Tesis Claudy Y - IP - 006
Tesis Claudy Y - IP - 006
Tesis Claudy Y - IP - 006
CLAUDY YUDIKA
NIM 120190401006
JAKARTA
2021
ii
Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknologi Pertahanan,
Universitas Pertahanan
iii
1. Pembimbing I
15 Februari 2021
Dr. Jupriyanto, S.T., M.T.,
CIQaR., IPU
2. Pembimbing II
15 Februari 2021
Dr. Khaerudin, M.M
Kolonel Sus/NRP: 520732
3. Reviewer I
15 Februari 2021
15 Februari 2021
Dr. Aries Sudiarso, S.T.,
M.M., CHRMP., Ctmp
Kolonel Laut (T)/ NRP.
13345/P
5. Reviewer III
15 Februari 2021
Dr. Ida Bagus Made Putra
Jandhana
Universitas Pertahanan
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini saya menyatakan dalam tesis ini tidak terdapat karya atau
bagian karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan
jenjang apapun disuatu perguruan tiggi, dan sepanjang sepengatahuan
saya juga, tidak terdapat istilah, frasa, kalimat, paragrap, subab, atau bab
dari karya yang pernah ditulis atau diterbitkan, kecuali yang secara tertulis
diajukan dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Referensi.
Apabila dikemudian hari, terbukti bahwa terdapat plagiat dalam tesis ini,
Saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan/undang-
undang yang berlaku.
Jakarta, Februari 2021
Claudy Yudika
Universitas Pertahanan
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan nikmat yang tidak terhitung banyaknya sehingga
peneliti dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Analisis Kebijakan
Pemerintah di Bidang Industri Baja Nasional Terhadap Impor Baja”
dengan baik sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk
memperoleh gelar Magister Pertahanan di Universitas Pertahanan.
Selesainya penelitian tesis ini tentu tidak lepas dari dukungan
berbagai pihak yang telah memberikan bantuan, baik secara moril
maupun materiil. Untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih yang
sebesar besarnya kepada seluruh pihak yang memberikan andil dalam
keseluruhan proses peneliti menjalani perkuliahan di Universitas
Pertahanan hingga menyusun tesis. Dengan selesainya tugas akhir ini,
peneliti ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Laksamana Madya TNI Dr. Amarulla Octavian, S.T., M.Sc., DESD.,
CIQnR., CIQaR., IPU selaku Rektor Universitas Pertahanan.
2. Bapak Romie Oktovianus Bura, B.Eng. (Hons.)., MRAeS., Ph.D.,
CIQnR., CIQaR selaku Dekan Fakultas Teknologi Pertahanan.
3. Bapak Kolonel Sus Dr. Drs. Khaerudin, M.M selaku Sesprodi
Industri Pertahanan dan Pembimbing II yang telah membimbing
pelaku selama menempuh pendidikan.
4. Bapak Dr. Jupriyanto, S.T., M.T., CIQaR., IPU selaku Pembimbing I
yang telah membimbing peneliti selama proses penulisan tesis ini.
5. Para penguji sidang, dari praproposal hingga ujian tesis, atas
masukan dan bimbingannya.
6. Bapak Ir. Bimakarsa Wijaya, M.T selaku Direktur Analisis Industri
Baja IISIA yang sudah bersedia menjadi pembimbing lapangan.
Universitas Pertahanan
vi
Claudy Yudika
Universitas Pertahanan
vii
ABSTRAK
CLAUDY YUDIKA
Industri baja merupakan industri strategis yang memiliki peran penting dalam
perekonomian negara. Ditengah perannya yang sangat penting tersebut, Industri
Baja mengalami permasalahan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka diperlukan
peran pemerintah melalui berbagai kebijakan pengamanan perdagangan di
industri baja nasional. Pemerintah kemudian mengeluarkan Peraturan Menteri
Perdagangan Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Petimbangan Teknis Impor
Besi/Baja, Baja Paduan, dan Produk Turunannya, Peraturan Menteri
Perindustrian Nomor 32 Tahun 2019 Tentang Petimbangan Teknis Impor
Besi/Baja, Baja Paduan, dan Produk Turunannya, dan Peraturan Pemerintah
Nomor 34 Tahun 2011 Tentang Tindakan Antidumping, Tindakan Imbalan, dan
Tindakan Pengamanan Perdagangan untuk mengamankan perdagangan baja di
Indonesia. Pemberlakuan suatu regulasi umumnya memiliki banyak dampak
yang sulit diramalkan tanpa dilakukan studi yang rinci dan konsultasi dengan
pihak-pihak yang terkena dampak. Berkaitan dengan hal tersebut, tujuan
penelitian ini adalah menganalisis dampak dari kebijakan tersebut terhadap
volume impor baja di Indonesia dengan menggunakan Regulatory Impact
Analisys (RIA). Hasil penelitian ini kemudian menyimpulkan bahwa kebijakan
yang telah ditetapkan pemerintah memberikan dampak terhadap penurunan
volume impor produk baja. Pemerintah juga harus mempercepat proses
penerapan langkah-langkah pengamanan dan meningkatkan koordinasi guna
menjaga kesesuaian proses dan mencegah terjadinya praktik perdagangan tidak
jujur di Industri Baja.
Universitas Pertahanan
viii
ABSTRACT
CLAUDY YUDIKA
The steel industry is a strategic industry that has an important role in the national
economy. In the midst of all the important role, the steel industry has problems.
