Efektifitas Retribusi Pedagang Di Pasar Sumbergempol

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 20

MINI RISET EFEKTIFITAS RETRIBUSI PEDAGANG DI PASAR

SUMBERGEMPOL TULUNGAGUNG
Oleh:
Ika Nur Aini 1960302100013
Desy Dwi Fitria 1960302100015
Fitri lailatul Badria 1960302100025
Fakultas Ekonomi, Prodi Manajemen A
Universitas Tulungagung
Email: [email protected]
[email protected]
[email protected]

ABSTRAK
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa efektifitasnya
retribusi pedagang di pasar Sumbergempol Tulungagung, penelitian ini bersifat deskriptif.
Jenis data yang digunakan yaitu data primer dan data skunder. Pengumpulan data
menggunakan teknik wawancara dan observasi. Data dianalisis secara kuantitatif.
Berdasarakan penelitian yang telah dilakukan dapat di simpulkan bahwa efektifitas
retribusi di pasar Sumbergempol merupakan kewenangan dan tanggung jawab seluruh
pedagang. Hasil menunjukan bahwa saat ini para pedagang di pasar Sumbergempol
patuh terhadap pembayaran pungutan retribusi.
Kata kunci : Retribusi pasar,efektifitas,pedagang,pembayaran.

ABSTRACT
The purpose of this research is to determine how effective the retribution of traders in the
Sumbergempol market Tulungagung, this research is descriptive. The types of data used
are primary data and secondary data. Data collection using interview and observation
techniques. Data were analyzed quantitatively. Based on the research that has been done,
it can be concluded that the effectiveness of retribution in the Sumbergempol market is the
authority and responsibility of all traders. The results show that currently traders in the
Sumbergempol market comply with the payment of levies.
Keywords: market retribution, effectiveness, traders, payment.
PENDAHULUAN
Pasar adalah tempat bertemunya pembeli dan penjual, tempat tersebut merupakan
sarana bagi pembeli dan penjual melakukan transaksi-transaksi perdagangan guna
memenuhi segala kebutuhan-kebutuhannya. Pasar terbentuk atau tercipta bersumber
pada kebutuhan manusia yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Pada
awalnya, transaksi dalam pasar dilakukan melalui tukar menukar barang atau barter.
Namun seiring dengan perkembangan zaman, manusia tidak lagi melakukan tukar
menukar barang atau barter, tetapi dengan menggunakan uang sebagai alat
pembayarannya. Fungsi pasar sendiri merupakan salah satu sarana pokok untuk
menggerakkan dan meningkatkan perekonomian masyarakat disuatu daerah. Pasar
perlu dikelola, ditata, dan diatur supaya roda perekonomiaan masyarakat daerah
tersebut berjalan dengan lancar dan tidak menimbulkan permasalahan.
Pemerintah daerah selaku pihak yang berkuasa dan berwenang harus mengambil
peranan dalam penertiban dan penataan pasar supaya berjalan baik dan lancar. Atas
peran itulah, pemerintah perlu menciptakan wadah atau instansi khusus yang mengurus
serta menertibkan pasar sesuai dengan tata kota dan peraturan daerah tersebut. Instansi
daerah itu sering dikenal dengan Kantor Pengelolaan Pasar (KPP), kantor tersebut
Pemeritah daerah melalui Kantor Pengelola Pasar harus menyediakan ruang atau
tempat khusus untuk membangun pasar, seperti los-los pasar dan kios-kios sebagai
tempat para pedagang untuk berjualan maupun pembeli yang ingin membeli barang
kebutuhannya merupakan unsur pelaksanan teknis dibidang pengelolaan pasar dipimpin
oleh seorang kepala kantor yang bertanggung jawab dan berada dibawah wewenang
Walikota selaku Kepala Daerah (Kepda) melalui Sekertaris Daerah (Sekda). Retribusi
pasar adalah sejumlah pungutan yang dibebankan oleh setiap pedagang yang berjualan
di suatu pasar. Retribusi pasar biasanya terdiri dari retribusi kebersihan, retribusi parkir
khusus, retribusi MCK, ataupun retribusi-retribusi yang lain.
Keberhasilan pembangunan daerah sangat tergantung kepada kemampuan
keuangan daerah. Daerah dituntut untuk dapat menggali sumber-sumber pendapatan
sendiri yang ada dalam daerahnya. Dengan begitu daerah bisa membiayai kebutuhan
daerahnya sendiri baik dalam pembiayaan roda pemerintahan maupun pembiayaan
pembangunan. Keberhasilan pengelolaan penerimaan daerah tidak semata diukur dari
jumlah penerimaan yang dapat dicapai, tetapi sejauh mana pajak daerah dan retribusi
daerah dapat berperan mengatur perekonomian masyarakat agar dapat bertumbuh
kembang yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di
daerah. Secara teoritis kemampuan keuangan daerah dapat ditingkatkan dengan
intensifikasi maupun ekstensifikasi.
Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah
daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Menurut UU No.66 Tahun 2001
jenis-jenis retribusi daerah dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
1. Retribusi Jasa Umum.
2. Retrubusi Jasa Usaha.
3. Retribusi Perizinan Tertentu.
Retribusi pasar di Pasar Sumbergempol masuk dalam kategori Retribusi Jasa
Umum yaitu retribusi atau jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah
untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang
pribadi atau badan. Retribusi pasar masuk dalam retribusi jasa umum karena
memberikan manfaat khusus bagi orang pribadi atau badan yang diharuskan membayar
retribusi, disamping untuk melayani kepentingan dan kemanfaatan umum. Di Pasar
Sumbergempol masuk dalam retribusi jasa umum karena di Pasar Sumbergempol
melayani kepentingan dan kemanfaatan umum.
Potensi yang dapat digali oleh pemerintah daerah seperti Kabupaten Tulungagung
adalah potensi pada sektor pajak. Pajak menjadi salah satu penopang pendapatan
terbesar bagi total pendapatan daerah. Semakin tinggi pendapatan yang diperoleh dari
sektor pajak maka beban anggaran akan semakin kecil. Dana bagi hasil pajak dan
bukan pajak antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat menjadi alternatif untuk
dapat menggerakkan perekonomian daaerah melalui pengeluaran yang bersifat efektif
dan produktif. Selain itu Kabupaten Tulungagung juga menjadikan Retribusi Daerah
sebagai sumber keuangan yang paling diandalkan. Retribusi Daerah yang terdiri dari
retribusi jasa umum antara lain pelayanan keamanan dan pelayanan persampahan, jasa
usaha (berdagang) dan retribusi perijinan tertentu merupakan sektor yang sangat besar
untuk digali dan di perluas pengelolaannya.
Menurut Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2001 Retribusi pasar adalah pembayaran
atas pelayanan penyediaan fasilitas pasar berupa pelataran dan los yang dikelola oleh
pemerintah daerah dan khusus disediakan untuk pedagang. Pemerintah Kabupaten
Tulungagung melalui Dinas Pasar Kabupaten Tulungagung selaku dinas yang menjadi
unsur pelaksana di bidang pendapatan yang mempunyai tugas dan wewenang dalam
menggali sumber-sumber pendapatan asli daerah. Kontribusi Dinas Pasar Kabupaten
Tulungagung terhadap pemasukan daerah bersumber dari segi pendapatan sektor
retribusi pasar tradisional. Salah satu usaha yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah
dalam mengelola retribusi Pasar ini adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat
sesuai dengan apa yang telah mereka bayarkan kepada pemerintah. Keberadaan
pelayanan ini dirasakan cukup penting sebagai aspek yang harus dilakukan dalam
tatanan demokrasi di daerah itu sendiri. Pelayanan publik sebagai indikator utama bagi
Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan harus dilaksanakan sesuai
dengan peraturan yang berlaku dan dikelola dengan baik, karena pengelolaan retribusi
pasar tidak dapat dilepaskan dari pelayanan yang diberikan.

