LP - Ketidakberdayaan-1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

“KETIDAKBERDAYAAN”

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Profesi Ners Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh :

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN

TAHUN AKADEMIK 2021/2022

1
KETIDAKBERDAYAAN

A. Kasus

Ketidakberdayaan

B. Pengertian, etiologi tanda dan gejala

a. Pengertian

Ketidakberdayaan adalah persepsi atau tanggapan klien bahwa

perilaku atau tindakan yang sudah dilakukannya tidak akan membawa

hasil yang diharapkan atau tidak akan membawa perubahan hasil seperti

yang diharapkan, sehingga klien sulit mengendalikan situasi yang terjadi

atau mengendalikan situasi yang akan terjadi (NANDA, 2011).

Menurut Nanda (2012) Ketidakberdayaan memiliki definisi

persepsi bahwa tindakan seseorang secara signifikan tidak akan

mempengaruhi hasil; persepsi kurang kendali terhadap situasi saat ini

atau situasi yang akan terjadi.

Menurut Wilkinson (2007) ketidakberdayaan merupakan persepsi

seseorang bahwa tindakannya tidak akan mempengaruhi hasil secara

bermakna, kurang penggendalian yang dirasakan terhadap situasi terakhir

atau yang baru saja terjadi.

Menurut Carpenito-Moyet (2007) ketidakberdayaan merupakan

keadaan ketika seseorang individu atau kelompok merasa kurang

kontrol terhadap kejadian atau situasi tertentu.

2
Persepsi individu bahwa tindakannya sendiri tidak akan

mempengaruhi hasil secara bermakna; suatu kurang kontrol terhadap

situasi tertentu atau kejadian baru yang dirasakan (Townsend, 2010).

Kondisi ketika individu atau kelompok merasakan kurangnya

kontrol personal terhadap sejumlah kejadian atau situasi tertentu yang

mempengaruhi pandangan, tujuan dan gaya hidup (Carpenito, 2009).

Ketidakberdayaan adalah perasaan yang dialami semua orang

dalam derajat yang berbeda pada situasi yang berlainan.

Stephenson (1979) dalam Carpenito (2009) menggambarkan dua

jenis ketidak-berdayaan, yaitu;

1. Ketidakberdayaan situasional

Ketidakberdayaan yang muncul pada sebuah peristiwa spesifik dan

mungkin berlangsung singkat.

2. Ketidakberdayaan dasar (trait powerlessness)

Ketidakberdayaan yang bersifat menyebar, mempengaruhi

pandangan, tujuan, gaya hidup, dan hubungan.

Secara klinis, diagnosis keperawatan ketidakberdayaan mungkin

lebih bermanfaat jika digunakan untuk menggambarkan individu yang

mengalami ketidakberdayaan dasar dibandingkan ketidakberdayaan

situasional.

b. Etiologi

1. Kemungkinan etiologi:

a) Disfungi proses berduka.

3
b) Kurangnya umpan balik positif.

c) Umpan balik negatif yang konsisten.

2. Faktor yang berhubungan:

a) Patofisiologis

Setiap proses penyakit, baik akut maupun kronis, dapat

menyebabkan ketidakberdayaan atau berperan menyebabkan

ketidakberdayaan. Beberapa sumber umum antara lain:

1) Berhubungan dengan ketidakmampuan berkomunikasi,

sekunder akibat CVA, trauma servikal, infark miokard,

nyeri.

2) Berhubungan dengan ketidakmampuan menjalani tanggung

jawab peran, sekunder akibat pembedahan, trauma, artritis.

3) Berhubungan dengan proses penyakit yang melemahkan,

sekunder akibat sklerosis multipel, kanker terminal.

4) Berhubungan dengan penyalahgunaan zat.

5) Berhubungan dengan distorsi kognitif, sekunder akibat

depresi.

Situasional (Personal, Lingkungan)

1) Berhubungan dengan perubahan status kuratif menjadi

paliatif.