In this regard, the role if government is needed through various safeguard
policies in the national steel industry. The government have established
Regulation of the Minister of Trade of the Republic of Indonesia No.3 of 2020
concerning Technical Considerations for Importing Iron / Steel, Alloy Steel and Its
Derivative Products, Regulation of the Minister of Industry of the Republic of
Indonesia No.32 of 2019 concerning Technical Considerations for Importing Iron /
Steel, Alloy Steel and Its Derivative Products, and The Government Regulation
No.34 of 2011 concerning Antidumping Measures, Compensation Measures,
and Trade Safeguard Measures to secure the steel trade in Indonesia. The
enforcement of regulationsgenerally have a lot of impact which is difficult to
predict without conducting a detailed study and consultation with the affected
party. In this regars, the purpose of this study is to analyze the impact of the
aplication of the safeguard policies of national steel products by using the
Regulatory Impact Analysis (RIA). The results of this study concluded the
policies that have been set by the government have an impact on reducing the
volume of import of steel products. The government should also accelerate the
process of implementing safeguard measures and improve coordination to
improve process suitability and prevent unfair trade in the steel industry.
Universitas Pertahanan
ix
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG TESIS ......................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN SIDANG TESIS .......................................... iii
PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................ v
ABSTRAK ............................................................................................ vii
ABSTRACT .......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xii
DAFTAR TABEL .................................................................................. xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................. 8
1.3 Pembatasan Masalah ......................................................... 9
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................ 9
1.5 Manfaat Penelitian .............................................................. 9
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 12
2.1 Landasan Teori ................................................................... 12
2.1.1 Sistem Pertahanan Negara .............................................. 12
2.1.2 Industri Pertahanan .......................................................... 13
2.1.3 Industri Baja Nasional....................................................... 14
2.1.4 Teori Produksi .................................................................. 16
2.1.5 Kebijakan Publik ............................................................... 17
2.1.6 Analisis Kebijakan ............................................................ 19
2.1.6 Kebijakan Hambatan Perdagangan .................................. 20
2.1.7 Political Will ...................................................................... 26
2.1.8 Regulatory Impact Analysis (RIA) ..................................... 27
2.2 Penelitian Terdahulu............................................................ 32
2.3 Kerangka Berpikir ................................................................ 39
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 41
Universitas Pertahanan
x
Universitas Pertahanan
xi
Universitas Pertahanan
xii
Daftar Gambar
Halaman
Gambar 1.1 Kondisi Industri Baja Nasional 2014-2018 ....................... 4
Gambar 1.2 Konsumsi Baja Negara ASEAN Per Kapita ...................... 5
Gambar 2.1 Bangun Industri Nasional ................................................. 15
Gambar 2.2 Dimensi Tugas Negara .................................................... 18
Gambar 2.3 Komponen Kebijakan ....................................................... 19
Gambar 2.4 Proses RIA ....................................................................... 31
Gambar 2.5 Kerangka Berpikir............................................................. 40
Gambar 4.1 Peranan Industri Baja Nasional ........................................ 52
Gambar 4.2 Pohon Industri Baja .......................................................... 53
Gambar 4.3 Volume Impor Baja Indonesia .......................................... 56
Gambar 4.4 Ekspor Besi/Baja Indonesia ............................................. 57
Gambar 4.5 Penggunaan Trade Remedies Terhadap Produk Besi Baja
(1995-2019) ......................................................................................... 64
Gambar 4.6 Penerapan Trade Remedies Produk Baja HRC ............... 66
Gambar 4.7 Penerapan Trade Remedies Produk Baja CRC ............... 67
Gambar 4.8 Penerapan Trade Remedies Produk Baja Wire Rod ........ 68
Universitas Pertahanan
xiii
Daftar Tabel
Halaman
Tabel 1.1 Kelompok Industri Prioritas ................................................. 2
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan ..................................... 34
Tabel 3.1 Rencana Jadwal Penelitian .................................................. 43
Tabel 4.1 Perkembangan Peranan dan Pertumbuhan Industri Logam
Dasar ................................................................................................... 54
Tabel 4.2 Perkembangan Produksi Baja .............................................. 55
Tabel 4.3 Daftar Negara Yang Dikenakan BMAD dan BMTP .............. 65
Tabel 4.4 Volume Impor Wire Rod ....................................................... 72
Tabel 4.5 Pertanyaan Dasar RIA ......................................................... 73
Tabel 4.6 Analisis Biaya ....................................................................... 83
Tabel 4.7 Analisis Manfaat ................................................................... 86
Universitas Pertahanan
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
Industri Alat
Transportasi
Industri Elektronika
& Telematika (ICT)
Industri Pembangkit
Energi
Sumber: diolah dari UU No. 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian
Universitas Pertahanan
3
Universitas Pertahanan
4
salah satu indikator yang digunakan untuk melihat kuat dan tidaknya
perekonomian di suatu negara. Salah satu peran strategis industri besi
dan baja adalah sebagai penggerak ekonomi bagi industri nasional yang
menggerakan industri-industri yang mengunakan produk industri besi baja
sebagai inputnya. Dalam penelitian Kementerian Perindustrian tahun 2014
didapatkan bahwa setiap peningkatan Rp 1 di sektor industri baja akan
meningkatkan permintaan di sektor tambang bijih besi, energi, investasi,
infrastruktur, teknologi dan SDM sebesar Rp 1,27 dan setiap peningkatan
Rp 1 di sektor industri baja akan meningkatkan permintaan di sektor
infrastruktur dan industri manufaktur lainnya sebesar Rp 1,02
(Kementerian Perdagangan, 2015).
