Laporan Praktikum Fitokimia Fraksinasi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

FRAKSINASI SIMPLISIA DAUN SIRIH HUTAN

Dosen pengampu :

Disusun ole :

1. Santika 20012029

2. Retno Shafitri 200120

Tanggal Praktikum November 2021

PROGRAM STUDI S1 FARMASI REGULER KHUSUS

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI DAN


FARMASI BOGOR 2021
FRAKSINASI SECARA EKSTRAKSI CAIR-CAIR

1. TUJUAN

Mahasiswa dapat melakukan fraksinasi ekstrak tumbuhan dengan


ekstraksi cair-cair.

2. DASAR TEORI
Fraksinasi merupakan proses pemisahan antara zat cair denga zat
cair. Fraksinasi dilakukan secara bertingkat berdasarkan tingkat kepolaran,
yaitu daru non polar, semi polar dan polar. Senyawa yang memiliki sifat non
polar akan larut dalam pelarut non polar, yang semi polar akan larut dalam
pelarut semi polar dan yang bersifat polar akan larut dalam pelarut polar
(Harborne, 1987). Fraksinasi ini umumnya dilakukan dengan metode corong
pisah atau kromatografi kolom. Kromatografi kolom merupakan salah satu
metode pemurnian senyawa dengan menggunakan kolom (Trifani, 2012).
Corong pisah merupakan peralatan laboratorium yang digunakan untuk
memisahkan komponen-komponen dalam camuran antara dua fase pelarut
yang memiliki massa jenis berbda yang tidak bercampur (Haznawati, 2012).
Umumnya salah satu fase berupa larutan air dan yang lain berupa pelarut
organik lipofilik seperti eter, MTBE, diklormetana, kloroform atau etil
asetat. Kebanyakan pelarut organik berada diatas fase air kecuali pelarut
yang memiliki atom unsur halogen.

Corong pisah berbentuk kerucut yang ditutupi setengah bola. Corong


pisah mempunyai penyumbat diatasnya dan keran dibawahnya. Corong
pisah yang digunakan dalam laboratorium terbuat dari kaca borosilikat dan
kerannya terbuat dari kaca ataupun teflon. Ukuran corong pisah bervariasi
antara 50ml sampai 3 liter. Untuk menggunakan corong ini, campuran dua
fase pelarut dimasukkan kedalam corong dari atas dengan corong keran
tertutup. Corong ditutup dan digoyangkan dengan kuat untuk membuat fase
larutan tercampur. Corong dibalik dan keran dibuka untuk melepaskan
tekanan uap yang berlebihan. Corong kemudian didiamkan agar pemisahan
antara dua fase berlangsung. Lalu penyumbat dan keran corong dibuka. Dua
fase larutan dipisahkan dengan mengontrol keran pada corong pisah.

Macam-macam proses farksinasi :

a. Proses fraksinasi kering


Farksinasi kering adalah suatu proses fraksinasi yang didasarkan
pada berat molekul dan komposisi dari suatu material. Proses ini lebih
murah dibandingkan dengan proses lain, namun hasil kemurnian
fraksinasinya rendah.

b. Proses fraksinasi basah

Fraksinasi basah adalah suatu proses fraksinasi denga menggunakan


zat pembasah atau dsebut proses hydrophilization atau detergen proses.
Hasil fraksinasi dari proses ini sama dengan proses fraksinasi kering.

c. Proses farksinasi dengan solvent

Adalah suatu proses fraksinasi dengan menggunakan pelarut.


Dimana pelarut yang digunakan adalah aseton. Proses fraksinasi ini lebih
mahal dibandingkan denga proses fraksinasi lainnya karena menggunakan
bahan pelarut.

d. Proses fraksinasi dengan pengembunan

Merupakan proses fraksinasi didasarkan pada titik didih dari suatu


zat atau bahan sehingga dihasilkan suatu produk dengan kemuarnian yang
tinggi. Fraksinasi pengembunan ini membutuhkan biaya yang cukup tinggi
namun proses produksinya lebih cepat dan kemurniannya lebih tinggi.

Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik


pemisahan tertentu. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan
dua fase yaoitu fase tetap (stationary) dan fase gerak (mobile). Pemisahan
tergantung pada gerakan relatif dari dua fase tersebut. Cara kromatografi
dapat digolongkan ssesuai dengan sifat dari fase tetap yang dapat berupa zat
padat atau zat cair. Jika fase ditetapkan berupa zat padat maka cara tersebut
dikenal denga kromatografi serapan. Jika zat cair dikenal sebagai
kromatografi partisi. Karena fase geraknya dapat berupa zat cair atau zat gas
maka semua ada 4 macam sistem kromatografi yaitu kromatografi serapan,
yang terdiri dari kromatografi lapis tipis dan kromatografi penukar ion,
kromatografi padat, kromatografi partisi dan kromatografi kolom kapiler
( Hostatman dkk, 1993).

Kromatografi lapis tipis (KLT) adalag suatu contoh kromatografi


planar. Fase diam berbentuk lapis tipis yang melekat pada gelas atau kaca,
plastik, alumunium. Sedangkan fase eraknya berupa cairan atau campuran
cairan, biasana pelarut organik dan kadang – kadang juga air. Fase diam
yang berupa lapisan tipis ini dapat dibuat dengan membentangkan atau
meratakan fase diam diatas plat atau lempengan kaca p;astik maupun
alumunium.

Sifat fase diam yang satu dengan yang lain berbeda karena
strukturnyam ukurannnya, kemurniannya, zat tambahan sebagai pengikat
dan lain – lain. Silika gel merupakan fase diam yang digunakan pada KLT.
Silika gel memiliki bervariasi ukuran dengan diameter 10-40µm dan luas
permukaan dengan ukuran 300-1000 m2/g. Bersifat higroskopis, pada
kelembaban relatif 45-75% dapat mengikat air 7-20%. Silika gel dengan
pengikat dan indikator flouresensi. Jenis silika gel ini memiliki bahan
tambahan zat berfluorensi yang bila diperiksa dibawah lampu UV a, panjang
atau pendek. Sebagai indikator digunakan timah kadmium sulfida atau
mangan timah silikat. Jenis ini disebut dengan silika gel GF atau silika gel
GF 254 (berfluorensasi pada panjang gelombang 25nm).

Fase gerak yang digunakan biasanya adalah pelarut organik atau


dapat juga digunakan satu macam pelarut organik saja atau campuran . fase
gerak merupakan campuran pelarut organik dengan air maka mekanisme
pemisahan adalah partisi. Pemilihan pelarut organik sangat penting karna
akan menentykan keberhasilan pemisahan. Pendekatan polaritas adalah yang
paling sesuai dengan pemilihan pelarut senyawa polar akan lebih mudah
terelusi oleh fase gerak yang bersifat polar dan pada fase gerak yang non
polar.

Sampel atau cuplikan dilarutkan dalam pelarut yang sesuai. Air


digunakan hanya bila tidak dapat dicari pelarut organik yang sesuai. Pada
umumnya ditototlkan 1-20µl larutan yang megandung 50-100µg sampel tiap
bercak untuk kromatografi absorbsi dan 5-20 µg sampel untuk kromatografi
partisi. Penotolan dilakukan dengan gelas kapiler atau dengan pipet mikro.
Jika untuk keperluan kuantitatif digunakan quantitative microsyringe. Pada
plat KLT sampel ditotolkan sebagai bercak bulat atau garis 1,5-20cm ditepi
bawah. Untuk memudahkan penotolan bercak dibuat garis lemah dengan
pensil disebut dengan garis awal. Pada garis awal ditotolkan bercak dengan
garis 3-6mm dan diusahakan bercak diameternya seragam. Penotolan
dilakukan berulang dan hati-hati agar plat tidak rusak. Penotolan sampel
terlalu banyak menyebabkan bercak hasil pengembangan tidak bulat
(asimetri) dan perubahan harga Rf. Jika totolan sampel lelah kering maka
plat siap dielusikan.

KLT dikembangkan dengan cara menarik dalam bejana (chamber)


pengembang dari gelas. Dalam bejana dimasukkan fase gerak hingga
kedalaman 0,5cm pada dinding sebelah dalam bejana ditempelkan kertas
saring setinggi 20cm yang ujung bawah tercelup dalam fase diam. Fase
diam akan merambat keatas saring, sehingga ruang dalam bejana tertutup
inilebih cepat dijenuh dengan uap pelarut. Setelah semua ruangan bejana
penuh dengan fase uap gerak, plat KLT dimasukkan dalam bejana dan
dimulai pengembangan. Fase gerak akan merambat naik membawa
komponen sampel. Kecepatan merambat tiap komponen berbeda tergantung
kekuatan ikatan hidrogen yang terjadi antara fase diam, senyawa komponen,
fase gerak. Komponen yang membentuk ikatan hidrogen lebih kuat dengan
fase akan terelusi lebih cepat dan sebaliknya jika ikatan hidrogen lebih kuat
dengan fase diam, komponen akan merambat lambat. Pengembangan
dihentikan saat fase gerak menapai jarak tertentu, biasanya 1cm sebelum
ujung akhir plat yang biasanya sudah ditandai sebelum pengembangan. Bila
telah mencapai garis akhir plat diangkat dikeluarkan dari bejana.

