Laporan Akhir Rimmah Fix

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 85

LAPORAN AKHIR PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

APOTEK KIMIA FARMA 621 MEKARGALIH

PERIODE MEI 2022

Disusun oleh:
Rimmah Namirah Nuroniah,
S.Farm 12060321517

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1443 H / 2022 M
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER
FAKULTAS MIPA – UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN AKHIR


PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
Semester Genap Tahun 2021 / 2022

Wahana Praktek Kerja Profesi Apoteker

Apotek Kimia Farma 621 Mekargalih

Rimmah Namirah Nuroniah

12060321517

Disetujui oleh :

Apoteker Pembimbing Dosen Pembimbing


Apotek Kimia Farma 495 TBB Program Studi Profesi Apoteker–FMIPA Unisba

Apt. Ajeng Febi Ayuningtias, S.Farm Apt. Fetri Lestari, M.S.Farm


No. SIPA NIK
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil’ Alamin. Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Illahi
Robbi Sang maha Pencipta, karena penulis pada akhirnya dapat menyelesaikan
laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker yang bertempat di Apotek Kimia Farma 621
Mekargalih.
Penulis menyadari banyak pihak yang telah membantu baik secara moral maupun
material, saran-saran, bimbingan dan dukungan dalam Praktik Kerja Profesi
Apoteker. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H Edi Setiadi, S.H, M.H selaku Rektor Universitas Islam Bandung
2. Bapak Dr. apt. Suwendar, M.Si selaku Ketua Program Studi Profesi Apoteker
Universitas Islam Bandung
3. Ibu apt. Fetri Lestari, M,Si., selaku dosen pembimbing Praktik Kerja Profesi
Apoteker.
4. Ibu apt. Ajeng Febi Ayuningtias, S.Farm selaku pimpinan serta pembimbing di
Apotek Kimia Farma 621 Mekargalih.
5. Seluruh staf dan karyawan Apotek Kimia Farma 621 Mekargalih.
6. Kedua orang tua, suami dan seluruh keluarga penulis atas segala doa dan
dukungannya baik moril maupun material.
7. Teman-teman Profesi Apoteker serta semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker.
Harapan Penulis, semoga ilmu, pengalaman, dan pengetahuan yang telah didapatkan
selama Praktik Kerja Profesi Apoteker dapat bermanfaat di masa yang akan datang.

Bandung, Mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar belakang..................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................. 3
1.3 Waktu dan Tempat .............................................................................. 3
BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK ................................................... 5
2.1 Pengertian Apotek............................................................................... 5
2.2 Persyaratan Apotek ............................................................................. 6
2.3 Tugas dan fungsi Apotek .................................................................... 8
2.4 Pengelolaan Apotek ............................................................................ 9
2.5 Pengelolaan Pelayanan Farmasi……………………………………... 14
2.6 Peranan Apoteker di Apotek ............................................................... 19
2.7 Susunan Organisasi di Apotek ............................................................ 20
2.8 Tata Cara Pendirian Apotek ................................................................ 21
2.9 Laporan-laporan di Apotek ................................................................. 23
BAB III TINJAUAN KHUSUS APOTEK ............................................... 25
Tinjauan Umum PT Kimia Farma Tbk……………………………… 25
Apotek Kimia Farma 621 Mekargalih………………………………. 27
3.3 Tugas dan Tanggung Jawab Apoteker ................................................ 21
Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Apotek Kimia Farma 621 ......... 31
Pelayanan Farmasi Klinik di Apotek Kimia Farma 621……. ……. 40
3.6 Pembukuan dan Pengelolaan Keuangan ............................................. 42
BAB IV TUGAS KHUSUS ...................................................................... 44
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................... 53

ii
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 53
5.2 Saran.................................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 55
LAMPIRAN.............................................................................................. 57

iii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 Tata Ruang Apotek Kimia Farma 621 Mekargalih .............. 57
Lampiran 2 Struktur Organsasi ................................................................. 58
Lampiran 3 Kartu Stok Barang ................................................................. 59
Lampiran 4 Surat Pesanan Narkotika........................................................ 60
Lampiran 5 Surat Pesanan Psikotropika ................................................... 61
Lampiran 6 Surat Pesanan Prekursor ........................................................ 62
Lampiran 7 Form UPDS ........................................................................... 63
Lampiran 8 Kwitansi Apotek .................................................................... 64
Lampiran 9 Blanko Nota Sementara ......................................................... 65
Lampiran 10 Etiket ................................................................................... 66
Lampiran 11 Label ................................................................................... 67
Lampiran 12 Pengemas Obat ................................................................... 68
Lampiran 13 Lembar Salinan Resep ........................................................ 69

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Pelayanan kesehatan dapat diselenggarakan oleh pemerintah atau swasta,
dalam bentuk pelayanan kesehatan perorangan atau pelayanan kesehatan
masyarakat. Peningkatan kesejahteraan di bidang kesehatan dapat diupayakan
diantaranya melalui penyediaan obat-obatan yang bermutu, terjangkau oleh
masyarakat, dan dengan jumlah yang cukup, serta aman untuk digunakan. Oleh
karena itu, diperlukan adanya sarana penunjang pelayanan kesehatan, salah
satunya adalah Apotek. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 73 Tahun
2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, yang dimaksud dengan
apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian
oleh Apoteker. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker
dan mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. (Kemenkes RI, 2016).
Menurut PP no 51 tahun 2009, Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan
termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan,
penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat,
pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan
obat, bahan obat dan obat tradisional. Pekerjaan Kefarmasian dilakukan
berdasarkan pada nilai ilmiah, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan, dan
perlindungan serta keselamatan pasien atau masyarakat yang berkaitan dengan
Sediaan Farmasi yang memenuhi standar dan persyaratan keamanan, mutu, dan
kemanfaatan. Pelaksaan pekerjaan kefarmasian meliputi, dalam pengadaan sediaan
farmasi, produksi sediaan farmasi, distribusi atau penyaluran sediaan farmasi, dan
dalam pelayanan sediaan farmasi (Peraturan Pemerintah RI, 2009)
Berdasarkan kewenangan pada peraturan perundang-undangan, Pelayanan
Kefarmasian telah mengalami perubahan yang semula hanya berfokus kepada
pengelolaan Obat (drug oriented) berkembang menjadi pelayanan komprehensif

1
meliputi pelayanan Obat dan pelayanan farmasi klinik yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian menyatakan bahwa Pekerjaan Kefarmasian adalah
pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran Obat, pengelolaan
Obat, pelayanan Obat atas Resep dokter, pelayanan informasi Obat, serta
pengembangan Obat, bahan Obat dan Obat tradisional. Pekerjaan kefarmasian
tersebut harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu. Peran Apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku agar dapat melaksanakan interaksi langsung dengan
pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah pemberian informasi Obat dan
konseling kepada pasien yang membutuhkan (Kemenkes RI, 2016).
Apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan
pengobatan (medication error) dalam proses pelayanan dan mengidentifikasi,
mencegah, serta mengatasi masalah terkait Obat (drug related problems), masalah
farmakoekonomi, dan farmasi sosial (socio- pharmacoeconomy). Untuk
menghindari hal tersebut, Apoteker harus menjalankan praktik sesuai standar
pelayanan. Apoteker juga harus mampu berkomunikasi dengan tenaga kesehatan
lainnya dalam menetapkan terapi untuk mendukung penggunaan Obat yang
rasional. Dalam melakukan praktik tersebut, Apoteker juga dituntut untuk
melakukan monitoring penggunaan Obat, melakukan evaluasi serta
mendokumentasikan segala aktivitas kegiatannya. Untuk melaksanakan semua
kegiatan itu, diperlukan Standar Pelayanan Kefarmasian (Kemenkes RI, 2016).
Dampak dari perubahan kegiatan pelayanan kefarmasian adalah Apoteker
dituntut untuk meningkatkan interaksi langsung dengan pasien. Bentuk-bentuk
interaksi tersebut antara lain adalah melaksanakan pemberian informasi,
monitoring penggunaan obat, dan mengetahui tujuan akhir terapi sesuai harapan
dan terdokumentasi dengan baik. Apoteker sebagai pengelola Apotek tidak hanya
berbekal ilmu kefarmasian saja tetapi juga harus memiliki keahlian manajemen

2
karena mengola sebuah Apotek sama halnya mengola perusahaan. Apoteker
Pengelola Apotek dituntut pengetahuannya untuk dapat menguasai produk yang
dijual dan teknis pelayanan kefarmasian serta harus dapat merencanakan,
melaksanakan dan menganalisis hasil kinerja operasional. Untuk membiasakan diri
dengan kegiatan pelayanan kefarmasian ini, para calon Apoteker memerlukan
Praktik Kerja Profesi Apoteker di Apotek. Selain sebagai tempat yang memberikan
perbekalan bagi para Apoteker untuk dapat menjadi Apoteker profesional, praktik
kerja di Apotek dapat dipakai sebagai tempat untuk menerapkan ilmu yang telah
didapatkan selama masa kuliah.

1.2 Tujuan
Berdasarkan keputusan Majelis Asosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi No. 13
tahun 2010 tentang Standar Praktik Kerja Profesi Apoteker. Tujuan diadakannya
Praktik Kerja Profesi Apoteker di Apotek bagi mahasiswa adalah:
1. Meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran, fungsi, posisi dan
tanggung jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di apotek.
2. Membekali calon apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan, ketrampilan,
dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek
3. Memberi kesempatan kepada calon apoteker untuk melihat dan mempelajari
strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka
pengembangan praktek farmasi komunitas di apotek
4. Mempersiapkan calon apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai tenaga
farmasi yang profesional.
5. Memberi gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian di
apotek.

1.3 Waktu dan Tempat


Praktik Kerja Profesi Apoteker dilakukan di Apotek Kimia Farma 621 yang
terletak di Jalan Rancaekek, Dusun Munggang, Desa Mekargalih, kec.
Jatinangor,
3
kab. Sumedang, dilaksanakan mulai tanggal 6 Mei hingga 15 Mei 2022 secara
online, dan 16 hingga 31 Mei 2022 secara offline.

4
BAB II
TINJAUAN UMUM APOTEK

2.1 Pengertian Apotek


Apotek menurut Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2017 adalah sarana
pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker.
Apotek memiliki aturan yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kefarmasian di apotek, memberikan perlindungan kepada pasien dan
masyarakat dalam memperoleh pelayanan kefarmasian di apotek.
Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di apotek harus menjamin ketersediaan
sedian farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang aman, bermutu,
bermanfaat dan terjangkau.
Sementara menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.Apotek adalah
sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh
Apoteker. Apotek menurut Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1980
merupakan suatu tempat dimana dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran
obat kepada masyarakat. Fungsi dan tugas dari apotek yaitu tempat menyalurkan
perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang dibutuhkan masyarakat
secara luas, tempat farmasi melakukan peracikan obat, pengubahan bentuk,
pencampuran obat dan penyerahan obat. Dan apotek juga merukapan tempat
pengabdian seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan
(Romdhoni, 2009).
Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang digunakan
oleh masyarakat. Apotek mengutamakan kepentingan masyarakat oleh karena itu
setiap apotek diwajibkan untuk menyediakan, menyimpan dan menyerahkan
perbekalan farmasi yang baik bagi masyarakat. Apotek dapat diusahakan oleh
pemerintah atau lembaga pemerintah dengan tujuan pelayanan kesehatan yang
ditugaskan kepada
5
seorang apoteker yang telah mengucapkan janji sumpah serta memperoleh izin dari
Dinas Kesehatan setempat (Mutia, 2012).