Namun di tengah perannya yang sangat strategis, industri baja hulu
terus mengalami permasalahan dalam menangani kebutuhan baja hilir
yang kemudian berdampak kepada kebergantungan terhadap produk baja
impor (lihat Gambar 1.1). Berbagai permasalahan yang ada pada industri
baja merupakan permasalahan yang cukup fundamental sehingga harus
segera ditangani dengan lebih serius agar multiplier effect negatif dari
industri baja nasional tidak berkepanjangan.
20.000
18.107
16.318
15.000 15.483 15.214
13.656
12.574
11.026 11.413 11.414 11.700
10.000
6.183
5.000 4.854 4.746 5.195
4.351
0
2014 2015 2016 2017 2018
Universitas Pertahanan
5
Gambar 1.2 Konsumsi Baja Negara ASEAN Per Kapita Tahun 2018
Sumber: World Steel Statistical Yearbook 2019, diolah.
Universitas Pertahanan
6
Namun begitu, Direktur Utama PT Krakatau Steel (PT KS) Silmy Karim
mengatakan bahwa ia optimis untuk memperbaiki kinerja industri baja
nasional dengan pengembangan industri galangan kapal (Kahfi, 2020). PT
KS sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memasok
bahan baku baja untuk kebutuhan industri pertahanan dapat melihat
peluang bisnis tersebut bagi industri baja nasional dalam mendukung
sektor galangan kapal yaitu dalam proses bangunan kapal baru serta
perbaikan dan modifikasi kapal. Baja lembaran canai panas (Hot Rolled
Coil/HRC) yang telah diproduksi oleh PT KS saat ini telah mencapai
spesifikasi dengan kekuatan tinggi yang dapat digunakan untuk berbagai
macam aplikasi seperti pelat kapal dan galangan. Pelat baja produksi PT
KS untuk aplikasi pelat kapal dan galangan telah memiliki kekuatan dan
ketangguhan yang dipersyaratkan oleh Badan Akreditasi Internasional,
antara lain: 1) Kekuatan material; 2. Ketangguhan; dan 3) Temperatur
transisi.
Universitas Pertahanan
7
Universitas Pertahanan
8
Universitas Pertahanan
9
Agar penelitian ini menjadi lebih terarah, terfokus, dan tidak meluas
maka penulis akan membatasi penelitian pada kebijakan pengamanan
perdagangan di Industri Baja Nasional yang diterapkan oleh pemerintah
berdasarkan PP Nomor 34 tahun 2011 tentang Tindakan
Antidumping,Tindakan Imbalan, dan Tindakan Pengamanan
Perdagangan. Adapun produk baja yang akan dibahas dalam penelitian ini
hanyalah produk baja yang dikenakan kebijakan pengamanan
perdagangan melalui Bea Masuk Antidumping (BMAD) dan Bea Masuk
Tindakan Pengamanan (BMTP), yaitu produk HRC. CRC dan Wire Rod.
Rujukan data mengenai industri baja nasional yang digunakan dari
penelitian adalah data yang berasal dari tahun 2015 hingga 2019.
Universitas Pertahanan
10
a. Manfaat Teoritis
b. Manfaat Praktis
Universitas Pertahanan
11
3. Bagi akademisi
4. Bagi Pemerintah
5. Bagi Masyarakat
Universitas Pertahanan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
12
13
Universitas Pertahanan
14
Industri baja merupakan salah satu bagian dari industri logam dasar
yang termasuk dalam industri hulu, merupakan salah satu industri
strategis di Indonesia. Sektor ini memainkan peran utama dalam
memasok bahan-bahan baku vital untuk pembangunan di berbagai bidang
mulai dari penyedian infrastruktur (gedung, jalan, jembatan, jaringan listrik
dan telekomunikasi), produksi barang modal (mesin pabrik dan material
Universitas Pertahanan
15
pendukung serta suku cadangnya), alat transportasi (kapal laut, kereta api
beserta relnya dan otomotif), hingga persenjataan (Kementerian
Perindustrian, 2014). Karena perannya yang sangat penting, maka
keberadaan indsutri baja menjadi sangat strategis untuk kemakmuran
suatu negara. Oleh karena itu, Indonesia memiliki potensi besar dalam
mengembangkan industri baja.
Cakupan Industri baja terbilang cukup luas, dimulai dari hulu hingga
ke hilir. Pada bagian hulu, dimulai dari proses hasil tambang berupa pasir
besi dan bijih besi yang diproses menjadi pellet. Selanjutnya pada tanur
baja diproses untuk menghasilkan produk baja berupa hasil untuk bahan
baku industri hilirnya sebagai produk akhir. Industri baja merupakan
industri padat modal, padat teknologi dan memerlukan SDM yang terampil
dan ahli dalam perencanaan proses produksi serta pengaturan mesin
secara optimal dan efisien. (Kementrian Perindustrian, 2014).
Universitas Pertahanan
16
Universitas Pertahanan
17
Universitas Pertahanan
18
Universitas Pertahanan
19
Universitas Pertahanan
20
Arus utama dalam pembuatan kebijakan yang berjalan saat ini biasa
disebut sebagai model linier, model rasional, atau common-sense. Dalam
pembuatannya mengandalkan hasil analisis rasional dan dianggap
sebagai sesuatu yang objektif dan berimbang. Kebijakan disusun
berdasarkan sejumlah langkah serial, dimulai dengan merumuskan isu
dan masalah serta diakhiri sejumlah kegiatan untuk memecahkan masalah
tersebut. Urutan model linier dalam pembuatan kebijakan adalah (1)
mengenali dan merumuskan isu yang diperkirakan sebagai masalah, (2)
merumuskan segenap tindakan untuk mengatasi masalah atau gap, (3)
memberi bobot terhadap alternatif tindakan dengan mengenali risiko dan
hambatan yang mungkin terjadi, (4) memilih tindakan sebagai kebijakan
yang dianggap paling tepat, (5) pelaksanaan kebijakan, dan (6) evaluasi
terhadap pelaksanaan kebijakan. Dalam model ini diasumsikan pembuat
kebijakan bertindak rasional dalam mengikuti tahap demi tahap
pelaksanaan pembuatan kebijakan dan dapat menggunakan seluruh
informasi yang diperlukan untuk menetapkan keputusan-keputusannya.
