Laporan Praktikum Fistum 5 Fotosintesis

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan

FOTOSINTESIS DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA


(Mengukur Kadar Klorofil Daun Bunga Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.))

Oleh :
Nadya Eka Aristyasari 17030204044
Pedidikan Biologi Unggulan 2017

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
2019
A. Rumusan Masalah
Bagaimana kadar klorofil berbagai daun dari suatu tanaman yang umurnya berbeda –
beda?
B. Tujuan Percobaan
Mengukur kadar klorofil berbagai daun dari suatu tanaman yang umurmya berbeda –
beda.
C. Hipotesis
H1 : Terdapat pengaruh kadar klorofil daun dari suatu tanaman yang umurnya
berbeda - beda.
H0 : Tidak terdapat pengaruh kadar klorofil daun dari suatu tanaman yang
Umurnya berbeda- beda.

D. Kajian Pustaka

a. Bunga Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L)


Bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L) adalah bunga tunggal berbentuk
terompet dengan diameter sekitar 6 cm hingga 20 cm. Setiap bunga terdiri dari 5
helai daun kelopak, yang masing-masing dilindungi oleh kelopak tambahan
(epicalyx). Hal ini membuat kelopak bunga seperti terdiri dari dua lapis kelopak
bunga. Mahkota bunga terdiri dari 5 lembar dengan warna yang tergantung dari
jenis kultivarnya. 
Bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L) terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian
steril dan bagian fertil. Bagian steril adalah bagian bunga yang bukan merupakan
organ reproduksi. Bagian steril bunga terdiri dari ibu tangkai bunga (pedunculus),
tangkai bunga (pedicellus), daun pelindung (brachtea), dasar bunga (receptacle),
daun tangkai (brachteola), dan perhiasan bunga yang meliputi kelopak bunga
(sepal) dan mahkota bunga (petal). Berbeda dengan bagian steril, bagian fertil
bunga adalah bagian yang merupakan organ reproduksi yang benang sari dan
putik (pistillum) (Ayatul, 2013).  
Struktur Bunga Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L), secara anatomi, daun
kelopak dan daun mahkota bunga sepatu memiliki struktur sama yakni terdapat
banyak sel parenkimatis. Dimana, parenkim ini disebut mesofil. Parenkim terletak
di antara bagian epidermis bawah dan atas. Daun kelopak biasanya memiliki
struktur sederhana. Daun kelopak di bagian luarnya dilapisi oleh stomata, kutin,
dan trikomata. Sel-sel daun kelopak ini juga mengandung zat hijau daun (klorofil).
Sel-selnya daun mahkota bunga sepatu mempunyai banyak berkas jaringan
pengangkut yang ukurannya kecil. Daun ini memiliki epidermis yang berbentuk
khusus berupa tonjolan yang disebut papila. Papila ini dilapisi kutikula. 
Putik dan benang sari memiliki struktur yang sangat berbeda. Secara umum,
benang sari bunga sepatu terdiri atas kepala sari dan tangkai sari. Tangkai sari
tersusun oleh jaringan dasar berupa banyak sel parenkimatis yang memiliki
vakuola yang tak beruang antar-sel. Pada epidermis tangkai sari terdapat
trikomata, kutikula, dan stomata. Kepala sari mempunyai struktur yang kompleks,
terdiri atas dinding yang berlapis, dan di bagian paling dalam terdapat ruang sari
(lokulus) yang berisi butir-butir serbuk sari. Jumlah lapisan dinding kepala sari
untuk setiap jenis tumbuhan berbeda.