2.2 Persyaratan Apotek


Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9
Tahun 2017 tentang Apotek. Pada pasal 1 dinyatakan bahwa Surat Izin Apotek
yang selanjutnya disingkat SIA adalah bukti tertulis yang diberikan oleh
pemerintah daerah kabupaten/kota kepada Apoteker sebagai izin untuk
menyelenggarakan Apotek. Dan pada pasal 4 menerangkan pendirian apotek
harus memenuhi persyaratan, meliputi:
a. Lokasi
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat mengatur persebaran Apotek di
wilayahnya dengan memperhatikan akses masyarakat dalam mendapatkan
pelayanan kefarmasian.
b. Bangunan
Apotek harus memiliki fungsi keamanan, kenyamanan, dan kemudahan
dalam pemberian pelayanan kepada pasien serta perlindungan dan
keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak, dan
orang lanjut usia. Bangunan Apotek harus bersifat permanen. Bangunan
bersifat permanen merupakan bagian dan/atau terpisah dari pusat
perbelanjaan, apartemen, rumah toko, rumah kantor, rumah susun, dan
bangunan yang sejenis.
c. Sarana, prasarana, dan peralatan
Bangunan Apotek paling sedikit memiliki sarana ruang yang berfungsi:
penerimaan resep, pelayanan resep dan peracikan (produksi sediaan secara
terbatas), penyerahan sediaan farmasi dan alat kesehatan, konseling,
penyimpanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, dan arsip.
Prasarana Apotek paling sedikit terdiri atas instalasi air bersih, instalasi
listrik, sistem tata udara dan sistem proteksi kebakaran. Peralatan Apotek

6
meliputi semua peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pelayanan
kefarmasian. meliputi rak obat, alat peracikan, bahan pengemas obat, lemari
pendingin, meja, kursi, komputer, sistem pencatatan mutasi obat, formulir
catatan pengobatan pasien dan peralatan lain sesuai dengan kebutuhan.
Sarana, prasarana, dan peralatan harus dalam keadaan terpelihara dan
berfungsi dengan baik.
d. Ketenagaan
Apoteker pemegang SIA dalam menyelenggarakan Apotek dapat dibantu
oleh Apoteker lain, Tenaga Teknis Kefarmasian dan/atau tenaga administrasi.
Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian wajib memiliki surat izin praktik
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Persayaratan lain yang harus diperhatikan untuk mendirikan suatu apotek
dilengkapi dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 Tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek sarana dan prasarana yang
diperlukan untuk menunjang Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi
sarana yang memiliki fungsi:
i. Ruangan penerimaan resep
Ruang penerimaan resep sekurang-kurangnya terdiri dari tempat
penerimaan resep, 1 (satu) set meja dan kursi, serta 1 (satu) set komputer.
Ruang penerimaan resep ditempatkan pada bagian paling depan dan
mudah terlihat oleh pasien.
ii. Ruang pelayanan resep dan peracikan
Ruang pelayanan resep dan peracikan atau produksi sediaan secara
terbatas meliputi rak obat sesuai kebutuhan dan meja peracikan. Di ruang
peracikan sekurang-kurangnya disediakan peralatan peracikan, timbangan
obat, air minum (air mineral) untuk pengencer, sendok obat, bahan
pengemas obat, lemari pendingin, termometer ruangan, blanko salinan
resep, etiket dan label obat. Ruang ini diatur agar mendapatkan cahaya dan
sirkulasi udara yang cukup, dapat dilengkapi dengan pendingin ruangan
(air conditioner).
7
iii. Ruang penyerahan obat
Ruang penyerahan obat berupa konter penyerahan obat yang dapat
digabungkan dengan ruang penerimaan resep.
iv. Ruang konseling
Ruang konseling sekurang-kurangnya memiliki satu set meja dan kursi
konseling, lemari buku, buku-buku referensi, leaflet, poster, alat bantu
konseling, buku catetan konseling dan formulir catatan pengobatan pasien.
v. Ruang penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai.
Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur,
kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan
keamanan petugas. Ruang penyimpanan harus dilengkapi dengan
rak/lemari obat, pallet, pendingin ruangan (AC), lemari pendingin, lemari
penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika, lemari penyimpanan
obat khusus, pengukur suhu dan kartu suhu.
vi. Ruang Arsip
Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan
dengan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai serta pelayanan kefarmasian dalam jangka waktu tertentu.

2.3 Tugas dan Fungsi Apotek


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 9 Tahun 2017 tentang
Apotek, Apotek menyelenggarakan fungsi :
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai; dan
2. Pelayanan Farmasi Klinik, termasuk di komunitas.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009, dituliskan bahwa tugas dan
fungsi Apotek adalah:

8
1. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan
sumpah jabatan.
2. Sarana yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian.
3. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan farmasi,
antara lain obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika.
4. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan, pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan
obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, bahan obat
dan obat tradisional.

2.4 Pengelolaan Apotek


Pengelolaan Apotek Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 73 Tahun
2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek, meliputi pengelolaan
sediaan farmasi, alat kesehatan dan barang habis pakai serta pelayanan farmasi
klinik.
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan barang habis pakai, meliputi:
1. Perencanaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai perlu diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi,
budaya dan kemampuan masyarakat.
2. Pengadaan
Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan sediaan
farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
3. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi,
jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan
dengan kondisi fisik yang diterima.

9
4. Penyimpanan
a. Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal
pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka
harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas
pada wadah baru. Wadah sekurang-kurangnya memuat nama obat, nomor
batch dan tanggal kadaluwarsa.
b. Semua obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga
terjamin keamanan dan stabilitasnya.
c. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan dan
kelas terapi obat serta disusun secara alfabetis.
d. Pengeluaran obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out).
5. Pemusnahan
Pemusnahan obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan
jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan obat kadaluwarsa atau rusak yang
mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh apoteker dan
disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
a. Pemusnahan obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh
Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki
surat izin praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan
berita acara pemusnahan.
b. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat
dimusnahkan. Pemusnahan resep dilakukan oleh apoteker disaksikan oleh
sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan cara dibakar atau cara
pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan resep
selanjutnya dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
6. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan
sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau
pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk

10
menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan,
kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian pesanan. Pengendalian
persediaan dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau
elektronik. Kartu stok sekurang-kurangnya memuat nama obat, tanggal
kadaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa persediaan.
7. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat pesanan,
faktur), penyimpanan (kartu stock), penyerahan (nota atau struk penjualan)
dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan. Pelaporan terdiri dari
pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal merupakan pelaporan
yang digunakan untuk kebutuhan manajemen Apotek, meliputi keuangan,
barang dan laporan lainnya.
Pelayanan farmasi klinik meliputi:
1. Pengkajian Resep dan Pelayanan Resep
Kegiatan pengkajian Resep meliputi administrasi, kesesuaian farmasetik dan
pertimbangan klinis.
Kajian administratif:
a. Nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan.
b. Nama dokter, nomor Surat Ijin Praktik (SIP), alamat, nomor telepon
dan paraf.
c. Tanggal penulisan resep
Kajian kesesuaian farmasetik meliputi:
a. Bentuk dan kekuatan sediaan
b. Stabilitas
c. Kompatibilitas (Ketercampuran obat)
Pertimbangan klinis meliputi:
a. Ketepatan indikasi dan dosis obat
b. Aturan, cara dan lama penggunaan obat

11
c. Duplikasi dan/atau polifarmasi
d. Reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat,
manifestasi klinis lain)
e. Kontra indikasi; dan
f. Interaksi.
2. Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi
obat. Setelah melakukan pengkajian resep dilakukan hal sebagai berikut:
a. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan resep:
i. Menghitung kebutuhan jumlah obat sesuai dengan resep;
ii. Mengambil obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan
memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik
obat.
b. Melakukan peracikan obat bila diperlukan
c. Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi:
i. Warna putih untuk obat dalam/oral;
ii. Warna biru untuk obat luar dan suntik;
iii. Menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk suspensi
atau emulsi.
d. Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk obat
yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan menghindari penggunaan
yang salah.
Setelah penyiapan obat dilakukan hal sebagai berikut:
a. Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan
kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan
serta jenis dan jumlah obat (kesesuaian antara penulisan etiket dengan
resep);
b. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien;
c. Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien;

12
d. Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat;
e. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal yang terkait
dengan obat antara lain manfaat obat, makanan dan minuman yang
harus dihindari, kemungkinan efek samping, cara penyimpanan obat
dan lain-lain;
f. Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang
baik, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin emosinya
tidak stabil;
g. Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau
keluarganya;
h. Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf oleh
Apoteker (apabila diperlukan);
i. Menyimpan resep pada tempatnya;
j. Apoteker membuat catatan pengobatan pasien dengan menggunakan
Formulir.
3. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
Apoteker dalam pemberian informasi mengenai obat yang tidak memihak,
dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek
penggunaan obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat.
Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan
metoda pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif,
efikasi, keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek
samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia
dari obat dan lain-lain.
4. Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan
pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman,
kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam
penggunaan obat
13
dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. Untuk mengawali
konseling, Apoteker menggunakan three prime questions. Apoteker harus
melakukan verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien sudah memahami
obat yang digunakan.
5. Pelayanan Kefarmasian di Rumah (Home Pharmacy Care)
Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat melakukan
Pelayanan Kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk
kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya.
6. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan
terapi obat yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan efikasi
dan meminimalkan efek samping.
7. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi
atau memodifikasi fungsi fisiologis.

2.5 Pengelolaan Pelayanan Farmasi

e. Pelayanan Swamedikasi
Swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat modern, herbal,
maupun obat tradisional oleh seorang individu untuk mengatasi penyakit atau
gejala penyakit (WHO, 2010). Swamedikasi berarti mengobati segala
keluhan pada diri sendiri dengan obat-obat yang sederhana yang di beli bebas
di apotek atau toko obat atas inisiatif sendiri tanpa nasehat dokter (Rahardja,
2010).
Swamedikasi atau pengobatan sendiri adalah perilaku untuk mengatasi sakit
ringan sebelum mencari pertolongan ke petugas atau fasilitas kesehatan.
Lebih

14
dari 60% dari anggota masyarakat melakukan swamedikasi, dan 80% di
antaranya mengandalkan obat modern (Anonim, 2010).
Menurut WHO dalam Responsible Self Medication, swamedikasi atau Self-
medication perlu memperhatikan beberapa hal, diantaranya:
1) Obat yang digunakan adalah obat yang terbukti keamanannya, kualitas
dan khasiat.

2) Obat-obatan yang digunakan adalah obat yang diindikasikan untuk


kondisi kronis atau berulang yang dikenali diri sendiri dan untuk beberapa
kondisi kronis atau berulang (beserta diagnosis medis awal). Dalam
semua kasus, obat-obatan ini harus dirancang khusus untuk tujuan
tersebut dan akan memerlukan bentuk dosis dan dosis yang tepat.

Praktek swamedikasi menurut WHO dalam Zeenot (2010), dipengaruhi


beberapa faktor antara lain:

1) Faktor sosial ekonomi


Dengan meningkatnya pemberdayaan masyarakat, berakibat pada
semakin tinggi tingkat pendidikan dan semakin mudah akses untuk
mendapatkan informasi. Dikombinasikan dengan tingkat ketertarikan
individu terhadap masalah kesehatan, sehingga terjadi peningkatan untuk
dapat berpatisipasi langsung terhadap pengambilan keputusan dalam
masalah kesehatan.
2) Gaya hidup
Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap dampak dari gaya hidup
tertentu seperti menhindari merokok dan pola diet yang seimbang untul
memelihara kesehatan dan mencegah terjasinya penyakit.
3) Kemudahan memperoleh produk obat
Saat ini pasien dan konsumen lebih memilih kenyamanan membeli obat
yang bisa diperoleh dimana saja, dibandingkan harus menunggu lama di
rumag sakit atau klinik.