Apabila masalah tidak dapat dipecahkan melalui segenap tindakan yang
telah ditetapkan, kesalahan biasanya tidak dialamatkan pada isi kebijakan
itu sendiri, melainkan pada pelaksanaannya. Kesalahan dalam
pelaksanaan kebijakan biasanya dialamatkan pada lemahnya “political
will”, terbatasnya anggaran sumber daya manusia, serta lemahnya
manajemen
Universitas Pertahanan
21
Universitas Pertahanan
22
a. Kuota
Kebijakan tarif impor mempengaruhi harga secara langsung,
sedangkan kuota mempengaruhi kuantitas secara langsung. Kuota
adalah sebuah hambatan perdagangan dalam bentuk penetapan
maksimal kuantitas barang impor. Sebagai contoh, apabila sebuah
negara X mengimpor barang Y, kemudian menerapkan kuota atas
impor tersebut maka dengan adanya pembatan volume impor
terjadi kekurangan pasokan barang Y dan menyebabkan terjadinya
kenaikan harga barang Y di negara X. Gap antara harga dunia dan
harga domestik ini akan menguntungkan importir di negara X,
karena mereka dapat mengimpor barang tersebut dengan harga
dnia dan menjualnya dengan harga domestik yang lebih tinggi.
Keuntungan akibat kelangkaan barang yang disebabkan oleh kuota
disebut keuntungan kuota (quota rents) (Markusen, 1996, p. 268).
Adapun bentuk lain dari kuota adalah Voluntary Export Restraint
(VER) yaitu kuota yang secara sukarelala ditetapkan oleh negara
pengekspors. Implikasi dari kebijakan ini adalah keuntungan kuota
beralih dari negara pengimpor ke negara pengekspor.
b. Dumping dan Antidumping
Markusen (1996) memberikan dua pengertian dumping, yaitu:
1. Praktik penjualan suatu barang pada tingkat harga di pasar
ekspor yang lebih rendah dari tingkat harga domestik, dan
Universitas Pertahanan
23
Universitas Pertahanan
24
Universitas Pertahanan
25
d. Safeguard
Safeguard adalah cara yang dilakukan untuk melindungi suatu
industri dalam negeri dari peningkatan impor yang tidak terduga
untuk setiap produk yang menyebabkan atau mungkin
Universitas Pertahanan
26
Political will yang akan menjadi fokus dalam penelitian ini adalah pada
kebikajakan insentif dan disinsentif dimana kebijakan pemerintah
memikirkan kemungkinan tindakan dalam mendukung industri baja
nasional, selain itu juga merupakan komitmen, keterlibatan dan kekuatan
yang berkelanjutan dari pemerintah serta keterlibatan politisi untuk
mendukung dan menginvestasikan yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan tertentu dan kemauan untuk melaksanakan kebijakan politis (Dye,
Thomas R, 1995; Lasswel, et al, 1970).
Untuk memenuhi kebutuhan besi dan baja nasional political will harus
dijadikan sebagai alat analisis dan harus menghilangkan sejumlah hal
yang berkaitan dengan kepentingan internal politik, karena seringkali
ketidakmampuan instrument politik untuk mencapai hasil politis berujung
terhadap protes penuntutan hak dari berbagai lapisan masyarakat.
Political will wajib menjadi atribut yang dimilliki oleh tiap-tiap aktor politik
secara individu, artinya setiap aktor politik memiliki kemauan dan
pengetahuan untuk memahami tujuan dari political will tersebut sehingga
political will tidak menjadi kemauan individu yang berpolitik melainkan
kemauan secara umum (Abazovic, Dino, 2015).
Universitas Pertahanan
27
Dalam kaitannya political will saat ini dari pemerintah masih rendah,
dengan bisa dilihat masih membanjirnya baja import dan selanjutnya
bagaimana political will untuk meningkatkan industri besi dan baja
sehingga dapat mengurangi impor dan meningkatkan daya saing industri
baja nasional.
Universitas Pertahanan
28
Universitas Pertahanan
29
Universitas Pertahanan
30
Universitas Pertahanan
31
•Policy Objectives
Definition •Policy Context
•Cost
Assesment •Benefit
•Other Impacts
•Enforcement, comlpliance
Design and monitoring mechanism
Universitas Pertahanan
32
Universitas Pertahanan
33
Universitas Pertahanan
34
Universitas Pertahanan
35
Universitas Pertahanan
36
efektif.
Universitas Pertahanan
37
kebijakan tersebut.
Pada produk
Elektronik kinerja
impornya justru
lebih tinggi 0,5%
dengan adanya
kebijakan
tersebut,Berdasark
an analisis
menggunakan RIA
alternatif tindakan
yang memiliki
manfaat lebih besar
dibandingkan
biayanya adalah
peningkatan
lingkup kebijakan
impor produk
tertentu agar dapat
memberikan
manfaat lebih besar
kepada
peningkatan daya
saing industri
dalam negeri dan
perlindungan
konsumen.
