Langkah Langkah Penelitian Sanad Hadis

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

LANGKAH LANGKAH PENELITIAN/

KRITIK SANAD HADIS

1. Melakukan kegiatan takhrij al-Hadis


2. Melakukan kegiatan I’tibar
3. Melakukan penelitian Sanad
4. Mengambil Kesimpulan

A. Melakukan kegiatan takhrij hadis


Takhrij dalam bahasa memiliki beberapa arti, yaitu al-istinbath yang artinya
mengeluarkan, at-tadrib, artinya melatih atau pembiasaan dan at-tarjih artinya
menghadap.
Sedangkan menurut istilah, takhrij memiliki beberapa pengertian, diantaranya:
1. Menyampaikan hadis kepada orang banyak dengan menyebutkan semua perawi
dalam mata rantai sanad hadis itu beserta metode periwayatan masing-masingnya.
2. Menunjukkan asal usul hadis dan mengemukakan sumber pengambilannya-dari
berbagai kitab koleksi hadis yang disusun oleh para kolektor (mukharrij)nya secara
langsung.
Akan tetapi, bila dihubungkan dengan kegiatan penelitian hadis lebih lanjut, takhrij
bisa berarti penelusuran atau pencarian sebuah hadits pada berbagai kitab koleksi
hadis-sebagai sumber aslinya, yang didalamnya dikemukakan secara lengkap matan
dan mata rantai sanadnya.
Signisikansi Takhrij Hadis
Adapun faktor utama yang menyebabkan kegiatan penelitian hadis (takhrij al-Hadis)
adalah sbb:
a). Untuk mengetahui asal usul riwayat hadis yang akan diteliti.
b). Untuk mengetahui dan mencatat seluruh periwayatan hadis yang akan diteliti.
c). Mengetahui ada tidaknya syahid dan mutabi’.
B. Melakukan I’tibar
I’tibar merupakan ism masdar berasal dari kata I’tabara, ya’tabiru, I’tibaran, yang secara
bahasa berarti “dipertimbangkan, dihargai atau dianggap. Kemudian kata I’tabara
diartikan oleh para ahli hadis sebagai suatu penilain atau peninjauan kembali terhadap
serbagai hal, agar dapat diketahui hal-hal lain yang sejenisnya.
Sedangkan menurut istilah, I’tibar adalah meyelidiki sebuah hadis-yang pada bagian
matan rantai sanadnya ditemukan hanya ada seorang perawi-dengan menggunakan
mata rantai sanad lain. Dengan cara ini akan dapat diketahui ada tidaknya perawi lain
untuk bagian mata rantai sanad perawi hadits yang sedang diteliti. Sehingga keseluruhan
jalur mata rantai sanad bisa diketahui, termasuk metode periwayatan yang digunakan
oleh perawi-perawinya, juga ada tidaknya pendukung berupa perawi yang berstatus
muttabi’ (‫ )تابع‬atau syahid (‫)شاهد‬.
Tujuan dilakukannya I’tibar adalah agar terlihat dengan jelas seluruh sanad yang diteliti,
nama-nama periwayatnya, dan metode periwayatan yang digunakan oleh masing-
masing periwayat yang bersangkutan.
Jadi, kegunaan al-I’tibar adalah untuk mengetahui keadaan sanad hadis seluruhnya
dilihat dari ada atau tidaknya pendukung (corroboration) berupa periwayat yang
berstatus mutabi’ atau syahid. Mutabi’ ialah periwayat yang berstatus pendukung pada
periwayat yang bukan sahabat Nabi, sedangkan syahid ialah periwayat yang berstatus
pendukung untuk sahabat Nabi. Melalui I’tibar akan dapat diketahui apakah sanad hadis
yang diteliti memiliki mutabi’ dan syahid ataukah tidak.
Dengan demikian, untuk kepentingan I’tibar, diperlukan pembuatan skema seluruh mata
rantai sanad hadis yang akan diteliti, dengan memuat tigal hal:
1. Jalur mata rantai sanad. Semua jalur sanad harus dilukiskan dengan garis yang jelas,
agar mudah dibedakan antara jalur mata rantai sanad satu dengan yang lain.
2. Nama-nama perawi untuk seluruh matarantai sanad. Nama-nama yang akan
dicantumkan itu harus lengkap, meliputi seluruh nama, mulai dari perawi pertama
(yaitu sahabat yang menerima langsung dari nabi) sampai pada mutakharrijnya
(seperti Bukhari, Muslim dan lainnya).
3. Metode periwayatan hadis yang dipergunakan oleh masing-masing perawi. Hal ini
karena metode yang digunakan masing-masing perawi beragam, sehingga
pencantuman kode-kode periwayatan hadis dalam skema harus dilakukan dengan
cermat dan teliti.
Dalam membuat jalur-jalur sanad, garis-garisnya harus jelas, sehingga dapat
dibedakan antara jalur sanad yang satu dengan yang lainnya. Pembuatan garis-garis
