LAPORAN PKPA KF Rezkya Munazat
LAPORAN PKPA KF Rezkya Munazat
LAPORAN PKPA KF Rezkya Munazat
Di Susun Oleh:
REZKYA MUNAZAT (2043700377)
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
2021
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
DI APOTEK KIMIA FARMA 622 BANJARBARU
Disusun Oleh :
Nama: Rezkya Munazat (2043700377)
Telah disetujui oleh:
Koordinator PKPA
ii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT karena atas
segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan laporan ini dapat
diselesaikan dengan baik, yang berjudul “Laporan Praktek Kerja Profesi
Apoteker di Apotek Kimia Farma 622 Banjarbaru ”.
Penulis mendapatkan pengalaman yang begitu berharga dalam proses
pelaksanaan praktek kerja profesi Apoteker, adanya sebuah prinsip hidup yaitu
menjadi seseorang yang senantiasa belajar sepanjang hidup dan mengaplikasikan
ilmu tersebut untuk kepentingan masyarakat, karena sesungguhnya “sebaik-
baiknya manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain”.
Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini, penulis
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Nina Jusnita, S.TP., M.Si selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
17 Agustus 1945 Jakarta.
2. Ibu apt. Nuzul Fajriani, S.Farm., M.Sc selaku Ketua Program Studi Profesi
Apoteker Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta.
3. Bapak apt. Ahmad Riduan, S.Farm selaku apoteker pengelola apotek dan
sebagai pembimbing lapangan PKPA di Apotek Kimia Farma 622
Banjarbaru
4. Segenap Karyawan dan Staf di Apotek Kimia Farma 622 yang telah
banyak memberikan bimbingan, informasi, masukan dan pengalaman
selama PKPA di Apotek Kimia Farma 622 Banjarbaru.
5. Segenap staf pengajar dan karyawan Program Studi Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta.
6. Kedua orang tua dan kakak, adik tercinta atas do’a, kesabaran dan kasih
sayang serta dukungan baik moril maupun materil yang tiada hentinya.
7. Sahabat-sahabat yang telah memberikan masukan, dukungan serta
kebersamaannya selama ini.
8. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu, yang telah banyak
membantu dalam pelaksanaan PKPA dan dalam menyelesaikan
penyusunan laporan ini.
iii
Penyusun berharap PKPA ini dapat membuahkan hasil yang baik dan
bermanfaat sehingga dapat menjadi panduan dalam menghadapi persaingan dan
lingkungan kerja yang semakin penuh tantangan di masa yang akan datang.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan laporan PKPA ini masih banyak
terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan, oleh karena itu, penyusun berharap
kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan selanjutnya. Semoga
laporan PKPA ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Akhir kata, saya memohon maaf apabila dalam penyusunan laporan ini
terdapat kekurangan dan kesalahan.
Rezkya Munazat
iv
DAFTAR ISI
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
sarana dan prasarana. Pengelolaan Apotek secara resmi dipimpin oleh
Apoteker Pengelola Apotek (APA). Seorang APA bertanggung jawab
dalam pelayanan kefarmasian kepada masyarakat, terutama peningkatan
kualitas pelayanan kesehatan melalui pengelolaan, dan pemberian
informasi penggunaan obat secara tepat, aman, dan rasional. Dalam
menjalankan profesinya melalui pengelolaan Apotek, seorang Apoteker
harus memiliki pengetahuan tentang manajemen yang baik.
1.2 Tujuan
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma
622 bertjuan untuk:
2
3. Mahasiswa mampu memahami peran dan fungsi apoteker di apotek
dalam aspek manajerial yang mencakup pengelolaan sumber daya
manusia kesehatan, pengelolaan perbekalan farmasi dan perbekalan
kesehatan, pengelolaan administrasi keuangan apotek.
4. Mempelajari konsep swalayan farmasi sebagai bentuk modifikasi
pengembangan apotek.
5. Mempelajari tata cara berkomunikasi yang efektif dengan pasien
terutama saat memberikan informasi obat, edukasi, dan konseling
mengenai terapi pengobatan.
3
BAB II
TINJAUAN UMUM
4
f. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 73 tahun
2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
g. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 9 Tahun
2017 tentang Apotek.
h. Peraturan Menteri Kesehatan No. 31 Tahun 2016 Tentang
Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian.
Peraturan Menteri Kesehatan No. 3 Tahun 2015 tentang
Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan
Narkotika, Psikotropika, dan Prekusor Farmasi.
1.1 Apoteker
5
menunjuk seorang Apoteker Pengganti. APA bertanggungjawab penuh
dalam menjalankan tugasnya di Apotek serta mengawasi kinerja Asisten
Apoteker dan kayawan lain
6
2. Menganalisis permintaan.
3. Memberikan alternatif macam macam obat bebas, bebas terbatas, dan
komoditi lain.
4. Memberi pilihan harga obat bebas, bebas terbatas, dan komoditi lain.
5. Menyerahkan obat bebas, bebas terbatas, dan komoditi lain.
6. Memberikan informasi obat bebas, bebas terbatas, dan komoditi
lain.
c. Pengelolaan sediaan Farmasi.
1. Memesan dan menerima sedang Farmasi.
2. Memeriksa sediaan Farmasi yang habis.
3. Memeriksa dan mengendalikan sediaan Farmasi yang mendekati
waktu kadaluarsa.
4. Menyimpan sediaan Farmasi sesuai dengan golongannya.
5. Menghitung harga sediaan Farmasi Menerima pesanan sediaan
farmasi dan industri farmasi.
d. Pengelolaan pencatatan.
1. Melaksanakan tata cara menyimpan resep.
2. Pencatatan persediaan Farmasi.
3. Penyimpanan surat pesanan.
4. Pencatatan dan penyimpanan laporan
3. Sarana dan prasarana
Bangunan Apotek paling sedikit memiliki sarana ruang yang
berfungsi:
1. Penerimaan resep.
2. Pelayanan resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas).
3. Penyerahan sediaan farmasi dan alat kesehatan.
4. Konseling.
5. Penyimpanan sediaan farmasi dan alat kesehatan.
6. Arsip.
Prasarana Apotek paling sedikit terdiri atas:
7
1. Instalasi air bersih.
2. Instalasi listrik.
3. Sistem tata udara.
4. Sistem proteksi kebakaran.
Peralatan yang ada di Apotek adalah :
8
penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, pencatatan
dan pelaporan.
a) Perencanaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan BMHP perlu diperhatikan pola penyakit, pola
konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat.
1) Metode Epidemiologi, Yaitu berdasarkan pola penyebaran
penyakit dan pola pengobatan penyakit yang terjadi dalam
masyarakat sekitar.
2) Metode Konsumsi, Yaitu berdasarkan data pengeluaran barang
periode lalu. Selanjutnya data tersebut dikelompokkan dalam
kelompok fast moving (cepat beredar) maupun yang slow
moving.
3) Metode Kombinasi, Yaitu gabungan dari metode epidemiologi
dan metode konsumsi. Perencanaan pengadaan barang dibuat
berdasarkan pola penyebaran penyakit dan melihat kebutuhan
sediaan farmasi periode sebelumnya.
b) Pengadaan
Untuk menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian maka pengadaan
Sediaan Farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
1) Metode Pengadaan
a. Tender terbuka, untuk semua rekanan yg terdaftar,
menguntungkan, perlu staf kuat, waktu dan perhatian lama.
b. Tender terbatas (lelang tertutup), rekanan tertentu yg punya
riwayat baik, harga dpt dikendalikan, tenaga dan beban lebih
hemat.
c. Pembelian dengan tawar-menawar, item sedikit dan tdk
urgent, pendekatan langsung.
d. Pengadaan langsung, pembelian jumlah kecil, perlu segera
tersedia, harga tertentu, agak mahal.