LANDASAN TEORI

Akuntansi
Menurut Mardiasmo dalam (Elim et al., 2014) Akuntansi merupakan suatu aktivitas
yang memiliki tujuan (purpose activity). Menurut Halim dalam (Elim et al., 2014)
Akuntansi merupakan suatu sistem pengukuran dan sistem komunikasi untuk memberikan
informasi ekonomi dan social atas suatu entitas yang dapat keputusan menenai alokasi
sumber daya yang optimal dan tingkat pencapaian tujuan organisasi.
Akuntansi Sektor Publik
Menurut Mursyidi dalam (Elim et al., 2014) Akuntansi sektor publik meluas pada
semua entitas yang bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat, misalnya yayasan sosial,
lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan proyek- proyek kerjasama sektor publik dan
swasta. Menurut Nordiawan dalam (Elim et al., 2014) menyatakan organisasi sektor
publik. Barang public adalah barang yang memiliki dua karakter. Pertama barang public
adalah komoditas yang keberadaannya tidak memiliki persaingan antar-penyediaannya
(non-rivaldy), sebagaimana barang privat diperjual belikan dipasar yang penuh persaingan
antarprodusennya. Kedua, tidak dapat diterapkan prinsip pengecualian bagi para
penggunanya (non-excludability) sehingga semua masyarakat dapat menggunakannya.
Menurut Harun dalam (Elim et al., 2014) sektor publik sebagai sektor ekonomi yang
berkosentrasi pada usaha-usaha penyediaan pelayanan mendasar pada pemerintah,
misalnya dalam penyediaan jalan raya, kesehatan pendidikan, keamanan, dan pelayanan
mendasar lainnya.
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Menurut Santoso dalam (Handayani, 2017) Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah
sumber penerimaan yang murni dari daerah, yang merupakan modal utama bagi daerah
sebagai biaya penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah. Dalam
PERMENDAGRI No. 21 tahun 2011 Pasal 1 No.50 Pendapatan daerah adalah hak
pemerintahan daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. Menurut
Siahaan dalam (Elim et al., 2014) bahwa Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya di
singkat PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang di pungut berdasarkan
peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pendapatan Asli Daerah yang merupakan sumber-sumber penerimaan daerah sendiri
perlu terus ditingkatkan agar dapat menanggung sebagai beban belanja yang diperlukan
untuk penyelengaraan pemerintahan dan kegiatan pembangunan yang setiap tahun
meningkat sehingga kemandirian otonomi daerah yang
Sumber-Sumber Pendapatan Asli Daerah.
Sebagaimana diatur dalam pasal 5 Undang-undang Nomor 33 tahun 2004, sumber-
sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri dari:
1. Pajak Daerah.
2. Retribusi Daerah.
3. Hasil Pengelolaan kekayaan yang terpisahkan.
4. Lain-lain Pendapatan asli daerah yang sah
Sedangkan pembiayaan bersumber dari :
1. Sisa lebih perhitungan anggaran Daerah
2. Penerimaan Pinjaman Daerah
3. Dana Cadangan Daerah dan
4. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan.