15
4) Faktor kesehatan lingkungan
Dengan adanya praktek sanitasi yang baik, pemilihan nutrisi yang tepat
serta lingkungan perumahan yang sehat, meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk dapat menjaga dan mempertahankan kesehatan serta
mencegah terkena penyakit.
5) Ketersediaan produk baru
Saat ini, semakin banyak tersedia produk baru yang lebih sesuai untuk
pengobatan sendiri. Selain itu, ada juga beberapa produk obat yang telah
dikenal sejak lama serta mempunyai indeks keamanan yang baik, juga
telah dimasukan ke dalam kategori obat bebas, membuat pilihan produk
obat untuk pengobatan sendiri semakin banyak tersedia.

Jenis obat yang digunakan dalam swamedikasi meliputi: Obat Bebas, Obat
Bebas Terbatas dan Obat Wajib Apotek (OWA). Penggunaan obat bebas dan
obat bebas terbatas, yang sesuai dengan aturan dan kondisi penderita akan
mendukung penggunaan obat yang rasional.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 919/MENKES/Per/X/1993


obat yang diserahkan tanpa resep harus memenuhi kriteria berikut:

1) Tidak dikontraindikasikan untuk pengguna pada wanita hamil, anak di


bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun.

2) Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan resiko


pada kelanjutan penyakit.

3) Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan.

4) Pengunaannya diperlukan untuk penyakit yang pravalensinya tinggi di


Indonesia.

5) Obat yang dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat

16
dipertanggung jawabkan untuk pengobatan sendiri.

f. Pelayanan Resep
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1027/MENKES/
SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, resep adalah
permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker
untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan
perundangan yang berlaku. Proses pelayana resep di apotek meliputi:
1) Skrining resep
Apoteker melakukan skrining resep meliputi:
a) Persyaratan administratif:
 Nama, nomor SIP (Surat Izin Praktek), dan alamat dokter.
 Tanggal penulisan resep.
 Tanda tangan/paraf dokter penulis resep.
 Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien.
 Nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta.
 Cara pemakaian yang jelas.
 Informasi lainnya.
b) Kesesuaian farmasetik: bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,
inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.
c) Pertimbangan klinis: adanya alergi, efek samping, interaksi,
kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat, dan lain-lain).
d) Jika ada keraguan terhadap resep, hendaknya dikonsultasikan kepada
dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan
alternatif.

2) Penyiapan obat

a) Peracikan
Proses peracikan merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang,
mencampur, mengemas, dan memberikan etiket pada wadah. Dalam

17
melaksanakan peracikan suatu obat harus dibuat suatu prosedur tetap
dengan memperhatikan dosis, jenis, dan jumlah obat serta penulisan
etiket yang benar.
b) Etiket
Etiket harus jelas dan dapat dibaca.
c) Kemasan obat yang diserahkan
Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok
sehingga terjaga kualitasnya.
d) Penyerahan obat
Sebelum obat diserahkan kepada pasien dilakukan pemeriksaan akhir
terhadap kesesuaian antara obat dan resep. Penyerahan obat
dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan
konseling kepada pasien dan tenaga kesehatan.
e) Informasi obat
Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah
dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana dan terkini. Informasi
obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakain obat,
cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktifitas, serta
makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi.
f) Konseling
Apoteker harus memberikan konseling mengenai sediaan farmasi,
pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat
memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar
dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi
atau perbekalan kesehatan lainnya.
Untuk penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskular, diabetes,
TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan
konseling secara berkelanjutan.

18
g) Monitoring penggunaan obat
Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan
pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti
kardiovaskular, diabetes, tbc, asma, dan penyakit kronis lainya.

2.6 Peranan Apoteker di Apotek


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun
2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, dalam melakukan
Pelayanan Kefarmasian, seorang apoteker harus menjalankan peran yaitu:
1. Pemberi layanan
Apoteker sebagai pemberi layanan harus berinteraksi dengan pasien. Apoteker
harus mengintegrasikan pelayanannya pada sistem pelayanan kesehatan secara
berkesinambungan.
2. Pengambil keputusan
Apoteker harus mempunyai kemampuan dalam mengambil keputusan dengan
menggunakan seluruh sumber daya yang ada secara efektif dan efisien.
3. Komunikator
Apoteker harus mampu berkomunikasi dengan pasien maupun profesi
kesehatan lainnya sehubungan dengan terapi pasien. Oleh karena itu harus
mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik.
4. Pemimpin
Apoteker diharapkan memiliki kemampuan untuk menjadi pemimpin.
Kepemimpinan yang diharapkan meliputi keberanian mengambil keputusan
yang empati dan efektif, serta kemampuan mengkomunikasikan dan
mengelola hasil keputusan.
5. Pengelola
Apoteker harus mampu mengelola sumber daya manusia, fisik, anggaran dan
informasi secara efektif. Apoteker harus mengikuti kemajuan teknologi

19
informasi dan bersedia berbagi informasi tentang obat dan hal-hal lain yang
berhubungan dengan obat.
6. Pembelajar seumur hidup
Apoteker harus terus meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan
profesi melalui pendidikan berkelanjutan (Continuing Professional
Development/ CPD).
7. Peneliti
Apoteker harus selalu menerapkan prinsip/kaidah ilmiah dalam
mengumpulkan informasi sediaan farmasi dan pelayanan kefarmasian dan
memanfaatkannya dalam pengembangan dan pelaksanaan pelayanan
kefarmasian.

2.7 Susunan Organisasi di Apotek


Susunan organisasi adalah bagan yang menggambarkan fungsi-fungsi
kegiatan yang terdapat dalam suatu organisasi. Struktur organisasi Apotek terdiri
dari Apoteker Penanggung jawab Apotek, Apoteker Pendamping, dan Tenaga
Teknis Kefarmasian (TTK).
Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah apoteker yang telah diberi Surat
Izin Apotek (SIA). Seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) harus dapat
membentuk struktur organisasi apotek, serta dengan uraian fungsi dan tugas,
wewenang dan tanggung jawab (job description), agar dapat mengetahui kegiatan
apa saja yang akan dilakukan dan tipe orang yang bagaimana (job qualification)
yang dapat melaksanakan fungsi kegiatan tersebut, sehingga Apotek dapat
berjalan sesuai rencana. Apoteker Pendamping adalah apoteker yang bekerja di
apotek disamping APA dan/atau menggantikannya pada jam-jam tertentu pada
hari buka Apotek. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka
Apotek, APA dapat menunjuk Apoteker pendamping. Apoteker pendamping juga
wajib memenuhi persyaratan seperti persyaratan APA. Apoteker pendamping
bertanggung jawab atas pelaksanaan kefarmasian selama Apoteker pendamping

20
bertugas menggantikan APA, namun APA turut bertanggung jawab atas
pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker pelayanan kefarmasian.
Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam
menjalankan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli
Madya Farmasi, Analis Farmasi dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten
Apoteker (Peraturan Pemerintah RI, 2009).

2.8 Tata Cara Pendirian Apotek


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 26 Tahun 2018 tentang
Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi secara Elektronik Sektor Kesehatan,
Apotek diselenggarakan oleh Pelaku Usaha perseorangan. Persyaratan untuk
memperoleh lzin Apotek yaitu:
1. STRA
2. Surat izin praktik apoteker
3. Denah bangunan
4. Daftar sarana dan prasarana
5. Berita acara pemeriksaan.
Penerbitan perizinan berusaha izin apotek diterbitkan oleh bupati/ wali kota. Izin
Komersial atau Operasional berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat
diperpanjang selama memenuhi persyaratan. Pelaku Usaha wajib memenuhi
Komitmen Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional yang telah diterbitkan
oleh Lembaga OSS dengan melengkapi pemenuhan Komitmen. Tata Cara
Penerbitan izin Apotek berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 26 Tahun
2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi secara Elektronik Sektor
Kesehatan :
1. Pelaku Usaha yang telah memiliki NIB dan memenuhi Komitmen sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai pelayanan perizinan
terintegrasi secara elektronik, wajib memenuhi Komitmen Izin Apotek.
2. Pemenuhan Komitmen oleh Pelaku Usaha paling lama 6 (enam) bulan.

21
3. Pelaku Usaha menyampaikan dokumen pemenuhan Komitmen melalui sistem OSS.
4. Pemerintah Daerah kabupaten/kota melakukan pemeriksaan lapangan paling lama
6 (enam) Hari sejak Pelaku Usaha memenuhi Komitmen sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan mengenai pelayanan perizinan terintegrasi secara
elektronik.
5. Pemerintah Daerah kabupaten/kota dalam melakukan Pemeriksaan lapangan
melibatkan unsur dinas kesehatan daerah kabupaten/kota yang terdiri atas tenaga
kefarmasian dan tenaga lainnya yang menangani bidang sarana dan prasarana.
6. Dalam pemeriksaan lapangan Pemerintah Daerah kabupaten/kota membuat berita
acara pemeriksaan.
7. Berdasarkan hasil evaluasi dan berita acara pemeriksaan dinyatakan tidak terdapat
perbaikan, Pemerintah Daerah kabupaten/kota menyampaikan notifikasi
pemenuhan Komitmen lzin Apotek paling lama 3 (tiga) Hari melalui sistem OSS.
8. Jika pada berita acara pemeriksaan diperlukan perbaikan, Pemerintah Daerah
kabupaten/kota menyampaikan hasil evaluasi kepada Pelaku Usaha melalui sistem
OSS.
9. Pelaku Usaha wajib melakukan perbaikan dan menyampaikan kepada Pemerintah
Daerah kabupaten/kota melalui sistem OSS paling lama 1 (satu) bulan sejak
diterimanya hasil evaluasi.
10. Berdasarkan perbaikan yang disampaikan oleh Pelaku Usaha dinyatakan tidak
terdapat perbaikan, Pemerintah Daerah kabupaten/kota menyampaikan notifikasi
pemenuhan Komitmen Izin Apotek paling lama 3 (tiga) Hari melalui sistem OSS.
11. Penyampaian notifikasi pemenuhan Komitmen lzin Apotek merupakan
pemenuhan Komitmen lzin Apotek.
12. Apabila hasil evaluasi dan verilikasi menyatakan Pelaku Usaha tidak memenuhi
Komitmen Pemerintah Daerah kabupaten/kota menyampaikan notifikasi
penolakan melalui sistem OSS.

22
2.9 Laporan-Laporan di Apotek
1. Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari kegiatan akuntansi (siklus
akuntansi) yang mencerminkan kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan.
Laporan keuangan terdiri dari 4 laporan dasar, yaitu:
a. Neraca atau laporan posisi keuangan, menunjukkan posisi keuangan yang
meliputi kekayaan, kewajiban serta modal pada waktu tertentu.
b. Laporan rugi laba, menyajikan hasil usaha perusahaan yang meliputi
pendapatan dan biaya (beban) yang dikeluarkan sebagai akibat dari
pencapaian tujuan dalam suatu periode tertentu.
c. Laporan perubahan modal/laba ditahan, memuat tentang saldo awal dan akhir
laba ditahan dalam neraca untuk menunjukkan suatu analisa perubahan
besarnya laba selama jangka waktu tertentu.
d. Laporan arus kas, memperlihatkan aliran kas selama periode tertentu serta
memberikan informasi terhadap sumber-sumber kas serta penggunaan kas dari
setiap kegiatan dalam periode yang dicakup.
(Sugiono, A. dan Untung, E., 2016)
2. Laporan narkotika dan psikotropika
Pelaporan narkotika dan psikotropika yaitu importir, eksportir, pabrik obat,
pedagang besar farmasi, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, Apotek,
rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, dan lembaga ilmu pengetahuan,
wajib membuat, menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala mengenai
pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika dan psikotropika yang ada dalam
penguasaannya setiap bulannya, dan paling lambat dilaporkan tanggal 10 bulan
berikutnya (Permenkes no.3 tahun 2015; UU no. 5 tahun 1997; UU no. 35 tahun
2009).
Seiring berkembangnya zaman, pelaporan narkotika dan psikotropika tidak
sesulit sebelumnya, sekarang pelaporan Narkotika dan Psikotropika dilakukan
secara online melalui SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika).