9
2) Sumber Pengadaan
a. Pengadaan Rutin, yaitu pembelian barang kepada para
distributor perbekalan farmasi untuk obat-obat yang kosong
berdasarkan data dari buku defekta.
b. Pengadaan Mendesak (Cito), dilakukan, apabila barang yang
diminta tidak ada dalam persediaan serta untuk menghindari
penolakan obat/resep. Pembelian barang dapat dilakukan ke
apotek lain yang terdekat sesuai dengan jumlah sediaan
farmasi yang dibutuhkan tidak dilebihkan untuk stok di
apotek.
c. Konsinyasi, merupakan suatu bentuk kerja sama antara
Apotek dengan suatu perusahaan atau distributor yang
menitipkan produknya untuk dijual di apotek, misalnya alat
kesehatan, obat-obat baru, suplemen kesehatan, atau sediaan
farmasi, dan perbekalan kesehatan yang baru beredar di
pasaran. Setiap dua bulan sekali perusahaan yang menitipkan
produknya akan memeriksa produk yang dititipkan di apotek,
hal ini bertujuan untuk mengetahui berapa jumlah produk
yang terjual pada setiap dua bulannya. Pembayaran yang
dilakukan oleh apotek sesuai jumlah barang yang laku.
Apabila barang konsinyasi tidak laku, maka dapat
diretur/dikembalikan ke distributor yang menitipkan.
c) Penerimaan
Penerimaan adalah suatu kegiatan dalam menerima perbekalan
farmasi yang diserahkan dari unit-unit pengelola yang lebih tinggi (PBF)
kepada unit pengelola dibawahnya (Apotek). Petugas pembelian (TTK)
akan melakukan pengecekan terhadap barang yang datang disesuaikan
dengan surat pesanan dan yang perlu dicek saat penerimaan
barangmencakup kuantitas, merk, kualitas, nama obat, expired date,
nomor batch, harga satuan, diskon, jika perhitungannya benar semua
disahkan dengan tanda terima dan cap stempel apotek. Penerima barang
10
khusus narkotika dan psikotropika harus memiliki SIK (Surat Izin Kerja).
Jadi, peran TTK dibagian penerimaan adalah menerima barang dengan
cara mencek kesamaan antara SPB, faktur serta barang yang datang yang
meliputi tanggal kadaluwarsa, jenis obat, jumlah obat, dan no. batch.
Setiap penerimaan perbekalan farmasi Narkotik, Psikotropik dan
Prekursor dicatat pada masing-masing kartu stok dan kemudian di-entry
ke komputer berdasarkan faktur yang telah dicocokkan pada saat
penerimaan barang. Jika barang yang datang tidak sesuai dengan SPB
atau ada kerusakan fisik sediaan maka akan dilakukan retur untuk ditukar
dengan barang yang sesuai. Sedangkan untuk perbekalan farmasi lainnya
dilakukan import droping faktur dari Gudang Apotek Pooling atau dari
mana sumber barang datangnya.
d) Penyimpanan
1) Obat/ bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik.
Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan
pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi
dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru. Wadah
sekurang-kurangnya memuat nama Obat, nomor batch dan
tanggal kadaluwarsa.
2) Semua obat/ bahan obat harus disimpan pada kondisi yang
sesuai sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.
3) Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk
sediaan dan kelas terapi obat serta disusun secara alfabetis.
4) Pengeluaran Obat memakai sistem First Expire First Out
(FEFO) dan First In First Out (FIFO).
Cara penyimpanan obat LASA (look a like sound a like)
11
c. Obat LASA diberi stiker warna biru dengan tulisan LASA
warna hitam dan ditempelkan pada kotak obat.
d. Jika obat LASA sama memiliki 3 (tiga) kekuatan berbeda
maka :
- Obat LASA kekuatan besar diberi stiker biru Obat LASA
kekuatan sedang diberi stiker kuning - Obat LASA kekuatan
kecil diberi stiker hijau
12
narkotika syarat yang tercantum di pengaturan adalah
sebagai berikut:
a. Ukuran lemari : 40x80 x100 cm.
b. Bahan : kayu atau bahan lain yang kuat.
c. Lemari dibagi menjadi dua fungsi dengan kunci yang
berlainan. Fungsi yang pertama untuk perbekalan dan
bahan baku morfin, petihidin dan garam-garamnya.
d. Lemari khusus narkotika ditempatkan pada dinding
tembok atau lantai, tidak boleh digunakan untuk
keperluan lain, tidak boleh dilihat oleh umum dan
kunci dikuasai oleh penanggung jawab atau pegawai
apotek yang dikuasakan.
8) Penyusunan obat dalam persediaan diatur menurut
golongan secara sistem alfabetis. Dapat pula diatur
menurut pabrik. Obat antibiotik perlu diperhatikan
mengenai tanggal kadaluwarsa. Setiap terjadi mutasi obat
segera dicatat dalam kartu stok.
9) Penyimpanan Obat-obat High Alert:
a. Obat-obat High alert disimpan di instalasi farmasi
dengan diberi label yang bertuliskan ‘HIGH ALERT’
di setiap kemasan obat dan dipisahkan dari obat lain
ditempatkan di dalam lemari/ wadah dan diberi garis
berwarna merah bertuliskan Hati-hati high alert
medication.
13
ketat (restricted) untuk mencegah penatalaksanaan
yang kurang hati-hati.
e) Distribusi
Secara umum distribusi obat dapat diartikan sebagai proses
pemindahan barang dari suatu tempat ke tempat lain seperti:
14
Distribusi dapat dilakukan dengan 2 cara:
f) Pengendaliaan Sediaan
Pengendalian pada dasarnya adalah membandingkan antara
rencana dengan pelaksanaan sehingga dapat ditentukan
penyimpangan yang timbul apakah sudah menjadi “tanda bahaya”
bagi organisasi dan unit-unitnya. Penyimpangan yang terjadi
digunakan sebagai dasar evaluasi atau penilaian prestasi dan umpan
balik untuk kebaikan di masa yang akan datang (Supriyono, 2009).
Untuk menjamin kelancaran penyelenggaraan pengelolaan
perbekalan farmasi secara berdayaguna dan berhasilguna, maka
fungsi pengendalian sangat penting untuk menjamin
terselenggaranya efekfitas dan efisiensi pengelolaan perbekalan
farmasi itu sendiri (Ediasman,2008).Tujuan dari pengendalian
persediaan adalah untuk membuat suatu keputusan persediaan yang
dapat meminimalkan total biaya persediaan. Hal ini tidak boleh
disamakan dengan meminimalkan persediaan (Blackburn, 2010).
Pengendalian persediaan perbekalan farmasi di gudang jika tidak
dimonitor dapat mengakibatkan terjadinya stock out, selain itu juga
mungkin akan terjadi over stock sehingga biaya yang akan
ditimbulkan akan menjadi semakin besar.
1) Metode Analisis ABC Indeks Kritis
Penggunaan analisis model ini dapat dilakukan pada pengadaan
dan pengawasan obat dengan prioritas sesuai hasil analisis ABC
Indeks Kritis yang bertujuan untuk efisiensi dalam penggunaan
15
dana dan efektif terhadap efek terapi obat terhadap pasien
(Suciati et al, 2006).
Menurut Sari (2008), untuk menetapkan indeks ini, user (dokter)
dilibatkan dengan mengisi lembar kuisioner yang berisi daftar
persediaan obat.
2) Safety stock
Safety Stock adalah bagian dari total persediaan yang
memberikan perlindungan terhadap ketidak pastian di dalam
permintaan lead time selama beberapa siklus Safety
stock merupakan dilema, dimana dengan adanya stock out akan
berakibat terganggunya proses produksi sedangkan
adanya stock yang berlebih akan meningkatkan biaya persediaan.
Dalam penentuan safety stock harus memperhatikan keduanya
( stock out dan over stock ), dengan kata lain bahwa dengan safety
stock akan megusahakan terjadinya kesimbangan.
