LP Artritis

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

DENGAN ARTHRITIS DI RUANG POLI PENYAKIT DALAM


DI RSUD LAMADDUKELLENG SENGKANG

DISUSUN OLEH :

LIA ADRIANI BAKMA, S. Kep


NIM : 202103016

PRESEPTOR LAHAN PRESEPTOR INSTITUSI

INSTITUT TEKNOLOGI KESAHATAN DAN SAINS


MUHAMMADIYAH SIDRAP
2021/2022
BAB I

KONSEP TEORI

A. DEFINISI
Arthritis merupakan suatu kondisi peradangan sendi. Peradangan
sendi ini dapat menyerang beberapa sendi. Arthritis (artritis) atau radang
sendi adalah peradangan atau inflamasi di dalam dan sekitar persendian
tubuh. Adapun sendi adalah titik di mana dua atau lebih tulang berkumpul,
seperti pinggul atau lutut.
Peradangan pada sendi menyebabkan sendi menjadi bengkak,
kaku, dan nyeri, atau bahkan sulit digerakkan. Adapun kondisi tersebut
dapat terjadi pada satu atau beberapa sendi di tubuh.
B. KLASIFIKASI
Klasifikasi dari arthritis adalah, sebagai berikut :
1. Artritis Rheumatoid
Artritis Rheumatoid adalah penyakit inflamasi kronik dan
sistematik yang menyebabkan destruksi sendi dan deformasi serta
menyebabkan disability. Penyakit ini sering terjadi dalam 3-4 dekade
ini pada lansia. Penyebab Artritis Rheumatoid tidak diketahui, tetapi
mungkin akibat penyakit autoimun dimulai dari interfalank proksimal
metakarpofalenkeal, pergelangan tangan dan pada tahap lanjut dapat
mengenai lutut dan paha (Luthfiyah, 2019).
2. Gout Arthritis
Gout Arthritis merupakan salah satu penyakit inflamasi sendi yang
paling sering ditemukan yang ditandai dengan penumpukan Kristal
Monosodium Urat di dalam ataupun di sekitar persendian.
Monosodium Urat ini berasal dari metabolisme Purin. Hal penting
yang mempengaruhi penumpukan Kristal Urat adalah Hiperurisemia
dan supersaturasi jaringan tubuh terhadap Asam Urat. Apabila kadar
Asam Urat di dalam darah terus meningkat dan melebihi batas ambang
saturasi jaringan tubuh, penyakit Gout Arthritis ini akan memiliki
manifestasi berupa penumpukan Kristal Monosodium Urat secara
Mikroskopis maupun Makroskopis berupa Tofi (Hidayah, 2019).
3. Osteoartritis
Osteoartritis (OA) adalah penyakit sendi yang paling sering dan
merupakan salah satu penyebab nyeri, disabilitas, dan kerugian
ekonomi dalam populasi. OA juga dikenal sebagai artritis degeneratif
atau penyakit sendi degeneratif atau Osteoartrosis, yang merupakan
suatu kelompok abnormalitas mekanik yang melibatkan degradasi/
kerusakan dari sendi, termasuk kartilago artikular dan tulang
subkondral (Purwanto, 2018).

4. Reactive arthritis atau Sindrom Reiter


Reactive arthritis adalah radang sendi yang disebabkan oleh reaksi
peradangan yang terjadi di bagian tubuh yang lain. Kondisi ini sering
dipicu oleh infeksi bakteri yang terjadi di saluran kemih.
5. Septic Arthritis
Septic arthritis atau infectious arthritis adalah radang sendi yang
disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, atau jamur pada sendi.

C. ETIOLOGI
Penyebab radang sendi berbeda-beda, tergantung pada masing-
masing jenis artritis. Misalnya, jenis osteoarthritis bisa terjadi karena
adanya kerusakan pada tulang rawan yang melapisi bagian ujung tulang,
sementara rheumatoid arthritis (RA) muncul akibat adanya kesalahan pada
sistem kekebalan atau imun tubuh. Ada tiga faktor utama yang terkait
dengan penyebab beberapa jenis artritis, yaitu faktor genetik (keturunan),
peristiwa atau hal yang terjadi selama hidup seseorang, serta gaya hidup.
Beberapa faktor risiko arthritis, antara lain, Kelebihan berat badan atau
obesitas, Riwayat cedera pada sendi, dan Sering melakukan aktivitas berat
pada sendi.

D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala umum dari arthritis, antara lain:

1. Nyeri sendi, bahkan tanpa melakukan gerakan.


2. Gerakan sendi menjadi terbatas.
3. Kemerahan pada kulit di sekitar sendi.
4. Pembengkakan dan kekakuan pada sendi.
5. Peradangan di dalam dan sekitar sendi.