jalur sanad terkadang harus diperbaiki berulang-ulang bila hadis yang diteliti
memiliki sanad yang banyak. Nama-nama periwayat yang dicantumkan dalam skema
sanad harus cermat sehingga tidak menimbulkan persoalan ketika ditelusuri melalui
kitab-kitab rijal (kitab-kitab yang menerangkan keadaan para periwayat hadis).
Tanpa kecermatan penulisan dan penelitian nama-nama periwayat dapat
menyebabkan kesalahan dalam menilai sanad yang bersangkutan.
Nama-nama periwayat yang ditulis dalam skema sanad meliputi seluruh nama, mulai
dari periwayat pertama, sampai periwayat terakhir (mukharrij). Terkadang seorang
mukharrij memiliki lebih dari satu sanad untuk matan hadis yang sama ataupun
semakna.
Adapun lambang-lambang periwayatan, penulisannya harus sesuai dengan apa yang
tercantum dalam sanad yang bersangkutan. Selain itu, sebagaimana akan dijelaskan
pada bahasan selanjutnya bahwa metode periwayatan hadis ada delapan macam.
Al-Sima (mendengar), Al-Qira’ah ala Syaikh (membaca di hadapan guru), Al-Ijazah
(sertifikasi atau rekomendasi), Al-Munawalah (seorang ahli hadis memberikan
sebuah hadis, beberapa hadis atau sebuah kitab kepada muridnya agar sang murid
meriwayatkannya darinya), Al-Ilam (seorang syaikh memberikan kepada muridnya
bahwa hadis tertentu atau kitab tertentu merupakan bagian dri riwayat-riwayat
miliknya dan telah didengarnya atau diambilnya dari seseorang), Al-Wasiyah
(seorang guru berwasiat, sebelum bepergian jauh atau meninggal, agar kitab
riwayatnya diberikan kepada seseorang untuk meriwayatkan darinya), Al-Wijadah
(penemuan).
Dari kedelapan macam itu, ada yang memiliki tingkat akurasi yang tinggi dan ada
yang tingkat akurasinya rendah. Dengan demikian, pencantuman lambang-lambang
periwayatan dalam skema sanad harus dilakukan secara cermat dalam proses al-
tahammul wa al-ada. Tahammul al-hadis merupakan kegiatan menerima riwayat
hadis, sedang ada’ al-hadis merupakan kegiatan menyampaikan riwayat hadis.
Tabi’ dan Syahid
Tabi’ adalah hadis yang mengikuti periwayatan seorang perawi lain sejak pada
gurunya (yang terdekat) atau gurunya guru (yang terdekat tersebut).
Dengan kata lain, tabi’ adalah sebuah hadis yang periwayatannya mengikuti perawi
lain. Perawi lain itu meriwayatkan hadis tersebut dari gurunya, atau dari guru
gurunya dengan menggunakan lafal yang berdekatan.
Orang yang melakukan mutaba’ah (perbuatan mengikuti) disebut juga muttabi’ (
‫)متبع‬, sedangkan yang diikuti disebut mutaba’ (‫)متابع‬. Adapun hadis yang mengikuti
periwayatn hadis lain, disebut hadis mutabi’.
Mutaba’ah adakalanya dilakukan sejak awal sanad (dari guru yang terdekat sampai
dengan guru yang terjauh), dan adakalanya hanya pada gurunya guru yang terjauh.
Yang pertama disebut mutabi’ tam ( ‫ ) متابع تام‬yaitu hadis yang mengikuti periwayatan
seorang perawi (guru muttabi”) dari awal sampai akhir, sedang yang kedua disebut
muttabi’ qashir (‫ ) متابع قصير‬yaitu hadis yang mutaba’ahnya tidak dari awal sampai
akhir sanad.
Pengertian syahid adalah hadis yang periwayatannya mengikuti riwayat perawi lain
yang menerima dari sahabat lain, dengan matan yang sama, baik lafal maupun
maknanya, atau dalam maknanya saja. Secara sederhana bisa dikatakan, hadis yang
sumbernya berasal dari beberapa sahabat yang berbeda-beda, tetapi maknanya
sama.
Oleh karena itu, bila dalam mutaba’ah disyaratkan adanya sumber pengambilan
yang sama antara mutabi’ dan mutaba’, yaitu dari seorang sahabat, dalam syahid
sumber itu bisa dari beberapa sahabat yang berbeda. Atau dengan kata lain, syahid
adalah :‫ا‬
‫ ان يروي حديثا اخر بمعناه‬Artinya: meriwayatkan hadis lain dengan ada kesesuaian dalam
maknanya. Syahid ada dua macam, syahid lafdzi yaitu hadis yang menguatkan lafadz
matan hadis. Artinya, matan hadis yang diriwayatkan oleh seorang sahabat yang lain
itu, baik makna maupun redaksi matannya, sama dengan redaksi matan perawi lain.
Sednag syahid ma’nawi adalah hadis yang menguatkan makna hadis. Maksudnya,
matan hadis yang diriwayatkan oleh sahabat lain itu hanya sesuai dengan maknanya
saja.

