Kasus Chernobyl Disaster

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 32

ETIKA PROFESI

KASUS “CHERNOBYL DISASTER”

Disusun Oleh:
Nama Anggota/NPM : 1. Agus Bima Sakti / 30418311

2. Faishal Hilmy / 32418421

3. Muhammad Rizaldi / 34418379

4. Zaki Farhan Adiputra / 37418575

Kelompok : 2 (Dua)

Kelas : 4ID02

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Isu masalah energi adalah salah satu isu masalah yang cukup penting dan
banyak dibicarakan di seluruh dunia. Berbagai negara berlomba-lomba dalam
menciptakan energi alternatif terbarukan yang ramah lingkungan dan banyak negara
yang telah meninggalkan energi fosil karena faktor lingkungan.
Nukir atau energi nuklir adalah energi yang dihasilkan dengan mengendalikan
reaksi nuklir. Energi nuklir merupakan salah satu sumber energi di alam ini yang
diketauhi manusia bagaimana mengubahnya menjadi energi panas dan listrik.
Pemanfaatan teknologi nuklir untuk pembangkit energi telah memberikan sumbangan
17% kebutuhan listrik dunia saat ini. Tetapi beberapa pihak banyak yang menentang
penggunaan energi nukir terkait tiga hal yaitu ketakutan akan resiko kecelakaan
nuklir, kekhawatiran penyalahgunaan tenaga nuklir untuk senjata dan keberadaan
limbah radioaktif.
Isu energi nuklir yang berkembang saat ini tentang penggunaan energi nuklir
dalam bentuk bom nuklir dan bayangan buruk tentang musibah hancurnya reaktor
Chernobyl merupakan salah satu contoh pencemaran zat radioaktif terbesar di dunia
yang pernah terjadi, isu-isu ini telah membentuk bayangan buruk dan menakutkan
tentang nuklir dan pengembangannya.

1.2 Tujuan Studi Kasus


Laporan yang dibuat kali ini memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai.
Berikut adalah tujuannya yaitu:
1. Mengetahui penyebab kasus meledaknya reaktor nuklir di Chernobyl.
2. Mengetauhi pelanggaran etika yang terjadi pada kasus reaktor nuklir di
Chernobyl.
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah merupakan ruang lingkup masalah atau upaya membatasi
ruang lingkup masalah yang terlalu luas sehingga penelitian itu dapat lebih fokus
untuk dilakukan. Berikut merupakan batasan masalah yang terdapat pada laporan ini:
1. Kegiatan pembuatan laporan hanya mengidentifikasi masalah pada kasus
reaktor nuklir di Chernobyl.
2. Kegiatan pembuatan laporan hanya dilakukan selama pelaksanaan kegiatan
pembuatan laporan studi kasus etika profesi berlangsung.

1.4 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan merupakan penjabaran atau urutan dalam
menyelesaikan sebuah riset maupun penelitian ilmiah. Berikut merupakan
Penjabaran sistematika penulisan pada setiap babnya:
BAB I PENDAHULUAN
Pengantar ini menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penulisan, Batasan masalah dan sistematika penulisan yang dapat
dimasukan dalam laporan penulisan ilmiah.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Pustaka adalah sebuah konsep pernyataan yang tertata rapi dan
sistematis memiliki variabel dalam penelitian karena landasan teori
menjadi landasan yang kuat dalam penelitian yang akan dilakukan.
Tujuannya adalah sebagai acuan untuk penulisan.
BAB III DESKRIPSI KASUS
Bagian ini menjelaskan kronologi kasus yang dilengkapi dengan fakta-
fakta yang terkait, pihak-pihak terkait dan dampak dan tindakan yang
ada pada kasus tersebut
BAB IV ANALISIS
Bagian ini merupakan pembahasan dan analisis dari kasus The
Chernobly Disaster
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab penutup terdiri dari kesimpulan dan atau saran. Kesimpulan
merupakan jawaban atas permasalahan yang dirumuskan dalam latar
belakang. Semua hasil yang ditemukan dalam bab utama dikemukakan
pada bagian ini. Selanjutnya terdapat saran yaitu sebuah pendapat atau
usul dalam proses penelitian dengan tujuan agar dapat dijadikan
masukan yang dapat mengevaluasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Etika Profesi
Menurut Martin (1993), etika didefinisikan sebagai “the discpline which can
act as the performance index or reference for our control system”. Dengan demikian,
etika akan memberikan semacam batasan maupun standar yang akan mengatur
pergaulan manusia di dalam kelompok sosialnya. Dalam pengertiannya yang secara
khusus dikaitkan dengan seni pergaulan manusia, etika ini kemudian dirupakan dalam
bentuk aturan (code) tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan
prinsipprinsip moral yang ada dan pada saat yang dibutuhkan akan bisa difungsikan
sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang secara logika-rasional
umum (common sense) dinilai menyimpang dari kode etik. Dengan demikian etika
adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self control”, karena segala sesuatunya
dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepenringan kelompok sosial (profesi) itu
sendiri.
Selanjutnya, karena kelompok profesional merupakan kelompok yang
berkeahlian dan berkemahiran yang diperoleh melalui proses pendidikan dan
pelatihan yang berkualitas dan berstandar tinggi yang dalam menerapkan semua
keahlian dan kemahirannya yang tinggi itu hanya dapat dikontrol dan dinilai dari
dalam oleh rekan sejawat, sesama profesi sendiri. Kehadiran organisasi profesi
dengan perangkat “built-in mechanism” berupa kode etik profesi dalam hal ini jelas
akan diperlukan untuk menjaga martabat serta kehormatan profesi, dan di sisi lain
melindungi masyarakat dari segala bentuk penyimpangan maupun penyalah-gunaan
kehlian (Wignjosoebroto, 1999).
Oleh karena itu dapatlah disimpulkan bahwa sebuah profesi hanya dapat
memperoleh kepercayaan dari masyarakat, bilamana dalam diri para elit profesional
tersebut ada kesadaran kuat untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin
memberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat yang memerlukannya. Tanpa
etika profesi, apa yang semual dikenal sebagai sebuah profesi yang terhormat akan
segera jatuh terdegradasi menjadi sebuah pekerjaan pencarian nafkah biasa (okupasi)
yang sedikitpun tidak diwarnai dengan nilai-nilai idealisme dan ujung-ujungnya akan
berakhir dengan tidak-adanya lagi respek maupun kepercayaan yang pantas diberikan
kepada para elite profesional ini.

