Uas Perbandingan Sistem Dakwah-1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 24

NAMA : Nurhayani Br Ritonga

NIM : 11740424375
MATKUL : UTS DAN UAS Sistem Perbandingan Dakwah

1. Jelaskan perbandingan sistem dakwah NU dan MUHAMMADIYAH, baik


secara explisit maupun inplisit ?
A. Sistem dakwah NU
1. Sejarah Singkat NU (Nahdlatul Ulama)
Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama atau Kebangkitan
Cendekiawan Islam), disingkat NU, adalah sebuah organisasi Islam
yang terbesar di Indonesia. Organisasi ini berdiri pada 31 Januari 1926
oleh KH Hasyim Asy’ari dan bergerak di bidang pendidikan, sosial,
dan ekonomi. Tujuan didirikannya NU adalah menegakkan ajaran
Islam menurut paham Ahlussunnah waljama'ah di tengah-tengah
kehidupan masyarakat, di dalam wadah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Keterbelakangan baik secara mental, maupun ekonomi yang
dialami bangsa Indonesia, akibat penjajahan maupun akibat
kungkungan tradisi, telah menggugah kesadaran kaum terpelajar untuk
memperjuangkan martabat bangsa ini, melalui jalan pendidikan dan
organisasi. Gerakan yang muncul 1908 tersebut dikenal dengan
"Kebangkitan Nasional". Semangat kebangkitan memang terus
menyebar ke mana-mana - setelah rakyat pribumi sadar terhadap
penderitaan dan ketertinggalannya dengan bangsa lain. Sebagai
jawabannya, muncullah berbagai organisasi pendidikan dan
pembebasan.

1
Kelahiran NU diawali proses yang panjang sebelumnya.
Bermula dari munculnya gerakan nasionalisme yang antara lain
ditandai dengan berdirinya SI (sebelumnya bernama SDI) telah
mengilhami sejumlah pemuda pesantren yang bermukim di Mekkah
untuk mendirikan cabang perimpunan itu disana. Belum sempat
berkembang mereka segera mudik kembali karena pecah perang dunia.
Namun obsesi mereka masih terus berlanjut setelah mereka menetap
kembali di tanah air.1

Kalangan pesantren yang selama ini gigih melawan


kolonialisme, merespon kebangkitan nasional tersebut dengan
membentuk organisasi pergerakan, seperti Nahdlatul Wathan
(Kebangkitan Tanah Air) pada 1916. Kemudian pada tahun 1918
didirikan Taswirul Afkar atau dikenal juga dengan "Nahdlatul Fikri"
(kebangkitan pemikiran), sebagai wahana pendidikan sosial politik
kaum dan keagamaan kaum santri. Dari situ kemudian didirikan
Nahdlatut Tujjar, (pergerakan kaum saudagar). Serikat itu dijadikan
basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan adanya
Nahdlatul Tujjar itu, maka Taswirul Afkar, selain tampil sebagai
kelompok studi juga menjadi lembaga pendidikan yang berkembang
sangat pesat dan memiliki cabang di beberapa kota.

Suatu waktu Raja Ibnu Saud hendak menerapkan asas tunggal


yakni mazhab Wahabi di Mekkah, kalangan pesantren yang selama ini
membela keberagaman, menolak pembatasan bermazhab dan
penghancuran warisan peradaban tersebut. Dengan sikapnya yang
berbeda itu kalangan pesantren dikeluarkan dari anggota Kongres Al
Islam di Yogyakarta pada tahun 1925. Akibatnya kalangan pesantren

1
Kuntowidjoyo, Dinamika Sejarah Ummat Islam Indonesia, (Yogyakarta: Salahuddin
Press, 1985), hlm 6

2
juga tidak dilibatkan sebagai delegasi dalam Mu'tamar 'Alam Islami
(Kongres Islam Internasional) di Mekkah yang akan mengesahkan
keputusan tersebut. Sumber lain menyebutkan bahwa K.H. Hasyim
Asy'ari, K.H. Wahab Hasbullah dan sesepuh NU lainnya melakukan
walk out.

Didorong oleh minatnya yang gigih untuk menciptakan


kebebasan bermazhab serta peduli terhadap pelestarian warisan
peradaban, maka kalangan pesantren terpaksa membuat delegasi
sendiri yang dinamakan Komite Hejaz, yang diketuai oleh K.H.
Wahab Hasbullah.

Atas desakan kalangan pesantren yang terhimpun dalam


Komite Hejaz, dan tantangan dari segala penjuru umat Islam di dunia,
maka Raja Ibnu Saud mengurungkan niatnya. Hasilnya, hingga saat ini
di Mekkah bebas dilaksanakan ibadah sesuai dengan mazhab mereka
masing-masing. Itulah peran internasional kalangan pesantren
pertama, yang berhasil memper-juangkan kebebasan bermazhab dan
berhasil menyelamatkan peninggalan sejarah dan peradaban yang
sangat berharga.

Namun peristiwa itu sebenarnya hanyalah lintasan proses


sejarah dari suatu pergumulan social kultural yang panjang. Lembaga
pendidikan pesantren yang dikembangkan para ulama telah merintis
arah perkembangan social kultural masyarakat dengan visi keagamaan
yang kuat. Jika mereka kemudian membentuk ikatan lembaga social
yang lebih formal, tujuan pokoknya, seperti halnya lembaga pesantren
itu, ialah untuk menegakkan kalimah Allah (I’la’I kalimatillah). Visi

3
ini kemudian dikembangkan dengan rumusan yang lebih operasional
yang disebut dengan jihad fii sabiilillah.2

Berbagai komite dan berbagai organisasi yang bersifat


embrional dan ad hoc, maka setelah itu dirasa perlu untuk membentuk
organisasi yang lebih mencakup dan lebih sistematis, untuk
mengantisipasi perkembangan zaman. Maka setelah berkordinasi
dengan berbagai kyai, akhirnya muncul kese-pakatan untuk
membentuk organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan
Ulama) pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926). Organisasi ini
dipimpin oleh K.H. Hasyim Asy'ari sebagai Rais Akbar.