Contoh
‫ ف ان غم عليكم ف اكملوا الع دة ثالثين‬, ‫الشهر تسع وعشرون فال تصوموا حتى ترو الهالل والتفطروا ح تى ت روه‬
‫يوما‬
‫ فاكملوا عدة شعبان ثالثين‬:‫ فكملوا ثالثين وفي لفظ مسلم فاقدروا له ثالثين وفي لفظ البخاري‬:‫وفى لفظ حزيمة‬
‫ابن عمر‬ ‫ابن عباس‬ ‫ابو هريرة‬

‫ابن دينار‬ ‫ابن زيد‬ ‫نافع‬


‫ابن حنين‬ ‫محمد بن زياد‬
‫مالك‬ ‫عاصم‬ ‫عيبد هللا‬

‫مسلم‬ ‫خزيمة ابن‬ ‫قعنبي‬ ‫شفعي‬


‫شعبة‬

‫بخاري‬ ‫نسائ‬

Dari contoh tersebut, hadis yang dicari mutabi’ dan syahidnya adalah hadis riwayat
Imam Syafi’I yang bersandar pada Qa’nabi. Contoh diatas sebagai muttabi’ tamnya
adalah hadis riwayat Qa’nabi adalah muttabi’ tam hadis riwayat Syafi’i. Sedangkan
muttabi’ qashirahnya adalah hadis riwayat Ibnu Huzaimah dan Imam Muslim.
Kemudian hadis riwayat an-Nasa’I adalah syahid lafdzi hadis riwayat Syafi’I, karena
menggunakan redaksi yang sama yaitu: ‫فاكملوا العدة ثالثين يوما‬, sementara hadis riwayat
Imam Bukhari merupakan syahid ma’nawi dengan menggunakan redaksi: ‫فاكملوا عدة‬
‫شعبان ثالثين‬.