2) Berhubungan dengan perasaan kehilangan kontrol dan

pembatasan gaya hidup, sekunder akibat (sebutkan)

3) Berhubungan dengan pola makan yang berlebihan.

4
4) Berhubungan dengan karakteristik personal yang sangat

mengontrol nilai (mis., lokus kontrol internal).

5) Berhubungan dengan pengaruh pembatasan rumah sakit atau

lembaga.

6) Berhubungan dengan gaya hidup berupa ketidakmampuan

(helplessness).

7) Berhubungan dengan rasa takut akiat penolakan

(ketidaksetujuan).

8) Berhubungan dengan kebutuhan dependen yang tidak

terpenuhi.

9) Berhubungan dengan umpan balik negatif yang terus-

menerus.

10) Berhubungan dengan hubungan abusive jangka panjang.

11) Berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.

12) Berhubungan dengan mekanisme koping yang tidak adekuat.

Maturasional:

1) Anak remaja: berhubungan dengan masalah pengasuhan anak.

2) Dewasa: berhubungan dengan peristiwa kehilangan lebih dari

satu kali, sekunder akibat penuaan (mis., pensiun, defisit

sensori, defisit motorik, uang, orang terdekat.

C. Gejala

Batasan karakteristik (Carpenito, 2009)

a. Mayor (harus ada):

5
Memperlihatkan atau menutupi (marah, apatis) ekspresi

ketidakpuasan atas ketidakmampuan mengontrol situasi (mis., pekerjaan,

penyakit, prognosis, perawatan, tingkat penyembuhan) yang mengganggu

pandangan, tujuan, dan gaya hidup.

1. Minor (mungkin ada):

a. Apatis dan pasif.

b. Ansietas dan depresi.

c. Marah dan perilaku kekerasan.

d. Perilaku buruk dan kebergantungan yang tidak memuaskan orang

lain.

e. Gelisahan dan cenderung menarik diri.

Tanda dan gejala (batasan karakteristik) (Townsend, 2010):

a. Ekspresi verbal dari tidak adanya kontrol atau pengaruh atau

situasi, hasil atau perawatan diri.

b. Tidak berpartisipasi dalam perawatan atau pengambilan

keputusan saat kesempatan diberikan.

c. Mengekspresikan keragu-raguan yang berkenaan dengan

pelaksanaan peran.

d. Segan mengekspresikan perasaan sebenarnya, takut diasingkan

dari pengasuh.

e. Apatis dan pasif

f. Ketergantungan pada orang lain yang dapat menghasilkan lekas

tersinggung, kebencian, marah, dan rasa bersalah.

6
D. Faktor Predisposisi

Beberapa faktor yang dapat mendukung terjadinya masalah

ketidakberda-yaan menurut Stuart (2009) pada Seseorang antara lain:

a. Biologis

Status nutrisi: berat badan pasien sangat menurun karena pasien

tidak berolahraga sejak terkena penyakit stroke. Massa otot berkurang

b. Psikologis

Psikologis pasien sedikit terguncang sejak terkena penyakit stroke

tersebut, sehari-hari yang dilakukannya hanya diam tanpa melakukan

latihan apa-apa, terkadang istrinya juga merasa sedih melihat keadaaan

suaminya seperti itu.

c. Sosiokultural

Hubungan pasien selama mengalami penyakit stroke mengalami

hambatan selain tidak mampu untuk berinteraksi dengan orang luar. Juga

komunikasi yang kurang jelas karena pelo

d. Spiritual

Spiritual Pasien terganggu karena pasien tidak mampu melakukan

ibadah sholat

E. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi dapat menstimulasi klien jatuh pada kondisi

ketidakberdyaan dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal. Kondisi