Tujuan safety stock adalah untuk meminimalkan
terjadinya stock out dan mengurangi penambahan biaya
penyimpanan dan biaya stock out total, biaya penyimpanan disini
akan bertambah seiring dengan adanya penambahan yang berasal
dari reorder poit karena adanya safety stock. Keuntungan
darisafety stock adalah pada saat jumlah permintaan mengalami
lonjakan, maka persediaan pengaman dapat digunakan untk
menutup permintaan tersebut. Untuk menghindari stock out perlu
diadakan suatu fungsi persediaan pengaman, yaitu suatu persediaan
tambahan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan
terjadinya stock out akibat ketidakpastian dalam permintaan dan
penyediaan.
3) Economic Order Quantity
Economic Order Quantity (EOQ) adalah jumlah kuantitas
barang yang diperoleh dengan biaya yang minimal, atau sering
dikatakan sebagai jumlah pembelian yang optimal / ekonomis
16
( Riyanto,2001). Syarat persediaan yang ekonomis adalah
terjadinya keseimbangan antara biaya pemesanan dan biaya
penyimpanan. Nilai EOQ dipengaruhi oleh :
1. Jumlah yang dibutuhkan selama satu periode.
2. Biaya pemesanan setiap kali pesan.
3. Harga satuan.
4. Biaya penyimpanan dan pemeliharaan.
g) Pencatatan dan Pelaporan
1. Kegiatan Administrasi di Apotik (Standar Pelayanan
Kefarmasian) Terdiri dari :
a. Administrasi Umum, melputi pencatatan, pengarsipan,
pelaporan narkotika, psikotropika dan dokumentasi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
b. Administrasi Pelayanan, meliputi pengarsipan resep,
pengarsipan catatan pengobatan pasien, pengarsipan hasil
monitoring penggunaan obat
2. Kelengkapan Administrasi Apotek
a. Blangko pesanan obat.
b. Blangko kartu stok.
c. Blangko salinan resep.
d. Blangko faktur dan blangko nota penjualan.
e. Buku pembelian dan penerimaan serta buku penjualan dan
penerimaan obat.
f. Buku yang bersangkut paut dengan pembukuan keuangan.
g. Buku pencatatan narkotika dan psikotropika.
h. Buku pesanan obat narkotika dan psikotropika.
i. Form laporan obat narkotika dan psikotropika.
j. Alat tulis dan kertas sesuai dengan kebutuhan.
3. Macam Laporan yang dibuat Apotek
a. Laporan pemakaian narkotika dan psikotropika dan obat-obat
yang sering disalahgunakan per bulan.
17
b. Laporan statistika resep dan penjualan obat generik berlogo
per bulan.
c. Laporan daftar hadir tenaga kesehatan.
d. Laporan jumlah tenaga farmasi per tiga bulan.
e. Laporan perpajakan per tahun.
f. Laporan keuangan meliputi :
a. Laporan Harian : Buku penjualan obat OTC, OWA, dan
Resep.
b. Laporan Bulanan : Buku kas bulanan, Buku tuslah, Buku
embalase,
c. Laporan neraca rugi dan laba, serta Laporan pajak.
d. Laporan Tahunan : Laporan pajak tahunan (SPT) dan
Laporan neraca dan rugi-laba.
h) Pemusnahan
1) Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan
jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan obat kadaluwarsa atau rusak
yang mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh
Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Pemusnahan Obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh
Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki
surat izin praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan
dengan berita acara pemusnahan menggunakan Formulir 1
sebagaimana terlampir.
2) Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun
dapat dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker
disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan
cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan
Berita Acara Pemusnahan Resep menggunakan Formulir 2
sebagaimana terlampir dan selanjutnya dilaporkan kepada dinas
kesehatan kabupaten/kota. Obat yang ada di Apotek telah ditetapkan
oleh pemerintah menjadi beberapa golongan. Hal ini dimaksudkan
18
agar dapat mempermudah APA dalam memperoleh, menyimpan dan
menyerahkannya, sehingga pengggunaan menjadi tepat.
Penggolongan obat tersebut terdiri dari :
a. Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dapat dijual bebas kepada
umum tanpa resep dokter, tidak termasuk dalam daftar
narkotika, psikotropika, obat keras,ataupun obat bebas terbatas
dan sudah terdaftar di DEPKES R.I Contoh : Minyak kayu
putih, Obat batuk hitam, Obat batuk putih,Tablet parsetamol,
Tablet vitamin C, B Kompleks, vitamin E dan lain-lain.
Penandaan obat bebas diatur berdasarkan S.K Menkes RI
Nomor 2380/A/SK/1983 tentang tanda khusus untuk obat bebas
dan obat bebas terbatas. Tanda khusus untuk obat bebas yaitu
lingkaran bulat warna hijau dengan garis tepi berwarna hitam,
seperti terlihat pada gambar berikut :
19
1) Obat tersebut hanya boleh dijual dalam bungkusan asli
dari pabriknya atau pembuatnya.
2) Pada penyerahannya oleh pembuat atau penjual harus
dicantumkan tanda.
3) Tanda tersebut berwarna hitam, berukuran panjang 5
cm, lebar 2 cm dan memuat pemberian berwarna putih.
4) Tanda peringatan seperti contoh dibawah ini :
20
c. Obat Keras Daftar G
Obat keras atau obat daftar G menurut bahasa Belanda “G”
singkatan dari “Gevaarlijk” artinya berbahaya, maksudnya obat
dalam golongan ini berbahaya jika pemakaiannya tidak berdasarkan
resep dokter.
21
Gambar 2.6 lambang obat keras
22
Menurut UU RI No. 35 Tahun 2009 narkotika dibagai 3 golongan
yakni :
1) Narkotika golongan 1
2) Narkotika golongan II
23
1) Golongan I
2) Golongan II
3) Golongan III
4) Golongan IV
24
1) Keputusan Menteri Kesehatan nomor
347/MenKes/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib Apotek,
berisi Daftar Obat Wajib Apotek No. 1
2) Keputusan Menteri Kesehatan nomor
924/Menkes/Per/X/1993 tentang Daftar Obat Wajib
Apotek No. 2
3) Keputusan Menteri Kesehatan nomor
1176/Menkes/SK/X/1999 tentang Daftar Obat Wajib
Apotek No. 3
Dalam peraturan ini disebutkan bahwa untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya sendiri guna
mengatasi masalah kesehatan, dirasa perlu ditunjang dengan sarana
yang dapat meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat, aman dan
rasional. Peningkatan pengobatan sendiri secara tepat, aman dan
rasional dapat dicapai melalui peningkatan penyediaan obat yang
dibutuhkan disertai dengan informasi yang tepat sehingga menjamin
penggunaan yang tepat dari obat tersebut.
f. Prekursor farmasi
Prekursor Farmasi adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia
yang dapat digunakan sebagai bahan baku/penolong untuk keperluan
proses produksi industri farmasi atau produk antara, produk ruahan,
dan produk jadi yang mengandung ephedrine, pseudoephedrine,
norephedrine/phenylpropanolamine, ergotamin, ergometrine, atau
Potasium Permanganat.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
73 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku meliputi perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, pencatatan
dan pelaporan.
25
1) Perencanaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
perlu diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi, budaya
dan kemampuan masyarakat.
2) Pengadaan
Untuk menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian
maka pengadaan Sediaan Farmasi harus melalui jalur
resmi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
3) Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin
kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu
penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan
dengan kondisi fisik yang diterima.