4. Danar A.S, Hasil penelitian ini Menggunaka Perbedaan
Suprapto dan menunjukkan n metode terletak pada
Juli H. bahwa terdapat Regulatory obyek
“Regulatory kesenjangan antara Impact penelitian
Universitas Pertahanan
38
Universitas Pertahanan
39
menunjukan
pengaruh yang
negatif dan tidak
signifikan
Universitas Pertahanan
40
Intro
Latar Belakang dan Identifikasi
Masalah
Studi Literatur
Pengambilan Data
Proses
Analisis kebijakan pengamanan perdagangan baja nasional menggunakan
metode Regulatory Impact Analysis (RIA) pendekatan soft benefit-cost
analysis.
(OECD, 2008)
1) Merumuskan masalah;
2) Mengidentifikasi Tujuan;
Menjawab 10 3) Menyusun Alternatif;
indikator pertanyaan 4) Analisis manfaat & biaya;
RIA 5) Konsultasi Publik;
6) Memilih Alternatif Terbaik;
7) Strategi implementasi
Output
Dampak dari kebijakan pemerintah di bidang industri
baja terhadap kinerja industri baja nasional
Outcome
Kesimpulan dan Rekomendasi Kebijakan
Universitas Pertahanan
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
41
42
Universitas Pertahanan
43
Universitas Pertahanan
44
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer dalam penelitian ini dapat diperoleh dari lapangan
penelitian, baik yang diperoleh dari pengamatan langsung maupun
wawancara kepada narasumber yang berpengaruh dalam proses
perolehan data. Data sekunder yang diperoleh dapat berupa dokumen
resmi, laporan kegiatan, maupun dokumen lain yang berkaitan dengan
kebijakan pengamanan perdagangan baja. Pengumpulan data dilakukan
melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi.
3.4.1 Observasi
Universitas Pertahanan
45
3.4.2 Wawancara
Universitas Pertahanan
46
Universitas Pertahanan
47
1. Reduksi Data
Merupakan salah satu teknik analisis data kualitatif yang
menajamkan dan membuang yang tidak diperlukan dan
mengorganisir data sampai kesimpulan akhir dapat dibuat.
2. Penyajian Data
Penyajian data adalah salah satu teknik analisis data kualitatif
yang memiliki kegiatan ketika informasi yang sudah dikumpulkan
lalu disusun dan menarik kesimpulan dari pengumpulan data
tersebut. Bentuk penyajian data kualitatif dapat berupa teks naratif,
matriks, grafik, jaringan dan juga bagan
3. Penarikan Kesimpulan
Tahap terakhir dari penelitian yang menjelaskan dan menarik
sebuah kesimpulan didukung oleh data pendukung yang sudah
dipaparkan peneliti dan bersifat kredibel.
Universitas Pertahanan
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sesuai dengan ketetapan MPRS No. 2 tahun 1960, Proyek Besi Baja
Trikora direncanakan selesai pada tahun 1968. Namun, setelah tiga tahun
berjalan pembangunannya mengalami kemacetan dikarenakan pecahnya
peristiwa G 30 S/PKI yang kemudian berdampak pada penarikan para
teknisi yang kebanyakan warga negara Rusia ditarik kembali ke
negaranya (Humas PT Krakatau Steel, Sejarah Krakatau Steel, Jakarta
1992, hlm 5). Sejak saat itu kemudian dicapai kesepakatan untuk
melanjutkan proyek tersebut denan nama dan bentuk yang baru, yaitu PT
Krakatau Steel. Proyek ini dibangun untuk mengembangkan usaha
industri baja dalam arti kata yang seluas-luasnya di Indonesia.
48
49
Universitas Pertahanan
50
Universitas Pertahanan
51
Pada proses ini bijih besi dalam bentuk bulk atau pellet
direduksi dengan gas pereduksi. Produk dari proses ini
berupa besi spon atau hot briquette iron.
Hasil industri baja hulu berupa pig iron atau sponge iron
diproses lebih lanjut menjad produk baja kasar (crude
steel) berupa bloom, billet, slab dan ingot.
Universitas Pertahanan
52
Universitas Pertahanan
Gambar 4.2 Pohon Industri Baja
Sumber: Direktur Industri Material Dasar Logam, 2015
53
54
Tabel 4.1
Perkembangan Peranan dan Pertumbuhan Industri Logam Dasar
Uraian 2015 2016 2017 2018
Pertumbuhan (%)
Ekonomi Nasional 4,88 5,02 2,00 5,08
Industri Non Migas 5,05 4,42 5,23 5,18
Industri Logam 10,08 2,13 6,33 7,65
Kontribusi PDB (%)
Industri Non Migas 18,20 18,21 17,88 17,42
Industri Logam 1,59 1,51 1,53 1,68
Sumber: Direktorat Industri Material Dasar Logam, 2020
Universitas Pertahanan
55
Namun demikian, produksi baja kasar nasional (crude steel) dari tahun
ke tahun menunjukkan perkembangan yang berati. Selain itu, produk Hot
Rolled Coil/Plates (HRC/P) juga menunjukkan perkembangan yang
berarti. Dengan kebutuhan baja nasional yang diprediksi akan terus
meningkat sehingga industri baja nasional menargetkan kenaikan
pemanfaatan kapasitas produksi hingga 20% pada tahun 2020
(Kementerian Perindustrian, 2020). Perkembangan kapasitas produksi
produk baja di Indonesia dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Perkembangan Produksi Baja
Nilai dalam: ribu ton
No. Kelompok 2015 2016 2017 2018
1. Pig Iron 2.460 2.640 2.650 2.730
2. Crude Steel 4.854 4.746 5.295 6.183
3. HRP 6.168 6.552 7.866 10.045
Sumber: Steel Statistical Yearbook 2019
Universitas Pertahanan
56
Universitas Pertahanan
57
Dari total impor produk baja tersebut, sebagiannya telah dan sedang
dikenakan tindakan pengamanan berupa tindakan antidumping dan
tindakan pengamanan perdagangan (safeguards). Dalam kurun waktu
1995 – 2019 Indonesia secara kumulatif telah mengenakan 79 trade
remedies atas produk baja dengan rincian 59 kasus antidumping dan 20
kasus safeguards.