Cara mengamati bercak pada KLT dapat digolongkan menjadi dua


yaitu dengan cara merusak atau mereaksikan komponen senyawa yang ada
bercak itu dan kedua tanpa atau merusak komponen, teksnik pertama
merupakan penyemprotan pereaksi penanda. Contoh pereaksi semprot yang
umum untuk senyawa organik adalah asam sulfat dalam metanol.
Selanjutnya bercak dipanaskan dalam oven pada suhu 110◦C selama 10
menit. Perubahan bercak selama pemanasan menjadi bercak warna hitam.
Pada dasarnya adalah reaksi oksidasi pada senyawa organik oleh asam
sulfat. Pereaksi semprot dapat degan larutan iodium dengan cara
memasukkan plat kedalam bejana yang berisi uap iodium. Cara kedua yang
tidak merusak komponen atau senyawa bercak. Untuk senyawa berwarna
atau berpendar dibawah lampu UV (berflourensadu) menggunakan silika
tanpa tambahan zat terpendar. Sedangkan untuk senyawa yang tidak
berpendar dibawah lampu UV deigunakan fase diam dengan tambahan zat
berpendar.

Terjadinya pemisahan senyawa obat dalam campuran obat atau


produk berdasarkan kelarutan dan absorbsi dari senyawa obat yag terdiri
dari sistem fase gerak dan fase diam mengakhibatkan masing – masing
senyawa obat campuran menghasilkan kromatogram dengan jarak tempuh
yang berbeda yang dinyatakan dengan harga Rf yang bersifat karakteristik
untuk setiap obat.

Nilai Rf dapat dihitung dengan jarak yang ditempuh senyawa obat


dari garis awal dibagi dengan jarak yang ditempuh senyawa obat oleh fase
gerak dari garis awal. Harga Rf berkisar antara 0 – 0,999.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi gerakan noda dalam KLT


yang dapat mempengaruhi nilai Rf yaitu :
1. Struktur senyawa yang dipisahkan.
2. Sifat absorben dari derajat aktivasinya.
3. Tebal dan kerapatan lapisan absorben.
4. Pelarut fase gerak dan uap dalam bejana.
5. Teknik percobaan dapat dilakukan dari bawah ke atas atau dari atas
kebawah.
6. Jumlah duplikasi yang digunakan penetasan jumlah cuplikan yang
berlebih memberikan pendensi penyebab noda dengan kemungkinan
terbentuk ekor.
7. Suhu untuk mencgah perubahan dalam komposisi pelarut yang
disebabkan oleh penguapan atau perubahan fase.

3. ALAT DAN BAHAN

Alat

 Beaker glass
 Erlenmeyer
 Corong pisah
 Gelas ukur
 Rotari evaporator

Bahan

 Ekstrak hasil maserasi daun sirih hutan


 N-heksan
 Etil asetat
 Aquadestilata
 Etanol 96%

4. CARA KERJA
1. Ekstrak kental dilarutkan dalam aquades sebanyak 300 ml hingga
larut.
2. Ditambahkan n-Heksan sebanyak 100 ml ke dalam corong pisah.
3. Campuran digojog selama 15 menit, biarkan hingga membentuk dua
lapisan terpisah yakni fraksi air dan fraksi n-Heksan.
4. Penambahan n-Heksan dan penggojogan diulangi sebanyak 3 kali.
5. Fraksi air kemudian ditambah dengan etil asetat dengan volume
yang sama banyak ke dalam corong pisah dan digojog selama 15
menit hingga membentuk dua lapisan.
6. Penambahan etil asetat dan penggojogan diulang sebanyak 3 kali.
7. Maka didapatlah tiga fraksi yaitu fraksi air, n-heksan dan etil asetat.
Masing-masing fraksi sealnjunya dipekatkan di atas water bath pada
suhu 100ºC.

Anda mungkin juga menyukai