Untuk menegaskan prisip dasar organisasi ini, maka K.H.


Hasyim Asy'ari merumuskan kitab Qanun Asasi (prinsip dasar),
kemudian juga merumuskan kitab I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah.
Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan dalam khittah NU,
yang dijadikan sebagai dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir
dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.

Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa motif utama yang


mendasari gerakan para ulama membentuk NU ialah motif keagamaan
sebagai jihad fii sabiilillah. Aspek kedua yang mendorong mereka
ialah tanggung jawab pengembangan pemikiran keagamaan yang
ditandai upaya pelestarian ajaran mazhab ahlussunnah waljama’ah. Ini
tidak berarti statis, tidak berkembang, sebab pengembangan yang
dilakukan justru bertumpu pada akar kesejarahan sehingga pemikiran
yang dikembangkan itu memiliki konteks historis. Aspek ketiga ialah
dorongan untuk mengembangkan masyarakat melalui kegiatan
2
M. Ali Haidar, Nahdatul Ulama dan Islam di Indonesia, (Jakarta : PT.Gramedia
Pustaka Utama, 1998), hlm 314

4
pendidikan, social dan ekonomi. Ini ditandai dengan pembentukkan
Nahdatul Watan, Taswi-rul Afkar, Nahdatut Tujjar, dan Ta’mirul
Masajid. Aspek keempat ialah motif politik yang ditandai semangat
nasionalisme ketika pendiri NU itu mendirikan cabang SI di Mekkah
serta obsesi mengenai hari depan negeri merdeka bagi ummat Islam.3

2. Kerangka Berfikir NU
NU menganut paham Ahlussunah waljama'ah, sebuah pola
pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrim aqli (rasionalis)
dengan kaum ekstrim naqli (skripturalis). Karena itu sumber
pemikiran bagi NU tidak hanya al-Qur'an, sunnah, tetapi juga
menggunakan kemampuan akal ditambah dengan realitas empirik.
Cara berpikir semacam itu dirujuk dari pemikir terdahulu seperti Abu
Hasan Al-Asy'ari dan Abu Mansur Al-Maturidi dalam bidang teologi.
Kemudian dalam bidang fiqih lebih cenderung mengikuti mazhab:
imam Syafi'i dan mengakui tiga madzhab yang lain: imam Hanafi,
imam Maliki,dan imam Hanbali sebagaimana yang tergambar dalam
lambang NU berbintang 4 di bawah. Sementara dalam bidang tasawuf,
mengembangkan metode Al-Ghazali dan Junaid Al-Baghdadi, yang
mengintegrasikan antara tasawuf dengan syariat.

Gagasan kembali kekhittah pada tahun 1984, merupakan


momentum penting untuk menafsirkan kembali ajaran ahlussunnah
wal jamaah, serta merumuskan kembali metode berpikir, baik dalam
bidang fikih maupun sosial. Serta merumuskankembali hubungan NU
dengan negara. Gerakan tersebut berhasil kembali membangkitkan
gairah pemikiran dan dinamika sosial dalam NU.4

3
[3] Hasjim Asj’ari, Ihya’ ‘Amal al-Fudala’ (Kendal: NU Jawa Tengah, 1969), hlm
14
4
M. Ali Haidar., Ibid, hlm 316

5
Dalam menentukan basis pendukung atau warga NU ada
beberapa istilah yang perlu diperjelas, yaitu anggota, pendukung atau
simpatisan dan Muslim tradisionalis yang sepaham dengan NU. Jika
istilah warga disamakan dengan istilah anggota, maka sampai hari ini
tidak ada satu dokumen resmipun yang bisa dirujuk untuk itu. Karena
sampai hari ini tidak ada upaya serius di tumbuh NU di tingkat apapun
untuk mengelola keanggotaannya. Dari segi pendukung atau
simpatisan ada dua cara melihatnya. Dari segi politik, ini bisa dilihat
dari jumlah perolehan suara partai-partai yang berbasis atau
diasosiasikan dengan NU, seperti PKBU, PNU, PKU, Partai SUNI,
dan sebagian dari PPP. Dari segi paham keagamaan maka bisa dilihat
dari jumlah orang yang mendukung dan mengikuti paham kegamaan
NU. Maka dalam hal ini bisa dirujuk hasil penelitian Saiful Mujani
(2002) yiatu berkisar 48% dari Muslim santri Indonesia. Suaidi Asyari
(Nalar Politik NU & Muhammadiyah, 2009) memperkirakan ada
sekitar 51 juta dari Muslim santri Indonesia dapat dikatakan
pendukung atau pengikut paham keagamaan NU. Sedangkan jumlah
Muslim santri yang disebut sampai 80 juta atau lebih merupakan
mereka yang sama paham keagamaannya dengan paham kegamaan
NU. Belum tentu mereka ini semuanya warga atau mau disebut
berafiliasi dengan NU. Mayoritas pengikut NU terdapat di pulau Jawa,
Kalimantan, Sulawesi dan Sumatra. Perkembangan terakhir pengikut
NU mempunyai profesi beragam yang sebagian besar dari mereka
adalah rakyat jelata, baik di kota maupun di desa. Mereka memiliki
kohesifitas yang tinggi karena secara sosial ekonomi memiliki
problem yang sama, selain itu mereka juga sangat menjiwai ajaran
ahlususunnah wal jamaah. Pada umumnya mereka memiliki ikatan
cukup kuat dengan dunia pesantren yang merupakan pusat pendidikan
rakyat dan cagar budaya NU.