b. Klorofil
Klorofil terletak dalam sebuah organel bernama kloroplas. Klorofil merupakan
pigmen utama yang terdapat dalam kloroplas. Permukaan membran internal
disebut tilakoid yang akan membentuk kantong pipih dan pada posisi tertentu
akan bertumpukan rapi membentuk struktur disebut granum, ruang antar membran
disebut stroma (Campbell dkk, 2003). Klorofil akan menyerap energi matahari
untuk memfasilitasi berlangsungnya proses fotosintesis pada tumbuhan.Tiga
fungsi utama klorofil dalam fotosintesis adalah memanfaatkan energi matahari,
memicu fiksasi CO2 dan menyediakan energi bagi ekosistem (Bahri, 2010). Sifat
kimia klorofil antara lain tidak larut dalam air namun larut dalam pelarut organik
yang lebih polar seperti etanol dan kloroform, inti Mg akan tergeser oleh 2 atom H
bila dalam suasana asam, sehingga membentuk suatu persenyawaan yang disebut
feofitin yang berwarna coklat (Dwijoseputro, 1994). Klorofil juga bersifat labil
dan mudah mengalami proses degradasi menjadi molekul-molekul turunannya.
Proses degradasi klorofil dapat disebabkan oleh pengaruh suhu dan oksigen.
Perbedaan kandungan klorofil total pada suatu tanaman diakibatkan perbedaan
metabolisme yang berkaitan dengan umur, morfologi, dan faktor genetik daun
pada tanaman (Biber, 2007). Kandungan klorofil pada daun hijau tua lebih tinggi
daripada daun hijau muda. Daun muda, kloroplasnya aktif membelah, khususnya
apabila organ yang mengandung tertimpa cahaya, menyebabkan tiap sel daun
dewasa mengandung beberapa ratus kloroplas (Salisbury&Ross, 1995).

c. Klorofil a dan klorofil b

Pigmen pada membran tilakoid sebagian besar terdiri dari dua jenis
klorofil hijau, yakni klorofil a dan klorofil b, terdapat juga pigmen kuning sampai
jingga yang digolongkan sebagai karetonoid. Ada dua jenis karetonoid, yaitu
karoten hidrokarbon murni dan xantofil yang mengandung oksigen. Karotenoid
tertentu juga ditemukan pada selimut kloroplas yang memberinya warna
kekuningan, sedangkan klorofil tidak dijumpai di selimut tersebut. Sebagian besar
tumbuhan, termasuk ganggang hijau, β-karoten dan lutein xantofil merupakan
karetonoid terbanyak di tilakoid (Salisbury&Ross, 1995). Semua tanaman hijau
mengandung klorofil a dan krolofil b. Krolofil a terdapat sekitar 75% dari total
klorofil. Kandungan klorofil pada tanaman adalah sekitar 1% basis kering. Dalam
daun klorofil banyak terdapat bersama-sama dengan protein dan lemak yang
bergabung satu dengan yang lain. Dengan lipid, klorofil berikatan melalui gugus
fitol-nya sedangkan dengan protein melalui gugus hidrofobik dari cincin porifin-
nya (Subandi, 2008).

Rumus molekul klorofil a adalah C55H72O5N4Mg, sedangkan rumus


molekul klorofil b adalah C55H70O6N4Mg. Klorofil merupakan pigmen yang
berfungsi sebagai antena, mengumpulkan cahaya serta mentransfer energi ke pusat
reaksi pada proses fotosintesis. Klorofil a berperan secara langsung dalam reaksi
pengubahan energi radiasi menjadi energi kimia serta menyerap dan mengangkut
energi ke pusat reaksi molekul. Klorofil b berfungsi sebagai penyerap energi
radiasi yang selanjutnya diteruskan ke klorofil a selain itu klorofil juga berfungsi
sebagai antena yang mengumpulkan cahaya untuk kemudian ditransfer ke pusat
reaksi. Pusat reaksi tersusun dari klorofil a. Energi cahaya akan diubah menjadi
energi kimia di pusat reaksi yang kemudian dapat digunakan untuk proses reduksi
dalam fotosintesis (Taiz dan Zeiger, 1991). Salah satu bentuk adaptasi secara
fisiologis tanaman terhadap penyinaran rendah adalah dengan penurunan rasio
kadar klorofil a/b melalui peningkatan klorofil b. Meningkatnya klorofil b
berdampak positif terhadap efektivitas penyerapan energi radiasi pada kondisi
yang ternaungi (Sirait, 2008).