4) Penyimpanan
a) Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli
dari pabrik. Dalam hal pengecualian atau darurat
dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus
dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis
informasi yang jelas pada wadah baru. Wadah
sekurang- kurangnya memuat nama Obat, nomor
batch dan tanggal kadaluwarsa.
b) Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi
yang sesuai sehingga terjamin keamanan dan
stabilitasnya.
c) Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk
penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan
kontaminasi
26
d) Sistem penyimpanan dilakukan dengan
memperhatikan bentuk sediaan dan kelas terapi Obat
serta disusun secara alfabetis.
e) Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First
Expire First Out) dan FIFO (First In First Out)
5) Pemusnahan dan penarikan
a) Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan
sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan
Obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung
narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker
dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
b) Pemusnahan Obat selain narkotika dan psikotropika
dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga
kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau
surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita
acara pemusnahan menggunakan Formulir 1
sebagaimana terlampir.
c) Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi dan
Bahan Medis Habis Pakai yang tidak dapat digunakan
harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
d) Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi
standard/ketentuan peraturan perundang-undangan
dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah
penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau
berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar
(voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan
kepada Kepala BPOM.
e) Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut
27
oleh Menteri.
6) Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan
jumlah persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui
pengaturan sistem pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan
pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya
kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa,
kehilangan serta pengembalian pesanan. Pengendalian
persediaan dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan
cara manual atau elektronik. Kartu stok sekurang- kurangnya
memuat nama Obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah pemasukan,
jumlah pengeluaran dan sisa persediaan.
28
Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi,
dinyatakan bahwa peredaran Narkotika, Psikotropika dan
Prekursor Farmasi terdiri dari penyaluran dan penyerahan.
a) Penyaluran
Penyaluran Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
Farmasi hanya dapat dilakukan berdasarkan:
(1)Surat pesanan atau Laporan Pemakaian dan Lembar
Permintaan Obat (LPLPO) untuk pesanan dari
Puskesmas.
(2)Surat pesanan hanya dapat berlaku untuk masing-masing
Narkotika, Psikotropika, atau Prekursor Farmasi.
(3)Surat pesanan Narkotika hanya dapat digunakan untuk 1
(satu) jenis Narkotika.
(4)Surat pesanan Psikotropika atau Prekursor Farmasi
hanya dapat digunakan untuk 1 (satu) atau beberapa jenis
Psikotropika atau Prekursor Farmasi.
(5)Surat pesanan Narkotika, Psikotropika, atau Prekursor
Farmasi harus terpisah dari pesanan barang lain.
b) Penyimpanan
Penyimpanan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor
Farmasi diatur bahwa:
29
(1)Tempat penyimpanan Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor Farmasi dapat berupa gudang, ruangan, atau
lemari khusus.
(2)Tempat penyimpanan Narkotika dilarang digunakan
untuk menyimpan barang selain Narkotika.
(3)Tempat penyimpanan Psikotropika dilarang digunakan
untuk menyimpan barang selain Psikotropika.
(4)Tempat penyimpanan Prekursor Farmasi dalam bentuk
bahan baku dilarang digunakan untuk menyimpan barang
selain Prekursor Farmasi.
c) Pelaporan
(1)Industri Farmasi, Pedagang Besar Farmasi, Instalasi
Farmasi Pemerintah, Apotek, Puskesmas, Instalasi
Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi Klinik, Lembaga
Ilmu Pengetahuan atau, dokter praktik perorangan yang
melakukan produksi, penyaluran, atau penyerahan
Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi wajib
membuat pencatatan mengenai pemasukan dan/atau
pengeluaran Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
Farmasi.
(2)Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi
Klinik, Lembaga Ilmu Pengetahuan, dan dokter praktik
perorangan wajib membuat, menyimpan, dan
menyampaikan laporan pemasukan dan penyerahan/
penggunaan Narkotika dan Psikotropika, setiap bulan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan
tembusan Kepala Balai setempat.
(3)Pelaporan pemasukan dan penyerahan/ penggunaan
Narkotika dan Psikotropika paling sedikit terdiri atas:
i. Nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika,
Psikotropika, dan/ atau Prekursor Farmasi
30
ii. Jumlah persediaan awal dan akhir bulan
iii. Jumlah yang diterima
iv. Jumlah yang diserahkan
d) Pemusnahan
Pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
Farmasi hanya dilakukan dalam hal:
31
secara organoleptis oleh saksi sebelum dilakukan
pemusnahan.
Penanggung jawab Apotek yang melaksanakan
pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi
harus membuat berita acara pemusnahan. Berita acara
pemusnahan sekurang-kurangnya memuat:
2. Pengelolaan Resep
a.Pengertian Resep.
b. Komponen Resep.
32
Dokter hewan.
2) Tanggal penulisan resep (inscription).
3) Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep
(invocation).
4) Aturan pemakaian obat yang tertulis (signatur).
5) Tanda tangan atau paraf Dokter penulis resep,sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
(subscriptio).
6) Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk
resep Dokter hewan.
7) Tanda seru dan paraf Dokter untuk resep yang
mengandung obat yang jumlahnya melebihi dosis
maksimal (Syamsuni, 2006).
c. Pelayanan resep.
33
1) Etiket harus jelas dan dapat dibaca.
2) Kemasan obat yang diserahkan hendaknya dikemas
dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga
kualitasnya.
3) Penyerahan obat, sebelum obat diserahkan pada pasien
harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian
antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan
oleh Apoteker disertai pemberian informasi obat dari
konseling kepada pasien.
4) Informasi obat, Apoteker harus memberikan informasi
yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak
bias,etis, bijaksana,dan terkini. Informasi obat pada
pasien sekurang-kurangnya meliputi :
a) cara pemakaian obat.
b) cara penyimpanan obat.
c) jangka waktu pengobatan.
d) aktivitas serta makanan dan minuman yang harus
dihindari
5) Konseling, Apoteker harus memberikan konseling
mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan
kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas
hidup pasien atau yang bersangkutan terhindaar dari
bahaya penyalahgunaan atau penggunaan obat yang
salah. Untuk penderita penyakit tertentu seperti
kardiovaskular, diabetes, TBC, asma dan penyakit kronis
lainnya, Apoteker harus memberikan konseling secara
berlanjut.
6) Monitoring Penggunaan Obat, setelah penyerahan obat
kepada pasien, Apoteker harus melaksanakan
pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien
tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma dan
34
penyakit kronis lainnya.
d. Penyimpanan Resep.
Resep yang telah dibuat disimpan menurut urutan
tanggal dan nomor penerimaan atau pembuatan resep.
Resep yang mengandung narkotik harus terlebih dahulu
dipisahkan dari resep lainnya, tandai dengan garis merah di
bawah nama obatnya. Resep yang telah disimpan selama
lebih dari 5 tahun dapat dimusnahkan dengan cara dibakar
atau cara lain yang memadai. Pemusnahan resep dilakukan
oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) bersama dengan
sekurang-kurangnya seorang petugas Apotek.
e. Pemusnahan Resep.
35
Subdinkes/Dinkes setempat dengan mencantumkan :
a) Nama dan alamat Apotek.
b) Nama Apoteker Pengelola Apotek.
c) Perincian obat dan perbekalan kesehatan di bidang farmasi
yang akan dimusnahkan.
d) Rencana tanggal dan tempat pemusnahan.
e) Cara pemusnahan.
4. Administrasi
36
kredit dalam buku piutang (LIPHK), yang berisi nomer
faktur penjualan, nama debitur, dan jumlah piutang
perhari.
d) Administrasi perpajakan, dikenai ketentuan perpajakan
meliputi Pajak Penghasilan (PPn), Pajak Bumi dan
Bangunana (PBB), pajak reklame.
37
Pasien dengan polifarmasi
Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah
Tahapan Konseling :
38
2. Pengobatan diri sendiri (Self Medication)
Self Medication menjadi alternative yang diambil masyarakat
untuk meningkatkan keterjangkauan pengobatan. Self Medication
banyak dipilih masyarakat untuk meredakan atau menyembuhkan
keluhan kesehatan ringan atau untuk meningkatkan keterjangkauan
akses terhadap pengobatan (Katrajaya, 2011).