6
Basis pendukung NU ini mengalami pergeseran, sejalan
dengan pembangunan dan perkembangan industrialisasi, maka
penduduk NU di desa banyak yang bermigrasi ke kota memasuki
sektor industri. Maka kalau selama ini basis NU lebih kuat di sektor
petani di pedesaan, maka saat di sektor buruh di perkotaan, juga cukup
dominan. Demikian juga dengan terbukanya sistem pendidikan, basis
intelektual dalam NU juga semakin meluas, sejalan dengan cepatnya
mobilitas sosial yang terjadi selama ini. Belakangan ini NU sudah
memiliki sejumlah doktor atau magister dalam berbagai bidang ilmu
selain dari ilmu ke-Islam-an baik dari dalam maupun luar negeri,
termasuk negara-negara Barat. Hanya saja para doktor dan magister ini
belum dimanfaatkan secara maksimal oleh para pengurus NU hampir
di setiap lapisan kepengurusan NU.5

Usaha-usaha yang dilakukan organisasi NU antara lain:

1) Di bidang agama, melaksanakan dakwah Islamiyah dan


meningkatkan rasa persaudaraan yang berpijak pada semangat
persatuan dalam perbedaan.
2) Di bidang pendidikan, menyelenggarakan pendidikan yang
sesuai dengan nilai-nilai Islam, untuk membentuk muslim yang
bertakwa, berbudi luhur, berpengetahuan luas.Hal ini terbukti
dengan lahirnya Lembaga-lembaga Pendidikan yang bernuansa
NU dan sudah tersebar di berbagai daerah khususnya di Pulau
Jawa.
3) Di bidang sosial budaya, mengusahakan kesejahteraan rakyat
serta kebudayaan yang sesuai dengan nilai keislaman dan
kemanusiaan.

5
M. Ali Haidar,. Ibid, hlm 210

7
4) Di bidang ekonomi, mengusahakan pemerataan kesempatan
untuk menikmati hasil pembangunan, dengan mengutamakan
berkembangnya ekonomi rakyat.Hal ini ditandai dengan
lahirnya BMT dan Badan Keuangan lain yang yang telah
terbukti membantu masyarakat.
5) Mengembangkan usaha lain yang bermanfaat bagi masyarakat
luas. NU berusaha mengabdi dan menjadi yang terbaik bagi
masyrakat.

Pertama kali NU terjun pada politik praktis pada saat


menyatakan memisahkan diri dengan Masyumi pada tahun 1952 dan
kemudian mengikuti pemilu 1955. NU cukup berhasil dengan merahil
45 kursi DPR dan 91 kursi Konstituante. Pada masa Demokrasi
Terpimpin NU dikenal sebagai partai yang mendukung Sukarno.
Setelah PKI memberontak, NU tampil sebagai salah satu golongan
yang aktif menekan PKI, terutama lewat sayap pemudanya GP Ansor.

Namun setelah reformasi 1998, muncul partai-partai yang


mengatasnamakan NU. Yang terpenting adalah Partai Kebangkitan
Bangsa yang dideklarasikan oleh Abdurrahman Wahid. Pada pemilu
1999 PKB memperoleh 51 kursi DPR dan bahkan bisa mengantarkan
Abdurrahman Wahid sebagai Presiden RI. Pada pemilu 2004, PKB
memperoleh 52 kursi DPR.

3. Metode pendekatan dakwah NU

Dalam metodenya NU menggunakan metode yang digunakan


Wali Songo dulu. Nahdlatul Ulama berkomitmen memperkuat

8
pendekatan budaya sebagai salah satu elemen penting dakwah Islam di
Tanah Air. Sebab, dengan budaya lah agama dapat diterima baik oleh
penduduk pribumi awal kedatangan Islam. Kebudayaan Islam lokal
saat ini kian terancam oleh beragam budaya dan ideologi baik yang
muncul dari kalangan barat ataupun timur. Akibatnya, upaya
memperkenalkan Islam sebagai agama yang damai dan cinta
keindahan justru semakin buram oleh pertarungan budaya tersebut.

Pendekatan budaya, bisa dilakukan memaki berbagai media


mutakhir termasuk melalui film sebagai media dakwah kebuadayaan.
Hanya saja, kiprah warga nahdliyin dalam seni budaya dan perfilman
diakui cenderung melemah. Fakta ini bertolak belakang dengan era
dan kekuatan cultural itulah perlu dikuatkan lagi.

Menurut muhammad tholhah hasan dalam bukunya yang


berjudul “Ahlusunnah Wal Jama’ah ; dalam persepsi dan Tradisi NU”
mengemukakan bahwa untuk dapat memahami Ahlusunnah Wal
Jama’ah secara utuh, tidak mungkin hanya menggunakan pendekatan
doctrinal saja, tetapi sedikitnya menggunakan tiga macam pendekatan,
yaitu :

Pertama, pendekatan Historis, Ahlusunnah Wal Jama’ah ini


telah melahirkan konsep dan pandangan serta doktrin-doktrin yang
secara teoritis bersentuhan dengan perjalanan sejarah umat ini sejak
zaman Rasulullah SAW.samai zaman mutaakhir. Meskipun akar-
akarnya tetap terkait kuat dengan aqidah “Tauhid”, dan prinsip-prinsip
keimanana yang abadi, tetapi wujud formulasi konseptualnya bisa
berbeda.