Menurut ROTUNDO et al. (2004) salah satu karakteristik penyinaran rendah


akibat adanya naungan adalah peningkatan kandungan klorofil daun. Peningkatan
ini berhubungan dengan bertambahnya kompleks pemanenan cahaya (Light
Harvesting Complex II) serta membesarnya antena pada fotosistem II yang
mengakibatkan efisiensi penangkapan cahaya meningkat. Klorofil a berwarna
hijau tua dan klorofil b berwarna hijau muda paling kuat menyerap cahaya di
spektrum warna merah (600-700 nm), sedangkan cahaya biru diserap oleh
karotenoid. Klorofil a paling banyak terdapat pada Fotosintem II sedangkan
klorofil b paling banyak terdapat pada Fotosistem I (Ai dan Banyo, 2011). Pada
keadaan normal, proporsi klorofil a jauh lebih banyak daripada klorofil b
(Suyitno, 2008), klorofil a sekitar 75% dari total klorofil. Klorofil a menyerap
energi dari cahaya ungu-biru dan merah sedangkan minim menyerap cahaya hijau.
Berbeda dengan klorofil b yang banyak menyerap energi dari cahaya hijau. Selain
itu, tanaman membutuhkan klorofil a lebih banyak daripada klorofil b untuk
fotosintesis (Shibghatallah dkk, 2013). Pada daun yang berwarna merah, daun
muda menyerap cahaya hijau dan biru sedangkan memantulkan cahaya merah,
mengindikasikan bila cahaya masuk ke daerah mesofil daun merah yang banyak
mengandung pigmen merah karena foton cahaya hijau dan biru dilemahkan oleh
antosianin yang terletak di sub-epidermal (Karageorgou and Manetas, 2006).
Penentuan kadar klorofil menggunakan metode ekstraksi klorofil (metode
Wintermans and de Mots). Prinsip kerjanya adalah analisis kadar klorofil dalam
pelarut etanol dan penyerapan cahaya pada panjang gelombang tertentu (Optical
Density). Cara menghitung : a. Klorofil a: 13,7 x OD 665 – 5,76 OD 649 (mg/ml)
b. Klorofil b: 25,8 x OD 649 – 7,7 OD 665 (mg/ml) c. Klorofil total: 20,0 x OD
649 + 6,1 OD 665 (mg/ml) (Wintermans and de Mots; 1965).

d. Laju Fotosintesis dan Nilai Absorbsi


Fotosintesis adalah proses penting fotokimia, terjadi konversi dari energi
cahaya menjadi energi kimia dan hasil fotosintesis berupa glukosa. Laju
fotosintesis ditentukan oleh jumlah foton diantara 400 nm dan 700 nm yang
diserap tanaman. Proses tersebut berlangsung di kloroplas yang terdapat klorofil.
Klorofil adalah pigmen yang dominan pada tanaman, berfungsi menyerap cahaya
untuk proses fotosintesis. Karakteristik klorofil sangat penting untuk diketahui
karena berhubungan erat dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Li
dkk, 2006). Daun sebagian besar tumbuhan menyerap 90% panjang gelombang
ungu dan biru yang mengenainya dan hampir sebesar presentase panjang
gelombang jingga dan merah. Hampir semua penyerapan ini dilakukan oleh
pigmen kloroplas. Tiap foton dapat mengekstasi sebuah elektron pada karotenoid
atau klorofil yang terjadi dalam tilakoid. Klorofil berwarna hijau karena tidak
efektif dalam menyerap panjang gelombang hijau, melainkan memantulkannya.
Pengukuran penyerapan nisbi berbagai panjang gelombang cahaya oleh
pigmen yang dimurnikan dapat menggunakan spektrofotometer. Spektrum serap
klorofil a dan klorofil b adalah panjang gelombang ungu, biru, jingga, dan merah
(600-700 nm) dan sedikit menyerap pada panjang gelombang 500-600 nm (hijau
dan kuning-hijau). β-karoten dan lutein (suatu xantofil) hanya menyerap panjang
gelombang biru dan ungu in vitro dan memantulkan panjang gelombang hijau,
kuning, jingga, dan merah, sehingga terlihat berwarna kuning atau jingga.
Karetonoid selain berfungsi sebagai pigmen permanen cahaya, juga berfungsi
melindungi klorofil dari kerusakan akibat oksidasi oleh O2 saat tingkat penyinaran
tinggi (Salisbury&Ross, 1995). Spektrum kerja didapatkan apabila
membandingkan pengaruh panjang gelombang terhadap laju fotosintesis dengan
selalu menjaga agar tidak menambah terlalu banyak energi panjang gelombang
mana pun yang mengakibatkan prosesnya menjadi jenuh. Spektrum kerja untuk
fotosintesis dan proses fotobiologi dapat membantu mengenali pigmen yang
terlibat karena spektrumnya tersebut sesuai dengan spektrum serap setiap pigmen
yang ikut berperan serta. Laju nisbi fotosintesis beberapa tumbuhan dikotil herba
dan spesies rerumputan dapat dirajah sebagai fungsi panjang gelombang yang
mengenai suatu luasan daun (Salisbury&Ross, 1995).

E. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam praktikum ini antara lain:
1. Variabel kontrol : Massa daun tiap umur atau nodus yaitu sebesar 1
gram. Volume alkohol 96% untuk ekstraksi daun tiap umur yaitu sebanyak 100 mL,
dan volume filtrat daun tiap umur yaitu sebesar 100 mL.
2. Variabel manipulasi : Umur daun Hibiscus rosa-sinensis L yang diambil dari
nodus daun pertama, ketiga, dan kelima.
3. Variabel respon : Kadar klorofil (klorofil a, klorofil b, dan klorofil total)
daun Hibiscus rosa-sinensis L yang umurnya berbeda-beda.

F. Definisi Operasional Variabel


1. Variabel manipulasi adalah variabel yang memengaruhi dan yang menyebabkan
timbulnya atau berubahnya variabel respon. Variabel manipulasi yang digunakan
dalam praktikum ini adalah umur daun yang berbeda-beda dengan cara
mengambil daun pada nodus yang berbeda - beda, umur daun yang berbeda-beda
memengaruhi kadar klorofil yang termasuk dalam variabel respon. Umur daun
muda diambil daun pada nodus pertama atau yang paling pucuk. Umur daun
setengah tua diambil daun pada nodus ketiga atau nomor 3 dari pucuk dan umur
daun tua diambil daun pada nodus kelima.
2. Variabel kontrol adalah variabel yang sengaja dibuat sama sebagai acuan untuk
perbandingan variabel respon. Variabel ini berfungsi untuk memengaruhi variabel
respon serta memperjelas hubungan antara variabel manipulasi dengan variabel
respon. Variabel kontrol yang digunakan pada praktikum ini adalah massa daun
tiap umur yaitu sebesar 1 gram, volume alkohol 96% untuk ekstraksi daun tiap
umur sebesar 100 mL, dan volume filtrat daun tiap umur sebesar 100 mL.
3. Variabel respon adalah variabel yang dipengaruhi karena adanya variabel
manipulasi dan merupakan hasil dari variabel manipulasi dan variabel kontrol.
Variabel respon dalam praktikum ini adalah kadar klorofil yang meliputi klorofil
a, klorofil b, dan klorofil total dari daun yang umurnya berbeda dengan
pemanipulasian umur daun, sehingga dapat diketahui hubungan umur daun
terhadap kadar klorofil daun.

G. Alat dan Bahan


Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah daun bunga sepatu dengan umur
yang berbeda, meliputi: daun muda yang diambil daun yang pucuk, daun setengah tua
diambil daun nomor 3 dari pucuk, daun yang tua diambil nomor 5 ke bawah, dan
alkohol 96%.
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu pipet tetes, gelas ukur, lumpang
porselin, kertas saring, spektrofotometer.
H. Rancangan Percobaan

Daun Hibiscus rosa- Daun Hibiscus rosa- Daun Hibiscus rosa-


sinensis L berumur muda sinensis L berumur sinensis L berumur tua
(nodus pertama) setengah tua (nodus (nodus kelima)
ketiga)

- Ditimbang sebanyak 1 gram.