Menurut Darise dalam (Elim et al., 2014) Menyatakan bahwa:


1. Pajak daerah adalah Iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada
daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipisahkan berdasarkan
Peraturan Peraundang-undangan yang berlaku digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan di daerah dan pembangunan daerah. Pajak merupakan
salah satu penerimaan Negara. Membayar pajak oleh warga negara merupakan
kewajiban dan penerimaan dari pajak ini sangat penting bagi pemerintah dalam rangka
membelanjai kegiatan pemerintah dan pembangunan serta pelayanan publik (Rachmad
Gesah Mukti Prabowo, SE. Ak, 2014)
2. Retribusi Daerah adalah pemungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintahan
daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
3. Hasil pengelolaan keuangan daerah yang dipisahkan adalah hasil penyertaan pemerintah
daerah kepada Badan Usaha Milik Negara/Daerah dan Kelompok Usaha Masyarakat.
4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah adalah pendapatan asli daerah yang tidak
termasuk pada kelompok diatas pajak daerah, retribusi daerah dan hasil pengelolaaln
kekayaan daerah yang dipisahkan.
Retribusi Daerah
Retribusi daerah adalah merupakan bagian dari Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian retribusi daerah. Menurut Sutimbul dalam
(Mahayana, 2006) retribusi adalah pembayaran kepada negara yang dilakukan oleh
mereka yang menggunakan jasa-jasa negara atau merupakan iuran kepada pemerintah
yang dapat dipaksakan dan jasa balik secara langsung dapat ditunjuk. Paksaan disini
bersifat ekonomis karena siapa saja yang tidak merasakan jasa balik dari pemerintah, dia
tidak akan dikenakan iuran itu, misalnya retribusi pasar, parkir dan sebagainya, jadi
dengan kata lain retribusi adalah pungutan yang dikaitkan secara langsung dengan balas
jasa yang diberikan oleh pemerintah kepada pembayar retribusi tersebut.
Dasar Hukum Pemungutan Retribusi Daerah
Negara Indonesia merupakan Negara hukum, sehingga semua penyelenggaraan
kehidupan masyarakat Indonesia harus didasarkan pada peraturan hukum yang berlaku,
tidak terkecuali dalam hal pemungutan retribusi daerah pun juga harus berdasarkan
hukum.
Dasar hukum yang digunakan sebagai dasar pemungutan retribusi adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23 ayat (2) Dalam Pasal tersebut disebutkan bahwa
segala pajak untuk keperluan Negara berdasarkan Undang-Undang. Yang dimaksud
segala pajak merupakan segala jenis pungutan pajak termasuk retribusi.
2. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
3. Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
4. Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang- Undang
Nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
5. Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak daerah dan retribusi daerah.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2001 tentang Retribusi Daerah.

Asas-asas Pemungutan
Pemerintah daerah dalam pemungutan retribusi daerah didasarkan pada asas-asas
pemungutan retribusi daerah sebagai berikut:
1. Mengadakan, merubah, meniadakan retribusi daerah harus ditetapkan dengan peraturan
daerah.
2. Pembayaran pungutan retribusi daerah tidak dimaksudkan sebagai pembayaran atas
penyelenggaraan usaha perusahaan.
3. Tarif retribusi daerah tidak boleh ditetapkan setinggi-tingginya tetapi keuntungan yang
diharapkan hanya memelihara agar dapat memberikan jasa secara langsung kepada
masyarakat.
4. Jumlah tarif suatu retribusi daerah harus ditetapkan dalam peraturan daerah atau
setidak-tidaknya dapat dihitung menurut ketentuan yang berlaku.
5. Retribusi daerah tidak boleh merupakan rintangan bagi keluar masuknya atau
pengangkutan barang-barang ke dalam dan keluar daerah.
6. Pemungutan retribusi daerah tidak boleh digadaikan kepada pihak ketiga.
7. Peraturan retribusi daerah tidak boleh diadakan perbadaan atau pemberian
keistimewaan yang menguntungkan perseorangan, golongan atau keagamaan.
Asas Pemungutan Retribusi Daerah:
1. Asas Keadilan
Pemungutan retribusi daerah dilaksanakan dengan memperhatikan tujuan hukum yaitu
dapat untuk berlaku adil, baik dalam peraturan perundang-undangan maupun dalam
pelaksanaan pemungutannya. Berarti dalam peraturan dan pelaksanaan pemungutannya
harus berlaku bagi mereka yang menggunakan jasa/barang dan tidak membedakan
antara obyek satu dengan obyek lain.
2. Asas Yuridis
Pemungutan retribusi daerah harus berdasarkan atas hukum atau peraturan perundang-
undangan yang berlaku, dalam artikan :
1. Pemungutan retribusi daerah memberikan jaminan hukum yang baik kepada daerah.
2. Pemungutan tersebut didasarkan pada suatu peraturan yang berlaku dan harus
berpangkal pada keadilan.
3. Asas Ekonomis
Pemungutan retribusi tidak boleh mengganggu keseimbangan dan kelancaran jalannya
perekonomian, hal ini berarti:
1. Pemungutan retribusi harus tidak menghambat kelancaran produksi dan
perdagangan.
2. Pemungutan retribusi harus tidak menghalangi kegiatan usaha masyarakat dan
tidak merugikan kepentingan umum.
Jenis-jenis Retribusi Daerah

