ini adalah kos produksi per unit untuk
memproduksi 2.000 unit pisau:

Bagian penjaminan kualitas menemukan terdapat 150 pisau yang merupakan


produk cacat. Untuk itu, diperlukan perbaikan agar pisau tersebut menjadi
produk yang normal. Diperkirakan untuk setiap unit produk cacat yang
diperbaiki dibutuhkan tenaga kerja langsung sebesar Rp4.000 ditambah
overhead pabrik (sesuai tarif).
Berdasarkan informasi tersebut hitunglah:
a) Kos perbaikan kembali dan akun yang dibebankan dengan asumsi produk
cacat ini adalah normal.
b) Kos perbaikan kembali dan akun yang dibebankan dengan asumsi produk
cacat ini adalah abnormal.

Anda mungkin juga menyukai