Efektifitas Retribusi Pedagang Di Pasar Sumbergempol
Efektifitas Retribusi Pedagang Di Pasar Sumbergempol
Efektifitas Retribusi Pedagang Di Pasar Sumbergempol
SUMBERGEMPOL TULUNGAGUNG
Oleh:
Ika Nur Aini 1960302100013
Desy Dwi Fitria 1960302100015
Fitri lailatul Badria 1960302100025
Fakultas Ekonomi, Prodi Manajemen A
Universitas Tulungagung
Email: [email protected]
[email protected]
[email protected]
ABSTRAK
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa efektifitasnya
retribusi pedagang di pasar Sumbergempol Tulungagung, penelitian ini bersifat deskriptif.
Jenis data yang digunakan yaitu data primer dan data skunder. Pengumpulan data
menggunakan teknik wawancara dan observasi. Data dianalisis secara kuantitatif.
Berdasarakan penelitian yang telah dilakukan dapat di simpulkan bahwa efektifitas
retribusi di pasar Sumbergempol merupakan kewenangan dan tanggung jawab seluruh
pedagang. Hasil menunjukan bahwa saat ini para pedagang di pasar Sumbergempol
patuh terhadap pembayaran pungutan retribusi.
Kata kunci : Retribusi pasar,efektifitas,pedagang,pembayaran.
ABSTRACT
The purpose of this research is to determine how effective the retribution of traders in the
Sumbergempol market Tulungagung, this research is descriptive. The types of data used
are primary data and secondary data. Data collection using interview and observation
techniques. Data were analyzed quantitatively. Based on the research that has been done,
it can be concluded that the effectiveness of retribution in the Sumbergempol market is the
authority and responsibility of all traders. The results show that currently traders in the
Sumbergempol market comply with the payment of levies.
Keywords: market retribution, effectiveness, traders, payment.
PENDAHULUAN
Pasar adalah tempat bertemunya pembeli dan penjual, tempat tersebut merupakan
sarana bagi pembeli dan penjual melakukan transaksi-transaksi perdagangan guna
memenuhi segala kebutuhan-kebutuhannya. Pasar terbentuk atau tercipta bersumber
pada kebutuhan manusia yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Pada
awalnya, transaksi dalam pasar dilakukan melalui tukar menukar barang atau barter.
Namun seiring dengan perkembangan zaman, manusia tidak lagi melakukan tukar
menukar barang atau barter, tetapi dengan menggunakan uang sebagai alat
pembayarannya. Fungsi pasar sendiri merupakan salah satu sarana pokok untuk
menggerakkan dan meningkatkan perekonomian masyarakat disuatu daerah. Pasar
perlu dikelola, ditata, dan diatur supaya roda perekonomiaan masyarakat daerah
tersebut berjalan dengan lancar dan tidak menimbulkan permasalahan.
Pemerintah daerah selaku pihak yang berkuasa dan berwenang harus mengambil
peranan dalam penertiban dan penataan pasar supaya berjalan baik dan lancar. Atas
peran itulah, pemerintah perlu menciptakan wadah atau instansi khusus yang mengurus
serta menertibkan pasar sesuai dengan tata kota dan peraturan daerah tersebut. Instansi
daerah itu sering dikenal dengan Kantor Pengelolaan Pasar (KPP), kantor tersebut
Pemeritah daerah melalui Kantor Pengelola Pasar harus menyediakan ruang atau
tempat khusus untuk membangun pasar, seperti los-los pasar dan kios-kios sebagai
tempat para pedagang untuk berjualan maupun pembeli yang ingin membeli barang
kebutuhannya merupakan unsur pelaksanan teknis dibidang pengelolaan pasar dipimpin
oleh seorang kepala kantor yang bertanggung jawab dan berada dibawah wewenang
Walikota selaku Kepala Daerah (Kepda) melalui Sekertaris Daerah (Sekda). Retribusi
pasar adalah sejumlah pungutan yang dibebankan oleh setiap pedagang yang berjualan
di suatu pasar. Retribusi pasar biasanya terdiri dari retribusi kebersihan, retribusi parkir
khusus, retribusi MCK, ataupun retribusi-retribusi yang lain.
