Uas Perbandingan Sistem Dakwah-1
Uas Perbandingan Sistem Dakwah-1
Uas Perbandingan Sistem Dakwah-1
NIM : 11740424375
MATKUL : UTS DAN UAS Sistem Perbandingan Dakwah
1
Kelahiran NU diawali proses yang panjang sebelumnya.
Bermula dari munculnya gerakan nasionalisme yang antara lain
ditandai dengan berdirinya SI (sebelumnya bernama SDI) telah
mengilhami sejumlah pemuda pesantren yang bermukim di Mekkah
untuk mendirikan cabang perimpunan itu disana. Belum sempat
berkembang mereka segera mudik kembali karena pecah perang dunia.
Namun obsesi mereka masih terus berlanjut setelah mereka menetap
kembali di tanah air.1
1
Kuntowidjoyo, Dinamika Sejarah Ummat Islam Indonesia, (Yogyakarta: Salahuddin
Press, 1985), hlm 6
2
juga tidak dilibatkan sebagai delegasi dalam Mu'tamar 'Alam Islami
(Kongres Islam Internasional) di Mekkah yang akan mengesahkan
keputusan tersebut. Sumber lain menyebutkan bahwa K.H. Hasyim
Asy'ari, K.H. Wahab Hasbullah dan sesepuh NU lainnya melakukan
walk out.
3
ini kemudian dikembangkan dengan rumusan yang lebih operasional
yang disebut dengan jihad fii sabiilillah.2
4
pendidikan, social dan ekonomi. Ini ditandai dengan pembentukkan
Nahdatul Watan, Taswi-rul Afkar, Nahdatut Tujjar, dan Ta’mirul
Masajid. Aspek keempat ialah motif politik yang ditandai semangat
nasionalisme ketika pendiri NU itu mendirikan cabang SI di Mekkah
serta obsesi mengenai hari depan negeri merdeka bagi ummat Islam.3
2. Kerangka Berfikir NU
NU menganut paham Ahlussunah waljama'ah, sebuah pola
pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrim aqli (rasionalis)
dengan kaum ekstrim naqli (skripturalis). Karena itu sumber
pemikiran bagi NU tidak hanya al-Qur'an, sunnah, tetapi juga
menggunakan kemampuan akal ditambah dengan realitas empirik.
Cara berpikir semacam itu dirujuk dari pemikir terdahulu seperti Abu
Hasan Al-Asy'ari dan Abu Mansur Al-Maturidi dalam bidang teologi.
Kemudian dalam bidang fiqih lebih cenderung mengikuti mazhab:
imam Syafi'i dan mengakui tiga madzhab yang lain: imam Hanafi,
imam Maliki,dan imam Hanbali sebagaimana yang tergambar dalam
lambang NU berbintang 4 di bawah. Sementara dalam bidang tasawuf,
mengembangkan metode Al-Ghazali dan Junaid Al-Baghdadi, yang
mengintegrasikan antara tasawuf dengan syariat.