Self Medication menurut WHO adalah pemilihan dan penggunaan
obat, baik obat modern ataupun obat tradisional olehseseorang untuk
melindungi dari penyakit dan gejalanya.pada dasarnya jika Self
Medication dilakukan secara rasional maka akan memberikan
keuntungan besar bagi pemerintah dalam pemeliharaan kesehatan
nasional (Depkes, 2008). Namun, jika dilakukan tidak benar maka
justru menimbulkan masalah baru yaitu tidak sembuhnya penyakit
karena adanya resistensi bakteri dan ketergantungan.
3. Pelayanan residensial (Home Care)
Home Care adalah suatu pelayanan kesehatan dari tenaga medis
pada pasien di rumah dengan pengawasan langsung dokter. Home
Care oleh apoteker dalam pelayananan kefarmasian dirumah terutama
untuk pasien yang tidak atau belum dapat menggunakan obat dan atau
alat kesehatan secara mandiri, yaitu pasien yang memiliki
kemungkinan mendapatkan risiko masalah terkait obat misalnya
komorbiditas, lanjut usia, lingkungan social, karakteristik obat,
kompleksitas pengobatan, kompleksitas penggunaan obat,
kebingungan atau kurangnya pengetahuan dan keterampilan tentang
bagaimana menggunakan obat dan atau alat kesehatan.
a. Manfaat Home Pharmacy Care
Bagi pasien :
Terjaminnya keamanan, efektifitas dan keterjangkauan
biaya pengobatan
Meningkatkan pemahaman dalam pengelolaan dan
penggunaan obat atau alat kesehatan
39
Terhindarnya reaksi obat yang tidak diinginkan
Terselesaikannya masalah penggunaan obat atau alat
kesehatan
Bagi Apoteker :
Pengembangan kompetensi apoteker dalam pelayanan
kefarmsian dirumah
Pengakuan profesi farmasi oleh masyarakat kesehatan
masyarakat umum dan pemerintah.
40
BAB III
41
momentum pasar bebas, dimana pihak yang memiliki jaringan luas
seperti Kimia Farma akan diuntungkan.
PT. Kimia Farma Apotek yang dahulu terkoordinasi dalam Unit
Apotek Daerah (UAD) sejak bulan Juli tahun 2004 dibuat dalam
orientasi bisnis manager dan apotek pelayanan sebagai hasil
restrukturisasi organisasi yang dilakukan. Manajemen PT. Kimia
Farma Apotek melakukan perubahan struktur (restrukturisasi)
organisasi dan sistem pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM)
dengan pendekatan efisiensi,produktifitas,kompetensi dan komitmen
dalam rangka mengantisipasi perubahan yang ada.
Salah satu perubahan yang dilakukan adalah dengan mengubah
persepsi dan citra lama tentang Kimia Farma. Dengan konsep baru
bahwa setiap apotek Kimia Farma bukan lagi terbatas sebagai gerai
untuk jual obat, tetapi menjadi pusat pelayanan kesehatan atau health
centeryang didukung oleh berbagai aktivitas penunjang seperti
laboratorium klinik,optik, praktek dokter, dan gerai untuk obat-obatan
tradisional Indonesia seperti herbal medicine.
Perubahan yang dilakukan secara fisik antara lain dengan
memperbaharui penampilan eksterior dan interior dari Apotek Kimia
Farma yang tersebar di seluruh Indonesia. Bersamaan itu diciptakan
pula budaya baru di lingkungan setiap apotek untuk lebih berorientasi
kepada pelayanan konsumen, dimana setiap Apotek Kimia Farma
haruslah mampu memberikan pelayanan yang baik, penyediaan obat
yang baik dan lengkap dan pelayanan yang cepat dan terasa nyaman.
Terdapat dua jenis apotek di Kimia Farma, yaitu Apotek
Administrator yang sekarang disebut sebagai BusinessManager (BM)
dan Apotek Pelayanan. Apotek BusinessManager (BM) membawahi
beberapa Apotek Pelayanan yang berada dalam suatu wilayah. Apotek
BusinessManager(BM) bertugas menangani pembelian,penyimpanan
barang dan administrasi Apotek pelayanan yang berada di bawahnya.
42
Dengan adanya konsep BusinessManager (BM) diharapkan
pengelolaan aset dan keuangan dari apotek dalam satu area menjadi
lebih efektif dan efisien, demikian juga kemudahan dalam
pengambilan keputusan-keputusan yang menyangkut antisipasi dan
penyelesaian masalah.
2. Visi dan Misi
a. Visi
Menjadi perusahaan Healthcare pilihan utama yang terintegrasi
dan menghasilkan nilai yang berkesinambungan.
b. Misi
1) Melakukan aktivitas usaha di bidang-bidang industri kimia dan
farmasi, perdagangan dan jaringan distribusi, ritel farmasi dan
layanan kesehatan serta optimalisasi aset.
2) Mengelola perusahaan secara Good Corporate
Governance dan operational excellence didukung oleh Sumber
Daya Manusia (SDM) profesional.
3) Memberikan nilai tambah dan manfaat bagi
seluruh stakeholder.
4) Budaya perusahaan AKHLAK (Amanah, Kompeten,
Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif)
3. Struktur Organisasi
PT. Kimia Farma (Persero) Tbk., dipimpin oleh seorang Direktur
Utama yang membawahi 4 Direktorat yaitu Direktorat Pemasaran,
Direktorat Produksi, Direktorat Keuangan, Direktorat Umum dan
Personalia.
Dalam upaya perluasan, penyebaran, pemerataan dan pendekatan
pelayanan kefarmasian pada masyarakat, PT Kimia Farma (Persero)
Tbk., telah membentuk suatu jaringan distribusi yang terorganisir. PT
Kimia Farma (Persero) Tbk., mempunyai 2 anak perusahaan yaitu PT
Kimia Farma Trading and Distribution dan PT Kimia Farma Apotek
43
yang masing-masing berperan dalam penyaluran sediaan farmasi, baik
distribusi melalui PBF maupun pelayanan kefarmasian melalui apotek.
PT Kimia Farma Trading and Distribution (T&D) membawahi PBF
yang tersebar di seluruh Indonesia. PBF mendistribusikan produk-
produk baik yang berasal dari PT Kimia Farma (Persero) Tbk.,
maupun dari produsen-produsen yang lain ke apotek-apotek, toko obat
dan institusi pemerintahan maupun swasta. PT Kimia Farma Apotek
membawahi Apotek Kimia Farma (KF) di seluruh wilayah Indonesia.
B. Kimia Farma 622 Banjarbaru
1. Sejarah
Apotek Kimia Farma 622 Banjarbaru beralamat di Jl. Panglima
Batur Barat Ruko No. 01 Loktabat Utara Banjarbaru berdiri sejak
tahun 2015. Apotek Kimia Farma 622 Banjarbaru merupakan Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) yang berada dalam naungan pemerintah.
Lokasi Apotek terletak di tepi jalan dengan lalu lintas yang ramai
lancar dan dekat dengan pemukiman warga, sehingga mudah di
jangkau oleh masyarakat. Apotek Kimia Farma 622 Banjarbaru
memiliki Klinik praktek dokter gigi, da nada pelayanan untuk resep
BPJS dan PLN.
Apotek Kimia Farma 622 Banjarbaru merupakan Apotek yang
beroperasi mulai dari shift pagi pukul 08:00-15:00 WITA, shift sore
dari pukul 15:00-22:00 WITA.
2. Visi dan Misi Apotek Kimia Farma 622 Banjarbaru
c. Visi
Menjadi perusahaan Healthcare pilihan utama yang terintegrasi
dan menghasilkan nilai yang berkesinambungan.
d. Misi
1) Melakukan aktivitas usaha di bidang-bidang industri kimia dan
farmasi, perdagangan dan jaringan distribusi, ritel farmasi dan
layanan kesehatan serta optimalisasi aset.
44
2) Mengelola perusahaan secara Good Corporate
Governance dan operational excellence didukung oleh Sumber
Daya Manusia (SDM) profesional.