- Digerus dengan mortal dan alu
sampai halus.
- Diekstrak gerusan daun dengan 100
mL alkohol 96%.
- Disaring ekstrak daun menggunakan
kertas saring sampai volume akhir
100 mL, apabila tidak sampai 100
mL, maka menambahkan alkohol
96% sampai volume akhir sebanyak
100 mL.
- Diukur kadar klorofil filtrat dengan
Spectrofotometer.
- Dicatat nilai absorbansi (Optical
Density) .
- Dihitung kadar klorofil a, klorofil b,
dan klorofil total.
- Dimasukkan ke dalam tabel.
- Dibuat grafik umur daun yang
berbeda-beda terhadap kadar klorofil.

Kadar klorofil a, klorofil b, dan klorofil total daun Hibiscus rosa-


sinensis L yang umurnya berbeda-beda.
I. Langkah Kerja
1. Menimbang satu gram daun yang masih segar, kemudian memotong kecil – kecil.
2. Menggerus potongan – potongan daun dalam lumpang porselin sampai halus.
3. Mengekstraksi gerusan daun dengan menggunakan 100 mL alkohol 96%.
4. Menyaring ekstrak tesebut dengan menggunakan kertas saring sampai volume akhir
filtrat mencapai 100 mL. Jika volume filtrat kurang dari 100 mL menambahkan
kembali alkohol 96%.
5. Mengukur kadar klorofil filtrat tersebut dengan menggunakan Spectrofotometer
pada panjang gelombang 649 nm dan 665 nm.
Sebelum mengukur harus dikalibrasi terlebih dahulu.
Mencatat nilai absorbansi (Optical Density) larutan tersebut.
6. Kadar klorofil a, kadar klorofil b dan kadar klorofil total dapat dihitung dengan
rumus dari Wintermans dan de Mots sebagai berikut:
- Klorofil a : 13,7 x OD 665 – 5,76 OD 649 (mg/l)
- Klorofil b : 25,8 x OD 649 – 7,7 OD 665 (mg/l)
- Klorofil total : 20,0 x OD 649 + 6,1 OD 665 (mg/l)

J. Rancangan Tabel Pengamatan


Tabel 1. Kadar Klorofil Daun Hibiscus rosa-sinensis L pada Umur yang Berbeda.

Tumbuhan Nodus Absorbansi Klorofil (mg/l)

649 665 A B Total


1 0,331 0,521 5,23114 4,5281 9,7981

Daun Bunga
Sepatu 3 0,545 0,928 9,574 6,915 16,56

5 0,787 1,450 15,332 9,14 25,03


30

25 25.03
Kadar klorofil total (mg/l)

20
16.56
15
kadar klorofil
10 9.8

0
1 3 5
Nodus ke-

Grafik 1. Kadar klorofil daun bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) pada
masing-masing umur

K. Rencana Analisis Data


Berdasarkan data hasil pengamatan pada tabel diatas tentang kadar klorofil
daun Hibiscus rosa-sinensis L yang umurnya berbeda-beda diperoleh bahwa kadar
klorofil total dalam daun yang berumur tua lebih banyak daripada daun yang berumur
muda dan setengah tua. Hasil pengamatan kadar klorofil tersebut disajikan dalam
tabel 1. Daun Hibiscus rosa-sinensis L muda yang diambil dari daun pada nodus
pertama, ketiga, dan kelima memiliki kadar klorofil a lebih besar daripada kadar
klorofil b.
Kadar klorofil a pada daun muda sebesar 5,23114 mg/L, kadar klorofil b
sebesar 4,5281 mg/L, dan kadar klorofil total sebesar 9,7981 mg/L. Kadar klorofil
pada daun Hibiscus rosa-sinensis L muda lebih kecil jika dibandingkan dengan kadar
klorofil pada daun Hibiscus rosa-sinensis L yang berumur setengah tua dan tua.
Kadar klorofil a daun Hibiscus rosa-sinensis L berumur setengah tua yang diambil
dari daun pada nodus ketiga berjumlah lebih banyak, yaitu 9,574 mg/L dibandingkan
kadar klorofil b yang sebesar 6,915 mg/L, dan klorofil total daun Hibiscus rosa-
sinensis L berumur setengah tua adalah 16,56 mg/L.
Pada daun Hibiscus rosa-sinensis L yang berumur tua memiliki kandungan
klorofil yang paling banyak, daun diambil dari daun pada nodus kelima memiliki
kadar klorofil total yang lebih banyak, yaitu 25,03 mg/L daripada daun Hibiscus rosa-
sinensis L yang berumur muda dan setengah tua. Kadar klorofil b dalam daun
Hibiscus rosa-sinensis L yang berumur tua lebih banyak dibandingkan kadar klorofil
a, adapun besar kadar klorofil b adalah 15,332 mg/L dan kadar klorofil a adalah 9,14
mg/L.
Berdasarkan Grafik.1 diatas dapat dilihat bahwa grafik menunjukkan garis
memuncak ke atas hal ini menunjukkan bahwa semakin besar nodus atau semakin tua
umur daun maka semakin banyak pula jumlah klorofil yang terkandung di dalam
daun.