3
[3] Hasjim Asj’ari, Ihya’ ‘Amal al-Fudala’ (Kendal: NU Jawa Tengah, 1969), hlm
14
4
M. Ali Haidar., Ibid, hlm 316
5
Dalam menentukan basis pendukung atau warga NU ada
beberapa istilah yang perlu diperjelas, yaitu anggota, pendukung atau
simpatisan dan Muslim tradisionalis yang sepaham dengan NU. Jika
istilah warga disamakan dengan istilah anggota, maka sampai hari ini
tidak ada satu dokumen resmipun yang bisa dirujuk untuk itu. Karena
sampai hari ini tidak ada upaya serius di tumbuh NU di tingkat apapun
untuk mengelola keanggotaannya. Dari segi pendukung atau
simpatisan ada dua cara melihatnya. Dari segi politik, ini bisa dilihat
dari jumlah perolehan suara partai-partai yang berbasis atau
diasosiasikan dengan NU, seperti PKBU, PNU, PKU, Partai SUNI,
dan sebagian dari PPP. Dari segi paham keagamaan maka bisa dilihat
dari jumlah orang yang mendukung dan mengikuti paham kegamaan
NU. Maka dalam hal ini bisa dirujuk hasil penelitian Saiful Mujani
(2002) yiatu berkisar 48% dari Muslim santri Indonesia. Suaidi Asyari
(Nalar Politik NU & Muhammadiyah, 2009) memperkirakan ada
sekitar 51 juta dari Muslim santri Indonesia dapat dikatakan
pendukung atau pengikut paham keagamaan NU. Sedangkan jumlah
Muslim santri yang disebut sampai 80 juta atau lebih merupakan
mereka yang sama paham keagamaannya dengan paham kegamaan
NU. Belum tentu mereka ini semuanya warga atau mau disebut
berafiliasi dengan NU. Mayoritas pengikut NU terdapat di pulau Jawa,
Kalimantan, Sulawesi dan Sumatra. Perkembangan terakhir pengikut
NU mempunyai profesi beragam yang sebagian besar dari mereka
adalah rakyat jelata, baik di kota maupun di desa. Mereka memiliki
kohesifitas yang tinggi karena secara sosial ekonomi memiliki
problem yang sama, selain itu mereka juga sangat menjiwai ajaran
ahlususunnah wal jamaah. Pada umumnya mereka memiliki ikatan
cukup kuat dengan dunia pesantren yang merupakan pusat pendidikan
rakyat dan cagar budaya NU.
6
Basis pendukung NU ini mengalami pergeseran, sejalan
dengan pembangunan dan perkembangan industrialisasi, maka
penduduk NU di desa banyak yang bermigrasi ke kota memasuki
sektor industri. Maka kalau selama ini basis NU lebih kuat di sektor
petani di pedesaan, maka saat di sektor buruh di perkotaan, juga cukup
dominan. Demikian juga dengan terbukanya sistem pendidikan, basis
intelektual dalam NU juga semakin meluas, sejalan dengan cepatnya
mobilitas sosial yang terjadi selama ini. Belakangan ini NU sudah
memiliki sejumlah doktor atau magister dalam berbagai bidang ilmu
selain dari ilmu ke-Islam-an baik dari dalam maupun luar negeri,
termasuk negara-negara Barat. Hanya saja para doktor dan magister ini
belum dimanfaatkan secara maksimal oleh para pengurus NU hampir
di setiap lapisan kepengurusan NU.5
5
M. Ali Haidar,. Ibid, hlm 210
7
4) Di bidang ekonomi, mengusahakan pemerataan kesempatan
untuk menikmati hasil pembangunan, dengan mengutamakan
berkembangnya ekonomi rakyat.Hal ini ditandai dengan
lahirnya BMT dan Badan Keuangan lain yang yang telah
terbukti membantu masyarakat.
5) Mengembangkan usaha lain yang bermanfaat bagi masyarakat
luas. NU berusaha mengabdi dan menjadi yang terbaik bagi
masyrakat.
8
pendekatan budaya sebagai salah satu elemen penting dakwah Islam di
Tanah Air. Sebab, dengan budaya lah agama dapat diterima baik oleh
penduduk pribumi awal kedatangan Islam. Kebudayaan Islam lokal
saat ini kian terancam oleh beragam budaya dan ideologi baik yang
muncul dari kalangan barat ataupun timur. Akibatnya, upaya
memperkenalkan Islam sebagai agama yang damai dan cinta
keindahan justru semakin buram oleh pertarungan budaya tersebut.
9
Kedua, pendekatan kultural, muncul dan berkembangnya “ilmu
kalam” sebagai displin keilmuan Islam yang berkonsetrasi pada
masalah-masalah aqidah dengan menggunakan dalil-dalil ‘aqliyah
(argument rasional) tidak lepas dari faktor internal Islam maupun
faktor eksternal ( terjadinya akulturasi atau persentuhan antara
budaya), seperti perluasan displin keilmuan Islam, ada ilmu tafsir,
ilmu fiqih, ilmu hadist, ilmu nahwu dan lain sebagainya, disamping
berkembangnya ilmu-ilmu non-syariah, seperti filsafat, kedokteran,
ilmu alam, matematika, kimia,dan lain-lain, yang kesemuanya secara
akumulatif memperluas cakrawala pemikiran umat Islam.