3) Memberikan nilai tambah dan manfaat bagi seluruh stakeholder.
4) Budaya perusahaan AKHLAK (Amanah, Kompeten, Harmonis,
Loyal, Adaptif, Kolaboratif)
a. Moto
45
Apoteker Pengelola Apotek (APA) bertanggung jawab terhadap
keseluruhan proses pengelolaan obat dan pelayanan kefarmasian
terhadap pasien atau konsumen. Asisten Apoteker mempunyai
tanggung jawab terhadap kegiatan operasional di Apotek. Seorang
APA juga bertanggung jawab terhadap pelaporan kas yang masuk dan
kas keluar yang ada di Apotek, yang akan dilaporkan ke Business
Manager Banjarmasin yang berada di Apotek Kimia Farma 61
(Apotek Kimia Farma Veteran). Struktur organisasi Apotek Kimia
Farma 622 Banjarbaru
Apoteker Pendamping
Ida Iis
46
Pajak daerah terdiri atas :
a. Pajak Barang Inventaris (PPn)
b. Pajak Reklame/Iklan
c. Pajak Penghasilan (PPh)
d. Pajak Bumi Dari Bangunan (PBB)
b. Pajak Langsung
Pajak langsung adalah pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib
pajak yang bersangkutan. Pajak langsung meliputi pajak
penghasilan (PPH).
C. Kegiatan PKPA
1. Pengkajian Resep dan Peracikan
Pengkajian resep bertujuan untuk menganalisa ada atau tidaknya
masalah terkait obat. Pengkajian resep dan peracikan obat merupakan
47
bagian dari pelayanan kefarmasian yang langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelayanan resep dimulai dari
penerimaan, pemeriksaan ketersediaan barang, penyiapan sediaan
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai termasuk
peracikan obat, pemeriksaan, penyerahan dengan pemberian
informasi.
Pasien Datang
Resep Umum
Skrining Resep
Perhitungan obat
Pasien Tidak setuju
Pasien setuju
Batal
Penyiapan obat Resep Racikan /
Non Racikan
48
Gambar 3.3 Alur Pelayanan Resep umum di Apotek Kimia Farma
622 Banjarbaru
49
seperti tempat meracik, timbangan, mortir dan stamper, blander, dan
alat pengepres puyer. Pada tahapan ke empat adalah pemeriksaan
akhir terhadap kesesuaian peracikan dengan resep (No resep, nama
obat, bentuk dan jenis sediaan, jumlah dan aturan pakai, nama pasien,
umur, alamat dan nomor telepon), kesesuaian salinan resep dengan
resep yang asli, dan kuitansi.
50
obatnya dengan yang benar. Maka dari itu ketelitian dalam
pengambilan obat dan dosis sangat penting untuk menghindari
kesalahan penyerahan obat ke pasien.
51
3. Pelayanan OWA, OTC, Alkes, dan Obat Herbal
Pelayanan OWA dan OTC pasien yang datang dengan keluhan
tertentu dan meminta rekomendasi obat, maka apoteker memilihkan
obat-obatan yang sesuai dengan keluhan pasien. Pelayanan ini disebut
dengan swamedikasi. Pada pelayanan ini apoteker menggunakan
metode Who, What, How, Action, Medication (WWHAM) yaitu
menanyakan siapa yang sakit, apa saja keluhannya, berapa lama gejala
tersebut dirasakan, tindakan apa yang telah dilakukan, dan obat apa
yang sedang diminum dan telah digunakan. Jika pasien ingin
mengobati diri sendiri maka di sebut Upaya Pengobatan Diri Sendiri
(UPDS) dan apa bila terdapat obat yang tidak tersedia diapotek maka
apotek akan merekomendasikan obat lain dengan zat aktif yang sama
atau indikasi yang sama. Alur pelayanan obat OWA, OTC, Alkes dan
Obat Herbal meliputi pasien datang ke Apotek Kimia FArma 622
Banjarbaru dan dilayani langsung serta konsultasi pemilihan obat
oleh Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian. Mahasiswa PKPA
menanyakan obat apa yang dibutuhkan pasien dan atau keluhan apa
yang sedang dirasakan pasien maka mahasiswa PKPA dapat
memilihkan beberapa obat yang tepat untuk mengatasi keluhan pasien
tersebut tentu nya dengan dampingan dari apoteker atau pun TTK
yang ada di Apotek Kimia FArma 622 Banjarbaru.
4. Pengelolaan Apotek Kimia Farma
Pengelolaan apotek adalah segala upaya dan kegiatan yang
dilakukan oleh Apoteker Pengelola Apotek dalam rangka tugas dan
fungsi apotek yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengawasan dan penilaian. Pengelolaan apotek meliputi
pengelolaan obat, pengelolaan resep, administratif dan SDM.
a. Pengelolaan Sediaan Farmasi & Perbekalan Farmasi
Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan farmasi di Apotek
Kimia Farma 622 Banjarbaru meliputi perencanaan, pengadaan,
penerimaan dan pemeriksaan barang, penyimpanan serta
52
pelaporan. Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
lainnya dilakukan sesuai ketentuan perundang-undangan yang
berlaku meliputi perencanaan, permintaan atau pengadaan,
penyimpanan jumlah persediaan obat dan pelayanan. Pengeluaran
obat memakai sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First
Expired First Out).
1) Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi obat dan
perbekalan kesehatan menentukan jumlah obat dalam rangka
pemenuhan kebutuhan. Perencanaan obat di apotek umumnya
dibuat untuk mengadakan dan mencukupi persediaan obat di
apotek, sehingga dapat memenuhi permintaan obat melalui
resep dokter ataupun penjualan secara bebas. Perencanaan
obat didasarkan atas beberapa faktor, antara lain :
Obat yang paling banyak dipakai.
Persediaan terakhir stok barang.
Berdasarkan jenis penyakit yang sedang mewabah.
Berdasarkan musim dan cuaca.
Berdasarkan penulisan dokter
2) Pengadaan
Setelah dilakukan perencanaan maka kegiatan
selanjutnya adalah pengadaan. Tujuan pengadaan
perbekalan farmasi adalah untuk memenuhi kebutuhan
53
perbekalan farmasi di Apotek sesuai dengan data
perencanaan yang telah di susun sebelumnya.
Pengadaan obat adalah suatu proses pengumpulan
dalam rangka menyediakan obat dan alat kesehatan untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan di apotek.
54
dapat dilayani di Apotek Kimia Farma tidak hanya dari
segi pelayanan kesehatan, maupun dalam urusan
administrasinya (pembayaran).
Alur Penagihan BPJS di Kimia farma meliputi :
Resep di kumpulkan , 1 kali sebulan harus di laporkan
ke kantor BPJS langsung di awal bulan.
Di Apotek Kimia Farma 622 Banjarbaru pengadaan
dengan 4 metode yaitu:
- Min-Max: pemesanan reguler/rutin setiap 2 munggu
sekali yaitu dengan metode barang yang terjual
maka akan otomatis terpesan dengan perhitungan
sistem yang ada di Apotek Kimia Farma 622
Banjarbaru.
- Speriding: yaitu pertukaran barang antar Kimia
Farma, apotek menyiapkan barang berdasarkan data
sistem dimana barang yang diberikan merupakan
barang yang pasif/kurang laku di unit Kimia Farma
lain, sedangkan barang tersebut termasuk barang
yang laku di unit Kimia Farma yang akan diberikan
barang tersebut. Sehingga dapat mengurangi
penumpukan barang yang pasif dan slow moving.
- Permintaan Mendesak
Permintaan ke unit Kimia farma lain untuk
memenuhi keperluan apotek sesuai dengan jumlah
yang diminta pasien.
- Incidental
Permintaan pengadaan diluar jadwal pengdaan
reguler untuk memenuhi pesanan pasien atau bon
resep kosong dan di unit Kimia Farma yang
bersangkutan sedang kosong dan di unit Kimia
55
Farma lain juga sedang kosong sehingga dapat
dilakukan permintaan mendesak.