Diskusi

Pertanyaan :
1. Jelaskan mengapa kadar klorofil daun pada berbagai umur berbeda? Kemukakan
pendapat saudara dengan memberikan teori-teori yang mendukung.
2. Jelaskan fungsi klorofil di dalam proses fotosintesis?
3. Manakah di antara tumbuhan terdedah dan ternaung (pada spesies yang sama) yang
memiliki jumlah klorofil terbesar? Mengapa demikian?

Jawaban :

1. Kadar klorofil daun pada berbagai umur berbeda dikarenakan aktivitas


metabolisme pada daun berbagai umur berbeda-beda. Daun yang berumur muda
memiliki kloroplas yang aktif membelah khususnya apabila organ yang
mengandung kloroplas tertimpa cahaya, sehingga tiap sel daun dewasa sering
mengandung beberapa ratus kloroplas (Salisbury&Ross, 1995) dan menyebabkan
kadar klorofil pada daun dewasa lebih banak daripada daun yang muda.
2. Fungsi klorofil di dalam proses fotosintesis adalah memanfaatkan energi matahari,
memicu fiksasi CO2 dan menyediakan energi bagi ekosistem.
3. Tumbuhan ternaung. Hal tersebut dikarenakan pada tumbuhan ternaung
mendapatkan penyinaran yang rendah dibandingkan tumbuhan terdedah, sehingga
bentuk adaptasi tumbuhan ternaung adalah dengan penurunan rasio kadar klorofil
a/b melalui peningkatan klorofil b. Meningkatnya klorofil b berdampak positif
terhadap efektivitas penyerapan energi radiasi pada kondisi yang ternaungi (Sirait,
2008). Menurut ROTUNDO et al. (2004) salah satu karakteristik penyinaran
rendah akibat adanya naungan adalah peningkatan kandungan klorofil daun.
Peningkatan ini berhubungan dengan bertambahnya kompleks pemanenan cahaya
(Light Harvesting Complex II) serta membesarnya antena pada fotosistem II yang
mengakibatkan efisiensi penangkapan cahaya meningkat.

L. Hasil Analisis Data


Pada praktikum yang berjudul Fotosintesis dan Faktor yang
Mempengaruhinya diperoleh hasil kadar klorofil daun Hibiscus rosa-sinensis L pada
daun yang umurnya berbeda - beda diperoleh bahwa kadar klorofil total dalam daun
Hibiscus rosa-sinensis L yang berumur tua lebih banyak daripada daun yang berumur
muda dan setengah tua. Perbedaan kandungan klorofil total pada suatu tanaman
diakibatkan perbedaan metabolisme yang berkaitan dengan umur, morfologi, dan
faktor genetik daun pada tanaman (Biber, 2007). Kandungan klorofil pada daun yang
berumur tua lebih tinggi daripada daun yang berumur muda, hal ini disebabkan karena
pada daun yang berumur muda kloroplasnya aktif membelah khususnya apabila organ
– organ yang mengandung kloroplas tertimpa cahaya, menyebabkan daun dewasa atau
tua banyak mengandung beberapa ratus kloroplas (Salisbury&Ross, 1995).