10
menjadi kaku, rgid, dan ekslusif, tetapi menjadi lebih terbuka dan
memiliki rasionalitas yang tinggi untuk dapat diterima oleh semua pihak.
Dengan memfokuskan pada penyadaran iman melalui potensi
kemanusiaan, diharapkan ummat dapat menerima dan memenuhi seluruh
ajaran Islam yang kaffah secara bertahap sesuai dengan keragaman sosial,
ekonomi, budaya, politik, dan potensi yang dimiliki oleh setiap kelompok
ummat.
11
bacaan maulid nabi, tahlil, yasinan, manaqib syaikh abdul qodir al-
jaelani, barzanji dan sebagainya sedangkan tidak demikian yang
dilakukan oleh warga muhammadiyah. Ketiga, khutbah sholat eid
dilakukan sebanyak dua kali oleh warga NU sedangkan warga
Muhammadiyah khutbah sebanyak sekali. Keempat, kalimat “allahu
akbar” dalam takbiran hari raya diucapkan sebanyak tiga kali untuk
warga NU sedangkan warga Muhammadiyah melafadzkannya
sebanyak dua kali, kalimat “qod qamat as-sholat” dalam iqomat dibaca
sebanyak dua kali untuk warga NU dan sekali untuk warga
Muhammadiyah. Yang terakhir adalah itsbat penentuan jatuhnya hari
raya, NU memakai dasar rukyah sedangkan Muhammadiyah memaki
hilal sebagai dasarnya.
2) Perbedaan NU dan muhammadiyah dalam hal aspirasi atau orientasi
politik
Partai politik yang senada dengan Muhammdiyah tidak berarti
didirikan oleh Muhammadiyah. Wrga Muhammadiyah memahami
bahwa Muhammadiyah secara historis bukan partai politik, tetapi
organisasi sosial, agama, propaganda dan pendidikan. Di lain sisi,
warga Nahdlatul familiar dengan karakter Nu yang bergumul dengan
partai. Sulit dibedakan apakah partai yang seirama dengan NU
didirikan oleh Kyai tertentu atau tidak.
3) Perbedaan NU dan muhammdiyah dalam hal perspeltif pendidikan
Warga Nahdlatul banyak menghabiskan waktu untuk belajar di
pesantren yang salafi, mengolah sisi emosional dan “sendiko dawah’
pada ucapan kyai atau ulama tanpa banyak pertimbangan logika,
alhasil kurang rasional dan lebih simbolik. Di sisi lain, warga
Muhammadiyah yang banyak mengenyam pendidikan formal terkesan
lebih rasional dan objektif. Mereka memiliki partai yang mereka pikir
benar. Jika dalam perjalanan partai yang dipercaya tersebut tidak
12
sesuai dengan rasio mereka, maka warga Muhammadiyah akan
meninggalkan partai tersebut.
4) Perbedaan nu dan muhammadiyah dalam metode ijtihad
Nu memakai metode Bahtsul masail untuk menyesalaikan
masalah yang dihadapi warga Nahdliyin. Metode ni menekankan
pendekatan cultural untuk menjaga nilai yang dahulu yang sudah baik
dan mengambil nilai baru yang lebih baik dari masa mendatang,
pendekatan ini menerima pendekatan “cultutal and local wisdom”
dengan cara mengubah isi dari cultural dan vocal wisdom tersebut
dengan nilai-nilai al-Qur’an dan Sunnah. Di laain sisi,Majlis tarjih
Muhammadiyah yang disebut “tajdid” menekankan pendekatan murni
kepada Al-qur’an dan As-Sunnah. Tujuannya adalah untuk
menemukan dan memurnikan kembali ajaran Al-Qur’an dan as-
Sunnah dari serangan TBC (takhatul, bid’ah, churafat). Ini sesuai
dengan jargon yang di usung warga Muhammadiyah yang berbunyi
“”back to Qur’an and Hadist
Di dalam makalah jama’ah tabligh dan salafi Sedikitnya ada empat prinsip
dalam jamaah tabligh yang paradoks dengan gerakan dakwah islam lain :
Pertama, menurut Jamah Tabligh, pada saat ini pintu ijtihad sudah
ditutup. Sebab menurut Jamaah Tabligh, syarat-syarat ijtihad yang
dikemukakan ulama salaf sudah tidak ada lagi di kalangan ulama saat ini.