C. Melakukan Penelitian sanad


Contoh Penelitian Sanad Hadis
Berikut ini akan dikemukakan contoh penelitian sanad hadis tentang “syafaat Nabi kepada
umatnya”.
Karena sanad hadis yang akan diteliti berjumlah banyak, maka salah satu sanad yang ada
dapat dipilih-dengan pertimbangan tertentu-untuk diteliti langsung secara cermat.
Sanad yang dipilih untuk diteliti langsung sebagai contoh dalam kegiatan ini adalah sanad
Imam al-Tirmizi, yang melalui sahabat Abu Hurairah. Contoh pilihan sengaja bukan sanad al-
Bukhari dan sanad Muslim, agar dengan demikian dapat terhindar dari anggapan bahwa
seluruh hadis al-Bukhari dan Muslim berkualitas shahih.
Bunyi riwayat hadis berdasarkan sanad al-Tirmizi melalui sahabat Abu Hurairah tersebut
sebagai berikut:
‫حدثنا ابوا كريب ح دثنا اي و معاوي ة عن االعمش عن ابي ص الح عن ابي هري رة ق ال ق ال رس ول هللا ص لك ل ن بي دع وة‬
‫مستجابة واني اختبعت دعوتي شفاعة المتي وهي نائلة ان شاء هللا من مات منهم ال شريك باهلل شيئا‬

(Al-Tirmizi berkata,) telah menyampaikan berita kepada kami (dengan metode al-sama’) Abu
Kuraib, telah menyampaikan kepada kami Abu Muawiyah (dengan metode sama), dari al-
A’masy, dari Abi Salih, dari Abi Hurairah, ia berkata: Rasulullah bersabda: “Setiap Nabi
tersedia baginya satu do’a mustajab (pasti dikabulkan oleh Allah SWT.). Dan aku masih
menyimpan permintaanku itu agar menjadi syafaaat untuk umatku, kelak, dan syafaatku itu-
Insya Allah- mencapai siapa saja dari umatku yang meninggal dunia dalam keadaan tidak
menyekutukan Allah dengan apapun selain-Nya”.
Setelah dilakukan kegiatan takhrij al-hadis, hadis di atas bersumber dari:
1. Al-Bukhari, Kitab al-Daawat, no. hadis 5829; dan al-Bukhari, Kitab al-Tauhid, no. hadis
6920.
2. Muslim, Kitab al-Imam, no. hadis 293, 294, 295, 296, 297, 298 dan 300.
3. Al-Tirmizi, kitab al-Dawat an Rasulillah, no. hadis. 3526.
4. Ibn Majah, kitab al-Zuhud, no. hadis 4297.
5. Ahmad Ibn Hambal, bab Baqi Musnad al-Muksirin, no. hadis 7389, 8602, 8780, 8935,
9140, 9185 dan 9920.
6. Malik, Kitab al-Nida’ li al-Salah, no. hadis 443.
7. Al-Darimi, kitab al-Riqaq, no. hadis 2685.

Kutipan hadis di atas diawali dengan haddatsana. Yang menyatakan kata itu adalah al-
Tirmizi yakni, penyusunan kitab al-Jami’. Karena al-Tirmizi sebagai mukharrij al-hadis, maka
dalam hal ini ia sebagai periwayat terakhir untuk hadis yang dikutip di atas.
Dalam mengemukakan riwayat, al-Tirmizi menyandarkan riwayatnya kepada Abu Kuraib.
Abu Kuraib yang disandari oleh al-Tirmizi tersebut, dalam ilmu hadis, disebut sebagai sanad
pertama. Dengan demikian, maka sanad terakhir untuk riwayat hadis di atas adalah Abu
Hurairah, yakni periwayat pertama karena dia sebagai sahabat Nabi yang bestatus sebagai
pihak pertama yang menyampaikan riwayat tersebut. Berikut ini dikemukakan urutan
periwayat dan urutan sanad untuk hadis di atas.
NAMA PERIWAYAT URUTAN SEBAGAI URUTAN SEBAGAI SANAD
PERIWAYAT
1. Abu Hurairah Periwayat I Sanad V
2. Abi Shalih Periwayat II Sanad IV
3. Al-A’masy Periwayat III Sanad III
4. Abu Muawiyah Periwayat IV Sanad II
5. Abu Kuraib Periwayat V Sanad I
6. Al-Tirmizi Periwayat VI Mukharrij al-Hadis
Dari daftar nama di atas tampak jelas bahwa periwayat pertama sampai dengan
periwayat keenam atau sanad pertama sampai sanad kelima, masing-masing satu orang.
Adapun lambang-lambang metode periwayatan yang dapat dicatat dari hadis tersebut
adalah haddasana, an, dan qala. Itu berarti terdapat perbedaaan metode periwayatan yang
digunakan oleh para periwayat dalam sanad hadis tersebut.
Dengan penjelasan di atas, maka dapat dikemukakan skema sanad al-Tirmizi sebagai
berikut:
‫‪Skema Sanad Hadis Riwayat al-Tirmizi Tentang Syafaat Nabi bagi Umatnya.‬‬