Klorofil a pada daun Hibiscus rosa-sinensis L yang berumur muda dan


setengah tua lebih banyak dibandingkan klorofil b. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Suyitno (2008) bahwa daun pada keadaan normal, proporsi klorofil a jauh
lebih banyak daripada klorofil b, hal ini disebabkan karena tanaman membutuhkan
klorofil a lebih banyak daripada klorofil b yang digunakan untuk fotosintesis
(Shibghatallah dkk, 2013). Klorofil a berperan secara langsung dalam reaksi
pengubahan energi radiasi menjadi energi kimia serta menyerap dan mengangkut
energi ke pusat reaksi molekul, sedangkan klorofil b berfungsi sebagai penyerap
energi radiasi yang selanjutnya diteruskan ke klorofil a (Sirait, 2008). Hal ini juga
menunjukkan bahwa tanaman tidak ternaung atau dapat menyerap cahaya dengan
baik, apabila tanaman ternanung sehingga tidak dapat menyerap cahaya dengan
optimal yang terjadi adalah jumlah klorofil b lebih banyak daripada klorofil a. Salah
satu bentuk adaptasi secara fisiologis tanaman terhadap penyinaran rendah adalah
dengan penurunan rasio kadar klorofil a melalui peningkatan klorofil b.
Meningkatnya klorofil b berdampak positif terhadap efektivitas penyerapan energi
radiasi pada kondisi yang ternaungi (Sirait, 2008). Menurut ROTUNDO et al. (2004)
salah satu karakteristik penyinaran rendah akibat adanya naungan adalah peningkatan
kandungan klorofil daun. Peningkatan ini berhubungan dengan bertambahnya
kompleks pemanenan cahaya (Light Harvesting Complex II) serta membesarnya
antena pada fotosistem II yang mengakibatkan efisiensi penangkapan cahaya
meningkat

Kadar klorofil a pada daun Hibiscus rosa-sinensis L yang berumur tua,


setengah tua, dan muda lebih banyak dibandingkan kadar klorofil b, hal ini sesuai
dengan pernyataan Subandi (2008) bahwa semua tanaman hijau mengandung klorofil
a dan krolofil b. Krolofil a terdapat sekitar 75 % dari total klorofil. Klorofil b hanya
terdapa sedikit karena klorofil b berfungsi sebagai antena yang mengumpulkan cahaya
untuk kemudian ditransfer ke pusat reaksi. Pusat reaksi tersusun dari klorofil a. Energi
cahaya akan diubah menjadi energi kimia di pusat reaksi yang kemudian dapat
digunakan untuk proses reduksi dalam fotosintesis (Taiz dan Zeiger, 1991).

M. Kesimpulan
1. Terdapat perbedaan pengaruh kadar klorofil pada daun Hibiscus rosa-sinensis L
yang umurnya berbeda – beda.
2. Semakin besar nodus, maka semakin tinggi kadar klorofil dalam daun. Daun yang
berumur tua mengandung jumlah klorofil paling banyak daripada daun yang
berumur setengah tua dan muda.