9
Kedua, pendekatan kultural, muncul dan berkembangnya “ilmu
kalam” sebagai displin keilmuan Islam yang berkonsetrasi pada
masalah-masalah aqidah dengan menggunakan dalil-dalil ‘aqliyah
(argument rasional) tidak lepas dari faktor internal Islam maupun
faktor eksternal ( terjadinya akulturasi atau persentuhan antara
budaya), seperti perluasan displin keilmuan Islam, ada ilmu tafsir,
ilmu fiqih, ilmu hadist, ilmu nahwu dan lain sebagainya, disamping
berkembangnya ilmu-ilmu non-syariah, seperti filsafat, kedokteran,
ilmu alam, matematika, kimia,dan lain-lain, yang kesemuanya secara
akumulatif memperluas cakrawala pemikiran umat Islam.

Ketiga, pendekatan Dokrinal, meskipun pada mulanya


Ahlusunnah Wal Jama’ah iu menjadi identitas kelompok / golongan
dalam dimensi teologis atau aqidah Islam,dengan fokus masalah
ushuluddin (fundamental agama), tetapi dalam perjalanan selanjutnya
tidak bisa lepas dari dimensi ke Islaman lainnya, seperti dimensi
Syari’ah Fiqiyah atau dimensi Tashawuf, bahkan masalah budaya,
politik, dan sosial, karena kuatnya jaringan yang tali-temali antara
yang fundamental tadi dengan cabang-rantingnya.6

B. Metode pendekatan dakwah muhammadiyah

Dahwah kultural sebagai strategi perubahan sosial bertahap sesuai


dengan kondisi empirik yang diarahkan kepada pengembangan kehidupan
islam susai dengan paham muhammadiyah yang bertumpu para pemurnian
pemahaman dan pengalaman ajaran Islam dengan menghidupkan ijtihad
dan tajdid, sehingga purifikasi dan pemurnian ajaran Islam tidak harus
6
Muhammad Tholhah Hasan, Ahlusunnah Wal Jam’ah ; dalam persepsi dan Tradisi NU.
(jakarta : Lantabora Pres, 2005),hlm.xiii-xviii

10
menjadi kaku, rgid, dan ekslusif, tetapi menjadi lebih terbuka dan
memiliki rasionalitas yang tinggi untuk dapat diterima oleh semua pihak.
Dengan memfokuskan pada penyadaran iman melalui potensi
kemanusiaan, diharapkan ummat dapat menerima dan memenuhi seluruh
ajaran Islam yang kaffah secara bertahap sesuai dengan keragaman sosial,
ekonomi, budaya, politik, dan potensi yang dimiliki oleh setiap kelompok
ummat.

Munculnya konsep dakwah kultural, didorong oleh keinginan


muhammadiyah untuk mengembangkan sayap dakwahnya menyentuh ke
seluruh lapisan umat Islam yang beragam kondisi sosio-kulturalnya.
Dengan dakwah kultural, muhammadiyah ingin memahami pluralitas
budaya, agar dakwah yang yang ditujukan kepada mereka dilakukan
dengan dialog kultural, sehingga akan mengurangi benturan-benturan
yang selama ini dipandang kurang menguntungkan . akan tetapi, dakwah
itu sendiri tetap berpegang pada prinsip pemurnian (salafiyah) dan
pembaharuan (tajdidiyah). Dengan demikian, dakwah kultural sebenarnya
akan mengokohkan prinsip-prinsip dakwah dan amar ma’ruf nahi
mungkar muhammadiyah yang bertumpu pada tiga prinsip yaitu tabsyir,
islah, dan tajdid.

C. Perbedaan dakwah NU dan muhammadiyah


1) Perbedaan nu dan muhammadiyah dalam hal tradisi ibadah
Dalam hal ibadah, bisa kita lihat perbedaan yang kentara antara
NU dan Muhammadiyah. Pertama, pada bulan Ramadhan, warga
Nahdilin taraweh dengan jumlah rakaat sebanyak dua puluh dengan
tiga rakaat witir. Sedangkan warga muahmadiyah jumlah rakaatnya
adalah delapan dengan tiga rakaat witir. Kedua, bagi warga NU malam
jum’at dalah malam sakral. Pada malam ini mesjid diramaikan dengan

11
bacaan maulid nabi, tahlil, yasinan, manaqib syaikh abdul qodir al-
jaelani, barzanji dan sebagainya sedangkan tidak demikian yang
dilakukan oleh warga muhammadiyah. Ketiga, khutbah sholat eid
dilakukan sebanyak dua kali oleh warga NU sedangkan warga
Muhammadiyah khutbah sebanyak sekali. Keempat, kalimat “allahu
akbar” dalam takbiran hari raya diucapkan sebanyak tiga kali untuk
warga NU sedangkan warga Muhammadiyah melafadzkannya
sebanyak dua kali, kalimat “qod qamat as-sholat” dalam iqomat dibaca
sebanyak dua kali untuk warga NU dan sekali untuk warga
Muhammadiyah. Yang terakhir adalah itsbat penentuan jatuhnya hari
raya, NU memakai dasar rukyah sedangkan Muhammadiyah memaki
hilal sebagai dasarnya.
2) Perbedaan NU dan muhammadiyah dalam hal aspirasi atau orientasi
politik
Partai politik yang senada dengan Muhammdiyah tidak berarti
didirikan oleh Muhammadiyah. Wrga Muhammadiyah memahami
bahwa Muhammadiyah secara historis bukan partai politik, tetapi
organisasi sosial, agama, propaganda dan pendidikan. Di lain sisi,
warga Nahdlatul familiar dengan karakter Nu yang bergumul dengan
partai. Sulit dibedakan apakah partai yang seirama dengan NU
didirikan oleh Kyai tertentu atau tidak.
3) Perbedaan NU dan muhammdiyah dalam hal perspeltif pendidikan
Warga Nahdlatul banyak menghabiskan waktu untuk belajar di
pesantren yang salafi, mengolah sisi emosional dan “sendiko dawah’
pada ucapan kyai atau ulama tanpa banyak pertimbangan logika,
alhasil kurang rasional dan lebih simbolik. Di sisi lain, warga
Muhammadiyah yang banyak mengenyam pendidikan formal terkesan
lebih rasional dan objektif. Mereka memiliki partai yang mereka pikir
benar. Jika dalam perjalanan partai yang dipercaya tersebut tidak