2.1.1 Pengertian Etika


Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup
tingkat internasional di perlukan suatu system yang mengatur bagaimana seharusnya
manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati
dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler dan lain-lain.
Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-
masing yang terlibat agara mereka senang, tenang, tentram, terlindung tanpa
merugikan kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang tengah dijalankan
sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan hak-hak
asasi umumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh kembangnya etika di masyarakat
kita. Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan
manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan
mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata
Yunani ETHOS yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-
ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik, seperti yang dirumuskan oleh beberapa
ahli berikut ini :
• Drs. O.P. SIMORANGKIR : etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam
berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
• Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang tingkah
laku perbuatan manusia dipandang dari seg baik dan buruk, sejauh yang dapat
ditentukan oleh akal.
• Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai
nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya.
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika
memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian
tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan
bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu kita
untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang
pelru kita pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau
sisi kehidupan kita, dengan demikian etika ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian
sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya.
Ada dua macam etika yang harus kita pahami bersama dalam menentukan baik dan
buruknya prilaku manusia :
1. ETIKA DESKRIPTIF, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan
rasional sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam
hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta
sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang prilaku atau sikap yang mau
diambil.
2. ETIKA NORMATIF, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan
pola prilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai
sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi
norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.
Etika secara umum dapat dibagi menjadi :
a. ETIKA UMUM, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia
bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori
etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia
dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu
tindakan. Etika umum dapat di analogkan dengan ilmu pengetahuan, yang
membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori.
b. ETIKA KHUSUS, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam
bidang kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud : Bagaimana saya
mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan
khusus yang saya lakukan, yang didasari oleh cara, teori dan prinsip-prinsip
moral dasar. Namun, penerapan itu dapat juga berwujud : Bagaimana saya
menilai perilaku saya dan orang lain dalam bidang kegiatan dan kehidupan
khusus yang dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan manusia
bertindak etis : cara bagaimana manusia mengambil suatu keputusan atau
tidanakn, dan teori serta prinsip moral dasar yang ada dibaliknya.
ETIKA KHUSUS dibagi lagi menjadi dua bagian :
a. Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap
dirinya sendiri.
b. Etika sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku
manusia sebagai anggota umat manusia.
Perlu diperhatikan bahwa etika individual dan etika sosial tidak dapat dipisahkan
satu sama lain dengan tajam, karena kewajiban manusia terhadap diri sendiri dan
sebagai anggota umat manusia saling berkaitan. Etika sosial menyangkut hubungan
manusia dengan manusia baik secara langsung maupun secara kelembagaan
(keluarga, masyarakat, negara), sikap kritis terhadpa pandanganpandangana dunia dan
idiologi-idiologi maupun tanggung jawab umat manusia terhadap lingkungan hidup.
Dengan demikian luasnya lingkup dari etika sosial, maka etika sosial ini terbagi atau
terpecah menjadi banyak bagian atau bidang.

2.1.2 Pengertian Profesi


Istilah profesi telah dimengerti oleh banyak orang bahwa suatu hal yang
berkaitan dengan bidang yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian,
sehingga banyak orang yang bekerja tetap sesuai. Tetapi dengan keahlian saja yang
diperoleh dari pendidikan kejuruan, juga belum cukup disebut profesi. Tetapi perlu
penguasaan teori sistematis yang mendasari praktek pelaksanaan, dan hubungan
antara teori dan penerapan dalam praktek.
Menurut DE GEORGE, timbul kebingungan mengenai pengertian profesi itu
sendiri, sehubungan dengan istilah profesi dan profesional. Kebingungan ini timbul
karena banyak orang yang profesional tidak atau belum tentu termasuk dalam
pengertian profesi. Berikut pengertian profesi dan profesional menurut DE GEORGE,
profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan
nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian. Profesional adalah orang yang
mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan
mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Atau seorang profesional adalah seseorang
yang hidup dengan mempraktekkan suatu keahlian tertentu atau dengan terlibat dalam
suatu kegiatan tertentu yang menurut keahlian, sementara orang lain melakukan hal
yang sama sebagai sekedar hobi, untuk senang-senang, atau untuk mengisi waktu
luang.
CIRI-CIRI PROFESI
Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi, yaitu :
1. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini
dimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.
2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya setiap
pelaku profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.
3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi harus
meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.
4. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu
berkaitan dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan
berupa keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka untuk
menjalankan suatu profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus.
5. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.
Dengan melihat ciri-ciri umum profesi di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa
kaum profesional adalah orang-orang yang memiliki tolak ukur perilaku yang berada
di atas ratarata. Di satu pihak ada tuntutan dan tantangan yang sangat berat, tetapi di
lain pihak ada suatu kejelasan mengenai pola perilaku yang baik dalam rangka
kepentingan masyarakat. Seandainya semua bidang kehidupan dan bidang kegiatan
menerapkan suatu standar profesional yang tinggi, bisa diharapkan akan tercipta suatu
kualitas masyarakat yang semakin baik.
PRINSIP-PRINSIP ETIKA PROFESI :
1. Tanggung jawab
- Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.
- Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau
masyarakat pada umumnya.
2. Keadilan. Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa
yang menjadi haknya.
3. Otonomi. Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan di beri
kebebasan dalam menjalankan profesinya.
SYARAT-SYARAT SUATU PROFESI :
- Melibatkan kegiatan intelektual.
- Menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.
- Memerlukan persiapan profesional yang alam dan bukan sekedar latihan.
- Memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan.
- Menjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang permanen.
- Mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi.
- Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
- Menentukan baku standarnya sendiri, dalam hal ini adalah kode etik.
PERANAN ETIKA DALAM PROFESI :
• Nilai-nilai etika itu tidak hanya milik satu atau dua orang, atau segolongan orang
saja, tetapi milik setiap kelompok masyarakat, bahkan kelompok yang paling
kecil yaitu keluarga sampai pada suatu bangsa. Dengan nilai-nilai etika tersebut,
suatu kelompok diharapkan akan mempunyai tata nilai untuk mengatur
kehidupan bersama.
• Salah satu golongan masyarakat yang mempunyai nilai-nilai yang menjadi
landasan dalam pergaulan baik dengan kelompok atau masyarakat umumnya
maupun dengan sesama anggotanya, yaitu masyarakat profesional. Golongan ini
sering menjadi pusat perhatian karena adanya tata nilai yang mengatur dan
tertuang secara tertulis (yaitu kode etik profesi) dan diharapkan menjadi
pegangan para anggotanya.
• Sorotan masyarakat menjadi semakin tajam manakala perilaku-perilaku sebagian
para anggota profesi yang tidak didasarkan pada nilai-nilai pergaulan yang telah
disepakati bersama (tertuang dalam kode etik profesi), sehingga terjadi
kemerosotan etik pada masyarakat profesi tersebut. Sebagai contohnya adalah
pada profesi hukum dikenal adanya mafia peradilan, demikian juga pada profesi
dokter dengan pendirian klinik super spesialis di daerah mewah, sehingga
masyarakat miskin tidak mungkin menjamahnya.