Karena itu, ada keharusan bagi kaum muslimin untuk bertaklid. Pemikiran
sangat bertentangan dengan pemikiran Muhammad Abduh, pemikir muslim
13
dari mesir, yang membuka pintu ijtihad seluas-luasnya agar kaum muslimin
dapat maju.
Sedangkan pokok ajaran dari ideologi dasar Slafi adalah bahwa Islam
telah sempurna dan selesai pada waktu masa Muhammad SAW dan sahabat-
sahabatnya, oleh karena itu tidak dikehendaki inovasi yang telah ditambahkan
pada abad nanti karena material dan pengaruh budaya sudah tidak ada lagi di
kalngan ulama saat ini. Karena itu, ada keharusan bagi kaum muslimin untuk
14
bertaklid. Pemikiran sangat bertentangan dengan pemikiran Muhammad
Abduh, pemikir muslim dari Mesir, yang membuka pintu ijtihad seluas-luasna
agar kaum muslimin dapat maju.
7
http ://www.nu.or.id/dinamic_detil/4/32537/kolom/Jamaah_Tabligh.html. (diakses pada
tanggal 01-03-2017).
15
Pada tanggal 14 oktober -18 oktober Badan Pencara Fakta
DPP-FPI mengadakan investigasi kasus peneroran, pembantaian,
dan pembunuhan para ulama, kyai, ustadz, dan beberapa guru
pengajian dengan dalih dukun santet di beberapa wilayah di jawa
Tengah dan jawa Timur antara lain di Demak, Pasuruan, Jember,
Purbalingga, dan Banyuwangi yang dipimpin langsung oleh ketua
Umum FPI Habib Muhammad Razieq bin Husein Syihab.
Pada tanggal 21 oktober DPP-FPI mengeluarkan penyataan
sikap dan seruan tentang hasil kerja Badan Pencari Fakta DPP-FPI
dari tanggal 14-18 oktober 1998. Berbarengan dengan hal tersebut
di atas DPP-FPI menyampaikan pernyataan sikap dan seruannya
kepada Presiden Republik Indonesia tentang “Kasus Ninja”. DPP-
FPI mengumumkan bahwa pencantuman nama Front pembela
Islam sebagai penanggung jawab buku yang berjudul Bangkitnya
Kembali Marxisme, Leninisme / Komunisme di Indonesia setelah
halaman yang ditulis oleh Abdul Ghazwah diterbitkan di Jakarta,
Media Oktober 1998, adalah tidak benar.
Pada tanggal 28 oktober DPP-FPI mengeluarkan “Seruan Jihad
FPI” terhadap “Pasukan Ninja” yang isinya menerangkan bahwa
pelaku/ dalang/ penyandang dana dan atau siapapun yang terlibat
dalam aksi ninja dalam penteroran terhadap ulama adalah halal
untuk ditumpahkan darahnya. 7 November mengeluarkan
pernyataan sikap yang mendukung sepenuhnya pelaksanaan sidang
istimewa MPR 1998. 12 November DPP-FPI mengeluarkan surat
pernyataan tentang tuntutan penanggungjawaban Orde Baru.
Pada tanggal 14 November DPP-FPI menyampaikan sikap
solidaritas kepada angkatan mahasiswa reformasi Indonesia
sebagai Front terdepan dalam perjuangan Rakyat Indonesia. 22
November Insiden Ketapang, Gajah Mada, Jakarta Pusat, oleh
16
sejumlah kurang lebih 600 orang preman Ambon. Laskar Pembela
Islam berhasil memukul mundur penyerang, dipimpin langsung
oleh Imam Besar Laskar FPI, KH. Tb. M.Siddiq AR, dibawah
komando ketua umum FPI.