E. KOMPLIKASI
Arthritis adalah penyakit yang dapat menimbulkan rasa sakit dan
kesulitan bergerak dalam jangka waktu yang lama. Selain itu, masalah
kesehatan lain pun berpotensi ditimbulkan dari radang sendi (arthritis).
Namun, komplikasi yang terjadi tergantung pada jenis artritis yang
dimiliki.
Sebagai contoh, penyakit rheumatoid arthritis (RA) dapat
menimbulkan berbagai komplikasi seperti, osteoporosis, nodul
rheumatoid, sindrom Sjogren yang memengaruhi mata dan mulut, infeksi,
carpal tunnel syndrome, bahkan hingga masalah pada jantung dan paru-
paru.
Pada anak, juvenile idiophatic/rheumatoid arthritis bisa
menyebabkan radang mata (uveitis) hingga mengarah ke katarak,
glaukoma, atau bahkan kebutaan. Anak juga bisa mengalami masalah
pertumbuhan, terutama pada perkembangan tulang.

Selain itu, beberapa jenis artritis juga dapat menimbulkan


gangguan tidur dan depresi pada penderitanya. Pasalnya, rasa sakit dan
nyeri yang menahun dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, termasuk
gangguan saat tidur. Adapun kurang tidur dan rasa sakit yang kerap
mengganggu kegiatan sehari-hari dapat menjadi salah satu pemicu depresi.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Rontgen (sinar-X) tulang (radiografi)


Dengan menggunakan tingkat radiasi rendah, tes ini akan
menghasilkan gambaran pada tulang Anda. Tes ini bertujuan untuk
melihat adanya penipisan dan kerusakan yang terdapat di tulang rawan.
2. CT Scan
CT scan menggabungkan peralatan sinar-X dengan komputer
untuk mengambil gambar bagian dalam tubuh dari berbagai sudut. Tes
ini berguna untuk memeriksa sendi-sendi yang terletak terlalu dalam di
tubuh dan tidak dapat dilihat hanya dengan rontgen tulang biasa.
3. MRI
Tes ini menggunakan gelombang radio dan komputer untuk
menghasilkan gambar yang lebih detail. MRI bisa memperlihatkan
bagian-bagian tulang beserta jaringan di sekitarnya, termasuk tulang
rawan, ligamen, dan bagian dalam sendi.
4. Musculoskeletal Ultrasound
Tes ini menggunakan alat kecil bernama transducer dan gel untuk
menghasilkan gambar dari gelombang suara. Gambar yang dihasilkan
akan menunjukkan tampilan sendi dan jaringan-jaringan di sekitarnya
dengan detail, terutama yang terletak dekat dengan permukaan kulit.
G. PENATALAKSANAAN

Beberapa pilihan penatalaksanaan yang akan diberikan oleh dokter


untuk mengatasi radang sendi adalah:
1. Pemberian Obat-obatan

Pemberian obat-obatan bertujuan untuk mengatasi


peradangan dan meredakan keluhan pada sendi. Beberapa jenis
obat yang biasanya diberikan adalah:

a. Obat antinyeri, seperti paracetamol atau capsaicin krim

b. Obat antiperadangan yang juga bisa meredakan nyeri,


seperti obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat
kortikosteroid

2. Fisioterapi

Fisioterapi dilakukan untuk memperkuat otot-otot di sekitar


sendi dan meningkatkan kemampuan gerak tubuh.  Hal ini akan
mengembalikan fungsi gerak yang berkurang akibat radang
sendi. Salah satu contoh fisioterapi sederhana yang bisa dilakukan
untuk mengobati radang sendi adalah pemberian kompres hangat
atau dingin.

3. Operasi

Operasi dilakukan untuk memperbaiki atau mengganti


sendi yang rusak. Pilihan penanganan ini akan dilakukan jika
gejala radang sendi sudah sangat parah dan tidak bisa diatasi
dengan obat-obatan.
Beberapa jenis operasi yang bisa dilakukan untuk
mengatasi radang sendi adalah arthrodesis, osteotomy,
dan arthroplasty.