2.2 Kode Etik Profesi


Kode yaitu tanda-tanda atau simbol-simbol yang berupa kata-kata, tulisan atau
benda yang disepakati untuk maksud-maksud tertentu, misalnya untuk menjamin
suatu berita, keputusan atau suatu kesepakatan suatu organisasi. Kode juga dapat
berarti kumpulan peraturan yang sistematis.
Kode etik yaitu norma atau azas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu
sebagai landasan tingkah laku sehari-hari di masyarakat maupun di tempat kerja.
MENURUT UU NO. 8 (POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN) Kode etik profesi
adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugas dan
dalam kehidupan sehari-hari. Kode etik profesi sebetulnya tidak merupakan hal yang
baru. Sudah lama diusahakan untuk mengatur tingkah laku moral suatu kelompok
khusus dalam masyarakat melalui ketentuanketentuan tertulis yang diharapkan akan
dipegang teguh oleh seluruh kelompok itu. Salah satu contoh tertua adalah ;
SUMPAH HIPOKRATES, yang dipandang sebagai kode etik pertama untuk profesi
dokter.
Hipokrates adalah doktren Yunani kuno yang digelari : BAPAK ILMU
KEDOKTERAN. Beliau hidup dalam abad ke-5 SM. Menurut ahli-ahli sejarah belum
tentu sumpah ini merupakan buah pena Hipokrates sendiri, tetapi setidaknya berasal
dari kalangan muridmuridnya dan meneruskan semangat profesional yang diwariskan
oleh dokter Yunani ini. Walaupun mempunyai riwayat eksistensi yang sudah-sudah
panjang, namun belum pernah dalam sejarah kode etik menjadi fenomena yang begitu
banyak dipraktekkan dan tersebar begitu luas seperti sekarang ini. Jika sungguh benar
zaman kita di warnai suasana etis yang khusus, salah satu buktinya adalah peranan
dan dampak kode-kode etik ini. Profesi adalah suatu MORAL COMMUNITY
(MASYARAKAT MORAL) yang memiliki cita-cita dan nilai-nilai bersama. Kode
etik profesi dapat menjadi penyeimbang segi segi negative dari suatu profesi,
sehingga kode etik ibarat kompas yang menunjukkan arah moral bagi suatu profesi
dan sekaligus juga menjamin mutu moral profesi itu dimata masyarakat.
Kode etik bisa dilihat sebagai produk dari etika terapan, seban dihasilkan
berkat penerapan pemikiran etis atas suatu wilayah tertentu, yaitu profesi. Tetapi
setelah kode etik ada, pemikiran etis tidak berhenti. Kode etik tidak menggantikan
pemikiran etis, tapi sebaliknya selalu didampingi refleksi etis. Supaya kode etik dapat
berfungsi dengan semestinya, salah satu syarat mutlak adalah bahwa kode etik itu
dibuat oleh profesi sendiri. Kode etik tidak akan efektif kalau di drop begitu saja dari
atas yaitu instansi pemerintah atau instansi-instansi lain; karena tidak akan dijiwai
oleh cita-cita dan nilai-nilai yang hidup dalam kalangan profesi itu sendiri. Instansi
dari luar bisa menganjurkan membuat kode etik dan barang kali dapat juga membantu
dalam merumuskan, tetapi pembuatan kode etik itu sendiri harus dilakukan oleh
profesi yang bersangkutan. Supaya dapat berfungsi dengan baik, kode etik itu sendiri
harus menjadi hasil SELF REGULATION (pengaturan diri) dari profesi.
Dengan membuat kode etik, profesi sendiri akan menetapkan hitam atas putih
niatnya untuk mewujudkan nilai-nilai moral yang dianggapnya hakiki. Hal ini tidak
akan pernah bisa dipaksakan dari luar. Hanya kode etik yang berisikan nilai-nilai dan
citacita yang diterima oleh profesi itu sendiri yang bis mendarah daging dengannya
dan menjadi tumpuan harapan untuk dilaksanakan untuk dilaksanakan juga dengan
tekun dan konsekuen. Syarat lain yang harus dipenuhi agar kode etik dapat berhasil
dengan baik adalah bahwa pelaksanaannya di awasi terus menerus. Pada umumnya
kode etik akan mengandung sanksi-sanksi yang dikenakan pada pelanggar kode etik.

2.2.1 Sanksi Pelanggaran Kode Etik


Kasus-kasus pelanggaran kode etik akan ditindak dan dinilai oleh suatu dewan
kehormatan atau komisi yang dibentuk khusus untuk itu. Karena tujuannya adalah
mencegah terjadinya perilaku yang tidak etis, seringkali kode etik juga berisikan
ketentuan-ketentuan profesional, seperti kewajiban melapor jika ketahuan teman
sejawat melanggar kode etik. Ketentuan itu merupakan akibat logis dari self
regulation yang terwujud dalam kode etik; seperti kode itu berasal dari niat profesi
mengatur dirinya sendiri, demikian juga diharapkan kesediaan profesi untuk
menjalankan kontrol terhadap pelanggar. Namun demikian, dalam praktek seharihari
control ini tidak berjalan dengan mulus karena rasa solidaritas tertanam kuat dalam
anggotaanggota profesi, seorang profesional mudah merasa segan melaporkan teman
sejawat yang melakukan pelanggaran. Tetapi dengan perilaku semacam itu solidaritas
antar kolega ditempatkan di atas kode etik profesi dan dengan demikian maka kode
etik profesi itu tidak tercapai, karena tujuan yang sebenarnya adalah menempatkan
etika profesi di atas pertimbangan-pertimbangan lain. Lebih lanjut masing-masing
pelaksana profesi harus memahami betul tujuan kode etik profesi baru kemudian
dapat melaksanakannya.
Kode Etik Profesi merupakan bagian dari etika profesi. Kode etik profesi
merupakan lanjutan dari norma-norma yang lebih umum yang telah dibahas dan
dirumuskan dalam etika profesi. Kode etik ini lebih memperjelas, mempertegas dan
merinci norma-norma ke bentuk yang lebih sempurna walaupun sebenarnya norma-
norma tersebut sudah tersirat dalam etika profesi. Dengan demikian kode etik profesi
adalah sistem norma atau aturan yang ditulis secara jelas dan tegas serta terperinci
tentang apa yang baik dan tidak baik, apa yang benar dan apa yang salah dan
perbuatan apa yang dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh seorang profesional.

2.2.2 Tujuan Kode Etik Profesi


Kode etik yang ada dalam masyarakat Indonesia cukup banyak dan bervariasi.
Umumnya pemilik kode etik adalah organisasi kemasyarakatan yang bersifat
nasional, misalnya Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), kode etik Ikatan Penasehat
HUKUM Indonesia, Kode Etik Jurnalistik Indonesia, Kode Etik Advokasi Indonesia
dan lain-lain. Ada sekitar tiga puluh organisasi kemasyarakatan yang telah memiliki
kode etik.
1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
4. Untuk meningkatkan mutu profesi.
5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
6. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
7. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
8. Menentukan baku standarnya sendiri.
Adapun fungsi dari kode etik profesi adalah :
1. Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas
yang digariskan.
2. Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan.
3. Mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan etika
dalam keanggotaan profesi. Etika profesi sangatlah dibutuhkan dlam berbagai
bidang.
Suatu gejala agak baru adalah bahwa sekarang ini perusahaan-perusahan swasta
cenderung membuat kode etik sendiri. Rasanya dengan itu mereka ingin
memamerkan mutu etisnya dan sekaligus meningkatkan kredibilitasnya dan karena
itu pada prinsipnya patut dinilai positif.