23
SIPNAP adalah sebuah software yang digunakan sebagai media pelaporan
penggunaan narkotika serta psikotropika dan terhubung melalui internet kepada
server di Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Kementrian Kesehatan
(Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian, 2011).
Software SIPNAP ini diberikan kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota Pihak Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai user
akan melakukan input data unit pelayanan, seperti apotek, puskesmas, dan rumah
sakit, ke dalam software SIPNAP. Software akan memberikan output berupa
lembar kerja dalam format Microsoft Excel yang kemudian dibagikan kepada unit
pelayanan yang ada di kabupaten/kota tersebut. Lembar kerja tersebut diisi oleh
unit pelayanan melalui komputer dan selanjutnya diserahkan kembali kepada
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam bentuk softcopy setiap bulannya. Hasil
isian lembar kerja dari unit pelayanan tersebut lalu dimasukkan ke dalam software
SIPNAP oleh pihak pengelola SIPNAP di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Setelah semua hasil laporan dari unit pelayanan direkapitulasi, selanjutnya data
tersebut dikirimkan melalui internet ke server yang ada di Kementrian Kesehatan
(Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2008).

24
BAB III
TINJAUAN KHUSUS APOTEK

3.1 Tinjauan Umum PT Kimia Farma (Persero) Tbk


Kimia Farma adalah perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia yang
didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1817. Nama perusahaan ini pada
awalnya adalah NV Checalien Handle Rathkamp & Co. Berdasarkan kebijaksanaan
nasionalisasi atas eks perusahaan Belanda di masa awal kemerdekaan, pada tahun
1958, Pemerintah Republik Indonesia melakukan peleburan sejumlah perusahaan
farmasi menjadi PNF (Perusahaan Negara Farmasi) Bhinneka Kimia Farma.
Kemudian pada tanggal 16 Agustus 1971, bentuk badan hukum PNF diubah
menjadi Perseroan Terbatas, sehingga nama perusahaan berubah menjadi PT Kimia
Farma (Kimia Farma, 2021).

Pada tanggal 4 Juli 2001, PT Kimia Farma (Persero) kembali mengubah


statusnya menjadi perusahaan publik, PT Kimia Farma (Persero) Tbk, dalam
penulisan berikutnya disebut Perseroan. Bersamaan dengan perubahan tersebut,
Perseroan telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya
(sekarang kedua bursa telah merger dan kini bernama Bursa Efek Indonesia).
Berbekal pengalaman selama puluhan tahun, Perseroan telah berkembang menjadi
perusahaan dengan pelayanan kesehatan terintegrasi di Indonesia. Perseroan kian
diperhitungkan kiprahnya dalam pengembangan dan pembangunan bangsa,
khususnya pembangunan kesehatan masyarakat Indonesia.

Berdasarkan persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia


Republik Indonesia dengan Surat Keputusannya Nomor AHU-0017895.AH.01.02
Tahun 2020 tanggal 28 Februari 2020 dan Surat Nomor AHU-AH.01.03-0115053
tanggal 28 Februari serta tertuang dalam Akta isalah RUPSLB Nomor 18 tanggal 18
September 2019, terjadi perubahan nama perusahaan yang semula PT Kimia Farma
(Persero) Tbk menjadi PT Kimia Farma Tbk, efektif per tanggal 28 Februari 2020
(Kimia Farma, 2021).
25
PT Kimia Farma (Persero) Tbk atau Kimia Farma telah berkembang menjadi
perusahaan dengan pelayanan Kesehatan (Healthcare) terintegrasi di Indonesia.
Bidang usaha Healthcare Kimia Farma didukung oleh kegiatan manufaktur farmasi,
riset, dan pengembangan, distribusi dan perdagangan, pemasaran, ritel farmasi, serta
laboratorium klinik dan klinik Kesehatan. Selama beberapa tahun terakhirm Kimia
Farma telah membuat kemajuan yang signifikan dan terobosan di banyak bidang
bisnis Healthcare yang dijalankan. Sejalan dengan Program Kemandirian Bahan
Baku Obat Nasional yang tertuang dalam roadmao Kementerian Kesehatan serta
didukung dengan adanya Pakte Kebijakan Ekonomi XI yang dituangkan dalam
Instruksi Presiden RI no 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri
Farmasi dan Alat Kesehatan, Kimia Farma membangun fasilitas produksi yang
bertujuan untuk mengurangi ketergantungan akan impor Bahan Baku Obat (BBO).
Pada akhirnya, Indonesia mampu mandiri dalam produksi BBO (Kimia Farma,
2021).

3.2 Visi PT Kimia Farma Tbk


Menjadi perusahaan Healthcare pilihan utama yang terintegrasi dan
menghasilkan nilai yang berkesinambungan

3.3 Misi PT Kimia Farma Tbk


1. Melakukan aktivitas usaha di bidang-bidang industri kimia dan farmasi,
perdagangan dan jaringan distribusi, ritel farmasi dan layanan kesehatan
serta optimalisasi aset.
2. Mengelola perusahaan secara Good Corporate Governance dan
operational excellence didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM)
professional.
3. Memberikan nilai tambah dan manfaat bagi seluruh stakeholder.

26
3.4 Budaya Perusahaan (Core Values)
Berdasarkan surat edaran KBUMN no. SE-7/MBU/07/2020 tanggal 1 Juli
2020 tentang Nilai-nilai utama (Core Values) sumber daya manusia Badan Usaha
Milik Negara, maka perseroan menetapkan AKHLAK sebagai budaya kerja Kimia
Farma Grup menggantikan ICARE. Adapun akronim dari core values AKHLAK
yaitu Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif yang
dijadikan sebagai identitas dan perekat budaya kerja yang mendukung peningkatan
kinerja secara berkelanjutan di setiap BUMN. Untuk mempercepat pemahaman
tentang nilai-nilai AKHLAK, manajemen melakukan implementasi terhadap
seluruh insan Kimia Farma dengan berbagai media offline maupun online (Kimia
Farma, 2021).

3.5 Apotek Kimia Farma 621 Mekargalih


Apotek Kimia Farma 621 Mekargalih merupakan salah satu pendek
pelayanan milik PT Kimia Farma Apotek yang berada di wilayah Unit Bisnis
Manager Bandung, Jawa Barat yang telah menjalankan fungsinya sebagai apotek
pelayanan kaefarmasian dan Kesehatan masyarakat. Fokus utama dari apotek kimia
farma adalah memberikan pelayanan perbekalan farmasi dan informasi obat kepada
pasien, sehingga dapat terwujud pelayanan apotek yang berkualitas dan berdaya
saing yang mampu mendukung dalam pencapaian omset sesuai target penjualan.

3.2 Sejarah Kimia Farma 621


Apotek kimia farma 621 Mekargalih berdiri sejak bulan April 2019 yang
terletak di Jalan Raya Rancaekek Dusun Munggang Desa Mekargalih RT.01 RW.08
Kec. Jatinangor Kab. Sumedang. Lokasi ini sangat strategis, berada dipinggir jalan.

Fasilitas yang dimiliki apotek Kimia Farma 621 Mekargalih yaitu swalayan
farmasi, ruang tunggu, tempat penyerahan resep & pengambilan obat, ruang
peracikan, tempat penyimpanan obat, toilet, dan tempat istirahat sekaligus

27
ibadah. Denah dan tata letak apotek Kimia Farma 621 Mekargalih terlampir pada
Lampiran 1.

3.3 Lokasi dan Bangunan Apotek Kimia Farma 621 Mekargalih


Apotek Kimia Farma 621 Mekargalih berlokasi di Jalan Rancaekek,
Dusun Munggang, Desa Mekargalih, kec. Jatinangor, kabupaten Sumedang. Jam
operasional apotek kimia farma 621 Mekargalih yaitu setiap hari senin sampai
dengan minggu jam 07.00-22.00 WIB. Bangunan apotek ini terletak di daerah
yang sangat strategis karena berada dipinggir jalan raya dekat dengan tol
cileunyi, pertokoan dan pemukiman.

Bangunan Apotek Kimia Farma 621 Mekargalih terdiri dari 2 lantai.


Lantai pertama terdapat swalayan farmasi yang terdiri dari tempat penjualan obat
bebas (OTC) dan alat kesehatan, tempat obat ethical. Terdapat pula tempat
operator dan kasir penjualan, ruang peracikan, tempat penyerahan obat, gudang
obat, ruang loker pegawai dan toilet. Lantai kedua merupakan Gudang.

3.4 Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma 621 Mekargalih


Struktur organisasi Apotek Kimia Farma 621 Mekargalih terdiri dari 1
orang Apoteker Penanggung Jawab (APJ), 1 orang Apoteker Pendamping
(APING), 2 orang Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) dan 1 Orang Petugas
keamanan Apotek Kimia Farma 621 Mekargalih di bawah koordinasi Bisnis
Manager Unit Bandung. Struktur organisasinya dapat dilihat pada lampiram 2.

3.6 Tugas dan Tanggung Jawab Apoteker


Di Apotek Kimia Farma 621 Mekargalih, seorang apoteker memiliki
dua peran yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Apoteker memiliki peran
sebagai seorang profesional dilihat dari aspek pelayanan dan sebagai pengelola
dilihat dari aspek bisnis manajerial. Dalam menjalankan perannya sebagai
seorang profesional, apoteker melakukan kegiatan pelayanan kefarmasian di
apotek meliputi pengkajian resep, dispensing, Pelayanan Informasi Obat,
konseling.

28
Dalam menjalankan peran manajerialnya, seorang apoteker mengelola
apotek dengan sedemikian rupa untuk meningkatkan laba karena apotek juga
merupakan suatu unit bisnis yang dapat berjalan dan berkembang dengan
adanya laba. Dalam melaksanakan peran manajerialnya, seorang apoteker
memiliki tujuan akhir yang utama yaitu untuk meningkatkan laba apotek. Tujuan
ini saja harus dicapai tanpa mengabaikan aspek-aspek profesionalnya. Laba kotor
harus dicari sebesar- besarnya guna membayar biaya operasional apotek. Tentu
saja laba kotor harus lebih besar daripada biaya operasional apotek supaya
apotek mendapatkan keuntungan. Untuk meningkatkan laba suatu apotek maka
upaya-upaya yang harus dilakukan antara lain :
1. Fokus Meningkatkan Penjualan
Upaya yang harus dilakukan adalah meningkatkan jumlah kunjungan dan
meningkatkan rata-rata harga beli pasien. Dalam meningkatkan jumlah
kunjungan, kita harus mengetahui jenis pelanggan yang ada. Terdapat dua
jenis pelanggan, yakni:
a. Pelanggan lama, merupakan pelanggan yang pernah atau sering datang ke
apotek.
b. Pelanggan potensial, merupakan pelanggan yang belum pernah datang ke
apotek tapi berpotensi untuk datang ke apotek. Pelanggan potensial
adalah pelanggan kompetitor, maupun pelanggan tempat-tempat lain yang
komoditasnya sama dengan Apotek Kimia Farma 621 Mekargalih
(misalnya: swalayan, minimarket, dan lain-lain). Selain meningkatkan
jumlah kunjungan yang kedua ada meningkatkan rata-rata harga beli
pasien. Dalam hal ini, upaya yang dapat dilakukan adalah:
a) Up Selling, merupakan upaya peningkatan volume penjualan suatu
item produk yang sama.
Contoh: pasien yang mencari parasetamol tablet, ditawarkan Panadol
yang harganya lumayan lebih tinggi disbanding parasetamol yang lain.