6.000
5421
5.000
4368
Dalam Ribu Ton
4.000
3.000 2925
2.770 Ekspor
2.000
1.000
0
2015 2016 2017 2018
Universitas Pertahanan
58
Hal yang relatif sama dilakukan oleh Amerika Serikat (AS) dan India.
AS mewajibkan penggunaan baja produksi dalam negeri melalui kebijakan
Buy America, Made it in America. Selain itu, pemerintah AS juga
mengenakan pajak sebesar 25% ke produk baja impor yang masuk ke
negaranya (IISIA, 2020). Sementara itu, pemerintah India mempunyai
komitmen untuk mendukung semua usaha dengan menjamin ketersedian
kredit ekspor, menyediakan informasi perdagangan, dan memotong biaya
Universitas Pertahanan
59
transaksi (Hasni, 2011, p.24). Dari sisi impor, pemerintah India telah
menurunkan tarif bea masuk secara progresif, dan melindungi industri
baja domestik dari praktek-praktek perdagangan internasional yang tidak
adil (unfair), dengan memperketat mekanisme untuk pengawasan impor
dan pengamatan subsidi ekspor di negara lain. Pemerintah India juga
berusaha untuk mempermudah mekanisme perijinan (clearance) di tingkat
pemerintah pusat maupun pemerintah negara bagian, serta melakukan
peninjauan (reviews) untuk menghapuskan permasalahan infrastruktur,
prosedur dan kelembagaan, serta untuk mencapai kebijakan yang
terkoordinasi di antara Kementerian dan Negara Bagian (National Steel
Policy Governemnt of India, 2005).
Universitas Pertahanan
60
Universitas Pertahanan
61
Universitas Pertahanan
62
kualitas produk baja dalam negeri yang menggunakan besi atau baja serta
pemantauan terhadap industri baja nasional. Kebijakan ini tidak jauh
berbeda dengan Permendag No 3 Tahun 2020 tentang Ketentuan Impor
Besi atau Baja, Baja Paduan, dan Produk Turunannya. Dalam peraturan
ini diatur tentang Pertimbangan Teknis Impor Besi, atau Baja, Baja
Paduan, dan Produk Turunannya dengan menetapkan batasan-batasan
yang digunakan dalam pengaturannya. Pelaksanaan penerbitan
Pertimbangan Teknis dilakukan oleh Direktur Jenderal. Selain itu Direktur
Jenderal juga melakukan pengawasan terhadap perusahaan yang telah
mendapatkan Pertimbangan Teknis atas pelaksanaan importasi Besi atau
Baja, Baja Paduan, dan Produk Terunannya. Pengawasan dapat
dilakukan satu kali dalam satu tahun dan/atau sewaktu-waktu apabila
diperlukan. Apabila berdasarkan hasil pengawasan ditemukan
pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan yang telah memperoleh
Pertimbangan Teknis, Direktur dapat mengenakan sanksi administratif
berupa penolakan permohonan Pertimbangan Teknis pada periode
berikutnya dan/atau rekomendasi pencabutan Persetujuan Impor kepada
Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
perdagangan (Kemenperin, 2019).
Universitas Pertahanan
63
Kepabeanan terbagi menjadi tiga, yaitu Bea Masuk Anti Dumping (BMAD),
Bea Masuk Imbalan (BMI), dan Bea Masuk Tindakan Pengamanan
(BMTP). BMAD adalah bea masuk tambahan yang dikenakan kepada
barang impor di mana harga ekspor barang tersebut lebih rendah dari
harga normal di negara asal, yang menyebabkan kerugian terhadap
industri barang sejenis yang diproduksi di dalam negeri. Sedangkan BMI
adalah bea masuk tambahan yang dikenakan terhadap barang impor,
dimana ditemukan adanya subsidi yang diberikan oleh negara pengekspor
atas barang tersebut, sehingga menimbulkan kerugian dan menghambat
pengembangan industri sejenis di dalam negeri. BMTP atau safeguard
adalah bea masuk tambahan yang dikenakan terhadap barang impor,
dimana terdapat kondisi lonjakan barang impor yang mengakibatkan
kerugian serius atau ancaman kerugian serius terhadap barang sejenis
yang diproduksi di dalam negeri.
Universitas Pertahanan
64
Universitas Pertahanan
65
Universitas Pertahanan
66
Universitas Pertahanan
67
Gambar
4.7 Penerapan Trade Remedies untuk Produk Baja CRC
Sumber: IISIA, 2020, p.16
BMTP terhadap produk besi baja pertama kali diterapkan pada tahun
2009 untuk produk paku (Kemendag, 2015, p. 33). BMTP dikenakan
selama tiga tahun dengan besaran masing-masing tahun mencapai 145%,
115%, dan 85%. Pangsa impor untuk produk paku tersebut didominasi
oleh antara lain Thailand (35,1%), Tiongkok (22,7%), Taiwan (18,7%), dan
Vietnam (16,2%) (Kemendag, 2015, p. 33).