Keberhasilan pembangunan daerah sangat tergantung kepada kemampuan
keuangan daerah. Daerah dituntut untuk dapat menggali sumber-sumber pendapatan
sendiri yang ada dalam daerahnya. Dengan begitu daerah bisa membiayai kebutuhan
daerahnya sendiri baik dalam pembiayaan roda pemerintahan maupun pembiayaan
pembangunan. Keberhasilan pengelolaan penerimaan daerah tidak semata diukur dari
jumlah penerimaan yang dapat dicapai, tetapi sejauh mana pajak daerah dan retribusi
daerah dapat berperan mengatur perekonomian masyarakat agar dapat bertumbuh
kembang yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di
daerah. Secara teoritis kemampuan keuangan daerah dapat ditingkatkan dengan
intensifikasi maupun ekstensifikasi.
Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah
daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Menurut UU No.66 Tahun 2001
jenis-jenis retribusi daerah dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
1. Retribusi Jasa Umum.
2. Retrubusi Jasa Usaha.
3. Retribusi Perizinan Tertentu.
Retribusi pasar di Pasar Sumbergempol masuk dalam kategori Retribusi Jasa
Umum yaitu retribusi atau jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah
untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang
pribadi atau badan. Retribusi pasar masuk dalam retribusi jasa umum karena
memberikan manfaat khusus bagi orang pribadi atau badan yang diharuskan membayar
retribusi, disamping untuk melayani kepentingan dan kemanfaatan umum. Di Pasar
Sumbergempol masuk dalam retribusi jasa umum karena di Pasar Sumbergempol
melayani kepentingan dan kemanfaatan umum.
Potensi yang dapat digali oleh pemerintah daerah seperti Kabupaten Tulungagung
adalah potensi pada sektor pajak. Pajak menjadi salah satu penopang pendapatan
terbesar bagi total pendapatan daerah. Semakin tinggi pendapatan yang diperoleh dari
sektor pajak maka beban anggaran akan semakin kecil. Dana bagi hasil pajak dan
bukan pajak antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat menjadi alternatif untuk
dapat menggerakkan perekonomian daaerah melalui pengeluaran yang bersifat efektif
dan produktif. Selain itu Kabupaten Tulungagung juga menjadikan Retribusi Daerah
sebagai sumber keuangan yang paling diandalkan. Retribusi Daerah yang terdiri dari
retribusi jasa umum antara lain pelayanan keamanan dan pelayanan persampahan, jasa
usaha (berdagang) dan retribusi perijinan tertentu merupakan sektor yang sangat besar
untuk digali dan di perluas pengelolaannya.
Menurut Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2001 Retribusi pasar adalah pembayaran
atas pelayanan penyediaan fasilitas pasar berupa pelataran dan los yang dikelola oleh
pemerintah daerah dan khusus disediakan untuk pedagang. Pemerintah Kabupaten
Tulungagung melalui Dinas Pasar Kabupaten Tulungagung selaku dinas yang menjadi
unsur pelaksana di bidang pendapatan yang mempunyai tugas dan wewenang dalam
menggali sumber-sumber pendapatan asli daerah. Kontribusi Dinas Pasar Kabupaten
Tulungagung terhadap pemasukan daerah bersumber dari segi pendapatan sektor
retribusi pasar tradisional. Salah satu usaha yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah
dalam mengelola retribusi Pasar ini adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat
sesuai dengan apa yang telah mereka bayarkan kepada pemerintah. Keberadaan
pelayanan ini dirasakan cukup penting sebagai aspek yang harus dilakukan dalam
tatanan demokrasi di daerah itu sendiri. Pelayanan publik sebagai indikator utama bagi
Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan harus dilaksanakan sesuai
dengan peraturan yang berlaku dan dikelola dengan baik, karena pengelolaan retribusi
pasar tidak dapat dilepaskan dari pelayanan yang diberikan.
LANDASAN TEORI
Akuntansi
Menurut Mardiasmo dalam (Elim et al., 2014) Akuntansi merupakan suatu aktivitas
yang memiliki tujuan (purpose activity). Menurut Halim dalam (Elim et al., 2014)
Akuntansi merupakan suatu sistem pengukuran dan sistem komunikasi untuk memberikan
informasi ekonomi dan social atas suatu entitas yang dapat keputusan menenai alokasi
sumber daya yang optimal dan tingkat pencapaian tujuan organisasi.