‫اللهرسول‬

‫ابي هريرة‬

‫قال‬
‫صالح ابي‬

‫عن‬
‫االعمش‬

‫عن‬
‫معاويةابو‬

‫عن‬
‫ابو كريب‬
‫حدثنا‬

‫الترمذي‬

‫‪Skema Sanad Hadis Riwayat al-Bukhari‬‬


‫رسول هللا‬

‫عن قال‬
‫ان‬ ‫ابي هريرة‬ ‫عن‬

‫االعرج‬ ‫ابو سلمة بن عبدهللا‬

‫حدثني‬ ‫عن‬
‫ابي الزناد‬ ‫الزهري‬

‫اخبرنا‬ ‫عن‬
‫مالك‬ ‫شعيب‬

‫عن‬ ‫حدثني‬
‫اسماعيل‬ ‫ابواليمان‬

‫البخاري‬
‫حدثنا‬ ‫حدثنا‬
‫‪Skema Sanad Imam Muslim‬‬
‫رسول هللا‬

‫جابر بن‬ ‫ابي هريرة‬

‫ابو الزبير‬ ‫عمروين ابي‬


‫ابن جريج‬ ‫ابن الشهاب‬
I’tibar:
Dari skema seluruh sanad hadis tentang “syafaat Nabi bagi Umatnya”, dapat diketahui
tentang periwayat yang berstatus syahid dan mutabi. Bila sanad yang diteliti adalah sanad al-
Tirmizi, maka periwayat Jabir Ibn Abd Allah berstatus syahid bagi periwayat Abu Hurairah
yang merupakan sahabat Nabi yang meriwayatkan hadis yang sedang diteliti. Untuk
mutabi’nya, al-Araj, Abu Salamah, Abu al-Zubair, Muhammad Ibn Ziyad, Abu Zurah Amr Ibn
Abi Sufyan, al-Qasim Ibn Muhammad, sebagai mutabi’ Abi Salih. Al-A’masy memiliki mutabi’
Abu al-Zinad, al-Zuhri, Ibn Juraij, Syubah Ibn al-Hajjaj, Imarah, Muhammad Ibn Muslim,
Muhammad Ibn Jafar. Abu Muawiyah memiliki mutabi’ Malik, Syuaib, Rauh, Muaz Ibn Muaz,
Jarir, Yunus, Ibn Akhi Ibn Syihab Yala, Mamar dan Abu Uwais. Abu Kuraib memiliki mutabi’
Ismail, Abu al-Yaman, Muhammad Ibn Ahmad, Ubaid Allah ibn Muaz, Qutaibah Ibn Said, Ibn
Wahb, Yaqub Ibn Ibrahim, Ishaq, Abd al-Rahman, Hisyam Ibn Yusuf, Abd al-Razaq, dan
seterusnya. Jadi semua sanad selain sahabat mempunyai mutabi’.
Dalam kegiatan ini, penelitian dapat dimulai pada periwayat pertama ataupun periwayat
terakhir (al-mukharrij). Pada contoh ini, penelitian dimulai pada periwayat terakhir, al-
Tirmidzi, lalu diikuti pada periwayat sebelum al-Tirmidzi, dan seterusnya sampai periwayat
pertama.
a. Al-Tirmizi
1). Nama lengkapnya: Muhammad Ibn Isa Ibn Saurah Ibn Musa Ibn al-Dahhak atau Ibn
al-Sakkan al-Sulami, atau Abu Isa al-Tirmidzi (209-279 H).
2). Guru dan muridnya di bidang periwayatan hadis: Guru al-Tirmidzi cukup banyak,
antara lain: Qutaibah Ibn Said, Ishaq Ibn Musa, Mahmud Ibn Gailan, Ali Ibn Hajar,
Muhammad Ibn Basyar, Sufyan Ibn Waki, Muhammad Ibn Ismail al-Bukhari. Murid-
muridnya antara lain: Abu Hamid Ahmad Ibn Abdullah Ibn Dawud al-Marwazi al-Tajir, al-
Hasim Ibn Kalib al-Syasyi, Muhammad Ibn Mahbub, Mahmud Ibn Numair.
3). Pernyataan para kritikus hadis tentang dirinya:
a). Al-Khalili: Dia itu stiqah muttafaqalaih
b). Ibn Hibban dalam kitab al-Siqat mengatakan: al-Tirmidzi adalah ulama’ pengumpul
hadis, penyusun kitab, penghafal hadis dan sering berdiskusi dengan para ulama’.
c) al-hakim Abu Abd Allah berkata: Saya mendengar Umar Ibn Akh berkata: Imam al-
Bukhari wafat dan tidak meninggalkan seorang ulama’ penggantinya di Khurasan seperti
Abu Isa al-Tirmidzi di bidang ilmu, kekuatan hafalan, wara’ dan kezuhudannya.
4). Al-Zahabi: pemilik kitab al-Jami’ al-Tsiqah.
Berdasarkan biografi rawi hadis di atas menunjukkan bahwa al-Tirmizi adalah perawi
terakhir dan sekaligus sebagai mukharrij yang menerima hadis dari Abu Kuraib. Al-Tirmizi
adalah periwayat yang Tsiqah, tidak seorang pun dari ulama’ kritikus hadis yang mencela
pribadinya dalam hal periwayatan hadis. Dengan demikian, sigah tahammul wa al-ada’
haddatsana yang dikemukakannya ketika menyandarkan riwayatnya dapat dipercaya.
Berarti antara al-Tirmizi dengan Abu Kuraib bersambung sanadnya.