Retribusi daerah menurut UU No. 34 tahun 2000 dan Peraturan Pemerintah No. 66
tahun 2001 tentang Retribusi Daerah dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu:
1. Retribusi jasa umum, yaitu retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh
pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat
dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Jenis-jenis retribusi jasa umum terdiri dari:
1) Retribusi Pelayanan Kesehatan
2) Retribusi Pelayanan Persampahan/Kesehatan
3) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akte Catatan Sipil
4) Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat
5) Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum
6) Retribusi Pelayanan Pasar
7) Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
8) Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran
9) Retribusi Pengujian Kapal Perikanan
2. Retribusi jasa usaha, yaitu retribusi atas jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah
dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh
sektor swasta. Jenis-jenis retribusi jasa usaha terdiri dari:
1) Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
2) Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan
3) Retribusi Tempat Pelelangan
4) Retribusi Terminal
5) Retribusi Tempat Khusus Parkir
6) Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggahan/Villa
7) Retribusi Penyedotan Kakus
8) Retribusi Rumah Potong Hewan
9) Retribusi Pelayanan Pelabuhan Kapal
10) Retribusi tempat Rekreasi dan Olah Raga
11) Retribusi Penyebrangan di Atas Air
12) Retribusi Pengolahan Limbah Cair
13) Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah
3. Retribusi perizinan tertentu, yaitu retribusi atas kegiatan tertentu pemerintah daerah
dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk
pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang,
penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna
melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Jenis-jenis retribusi
perizinan tertentu terdiri dari:
1. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan
2. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol
3. Retribusi Izin Gangguan
4. Retribusi Izin Trayek
Subjek Retribusi Daerah
UU No. 28 Tahun 2009 manyatakan Subyek Retribusi Daerah terbagi atas:
1. Subyek Retribusi Jasa Umum (Pasal 125) adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan/menikmati pelayanan jasa umum yang bersangkutan.
2. Subyek Retribusi Jasa Usaha (Pasal 139) adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan/menikmati pelayanan jasa usaha yang bersangkutan.
3. Subyek Retribusi Perizinan (Pasal 147) adalah orang pribadi atau badan yang
memperoleh izin tertentu dari Pemerintah Daerah.

Objek Retribusi Daerah


Menurut Siahaan dalam (Elim et al., 2014) Objek retribusi daerah terdiri atas:
1. Jasa umum, yaitu jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk
tujuan kepentingan dan kemanfaataan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi
atau badan. Jasa umum antara lain meliputi pelayanan kesehatan dan pelayanan
persampahaan. Jasa yang tidak termasuk jasa umum adalah jasa umum pemerintah.
2. Jasa usaha, yaitu jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah, dengan menganut
prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnnya pula disediakan oleh sektor swasta. Jasa
usaha antara lain meliputi penyewaan asset yang di miliki atau di kuasai oleh pemerintah
daerah, penyediaan tempat penginapan, usaha bengkel kendaraan, tempat pencucian
mobil, dan penjualan bibit.
3. Perizinan tertentu, yaitu kegiatan tertentu pemerintahan daerah rangka pemberian izin
kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan,
pengendalian dan pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang, penggunaan sumber
daya alam, barang, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan
menjaga kelestarian lingkungan.
Objek retribusi daerah (Undang-undang No. 28 tahun 2009) terdiri atas:
1. Pasal 109 objek retribusi jasa umum adalah pelayanan yang di sediakan atau diberikan
pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan pemanfaatan umum serta dapat
dinikmati oleh orang pribadi dan badan.
2. Pasal 126 objek retribusi jasa usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh
pemerintahan daerah dengan menganut prinsip komersial yang meliputi:
1) Pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan Daerah yang belum
dimanfaatkan secara optimal.
2) Pelayanan oleh pemerintah daerah sepanjang belum disediakan secara memadai oleh
pihak swasta.
3. Pasal 140, objek retribusi perizinan tertentu adalah pelayanan perizinan tertentu oleh
pemerintah daerah kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pengaturan
dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam,
barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan
menjaga kelestarian lingkungan.
Golongan Retribusi Daerah
Kelompok jasa yang menjadi objek retribusi daerah dapat dilakukan penggolongan
retribusi daerah. Penggolongan jenis retribusi dimaksudkan guna menetapkan kebijakan
umum tentang prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi daerah. Sesuai Undang-
undang Nomor 34 Tahun 2000 Pasal 18 ayat 2 dan Undang- undang No. 28 tahun 2009
Pasal 108 ayat 2-4, retribusi daerah atas tiga golongan yaitu:
1. Retribusi jasa Umum.
2. Retribusi Jasa Usaha.
3. Retribusi Perizinan Tertentu.
Prinsip atau Kriteria Penentuan tarif Retribusi daerah
Menurut Darise dalam (Elim et al., 2014) , prinsip dan sasaran dalam penentuan tarif
retribusi yaitu:
1. Prinsip dan sarana dalam penetapan tarif retribusi jasa umum di dasarkan pada kebijakan
daerah dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemudian
masyarakat, dan aspek keadilan.
2. Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi jasa usaha didasarkan pada tujuan
untuk untuk memperoleh keuntungan yang layak sebagaimana secara keuntungan yang
pantas diterima oleh pengusaha swasta sejenis yang beroperasi secara efisien dan
beroperasi pada harga pasar.
3. Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi Perizinan tertentu di dasarkan pada
tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh atau seluruh biaya penyelenggaraan
pemberian izin yang bersangkutan meliputi penerbitan dokumen izin, pengawasan di
lapangan, penegak hukum, penatausahaan dan biaya dampak negatif dari pemberian izin
tersebut.
Menurut Siahaan dalam (Elim et al., 2014) menyatakan bahwa sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000 Pasal 18 ayat 3 haruf b, retribusi jasa usaha
ditentukan berdasarkan kriteria berikut ini:
1. Retribusi jasa usaha bersifat bukan pajak dan bersifat bukan retribusi perizinan tertentu.
2. Jasa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifat komersial yang sebagianya disediakan
oleh sektor swasta, tetapi belum memadai atau terdapatnya harta yang dimiliki/dikuasai
daerah yang belum dimanfaatkan secara penuh bergerak dan tidak bergerak, tidak
termasuk uang kas, surat-surat berharga, dan harta lainnya yang bersifat lancar.
Menurut Siahaan dalam (Elim et al., 2014) bahwa Sesuai dengan UU No. 34 tahun
2000 Pasal 18 ayat huruf c, retribusi perizinan tertentu ditentukan berdasarkan kriteria
berikut ini:
1. Perizinan tersebut termasuk kewenangan pemerintah yang diserahkan kepada daerah
dalam rangka asas desentralisasi.
2. Perizinan tersebut benar-benar diperlukan guna melindungi kepentingan umum.
3. Biaya yang menjadi beban daerah dalam penyelenggaraan izin tersebut biaya untuk
menaggulangi dampak negatif dari pemberian izin tersebut cukup besar sehinggi layak
dibiayai dari retribusi perizinan.
Retribusi Pasar/ Retribusi Pelayanan Pasar