Akuntansi Sektor Publik
Menurut Mursyidi dalam (Elim et al., 2014) Akuntansi sektor publik meluas pada
semua entitas yang bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat, misalnya yayasan sosial,
lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan proyek- proyek kerjasama sektor publik dan
swasta. Menurut Nordiawan dalam (Elim et al., 2014) menyatakan organisasi sektor
publik. Barang public adalah barang yang memiliki dua karakter. Pertama barang public
adalah komoditas yang keberadaannya tidak memiliki persaingan antar-penyediaannya
(non-rivaldy), sebagaimana barang privat diperjual belikan dipasar yang penuh persaingan
antarprodusennya. Kedua, tidak dapat diterapkan prinsip pengecualian bagi para
penggunanya (non-excludability) sehingga semua masyarakat dapat menggunakannya.
Menurut Harun dalam (Elim et al., 2014) sektor publik sebagai sektor ekonomi yang
berkosentrasi pada usaha-usaha penyediaan pelayanan mendasar pada pemerintah,
misalnya dalam penyediaan jalan raya, kesehatan pendidikan, keamanan, dan pelayanan
mendasar lainnya.
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Menurut Santoso dalam (Handayani, 2017) Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah
sumber penerimaan yang murni dari daerah, yang merupakan modal utama bagi daerah
sebagai biaya penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah. Dalam
PERMENDAGRI No. 21 tahun 2011 Pasal 1 No.50 Pendapatan daerah adalah hak
pemerintahan daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. Menurut
Siahaan dalam (Elim et al., 2014) bahwa Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya di
singkat PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang di pungut berdasarkan
peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pendapatan Asli Daerah yang merupakan sumber-sumber penerimaan daerah sendiri
perlu terus ditingkatkan agar dapat menanggung sebagai beban belanja yang diperlukan
untuk penyelengaraan pemerintahan dan kegiatan pembangunan yang setiap tahun
meningkat sehingga kemandirian otonomi daerah yang
Sumber-Sumber Pendapatan Asli Daerah.
Sebagaimana diatur dalam pasal 5 Undang-undang Nomor 33 tahun 2004, sumber-
sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri dari:
1. Pajak Daerah.
2. Retribusi Daerah.
3. Hasil Pengelolaan kekayaan yang terpisahkan.
4. Lain-lain Pendapatan asli daerah yang sah
Sedangkan pembiayaan bersumber dari :
1. Sisa lebih perhitungan anggaran Daerah
2. Penerimaan Pinjaman Daerah
3. Dana Cadangan Daerah dan
4. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan.
Asas-asas Pemungutan
Pemerintah daerah dalam pemungutan retribusi daerah didasarkan pada asas-asas
pemungutan retribusi daerah sebagai berikut:
1. Mengadakan, merubah, meniadakan retribusi daerah harus ditetapkan dengan peraturan
daerah.
2. Pembayaran pungutan retribusi daerah tidak dimaksudkan sebagai pembayaran atas
penyelenggaraan usaha perusahaan.
3. Tarif retribusi daerah tidak boleh ditetapkan setinggi-tingginya tetapi keuntungan yang
diharapkan hanya memelihara agar dapat memberikan jasa secara langsung kepada
masyarakat.
4. Jumlah tarif suatu retribusi daerah harus ditetapkan dalam peraturan daerah atau
setidak-tidaknya dapat dihitung menurut ketentuan yang berlaku.
5. Retribusi daerah tidak boleh merupakan rintangan bagi keluar masuknya atau
pengangkutan barang-barang ke dalam dan keluar daerah.
6. Pemungutan retribusi daerah tidak boleh digadaikan kepada pihak ketiga.
7. Peraturan retribusi daerah tidak boleh diadakan perbadaan atau pemberian
keistimewaan yang menguntungkan perseorangan, golongan atau keagamaan.
Asas Pemungutan Retribusi Daerah:
1. Asas Keadilan
Pemungutan retribusi daerah dilaksanakan dengan memperhatikan tujuan hukum yaitu
dapat untuk berlaku adil, baik dalam peraturan perundang-undangan maupun dalam
pelaksanaan pemungutannya. Berarti dalam peraturan dan pelaksanaan pemungutannya
harus berlaku bagi mereka yang menggunakan jasa/barang dan tidak membedakan
antara obyek satu dengan obyek lain.