29
b) Cross Selling, merupakan upaya peningkatan penjualan dengan
menawarkan produk yang memiliki efek sinergis untuk membantu
peran obat utama yang dibeli oleh pelanggan.
Contoh: menawarkan produk vitamin atau suplemen makanan dan
termometer pada konsumen yang membeli obat antipiretik.
c) Subtitusi, merupakan upaya peningkatan penjualan dengan mengganti
merek dagang suatu obat dengan merek dagang lainnya selama
kandungan zat aktifnya sama. Upaya ini biasanya dilakukan bila yang
dicari oleh pelanggan tidak tersedia di apotek.
2. Fokus Mengendalikan Pembelian dan Persediaan Pembelian yang baik adalah
pembelian “lima tepat” yaitu:
a. Tepat item
Item yang dibeli sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
b. Tepat Jumlah
Jumlah barang yang dibeli tidak boleh telalu sedikit, juga tidak boleh
terlalu banyak. Apabila jumlah barang yang dibeli terlalu sedikit
kebutuhan pelanggan tidak dapat terpenuhi sehingga hal ini dapat
menyebabkan pelanggan kecewa. Apabila jumlah barang yang dibeli
terlalu banyak, modal usaha menjadii tertimbun dalam bentukbarang dan
ini dapat menghambat likuiditas modal untuk usaha.
c. Tepat Waktu
Dalam pembelian, kita harus mengetahui kapan waktu yang tepat untuk
membeli barang (memesan barang). Untuk pemesanan barang, kita tidak
boleh menunggu hingga stok barang habis karena kita juga harus
memperhitungkan lead time (waktu tunggu) sejak barang dipesan hingga
barang datang. Untuk mengantisipasi lead time tersebut, maka kita juga
harus tahu menyediakan buffer stock sebagai persediaan pengamanan di
kali menunggu barang datang.

30
d. Tepat Harga
Pihak apotek harus pandai dalam mencari distributor resmi yang dapat
memberikan potongan harga yang besar sehingga yang dijual ke
konsumen tidak perlu terlampau tinggi dan margin masih bisa didapatkan
dengan jumlah yang memadai.
e. Tepat kualitas
Kualitas barang yang akan dijual haruslah barang yang asli. Kualitas
keaslian barang dapat dicapai dengan memiliki distributor (Pedagang
Besar Farmasi/PBF) yang resmi.

3.7 Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Apotek Kimia Farma 621 Mekargalih


Menurut Permenkes No. 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek, pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, dan pelaporan.
A. Perencanaan
Apotek Kimia Farma 621 Mekargalih melakukan perecanaan barang
berdasarkan :
i. Analisis Pareto
a) Pareto A adalah kelompok barang yang berjumlah 15-20% dari seluruh
total barang yang mempresentasikan 80% omset dari total omset
keseluruhan.
b) Pareto B adalah kelompok barang yang berjumlah 20-25% dari seluruh
total barang yang mempresentasikan 15% omset dari total omset
keseluruhan.
c) Pareto C adalah kelompok barang yang berjumlah 60-65% dari seluruh
total barang yang mempresentasikan 5% omset dari total omset
keseluruhan.

31
d) Sistem pasif adalah kelompok barang dimana tidak ada data penjualan
selama 3 bulan terakhir berturut-turut
Kimia Farma menggunakan data penjualan 3 bulan terakhir dimana data
ini telah menggambarkan perbekalan farmasi berdasarkan pola penyakit,
pola konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat.
ii. Buku Defekta
Buku defekta adalah buku yang berisi nama obat yang stoknya telah menipis
atau telah kosong. Dimana petugas apotek secara rutin akan mengecek
jumlah persediaan barang apotek dengan cara menulis dan menghitung
jumlah obat yang akan habis dan sudah habis. Hasil defekta kemudian
dikumpulkan dan dijadikan bahan acuan dalam pemesanan atau perencanaan
barang di apotek.
iii. Buku Penolakan
Buku penolakan adalah buku yang berisi permintaan obat dari pasien dimana
obat tidak tersedia dan pasien tidak mau diganti dengan obat lain. Petugas
apotek akan mencatat dibuku penolakan untuk dilakukan pemesanan obat
tersebut.
B. Pengadaan
Pengadaan adalah kebutuhan yang telah direncanakan yang bertujuan agar
tersedianya sediaan farmasi dengan jumlah dan jenis yang cukup, sesuai
dengan kebutuhan pelayanan. Pengadaan dikelompokkan menjadi :
i. Pengadaan Rutin
a) Sistem Forecast
Sistem forecast merupakan pengadaan barang yang dilakukan secara
otomatis oleh komputer. Pengadaan ini dilakukan setiap 2 minggu oleh
seluruh apotek kimia farma dengan mengambil data dari pareto 3 bulan
terakhir dan dari penjualan bulan terakhir. Tim pengadaan mengolah data
dan membagi pesanan berdasarkan PBF. Kemudian Surat Pesanan (SP)
dikirim di apotek, terbentuk di aplikasi POS. Setelah itu SP dicetak dan
ditandatangani oleh PhM. Sementara PBF membuat faktur sesuai dengan
SP, yang kemudian dilanjutkan dengan mengirim barang ke apotek.
32
b) Incidental
Incidental merupakan untuk pemesanan barang yang bersifat CITO,
pengadaan barang baru. Setelah penginputan barang yang akan di pesan
akan muncul di Pic pengadaan di BM (Bisnis Manajer) selanjutnya BM
akan membuat Surat Pesanan (SP) ke PBF (Pedagang Besar Farmasi)
untuk memesan barang yang dibutuhkan oleh apotek. PBF akan
mengirimkan barang ke Apotek Kimia Farma 621 mekargalih.
ii. Pengadaan Non Rutin
Pengadaan non rutin adalah pengadaan yang dilakukan diluar pengadaan
rutin. Pengadaan non rutin di Kimia Farma 621 mekargalih terdiri dari :
a) Pengadaan Khusus
Pengadaan khusus dilakukan untuk pengadaan narkotika,
psikotropika dan prekursor. Narkotika, psikotropika dan precursor
dapat dilakukan dengan menggunakan Surat Pemesanan (SP) khusus.
SP ini dibuat secara langsung oleh Apotek Kimia Farma yang
bersangkutan, bukan dari BM. Surat pesanan Narkotika dengan
dirangkap empat yang terdiri untuk satu untuk arsip apotek, satu
untuk arsip BM, dan 2 untuk arsip DINKES (Dinas Kesehatan). Surat
pesanan tersebut ditanda tangani oleh APA dan hanya memuat satu
nama obat narkotika saja. Rangkap I, II dan III dari SP narkotika
akan dikirimkan ke BM dahulu atau dikirimkan ke PBF Kimia Farma
untuk meminta pengiriman obat. Pengadaan Obat Psikotropika
menggunakan Surat pesanan psikotropika yang juga di tanda tangani
oleh APA. Satu SP psikotropika dapat memuat lebih dari satu macam
obat asal berasal dari PBF yang sama.. Untuk obat-obat golongan
prekursor dilakukan

33
dengan cara yang sama juga seperti psikotropika.
b) Konsinyasi
Konsinyasi merupakan suatu bentuk kerja sama antara Apotek Kimia
Farma dengan suatu perusahaan atau distributor yang menitipkan
produknya untuk di jual di apotek, misalnya alat kesehatan, obat-obat
baru, dan suplemen. Pembayaran dilakukan oleh BM setelah produk
terjual di apotek. Dengan adanya sistem BM, Apotek pelayanan dapat
lebih fokus dalam memberikan pelayanan kefarmasian yang lebih
berkualitas karena fungsi-fungsi administrasi seperti pembelian dan
keuangan hanya dilakukan oleh BM. Selain itu, sistem BM juga
meningkatkan daya tawar dengan pemasok untuk memperoleh barang
dagangan yang lebih murah sehingga dapat meningkatkan laba
Apotek. Pembayaran kepada PBF dapat dilakukan oleh BM secara
tunai atau disebut juga beli putus maupun kredit yang terdiri dari 30
hari, 45 hari ataupun 60 hari setelah barang datang . BM melakukan
kegiatan pembelian hanya ke distributor atau PBF resmi untuk
menjamin mutu dan keabsahan barang.
c) Untuk menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian maka pengadaan
Sediaan Farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan. Permintaan atau pengadaan obat adalah suatu
proses pengumpulan dalam rangka menyediakan obat dan alat
kesehatan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan di apotek.
Pengadaan obat ini dilakukan dengan cara pembelian. Cara
melakukan pembelian dapat dilakukan antara lain sebagai berikut :
i. Pembelian secara kredit
Pada umumnya dilakukan pada PBF (Pedagang Besar
Farmasi) dengan lamanya pembayaran antara 14-30 hari.
ii. Kontan atau tunai
Biasanya transaksi obat golongan narkotika dan barang –
barang COD (Cash On Delivery) atau dibayae langsung saat
34
datang.

35
iii. Konsinyasi atau Titipan
Dimana apotek menerima titipan barang yang akan dijual
dalam waktu maksimal 3 bulan.

C. Penerimaan
Penerimaan barang yang datang ke Apotek Kimia Farma 621 Mekargalih
berasal dari PBF. Perbekalan farmasi yang telah dipesan akan dikirim ke
Apotek disertai faktur, kemudian petugas Apotek melakukan pemeriksaan
terhadap barang yang diterima meliputi :
i. Keabsahan faktur (nama distributor, alamat, dan TTD Apoteker
Penanggung jawab)
ii. Memastikan kesesuaian tujuan atau peruntukkan barang terhadap
Apotek yang bersangkutan
iii. Memastikan kesesuaian surat pesanan dan faktur
iv. Memastikan kesesuaian nama, dosis, kekuatan, kemasan, jumlah obat,
nomor bets sesuai faktur
v. Kondisi fisik barang (kecacatan/kerusakan)
vi. Kadaluarsa
Hal yang diutamakan dalam pemeriksaan dalam penerimaan perbekalan
farmasi yaitu apotek yang dikirim dan fisiknya. Karena apabila ada kesalahan
barang tersebut harus direturn, khususnya pada fisik barang karena apabila
barang cacat akan merugikan apotek.

D.Penyimpanan
Penyimpanan perbekalan farmasi di Apotek Kimia Farma menggunakan
sistem FIFO First In First Out (First In First Out) dan FIFO (First Expired
First Out). Di Apotek Kimia Farma 621 Mekargalih obat-obatan ditata
berdasarkan:
i. Golongan Obat
Meliputi obat generik dan non generik, obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras,
narkotika, dan psikotropika. Obat bebas dan obat bebas terbatas disimpan di rak-rak
36
display etalase, di ruang penjualan obat serta di swałayan (OTC).
Obat keras dan obat generik disimpan dietalase belakang dan narkotika psikotropika
disimpan didalam lemari yang menempel ditembok dengan system double lock.
Barang tersebut disusun berdasarkan bentuk dan jenis sediaannya.
ii. Suhu Penyimpanan

a. Suhu
Ruangan
Penyimpanan suhu ruangan adalah bagi obat yang stabil pada suhu ruangan dan
terdapat pada label pernyataan simpan pada suhu ruangan atau suhu 25°C.

b. Suhu Dingin\
Penyimpanan suhu dingin di Kimia Farma 621 mekargalih adalah bagi obat
dengan label penyimpanan terhindar dari cahaya matahari dan kelembaban,
tidak di bekukan dan disimpan pada suhu 2-8"C.

iii. Berdasarkan sediaan yang harus diperhatikan penyimpanan dibagi:


a) Tablet, Kapsul, dan Kaplet
b) Salep, Krim, dan Gel
c) Sirup, Suspensi, Drop
d) Suppositoria
e) Tetes mata, Salep Mata
f) Injeksi
g) Inhaler, Tetes Telinga