7
internal dimana pasienkurang dapat menerima perubahan fisik dan psikologis

yang terjadi. Kondisi eksternal biasanya keluarga dan masyarakat kurang

mendukung atau mengakui keberadaannya yang sekarang terkait dengan

perubahan fisik dan perannya. Sedangkan durasi stressor terjadi kurang lebih 6

bulan terakhir, dan waktu terjadinya dapat bersamaan, silih berganti atau

hampir bersamaan, dengan jumlah stressor lebih dari satu dan mempunyai

kualitas yang berat. Hal tersebut dapat menstimulasi ketidakberdayaan bahkan

memperberat kondisi ketidakberdayaan yang dialami oleh klien. Faktor-faktor

lain yang berhubungan dengan faktor presiptasi timbulnya ketidakberdayaan

adalah sebagai berikut:

a. Biologis

1) Menderita suatu penyakit dan harus dilakukan terapi tertentu, Program

pengobatan yang terkait dengan penyakitnya (misalnya jangka

panjang, sulit dan kompeks) (proses intoksifikasi dan rehabilitasi).

2) Kambuh dari penyakit kronis dalam 6 bulan terakhir

3) Dalam enam bulan terakhir mengalami infeksi otak yang menimbulkan

kejang atau trauma kepala yang menimbulkan lesi pada lobus frontal,

temporal dan limbic

4) Terdapat gangguan sistem endokrin

5) Penggunaan alkhohol, obat-obatan, kafein, dan tembakau

6) Mengalami gangguan tidur atau istirahat

7) Kurang mampu menyesuaikan diri terhadap budaya, ras, etnik dan

gender

8
8) Adanya perubahan gaya berjalan, koordinasi dan keseimbangan

b. Psikologis

1) Perubahan gaya hidup akibat menderita penyakit kronis

2) Tidak dapat menjalankan pekerjaan, hobi, kesenangan dan aktivitas

sosial yang berdampak pada keputusasaan.

3) Perasaan malu dan rendah diri karena ketidakmampuan melakukan

aktivitas kehidupan sehari-hari akibat tremor, nyeri, kehilangan

pekerjaan.

4) Konsep diri: gangguan pelaksanaan peran karena ketidakmampuan

melakukan tanggungjawab peran.

5) Kehilangan kemandirian atau perasaan ketergantungan dengan orang

lain.

c. Sosial budaya

1) Kehilangan pekerjaan dan penghasilan akibat kondisi kesehatan atau

kehidupannya yang sekarang.

2) Tinggal di pelayanan kesehatan dan pisah dengan keluarga (berada

dalam lingkungan perawatan kesehatan).

3) Hambatan interaksi interpersonal akibat penyakitnya maupun

penyebab yang lain

4) Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses penuaan

(misalnya: pensiun, defisit memori, defisit motorik, status finansial

atau orang terdekat yang berlangsung dalam 6 bulan terakhir)

9
5) Adanya perubahan dari status kuratif menjadi status paliatif.

6) Kurang dapat menjalankan kegiatan agama dan keyakinannya dan

ketidakmampuan berpartisipasi dalam kegiatan sosial di masyarakat.

F. Pohon Masalah

Ketidakberdayaan

Kurang Pengetahan Koping Individu tidak Efektif

G. Masalah Keperawatan Dan Data Yang Dikaji

1. Masalah Keperawatan

a. Ketidakberdayaan

2. Data yang Perlu Dikaji

Data Masalah Keperawatan


DS: Ketidakberdayaan
1. Mengatakan secara verbal
ketidakmampuan mengendalikan
atau mempengaruhi situasi
DO:
1. Tidak berpastisipasi dalam pengambilan
keputusan
2. Pasif
3. Ekspresi muka murung
4. Bicara dan gerakan lambat

H. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakberdayaan :

10
I. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan / Kriteria Hasil Intervensi


SDKI SLKI Keperawatan
SIKI
Ketidakberdayaan Tingkat Ansietas Intervensi Utama :
(D. 0092) (L. 09093) Promosi Harapan
Definisi : Definisi : ( I. 09307)
Persepsi bahwa tindakan Definisi :
Kondisi emosi dan
seseorang tidak akan
Meningkatkan
pengalaman subjektif
mempengaruhi hasil secara
kepercayaan pada
sigfnifikan : persepsi kurang terhadap objek yang tidak
kontrol pada situasi saat ini kemampuan untuk
jelas dan sfesifik akibat
atau yang akan dating.
memulai dan
antisipasi bahaya yang
Penyebab :
mempertahankan
1. 1. Program memungkinkan individu
perawatan/pengobatan yang tindakan.
melakukan tindakan untuk
kompleks atau jangka
Tindakan :
menghadapi ancaman.
panjang
Observasi
2. 2. Lingkungan tidak Kriteria Hasil :
mendukung  identifikasi harapan
1. Verbalisasi
perawatan/pengobatan
pasien dan keluarga
kebingungan
3. 3. Interaksi interpersonal tidak
dalam pencapaian
memuaskan 2. Verbalisasai khawatir
4. Gejala dan Tanda Minor hidup
akibat kondisi yang di
5. Subjektif
Terapeutik
hadapi
6. 1. Merasa diasingkan
7. 2. Menyatakan keraguan 3. Prilaku gelisah  sadarkan

tentang kinerja peran bahwa kondisi


4. Prilaku tegang
8. 3. Menyatakan kurang kontrol
5. Keluhan pusing yang dialami

9. 4. Menyatakan rasa malu 6. Anoreksia memiliki nilai

11
5. Merasa tertekan (depresi) 7. Palpitasi penting
Objektif
8. Frekuensi pernapasan  pandu
1. tidak berpartisipasi
9. Frekuensi nadi mengingat
dalam perawatan
2. pangasingan 10. Tekanan darah kembali
1.
11. Diaphoresis kenangan yang

12. Tremor menyenangkan

13. Pucat  libatkan pasien

14. Konsentrasi secara aktif

15. Pola tidur dalam

16. Perasaan keberdayaan perawatan

17. Kontak mata  kembangkan

18. Pola berkemih rencana

19. orientasi perawatan

yang

melibatkan

tingkat

pencapaian

tujuan

sederhana

sampai dengan

kompleks

 berikan

kesempatan

12
kepada pasien

dan keluarga

terlibat dengan

dukungan

kelompok

 ciptakan

lingkungan

yang

memudahkan

memperaktikk

an kebutuhan

spiritual.

Edukasi

 anjurkan

mengungkapkan

perasaan terhadap

kondisi dengan

realistis

 anjurkan

mempertahankan

hubungan (misal,

menyebutkan

nama orang yang

13
dicintai)

 anjurkan

mempertahankan

hubungan

terapeutik dengan

orang lain

 latih menyusun

tujuan yang

sesuai dengan

harapan

 latih cara

mengembangkan

spiritual diri

 latih cara

mengenang dan

menikmati masa

lalu (misal,

prestasi dan

pengalaman)

14
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. ( 2008 ), Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta : EGC


Carpenito-Moyet, L. J. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi
10.Jakarta: EGC
Direja Surya, Herman Ade. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika
Erna Cahyani.2016. Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Ansietas.

(Online. Available) From:


https://www.scribd.com/document/320503011/LP-SP-Ansietas ,
Diakses pada Kamis, 1 September 2016 pukul 16.00
Hawari, Dadang. (2008). Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta : FK
Universitas Indonesia
Nanda Internasional.2012.Diagnosis Keperawatan2012-2014. EGC : Jakarta.
Nuriinaya Muhammad Toha. 2012. Laporan Pendahuluan Ansietas
Jiwa. (Online.available).
From:https://www.scribd.com/doc/148768349/Lp-Ansietas-Jiwa,
Diakses pada Kamis, 1 September 2016 pukul 16.00
Stuart, G. W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 5. Jakarta. EGC
Videbeck, Sheila L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta :
EGC
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.
PPNI. (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.
PPNI. (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.

15
16

Anda mungkin juga menyukai