Pada tanggal 26 November DPP-FPI mengeluarkan kronologi
Insiden Ketapang, tentang diserangnya perkampungan muslim
oleh sejumlah preman Ambon non-muslim yang menghancurkan
sebagian bangunan masjid Khairul Biqa’. Hal ini disampaikan
langsung dalam tatap muka dengan komisi A DPRD DKI Jakarta.
1 Desember DPP-FPI mengeluarkan penyataan sikap tentang
Insiden Kupang, Nusa Tenggara Timur yang intinya “mengecam,
mengutuk, dan melaknat tindakan sekelompok orang Kristen
Radikal yang telah merusak/ membakar sejumlah masjid dan
membantai / membunuh/ menganiaya sejumlah umat muslim. 16
Desember FPI beserta ormas-ormas Islam lainnya di tugu
Monumen Nasional berunjuk rasa dan mengeluarkan pernyataan
sikap tentang penutupan tempat-tempat maksiat menghadapi bulan
suci Ramadhan 1419 H / 1998 M.
2. Tahun 1999
Tanggal 5 januari DPP-FPI mengeluarkan surat dukungan
perjuangan kepada santri dan warga kelurahan Rawa Buaya,
Kecamatan Jati Negara, Jakarta Timur, dalam memperjuangkan
amar ma;ruf nahi mungkar dengan usaha menutup, tempat-tempat
maksiat d lingkungan sekitarnya yang menjadi sarang minuman
keras, perjudian, pelacuran, dan premanisme yang telah
mengganggu kamtibnas serta merusak nilai-nilai agama dan sosial
kemasyarakatan.
17
21 Januari DPP-FPI berkunjung ke Mabes TNI di Cilangkap
untuk menekan TNI agar menuntaskan kasus Ambon. 29 Maret
DPP-FPI mengutus delegasi yang dipimpin oleh sekjen FPI,KH.
Drs. Misbahul Anam untuk menyampaikan surat kepada Jenderal
Polisi Roesmanhadi perihal permohonan pemeriksaan mantan
Menhamkan / pangab RI Jend. (purn) L.B. Moerdani dan kroni-
kroninya tenang keterlibantannya dalam beberapa kerusuhan
sebagaimana diberitakan oleh sebuah majalah Far Eastern
Economic Review (FEER) yang terbit di Hongkong.
Pada tanggal 11 April Mobil ketua Umum FPI Habib
Muhammad Rizieq Syihab ditembaki oleh orang yang tak dikenal.
17 April Laskar Pembela Islam mengeluarkan pernyataan sikap
bersama ormas yang lainnya yang berisi mengutuk pelaku
pemboman masjid istiqlal, dan menuntut kepada pihak kepolisan
agar mengusut secara tuntas pelaku pemboman tersebut. 24 Mei
DPP-FPI dengan laskarnya berhasil menangkap oknum Mahasiswa
Universitas Tarumanegara yang bernama Pilipus Cimieuw yang
tekah menurunkan spanduk FPI yang dipasang di jembatan
penyebrangan didepan kampusnya karena tersinggung dengan isi
tulisan spanduk yang berbunyi “awas waspada! Zionisme dan
komunisme masuk di segala sektor kehidupan”. Dua rekannya,
Mario dan Iqbal melarikan diri.
Pada tanggal 30 Mei DPP-FPI mengeluarkan sikap politik
“netral terarah” dalam menghadapi pemilu 7 Juni. DPP-FPI
mengeluarkan fatwa tentang ‘keharaman” memilih partai yang
menetapkan calon legislatif non-muslim dalam pemilu 1999
melebihi15 %. Awal juni tim pengkaji masalah Aceh DPP-FPI
membnuat konsep penyelesaian masalah Aceh, mulai dari
pemberdayaan ekonomi sampai dengan pemberlakuan Syariat
18
Islam. 2 Juni DPP-FPI dan Fpi berunjuk rasa di depan Mapolda
Metro Jaya mengeluarkan pernyataan sikap tentang Islam dan
Ummat Islam dihapus.