Pengertian pasar adalah tempat yang diberi batas tertentu sebagai tempat bertemunya
pihak penjual dan pihak pembeli untuk melaksanakan transaksi sehingga terwujud proses jual
beli yang secara langsung memperdagangkan barang atau jasa dan/atau melakukan kegiatan
usaha secara langsung atau tidak langsung dalam suatu system pengelolaan oleh
pemerintahan daerah, pihak ketiga/swasta/koperasi dan/atau kerjasama antar keduanya.

Pasar daerah adalah tempat yang diberikan batas tertentu dan terdiri atas bangunan berbentuk
kios, los, tenda dan bentuk bangunan lainnya serta halaman/ peralatan dan khusus disediakan
untuk pedagang dan pembeli yang ditetapkan dan dikelola oleh pemerintah Kota
Tulungagung

Los adalah bangunan tetap di dalam lingkungan pasar berbentuk bangunan memanjang tanpa
dilengkapi dinding. Sedangkan kios adalah bangunan di pasar yang beratap dan dipisahkan
satu dengan yang lainnya dengan dinding pemisah mulai dari lantai sampai dengan langit-
langit yang dipergunakan untuk berjualan. Dan disebutkan juga bahwa Pelayanan pasar
adalah segala usaha dan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah daerah maupun Pihak
Ketiga dan/atau kerjasama antara keduanya dalam rangka peningkatan, pengembangan dan
Pengendalian aktifitas pasar, pemeliharaan dan pengembangan fasilitas dan pendukung pasar.

Retribusi Pasar merupakan salah satu retribusi daerah yang termasuk dalam jenis retribusi
jasa umum. oleh karena itu dalam retribusi pasar, prinsip dan sasaran dalam penetapan
struktur dan besarnya tarif retribusi pasar didasarkan pada tujuan untuk memperoleh
keuntungan yang layak sebagai pengganti biaya pengelolaan, biaya penyelenggaraan, biaya
kebersihan dan biaya administrasi.

Objek Retribusi Pasar

Obyek retribusi pasar adalah pelayanan penyediaan fasilitas pasar


tradisional/sederhana yang berupa kios/bedak/pelataran/los yang dikelola pemerintah
daerah dan khusus disediakan untuk pedagang. tidak termasuk obyek retribusi pasar
adalah pelayanan fasilitas pasar yang dimiliki dan atau dikelola oleh pihak swasta maupun
perusahaan daerah.
Subyek Retribusi Pasar
Subyek retribusi pasar adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan/memanfaatkan/menikmati jasa pelayanan penyediaan fasilitas pasar yang
dimaksud dengan badan adalah suatu bentuk usaha yang meliputi perseroan terbatas,
perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau daerah dengan
nama dan bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan
atau organisasi yang sejenis, lembaga, dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk usaha
lainnya.