b. Abu Kuraib
1). Nama lengkapnya: Muhammad Ibn Ala Ibn Kuraib al-Hamdani, atau Abu Kuraib al-
Kufi al-Hafidz (w. 248 H)
2). Guru dan muridnya di bidang periwayatan hadis: Guru-gurunya antara lain: Abd Allah
Ibn Idris, Hafz Ibn Qiyas, Abu Bakar Ibn Ayyas, Hasyim, Ibn al-Mubarak, Abu Muawiyah
al-Darir, Waki’, Muhammad Ibn Basyar al-Aqdi. Murid-muridnya antara lain: Jamaah,
Abu Hatim, Abu Zurah, Usman Ibn Khazraj, Abdullah Ibn Ahmad Ibn Hambal.
3). Pernyataan para kritikus hadis tentang dirinya:
a). Ibn Abi Hatim: Abu Kuraib saduq.
b). Marrah: Abu Kuraib siqah.
c). Abu Amr: Dia ahfaz
d). al-Hasan Ibn Abi Sufyan berkata: Muhammad Ibn Abd Allah Ibn Numair berkata:
“Tidak ada di Irak yang telah banyak hadisnya daripada Abu Kuraib”.
e). Abu Amr Ahmad Ibn Nasr al-Khaffaf berkata:”Aku tidak melihat para syaikh
setelah Ishaq yang lebih kuat hafalannya daripada Abu Kuraib.
Tidak seorangpun kritikus hadis yang mencela pribadi Abu Kuraib, karena beliau adalah
periwayat yang tsiqah. Dalam periwayatannya, Abu Kuraib memakai lambang al-
tahammul wa al-ada’ dari Abu Muawiyah dapat dipercaya. Hal ini berarti antara
keduanya sanadnya bersambung.