2. Asas Yuridis
Pemungutan retribusi daerah harus berdasarkan atas hukum atau peraturan perundang-
undangan yang berlaku, dalam artikan :
1. Pemungutan retribusi daerah memberikan jaminan hukum yang baik kepada daerah.
2. Pemungutan tersebut didasarkan pada suatu peraturan yang berlaku dan harus
berpangkal pada keadilan.
3. Asas Ekonomis
Pemungutan retribusi tidak boleh mengganggu keseimbangan dan kelancaran jalannya
perekonomian, hal ini berarti:
1. Pemungutan retribusi harus tidak menghambat kelancaran produksi dan
perdagangan.
2. Pemungutan retribusi harus tidak menghalangi kegiatan usaha masyarakat dan
tidak merugikan kepentingan umum.
Jenis-jenis Retribusi Daerah
Retribusi daerah menurut UU No. 34 tahun 2000 dan Peraturan Pemerintah No. 66
tahun 2001 tentang Retribusi Daerah dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu:
1. Retribusi jasa umum, yaitu retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh
pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat
dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Jenis-jenis retribusi jasa umum terdiri dari:
1) Retribusi Pelayanan Kesehatan
2) Retribusi Pelayanan Persampahan/Kesehatan
3) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akte Catatan Sipil
4) Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat
5) Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum
6) Retribusi Pelayanan Pasar
7) Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
8) Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran
9) Retribusi Pengujian Kapal Perikanan
2. Retribusi jasa usaha, yaitu retribusi atas jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah
dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh
sektor swasta. Jenis-jenis retribusi jasa usaha terdiri dari:
1) Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
2) Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan
3) Retribusi Tempat Pelelangan
4) Retribusi Terminal
5) Retribusi Tempat Khusus Parkir
6) Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggahan/Villa
7) Retribusi Penyedotan Kakus
8) Retribusi Rumah Potong Hewan
9) Retribusi Pelayanan Pelabuhan Kapal
10) Retribusi tempat Rekreasi dan Olah Raga
11) Retribusi Penyebrangan di Atas Air
12) Retribusi Pengolahan Limbah Cair
13) Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah
3. Retribusi perizinan tertentu, yaitu retribusi atas kegiatan tertentu pemerintah daerah
dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk
pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang,
penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna
melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Jenis-jenis retribusi
perizinan tertentu terdiri dari:
1. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan
2. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol
3. Retribusi Izin Gangguan
4. Retribusi Izin Trayek
Subjek Retribusi Daerah
UU No. 28 Tahun 2009 manyatakan Subyek Retribusi Daerah terbagi atas:
1. Subyek Retribusi Jasa Umum (Pasal 125) adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan/menikmati pelayanan jasa umum yang bersangkutan.
2. Subyek Retribusi Jasa Usaha (Pasal 139) adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan/menikmati pelayanan jasa usaha yang bersangkutan.
3. Subyek Retribusi Perizinan (Pasal 147) adalah orang pribadi atau badan yang
memperoleh izin tertentu dari Pemerintah Daerah.
Pengertian pasar adalah tempat yang diberi batas tertentu sebagai tempat bertemunya
pihak penjual dan pihak pembeli untuk melaksanakan transaksi sehingga terwujud proses jual
beli yang secara langsung memperdagangkan barang atau jasa dan/atau melakukan kegiatan
usaha secara langsung atau tidak langsung dalam suatu system pengelolaan oleh
pemerintahan daerah, pihak ketiga/swasta/koperasi dan/atau kerjasama antar keduanya.
Pasar daerah adalah tempat yang diberikan batas tertentu dan terdiri atas bangunan berbentuk
kios, los, tenda dan bentuk bangunan lainnya serta halaman/ peralatan dan khusus disediakan
untuk pedagang dan pembeli yang ditetapkan dan dikelola oleh pemerintah Kota
Tulungagung
Los adalah bangunan tetap di dalam lingkungan pasar berbentuk bangunan memanjang tanpa
dilengkapi dinding. Sedangkan kios adalah bangunan di pasar yang beratap dan dipisahkan
satu dengan yang lainnya dengan dinding pemisah mulai dari lantai sampai dengan langit-
langit yang dipergunakan untuk berjualan. Dan disebutkan juga bahwa Pelayanan pasar
adalah segala usaha dan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah daerah maupun Pihak
Ketiga dan/atau kerjasama antara keduanya dalam rangka peningkatan, pengembangan dan
Pengendalian aktifitas pasar, pemeliharaan dan pengembangan fasilitas dan pendukung pasar.