12
sesuai dengan rasio mereka, maka warga Muhammadiyah akan
meninggalkan partai tersebut.
4) Perbedaan nu dan muhammadiyah dalam metode ijtihad
Nu memakai metode Bahtsul masail untuk menyesalaikan
masalah yang dihadapi warga Nahdliyin. Metode ni menekankan
pendekatan cultural untuk menjaga nilai yang dahulu yang sudah baik
dan mengambil nilai baru yang lebih baik dari masa mendatang,
pendekatan ini menerima pendekatan “cultutal and local wisdom”
dengan cara mengubah isi dari cultural dan vocal wisdom tersebut
dengan nilai-nilai al-Qur’an dan Sunnah. Di laain sisi,Majlis tarjih
Muhammadiyah yang disebut “tajdid” menekankan pendekatan murni
kepada Al-qur’an dan As-Sunnah. Tujuannya adalah untuk
menemukan dan memurnikan kembali ajaran Al-Qur’an dan as-
Sunnah dari serangan TBC (takhatul, bid’ah, churafat). Ini sesuai
dengan jargon yang di usung warga Muhammadiyah yang berbunyi
“”back to Qur’an and Hadist

2. Jelaskan perbandingan sistem dakwah Jama’ah tabligh dan salafi ?

Perbandingan sistem dakwah jamaah Tabligh dan salafi

Di dalam makalah jama’ah tabligh dan salafi Sedikitnya ada empat prinsip
dalam jamaah tabligh yang paradoks dengan gerakan dakwah islam lain :

Pertama, menurut Jamah Tabligh, pada saat ini pintu ijtihad sudah
ditutup. Sebab menurut Jamaah Tabligh, syarat-syarat ijtihad yang
dikemukakan ulama salaf sudah tidak ada lagi di kalangan ulama saat ini.
Karena itu, ada keharusan bagi kaum muslimin untuk bertaklid. Pemikiran
sangat bertentangan dengan pemikiran Muhammad Abduh, pemikir muslim

13
dari mesir, yang membuka pintu ijtihad seluas-luasnya agar kaum muslimin
dapat maju.

Kedua, pendekatan dakwah dan ibadah yang digunakan adalah dengan


caea tasawuf, tidak dengan politik, sosial, budaya ataupun perlawanan
bersenjata. Sebab jamaah Tabligh sangat menyakini bahwa tasawuf adalah
cara untuk mewujudkan hubungan dengan Allah dan memperoleh kelezatan
iman mengutamakan ibadah mahdhoh, sebagaimana tasawuf, banyak
ditentang oleh gerakan Islam lainnya terutama oleh gerakan Wahabi, Hizbut
Tahrir, Ikhwanul Muslimin, dan lain-lain

Ketiga, Jamaah Tabligh tidak memandang perlu nahi mungkar,dengan


alasan bahwa fase sekarang menurut Jamaah Tabligh adalah fase mewujudkan
iklim yang kondusif bagi masuknya kaum muslimin ke dalam Jamaah mereka.
Dengan prinsip ini, kehadiran Jamaah Tabligh di berbagai tempat nyaris tak
mendapat resistensi. Prinsip ini banyak mendapat kritik dari berbagai
kalangan pemikir Islam, seban dengan demikian (tanpa nahi mungkar) Islam
seperti agama Hindu, hanya menyeru kebaikan, tanpa mau mencegah
kemunkaran.

Keempat, Jamaah Tabligh memisahkan antara agama dan politik.


Setiap anggota tidak berhak mengkaji politik atau terjun ke dalam urusan yang
berhubungan dengan pemerintahan. Sebab menurut Jamaah Tablogh politik
praktis hanya akan membawa kepada perpecahan.

Sedangkan pokok ajaran dari ideologi dasar Slafi adalah bahwa Islam
telah sempurna dan selesai pada waktu masa Muhammad SAW dan sahabat-
sahabatnya, oleh karena itu tidak dikehendaki inovasi yang telah ditambahkan
pada abad nanti karena material dan pengaruh budaya sudah tidak ada lagi di
kalngan ulama saat ini. Karena itu, ada keharusan bagi kaum muslimin untuk

14
bertaklid. Pemikiran sangat bertentangan dengan pemikiran Muhammad
Abduh, pemikir muslim dari Mesir, yang membuka pintu ijtihad seluas-luasna
agar kaum muslimin dapat maju.

Pertama, pendekatan dakwah dan ibadah yang digunakan adalah


dengan cara tasawuf, tidak dengan politik, sosial, budaya ataupun perlawanan
bersenjata. Sebab Jamaah Tabligh sangat menyakini bahwa tasawuf adalah
cara untuk mewujudkan hubungan dengan Allah dan memperoleh kelezatan
iman. Mengutamakan ibadah mahdhoh, sebagaimana tasawuf, banyak
ditentang oleh gerakan Islam lainnya terutama oleh gerakan Wahabi, Hizbut
Tahrir, Ikhwanul Muslimin, dan lain-lain.