37
ii. Farmakologi Obat
Berdasarkan farmakologi penyimpanan disesuaikan dengan golongannya
yaitu anti histamin, antibiotik, antidiabetik, sistem kardiovaskular, saluran
pencernaan, saluran pernafasan, sistem saraf pusat, serta vitamin dan
mineral, masing-masing ditandai dengan warnaa berbeda dan ditata sesuai
alfabetis.
E. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan
sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau
pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Pengendalian perbekalan farmasi
di Apotek Kimia Farma 621 dilakukan melalui:
a. Kartu stok
Setiap obat yang masuk dan keluar dicatat jumlahnya pada kartu stok.
Kartu stok memuat nama obat, tanggal kadaluarsa, nomor batch, jumlah
item yang masuk dan keluar dan asal dari barang tersebut. Penulisan di
kartu stok perlu dilakukan untuk memudahkan penelusuran apabila terjadi
sesuatu hal yang tidak diinginkan.
b. Uji petik
Uji petik dilakukan dengan cara sampling 20 item obat baik obat bebas atau
obat keras kemudian disamakan jumlahnya antara fisik dan sisa yang ada di
sistem komputer. Setelah itu dilakukan perhitungan selisih antara stok yang
ada secara fisik dengan stok yang ada di sistem komputer. Uji petik
hendaknya dilakukan setiap hari
c. Stock opname
Stock opname adalah pemeriksaan terhadap semua jumlah barang dan
kondisi fisik barang yang ada di apotek. Pemeriksaan ini dilakukan pada
semua item yang ada di apotek tanpa terkecuali. Kegiatan yang dilakukan

38
merupakan pemeriksaan fisik item dan disamakan dengan stok yang ada di
sistem komputer dan dilakukan setiap 3 bulan sekali.
F. Pemusnahan
a. Pemusnahan obat rusak dan kadaluarsa
Obat rusak atau kadaluarsa harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan
bentuk sediaan. Pemusnahan dilakukan dengan cara dilarutkan (obat sirup,
injeksi ampul), dihancurkan (tablet, kapsul dan kaplet), dan ditanam
(salep/krim). Pemusnahan obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan
oleh apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki
surat izin praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan
berita acara pemusnahan.
b. Pemusnahan resep
Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat
dimusnahkan. Pemusnahan resep dilakukan oleh apoteker disaksikan oleh
sekurang-kurangnya petugas lain di apotek dengan cara dibakar atau cara
pemusnahan lain yang dibuktikan dengan berita acara pemusnahan resep
dan selanjutnya dilaporkan kepada dinas kesehatan setempat (Kemenkes
RI, 2016).
G. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai meliputi pengadaan (surat pesanan,
faktur), penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan
pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan. Pelaporan terdiri dari
pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal merupakan pelaporan
yang digunakan untuk kebutuhan manajemen apotek, meliputi keuangan,
barang dan laporan lainnya. Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang
dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, meliputi pelaporan narkotika, psikotropika dan
pelaporan lainnya.

39
Kegiatan pencatatan dan pelaporan yang ada di Apotek Kimia Farma 621
berupa:
a. Pencatatan Defekta
Buku defekta berisikan keperluan barang yang stoknya berkurang atau habis.
b. Pencatatan Stok Barang
Pencatatan stok dilakukan dengan mencatat jumlah barang yang masuk dari
pembelian barang dan jumlah barang yang di keluarkan dari hasil
penjualan.
c. Pencatatan penerimaan barang
Pencatatan dilakukan terhadap setiap barang yang datang langsung dari PBF.
d. Pencatatan rekap resep
Rekapitulasi resep di Apotek Kimia Farma 621 dilakukan setiap hari
dimana resep asli dikumpulkan, di susun berdasarkan nomor urut dan
tanggal pada struk obat.
Pelaporan keuangan yang terdiri dari:
a) Laporan harian
Laporan harian merupakan laporan berkala yang dibuat dalam periode
satu hari yang terdiri dari laporan bukti setoran kas dan laporan ikhtisar
penjualan harian (LIPH). Bukti Setoran Kas terdiri dari tunai, debit, kartu
kredit.
b) Laporan bulanan
Laporan bulanan hasil rekapan dari yang dilakukan harian dan mingguan.
Laporan bulanan dilakukan langsung ke kantor pusat dengan tujuan untuk
mengetahui apakah target tercapai atau tidak, laporan tersebut juga akan
menjadi umpan balik bagi apotek. Laporan bulanan mencakup laporan
penjualan dan pembelian, yang akan dilaporkan ke BM termasuk juga
target dan pencapaian.
c) Laporan tahunan
Laporan tahunan merupakan rekapan dari semua laporan selama satu
tahun oprasional apotek sebagai tolak ukur dari kinerja apotek. Laporan
40
tahunan

41
juga mencakup laporan Pajak penghasilan setiap karyawan, pelaporan
akan dilakukan oleh masing-masing karyawan secara online.

3.8 Pelayanan Farmasi Klinik di Apotek Kimia Farma 621 Mekargalih


1. Skrining Resep
Pada saat resep diterima, harus terlebih dahulu dilakukan skrining resep. Skrining
resep terdiri dari:
a. Kajian administrasi
b. Kesesuaian farmasetik
c. Pertimbangan klinis
2. Dispensing
Setelah melakukan pengkajian resep dilakukan hal sebagai berikut:
a. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan resep
b. Melakukan peracikan obat bila diperlukan
c. Memberikan etiket sekurang-kurangnya warna putih untuk obat dalam/oral dan
warna biru untuk obat luar dan suntik serta menempelkan label “kocok dahulu”
pada sediaan bentuk suspensi atau emulsi.
d. Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk obat yang
berbeda untuk menjaga mutu obat dan menghindari penggunaan yang salah.
e. Sebelum obat diserahkan kepada pasien, harus dilakukan pemeriksaan kembali
mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan serta jenis dan
jumlah obat. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahan antara etiket dan
resep.
3. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Setelah melakukan dispensing, selanjutnya obat diserahkan kepada pasien dengan
disertai pelayanan informasi obat. Sebelum melakukan penyerahan maka harus
memanggil nama pasien dan kembali memeriksa ulang identitas dan alamat pasien.
Pelayanan informasi obat sekurang-kurangnya meliputi aturan pakai obat, manfaat
obat, kemungkinan efek samping, cara penyimpanan obat dan lain-lain.

42
4. Konseling
Konseling dilakukan untuk pasien dengan kriteria tertentu, seperti pasien dengan
kondisi khusus, penyakit kronis, penggunaan obat khusus, menggunakan obat
indeks terapi sempit, polifarmasi dan pasien dengan tingkat kepatuhan rendah.
5. Home Pharmacy Care
Dalam melakukan home pharmacy care, apoteker berkunjung ke rumah pasien
dengan kriteria khusus untuk mengevaluasi kepatuhan pasien menggunakan obat
serta menanyakan apakah ada kendala atau keluhan selama mengonsumsi obat.
Jika kondisi home pharmacy care tidak memungkinkan, maka diganti dengan
telefarma yang dilakukan secara online.
6. Pemantauan Terapi Obat
Apotek Kimia Farma 621 memberikan pelayanan berupa pemantauan terapi obat
melalui telepon. Pasien juga dapat bertanya mengenai kesulitan atau keraguan
dalam menggunakan obat.

3.9 Pelayanan di Apotek Kimia Farma 621


1. Pelayanan Resep
Pelayanan resep di Apotek Kimia Farma 621 terdiri dari pelayanan resep tunai.
Pelayanan resep tunai adalah pelayanan resep yang pembayarannya dilakukan
secara tunai.
2. Pelayanan Non Resep
Pelayanan obat tanpa resep dokter dilakukan atas permintaan langsung oleh
pasien. Obat-obat yang dapat dilayani tanpa resep dokter meliputi obat bebas,
obat bebas terbatas, dan obat keras yang termasuk DOWA (Daftar Obat Wajib
Apotek), obat tradisional, kosmetik dan alat kesehatan. Pelayanan non resep
terdiri dari HV (Hand Verkoof) atau OTC (Over The Counter), UPDS (upaya
pengobatan diri sendiri) dan swamedikasi.

Upaya Pengobatan Diri Sendiri (UPDS) merupakan pelayanan kepada pembeli


yang membeli obat-obatan yang tercantum dalam DOWA sedangkan
swamedikasi adalah kegiatan yang dilakukan pada saat pasien meminta

43
rekomendasi obat yang

44
paling tepat untuk keluhan yang dirasakannya. Ada beberapa tahapan yang
dilakukan untuk swamedikasi yaitu:
a. Mendengarkan keluhan penyakit pasien yang akan melakukan swamedikasi.
b. Menggali informasi dari pasien, meliputi:
Who : siapa yang menggunakan obat
What : apa gejala yang di alami
How Long : berapa lama gejala berlangsung
Action : apa yang sudah dilakukan terhadap gejala tersebut
Medicine : obat lain yang sedang digunakan.
c. Memilihkan obat sesuai dengan kerasionalan dan kemampuan ekonomi pasien
dengan menggunakan obat bebas, bebas terbatas, dan obat wajib apotek.
d. Informasikan harga kepada pelanggan. Jika pelanggan setuju, diminta bantuan
kepada petugas peracikan untuk disiapkan obatnya.
3. Delivery Service
Layanan antar obat dan penjemputan resep diperuntukkan bagi resep tunai
perorangan yang dilakukan melalui telepon. Saat pasien menelepon maka petugas
apotek mencatat nama pasien, alamat, nomor telepon, serta nama obat signa obat
dan jumlahnya. Selanjutnya petugas menginformasikan harga obat kepelanggan.
Jika pasien menyetujui maka akan dilakukan penyiapan obat dan pengantaran obat
ke alamat pasien.

3.10 Pembukuan dan Pengelolaan Keuangan


Administrasi merupakan suatu rangkaian aktivitas pencatatan dan pengarsipan,
penyiapan laporan dan penggunaan laporan. Kegiatan administrasi yang
dilakukan oleh Apoteker Kimia Farma 621 antara lain administrasi pembelian,
administrasi penjualan, dan administrasi keuangan
1. Administrasi pembelian
Meliputi: pembuatan laporan pembelian terhadap semua kegiatan pembelian
barang dengan faktur yang sudah divalidasi (untuk BM).

45
2. Administrasi penjualan
Meliputi: pembuatan dan perhitungan hasil penjualan harian. Jumlah tersebut
dituangkan dalam Laporan Ikhtisar Penjualan Harian (LIPH) yang dicetak
setiap hari dan diserahkan ke Bussines Manager beserta Bukti Setoran Kas
(BSK).
3. Administrasi keuangan
Meliputi: penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran uang. Penerimaan uang
dari penjualan tunai dikirim ke bagian keuangan BM. Penerimaan uang berasal
dari penjualan obat dengan resep dokter dan UPDS atau dari penjualan tunai
lainnya. Hasi penjualan diperiksa kesesuaiannya dengan barang yang terjual
melalui LIPH dan ditanda tangani oleh APA.

Laporan keuangan berupa:


1. Laporan kas
Laporan kas dibuat untuk menggambarkan perkiraan jumlah penerimaan dan
pengeluaran uang kas apotek selama periode waktu tertentu. Unsur-unsur yang
terdapat dalam laporan kas antara lain : saldo awal, penerimaan, pengeluaran
dan saldo kas akhir. Dengan melihat saldo akhir dari laporan kas, maka dapat
diketahui apakah apotek mengalami defisit atau tidak.
2. Laporan Ikhtisar Penjualan Harian (LIPH)
LIPH berisi rincian penerimaan uang di apotek yang berasal dari penjualan obat
dan perbekalan kesehatan lainnya baik melalui resep maupun non resep (UPDS)
yang selanjutnya dilaporkan ke Unit BM Bandung. Unsur-unsur yang terdapat
dalam LIPH antara lain yakni : penjualan tunai, penjualan kredit, pengeluaran,
dan total penerimaan uang setelah dikurangi pengeluaran.