BAB III
DESKRIPSI KASUS

3.1 Kronologi Kasus


Salah satu kecelakaan nuklir yang hingga kini diingat oleh masyarakat dunia
adalah meledaknya Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Chernobyl.
Kecelakaan itu terjadi 34 tahun yang lalu tepatnya pada 26 April 1986 di Ukraina
yang pada saat itu masih bergabung dengan Rusia. Bencana Chernobyl adalah
kecelakaan reaktor nuklir terburuk dalam sejarah. Pada tanggal 26 April 1986 pukul
01:23:40 pagi (UTC+3), reaktor nomor 4 di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Chernobyl yang terletak di Uni Soviet di dekat Pripyat di Ukraina meledak.
Akibatnya, isotop radioaktif dalam jumlah besar tersebar ke atmosfer di seluruh
kawasan Uni Soviet bagian barat dan Eropa. Bencana nuklir ini dianggap sebagai
kecelakaan nuklir terburuk sepanjang sejarah, dan merupakan satu dari dua
kecelakaan yang digolongkan dalam level 7 pada Skala Kejadian Nuklir
Internasional. Jumlah pekerja yang dilibatkan untuk menanggulangi bencana ini
sekitar 500.000 orang, dan menghabiskan dana sebesar 18 miliar rubel dan
mempengaruhi ekonomi Uni Soviet. Ribuan penduduk terpaksa diungsikan dari Kota
Chernobyl.
Bencana dimulai ketika sedang dilakukan pengujian sistem di reaktor nomor 4
pembangkit Chernobyl yang letaknya dekat Pripyat dan dekat dengan perbatasan
administratif dengan Belarus dan Sungai Dnieper. Kemudian terjadi lonjakan energi
secara tiba-tiba dan tak diduga, dan ketika sedang mencoba mematikan darurat,
terjadi lonjakan daya sangat tinggi yang menyebabkan tangki reaktor pecah diikuti
serangkaian ledakan uap. Kejadian ini melepaskan moderator neutron grafit di reaktor
ke udara, sehingga menyala. Kebakaran yang dihasilkan berlangsung seminggu penuh
dan melepaskan debu partikel radioaktif ke atmosfer secara meluas, termasuk Pripyat.
Debu kemudian tersebar ke kawasan Uni Soviet bagian barat dan Eropa. Menurut
data resmi pasca-Soviet, sekitar 60% debu jatuh di Belarus. 36 jam setelah insiden
ini, otoritas Soviet memberlakukan zona eksklusi 10-kilometer yang menyebabkan
evakuasi cepat 49.000 orang beserta hewan mereka, terutama dari pusat populasi
terbesar dekat reaktor, kota Pripyat. Meskipun tidak dikomunikasikan saat itu,
evakuasi langsung setelah insiden tidak disarankan karena jalanan keluar kota
dipenuhi dengan debu yang berisi partikel nuklir didalamnya, kotanya sendiri cukup
aman karena diuntungkan oleh arah angin, sehingga penduduk disarankan untuk
berdiam di rumah sebelum dievakuasi sebelum arah angin berubah.
Karena debu terus menerus dihasilkan, zona evakuasi diperbesar dari 10 menjadi
30 km sekitar seminggu setelah insiden, mengakibatkan 68.000 penduduk lagi harus
dievakuasi, termasuk dari kota Chernobyl sendiri. Survei dan deteksi dari zona
terisolasi menyebutkan bahwa total ada sekitar 135.000 orang pengungsi "jangka
panjang". Jumlah ini naik hampir 3 kali lipat menjadi 350.000 orang pada dekade
setelahnya, 1986-2000. Rusia, Ukraina, dan Belarusia terbebani dengan
dekontaminasi terus menerus dan biaya kompensasi bulanan akibat bencana
Chernobyl. Bencana ini meningkatkan perhatian mengenai reaktor fisi di seluruh
dunia dan ratusan proposal reaktor, termasuk diantaranya yang sedang dibangun di
Chernobyl akhirnya dibatalkan. Insiden ini juga meningkatkan perhatian mengenai
budaya keamanan di industri tenaga nuklir Soviet, menurunkan pertumbuhan industri
dan memaksa pemerintah untuk lebih terbuka mengenai prosedurnya. Pemerintah
yang berusaha menutup-nutupi bencana ini menjadi "katalis" untuk glasnost, yang
"memuluskan jalan bagi reformasi yang berakhir pada kolapsnya Soviet".

3.2 Pihak-Pihak yang Terkait


Peran dari tiga tokoh utama menjadi pusat perhatian adalah Direktur pembangkit
listrik Viktor Bryukhanov, kepala insinyur Nikolai Fomin dan wakil kepala insinyur
Anatoly Dyatlov. Ketiga pria itu dijatuhi hukuman 10 tahun di kamp kerja paksa
karena peran mereka dalam bencana nuklir terbesar itu dan pencipta serial Chernobyl,
Craig Mazin, menyatakan bahwa Dyatlov khususnya adalah "pengganggu sejati",
yang kemudian membuat pernyataan yang tidak kredibel.
Viktor Petrovich Bryukhanov lahir pada tanggal 1 Desember 1935 di kota
Tashkent, Uzbekistan merupakan manajer pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga
Nuklir Chernobyl dan direktur pembangkit dari tahun 1970 hingga 1986. Dia adalah
putra tertua, dari empat bersaudara. Ayahnya dulu bekerja sebagai tukang kaca dan
ibunya adalah seorang wanita pembersih. Dia kemudian menjadi satu-satunya saudara
laki-lakinya yang menerima pendidikan tinggi mencapai gelar dari Departemen
Energi Politeknik Tashkent di bidang teknik listrik pada tahun 1959. Setelah lulus, ia
ditawari pekerjaan di Akademi Ilmu Pengetahuan Uzbekistan. Dia bekerja di
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Angren dengan posisi berikut: pemasang de-aerator
tugas, pengemudi pompa umpan, asisten pengemudi turbin, pengemudi turbin,
insinyur bengkel turbin senior, pengawas shift dan menjadi direktur bengkel setahun
kemudian. Pada tahun 1966, ia diundang untuk bekerja di Pembangkit Listrik Tenaga
Panas Slavyanskaya. Dia mulai sebagai mandor senior dan naik ke pangkat kepala
bengkel dan akhirnya, wakil kepala insinyur, akhirnya mengundurkan diri pada tahun
1970 untuk membangun pembangkit listrik tenaga nuklir di Ukraina (yang pada saat
itu juga merupakan bagian dari Uni Soviet). Dia adalah anggota Partai Komunis Uni
Soviet sejak 1966. Antara 1970 dan 1986, dia berulang kali terpilih sebagai anggota
kantor distrik regional komite partai di kota Kyiv, Chernobyl, dan Pripyat.
Nikolai Maximovich Fomin adalah seorang insinyur Ukraina. Dia adalah kepala
insinyur Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Chernobyl dari tahun 1981 hingga
bencana nuklir Chernobyl pada tahun 1986. Omin, chief engineer, tiba di ruang
kontrol blok 4 pada pukul 4:30 pagi. Dia memerintahkan pemberian air terus menerus
ke dalam reaktor, yang sudah berlangsung dengan pompa darurat 2 dari deaerator.
Fomin terus menekan staf untuk memberi makan air ke reaktor dan memindahkan
lebih banyak orang ke unit 4 untuk menggantikan mereka yang dinonaktifkan oleh
radiasi. Setelah Dyatlov dievakuasi dengan ambulans, Fomin, Bryukhanov dan
Parashin mengirim Sitnikov untuk menilai kerusakan di sekitar Unit 4. Sitnikov
sering dilaporkan mengunjungi atap Unit 3 untuk melihat ke bawah ke aula tengah
yang hancur, tetapi hal ini diperdebatkan dan tidak ada laporan kepada efek ini dibuat
kembali ke bunker. Sitnikov kemudian membantu Akimov dan Toptunov dengan
memasukkan air ke dalam reaktor; air, bagaimanapun, mengalir melalui pipa yang
terputus ke tingkat yang lebih rendah dari pabrik, membawa puing-puing radioaktif
dan menyebabkan korsleting di jalur kabel yang umum untuk keempat blok.
Kemudian, sebelum persidangan, Fomin mengalami gangguan mental dan mencoba
bunuh diri dengan memecahkan kacamatanya dan menggorok pergelangan tangannya
dengan pecahan [rujukan?]. Dia dinyatakan bersalah atas kesalahan manajemen
kriminal pada tahun 1988 karena perannya dalam menyebabkan bencana, dan dijatuhi
hukuman 10 tahun penjara.
Anatoly Stepanovich Dyatlov adalah Direktur Opersional Pembangkit Listrik
Tenaga Nuklir Chernobyl dan pengawas pengujian keamanan yang memicu bencana
Chernobyl tahun 1986. Atas kecerobohannya, ia dihukum penjara, lalu dibebaskan
melalui amnesti umum tahun 1990. Pada tahun 1973, ia pindah ke Pripyat, Republik
Sosialis Soviet Ukraina untuk bekerja di PLTN Chernobyl yang baru saja
dioperasikan. Pengalaman bekerja di reaktor kapal di Timur Jauh Soviet selama 13
tahun membuat Dyatlov diangkat sebagai satu dari tiga manajer paling senior di
Chernobyl. Ia mengurus Unit 3 dan 4.
Pada tanggal 26 April 1986, Dyatlov mengawasi pengujian di Reaktor 4 yang
kelak menimbulkan kecelakaan nuklir terburuk sepanjang sejarah. Dyatlov terpapar
dosis radiasi sebesar 390 rem (3.9 Sv), cukup untuk meningkatkan potensi kematian
50% korban tewas 30 hari kemudian. Namun demikian, ia selamat. Anatoly Dyatlov,
Nikolai Fomin, dan Viktor Bryukhanov, diadili karena gagal mematuhi peraturan
keselamatan. Tahun 1987, ketiganya dinyatakan bersalah atas pelanggaran berat
peraturan keselamatan sehingga memicu ledakan dan dihukum penjara 10 tahun. Ia
mendapat amnesti umum setelah menjalani kurungan selama 3 tahun. Dalam sebuah
buku yang ditulisnya, ia mengklaim buruknya rancangan pembangkit adalah
penyebab utama kecelakaan ini, bukan pegawainya. Dalam sejumlah laporan,
Dyatlov diketahui mengancam akan memecat beberapa pegawai PLTN apabila
mereka enggan melanjutkan pengujian pada malam itu. Aleksandr Akimov, salah satu
pegawainya, lebih dulu mengetahui kelemahan reaktor dan kesalahan dalam rencana
pengujian. Anatoly Dyatlov meninggal karena gagal jantung pada tahun 1995.
Pada tanggal 28 April 1986, tiga orang melakukan misi bunuh diri demi
mencegah ledakan uap. Teknisi pembangkit Alexei Ananenko, Valeri Bespalov, dan
Boris Baranov mengenakan baju selam dan masuk tangki cadangan di bawah reaktor
yang sedang terbakar. Mereka ditugaskan untuk mencari dan membuka katup supaya
air pemadam dan air pendingin bisa dibuang. Para ilmuwan yakin apabila reaktor
meleleh menembus lantai beton dan menyentuh air, ledakan uapnya akan melepaskan
lebih banyak radiasi daripada ledakan pembangkit yang pertama. Meski risiko
kematiannya tinggi, mereka semua selamat dan dianugerahi Lencana Keberanian oleh
Presiden Ukraina Petro Poroshenko 2018.
Pada April 2018, di depan Kubah Pengaman Baru Chernobyl, Poroshenko
mengatakan bahwa tiga orang ini cepat sekali dilupakan oleh waktu. Kantor berita
Soviet menutup-nutupi banyak informasi terkait bencana ini dan dengan sengaja
mengabarkan bahwa ketiganya tewas dan dikubur di "peti mati kedap udara berbahan
seng. Ananenko dan Bespalov menerima penghargaan secara langsung, sedangkan
Baranov menerimanya secara anumerta karena meninggal dunia pada tahun 2005.