Kedua, Jamaah Tabligh tidak memandang perlu Nahi Munkar, dengan


alasan bahwa fase sekarang menurut Jamaah Tabligh adalah fase mewujudkan
iklim yang kondusif bagi masuknya kaum muslimin ke dalam Jamaah mereka.
Dengan prinsip ini, kehadiran Jamaah di berbagai tempat nyaris tak mendapat
resistensi. Prinsip ini banyak mendapat kritik dari berbagai kalangan pemikir
Islam, sebab dengan demikian (tanpa nahi munkar) Islam seperti Hindu,
hanya menyeru kebaikan, tanpa mau mencegah kemunkaran.

Ketiga, Jamaah Tabligh memisahkan antara agama dan politik. Setiap


anggota tidak berhak mengkaji politik atau terjun ke dalam urusan yang
berhubungan dengan pemerintahan. Sebab menurut Jamaah Tabligh praktis
hanya akan membawa kepada pemecahan.7

3. Jelaskan perbandingan sistem dakwah FPI dan ikhwanul muslimun?


A. Perkembangan sistem dakwah FPI
1. Tahun 1998

7
http ://www.nu.or.id/dinamic_detil/4/32537/kolom/Jamaah_Tabligh.html. (diakses pada
tanggal 01-03-2017).

15
Pada tanggal 14 oktober -18 oktober Badan Pencara Fakta
DPP-FPI mengadakan investigasi kasus peneroran, pembantaian,
dan pembunuhan para ulama, kyai, ustadz, dan beberapa guru
pengajian dengan dalih dukun santet di beberapa wilayah di jawa
Tengah dan jawa Timur antara lain di Demak, Pasuruan, Jember,
Purbalingga, dan Banyuwangi yang dipimpin langsung oleh ketua
Umum FPI Habib Muhammad Razieq bin Husein Syihab.
Pada tanggal 21 oktober DPP-FPI mengeluarkan penyataan
sikap dan seruan tentang hasil kerja Badan Pencari Fakta DPP-FPI
dari tanggal 14-18 oktober 1998. Berbarengan dengan hal tersebut
di atas DPP-FPI menyampaikan pernyataan sikap dan seruannya
kepada Presiden Republik Indonesia tentang “Kasus Ninja”. DPP-
FPI mengumumkan bahwa pencantuman nama Front pembela
Islam sebagai penanggung jawab buku yang berjudul Bangkitnya
Kembali Marxisme, Leninisme / Komunisme di Indonesia setelah
halaman yang ditulis oleh Abdul Ghazwah diterbitkan di Jakarta,
Media Oktober 1998, adalah tidak benar.
Pada tanggal 28 oktober DPP-FPI mengeluarkan “Seruan Jihad
FPI” terhadap “Pasukan Ninja” yang isinya menerangkan bahwa
pelaku/ dalang/ penyandang dana dan atau siapapun yang terlibat
dalam aksi ninja dalam penteroran terhadap ulama adalah halal
untuk ditumpahkan darahnya. 7 November mengeluarkan
pernyataan sikap yang mendukung sepenuhnya pelaksanaan sidang
istimewa MPR 1998. 12 November DPP-FPI mengeluarkan surat
pernyataan tentang tuntutan penanggungjawaban Orde Baru.
Pada tanggal 14 November DPP-FPI menyampaikan sikap
solidaritas kepada angkatan mahasiswa reformasi Indonesia
sebagai Front terdepan dalam perjuangan Rakyat Indonesia. 22
November Insiden Ketapang, Gajah Mada, Jakarta Pusat, oleh

16
sejumlah kurang lebih 600 orang preman Ambon. Laskar Pembela
Islam berhasil memukul mundur penyerang, dipimpin langsung
oleh Imam Besar Laskar FPI, KH. Tb. M.Siddiq AR, dibawah
komando ketua umum FPI.
Pada tanggal 26 November DPP-FPI mengeluarkan kronologi
Insiden Ketapang, tentang diserangnya perkampungan muslim
oleh sejumlah preman Ambon non-muslim yang menghancurkan
sebagian bangunan masjid Khairul Biqa’. Hal ini disampaikan
langsung dalam tatap muka dengan komisi A DPRD DKI Jakarta.
1 Desember DPP-FPI mengeluarkan penyataan sikap tentang
Insiden Kupang, Nusa Tenggara Timur yang intinya “mengecam,
mengutuk, dan melaknat tindakan sekelompok orang Kristen
Radikal yang telah merusak/ membakar sejumlah masjid dan
membantai / membunuh/ menganiaya sejumlah umat muslim. 16
Desember FPI beserta ormas-ormas Islam lainnya di tugu
Monumen Nasional berunjuk rasa dan mengeluarkan pernyataan
sikap tentang penutupan tempat-tempat maksiat menghadapi bulan
suci Ramadhan 1419 H / 1998 M.

2. Tahun 1999
Tanggal 5 januari DPP-FPI mengeluarkan surat dukungan
perjuangan kepada santri dan warga kelurahan Rawa Buaya,
Kecamatan Jati Negara, Jakarta Timur, dalam memperjuangkan
amar ma;ruf nahi mungkar dengan usaha menutup, tempat-tempat
maksiat d lingkungan sekitarnya yang menjadi sarang minuman
keras, perjudian, pelacuran, dan premanisme yang telah
mengganggu kamtibnas serta merusak nilai-nilai agama dan sosial
kemasyarakatan.

