Laporan Perencanaan & Perancangann Pengembangan Produk Kipas Angin Mini

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PENGEMBANGAN

PRODUK
“KIPAS ANGIN MINI”

Disusun Oleh:
Nama (NPM) : 1. Agus Bima (30418311)
2. Annisa Putri Nur Aini (30418950)
3. Hendy Yustianto Nugroho (33418117)
4. Muahmmad Agung Purwoko (34418437)
5. Zaenal Muttaqin (37418551)
Kelompok : 4 (Empat)
Kelas : 2ID02

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2020
BAB I
PENDAHULUAN

Perencanaan produk merupakan hal yang sangat penting pada sebuah


perusahaan khususnya pada perusahaan manufaktur. Setiap perusahaan dituntut
untuk membuat produk yang kualitasnya dapat memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumen sehingga dapat menarik minat konsumen dan mempunyai
nilai lebih di mata konsumen. Hal tersebut merupakan harapan tim pengembang
agar produk dapat diterima dan bersaing di pasaran. Tim pengembang dalam
menjalani proses manufakturnya terkadang tidak selalu berjalan dengan baik, hal
ini dikarenakan perusahaan belum mengetahui perencanaan dan pengembangan
terhadap produk yang akan dibuat. Masalah-masalah dalam perencanaan produk
itu adalah perusahaan belum mengetahui kebutuhan pelanggan, spesifikasi
produk, penyusunan dan seleksi konsep, pengujian konsep dan teknik penyebaran
fungsi kualitas.
Alternatif solusi yang tepat untuk menghadapi kondisi tersebut, adalah
dengan memperkuat kegiatan perancangan dan pengembangan produk bagi
internal perusahaan manufaktur yang ada. Bagian yang berfungsi sebagai tim riset
dan pengembangan dalam internal perusahaan sangat diperlukan, dilengkapi
dengan pembentukan sebuah tim pengembangan produk yang berfokus untuk
menentukan arah suatu penciptaan produk yang lebih berkualitas, dalam artian
aspek pemenuhan spesifikasi atau permintaan terhadap kebutuhan konsumen.
Tim pengembangan merupakan kolaborasi dari beberapa bagian terkait
yang ada dalam perusahaan manufaktur. Masing-masing bagian terkait memiliki
peranan penting untuk menentukan arah pengembangan produk. Kegiatan yang
dilakukan oleh tim pengembangan produk merupakan langkah-langkah terstruktur
dalam suatu metodologi perancangan produk yang telah umum dipahami, yaitu
melalui enam fase pengembangan produk yang telah banyak dibahas dan
digunakan sebagai referensi dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan produk.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Enam Fase Proses Pengembangan Produk


Secara umum proses pengembangan produk dibagi menjadi enam tahapan
(fase) pengembangan produk. Enam fase tersebut adalah (Ulrich-Eppinger, 2001):
a) Fase 0. Perencanaan
Kegiatan perencanaan sering dirujuk sebagai ’zerofase’, yaitu kegiatan
pendahuluan yang meliputi persetujuan proyek dan proses peluncuran
pengembangan produk aktual.
b) Fase 1. Pengembangan Konsep
Pada fase pengembangan konsep, kebutuhan pasar target diidentifikasi,
alternatif-alternatif konsep produk dibangkitkan dan dievaluasi, dan satu atau
lebih konsep dipilih untuk pengembangan dan percobaan pada fase-fase
berikutnya.
c) Fase 2. Perancangan Tingkatan Sistem
Fase perancangan tingkatan sistem mencakup definisi arsitektur produk dan
uraian produk menjadi subsistem-subsistem serta komponen-komponen.
Gambaran rakitan akhir untuk sistem produksi didefinisikan dalam fase ini.
Output dari fase 2 ini mencakup tata letak bentuk produk, spesifikasi secara
fungsional dari tiap subsistem produk, serta diagram aliran yang merupakan
proses pendahuluan untuk proses rakitan akhir (assembly).
d) Fase 3. Perancangan Detail
Dalam fase ini mencakup spesifikasi lengkap dari bentuk, material dan
toleransi-toleransi dari seluruh komponen unik pada produk dan identifikasi
seluruh komponen standar yang dibeli dari pemasok. Rencana proses
dinyatakan dan peralatan produksi dirancang untuk tiap komponen yang
dibuat dalam sistem produksi. Output dari fase ini adalah pencatatan
pengendalian untuk produk, spesifikasi komponen-komponen yang dibeli,
serta rencana proses untuk pabrikasi dan perakitan produk.
e) Fase 4. Pengujian dan Perbaikan
Fase ini melibatkan konstruksi dan evaluasi dari bermacam-macam versi
produksi awal produk. Prototipe awal (alpha) dibuat menggunakan
komponen-komponen dengan bentuk dan jenis material pada produksi
sesungguhnya, namun tidak memerlukan proses pabrikasi dengan proses yang
sama dengan yang dilakukan pada proses pabrikasi sesungguhnya. Prototipe
alpha diuji untuk menentukan apakah produk akan bekerja sesuai dengan yang
direncanakan dan apakah produk memenuhi kebutuhan kepuasan
(spesifikasi/kualitas) konsumen utama. Prototipe berikutnya (beta) dibuat
dengan komponen-komponen yang dibutuhkan pada produksi namun tidak
dirakit dengan menggunakan proses perakitan akhir seperti pada perakitan
sesungguhnya. Prototipe beta dievaluasi secara internal dan juga diuji oleh
konsumen dengan menggunakannya secara langsung. Sasaran dari prototipe
beta adalah untuk menjawab pertanyaan mengenai kinerja dan keandalan
dalam rangka mengidentifikasi kebutuhan perubahan-perubahan secara teknik
untuk produk akhir.
f) Fase 5. Produksi Awal
Fase ini produk dibuat dengan menggunakan sistem produksi yang
sesungguhnya. Tujuan dari produksi awal ini adalah untuk melatih tenaga
kerja dalam memecahkan permasalahan yang mungkin timbul pada proses
produksi sesungguhnya. Produk-produk yang dihasilkan selama produksi
awal, akan disesuaikan dengan keinginan pelanggan dan secara hati-hati
dievaluasi untuk mengidentifikasikan kekurangan-kekurangan yang timbul.
Peralihan dari produksi awal menjadi produksi sesungguhnya berjalan melalui
tahap demi tahap. Pada beberapa titik dalam masa peralihan ini, produk
diluncurkan dan mulai disediakan untuk didistribusikan.