3) Penerimaan dan Pemeriksaan Barang
Penerimaan obat adalah suatu kegiatan dalam menerima
obat-obatan yang diserahkan dari unit pengelola yang lebih
tinggi kepada unit pengelola di bawahnya.Tujuan
penerimaan obat adalah agar obat yang diterima sesuai
dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan
oleh Apotek.
Penerimaan barang di Apotek Kimia Farma 622
Banjarbaru dilakukan sebagai berikut: petugas menerima
barang di Apotek Kimia Farma 622 Banjarbaru disertai
dengan surat pengiriman barang Faktur dari Gudang Kimia
Farma Veteran. Petugas memeriksa kesesuaian permintaan
barang yang ada,kemudian petugas mencatat barang masuk
pada kartu stok masing-masing barang. Adapun hal-hal
yang perlu dicek saat penerimaan barang adalah kesesuaian
jenis dan jumlah antara barang dan SuratPesanan (SP),
keadaan fisik barang, nomor batch dan kadaluarsa.
4) Penyimpanan
Dalam penyimpanan obat digolongkan menurut :
a) Disimpan dalam wadah tertutup rapat, untuk obat yang
mudah menguap seperti ether, chloroform.
b) Disimpan terlindung dari cahaya untuk obat seperti
tablet, kaplet, dan sirup.
c) Disimpan bersama zat pengering, penyerap lembab
(kapur tohor) seperti kapsul.
d) Disimpan pada suhu kamar (pada suhu 15 OC- 25 OC)
untuk golongan obat seperti antibiotik, kolesterol,
analgetik dan anti radang.
56
e) Disimpan pada tempat sejuk (pada suhu 8 OC - 15 OC)
untuk obat seperti salep mata, cream dan gel
f) Disimpan di tempat dingin (pada suhu 2 OC - 8 OC)
seperti insulin, ovula dan suppositoria.
g) Penyimpanan obat narkotika dilakukan dalam lemari
khusus sesuai persyaratan peraturan Menkes
No.28/Menkes/Per/I/1978. Khusus untuk lemari tempat
penyimpanan obat narkotika syarat yang tercantum di
pengaturan adalah sebagai berikut:
Ukuran lemari : 40 x 80 x 100 cm\
Bahan : besi atau kayu ataupun bahan lain yang
kuat.
Lemari dibagi menjadi dua fungsi dengan kunci
yang berlainan. Fungsi yang pertama untuk
perbekalan dan bahan baku morfin, petihidin dan
garam-garamnya.
Lemari khusus narkotika ditempatkan pada dinding
tembok atau lantai, tidak boleh digunakan untuk
keperluan lain, tidak boleh dilihat oleh umum dan
kunci dikuasai oleh penanggung jawab atau
pegawai apotek yang dikuasakan.
Penyimpanan obat di apotek Kimia Farma 622
Banjarbaru dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
57
f) Berdasarkan jenis obat yang sering digunakan dalam
racikan
g) Berdasarkan stabilitas dari obat (penyimpanan pada
suhu tertentu).
Untuk obat golongan narkotika dan psikotropika
diletakan dalam lemari khusus yang berbeda. Lemari ini
memiliki 2 pintu dan menempel pada dinding.
5) Pendistribusian
a) Pendistribusian resep di Apotek Kimia Farma 622
Banjarbaru terdiri dari resep dokter dan tanpa resep
dokter. Obat narkotika, psikotropika dan prekursor
diserahkan harus dengan resep dokter. Sedangkan obat
bebas, obat bebas terbatas dan alkes oleh diserahkan
tanpa resep dokter.
58
b) Pendistribusian sediaan farmasi dan alat kesehatan
meliputi PBF menyerahkan barang ke Kimia Farma 622
Banjarbaru lalu TTK mengecek nama barang, bentuk
sediaan, jumlah yang telah diminta di cocokkan dengan
SP , nomor batch dan nomor expired.
6) Pencatatan, Pelaporan dan Administratif
a) Pencatatan
Penjualan harian dicatat dalam buku laporan (rekap)
dan input data di computer setiap hari
Mencatat pengeluaran harian obat dengan pembelian
kredit.
b) Pelaporan
Laporan harian, yaitu mencakup pendapatan harian
apotek (pendapatan waktu pagi, malam dibedakan)
serta pengeluaran apotek yang setiap harinya Apotek
Kimia Farma 622 Banjarbaru malakukan setor hasil
penjualan ke BM, melalui komputer atau online.
Laporan bulanannyaitu, laporan narkotika dan
psikotropika yang dikirim melalui online SIPNAP
(www.SIPNAP.go.id) dipegang adalah dinas
kesehatan kab/kota Banjarmasin, serta laporannya
dikirim ke BPOM. Selanjutnya laporan Stok
Opname yang dikirimkan ke BM, dan laporan obat
prekursor yang laporannya dikirimkan ke BPOM.
Penggunaan obat bebas,keras dan wajib apotek tidak
perlu dilaporkan, tetapi dalam pencatatannya disertai
catatan-catatan.
c) Administrasi
Administrasi merupakan suatu rangkaian aktivitas
pencatatan dan pengarsipan penyiapan laporan dan
penggunaan laporan. Kegiatan administrasi yang
59
dilakukan oleh Apotek Kimia Farma 622 Banjarbaru
antara lain meliputi administrasi pembelian,
administrasi penjualan, administrasi keuangan,
administrasi perpajakan.
Administrasi pembelian meliputi: pembuatan
laporan pembelian terhadap semua kegiatan
pembelian barang baik pengadaan disertai faktur
yang sudah divalidasi untuk kemudian diserahkan ke
BM.
Administrasi penjualan, meliputi: pembuatan dan
perhitungan hasil penjualan harian. Jumlah tersebut
dituangkan kedalam LaporanIkhtisar Penjualan
Harian (LIPH) yang dicetak setiap hari dan
diserahkan kepada Bussines Manager beserta Bukti
Setoran Kas (BSK).
Administrasi keuangan, meliputi penerimaan,
penyimpanan, dan pengeluaran uang. Penerimaan
uang dari penjualan tunai dikirim ke bagian
keuangan BM. Penerimaan uang berasal dari
penjualan obat dengan resep dokter dan UPDS atau
dari penjualan tunai lainnya. Hasil penjualan
diperiksa kesesuaiannya dengan barang yang terjual
melalui Laporan Ikhtisar Penjualan Harian (LIPH)
dan di tanda tangani oleh APA. Penerimaan uang
dari penjualan kredit dalam buku piutang (LIPHK),
yang berisi nomer faktur penjualan, nama debitur,
dan jumlah piutang perhari. Setiap hari disetorkan ke
BM dan BM yang akan menagih ke instansi yang
bersangkutan.
Administrasi perpajakan, di Apotek Kimia Farma
622 Banjarbaru dikenai ketentuan Pajak Barang
60
Inventaris (PPn),Pajak Reklame/Iklan,Pajak
Penghasilan (PPh),Pajak Bumi Dari Bangunan
(PBB) diurus oleh Bussines Manager (BM).
7) Stok Opname
Proses Stok OpnameApotek Kimia Farma 622
Banjarbaru:
a) Dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali, untuk semua
obat, alkes dan barang-barang yang berada di swalayan
Apotek.
b) Menyesuaikan jumlah fisik barang dan jumlah
pengeluaran obat berdasarkan laporan penjualan
perbulan.
c) Hasil dari stok opname diperiksa oleh pimpinan Apotek.
d) Jika hasil stok opname sesuai maka dapat disetujui, jika
tidak sesuai maka diperiksa kembali dimana letak
ketidaksamaannya.
e) Hasil stok opname yang telah disetujui akan dikirimkan
ke BisnisManager.