17
21 Januari DPP-FPI berkunjung ke Mabes TNI di Cilangkap
untuk menekan TNI agar menuntaskan kasus Ambon. 29 Maret
DPP-FPI mengutus delegasi yang dipimpin oleh sekjen FPI,KH.
Drs. Misbahul Anam untuk menyampaikan surat kepada Jenderal
Polisi Roesmanhadi perihal permohonan pemeriksaan mantan
Menhamkan / pangab RI Jend. (purn) L.B. Moerdani dan kroni-
kroninya tenang keterlibantannya dalam beberapa kerusuhan
sebagaimana diberitakan oleh sebuah majalah Far Eastern
Economic Review (FEER) yang terbit di Hongkong.
Pada tanggal 11 April Mobil ketua Umum FPI Habib
Muhammad Rizieq Syihab ditembaki oleh orang yang tak dikenal.
17 April Laskar Pembela Islam mengeluarkan pernyataan sikap
bersama ormas yang lainnya yang berisi mengutuk pelaku
pemboman masjid istiqlal, dan menuntut kepada pihak kepolisan
agar mengusut secara tuntas pelaku pemboman tersebut. 24 Mei
DPP-FPI dengan laskarnya berhasil menangkap oknum Mahasiswa
Universitas Tarumanegara yang bernama Pilipus Cimieuw yang
tekah menurunkan spanduk FPI yang dipasang di jembatan
penyebrangan didepan kampusnya karena tersinggung dengan isi
tulisan spanduk yang berbunyi “awas waspada! Zionisme dan
komunisme masuk di segala sektor kehidupan”. Dua rekannya,
Mario dan Iqbal melarikan diri.
Pada tanggal 30 Mei DPP-FPI mengeluarkan sikap politik
“netral terarah” dalam menghadapi pemilu 7 Juni. DPP-FPI
mengeluarkan fatwa tentang ‘keharaman” memilih partai yang
menetapkan calon legislatif non-muslim dalam pemilu 1999
melebihi15 %. Awal juni tim pengkaji masalah Aceh DPP-FPI
membnuat konsep penyelesaian masalah Aceh, mulai dari
pemberdayaan ekonomi sampai dengan pemberlakuan Syariat

18
Islam. 2 Juni DPP-FPI dan Fpi berunjuk rasa di depan Mapolda
Metro Jaya mengeluarkan pernyataan sikap tentang Islam dan
Ummat Islam dihapus.
Pada tanggal 6 Juni malam hari sebelum pemilu 1999, FPI
menyelamatkan 18 ustadz yang terbagi dibeberapa wilayah ibu
kota dan sekitarnya, karena telah dianiaya oleh sejumlah kader PDI
Perjuangan yang telah tersinggung oleh seruan dan fatwa beberapa
ormas Islam. 24 Juni DPP-FPI mengeluarkan pernyataan sikap
tentang “penolakan calon presiden wanita”. 28 Juni DPP-FPI
mengeluarkan “ pelurusan berita” tentang FPI menjenguk
Soekarno yang dimuat di beberapa media massa ibu kota adalah
fitnah. 14 Juli konsep FPI tentang masalah Aceh dibahas oleh
sejumlah petinggi TNI di Cilangkap, dan mendapat respon yang
positif, kemudian diserahkan kepada pemerintahan pusat yang juga
mendapat respon yang baik.
Pada tanggal 22 Agustus DPP-FPI, FPI dan simpatisan
mengadakan pawai akbar keliling ibu kota Jakarta dengan nama
“Pawai Anti Maksiat” yang beteam “Meraih Taat, Mencampak
Maksiat dalam Rangka Menuju Indonesia Baru Religius”. Dimulai
dari markas Besar FPI di petamburan, Tanah Abang, Jakarta Pusat
dan berakhir dikampung Utan, Ciputat, Jakarta Selatan. 23
Agustus FPI mengeluarkan surat pernyataan protes FPI terhadap
TVRI yang memberitakan bahwa pawai keliling ibu kota Jakarta di
lakukan FPI sehari sebelumnya adalah pawai politik dalam
mendukung salah satu calon presiden.
Pada tanggal 27 Agustus DPP-FPI mengeluarkan suat
pemberitahuan yang dimuat dibeberapa media ibukota tentang
“Penjelasan Pawai Akbar FPI”, sehubungan dengan terjadinya
ketegangan antara Gerakan Pemuda Ka’bah (GPK) dan FPI

19
sebagai anak organisasi FPI, 13 September FPI menutup beberapa
tempat perjudian di daerah petejo.8
3. Perkembangan sistem dakwah FPI
Pengalaman Syari’ah Islam harus dilakukan secara bersih
dan benar. Berdasarkan kepada aqidah yang bersih dari
kemusrikan dalam berbagai bentuknya. Diantara bentk
kemusyrikan yang tersebar di negara yang penduduknya
mayoritasummat Islam ini ialah sistem Demokrasi Sekuler yaitu
meninggalkan / menolak Allah SWT.sebagai sumber hukum.
Kepemimpinan ummat harus bersih dari pimpinan kaum kafirin
yang ingkar kepada Allah, termasuk orang munafiq dan orang
yang berpandangan sekuler.
Syari’at Islam harus ditegakkan secara menyeluruh
(kaffah). Syariah Islam wajid ditegakkan secara menyeluruh di
semua bidang kehidupan manusia, meliputi syari’at yang terkait
dengan masalah individual-ritual seperti ibadah mahdhah, masalah
kekeluarga seperti hubungan suami-istri anak dan waris, dan
masalah sosial-kenegaraan seperti memilih pemimpin, menetapkan
hukum positif, dan mengatur kehidupan ekonomi negara. Tidak
boleh satupun aspek syari’at Islam yang diabaikan atau sengaja
dibekukan dengan berbagai dalih dan kepenting.9
B. Ikhwanul Muslimun
Metode Dakwah Ikhwanul Muslimin
Hasan al-Banna mengatakan bahwa tiga aspek penting dalam
dakwah ikhwanul muslimin, aspek tersebut ialah ilmu, tarbiyah dan
jihad. Tiga aspek ini merupakan aspek yang sangat urgen dalam