Selain menjalani pengobatan dari dokter, penderita radang sendi


juga disarankan untuk menerapkan pola hidup sehat dengan melakukan
beberapa hal di bawah ini:

1. Menjaga berat badan ideal


Penderita radang sendi yang memiliki berat badan berlebih
disarankan untuk menurunkan berat badan dengan pengaturan pola
makan atau diet. Jika berat badan berkurang, tekanan pada sendi juga
akan berkurang.
2. Rutin berolahraga
Berolahraga secara teratur dapat meningkatkan daya tahan tubuh
dan memperkuat otot-otot di sekitar persendian, serta
membuat persendian lebih stabil. Olahraga yang disarankan adalah
jenis olahraga yang tidak memberikan tekanan berlebih pada sendi,
seperti berenang.
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
Meliputi nama, usia (nyeri sendi dapat terjadi pada usia berapapun,
namun lebih sering terjadi pada usia 40-60 tahun), jenis kelamin (nyeri
sendi lebih banyak menyerang wanita daripada pria), alamat, pendidikan,
pekerjaan, dan penanggung jawab (Hidayah, 2019).
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang menonjol pada klien adalah nyeri sendi dan terjadi
peradangan sehingga dapat menggangu aktivitas klien. Sendi yang terkena
nyeri, yaitu sendi pergelangan tangan, lutut, kaki (sendi diartrosis), sendi
siku, bahu, panggul, dan pergelangan kaki. Keluhan sering berupa kaku
sendi dipagi hari, pembengkakan, dan nyeri sendi (Luthfiyah, 2019).
3. Riwayat kesehatan sekarang
Didapatkan adanya keluhan nyeri yang terjadi di otot sendi. Sifat
dari nyerinya umumnya seperti pegal/di tusuk-tusuk/panas/di tarik-tarik
dan nyeri yang dirasakan terus menerus atau pada saat bergerak, terdapat
kekakuan sendi, keluhan biasanya dirasakan sejak lama dan sampai
menggangu pergerakan (Hidayah, 2019).
4. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita oleh klien, apakah keluhan
penyakit Arthritis sudah diderita sejak lama dan apakah mendapat
pertolongan sebelumnya (Hidayah, 2019).
5. Riwayat penyakit keluarga
Kaji riwayat arthritis dalam keluarga.
6. Riwayat psikososial
Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang diderita dan
penyakit klien dalam lingkungannya. Respon yang didapat meliputi
adanya kecemasan individu dengan rentan variasi tingkat kecemasan yang
berbeda dan berhubungan erat dengan adanya sensasi nyeri, hambatan
mobilitas fisik akibat respon nyeri dan kurang pengetahuan akan program
pengobatan dan perjalanan penyakit. Adanya perubahan aktivitas fisik
akibat adanya nyeri dan hambatan mobilitas fisik memberikan respon
terhadap konsep diri yang maladaptif (Hidayah, 2019).
7. Riwayat nutrisi
Kaji riwayat nutisi klien apakah klien sering menkonsumsi
makanan yang mengandung tinggi Purin (Hidayah, 2019).
8. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
dari ujung rambut hingga ujung kaki (head to toe). Pemeriksaan fisik pada
daerah sendi dilakukan dengan inspeksi dan palpasi. Inspeksi yaitu
melihat dan mengamati daerah keluhan klien seperti kulit, daerah sendi,
bentuknya dan posisi saat bergerak dan saat diam. Palpasi yaitu meraba
daerah nyeri pada kulit apakah terdapat kelainan seperti benjolan dan
merasakan suhu di daerah sendi dan anjurkan klien melakukan pergerakan
yaitu klien melakukan beberapa gerakan bandingkan antara kiri dan kanan
serta lihat apakah gerakan tersebut aktif, pasif atau abnormal (Hidayah,
2019).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (D.0077).
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian (D.0054).
3. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit (D.0130).
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit
(D.0074).
5. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan kelebihan cairan
(peradangan kronik akibat adanya kristal urat) (D.0129).
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri pada persendian (D.
0055).

C. PERENCANAAN KEPERAWATAN (INTERVENSI)

NO TUJUAN DAN
DIAGNOSA INTERVENSI
. KRITERIA HASIL
1 Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
berhubungan dengan asuhan keperawatan komprehensif termasuk lokasi,
agen cedera biologis diharapkan nyeri hilang karakteristik, durasi, frekuensi dan
(D.0077). atau terkontrol dengan kualitas nyeri.
kriteria hasil : 2. Observasi reaksi nonverbal dari
1. Melaporkan Bahwa ketidaknyamanan.
Nyeri Berkurang 3. Ajarkan teknik non farmakologi
Dengan Mengguna rileksasi napas dalam.
Kan Manajemen 4. Posisikan klien agar merasa nyaman,
Nyeri. misalnya sendi yang nyeri
2. Mampu Mengenali diistarahatkan dan diberikan bantalan.
Nyeri (Skala, 5. Kolaborasi dengan dokter jika ada
Intensitas, Frekuensi keluhan dan tindakan nyeri yang tidak
Dan Tanda Nyeri). berhasil
3. Menyatakan Rasa
Nyaman Setelah
Nyeri Berkurang.