Teori Efektifitas.
Menurut Halim dalam (Elim et al., 2014) efektifitas merupakan suatu ukuran yang
memberikan gambaran seberapa jauh target dapat dicapai. Pengertian efektifitas ini lebih
berorientasi kepada keluaran sedangkan masalah penggunaan masukan kurang menjadi
perhatian utama. Apabila efisiensi dikaitkan dengan efektifitas maka walaupun terjadi
peningakatan efektifitas belum tentu efisiensi meningkat.
Efektifitas tidak menyatakan tentang berapa besar biaya yang telah dikeluarkan
untuk mencapai tujuan tersebut, efektifitas hanya melihat apakah suatu program atau
kegiatan telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Suatu pekerjaan dapat
dilaksanakan secara efektif, apabila pekerjaan tersebut dilaksanakan dengan tetap sesuai
dengan yang telah direncanakan. Efektifitas yang terkait dengan dengan retribusi maupun
perpajakan menurut simajundak dikutip dalam Halim dalam (Elim et al., 2014) adalah
perbandingan antara realisasi penerimaan retribusi dan potensi retribusi dengan rumus
sebagai berikut:
Efektifitas = Realisasi penerimaan retribusi x 100%
Potensi Penerimaan Retribusi
Jadi, dapat disimpulkan bahwa efektifitas bertujuan untuk mengukur rasio
keberhasilan, semakin besar maka semakin efektif. Standar minimal rasio keberhasilan
adalah 100% atau 1 (satu) dimana realisasi mana dengan target yang telah ditentukan.
Rasio di bawah standar minimal keberhasilan dapat dikatakan tidak efektif. Selama ini
belum ada ukuran baku mengenai efektifitas. Ukuran efektifitas biasanya dinyatakan
secara kualitatif dalam bentuk pernyataan saja. Menurut Halim dalam (Elim et al., 2014)
bahwa efektifitas dapat digolongkan ke dalam beberapa kategori yaitu:
1. Hasil perbandingan tingkat pencapaian diatas 100% berarti sangat efektif.
2. Hasil perbandingan tingakat pencapaian 100% berarti efektif.
3. Hasil perbandingan tingkat pencapaian dibawah 100% berarti tidak efektif.
Dalam penelitian ini, analisis efektifitas merupakan suatu analisa atas perbandingan
realisasi penerimaan retribusi pasar dengan target Retribusi pasar yang telah ditetapkan.
Dengan adanya analisis ini maka akan terlihat perbedaan antara penerimaan retribusi pasar
yang telah berjalan dengan target yang sesungguhnya telah ditetapkan oleh pemerintah
daerah.
Kontribusi
Kontribusi digunakan untuk mengetahui sejauh mana retribusi pasar memberikan
sumbangan dalam penerimaan PAD. Dalam mengetahui kontribusi dilakukan dengan
membandingkan penerimaan Retribusi daerah (khususnya retribusi pelayanan pasar/
retribusi pasar) periode tertentu dengan penerimaan PAD periode tertentu pula. Menurut
Mahmudi dalam (Elim et al., 2014) bahwa semakin besar hasilnya berarti semakin besar
pula peranan retribusi pasar terhadap PAD, begitu pula sebaliknya jika hasil
perbandingannya terlalu kecil berarti peranan retribusi pasar terhadap PAD juga kecil.

Penelitian Terdahulu
1. Memah (2013) dengan judul: efektifitas dan kontribusi penerimaan pajak hotel dan
restoran terhadap PAD Kota Manado. Tujuan penelitian ini mengetahui tingkat efektifitas
dan kontribusi pajak hotel dan resto terhadap PAD Manado. Peneliti menggunakan metode
deskriptif, hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat efektifitas dari pajak hotel dan pajak
testo pada tahun 2007-2009 sangat bervariasi. Tingkat efektifitas tertinggi pajak hotel
terjadi pada tahun 2008 sebesar 116,32% dan terendah pada tahun 2011 sebesar 86,41%.
Pada pajak restoran tingkat tertinggi efektifitas terjadi pada tahun 2008 sebesar 122,83%
dan terendah pada tahun 2011 sebesar 97,89% kontribusi secara keseluruhan kontribusi
pajak hotel dan pajak restoran pada tahun 2007-2011 memberikan kontribusi yang baik
terhadap PAD.terdapat persamaan dan perbedaan dalam penilitian ini. Persamaannya yaitu
tujuannya untuk menganalisis tingkat efektifitas dan kontribusi dan perbedaanya pada
variable yang di ambil yaitu pajak.
2. Mosal (2013) dengan judul: analisis efektifitas, kontribusi pajak parkir terhadap PAD dan
penerapan akuntansi di Kota Manado. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat
efektifitas dan kontribusi pajak parkir terhadap PAD. Peneliti mengunakan metode
kuantitatif, hasil penelitian menunjukan tingkat tertinggi efektifitas pajak parkir tahun
2011, sedangkan terendah 2009. Secara keseluruhan kontribusi pajak parkir tahun 2008-
2012 memberikan kontibusi yang kurang terhadap PAD. Kontribusi pajak parkir terbesar
tahun 2011 dan terendah tahun 2009. Persamaannya yaitu tujuannya untuk menganalisis
tingkat efektifitas dan kontribusi dan perbedaanya pada variable yang di ambil yaitu pajak.
3. Pattiasina (2011) dengan judul: analisis Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
terhadap PAD di kabupaten Maluku Tenggara. Tujuan penelitian ini untuk mengehitung
besarnya kontibusi pajak daerah dan retribusi daerah terhadap penerimaan PAD. Metode
yang di gunakan regresi linear. Hasil penilitian menunjukan bahwa angka pertumbuhan
realisasi penerimaan pajak daerah berfrustasi dengan kecenderungan menurun.
Persamaannya yaitu tujuannya untuk menganalisis besarnya konstribusi dan perbedaanya
pada variabel yang di ambil yaitu pajak dan tempat penelitiannya di Maluku Tenggara.