Pada tanggal 6 Juni malam hari sebelum pemilu 1999, FPI
menyelamatkan 18 ustadz yang terbagi dibeberapa wilayah ibu
kota dan sekitarnya, karena telah dianiaya oleh sejumlah kader PDI
Perjuangan yang telah tersinggung oleh seruan dan fatwa beberapa
ormas Islam. 24 Juni DPP-FPI mengeluarkan pernyataan sikap
tentang “penolakan calon presiden wanita”. 28 Juni DPP-FPI
mengeluarkan “ pelurusan berita” tentang FPI menjenguk
Soekarno yang dimuat di beberapa media massa ibu kota adalah
fitnah. 14 Juli konsep FPI tentang masalah Aceh dibahas oleh
sejumlah petinggi TNI di Cilangkap, dan mendapat respon yang
positif, kemudian diserahkan kepada pemerintahan pusat yang juga
mendapat respon yang baik.
Pada tanggal 22 Agustus DPP-FPI, FPI dan simpatisan
mengadakan pawai akbar keliling ibu kota Jakarta dengan nama
“Pawai Anti Maksiat” yang beteam “Meraih Taat, Mencampak
Maksiat dalam Rangka Menuju Indonesia Baru Religius”. Dimulai
dari markas Besar FPI di petamburan, Tanah Abang, Jakarta Pusat
dan berakhir dikampung Utan, Ciputat, Jakarta Selatan. 23
Agustus FPI mengeluarkan surat pernyataan protes FPI terhadap
TVRI yang memberitakan bahwa pawai keliling ibu kota Jakarta di
lakukan FPI sehari sebelumnya adalah pawai politik dalam
mendukung salah satu calon presiden.
Pada tanggal 27 Agustus DPP-FPI mengeluarkan suat
pemberitahuan yang dimuat dibeberapa media ibukota tentang
“Penjelasan Pawai Akbar FPI”, sehubungan dengan terjadinya
ketegangan antara Gerakan Pemuda Ka’bah (GPK) dan FPI
19
sebagai anak organisasi FPI, 13 September FPI menutup beberapa
tempat perjudian di daerah petejo.8
3. Perkembangan sistem dakwah FPI
Pengalaman Syari’ah Islam harus dilakukan secara bersih
dan benar. Berdasarkan kepada aqidah yang bersih dari
kemusrikan dalam berbagai bentuknya. Diantara bentk
kemusyrikan yang tersebar di negara yang penduduknya
mayoritasummat Islam ini ialah sistem Demokrasi Sekuler yaitu
meninggalkan / menolak Allah SWT.sebagai sumber hukum.
Kepemimpinan ummat harus bersih dari pimpinan kaum kafirin
yang ingkar kepada Allah, termasuk orang munafiq dan orang
yang berpandangan sekuler.
Syari’at Islam harus ditegakkan secara menyeluruh
(kaffah). Syariah Islam wajid ditegakkan secara menyeluruh di
semua bidang kehidupan manusia, meliputi syari’at yang terkait
dengan masalah individual-ritual seperti ibadah mahdhah, masalah
kekeluarga seperti hubungan suami-istri anak dan waris, dan
masalah sosial-kenegaraan seperti memilih pemimpin, menetapkan
hukum positif, dan mengatur kehidupan ekonomi negara. Tidak
boleh satupun aspek syari’at Islam yang diabaikan atau sengaja
dibekukan dengan berbagai dalih dan kepenting.9
B. Ikhwanul Muslimun
Metode Dakwah Ikhwanul Muslimin
Hasan al-Banna mengatakan bahwa tiga aspek penting dalam
dakwah ikhwanul muslimin, aspek tersebut ialah ilmu, tarbiyah dan
jihad. Tiga aspek ini merupakan aspek yang sangat urgen dalam
8
Mietzner,Marcus.2006.The Politicis of militari reform in post-suharto indonesia :Elite conflic
nationalism, and intitutional Resistance, Washington : center washington
9
Riziek, Muhammad Habib.2004.Dialog amar ma’ruf nahi mungkar,Jakarta : CV Ibnu Sidah
20
dakwah, maka agar dakwah sampai kepada tiga aspek tersebut
haruslah dilakukan dengan metode-metode berikut:
1. Metode halaqah
Melalui metode ini ikhwan dapat mewujudkan penyebaran
Islam tanpa rasa takut dan dapat mengerahkan segala
potensi anggotanya ke jalan yang bermanfaat, sehingga
mendapat tsaqafah Islamiyah secara sempurna. Sistem
halaqah ini juga untuk menciptakan opini publik yang baik.