3.3 Dampak dan Tindakan yang Dilakukan


Kecelakaan Chernobyl pada 26 April 1986 ini menyebabkan pelepasan radioaktif
terbesar yang tidak terkendali ke lingkungan. Sejumlah besar zat radioaktif JUGA
dilepaskan ke udara selama sekitar 10 hari. Hal ini menyebabkan gangguan sosial dan
ekonomi yang serius bagi sebagian besar populasi di Belarus, Rusia, dan Ukraina.
Korban termasuk petugas pemadam kebakaran yang berusaha memadamkan
kebakaran awal di atap gedung turbin. Semua api padam dalam beberapa jam, tetapi
dosis radiasi pada hari pertama menyebabkan 28 kematian di mana enam di
antaranya adalah petugas pemadam kebakaran pada akhir Juli 1986. Pada 27 April,
30.000 penduduk Pryp'yat mulai dievakuasi. Meski ditutup-tutupi, pada 28 April
stasiun pemantau Swedia melaporkan tingginya tingkat radioaktivitas yang dibawa
angin dan mendesak penjelasan lebih lanjut. Pemerintah Soviet akhirnya mengakui
telah terjadi kecelakaan di Chernobyl. Hal ini memicu protes internasional atas
bahaya yang ditimbulkan oleh emisi radioaktif. Pada tanggal 4 Mei, panas dan
radioaktivitas yang bocor dari inti reaktor dapat diatasi, meskipun berisiko besar bagi
para pekerja. Tugas selanjutnya adalah membersihkan radioaktivitas di lokasi
sehingga tiga reaktor yang tersisa dapat dihidupkan kembali, dan reaktor yang rusak
terlindung secara lebih permanen. Puing-puing radioaktif terkubur di sekitar 800
tempat sementara, dan kemudian pada tahun itu inti reaktor yang sangat
memancarkan radioaktif ditutup dengan sarkofagus beton dan baja.

3.3.1 Dampak Terhadap Lingkungan


Pelepasan beberapa radionuklida utama dari Unit 4 reaktor nuklir Chernobyl
berlangsung selama 10 hari setelah ledakan pada tanggal 26 April 1986. Pelepasan
tersebut meliputi gas radioaktif, aerosol yang terkondensasi, dan sejumlah besar
partikel bahan bakar reaktor. Jumlah total materi radioaktif yang lepas adalah sekitar
14x1018 Bq, termasuk 1,8x1018 Bq 131I; 8,5x1016 Bq 137Cs; 1016 Bq 90Sr; dan
3x1015 Bq radioisotop Pu. Radionuklida yang berbentuk gas memberikan kontribusi
sekitar 50% dari total lepasan. Lebih dari 200.000 km2 Eropa menerima tingkat
aktivitas 137Cs lebih besar dari 37 kBq/m2 Lebih dari 70% daerah ini adalah bagian
dari Belarus, Rusia dan Ukraina. Tingkat deposisi materi radionuklida tersebut sangat
bervariasi. Sebagian besar radionuklida Sr dan Pu terdeposit pada jarak 100 km dari
reaktor karena ukuran partikelnya yang besar. Sebagian besar radionuklida dilepaskan
akibat kecelakaan tersebut telah hilang karena mempunyai umur paro fisik yang
singkat. Sedangkan 137Cs akan terus menjadi masalah dan perhatian untuk beberapa
dekade mendatang, demikan pula halnya dengan 90Sr. Untuk jangka waktu yang
panjang, sekitar ratusan sampai ribuan tahun mendatang, isotop Pu dan 241Am akan
tetap ada meskipun pada tingkat yang rendah.