METODE PENELTIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Pasar Sumbergempol Desa Sumberdadi
Kecamatan Sumbergempol Kabupaten Tulungagung. Alasan peneliti memilih Pasar
Sumbergempol sebagai lokasi penelitian yaitu peneliti melihat bahwa dalam proses
pembayaran retribusi pasar, ketaatan hukum pedagang dalam membayar retribusi terlihat
tinggi.Bayak pedagang di pasar sumbergempol yang patuh terhadap pembayaran pungutan
retribusi. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 6 April 2021.
Jenis Penelitian
Menurut Nasution dalam (Handayani, 2017) “Metode penelitian pada dasarnya
merupakan cara ilmiah untuk mendapatakan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.
Desain dari penelitian ini adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan
pelaksanaan penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian
deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan
pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan datadata. Jenis penelitian deskriptif
kuantitatif yang digunakan pada penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis dan
memperoleh gambaran tentang Efektifitas Pembayaran Retribusi di Pasar Sumbergempol.
Subyek Penelitian
Menurut Moleong dalam (Nurfiati et al., 2019) Subjek penelitian adalah orang yang
dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi penelitian. Sejalan
dengan definisi tersebut, subjek dalam penelitian ini terdiri dari responden, yaitu para
pedagang sebanyak 15 orang.
Jenis Dan Sumber Data
1) Jenis Data
Menurut Narbuko dalam (Handayani, 2017) , Adapun jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Data Primer adalah data yang diperoleh dari objek penelitian lapangan dengan cara
mengumpulkan data-data yang berguna dan berhubungan dengan judul dan
permasalahan yang diangkat.
b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari keterangan atau faktafakta yang ada
dan secara tidak langsung melalui bahan–bahan dokumen berupa peraturan
perundang–undangan, buku kepustakaan dan sebagainya.
2) Sumber Data Sumber data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini antara lain :
a. Sumber Data Primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung dari
lapangan yang meliputi keterangan atau data yang diberikan oleh pedangan yang
berjualan di pasar tersebut. Hasil Wawancara dari beberapa pedagang yang ada di
Pasar Sumbergempol.
b. Sumber Data Sekunder adalah sumber data yang secara langsung mendukung
sumber data primer yang mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-
hasil penelitian yang serupa dengan penelitian ini.
Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu
teknik observasi, wawancara,kuesioner,dan dokumentasi.
1. Observasi, dilaksanakan untuk keperluan pengumpulan data dengan cara mengamati
dan mencatat secara sistematis mengenai aktivitas pedagang di Pasar Sumbergempol.
2. Wawancara mendalam, yaitu peneliti mengajukan pertanyaan langsung kepada subjek
penelitian untuk memperoleh informasi seacara rinci dan mendalam sesuai dengan
permasalahan yang diteliti.
3. Dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang sudah ada, data yang dimaksud berupa
gambaran data hasil penerimaan retribusi.
4. Kuesioner/angket, adalah suatau alat pengumpulan data yang berupa serangkaian
pertanyaan tertulis yang dapat diajukan kepada subyek untuk mendapatkan jawaban
secara tertulis.
PEMBAHASAN
Retribusi Daerah merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang
penting karena pada setiap tahunnya memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap
penerimaan pendapatan asli daerah. Dari sekian banyak Retribusi Daerah, Retribusi Pasar
merupakan aspek yang memberikan kontribusi penting terhadap Pendapatan Asli Daerah
(PAD). Namun demikian pengelolaan Retribusi Pasar di daerah masih belum optimal dan
efektif dikarenakan kurangnya pemahaman pentingnya pengelolaan dana retribusi yang
lebih abik serta faktor keamanan dalam pengelolaan karena menyangkut pendapatan
daerah.Mengingat penting dan bahayanya mengelola dana retribusi yang berjumlah
banyak, maka dibentuklah Sistem Informasi Pemasukan Dana Retribusi Pedagang Pasar
Kabupaten Sumbergempol dengan studi kasus pasar Sumbergempol Kabupaten
Sumbergempol. Sistem ini dibentuk dengan maksud mempermudah pegawai pasar yang
bersangkutan untuk memasukkan data dana masuk dan dapat dikelola serta dapat dilihat
langsung oleh Dinas Kabupaten terkait untuk meninjau realitas dana masuk dengan target
tahunan. Retribusi pasar sumbergempol merupakan jumlah keseluruhan dari pemasukan
wajib pajak yang dibayarkan oleh penyewa dipasar Sumbergempol. Dibawah ini adalah
sampel data retribusi dipasar sumbegempol yang disajikan dalam tabel sebagai berikut :

Membayar Per Per Per


Pedagang
Retribusi/Tidak Hari Bulan tahun
Pedagang 1 Membayar 3000 15.000 57.000
Pedagang 2 Membayar 1000 30.000 55.000
Pedagang 3 Membayar 2000 20.000 45,000
Pedagang 4 Membayar 1000 35.000 55.000
Pedagang 5 Membayar 2000 50.000 -
Pedagang 6 Membayar 2000 - -
Pedagang 7 Membayar 2000 - -
Pedagang 8 Membayar 2000 43000 -
Pedagang 9 Membayar 2000 - -
Pedagang 10 Membayar 1000 - -
Pedagang 11 Membayar 3000 45.000 60.000
Pedagang 12 Membayar 2000 15.000 42.000
Pedagang 13 Membayar 2000 35.000 65.000
Pedagang 14 Membayar 2000 - -
Pedagang 15 Membayar 2000 - -