2 Gangguan mobilitas Setelah dilakukan 1. Monitor tanda-tanda vital


fisik berhubungan asuhan keperawatan 2. Kaji tingkat mobilisasi klien
dengan nyeri diharapkan klien 3. Bantu klien untuk melakukan rentan
persendian (D.0054). mampu melakukan gerak aktif maupun rentan gerak pasif
rentan gerak aktif dan pada sendi
ambulasi secara
perlahan dengan
kriteria hasil :
1. Klien meningkat
dalam aktivitas fisik
2. Mengerti tujuan dari
peningkatan
mobilisasi
3. Memperagakan
penggunaan alat
bantu

3 Hipertemia Setelah melakukan 1. Monitor suhu sesering mungkin.


berhubungan dengan tindakan asuhan 2. Monitor warna dan suhu kulit.
proses penyakit keperawatan 3. Monitor tekanan darah, nadi dan
(D.0130). diharapkan suhu tubuh pernapasan.
klien dalam batas
normal dengan kriteria
hasil :
1. Suhu tubuh dalam
rentan normal.
2. Nadi dan
pernapasan dalam
rentan normal.
3. Tidak ada
perubahan warna
kulit dan tidak ada
pusing.

4 Gangguan rasa Setelah melakukan 1. Identifikasi tingkat kecemasan klien


nyaman tindakan asuhan 2. Temani klien untuk mengurangi rasa
berhubungan dengan keperawatan takut klien
gejala terkait diharapkan status 3. Dengarkan klien dengan penuh
penyakit (D.0074). kenyamanan klien perhatian.
meningkat dengan 4. Dorong klien dalam mengatakan
kriteri hasil : perasaan, ketakutan dan persepsinya
1. Mampu
mengontrol
kecemasan
2. Status lingkungan
yang nyaman
3. Kualitas tidur dan
istirahat adekuat

5 Gangguan integritas Setelah dilakukan 1. Anjurkan klien untuk menggunakan


jaringan asuhan keperawatan alas kaki yang longgar.
berhubungan dengan diharapkan ketebalan 2. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih
kelebihan cairan dan tekstur jaringan dan kering.
(peradangan kronik normal dengan kriteria 3. Monitor aktivitas dan mobilisasi klien.
akibat adanya kristal hasil : 4. Monitor kulit akan adanya kemerahan.
urat) (D.0129). 1. Tidak ada tanda- 5. Monitor status nutrisi klien.
tanda infeksi. 6. Berikan posisi yang mengurangi
2. Menunjukan tekanan pada luka.
pemahaman dalam 7. Ajarkan klien tentang luka dan
proses perbaikan perawatan luka.
kulit dan
mencegah
terjadinya cidera
berulang.

6 Gangguan pola tidur Setelah dilakukan 1. Monitor dan catat kebutuhan tidur
berhubungan dengan asuhan keperawatan klien setiap hari dan jam.
nyeri pada diharapkan jumlah jam 2. Determinasi efek-efek medikasi
persendian (D. tidur klien dalam batas terhadap pola tidur.
normal dengan kriteria 3. Jelaskan pentingnya tidur yang
0055). hasil : adekuat.
1. Jumlah jam tidur 4. Fasilitasi untuk mempertahankan
dalam batas aktivitas sebelum tidur (membaca).
normal 6-8 5. Ciptakan lingkungan yang nyaman.
jam/hari. 6. Diskusikan dengan klien tentang
2. Pola tidur dan teknik tidur klien.
kualitas tidur
dalam batas
normal.
3. Perasaan segar
setelah tidur dan
istirahat.
4. Mampu
mengidentifikasi
hal- hal yang
meningkatkan tidur

D. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria
hasil yang diharapkan (Hidayah, 2019).

E. EVALUASI
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati
dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Hidayah,
2019).
DAFTAR PUSTAKA
Hidayah, N. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gout Arthritis Di
Panti Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri Samarinda. kementerian
kesehatan republik indonesia politeknik kesehatan kemenkes kaltim.
Luthfiyah, L. D. (2019). Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Keluarga Bapak S
Dengan Masalah Artritis Rheumatoid Di Wilayah Kerja Puskesmas Gulai
Bancah Kota Bukittinggi Tahun 2019. In stikes perintis padang (Vol. 52,
Issue 1). stikes perintis padang.
Purwanto, H. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Ny. E Dengan Osteoartritis Di
Ruang Kirana Rs Tk.Iii Dr.Soetarto Yogyakarta [politeknik kesehatan
kementerian kesehatan yogyakarta].

Anda mungkin juga menyukai