3.3.2 Kematian Akibat Sindroma Radiasi Akut


Jumlah kematian akibat kecelakaan Chernobyl telah menjadi perhatian
masyarakat umum, peneliti, media masa, dan politikus. Keresahan tentang mortalitas
akibat dari kecelakaan ini menjadi meningkat dengan adanya pernyataan bahwa
puluhan bahkan ratusan ribu orang telah meninggal akibat kecelakaan nuklir ini.
Fakta yang ada adalah bahwa pada beberapa tahun kemudian sejak 1986, ribuan
petugas kedaruratan, liquidators, dan juga penduduk yang tinggal di daerah
terkontaminasi telah meninggal karena penyebab yang tidak ada hubungannya dengan
radiasi. Jumlah kematian akibat sindroma radiasi akut (SRA) selama tahun pertama
setelah kecelakaan terdokumentasi dengan baik. Berdasarkan UNSCEAR (2000),
kasus SRA terjadi pada 134 petugas kedaruratan dan sekitar 28 dari pertugas tersebut
meninggal pada tahun 1986 akibat SRA yang parah. Dua orang pekerja meninggal
pada Unit 4 akibat luka yang tidak ada hubungan dengan radiasi, dan satu kematian
diperkirakan akibat coronary thromosis. Sebanyak 19 pekerja meninggal pada tahun
1987– 2004 karena berbagai sebab; yang kematiannya tidak secara langsung sebagai
akibat dari paparan radiasi. Di antara masyarakat umum yang terpapar radiasi dari
fallout radionuklida, dosis radiasi yang diterima relatif rendah, berarti kasus SRA dan
fatalitas lain yang terkait tidak akan terjadi.

3.3.3 Leukemia, Kanker Mempat dan Penyakit Sirkulasi


Sejumlah studi epidemiologi, termasuk pada korban bom atom, pasien yang
menerima tindakan radioterapi dan populasi yang terpapar radiasi akibat kerja di
sektor kesehatan dan industri nuklir, telah menunjukkan bahwa radiasi pengion dapat
menyebabkan kanker mempat danleukemia (kecuali chronic lymphoid leukemia,
CLL). Informasi terakhir ini juga menunjukkan adanya peningkatan risiko penyakit
sirkulasi pada populasi yang terpapar radiasi dengan dosis lebih tinggi, seperti korban
bom atom dan pasien radioterapi.
Peningkatan risiko leukemia akibat radiasi kecelakaan Chernobyl,
diperkirakan hanya akan terjadi pada populasi yang terpapar. Studi terakhir
menunjukkan adanya peningkatan leukemia kecuali CLL dua kali lebih besar pada
petugas kedaruratan dan liquidators di Rusia yang terpapar lebih dari 150 mGy (dosis
eksterna) pada tahun 1986 - 1996. Meskipun demikian, karena risiko leukemia yang
diinduksi radiasi cenderung menurun beberapa dekade setelah kecelakaan,
kontribusinya terhadap morbiditas dan mortalitas nampaknya menjadi kurang nyata
dengan bertambahnya waktu.
Terdapat sejumlah studi tentang leukemia dan morbidiats kanker pasca
kecelakaan Chernobyl pada penduduk di area terkontaminasi di ketiga negara
tersebut. Tetapi sampai saat ini tidak ada bukti yang dapat menunjukkan secara nyata
bahwa kejadian leukemia atau kanker mempat (selain tiroid) meningkat pada
anakanak, janin, atau masyarakat di daerah terkontaminasi. Diperkirakan bahwa
sebagian besar kanker mempat memerlukan masa laten yang jauh lebih lama dari
leukemia atau kanker tiroid, sekitar 10–15 tahun atau lebih. Dengan demikian
sepertinya menjadi terlalu awal untuk dapat mengevaluasi dampak keseluruhan dari
paparan radiasi kecelakaan ini. Oleh karena itu, perawatan medis dan pemeriksaan
tahunan pekerja yang terpapar dosis tinggi harus terus dilanjutkan.
Tidak adanya bukti terjadinya peningkatan risiko kanker selain kanker tiroid,
tidak berarti bahwa tidak ada peningkatan yang sesungguhnya terjadi. Peningkatan
seperti ini diperkirakan sangat sulit untuk diidentifikasi tanpa suatu studi
epidemiologi yang berskala besar dengan perkiraan dosis individual. Dijumpai
adanya peningkatan morbiditas dan mortalitas akibat penyakit sistem sirkulasi pada
petugas kedaruratan dan liquidators di Rusia. Timbulnya penyakit sistem sirkulasi
harus diinterpretasikan secara khusus karena selalu terdapat kemungkinan ini
merupakan sebagai konsekuensi tidak langsung dari faktor confounding, seperti stres
dan gaya hidup. Penemuan ini juga masih perlu untuk dikonfirmasi dengan studi yang
dirancang dengan lebih baik. liquidators menunjukkan paparan radiasi dengan dosis
lebih rendah dari pengalaman sebelumnya, yaitu sampai sekitar 250 mGy, bersifat
kataraktogenik. Studi lanjutan pada mata penduduk terpapar radiasi akibat kecelakaan
Chernobyl akan memastikan risiko katarak akibat radiasi dan yang lebih penting lagi,
memberikan data yang diperlukan untuk dapat mengkaji terjadinya disfungsi
penglihatan.
BAB IV
ANALISIS KASUS
4.1 Mengapa kasus tersebut terjadi
Reaktor unit 4 akan dimatikan untuk pemeliharaan rutin pada tanggal 25 April
1986. Namun, diputuskan untuk memanfaatkan penutupan ini untuk menentukan
apakah, jika terjadi kehilangan daya stasiun, turbin yang melambat dapat
menyediakan daya listrik yang cukup. untuk mengoperasikan pompa sirkulasi air
pendingin inti utama, sampai catu daya darurat diesel beroperasi. Tujuan dari
pengujian ini adalah untuk menentukan apakah pendinginan inti dapat berlanjut jika
terjadi kehilangan daya. Karena kesalahpahaman bahwa percobaan ini milik bagian
non-nuklir pembangkit listrik, itu dilakukan tanpa pertukaran informasi yang tepat
antara departemen pengujian dan departemen keselamatan. Oleh karena itu, pengujian
dimulai dengan tindakan pencegahan keselamatan yang tidak memadai dan personel
operasi tidak diberi tahu tentang implikasi keselamatan nuklir dari uji listrik dan
potensi bahayanya.
Menurut rencana pengujian, Sistem Pendingin Inti Darurat (ECCS) reaktor,
yang menyediakan air untuk mendinginkan teras reaktor, dimatikan dengan sengaja.
Untuk pengujian yang akan dilakukan, reaktor harus distabilkan pada sekitar 700-
1000 MW sebelum dimatikan, tetapi turun menjadi 5000 MW karena beberapa
fenomena operasional. Belakangan, operator yang bekerja di shift malam melakukan
kesalahan, dengan memasukkan batang kendali reaktor sejauh ini. Hal ini
menyebabkan reaktor hampir mati, menurunkan output daya menjadi sekitar 30 MW.
Karena daya rendah ini tidak cukup untuk melakukan pengujian dan akan
membuat reaktor tidak stabil, diputuskan untuk memulihkan daya dengan
mengekstraksi batang kendali, yang membuat daya stabil pada 200 MW. Ini
sebenarnya merupakan pelanggaran terhadap hukum keselamatan, karena co-efisiensi
positif dari reaktor. Koefisien void positif adalah meningkatnya jumlah reaktivitas
dalam reaktor yang berubah menjadi uap. Tes diputuskan untuk dilakukan pada
tingkat daya ini. Sebenarnya, reaktor sangat tidak stabil pada tingkat daya rendah,
terutama karena desain batang kendali dan faktor koefisien kekosongan positif yang
mempercepat reaksi berantai nuklir dan keluaran daya jika reaktor kehilangan air
pendingin.
Pada pukul 1:23, 26 April 1986, para insinyur melanjutkan eksperimen
mereka dan mematikan mesin turbin untuk melihat apakah putaran inersianya akan
menggerakkan pompa air reaktor. Faktanya, itu tidak cukup untuk memberi daya
pada pompa air dan tanpa air pendingin, tingkat daya di reaktor melonjak.
Pompa air mulai memompa air pada kecepatan yang lebih lambat dan
bersama-sama dengan masuknya ke inti air umpan yang sedikit lebih hangat,
mungkin telah menyebabkan mendidih (pembentukan void) di bagian bawah inti. Ini,
bersama dengan xenon burn out, mungkin telah meningkatkan level daya pada
intinya. Tingkat daya kemudian ditingkatkan menjadi 530 MW dan terus meningkat.
Elemen bahan bakar pecah dan menyebabkan pembangkitan uap, yang meningkatkan
koefisien rongga positif yang menghasilkan keluaran daya yang tinggi.
Output daya tinggi membuat khawatir para insinyur yang mencoba
memasukkan semua 200 batang kendali, yang merupakan prosedur konvensional
yang dilakukan untuk mengontrol suhu inti. Tapi batang ini terhalang di tengah jalan,
karena desain ujung grafitnya. Jadi, sebelum batang kendali dengan bahan penyerap
lima meternya, dapat menembus inti, 200 ujung grafit secara bersamaan memasuki
inti yang memfasilitasi reaksi untuk meningkat, menyebabkan ledakan yang
meledakkan baja berat 1.000 ton dan tutup beton dari reaktor, akibatnya macet batang
kendali, yang berada di tengah reaktor. Saat pipa saluran mulai pecah, pembangkitan
uap massal terjadi sebagai akibat dari depressurisasi sirkuit pendingin reaktor.
Akibatnya, dua ledakan dilaporkan. Yang pertama adalah ledakan uap awal.
Akhirnya, setelah dua hingga tiga detik, ledakan kedua terjadi, yang mungkin berasal
dari penumpukan hidrogen karena reaksi zirkonium-uap. Semua bahan seperti Bahan
Bakar, Moderator dan bahan Struktur dikeluarkan, memulai sejumlah kebakaran dan
inti yang hancur terkena atmosfer. Dalam ledakan dan kebakaran berikutnya, lebih
dari 50 ton bahan radioaktif dilepaskan ke atmosfer, di mana ia dibawa oleh arus
udara. Ini adalah 400 kali jumlah bahan radioaktif yang dilepaskan pada saat
pengeboman Hiroshima.