46
BAB IV

TUGAS KHUSUS
BUKU SAKU SWAMEDIKASI : DIARE, KONSTIPASI, GASTRITIS, DAN
BATUK PILEK

4.1 Diare
4.1.1 Patofisiologi Diare
Definisi diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam periode
24 jam, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi lebih cair dari biasanya,
yang berlangsung kurang dari 7 hari.Bila sudah terjadi selama lebih dari 14 hari,
maka disebut sebagai diare kronis. Untuk bayi yang minum ASI secara
eksklusif, definisi diare adalah meningkatnya frekuensi buang air besar (BAB)
atau perubahan konsistensi BAB menjadi cair yang menurut ibunya abnormal
atau tidak seperti biasanya. Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah
makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan dalam rongga
usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga
usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare. Akibat dari diare itu
sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit yang mengakibatkan gangguan
keseimbangan asam basa, gangguan gizi, hipoglikemia, dan gangguan sirkulasi
darah.

1 Terapi Obat yang Dapat Digunakan


A. Pengganti Cairan Tubuh

 Contoh obat golongan ini yaitu : Oralit

 Cara Penggunaan : Oralit dapat digunakan sebelum atau sesudah


makan. Larutkan 1 sachet oralit ke dalam200 ml air, kemudian aduk
hingga tercampur rata, dan minum sampai habis. Jika larutan
elektrolit yang berbentuk larutan, minum oralit sampai habi dan tidak
boleh lebih dari 24 jam.
 Dosis :
Anak usia di bawah 1 tahun: 300 ml atau 1.5 gelas.
Anak usia 1-5 tahun: 600 ml atau 3 gelas.
47
Diatas 12 tahun: 12 gelas.
1 Sachet Oralit dilarutkan dalam 1 gelas air (200 ml).
 Contoh merk: Pharolit, Ramolit, Pedialyte.

 Oralit aman digunakan untuk ibu hamil

B. Pengganti Cairan Tubuh

 Contoh obat golongan ini yaitu : Zinc sulfate monohydrate


 Golongan obat : obat bebas
 Cara penggunaan : Diberikan saat perut kosong, yaitu 1 jam sebelum
makan atau 2 jam setelah makan
 Dosis :
Anak usia 6 bulan -5 tahun: 1 sendok takar (5 mL) perhari
Bayi usia 2 - 6 bulan: ½ sendok takar (2.5 mL) perhari
 Contoh merk : Daryazink, L-zink, Zinkid

C. Golongan Adsorben
 Contoh obat golongan ini yaitu : kaolin, pektin

 Golongan obat: obat bebas

 Cara Penggunaan : Obat ini dapat dikonsumsi sebelum atau


sesudah makan. Pemberian diberikan setiap kali buang air besar.
 Dosis :
Dewasa & anak > 12 tahun : 2 sendok takar (10 ml). Maksimal 60 ml
dalam 24 jam.
Anak 6-12 tahun : 1-2 sendok takar (5-10 ml). Maksimal 30 ml
dalam 24 jam.
Anak 3-6 tahun : 1-2 sendok takar (5-10 ml). Maksimal 15 ml dalam
24 jam.
 Contoh merk Guanistep, Kanina, Kaotin, Neo Kaolana
 Kaolin dan pektin aman digunakan untuk ibu hamil

48
D. Mengurangi Frekuensi Buang Air Besar
 Contoh obat golongan ini yaitu : Ekstrak daun jambu biji

 Golongan obat : Obat bebas

 Cara penggunaan : Dikonsumsi setelah makan

 Dosis :
Dewasa : Sehari 2 kali 2 kapsul
Anak : 2 kali sehari 1 sendok takar (5ml)
 Contoh merk : Diapet, diapet sirup

 Keamanan untuk ibu hamil : Aman untuk ibu hamil

E. Golongan Adsorben
 Contoh obat golongan ini yaitu : Attapulgite

 Golongan obat: obat bebas


 Cara Penggunaan : Obat ini dapat dikonsumsi sebelum atau
sesudah makan.. Gunakan segelas air untuk menelan tablet attapulgite
secara utuh.
 Dosis :

Dewasa dan anak umur lebih dari 12 tahun: 2 tablet setelah BAB,
kemudian tiap BAB 1 tablet, maksimal sehari 12 tablet

Anak – anak 6 – 12 tahun : 1 tablet setelah BAB, maksimal 6 tablet


sehari.

 Contoh merk : Diatab, molagit, biodiar

 Keamanan untuk ibu hamil : belum dikategorikan

49
F. Golongan Adsorben
 Contoh obat golongan ini : Actived charcoal

 Golongan obat : Obat bebas


 Cara penggunaan : Dikonsumsi setelah makan

 Dosis : Dewasa 5 sampai 7 tablet per dosis. Maksimal sehari 20 tablet


 Contoh merk : Norit
 Kemanan untuk ibu hamil : Aman untuk ibu hamil

G. Golongan Probiotik

 Contoh obat golongan ini : Lactobacillus


 Golongan obat : obat bebas

 Cara penggunaan : Dapat dikonsumsi langsung dengan melarutkannya


dengan air putih, atau dikonsumsi bersama makanan untuk
mengurangi ketidak-nyamanan pencernaan.
 Dosis : Anak 1 – 12 tahun 3 sachet per hari

 Contoh merk : Lacto – B, Lacbon, L-Bio

4.2 Konstipasi

4.2.1 Patofisiologi Konstipasi


Konstipasi atau sembelit adalah kondisi yang ditandai dengan
adanya sulit Buang Air Besar (BAB) atau frekuensi BAB yang lebih
sedikit daripada biasanya. Frekuensi buang air besar pada setiap orang
bisa berbeda-beda. Normalnya, frekuensi buang air besar adalah 3 kali
sehari hingga 3 kali seminggu. Pada penderita konstipasi, tinja menjadi
kering dan keras sehingga sulit dikeluarkan dari anus. Akibatnya,
frekuensi BAB menjadi kurang dari 3 kali dalam seminggu.
Konstipasi paling sering terjadi ketika kotoran atau tinja bergerak
terlalu lambat melalui saluran pencernaan atau tidak dapat dikeluarkan

50
secara efektif dari rektum. Ini dapat menyebabkan tinja menjadi keras
dan kering. Konstipasi kronis memiliki banyak kemungkinan penyebab.
Penyumbatan di usus besar atau rektum dapat memperlambat atau
menghentikan gerakan tinja.

4.2.2 Terapi Obat yang Dpat Digunakan

A. Pencahar Osmotik

 Mekanisme kerja : Menarik air ke dalam lumen usus dan tinja


menjadi lebih lembek setelah 3 – 6 jam

 Contoh obat : Laktulosa

 Golongan obat : obat bebas

 Cara Penggunaan : Dapat dikonsumsi sebelum atau sesudah makan

 Dosis :

Dewasa 10-15 ml

Anak 6-14 tahun : 10 ml\

Anak 1-5 tahun : 5-10 ml

Bayi usia kurang 1 tahun : 5 ml


 Contoh merk : Lactulax, dulcolactol, laxadilac
 Keamanan untuk ibu hamil : Aman untuk ibu hamil

51
B. Stimulan

 Mekanisme Kerja : Merangsang mukosa, otot polos usus sehingga


meningkatkan peristaltis dan sekresi lender usus
 Contoh obat : Penolphtlaein 55 mg, paraffin liquidum 1200 mg, glycerin
378 mg
 Golongan obat :
 Cara Penggunaan : Dapat digunakan sebelum atau sesudah makan
 Dosis :
Dewasa: 1-2 sendok makan (15-30 ml), diminum 1x sehari
Anak usia 6-12 tahun: setengah dosis orang dewasa (7,5 – 15 ml)
perhari Contoh merk : Laxadine
 Keamanan untuk ibu hamil :Sebaiknya dihindari penggunaan untuk ibu
hamil

C. Stimulan

 Mekanisme Kerja : Merangsang pergerakan pada usus besar dan


membantu jalan keluarnya feses
 Contoh obat : Bisacodyl
 Golongan obat : obat bebas terbatas
 Cara penggunaan :
 Dulcolax tablet diminum malam hari sebelum tidur
 Dulcolax suppositoria dimasukkan ke dalam anus atau dubur segera
dengan posisi badan miring
 Dosis Tablet:
Dewasa 1-2 tablet diminum sekali sehari sebelum tidur. Maksimal: 4
tablet perhari.

52
Anak > 6-10 tahun: 1 tablet diminum sekali sehari sebelum tidur.
 Dosis suppo :
Dewasa 10 mg dipagi hari
Anak > 6-10 tahun 5 mg dipagi hari
 Contoh merk : Dulcolax tab, Dulcolax supp
 Kemanan untuk ibu hamil : Belum ada studi yang memadai

4.3 Gastritis atau Maag

4.2.3 Patofisiologi Gastritis

Gastritis adalah penyakit akibat peradangan di dinding lambung.


Kondisi ini umumnya ditandai dengan nyeri di bagian ulu hati. Jika
dibiarkan, gastritis bisa berlangsung bertahun-tahun dan menimbulkan
komplikasi serius, seperti tukak lambung.
Gastritis terbagi menjadi dua jenis, yaitu gastritis akut dan kronis.
Gastritis akut terjadi ketika peradangan di lapisan lambung berlangsung
secara tiba-tiba. Kondisi ini menyebabkan nyeri ulu hati hebat yang bersifat
sementara. Namun, jika tidak ditangani, gastritis akut bisa berlanjut menjadi
kronis.

4.2.4 Terapi Obat yang Dapat Digunakan

A. Antasida

 Mekanisme kerja : Menetralkan asam lambung sehingga dapat


mengurangi iritasi mukosa lambung akibat asam lambung yang berlebih
 Contoh obat : Antasida doen (alumunium hidroksida + magnesium
hidroksida)
 Golongan obat : obat bebas

53
 Cara Penggunaan : Pada saat perut kosong yaitu 1 jam sebelum makan
atau 2 jam setelah makan, dan obat dikonsumsi dengan cara dikunyah
 Dosis : Tiap tablet atau tiap sendok takar (5ml) mengandung alumunium
hidroksida 200 mg dan magnesium hidroksida 200 mg
Dewasa 1-2 tablet maksimal 4 kali sehari
Anak 6 – 12 tahun : 0,5 – 1 tablet maksimal 4 kali sehari
 Contoh merk : Mylanta, Polysilane, Magasida, Plantacid, Antasida Doen
 Keamanan untuk ibu hamil : Aman untuk ibu hamil

B. Antagonis Reseptor H2

 Mekanisme kerja : Memblok reseptor histamin pada sel parietal


sehingga sel parietal tidak dapat dirangsang untuk mengeluarkan asam
lambung.
 Contoh obat : Ranitidine, famotidine

 Golongan obat : obat keras


1. Ranitidine

- Dosis :
- Dewasa : 150 mg 2 kali sehari (Pagi dan malam) atau sekali sehari
sesudah makan malam atau sebelum tidur
- Contoh merk : Acran, radin, rancus, ranin, ranivell, rantin, zantac,
zantadin
- Keamanan untuk ibu hamil : aman untuk ibu hamil

2. Famotidine
- Dosis :
- Dewasa 1 kali 40 mg sehari, sebelum tidur
- Contoh merk : Denufam, famocid, interfam, lexmodine, pratifar,
renapepsa
- Keamanan untuk ibu hamil : aman untuk ibu hamil

54
C. Penghambat Pompa Proton

 Mekanisme kerja : Menghambat kerja enzim (K+H+ATPase) yang akan


menghasilkan energi yang digunakan untuk mengeluakan asam lambung
sehingga produksi asam lambung bisa berkurang
 Contoh obat : Omeprazole
 Golongan obat : obat keras
 Cara Penggunaan : Dikonsumsi pada perut kosong, yaitu 1 jam sebelum
makan, atau 2 jam setelah makan
 Dosis : Dewasa 1 kali 20 mg/hari, dapat ditingkatkan menjadi 40 mg/hari
 Contoh merk : Lanacer, locev, meisec, omed, omevell, omz, ozid, prilos,
pumpitor
 Keamanan untuk ibu hamil : Sebaiknya dihindari

D. Sucralfat

 Mekanisme kerja : Membentuk lapisan pada dasar tukak sehingga


melindungi tukak dari pengaruh agresif asam lambung dan pepsin
 Contoh obat : Sukralfat syr
 Golongan obat : obat keras
 Cara Penggunaan : Dikonsumsi saat perut kosong, yaitu 1 jam sebelum
makan atau 2 jam sesudah makan
 Dosis :4 kali sehari 2 sendok takar (10 ml)
 Contoh merk : Inpepsa, nucral, propepsa
 Keamanan untuk ibu hamil : Aman untuk ibu hamil

55
4.4 Batuk dan Pilek

4.2.5 Patofisiologi Batuk dan Pilek

Batuk merupakan sebuah ekspirasi eksplosif untuk menjaga paru


dari aspirasi makanan dan melaksanakan gerakan sekresi dan unsur lain
saluran napas mengarah ke atas menuju mulut. Batuk merupakan
mekanisme paling efisien untuk membersihkan jalan napas atas yang
merupakan mekanisme pertahanan alamiah.
Batuk pilek atau common cold adalah infeksi virus ringan pada
saluran pernafasan bagian atas, yaitu pada hidung dan tenggorokan. Virus
masuk ke dalam tubuh hingga menimbulkan keluhan pada umumnya
selama 2-3 hari.