Dari 15 sampel yang sudah kami lakukan survey menghasilkan data yang dimana semua
data sebagai berikut:
1. Terdapat 7 pedagang yang membayar retribusi Harian, Bulanan, Tahunan
2. Terdapat 2 pedagang yang membayar retribusi Harian, Bulanan
3. Terdapat 6 pedagang yang membayar retribusi Harian
Dari sampel yang telah kami dapat menyatakan bahwa pembayaran retribusi Tepatnya di
pasar Sumbergempol Tulungagung. Penulis menemui beberapa pedagang, menurut para
pedagang,Dinas pasar mengenakan pungutan retribusi pelayanan pasar sebesar Rp 2000
setiap hari.Ada juga yang membayar pungutan retribusi sebesar Rp 1000 sampai Rp 2000
tergantung pedagang tersebut menyewa apa dan berjualan apa. Kalau menyewa ruko/toko
pedagang di kenai pungutan retribusi sekitar Rp 1000. Kalau menyewang tempat berupa
counter/los dan halaman pasar yang sudah disedikan di dala pasar akan di kenai biaya Rp
2000.
Untuk pungutan retribusi pelayanan pasar pedagang akan di pungut setiap hari dan setiap
bulan. Biaya tersebut digunakan untuk biaya kebersihan seperti membersihkan sampah
yang ada di pasar dan memindahkan sampah ke tempat pembuangan sementara.
Kalau untuk yang menyewa kios/toko dikenakan pajak per tahunnya kalau untuk yang
menyewa los atau yang berada di halaman pasar tidak dikenakan wajib pajak per
tahunnya.
Jadi, bisa di simpulkan bahwa pembayaran pungutan retribusi antara penyewaan ruko dan
penyewaan los ataupun di halaman pasar berbeda. Lebih murah biaya pungutan retribusi
penyewa ruko,karena setiap tahunnya sudah di kenakan untuk membayar pajak.
Sedangkan untuk penyewa yang ada los atau yang ada di halaman pasar tidak di kenakan
pajak per tahunnya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari permasalahan yang telah diuraikan pada bab-bab dimuka, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam praktik Pembayaran Retribusi Pelayanan Pasar Sumbergempol Tulungagung,
pedagang menyewa kios/pelataran yang ada di pasar, pedagang akan dikenakan wajib
membayar pungutan retribusi. setiap harinya petugas pemungut retribusi akan
berkeliling pasar untuk menagih biaya retribusi. Biaya retribusi digunakan untuk biaya
keamanan dan kebersihan seperti membersihkan sampah yang ada di pasar dan
memindahkan sampah ke tempat pembuangan sementara.
2. Dari 15 pedagang yang sudah kami wawancara, dapat disimpulkan bahwa besar
kecilnya biaya pungutan retribusi tergantung pedagang tersebut menyewa kios/toko,
counter/los, dasaran atau halaman pasar yang disediakan di dalam pasar. Dan
tergantung pedagang tersebut berjualan apa.
3. Untuk pedagang yang menyewa kios setiap harinya di kenakan biaya retribusi sebesar
Rp 1000. Untuk yang ada di los atau halaman pasar akan dikenakan biaya retribusi
sebesar Rp 2000.
4. Untuk yang menyewa kios yang ada di pasar per tahunnya pedagang tersebut
dikenakan wajib membayar pajak. Sedangkan untuk yang hanya menyewa los atau di
halaman pasar tidak di kenakan membayar pajak per tahunnya cukup membayar
pungutan retribusi setiap harinya.
Saran
Saran diberikan:
1. Proses pemungutan dan penyetoran retribusi pasar di pasar sumbergempol diharapkan
untuk ditingkatkan lagi.
2. Bagi Pemerintah Kabupaten Tulungagung agar lebih memperhatikan peraturan yang
dikeluarkan sehingga Efektivitas atas Penerimaan Pendapatan Retribusi Pasar bisa
mencapai hasil yang lebih maksimal serta lebih memperbaiki dalam hal penulisan dan
pembuatan laporan realisasi anggaran pendapatan dan belanja daerah.
3. Bagi Pemerintah Kabupaten Tulungagung supaya lebih meningkatkan pengembangan
dan pelayanan kepada masyarakat (para pedagang) agar tidak ada keraguan dan
kejanggalan terhadap retribusi pelayanan pasar.
4. Untuk para petugas pelayanan kebersihan di pasar semoga dapat bekerja dengan
semaksimal mungkin,supaya kebersihan pasar selalu terjaga.
DAFTAR PUSTAKA
Elim, I., Saerang, D., & Toduho, D. (2014). PENERIMAAN RETRIBUSI PASAR DALAM
UPAYA MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA TIDORE
KEPULAUAN. Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 2(2).
https://doi.org/10.35794/emba.v2i2.4501
Handayani, S. (2017). Potensi Retribusi Pasar Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah
(Pad) Kabupaten Lamongan. Jurnal Akuntansi, 2(1), 24.
https://doi.org/10.30736/jpensi.v2i1.96
Mahayana, A. (2006). Pelaksanaan pemungutan retribusi pasar (studi penelitian di kantor
dinas pengelolaan pasar Kota surakarta). Universitas Sebelas Maret.
Nurfiati, P, A. S., & Syahbuddin. (2019). KESADARAN HUKUM DALAM MEMBAYAR
RETRIBUSI (Studi Kasus Di Pasar Mandonga Kota Kendari). 12, 472–481.
Rachmad Gesah Mukti Prabowo, SE. Ak, M. (2014). Analisis Pemenuhan Pembayaran Pajak
Bumi Dan Bangunan Untuk Meningkatkan Penerimaan Sektor Pajak. 1(1), 103–120.

Anda mungkin juga menyukai