4.2 Pelanggaran etika profesi


Dari kejadian tersebut, kita tahu bahwa pelanggaran etika engineering telah
menyebabkan terjadinya bencana Chernobyl. Pelanggaran etika yang terjadi adalah
mengabaikan keselamatan, kesehatan, dan keselamatan publik. Sebagai seorang
engineer, dasar-dasar untuk memenuhi tugas secara profesional menurut National
Society of Professional Engineers (NSPE) Code of Ethics for Engineers salah satunya
adalah mengutamakan keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan publik.
Saat ini orang dapat mengamati pluralisme etnis yang menelusuri peningkatan
perhatian yang stabil pada masalah profesionalisme dan kompetensi masyarakat
modern. Dominasi etis yang diikuti oleh spesialis secara langsung bergantung pada
risiko yang dihadapi umat manusia. Oleh karena itu, relevansi membahas etika
rekayasa di dunia modern tidak pernah lebih besar.
Bencana Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Chernobyl adalah kecelakaan
tenaga nuklir terbesar dalam sejarah dunia. Dibuang dari reaktor yang hancur ke
atmosfer, produk fisi bahan bakar nuklir dipisahkan oleh udara di atas area yang
cukup luas yang menentukan kontaminasinya di dalam perbatasan Ukraina, Rusia,
dan Belarusia. Ribuan orang dipindahkan ke zona eksklusi. Insinyur yang melakukan
kesalahan dalam desain reaktor nuklir, diakui bersalah dalam kecelakaan itu karena
melanggar kode etik, terutama moralitas profesi insinyur yang merugikan masyarakat.
Bencana Chernobyl mengubah pandangan ilmiah dunia. Akibatnya, masalah
risiko teknologi dibahas tidak hanya oleh para ilmuwan tetapi juga oleh masyarakat
umum. Cara diskusi masalah keselamatan yang berkaitan dengan reaktor nuklir
diubah. Tanggung jawab politisi, insinyur, perancang, dan operator serta ilmuwan
menjadi diperhitungkan. Dinyatakan bahwa tidak ada kepentingan sosial, ekonomi,
teknis, dan ilmiah yang dapat membenarkan kerusakan pada manusia dan lingkungan
(Harris, Pritchard, Rabins, James, & Englehardt, 2013). Pertumbuhan kapasitas teknis
dan teknologi umat manusia menciptakan situasi etika yang sama sekali baru yang
membutuhkan tidak hanya evaluasi eksploitasi teknik tetapi juga kemungkinan untuk
mengantisipasi bencana, mencegah, atau, setidaknya, meminimalkannya.
Seperti yang ditunjukkan oleh kecelakaan di Chernobyl, perkembangan
teknologi tenaga nuklir tidak membuat hidup orang lebih aman. Kecelakaan tersebut
terjadi karena sejumlah pelanggaran aturan pengoperasian fasilitas reaktor. Pada unit
daya keempat, selama outputnya untuk pemeliharaan terjadwal di malam hari,
beberapa percobaan dilakukan yang melibatkan studi mode kerja turbo-generator.
Pekerja tidak memberikan pengawasan yang tepat dan tidak mengambil semua
tindakan pengamanan. Secara keseluruhan, itu adalah kesalahan insinyur, yang
membuat kesalahan dalam desain reaktor.
Tak perlu dikatakan bahwa konsekuensi energi nuklir seperti bencana
Chernobyl tidak dapat diprediksi. Namun demikian, para insinyur harus mencoba
melakukannya dalam kaitannya dengan proyek-proyek baru yang melakukan
penelitian yang relevan dan mendengarkan pandangan oposisi (Wilson, 2013).
Pekerjaan teknis diharapkan selalu mengandung komponen penilaian teknologi yang
diperlukan, dan tidak semua yang layak secara teknis harus dibuat. Dalam kerangka
teori etika utilitarianisme, tugas pokok insinyur tidak hanya mengukur ruang tetapi
juga menciptakan lingkungan yang aman berdasarkan tanggung jawab etis dan sosial.
Manusia lebih penting daripada teknologi. Oleh karena itu, yang terakhir harus
memenuhi persyaratan berbagai nilai, yaitu kriteria ekonomi, peningkatan taraf hidup,
keselamatan, kesehatan, kualitas lingkungan, dan lingkungan sosial.