Universitas Pertahanan
68
Gambar 4.8 Penerapan Trade Remedies untuk Produk Baja Wire Rod
Sumber: IISIA, 2020, p.17
4.3 Pembahasan
4.3.1 Implikasi Penerapan Kebijakan Pengamanan Perdagangan
di Bidang Industri Baja Nasional
Universitas Pertahanan
69
Universitas Pertahanan
70
Universitas Pertahanan
71
Universitas Pertahanan
72
Dalam tabel 4.4 di atas dapat terlihat bahwa pada tahun 2018 terjadi
peningkatan volume impor sebesar 57,5% produk wire rod dari Malaysia
dibandingkan tahun sebelumnya. Angka tersebut kembali meningkat tajam
menjado 115 ribu ton pada tahun 2019. Peningkatan impor ini terjadi
karena sudah tidak ada BMTP untuk produk baja tersebut, sehingga
Malaysia melihat hal tersebut sebagai peluang untuk mengekspor
produknya ke Indonesia.
Universitas Pertahanan
73
Universitas Pertahanan
74
Universitas Pertahanan
75
Universitas Pertahanan
76
1. Rumusan Masalah
2. Identifikasi Tujuan
Universitas Pertahanan
77
Universitas Pertahanan
78
Oleh karena itu, maka solusi yang optimal yang dapat dilakukan
dengan pertimbangan di atas yaitu dengan mengambil alternatif ketiga
yaitu “Kemudahan prosedur dan percepatan proses keputusan penerapan
pengamanan perdagangan”. Tindakan ini kemudian dapat disebut sebagai
necessary condition. Tentunya alternatif tindakan tersebut tidak berdiri
sendiri namun juga perlu didukung oleh langkah-langkah lainnya yang
relevan dan dibutuhkan oleh baik industri baja maupun pemerintah.
Universitas Pertahanan
79
4. Konsultasi Publik
Universitas Pertahanan
80
diketahui biaya dan manfaat dari alternatif yang dipilih. Oleh karenanya,
dapat diketahuin manfaat dan kerugian yang harus ditanggung oleh
semua pihak yang terkena dampak dari kebijakan ini.
Universitas Pertahanan
81
Universitas Pertahanan
82
Universitas Pertahanan
Tabel 4.6 Analisis Biaya
No. Stakeholder Harapan Kondisi Saat Ini Analisis Biaya
1. Pemerintah - meningkatkan Pemerintah telah - Biaya infrastruktur yang diperlukan
efektivitas mengeluarkan: untuk mendukung permen ini cukup
pelaksanaan - Permenperin No tinggi.
kebijakan impor 32 Tahun 2019 - Potensi penerimaan negara akibat
besi atau baja, tentang berkurangnya produk illegal asal
baja paduan dan Pertimbangan impor dan penerimaan negara dari
produk Teknis Impor Besi, pajak serta terciptanya lapangan
turunannya serta atau Baja, Baja kerja
mendukung Paduan, dan
kemudahan Produk
investasi Turunannya
- Menjaga - Permendag No 3
stabilitas industri Tahun 2020
baja nasional tentang Ketentuan
dan mendukung Impor Besi atau
83
84
Universitas Pertahanan
85
kepentingan
industri dalam
negeri dari
lonjakan impor
dan praktik
perdagangan
tidak jujur
2. Industri Baja Dengan diterapkannya Produk baja impor - Potensi peningkatan pendapatan
Dalam Negeri kebijakan-kebijakan membanjiri pasar dalam bagi industri baja karena produk
tersebut maka negeri, sehingga baja dalam negeri dapat terserap di
diharapkan dapat membuat produk baja pasar
tercipta daya saing dalam negeri sulit
yang sehat dan adil. bersaing dengan produk
baja import
3. Importir Importir semakin Masih terjadi praktis - Tambahan biaya dan waktu dalam
mematuhi tertib circumvention yang pengurusan kegiatan importisasi
administrasi impor dilakukan oleh para dan kepabeanan
Universitas Pertahanan
86
Universitas Pertahanan
87
Universitas Pertahanan
88
Universitas Pertahanan
89
perdagangan
tidak jujur
2. Industri Baja Dalam Dengan diterapkannya Produk baja impor - Memberikan
Negeri kebijakan-kebijakan membanjiri pasar dalam perlindungan terhadap
tersebut maka negeri, sehingga produk baja dalam
diharapkan dapat membuat produk baja neger dan industri baja
tercipta daya saing dalam negeri sulit nasional
yang sehat dan adil. bersaing dengan produk - Menghindari praktek
baja import unfair trade
- Meningkatkan daya
saing produk domestik
3. Konsumen Menggunakan produk Kebanyakan dari Konsumen dapat
baja hasil produksi dari konsumen membeli menggunakan produk baja
dalam negeri produk baja impor dalam negeri, karena harga
dikarenakan harga produk baja dalam negeri
produk baja impor lebih memiliki harga yang berdaya
murah dibandingkan saing dan kualitas yang
Universitas Pertahanan
90
Universitas Pertahanan
BAB 5
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan,
maka dapat ditarik kesimpulan yang dapat menjawab rumusan masalah
penelitian sebagai berikut:
91
92
4.2 Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas, maka dapat dihasilkan
beberapa rekomendasi untuk mengoptimalkan pengembangan industri
baja nasional melalui kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh
Pemerintah. Rekomendasi terdiri dari rekomendasi teoritis dan
rekomendasi praktis dengan tujuan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak
termasuk dalam rangka penelitian selanjutnya:
1. Rekomendasi Teoritis
2. Rekomendasi Praktis
a. Bagi Pemerintah Indonesia diharapkan dapat mengembangkan
sistem monitoring dan pengendalian impor baja sebagaimana
yang telah diterapkan oleh beberapa negara maju dalam
mengendalikan impor baja (SIMA) dan membentuk gugus tugas
nasional dalam rangka perlinfungan industri baja nasional agar
dapat bersaing dengan produk impor. Pemerintah juga
diharapkan dapat memberikan dukungan melalui subsidi dan
menerapkan tindakan pengamanan perdagangan terhadap
produk baja secara efektif melalui percepatan proses,
peningkatan efektivitas (mengendalikan pengecualian,
perluasan cakupan produk, pengendalian circumvention) serta
konsistensi dalam penerapan dan pengawasan.