c. Abu Muawiyah
1). Nama lengkapnya: Muhammad Ibn Khazim al-Tamimi al-sadi, Abu Muawiyah al-Darir
al-Kufi (w. 195 H).
2). Guru dan muridnya di bidang periwayatan hadis. Guru-gurunya antara lain: Asim al-
Ahwal, Abu Malik al-Asyjai, Said, al-A’masy, Dawud Ibn Abi Hindi, Ja’far Ibn Barqain,
Suhail Ibn Abi Salih, Abu Sufyan al-Sadi. Murid-muridnya antara lain: Ibrahim, Ibn Juraij,
Yahya al-Qattan, Ahmad Ibn Hambal, Ishaq Ibn Rahawaih, Abu Kuraib, Muhammad Ibn
salam al-Baikandi, Muhammad Ibn Abdullah An-Numair.
3). Pernyataan para kritikus hadis tentang dirinya.
a). Muawiyah Ibn Salih: Dia adalah sahabat al-Amasy yang paling kokoh.
b). Ibn al-Kharasy: Dia adalah saduq
c). Ibn Hibban: Dia orang yang hafidz lagi teliti
d). Ibn Abi Hatim: Dia adalah orang paling kokoh ingatannya.
Abu Muawiyah telah disepakati ta’dilnya oleh para ulama’ kritikus hadis, beliau
berperingkat tsiqah. Walaupun beliau menggunakan lambang al-tahammul wa al-Ada’
dalam menerima riwayat hadis dari al-A’masy, namun belaiu adalah perawi yang tsiqah
dan salah seorang murid dari al-Amasy adaalh bersambun. Hadis sepakat memberikan
pujian yang tinggi kepad al-A’masy adalah bersambung.
Para krtikus
d. Al-A’masy
1). Nama lengkapnya: Sulaiman Ibn Mahrus al-Asadi al-Kalili (w.147 H). Beliau adalah
budak dari Abu Muhammad al-Kufi al-Amasy.
2). Guru dan muridnya di bidang periwayatan hadis: Guru-gurunya antara lain: Anas, Abd
Allah Ibn Abi Auf, Zaid Ibn Wahb, Abu Wail, Abu Amr al-Syaibani, Qais Ibn Abi Hazm, Abu
Hazim al-Asyjai. Murid-muridnya antara lain: al-Hakim Ibn Utaibah, Zubaid al-Yami, Abu
Ishaq al-Sabi, Sulaiman al-Taimi, Suhail Ibn Abi Salih, Jarir Ibn Hazim, Abd Allah Ibn Idris
Ibn al-Mubarak.
3). Pernyataan para kritikus hadis tentang dirinya:
a). Al-Ajli: Dia adalah orang yang tsiqah lagi kokoh ingatannya
b). Ibn Main: Tsiqah
c). Al-Nasai: Tsiqah sabt
Para kritikus hadis sepakat memberikan pujian yang tinggi kepada al-A’masy bahwa
beliau adalah periwayat hadis yang tsiqah. Walaupun beliau menggunakan lambang
lahamul wa al-ada’ an dalam menerima riwayat hadis dari Abu Salih, namun beliau
adalah seorang perawi yang dapat dipercaya dan salah seorang murid dari Abu Salih,
sehingga antara al-A’masy dan Abu Salih ada persambungan sanad hadis.
e. Abu Salih
1). Nama lengkapnya: Zakwan, Abu Salih al-saman al-zayyat al-Madani (w. 101 H), budak
Juwariyah bint. Al-Ahmas al-Qatafani.
2). Guru dan muridnya dibidang periwayatan hadis: Guru-gurunya antara lain: Abu
Hurairah, Abu al-Darda’, Abu Said al-Khudri, Uqail Ibn Abi Talib, Jabir, Ibn Umar,
Muawiyah, Ummi Habibah, Ummi Salamah. Murid-muridnya antara lain: Suhail
(anaknya), Salih, Abd Allah, Ata Ibn Abi Rubah, Abdullah Ibn Rubah, Abdullah Ibn Dinar,
Raja Ibn Hiwah, Zaid Ibn Aslam, al-A’masy, Abu Hazim Salamah Ibn Dinar.
3). Pernyataan para kritikus hadis tentang dirinya:
a). Abdullah Ibn Muhammad: Tsiqah
b). Ibn Main: Tsiqah
c). Abu Hatim: Tsiqah, Salih al-Hadis
d). Al-saj’i: Tsiqah saduq
e). Al-Ijli: Tsiqah
f). Ibn Sad: Tsiqah
Pujian kepada beliau yaitu tsiqah. Meskipun dalam periwayatan hadisnya menggunakan
lambang al-tahammul wa al-ada’ an, namun beliau adalah periwayat hadis yang dapat