Retribusi Pasar merupakan salah satu retribusi daerah yang termasuk dalam jenis retribusi
jasa umum. oleh karena itu dalam retribusi pasar, prinsip dan sasaran dalam penetapan
struktur dan besarnya tarif retribusi pasar didasarkan pada tujuan untuk memperoleh
keuntungan yang layak sebagai pengganti biaya pengelolaan, biaya penyelenggaraan, biaya
kebersihan dan biaya administrasi.
Teori Efektifitas.
Menurut Halim dalam (Elim et al., 2014) efektifitas merupakan suatu ukuran yang
memberikan gambaran seberapa jauh target dapat dicapai. Pengertian efektifitas ini lebih
berorientasi kepada keluaran sedangkan masalah penggunaan masukan kurang menjadi
perhatian utama. Apabila efisiensi dikaitkan dengan efektifitas maka walaupun terjadi
peningakatan efektifitas belum tentu efisiensi meningkat.
Efektifitas tidak menyatakan tentang berapa besar biaya yang telah dikeluarkan
untuk mencapai tujuan tersebut, efektifitas hanya melihat apakah suatu program atau
kegiatan telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Suatu pekerjaan dapat
dilaksanakan secara efektif, apabila pekerjaan tersebut dilaksanakan dengan tetap sesuai
dengan yang telah direncanakan. Efektifitas yang terkait dengan dengan retribusi maupun
perpajakan menurut simajundak dikutip dalam Halim dalam (Elim et al., 2014) adalah
perbandingan antara realisasi penerimaan retribusi dan potensi retribusi dengan rumus
sebagai berikut:
Efektifitas = Realisasi penerimaan retribusi x 100%
Potensi Penerimaan Retribusi
Jadi, dapat disimpulkan bahwa efektifitas bertujuan untuk mengukur rasio
keberhasilan, semakin besar maka semakin efektif. Standar minimal rasio keberhasilan
adalah 100% atau 1 (satu) dimana realisasi mana dengan target yang telah ditentukan.
Rasio di bawah standar minimal keberhasilan dapat dikatakan tidak efektif. Selama ini
belum ada ukuran baku mengenai efektifitas. Ukuran efektifitas biasanya dinyatakan
secara kualitatif dalam bentuk pernyataan saja. Menurut Halim dalam (Elim et al., 2014)
bahwa efektifitas dapat digolongkan ke dalam beberapa kategori yaitu:
1. Hasil perbandingan tingkat pencapaian diatas 100% berarti sangat efektif.
2. Hasil perbandingan tingakat pencapaian 100% berarti efektif.
3. Hasil perbandingan tingkat pencapaian dibawah 100% berarti tidak efektif.
Dalam penelitian ini, analisis efektifitas merupakan suatu analisa atas perbandingan
realisasi penerimaan retribusi pasar dengan target Retribusi pasar yang telah ditetapkan.
Dengan adanya analisis ini maka akan terlihat perbedaan antara penerimaan retribusi pasar
yang telah berjalan dengan target yang sesungguhnya telah ditetapkan oleh pemerintah
daerah.
Kontribusi
Kontribusi digunakan untuk mengetahui sejauh mana retribusi pasar memberikan
sumbangan dalam penerimaan PAD. Dalam mengetahui kontribusi dilakukan dengan
membandingkan penerimaan Retribusi daerah (khususnya retribusi pelayanan pasar/
retribusi pasar) periode tertentu dengan penerimaan PAD periode tertentu pula. Menurut
Mahmudi dalam (Elim et al., 2014) bahwa semakin besar hasilnya berarti semakin besar
pula peranan retribusi pasar terhadap PAD, begitu pula sebaliknya jika hasil
perbandingannya terlalu kecil berarti peranan retribusi pasar terhadap PAD juga kecil.