b. Dikarenakan keterbatasan waktu dan keadaan maka bagi
peneliti selanjutnya diharapkan dapat melanjutkan penelitian
Universitas Pertahanan
93
Universitas Pertahanan
94
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Abazovic, Dino. 2015. Political Will: A Short Introduction case study.
Bosnia and Herzegovina. Friedrich-Ebert-Stiftung.
Ahyari, A. 2002. Manajemen Produksi dan Pengendalian
Produksi. Yogyakarta, BFE.
Anselm. Strauss, Corbin. Juliet. 2003. Dasar - Dasar Penelitian Kualitatif.
Yogyakarta, Pustaka Pelajar
Assauri, Sofyan. 1998. Manajemen Produksi, Penerbit FE-UI, Jakarta
Brinkerhoff.1999. Program evalution: A Practitioner’s Guide for Trainers
and Educator. Fourth Printing, Massachusetts: Kluwer- Nijhoff.
Publishing.
Buku Putih Pertahanan Indonesia. 2015. Jakarta: Kementerian
Pertahanan Republik Indonesia:
Burhan Bungin, 2008. Penelitian Kualitatif (Komunikasi, Ekonomi,
Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya), Jakarta: Kencana.
Denzin, N. 2006. Sociological Methods: A Sourcebook. 5th Edition.
Piscataway: Aldine Transaction.
Diewert, W. E. 1986. Export supply and import demand functions: a
production theory approach (No. w2011). National Bureau of
Economic Research.
Dunn, W. N. 2003. Public Policy Analysis an Introduction. Harlow
Gujarati, D.N. 1988, Basic Econometrics, MacGraw-Hill, Inc
Handoyo, E. (2012). Kebijakan Publik. Semarang: Widya Karya
Hill, Michael and Peter Hupe. 2002. Implementing Public Policy. London,
California, and New Delhi: Sage Publication
Jones, K. (2017). Politics vs economics in world steel trade (Vol. 20).
Routledge.
Kai Hauerstein dan Peter Bissegger. 2009. Training Manual Regulatory
Impact Assessment, Jakarta: GTZ-Red and Bappenas RI
Universitas Pertahanan
95
Universitas Pertahanan
96
Ariyani, Ayu Oka. Nugroho, Anton H. 2017. Peran Political Will dan
Organizational Culture Perusahaan Besi dan Baja. Jurnal Economics
and Sustainable Development 2(1), 1-1
Danar A.S, Suprapto. Juli H. 2016. Regulatory Impact Analysis Terhadap
Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia Biskuit Secara Wajib.
Jurnal Standardisasi Volume 18 Nomor 3, November 2016: 217-228
Finaldin, T., & Amalia, A. (2019). STRATEGI TIONGKOK TERHADAP
EKONOMI DAN POLITIK INDONESIA DALAM PERDAGANGAN
IMPOR BAJA KARBON (CARBON STEEL) DAN BAJA PADUAN
(ALLOY STEEL) DI PT KRAKATAU STEEL INDONESIA PADA
TAHUN 2018. Global Mind, 1(1).
Hartati, D. M. (2018). The Evaluation of Indonesian National
Standardization (SNI) Policy towards Import in Steel Industry. JPAS
(Journal of Public Administration Studies), 2(2), 1-8.
Hasni. Manulang, Hiras. 2011. Peranan Sekotr Baja Dalam Perekonomian
Indonesia. Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol. 5 No.1, Juli
2011
Imansyah, M. F. (2012). Studi umum permasalahan dan solusi das citarum
serta analisis kebijakan pemerintah. Jurnal Sosioteknologi, 11(25), 18-
33.
Ishlah, T. 2009. Potensi Bijih Besi Indonesia Dalam Kerangka
Pengembangan Klaster Industri Baja. Buletin Sumber Daya Geologi
4(2): 13-23
Mény, Y., Wright, V., & Rhodes, M. (Eds.). (1987). The politics of steel:
Western Europe and the steel industry in the crisis years (1974-
1984) (Vol. 7). Walter de Gruyter.
Mideksa, Torben K. 2013. The Economic Impact of Natural Resources.
Journal of Environmental Economics and Management 65(2):277-
289
Universitas Pertahanan
97
Universitas Pertahanan
98
Universitas Pertahanan
99
Universitas Pertahanan
100
Universitas Pertahanan
101
LAMPIRAN 1
SURAT IJIN PENELITIAN
Universitas Pertahanan
102
LAMPIRAN 2
PEDOMAN WAWANCARA
Universitas Pertahanan
103
Universitas Pertahanan
104
PEDOMAN WAWANCARA
Universitas Pertahanan
105
Universitas Pertahanan
106
PEDOMAN WAWANCARA
Universitas Pertahanan
107
Universitas Pertahanan
108
LAMPIRAN 3
DOKUMENTASI WAWANCARA
Universitas Pertahanan
109
Universitas Pertahanan
110
Universitas Pertahanan