dipercaya maka sanad antara dirinya dengan Abu Hurairah adalah bersambung.
f. Abu Hurairah
1). Nama lengkapnya: Abd al-rahman Ibn sakhr, namun beliau terkenal dengan sebutan
Abu Hurairah (w.57 H).
2). Guru dan muridnya di bidang periwayatan hadis: Guru-gurunya antara lain: Nabi
Muhammad SAW., Abu Bakar, Umar, fadl Ibn Abbas Ibn Abd al-Muttalib, Ubay Ibn Ka’b,
Usman Ibn Zaid, Aisyah. Murid-muridnya antara lain: al-Muharrir (anaknya), Ibn Abbas,
Ibn Umar, Anas, Jabir, Marwan Ibn al-Hakam, Said Ibn al-Musayyib, Abdullah Ibn Abd al-
Rahman, Ata Ibn Yazid al-Laisi, Yusuf Ibn Mahak, Abu salih Ibn al-saman, Naim Ibn
Abdullah al-Mujmar, Hammam Ibn Munabbih.
3). Pernyataan para kritikus hadis tentang dirinya:
a). Al-Bukhari: Ada kurang lebih 800 orang yang mengambil riwayat darinya, baik dari
kalangan sahabat, tabi’in maupun lainnya.
b). Al-Araj: Abu Hurairah paling banyak meriwayatkan hadis dari rasulullah.
c). Ibn Umar: Abu Hurairah adalah seorang yang lebih baik dan tahu (tentang hadis)
dariku.
d). Talhah Ibn Ubaidillah: Ia adalah seorang yang begitu dekat dengan Nabi SAW. dan
tidak diragukan lagi bahwa ia mendengar dari Nabi SAW. sesuatu yang tidak kita dengar.
Abu Hurairah adalah seorang sahabat yang dekat dengan Nabi SAW., beliau banyak
meriwayatkan hadis sehingga tidak diragukan lagi keadilannya. Tidak ada seorang
kritikus hadis yang mencela pribadinya dalam menyampaikan hadis. Lambang al-
tahammul wa al-ada’ yang beliau gunakan adalah qala. Menurut sebagian ulama’, kata
qala merupakan salah satu bentuk berita yang menunjukkan bahwa hadis yang
disampaikan oleh seorang sahabat diterima dari Nabi dengan cara al-sama’. Dengan
demikian sanad antara Abu Hurairah dengan Nabi bersambung.
1. Meneliti kemungkinan adanya syuzuz dan illah
Kekuatan sanad al-Tirmizi yang diteliti ini makin meningkat bila dikaitkan dengan
pendukung berupa mutabi’. Sanad yang memiliki mutabi’ terletak pada sanad-sanad
pertama, kedua, ketiga, keempat dan kelima. Dengan demikian, semua sanad memiliki
mutabi’. Hanya sanad terakhir, yaitu sahabat Abu Hurairah yang tidak memiliki syahid.
Ketiadaan syahid bagi periwayat yang bersangkutan karena sahabat Abu Hurairah adalah
orang yang tsiqah tanpa syarat. Secara keseluruhan, dukungan yang berasal dari sanad-
sanad al-Bukhari, Muslim, Ibn Majah, dan Ahmad Ibn Hambal telah makin menambah
kekuatan sanad al-Tirmizi bila ternyata semua sanad dari para mukharij itu berkualitas sahih
juga.
Dengan alasan-alasan tersebut, sangat kecil kemungkinan-nya bahwa sanad al-
Tirmizi yang diteliti ini mengandung syuzuz (kejanggalan) ataupun illat (cacat). Karena, telah
memenuhi syarat apabila sanad al-Tirmizi yang diteliti ini dinyatakan terhindar dari syuzuz
dan illah.

D. Mengambil Kesimpulan
Melihat analisa sanad hadis di atas, dapat dilihat bahwa seluruh periwayatan hadis
dalam sanad al-Tirmizi di atas bersifat Tsiqah dan sanadnya bersambung dari sumber
hadis yakni Nabi sampai kepada periwayat terakhir al-Tirmizi yang sekaligus sebagai
mukharrij al-Hadis. Hal ini berarti sanad hadis yang diteliti. Sanad hadis tentang “syafa’at
Nabi kepada Umatnya” yang diriwayatkan oleh al-Tirmizi berkualitas shahih al-Sanad.

Anda mungkin juga menyukai