Penelitian Terdahulu
1. Memah (2013) dengan judul: efektifitas dan kontribusi penerimaan pajak hotel dan
restoran terhadap PAD Kota Manado. Tujuan penelitian ini mengetahui tingkat efektifitas
dan kontribusi pajak hotel dan resto terhadap PAD Manado. Peneliti menggunakan metode
deskriptif, hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat efektifitas dari pajak hotel dan pajak
testo pada tahun 2007-2009 sangat bervariasi. Tingkat efektifitas tertinggi pajak hotel
terjadi pada tahun 2008 sebesar 116,32% dan terendah pada tahun 2011 sebesar 86,41%.
Pada pajak restoran tingkat tertinggi efektifitas terjadi pada tahun 2008 sebesar 122,83%
dan terendah pada tahun 2011 sebesar 97,89% kontribusi secara keseluruhan kontribusi
pajak hotel dan pajak restoran pada tahun 2007-2011 memberikan kontribusi yang baik
terhadap PAD.terdapat persamaan dan perbedaan dalam penilitian ini. Persamaannya yaitu
tujuannya untuk menganalisis tingkat efektifitas dan kontribusi dan perbedaanya pada
variable yang di ambil yaitu pajak.
2. Mosal (2013) dengan judul: analisis efektifitas, kontribusi pajak parkir terhadap PAD dan
penerapan akuntansi di Kota Manado. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat
efektifitas dan kontribusi pajak parkir terhadap PAD. Peneliti mengunakan metode
kuantitatif, hasil penelitian menunjukan tingkat tertinggi efektifitas pajak parkir tahun
2011, sedangkan terendah 2009. Secara keseluruhan kontribusi pajak parkir tahun 2008-
2012 memberikan kontibusi yang kurang terhadap PAD. Kontribusi pajak parkir terbesar
tahun 2011 dan terendah tahun 2009. Persamaannya yaitu tujuannya untuk menganalisis
tingkat efektifitas dan kontribusi dan perbedaanya pada variable yang di ambil yaitu pajak.
3. Pattiasina (2011) dengan judul: analisis Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
terhadap PAD di kabupaten Maluku Tenggara. Tujuan penelitian ini untuk mengehitung
besarnya kontibusi pajak daerah dan retribusi daerah terhadap penerimaan PAD. Metode
yang di gunakan regresi linear. Hasil penilitian menunjukan bahwa angka pertumbuhan
realisasi penerimaan pajak daerah berfrustasi dengan kecenderungan menurun.
Persamaannya yaitu tujuannya untuk menganalisis besarnya konstribusi dan perbedaanya
pada variabel yang di ambil yaitu pajak dan tempat penelitiannya di Maluku Tenggara.
METODE PENELTIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Pasar Sumbergempol Desa Sumberdadi
Kecamatan Sumbergempol Kabupaten Tulungagung. Alasan peneliti memilih Pasar
Sumbergempol sebagai lokasi penelitian yaitu peneliti melihat bahwa dalam proses
pembayaran retribusi pasar, ketaatan hukum pedagang dalam membayar retribusi terlihat
tinggi.Bayak pedagang di pasar sumbergempol yang patuh terhadap pembayaran pungutan
retribusi. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 6 April 2021.
Jenis Penelitian
Menurut Nasution dalam (Handayani, 2017) “Metode penelitian pada dasarnya
merupakan cara ilmiah untuk mendapatakan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.
Desain dari penelitian ini adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan
pelaksanaan penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian
deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan
pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan datadata. Jenis penelitian deskriptif
kuantitatif yang digunakan pada penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis dan
memperoleh gambaran tentang Efektifitas Pembayaran Retribusi di Pasar Sumbergempol.
Subyek Penelitian
Menurut Moleong dalam (Nurfiati et al., 2019) Subjek penelitian adalah orang yang
dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi penelitian. Sejalan
dengan definisi tersebut, subjek dalam penelitian ini terdiri dari responden, yaitu para
pedagang sebanyak 15 orang.
Jenis Dan Sumber Data
1) Jenis Data
Menurut Narbuko dalam (Handayani, 2017) , Adapun jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Data Primer adalah data yang diperoleh dari objek penelitian lapangan dengan cara
mengumpulkan data-data yang berguna dan berhubungan dengan judul dan
permasalahan yang diangkat.
b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari keterangan atau faktafakta yang ada
dan secara tidak langsung melalui bahan–bahan dokumen berupa peraturan
perundang–undangan, buku kepustakaan dan sebagainya.