5. Pelayanan Kefarmasian
a. Pelayanan resep
Setelah menerima resep dari pasien, dilakukan hal-hal sebagai
berikut :
1) Pemeriksaan kelengkapan administratif dari resep, yaitu: nama
dokter, nomor surat izin praktek (SIP), alamat praktek dokter,
paraf dokter, tanggal penulisan resep, nama obat, jumlah obat,
cara penggunaan, nama pasien, umur pasien dan jenis kelamin
pasien.
2) Pemeriksaan kesesuaian farmasetik, yaitu: bentuk sediaan,
dosis, potensi, stabilitas, cara dan lama penggunaan obat.
3) Pertimbangkan klinikseperti alergi,efek samping,interaksidan
kesesuaian dosis.
61
4) Konsultasikan dengan dokter apabila ditemukan keraguan pada
resep atau obatnya tidak tersedia.
b. Peracikan obat
Setelah memeriksa resep, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
1) Pengambilan obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan
menggunakan alat, dengan memperhatikan nama obat, tanggal
kadaluwarsa dan keadaan fisik obat.
2) Peracikan obat.
3) Pemberian etiket warna putih untuk obat dalam/oral dan etiket
warna biru untuk obat luar, serta menempelkan label “kocok
dahulu” pada sediaan obat dalam bentuk larutan.
4) Memasukkkan obat ke dalam wadah yang sesuai dan terpisah
untuk obat yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan
penggunaan yang salah.
c. Penyerahan obat
Setelah peracikan obat, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
1) Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan
pemeriksaan kembali mengenai penulisan nama pasien pada
etiket, cara penggunaan serta jenis dan jumlah obat.
2) Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan
cara yang baik dan sopan, mengingat pasien dalam kondisi
tidak sehat mungkin emosinya kurang stabil.
3) Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau
keluarganya.
4) Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal lain
yang terkait dengan obat tersebut, antara lain manfaat obat,
makanan dan minuman yang harus dihindari,kemungkinan efek
samping,cara penyimpanan obat, dll.
d. Pelayanan Informasi Obat
Apoteker harus memberikan Pelayanan informasi obat yang
benar, jelas, mudah dimengerti, akurat,bijaksanadan terkini sangat
62
diperlukan dalam upaya penggunaan obat yang rasional oleh
pasien.
Informasi obat yang diperlukan pasien adalah:
1) Waktu penggunaan obat, misalnya berapa kali obat digunakan
dalam sehari, apakah diwaktu pagi, siang, sore atau malam.
Dalam hal ini termasuk obat diminum sebelum atau sesudah
makan.
2) Lama penggunaan obat, apakah selama keluhan masih ada atau
harus dihabiskan meskipun sudah terasa sembuh. Obat
antibiotika harus dihabiskan agar mencegah terjadinya
resistensi.
3) Cara penggunaan obat yang benar dan menentukan
keberhasilan pengobatan. Oleh karena itu, pasien harus
mendapat penjelasan mengenai car penggunaan obat yang
benar terutama untuk sediaan farmasi tertentu seperti obat oral,
obat tetes mata, salep mata, obat tetes hidung, obat semprot
hidung, tetes telinga, suppositoria, krim/salep rektal dan tablet
vagina.
4) Efek yang akan timbul dari penggunaan obat yang akan
dirasakan, misalnya berkeringat, mengantuk, kurang waspada,
tinja berubah warna, air kencing berubah warna dan
sebagainya.
5) Hal-hal lain yang mungkin timbul, misalnya efek samping obat,
interaksi obat dengan obat lain atau makanan tertentu dan
kontraindikasi obat tertentu dengan diet rendah kalori,
kehamilan dan menyusui.
6) Cara penyimpanan
e. Penyimpanan Resep
Resep yang telah dibuat,disimpan menurut urutan tanggal dan
nomor penerimaan atau pembuatan resep. Resep yang mengandung
narkotik harus terlebih dahulu dipisahkan dari resep lainnya, tandai
63
dengan garis merah di bawah nama obatnya. Resep yang telah
disimpan selama lebih dari 5 tahun dapat dimusnahkan dengan cara
dibakar atau cara lain yang memadai. Pemusnahan resep dilakukan
oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) bersama dengan petugas
apotek Kimia Farma 622 Banjarbaru.
f. Pemusnahan Resep
Pada pemusnahan resep harus dibuat Berita Acara Pemusnahan
(BAP) sesuai dengan bentuk yang telah ditentukan, rangkap 4
ditandatangani oleh APA bersama dengan petugas apotek.
Berita acara pemusnahan itu berisi:
1) Tanggal pemusnahan resep.
2) Cara pemusnahan resep.
3) Jumlah bobot resep yang dimusnahkan dalam satuan kilogram
(kg).
4) Tanggal resep yang terlama dan terbaru yang dimusnahkan.
D. Data-Data Jumlah Lembar Resep Dan Jumlah R/
1. Data jumlah resep perbulan
Kimia farma 622 Banjarbaru melayani Resep tunai, kredit, UPDS,
dan Obat bebas. Contoh dari resep tunai adalah resep yang di terima
langsung dari pasien yang bersangkutan atau keluarga pasien,
melakukan persetujuan pengambilan obat sepenuhnya atau hanya
sebagian, lalu pasien melakukan pembayaran dan obat disiapkan oleh
TTK. Beda halnya dengan resep kredit, untuk resep kredit pasien
hanya membawa resep dan tidak melakukan transaksi pembayaran.
Layanan resep di Kimia Farma 622 Banjarbaru bervariasi setiap
bulannya, tergantung dari kebutuhan masyarakat pada saat itu, untuk
data pengambilan resep tanggal 01-09-2021 sampai dengan 30-08-
2021 adalah sebagai berikut :
Jumlah
No Nama Pelayanan
Lembar R/
64
1 Resep Tunai 50 150
Jumlah
No Nama Pelayanan
Lembar R/
1 Resep Tunai 2 6
65
daya beli masyarakat terhadap produk-produk vitamin kesehatan dan
vitamin daya tahan tubuh, berbeda dengan bulan Juni-Agustus dimana
angka kasus covid-19 melejit naik menyebabkan masyarakat sangat
membutuhkan vitamin kesehatan dan vitamin daya tahan tubuh.
66
BAB IV
A. Kesimpulan
Dari hasil Pengantar Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di
apotek Kimia Farma 622 Banjarbaru pada tanggal 20 September – 15
Oktober 2021, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
67
5. Resep disimpan dengan teratur untuk memudahkan apabila dilakukan
pencarian kembali. Resep yang telah disimpan selama 5 tahun dimusnahkan
dan harus ada saksi.
6. Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma 622
Banjarbaru mendapatkan pengalaman tentang ketrampilan dalam
berinteraksi dan berkomunikasi serta mendapatkan kepercayaan diri yang
besar utuk menjadi apoteker yang profesional melaksanakan
pharmaceutical care dengan cara berinteraksi dan berkomunikasi yang
efektif terhadap pasien melalui Pemberian Informasi Obat (PIO) serta
membatu pasien dalam swamedikasi di Apotek.
B. Saran
Setelah melaksanakan Praktek kerja Profesi Apoteker (PKPA) di
apotek Kimia Farma 622 Banjarbaru, ada beberapa saran yang dapat
dijadikan masukan untuk meningkatkan kemajuan apotek, sebagai berikut :
68
DAFTAR PUSTAKA
Arga Wahyu Hidayat. 2017. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek
Kimia Farma No. 389 Depok Periode Bulan Juli 2017. Depok : Universitas
Indonesia
69
Harahap, S. S. 2007. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Hamel, G and C.K. Prahalad. 1997. Competing For The Future. Harvard Business
School Press. Boston.
70
Peraturan Kepala badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia No.
40 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Prekursor Farmasi dan Obat
mengandung Prekursor Farmasi
Y. Hari Maliantoro. 2017. Tesis Perencanaan Bisnis Apotek Merah Jl. Laksada
Adisucipto KM. 9. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
71