LP Oksigenasi
LP Oksigenasi
LP Oksigenasi
DISUSUN OLEH :
CITRA NUR SETIANI
2001006
B. Fungsi Fisiologis
1. Anatomi Pernapasan
a. Hidung
Organ ini berfungsi sebagai saluran udara dan penyaring udara karena
terdapat bulu-bulu di restibulum.
b. Faring atau tenggorok
Merupakan struktur sperti tuba yang menghubungkan hidung dan
rongga mulut ke laring. Adenoid atau tonsil faring terletak dalam langit-
langit nasofaring . Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada
traktus respiration dan digestif (Brunner & Suddarth. 2002).
c. Laring
Adalah pangkal tenggorok yang merupakan jalinan tulang rawan yang
dilengkapi dengan otot, membrane, jaringan ikat, dan ligamentum.
Fungsi laring adalah melembabkan dan menyaring udara sebelum
bergerak ke dalam trakea.
d. Trakea
Merupakan lanjutan dari laring sebanyak 16-20 cincin dan panjang 9-
11 cm, dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri atas epitalium dan sel
cangkir yang berfungsi mengeluarkan debu atau benda asing lainnya.
e. Bronkus
Merupakan lanjutan dari trakea. Bronkus terdapat pada ketinggian
vertebratorakalis IV dan V. Bronkus mempunyai struktur sama dengan
trakea dan dilapisi oleh sejenis sel yang sama dengan trakea dan berjalan
ke bawah ke arah tumpuk paru. Bagian bawah trakea mempunyai cabang
2, kiri dan kanan yang dibatasi oleh garis pembatas.
f. Pulmo (Paru-paru)
Merupakan salah satu organ pernapasan yang berada di dalam kantong
yang dibentuk oleh pleura parietalis dan pleura viseralis. Kedua paru
sangat lunak, elastis, dan berada dalam rongga torak. Sifatnya ringan dan
terapung di dalam air. Paru berwarna biru keabu-abuan dan berbintik-
bintik karena partikel-partikel debu yang masuk termakan oleh fagosit.
Fungsi utama paru-paru adalah untuk pertukaran gas antara udara
atmosfer dan darah. Dalam menjalankan fungsinya, paru-paru ibarat
sebuah pompa mekanik yang berfungsi ganda, yakni menghisap udara
atmosfer ke dalam paru (inspirasi) dan mengeluarkan udara alveolus dari
dalam tubuh (ekspirasi) ( Syafudin, 2011).
2. Proses Fisiologis Pernafasan Manusia
Saat kita bernafas, udara masuk lewat hidung dan turun dari batang
tenggorokan atau disebut juga trakea. Tenggorokan atau trakea ini
bercabang dan menuju ke paru-paru. Cabang trakea ini disebut bronkus.
Bronkus bercabang lagi menjadi cabang yang lebih kecil, seperti pohon.
Cabang terkecil ini disebut bronkiolus. Setiap bronkiolus memasok udara
ke sekumpulan kantong kecil di paru-paru yang disebut alveolus.
Paru-parunya terdiri dari jutaan alveolus, yang terisi dengan udara
setiap kali kita menarik napas dan mengempis setiap kali kita
mengembuskan napas. Banyaknya alveolus berukuran kecil ini membuat
paru-paru terlihat seperti spons. Alveolus terdiri dari jaringan epitel
skuamosa, yang sangat tipis dan elastis.
Setiap kantung alveolus diselimuti dengan lapisan pembuluh
kapiler, yang merupakan jaringan pembuluh darah kecil. Dinding
pembuluh darah kapiler dan dinding alveolus sama-sama sangat tipis
sehingga molekul oksigen (O2) bisa menembus dari alveolus yang
dipenuhi udara ke sel darah merah di dalam pembuluh darah. Demikian
juga, molekul karbon dioksida (CO2) bisa lewat dari sel darah merah ke
dalam alveolus.
Karbon dioksida yang dibawa darah ke paru-paru adalah sisa
metabolism. Saat tubuh menghembuskan nafas, CO2 dikeluarkan dari
paru-paru ke udara melalui tenggorokan dan hidung.