2) Sumber Data Sumber data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini antara lain :
a. Sumber Data Primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung dari
lapangan yang meliputi keterangan atau data yang diberikan oleh pedangan yang
berjualan di pasar tersebut. Hasil Wawancara dari beberapa pedagang yang ada di
Pasar Sumbergempol.
b. Sumber Data Sekunder adalah sumber data yang secara langsung mendukung
sumber data primer yang mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-
hasil penelitian yang serupa dengan penelitian ini.
Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu
teknik observasi, wawancara,kuesioner,dan dokumentasi.
1. Observasi, dilaksanakan untuk keperluan pengumpulan data dengan cara mengamati
dan mencatat secara sistematis mengenai aktivitas pedagang di Pasar Sumbergempol.
2. Wawancara mendalam, yaitu peneliti mengajukan pertanyaan langsung kepada subjek
penelitian untuk memperoleh informasi seacara rinci dan mendalam sesuai dengan
permasalahan yang diteliti.
3. Dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang sudah ada, data yang dimaksud berupa
gambaran data hasil penerimaan retribusi.
4. Kuesioner/angket, adalah suatau alat pengumpulan data yang berupa serangkaian
pertanyaan tertulis yang dapat diajukan kepada subyek untuk mendapatkan jawaban
secara tertulis.
PEMBAHASAN
Retribusi Daerah merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang
penting karena pada setiap tahunnya memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap
penerimaan pendapatan asli daerah. Dari sekian banyak Retribusi Daerah, Retribusi Pasar
merupakan aspek yang memberikan kontribusi penting terhadap Pendapatan Asli Daerah
(PAD). Namun demikian pengelolaan Retribusi Pasar di daerah masih belum optimal dan
efektif dikarenakan kurangnya pemahaman pentingnya pengelolaan dana retribusi yang
lebih abik serta faktor keamanan dalam pengelolaan karena menyangkut pendapatan
daerah.Mengingat penting dan bahayanya mengelola dana retribusi yang berjumlah
banyak, maka dibentuklah Sistem Informasi Pemasukan Dana Retribusi Pedagang Pasar
Kabupaten Sumbergempol dengan studi kasus pasar Sumbergempol Kabupaten
Sumbergempol. Sistem ini dibentuk dengan maksud mempermudah pegawai pasar yang
bersangkutan untuk memasukkan data dana masuk dan dapat dikelola serta dapat dilihat
langsung oleh Dinas Kabupaten terkait untuk meninjau realitas dana masuk dengan target
tahunan. Retribusi pasar sumbergempol merupakan jumlah keseluruhan dari pemasukan
wajib pajak yang dibayarkan oleh penyewa dipasar Sumbergempol. Dibawah ini adalah
sampel data retribusi dipasar sumbegempol yang disajikan dalam tabel sebagai berikut :
Dari 15 sampel yang sudah kami lakukan survey menghasilkan data yang dimana semua
data sebagai berikut:
1. Terdapat 7 pedagang yang membayar retribusi Harian, Bulanan, Tahunan
2. Terdapat 2 pedagang yang membayar retribusi Harian, Bulanan
3. Terdapat 6 pedagang yang membayar retribusi Harian
Dari sampel yang telah kami dapat menyatakan bahwa pembayaran retribusi Tepatnya di
pasar Sumbergempol Tulungagung. Penulis menemui beberapa pedagang, menurut para
pedagang,Dinas pasar mengenakan pungutan retribusi pelayanan pasar sebesar Rp 2000
setiap hari.Ada juga yang membayar pungutan retribusi sebesar Rp 1000 sampai Rp 2000
tergantung pedagang tersebut menyewa apa dan berjualan apa. Kalau menyewa ruko/toko
pedagang di kenai pungutan retribusi sekitar Rp 1000. Kalau menyewang tempat berupa
counter/los dan halaman pasar yang sudah disedikan di dala pasar akan di kenai biaya Rp
2000.
Untuk pungutan retribusi pelayanan pasar pedagang akan di pungut setiap hari dan setiap
bulan. Biaya tersebut digunakan untuk biaya kebersihan seperti membersihkan sampah
yang ada di pasar dan memindahkan sampah ke tempat pembuangan sementara.