4.3 Solusi akhir dari kasus


Modifikasi telah dilakukan untuk mengatasi kekurangan pada semua reaktor
RBMK yang masih beroperasi. Dalam hal ini, awalnya reaksi berantai nuklir dan
output daya dapat meningkat jika air pendingin hilang atau diubah menjadi uap,
berbeda dengan kebanyakan desain Barat. Efek inilah yang menyebabkan lonjakan
listrik yang tidak terkendali yang menyebabkan kehancuran Chernobyl 4 (lihat bagian
koefisien void positif di halaman informasi tentang Reaktor RBMK). Semua reaktor
RBMK sekarang telah dimodifikasi dengan mengubah batang kendali, menambahkan
penyerap neutron dan akibatnya meningkatkan pengayaan bahan bakar dari 1,8
menjadi 2,4% U-235, membuatnya jauh lebih stabil pada daya rendah (lihat
Perubahan pascakecelakaan pada bagian RBMK di halaman informasi Reaktor
RBMK). Mekanisme shutdown otomatis sekarang beroperasi lebih cepat, dan
mekanisme keamanan lainnya telah ditingkatkan. Peralatan inspeksi otomatis juga
telah dipasang. Sebuah pengulangan kecelakaan Chernobyl 1986 sekarang hampir
tidak mungkin, menurut laporan badan keselamatan nuklir Jerman7.
Sejak 1989, lebih dari 1000 insinyur nuklir dari bekas Uni Soviet telah
mengunjungi pembangkit listrik tenaga nuklir Barat dan ada banyak kunjungan
timbal balik. Lebih dari 50 pengaturan kembar antara pembangkit nuklir Timur dan
Barat telah diterapkan. Sebagian besar telah berada di bawah naungan Asosiasi
Operator Nuklir Dunia (WANO), sebuah badan yang dibentuk pada tahun 1989 yang
menghubungkan 130 operator pembangkit listrik tenaga nuklir di lebih dari 30 negara
(lihat juga halaman informasi tentang Kerjasama di Industri Tenaga Nuklir) .
Banyak program internasional lainnya dimulai setelah Chernobyl. Proyek
tinjauan keselamatan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) untuk setiap jenis
reaktor Soviet tertentu patut diperhatikan, menyatukan operator dan insinyur Barat
untuk fokus pada peningkatan keselamatan. Inisiatif ini didukung oleh pengaturan
pendanaan. Basis data Pusat Koordinasi Bantuan Keselamatan Nuklir mencantumkan
bantuan Barat yang berjumlah hampir US$1 miliar untuk lebih dari 700 proyek
terkait keselamatan di negara-negara bekas Blok Timur. Konvensi Keselamatan
Nuklir yang diadopsi di Wina pada bulan Juni 1994 adalah hasil lain.
Laporan Forum Chernobyl mengatakan bahwa sekitar tujuh juta orang
sekarang menerima atau memenuhi syarat untuk mendapatkan manfaat sebagai
'korban Chernobyl', yang berarti bahwa sumber daya tidak menargetkan mereka yang
paling membutuhkan. Namun, memperbaikinya menghadirkan masalah politik yang
menakutkan.

4.4 Pelajaran yang dapat diambil dari kasus


Para ilmuwan harus mempertimbangkan konsekuensi ini untuk menentukan
berapa banyak bukti yang cukup untuk mengatakan bahwa hipotesis itu benar atau
untuk menyarankan tindakan tertentu. Dalam mini-seri, pemerintah mengandalkan
monitor yang menunjukkan tingkat radiasi yang rendah untuk awalnya
menyimpulkan bahwa situasinya tidak cukup buruk untuk menjamin evakuasi.
Namun, ditunjukkan bahwa monitor radiasi yang digunakan kemungkinan hanya
memiliki jangkauan maksimum yang terbatas, sehingga radiasinya bisa jauh lebih
tinggi daripada yang dikatakan monitor kepada mereka. Mengingat bahwa mereka
mungkin salah tentang jumlah radiasi yang sebenarnya dan ancaman terhadap
kesehatan masyarakat, ilmuwan yang bertanggung jawab secara moral mungkin
menyimpulkan bahwa evakuasi disarankan kepada pembuat kebijakan.
Sementara beberapa mengklaim bahwa para ilmuwan tidak boleh
memasukkan pertimbangan ini, yang lain berpendapat bahwa mereka harus
melakukannya. Tentu saja, masalahnya tidak terbatas pada bencana nuklir. Kasus-
kasus mulai dari perubahan iklim hingga keamanan pangan, percobaan kimia dan
obat-obatan, kebijakan ekonomi, dan bahkan pengembangan senjata, semuanya
menghadirkan beragam konsekuensi moral potensial yang dapat dipertimbangkan
ketika menawarkan nasihat ilmiah.
Sulit untuk mengatakan bahwa seorang ilmuwan tidak boleh membuat
konsekuensi yang relevan secara moral menjadi jelas bagi pembuat kebijakan. Ini
sering tampak bermanfaat, dan terkadang tampaknya tidak dapat dihindari. Tetapi
kebebasan ini menuntut para ilmuwan untuk mempraktikkan penilaian dalam
menentukan apa konsekuensi moral yang relevan dan yang tidak. Lebih lanjut, jika
para ilmuwan mengandalkan penilaian nilai ketika menasihati kebijakan pemerintah,
bagaimana para ilmuwan dapat dimintai pertanggungjawaban oleh publik? Mengingat
manfaat dan kekhawatiran ini, apakah kita ingin para ilmuwan membuat penilaian
seperti itu dan sejauh mana saran mereka harus mencerminkan penilaian tersebut
menghadirkan dilema etika yang penting bagi masyarakat luas. Menyelesaikan
dilema ini setidaknya mengharuskan kita untuk lebih menyadari bagaimana para ahli
memberikan saran kebijakan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dipaparkan dari laporan ini
maka kesimpulan yang dapat diambil adalah:
1. Kasus yang terjadi pada Chernobyl Disaster dimulai pada saat para insinyur
melakukan eksperimen mereka dan mematikan mesin turbin. Pompa air mulai
memompa air pada kecepatan yang lebih lambat, Bersamaan dengan xenon
burn out, tingkat daya kemudian ditingkatkan menjadi 530 MW dan terus
meningkat. Output daya yang tinggi membuat khawatir para insinyur dan
memasukkan sebanyak 200 batang kendali. Akibatnya dua ledakan
dilaporkan. Yang pertama adalah ledakan uap awal setelah dua hingga tiga
detik, ledakan kedua terjadi yang berasal dari penumpukan hidrogen dan
semua bahan bakar. Dalam ledakan dan kebakaran berikutnya, lebih dari 50
ton bahan radioaktif dilepaskan ke atmosfer, di mana ia dibawa oleh arus
udara. Ini adalah 400 kali jumlah bahan radioaktif yang dilepaskan pada saat
pengeboman Hiroshima.
2. Berdasarkan kejadian tersebut bahwa pelanggaran etika yang terjadi adalah
mengabaikan keselamatan, kesehatan, dan keselamatan publik. Insinyur yang
melakukan kesalahan dalam desain reaktor nuklir, diakui bersalah dalam
kecelakaan itu karena melanggar kode etik, terutama moralitas profesi
insinyur yang merugikan masyarakat
5.2 Saran
Saran yang terdapat pada laporan ini merupakan bahan pertimbangan dan
usulan. Adapun saran dari laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Kasus yang terjadi pada bencana Chernobyl diharapkan mampu menjadi
sebuah pelajaran yang berharga bagaimana pentingnya menjaga kode etik
dalam sebuah pekerjaan.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.tutorialspoint.com/engineering_ethics/engineering_ethics_chernobyls_ca
se_study.htm
https://wikispaces.psu.edu/display/STS245/Group+9+-+Chernobyl+Disaster
https://studycorgi.com/chernobyl-disaster-and-engineering-ethics/
https://world-nuclear.org/information-library/safety-and-security/safety-of-
plants/chernobyl-accident.aspx
https://www.prindlepost.org/2019/07/the-ethics-of-scientific-advice-lessons-from-
chernobyl/

Anda mungkin juga menyukai