4.2.6 Terapi Obat yang Dapat Digunakan

A. Antitusif untuk batuk kering

 Mekanisme kerja : Menghambat atau menekan batuk secara spesifik


 Contoh obat : Dextromethorphan 15 mg + chlorpheniramine maleat 1 mg
 Golongan obat : Obat bebas terbatas
 Cara Penggunaan : Dapat digunakan sebelum atau sesudah makan
 Dosis :
Dewasa 3 kali sehari 1 sendok takar (5 ml)
Anak 3 kali sehari 0,5 sendok takar (2,5 ml)
 Contoh merk : Siladex antitussive
 Keamanan untuk ibu hamil : Tidak dianjurkan

B. Ekspektoran

 Mekanisme kerja : Stimulasi mukosa lambung dan selanjutnya secara


56
refleks merangsang sekresi kelenjar saluran nafas sehingga menurunkan
viskositas dan mempermudah pengeluaran dahak.
 Contoh obat : Ammonium chlorida, glyceryl guaiacolate
 Golongan obat : obat bebas terbatas
1. Ammonium chloride

- Cara Penggunaan : Dapat digunakan sesudah makan


- Dosis :
Dewasa : 3 kali sehari 2 sendok takar (10 ml)
Anak 6 – 12 tahun : 3 kali sehari 1 sendok takar (5 ml)
- Contoh merk : Tersedia dalam bentuk kombinasi, yaitu Sanadryl,
Sanadryl DMP

57
- Keamanan untuk ibu hamil : Tidak dianjurkan
2. Glyceryl Guaiacolate

- Cara Penggunaan : Dapat digunakan sesudah makan


- Dosis tablet :
Dewasa : 3 kali sehari 1 taplet
Anak 6 – 12 tahun 3 kali sehari 0,5 taplet
- Dosis sirup :
Dewasa : 3 kali sehari 1 sendok takar (5 ml)
Anak 6 – 12 tahun : 3 kali sehari 0,5 sendok takar (2,5 ml)Contoh
merk : Tersedia dalam bentuk kombinasi, yaitu Dextral, Lodecon,
mextril
- Keamanan untuk ibu hamil : Tidak dianjurkan

C. Mukolitik

 Mekanisme kerja : Mengencerkan secret saluran nafas dengan jalan


memecah benang-benang mucoprotein dan mukopolisakarida dari sputum
 Contoh obat : Bromhexin
 Golongan obat : Obat bebas terbatas
 Cara penggunaan : Dapat digunakan sesudah makan
 Dosis tablet :
Dewasa : 3 kali sehari 1 tablet
Anak 5 – 10 tahun : 3 kali sehari 0,5 tablet
 Dosis sirup :
Dewasa : 3 kali sehari 2 sendok takar (10 ml)
Anak 5 – 10 tahun : 3 kali sehari 1 sendok takar (5 ml)
 Contoh merk : Tersedia dalam bentuk kombinasi, yaitu Bisolvon tab,

58
dan Bisolvon elixir
 Keamanan untuk ibu hamil : Tidak dianjurkan

D. Antihistamin

 Mekanisme kerja : Menghambat efek histamin pada pembuluh darah,


bronks, dan bermacam-macam otot polos.
 Contoh obat : Chlorpheniramine maleate, cetirizine
 Golongan obat : Obat keras
1. Chlorpheniramine maleate

- Cara Penggunaan : Dapat digunakan sesudah makan


- Dosis :
Dewasa : Sehari 3 – 4 kali sehari 1
tablet Anak : Sehari 3 – 4 kali sehari
0,4 tablet
- Contoh merk : CTM, cohistan, orphan
- Keamanan untuk ibu hamil : Tidak disarankan untuk ibu hamil

59
2. Cetirizine

- Cara Penggunaan : Dapat digunakan sesudah makan


- Dosis : Sehari 1 kali 1 tablet atau 10 mg/hari
- Contoh merk : Histrine, cerini, cetinal, allergin, intrizin, tiriz, ozen
- Keamanan untuk ibu hamil : Aman untuk ibu hamil

E. Dekongestan

 Mekanisme kerja : meredakan pembengkakan pembuluh darah di hidung,


sehingga membantu untuk membuka jalan nafas hidung dan membuat
pernafasan lebih mudah
 Contoh obat : Pseudoefedrin, phenyl propanolamine

 Golongan obat : obat bebas terbatas

1. Pseudoefedrin + triprolidine

- Cara penggunaan : Dapat dikonsumsi sebelum atau sesudah makan

- Dosis tablet :

Dewasa : 3 – 4 kali sehari 1 tablet

Anak 6 – 12 tahun : 3 – 4 kali 0,5 tablet

- Dosis sirup :

Dewasa : 3 – 4 kali sehari 2 sendok takar (10 ml)

Anak 6 – 12 tahun : 3 – 4 kali sehari 1 sendok takar (5 ml)

- Contoh merk : Tremenza tablet, Tremenza sirup

- Keamanan untuk ibu hamil : Aman untuk ibu hamil

2. Phenylpropanolamin + paracetamol + chlorpheniramine maleat


60
- Cara penggunaan : Dikonsumsi sesudah makan

- Dosis :

Dewasa : 3 – 4 kali sehari 1 tablet

Anak 6 – 12 tahun : 3 – 4 kali sehari 0,5 tablet

- Keamanan untuk ibu hamil : Tidak dianjurkan untuk ibu hamil

61
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang dilaksanakan di Apotek
Kimia Farma 621 Mekargalih yang telah dilakukan , yaitu dari tanggal 1 Mei hingga
31 Mei 2022 dapat disimpulkan:
1. Calon Apoteker dapat mengetahui tentang peran, fungsi, posisi dan tanggung
jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di apotek.
2. Calon Apoteker dapat memiliki wawasan, pengetahuan, ketrampilan, dan
pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek
3. Calon apoteker dapat melihat dan mempelajari strategi dan kegiatan-kegiatan
yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan praktek farmasi komunitas di
apotek
4. Calon apoteker lebih siap memasuki dunia kerja sebagai tenaga farmasi yang
profesional.
5. Calon Apoteker dapat mengetahui gambaran nyata tentang permasalahan
pekerjaan kefarmasian di apotek.

62
Saran
Setelah melakukan kegiatan PKPA di Apotek Kimia Farma 621 Mekargalih, maka
berikut ini ada beberapa saran:
1. Mahasiswa PKPA perlu pembekalan diri mengenai sistem manajerial di apotek,
obat dan produk yang biasa tersedia di apotek, serta SOP di apotek, sehingga pada
saat PKPA dapat berjalan dengan lancar.
2. Untuk Mahasiswa PKPA perlu berfokus pada tugas dan fungsi Apoteker di
apotek, sehingga ilmu yang didapatkan lebih maksimal dan dapat diterapkan pada
saat memasuki dunia kerja.

63
DAFTAR PUSTAKA

APTFI. 2010. Standar Praktik Kerja Profesi Apoteker. Jakarta. Asosiasi Pendidikan
Tinggi Farmasi Indonesia.
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian. 2011. Laporan
Penyelenggaraan Implementasi Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika di
Provinsi. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 2008. Training of Trainer
Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) dan Sistem Pelaporan
Dinamika Obat Pedagang Besar Farmasi. Dalam Buletin INFARKES I, Edisi
Agustus 2008,5.
IAI. 2014. Peraturan Organisasi Ikatan Apoteker Indonesia PO.
004/PP.IAI/1418/VII/2014 tentang Pedoman Disiplin Apoteker Indonesia,
Jakarta: Ikatan Apoteker Indonesia.
IAI. 2016. Keputusan Pengurus Pusat IAI tentang Standar Kompetensi Apoteker
Indonesia, Jakarta: Ikatan Apoteker Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 3 Tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan
Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi, Jakarta: Kemenkes
RI.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek,
Jakarta: Kemenkes RI.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 9 Tahun 2017 tentang Apotek, Jakarta: Kemenkes RI.

64
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 26 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi
secara Elektronik Sektor Kesehatan, Jakarta: Kemenkes RI.
Pemerintah Republik Indonesia. 1962. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1962
tentang Lafal Janji/Sumpah Apoteker, Jakarta: Pemerintah RI.
Pemerintah Republik Indonesia. 1997. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 1997 tentang Psikotropika, Jakarta:
Pemerintah Republik Indonesia. 2009. Undang Undang Republik Indonesia Nomor
35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Jakarta: Pemerintah RI.

Pemerintah Republik Indonesia. 2009. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 36


Tahun 2009 tentang Kesehatan, Jakarta: Pemerintah RI.

Pemerintah Republik Indonesia. 2009. Peraturan Pemerintah RI Nomor 51 Tahun


2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, Jakarta: Pemerintah RI.

Sugiono, A dan Untung, E. 2016. Panduan Praktis Dasar Analisa Laporan


Keuangan Edisi Revisi. Jakarta: PT Grasindo.

Sulistiani, Dwi. Tanpa Tahun. Analisis SWOT Sebagai Strategi Perusahaan dalam
Memenangkan Persaingan Bisnis. Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Tohar, M. 2000. Membuka Usaha Kecil. Yogyakarta: Kanisius.

Y. Hari Maliantoro. 2017. Perencanaan Bisnis Apotek Merah Jl. Laksda Adisucipto
KM 9 Yogyakarta. Fakultas Ekonimi. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta

65
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
TATA RUANG APOTEK KIMIA FARMA 621 MEKARGALIH

57
LAMPIRAN 2
STRUKTUR ORGANISASI APOTEK KIMIA FARMA
621 MEKARGALIH

Apoteker Penanggung Jawab

Apoteker Pendamping

Asisten Apoteker Asisten Apoteker

58
LAMPIRAN 3

KARTU STOK BARANG

59
LAMPIRAN 4
SURAT PESANAN NARKOTIKA

60
LAMPIRAN 5
SURAT PESANAN PSIKOTROPIKA

61
LAMPIRAN 6
SURAT PESANAN PREKURSOR

62
LAMPIRAN 7
FORM UPDS

63
LAMPIRAN 8
KWITANSI APOTEK

64
LAMPIRAN 9
BLANKO NOTA SEMENTARA

65
LAMPIRAN 10
ETIKET

1. Etiket obat dalam

2. Etiket obat luar

66
LAMPIRAN 1

LABEL

Label untuk obat antibiotik

67
LAMPIRAN 12
PENGEMAS OBAT

68
LAMPIRAN 13
LEMBAR SALINAN RESEP

69

Anda mungkin juga menyukai