Ia membuka jalan agar ikhwan dapat masuk ke masyarakat.
2. Metode Usrah
Metode usrah merupakan dakwah ikwanul muslim yang ke
dua, adapun metode ini dibagi menjadi dua macam yaitu:
1) Metode usrah takwin yang berfungsi mendidik
anggota secara Internal
2) Usrah ‘amal yang berfungsi untuk menggali potensi
anggota dalam amal sehari-hari yang mengarah
pada realisasi ajaran Islam.
3. Usrah Amal untuk mewujudkan strategi jihad
1) Jihad siyasi
2) Jihad mali
3) Jihad ta’limi
4) Jihad lisani
5) Jihad bi al yad[19]
21
1) Adanya aktivitas dakwah
2) Memiliki keistimewaan kepribadian yang jelas dan
memiliki kepribadian yang konkrit
3) Memiliki kepemimpinan yang berkesadaran tinggi,
bijak serta sasaran dan metodenya jelas
4) Memiliki pendukung yang setia yang siap membawa
misi dengan keyakinan dan komitmen yang tinggi
5) Tujuan jelas
6) Cara-untuk mencapai tujuan jelas, diketahui tahapan-
tahapan dan langkah-langkahnya
7) Mempunyai sikap yang jelas terhadap isu-isu yang
beredar.
22
1) memperbaiki pribadi (Islah an-Nafs), dengan tujuan yang pertama ini
nantinya akan terbentuk fisik yang kuat, akhlak yang mulia,
berintelektual, mampu berusaha, beraqidah lurus dan taat dalam
beribadah
2) membentuk rumah tangga yang Islami (Ishlah al-Bait al-Muslim),
terbetuknya keluarga yang islami akan mampu membawa keluarganya
berpegang teguh kepada pemikiran dan etika Islamdi dalam setiap
perilaku kehidupan rumah tangga
3) mengayomi masyarakat (Islah al-Mujtama) mengembangkan misi
kebaikan dan memerangi kerusakan dan kemungkaran
4) membebaskan bagsa (Tahrir al-Wathan), segala bentuk penjahan
kekuatan asing non-islam dalam semua aspek
5) memperbaiki pemerintahan (Islah al-Hukumah), berlandaskan Islam.
6) Mengembalikan kekuatan internasional ke tangan umat Islam dengan
cara membebaskan negara-negara islam yang terjajah serta
membangun kejayaannya.
7) Memimpin dunia, yakni dengan menyebarkan dakwah secara
menyeluruh ke setiap daerah-daera, sehingga tidak ada lagi penyesatan
dan fitnah terhadap agama Allah.
1) Karena Menyeru dengan seruan Allah, yaitu seruan yang paling tinggi
2) Karena menyerukan fikrah Islam, yaitu fikrah yang paling kuat
3) Karena Ikhwan mempersembahkan kepada manusia syari’at al-Qur’an,
yaitu syari’at yang paling adil
4) Karena manusia membutuhkan ketiga hal diatas. Ketiganya erat
dengan kebahagian dan kesengsaraan manusia.
23
Dari segi bahasa, Ikhwanul Muslimun berasal dari dua lafal
yaitu al-Ikhwan yang merupakan jama’ dari al-akh “saudara atau
persaudaraan” dan al-Muslimin yang merupakan bentuk jama’ dari
Muslim “orang-orang yang beragama Islam atau orang-orang yang
berserah diri, patuh, dan tunduk kepada Allah agar selamat dan
sejahtera di dunia dan akhirat” (Makluf, 1986 : 5 dan Munawir,1984 :
13)
24