3.1.1 Fase 1. Fase Pengembangan Konsep


Dalam fase pengembangan konsep, suatu proses pengembangan konsep
membutuhkan lebih banyak koordinasi terhadap bagian-bagian terkait dalam tim
pengembangan produk dibandingkan dengan fase-fase yang lain. Secara umum
proses pengembangan konsep ini dapat diperhatikan sebagai suatu kegiatan yang
saling berhubungan. Proses pengembangan konsep mencakup kegiatan-kegiatan
sebagai berikut (Ulrich-Eppinger, 2001):
1. Identifikasi kebutuhan pelanggan
Sasaran kegiatan ini adalah untuk memahami kebutuhan konsumen dan
mengkomunikasikannya secara efektif kepada tim pengembangan. Output dari
langkah ini adalah sekumpulan pernyataan kebutuhan pelanggan yang
tersusun rapi, diatur dalam daftar secara hierarki, dengan bobot-bobot
kepentingan untuk tiap kebutuhan.
Tujuan dari metode identifikasi kebutuhan pelanggan tersebut adalah untuk:
a. Meyakinkan bahwa produk telah difokuskan terhadap kebutuhan
konsumen.
b. Mengidentifikasikan kebutuhan konsumen yang tersembunyi dan tidak
terucapkan (latent needs) seperti halnya kebutuhan yang eksplisit.
c. Menjadi basis untuk menyusun spesifikasi produk.
d. Menjamin tidak adanya kebutuhan konsumen penting yang terlupakan.
e. Menanamkan pemahaman bersama mengenai kebutuhan konsumen
diantara anggota tim pengembang.
2. Penetapan spesifikasi target
Spesifikasi merupakan terjemahan dari kebutuhan konsumen menjadi
kebutuhan secara teknis. Output dari langkah ini adalah suatu daftar
spesifikasi target. Proses pembuatan target spesifikasi terdiri dari 3 langkah:
a. Menyiapkan daftar metrik kebutuhan dengan tingkat kepentingan yang
diturunkan dari tingkat kepentingan kebutuhan yang direfleksikannya.
b. Mengumpulkan informasi tentang pesaing dan mengkombinasikannya
dengan tingkat kepuasan dari pelanggan produk pesaing.
c. Menetapkan nilai target ideal dan marginal yang dapat dicapai untuk tiap
metrik.
3. Penyusunan konsep
Konsep produk adalah sebuah gambaran atau perkiraan mengenai teknologi,
prinsip kerja, dan bentuk produk. Sasaran penyusunan konsep adalah
menggali lebih jauh area konsep-konsep produk yang mungkin sesuai dengan
kebutuhan konsumen. Konsep produk merupakan gambaran singkat
bagaimana produk memuaskan kebutuhan konsumen.
Proses penyusunan konsep ini terdiri atas 4 langkah, yaitu :
a. Pemaparan (memperjelas) masalah, dengan diagram fungsi
b. Pencarian solusi secara eksternal
c. Pencarian solusi secara internal
d. Penggalian secara sistematis dengan pohon klasifikasi dan tabel
kombinasi.
4. Pemilihan konsep
Pemilihan konsep merupakan kegiatan dimana berbagai konsep dianalisis
secara berturut-turut, kemudian dieliminasi untuk mengidentifikasi konsep
yang paling menjanjikan.
Pemilihan konsep terdiri atas dua tahap, yaitu :
a. Penyaringan konsep
Tujuan penyaringan konsep adalah mempersempit jumlah konsep secara
cepat dan untuk memperbaiki konsep.
b. Penilaian konsep
Pada tahap ini, tim memberikan bobot kepentingan relatif untuk setiap
kriteria seleksi dan memfokuskan pada hasil perbandingan yang lebih baik
dengan penekanan pada setiap kriteria.
5. Pengujian konsep
Satu atau lebih konsep yang dihasilkan selanjutnya diuji/dievaluasi untuk
mengetahui apakah kebutuhan konsumen telah terpenuhi. Tahap ini juga
memperkirakan potensi pasar dari produk, dan mengidentifikasi beberapa
kelemahan yang harus diperbaiki pada kegiatan proses pengembangan
selanjutnya.
6. Penentuan spesifikasi akhir
Spesifikasi target yang telah ditentukan di awal proses ditinjau kembali setelah
proses dipilih dan diuji. Pada tahap ini, tim harus konsisten dengan nilai-nilai
besaran spesifik yang mencerminkan batasan-batasan pada konsep produk itu
sendiri, batasan-batasan yang diidentifikasi melalui pemodelan secara teknis,
serta pilihan antara biaya dan kinerja.
7. Perencanaan proyek
Pada kegiatan akhir pengembangan konsep ini, tim membuat suatu jadwal
pengembangan secara rinci, menentukan strategi untuk meminimalisir waktu
pengembangan, dan mengidentifikasi sumber daya yang digunakan untuk
menyelesaikan proyek.

Anda mungkin juga menyukai