3. Proses Fisiologis
a. Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam
alveoli atau dari alveoli ke atmosfer.
b. Difusi
Difusi gas merupakan pertukaran antara O² dari alveoli ke kapiler
paru-paru dan CO² dari kapiler ke alveoli.
c. Transportasi gas
Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O² kapiler ke
jaringan tubuh dan CO² jaringan tubuh ke kapiler.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi fisiologis
Faktor fisiologis menurutA. Aziz Alimul H. 2010 :
1. Menurunnya kapalitas pembawa O2 (Hb).
2. Menurunnya kosentrasi O2 saat inspirasi.
3. Hypovolemi.
4. Meningkatkan laju metabolik.
5. Meningkatnya pergerakan dada.
D. Penatalaksanaan
1. Medis
Untuk mengetahui gangguan pada organ paru maka dilakukan foto
rontgen, laboratorium sputum dan lain-lain. Untuk analisa jika ditemukan
abnormal digunakan terapi obat bronkodilator, pemasangan oksigenasi.
2. Keperawatan
Salah satu yang menyebabkan gangguan masalah oksigenasi adalah
adanya gangguan sumbatan pada jalan nafas untuk itu dilakukan tindakan
keperawatan, seperti melatih nafas dalam, batuk yang efektif,
menganjurkan klien minum air hangat, posisi pasien duduk semi fowler.
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
Meliputi identitas klien dan identitas penanggung jawab. Berisi nama,
umur, alamat, pekerjaan.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang: keluhan yang dirasakan oleh pasien
sesuai dengan gejala-gejala yang ada.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu: riwayat yang pernah dialami pasien
dahulu.
c. Riwayat kesehatan Keluarga: Informasi tentang kesehatan keluarga,
termasuk penyakit kronik (menahun/terus-menerus), seperti diabetes
millitus dan jatung, infeksi seperti tuberkulosis dan hepatitis.
3. Pengkajian Pola Fungsional : menggunakan kosep Virgina Henderson
4. Riwayat Keperawatan
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya :
merokok, pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, factor-faktor
alergen,dll.
5. Faktor yang berhubungan
Meliputi faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi.
6. Data Penunjang : meliputi pemeriksaan Laboratorium , terapi dan
pengobatan , dan pemeriksaan diagnotik
7. Pemeriksaan fisik
a. Kardiovaskular ( Tekanan darah dan bunyi jantung)
b. Sistem neurologi
c. Sistem gastrointestinel
d. Sistem pengelihatan
e. Sistem integumen (status turgor kulit udema)
a) Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut SDKI SIKI SLKI
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)
2. Pola napas tidak efektif. (D.0005)
3.
C. Intervensi keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif(D.0001)
1) Latihan batuk efektif(I.01006)
a. Definisi :melatih pasien yang tidak memiiki kemampuan
batuk secara efektif untukmembersihkan laring,trakea,dan
bronkus dari sekret atu benda asing di jalan nafas
b. Tindakan
Observasi
- identifikasi kemampuan batuk
- monitor adanya retensi sputum
- monitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas
- monitor tanda dan gejala ineksi saluran nafas
- monitor infus dan output cairan (mis.jumlah dan
karakteristik)
Terapeutik
o Atur posisi semi fowler atau Fowler
o Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
o Buang sekret pada tempat sptum
Eduksi
Jelasin tujuan dan prosedur batuk efektif
Anjurkan Tarik Nafas dalam melalui hidung selam 4
detik, ditahan selam 2 detik,kemudian keluarkan dari
mulut dengan bibir mencucu(dibulatkan) selam 8 detik
Anjurkan mengulangi tarik nafas dalam hinga 3 kali
Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik
nafas dalan yang ke-3
Kolaborasi
o Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika
perlu
2. Manajemen jalan nafas(L.01011)
1. Definisi :Mengidentifikasi dan mengelola kepatenan jalan napas.
2. Tindakan
Observasi
Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi,
wheezing, ronkhi kering)
Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Terapeutik
Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan
chin-lift (jaw-thrust jika curiga traumasevikal)
Posisikan semi-Fowler atau Fowler
Berikan minum hangat
Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
C. Evaluasi Keperawatan
a. Dx 1:
1. Menunjukkan jalan nafas paten.
2. Tidak ada suara nafas tambahan.
3. Mampu melakukan perbaikan bersihan jalan nafas.
b. Dx 2:
1. Tekanan darah dalam batas normal.
2. Menunjukkan keadaan yang rileks.
3. Pengisian kapiler kurang dari 2 detik.
4.
DAFTAR PUSTAKA