8
Mietzner,Marcus.2006.The Politicis of militari reform in post-suharto indonesia :Elite conflic
nationalism, and intitutional Resistance, Washington : center washington
9
Riziek, Muhammad Habib.2004.Dialog amar ma’ruf nahi mungkar,Jakarta : CV Ibnu Sidah

20
dakwah, maka agar dakwah sampai kepada tiga aspek tersebut
haruslah dilakukan dengan metode-metode berikut:

1. Metode halaqah
Melalui metode ini ikhwan dapat mewujudkan penyebaran
Islam tanpa rasa takut dan dapat mengerahkan segala
potensi anggotanya ke jalan yang bermanfaat, sehingga
mendapat tsaqafah Islamiyah secara sempurna. Sistem
halaqah ini juga untuk menciptakan opini publik yang baik.
Ia membuka jalan agar ikhwan dapat masuk ke masyarakat.
2. Metode Usrah
Metode usrah merupakan dakwah ikwanul muslim yang ke
dua, adapun metode ini dibagi menjadi dua macam yaitu:
1) Metode usrah takwin yang berfungsi mendidik
anggota secara Internal
2) Usrah ‘amal yang berfungsi untuk menggali potensi
anggota dalam amal sehari-hari yang mengarah
pada realisasi ajaran Islam.
3. Usrah Amal untuk mewujudkan strategi jihad

Dalam metode ini jihad dibagi menjadi lima sendi:

1) Jihad siyasi
2) Jihad mali
3) Jihad ta’limi
4) Jihad lisani
5) Jihad bi al yad[19]

Selain itu dalam organisasi memiliki prinsip-prinsip dasar


diantaranya:

21
1) Adanya aktivitas dakwah
2) Memiliki keistimewaan kepribadian yang jelas dan
memiliki kepribadian yang konkrit
3) Memiliki kepemimpinan yang berkesadaran tinggi,
bijak serta sasaran dan metodenya jelas
4) Memiliki pendukung yang setia yang siap membawa
misi dengan keyakinan dan komitmen yang tinggi
5) Tujuan jelas
6) Cara-untuk mencapai tujuan jelas, diketahui tahapan-
tahapan dan langkah-langkahnya
7) Mempunyai sikap yang jelas terhadap isu-isu yang
beredar.

Hasan al-Banna menyebutkan bahwa karakteristik utama dari


gerakan Ikwanul Muslim sendiri itu ada tiga:

1) Berorientasi ketuhanan (rabbaniyah) yakni berusaha


mengajak manusia dekat dengan Allah
2) Bersifat internasional (alamiyah), yakni dakwah yang
dilakukan secara menyeluruh kepada umat manusia
karena pada dasarnya manusia itu satu keturunan yaitu
nabi Adam
3) Bersifat Islami (Islamiyah), yakni bersandarkan
kepada Islam

Tujuan Ikwanul Muslimin

22
1) memperbaiki pribadi (Islah an-Nafs), dengan tujuan yang pertama ini
nantinya akan terbentuk fisik yang kuat, akhlak yang mulia,
berintelektual, mampu berusaha, beraqidah lurus dan taat dalam
beribadah
2) membentuk rumah tangga yang Islami (Ishlah al-Bait al-Muslim),
terbetuknya keluarga yang islami akan mampu membawa keluarganya
berpegang teguh kepada pemikiran dan etika Islamdi dalam setiap
perilaku kehidupan rumah tangga
3) mengayomi masyarakat (Islah al-Mujtama) mengembangkan misi
kebaikan dan memerangi kerusakan dan kemungkaran
4) membebaskan bagsa (Tahrir al-Wathan), segala bentuk penjahan
kekuatan asing non-islam dalam semua aspek
5) memperbaiki pemerintahan (Islah al-Hukumah), berlandaskan Islam.
6) Mengembalikan kekuatan internasional ke tangan umat Islam dengan
cara membebaskan negara-negara islam yang terjajah serta
membangun kejayaannya.
7) Memimpin dunia, yakni dengan menyebarkan dakwah secara
menyeluruh ke setiap daerah-daera, sehingga tidak ada lagi penyesatan
dan fitnah terhadap agama Allah.

Faktor Keberhasilan dalam Dakwah Ikhwanul Muslimin

1) Karena Menyeru dengan seruan Allah, yaitu seruan yang paling tinggi
2) Karena menyerukan fikrah Islam, yaitu fikrah yang paling kuat
3) Karena Ikhwan mempersembahkan kepada manusia syari’at al-Qur’an,
yaitu syari’at yang paling adil
4) Karena manusia membutuhkan ketiga hal diatas. Ketiganya erat
dengan kebahagian dan kesengsaraan manusia.

23
Dari segi bahasa, Ikhwanul Muslimun berasal dari dua lafal
yaitu al-Ikhwan yang merupakan jama’ dari al-akh “saudara atau
persaudaraan” dan al-Muslimin yang merupakan bentuk jama’ dari
Muslim “orang-orang yang beragama Islam atau orang-orang yang
berserah diri, patuh, dan tunduk kepada Allah agar selamat dan
sejahtera di dunia dan akhirat” (Makluf, 1986 : 5 dan Munawir,1984 :
13)

Adapun pimpinan Ikhwanul Muslimin disebut Mursyid ‘Am


atau Ketua Umum. Adapun tugas dari Mursyid ‘Am adalah untuk
mengatur organisasi Ikhwanul Muslimin di seluruh dunia. Damanhuri
dan Cecep Bustomi.

24

Anda mungkin juga menyukai