Kalau untuk yang menyewa kios/toko dikenakan pajak per tahunnya kalau untuk yang
menyewa los atau yang berada di halaman pasar tidak dikenakan wajib pajak per
tahunnya.
Jadi, bisa di simpulkan bahwa pembayaran pungutan retribusi antara penyewaan ruko dan
penyewaan los ataupun di halaman pasar berbeda. Lebih murah biaya pungutan retribusi
penyewa ruko,karena setiap tahunnya sudah di kenakan untuk membayar pajak.
Sedangkan untuk penyewa yang ada los atau yang ada di halaman pasar tidak di kenakan
pajak per tahunnya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari permasalahan yang telah diuraikan pada bab-bab dimuka, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam praktik Pembayaran Retribusi Pelayanan Pasar Sumbergempol Tulungagung,
pedagang menyewa kios/pelataran yang ada di pasar, pedagang akan dikenakan wajib
membayar pungutan retribusi. setiap harinya petugas pemungut retribusi akan
berkeliling pasar untuk menagih biaya retribusi. Biaya retribusi digunakan untuk biaya
keamanan dan kebersihan seperti membersihkan sampah yang ada di pasar dan
memindahkan sampah ke tempat pembuangan sementara.
2. Dari 15 pedagang yang sudah kami wawancara, dapat disimpulkan bahwa besar
kecilnya biaya pungutan retribusi tergantung pedagang tersebut menyewa kios/toko,
counter/los, dasaran atau halaman pasar yang disediakan di dalam pasar. Dan
tergantung pedagang tersebut berjualan apa.
3. Untuk pedagang yang menyewa kios setiap harinya di kenakan biaya retribusi sebesar
Rp 1000. Untuk yang ada di los atau halaman pasar akan dikenakan biaya retribusi
sebesar Rp 2000.
4. Untuk yang menyewa kios yang ada di pasar per tahunnya pedagang tersebut
dikenakan wajib membayar pajak. Sedangkan untuk yang hanya menyewa los atau di
halaman pasar tidak di kenakan membayar pajak per tahunnya cukup membayar
pungutan retribusi setiap harinya.
Saran
Saran diberikan:
1. Proses pemungutan dan penyetoran retribusi pasar di pasar sumbergempol diharapkan
untuk ditingkatkan lagi.
2. Bagi Pemerintah Kabupaten Tulungagung agar lebih memperhatikan peraturan yang
dikeluarkan sehingga Efektivitas atas Penerimaan Pendapatan Retribusi Pasar bisa
mencapai hasil yang lebih maksimal serta lebih memperbaiki dalam hal penulisan dan
pembuatan laporan realisasi anggaran pendapatan dan belanja daerah.
3. Bagi Pemerintah Kabupaten Tulungagung supaya lebih meningkatkan pengembangan
dan pelayanan kepada masyarakat (para pedagang) agar tidak ada keraguan dan
kejanggalan terhadap retribusi pelayanan pasar.
4. Untuk para petugas pelayanan kebersihan di pasar semoga dapat bekerja dengan
semaksimal mungkin,supaya kebersihan pasar selalu terjaga.
DAFTAR PUSTAKA
Elim, I., Saerang, D., & Toduho, D. (2014). PENERIMAAN RETRIBUSI PASAR DALAM
UPAYA MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA TIDORE
KEPULAUAN. Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 2(2).
https://doi.org/10.35794/emba.v2i2.4501
Handayani, S. (2017). Potensi Retribusi Pasar Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah
(Pad) Kabupaten Lamongan. Jurnal Akuntansi, 2(1), 24.
https://doi.org/10.30736/jpensi.v2i1.96
Mahayana, A. (2006). Pelaksanaan pemungutan retribusi pasar (studi penelitian di kantor
dinas pengelolaan pasar Kota surakarta). Universitas Sebelas Maret.
Nurfiati, P, A. S., & Syahbuddin. (2019). KESADARAN HUKUM DALAM MEMBAYAR
RETRIBUSI (Studi Kasus Di Pasar Mandonga Kota Kendari). 12, 472–481.
Rachmad Gesah Mukti Prabowo, SE. Ak, M. (2014). Analisis Pemenuhan Pembayaran Pajak
Bumi Dan Bangunan Untuk Meningkatkan Penerimaan Sektor Pajak. 1(1), 103–120.