N. Daftar Pustaka
Ai, Nio Song dan Yunia Banyo. 2011. Konsentrasi Klorofil Daun Sebagai Indikator
Kekurangan Air pada Tanaman. Jurnal Ilmiah Sains Vol. 11 No. 2 Oktober
2011.
Ayatul, A. 2013. Fungsi, Bagian dan Struktur Bunga. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Bahri, S. 2010. Klorofil, Diktat Kuliah Kapita Selekta Kimia Organik. Universitas
Lampung.
Biber, P.D. 2007. Evaluating a Chlorophyll Content Meter on There Coastal Wetland
Plant Species. Journal of Agricultural, Food and Environmental Science. 1 (2):
1-11.
Campbell, N.A, J.B Reece, L.G. Mitchell. 2003. Biologi Jilid 1 (Terjemahan). Jakarta:
Erlangga.
Dwijoseputro, D. 1994. Pigmen Klorofil. Jakarta: Erlangga.
Dragon Tree. (Online), (edis.ifas.ufl.edu, diakses tanggal 05 Maret 2019).
Karageorgou, P., Yiannis Manetas. 2006. The Importance of Being Red When Young :
Anthocyanins and The Protection of Young Leaves of Quercus coccifera from
Insect Herbivory and Excess Light. Jurnal Tree Physiology 26, 613-621.
Li, R, F. Guo, M. Baum, S. Grando, S. Ceccarelli. 2006. Evaluation of Chlorophyll
Content and Florescence Parameters as Indicators of Drought Tolerance in
Barley. Agriculture Science in China 5 (10) : 751-757.
ROTUNDO, A., M. FORLANI and C. DI VAIO. 2004. Influence of shading net n
vegetative and productive characteristics, gas exchange and chlorophyll
content ofthe leaves in two blackberry (Rubus ulmifolius Schott).(serial
online). (http:/www.actahort.org/books/457/457-42 htm,diakses tanggal 06
Maret 2019).
Salisbury, Frank B dan Cleon W Ross. 1995. Fisiologi Tanaman Jilid 2 terjemahan
Lukman dan Sumaryono. Bandung: ITB.
Subandi, Aan. 2008. Metabolisme. Jakarta: Erlangga
Taiz L and Zeiger E. 1991. Plant Physiology. Tokyo: The Benyamin/Cumming
Publishing Company Inc.
LAMPIRAN

Perhitungan Kadar Klorofil Daun Hibiscus rosa-sinensis L yang umurnya berbeda-beda.

1. Umur daun muda (nodus pertama) Optical Density (OD) 649 = 0,331 nm Optical
Density (OD) 665 = 0,521 nm
a. Klorofil a = (13,7 x OD 665 – 5,76 x OD 649)
= (13,7 x 0,521 - 5,76 x 0,331 )
= 5,23114 mg/L
b. Klorofil b = (25,8 x OD 665 – 7,7 x OD 649)
= (25,8 x 0,521 - 7,7 x 0,331 )
= 4,521 mg/L
c. Klorofil total = (20,0 x OD 665 – 6,1 x OD 649)
= (20,0 x 0,521 - 6,1 x 0,331 )
= 9,7981 mg/L
2. Umur daun setengah tua (nodus ketiga) Optical Density (OD) 649 = 0,545 nm
Optical Density (OD) 665 = 0,928 nm
a. Klorofil a = (13,7 x OD 665 – 5,76 x OD 649)
= (13,7 x 0,545 - 5,76 x 0,928 )
= 9,574 mg/L
b. Klorofil b = (25,8 x OD 665 – 7,7 x OD 649)
= (25,8 x 0,545 - 7,7 x 0,928 )
= 6,915 mg/L
c. Klorofil total = (20,0 x OD 665 – 6,1 x OD 649)
= (20,0 x 0,545 - 6,1 x 0,928 )
= 16,56 mg/L
3. Umur daun tua (nodus kelima) Optical Density (OD) 649 = 0,787 nm Optical Density
(OD) 665 = 1,450 nm
a. Klorofil a = (13,7 x OD 665 – 5,76 x OD 649)
= (13,7 x 0,787 - 5,76 x 1,450 )
= 15,332 mg/L
b. Klorofil b = (25,8 x OD 665 – 7,7 x OD 649)
= (25,8 x 0,787 - 7,7 x 1,450 )
= 9,14 mg/L

c. Klorofil total = (20,0 x OD 665 – 6,1 x OD 649)


= (20,0 x 0,787 - 6,1 x 1,450 )
= 25,03 mg/L
LAMPIRAN

No. Foto Keterangan

Menimbang daun
kembang sepatu (Hibiscus
1 rosa-sinensis L.)

Menggerus daun yang


telah ditimbang sebanyak
2 1 gram

Alkohol 96% sebanyak


3
100 mL untuk ekstraksi
Ekstraksi daun yang telah
4
ditambah alkohol 96%

Proses penyaringan
5
ekstrak daun

6 Larutan hasil ekstraksi

Filtrat yang akan


7 dimasukkan ke dalam
spektrofotometer
Filtrat dimasukkan ke
dalam spektrofotometer
8
untuk memperoleh hasil
kadar klorofil

Hasil yang terdapat pada


9
spektrofotometer

Anda mungkin juga menyukai