LP Dan Askep Teoritis OMA
LP Dan Askep Teoritis OMA
LP Dan Askep Teoritis OMA
1. PENGERTIAN
OMA (Otitis Media Akut) adalah peradangan akut atau seluruh pericilium telinga
tengah (Mansjoer, 2001)
OMA adalah peradangan telinga bagian tengah yang disebabkan oleh pejalaran infeksi
dari tenggorok (farinitis) A sering terjadi pada anak-anak (Wikipedia Bahasa Indonesia,
Ensiklopedia Bebas)
Otitis media akut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum
telinga tengah (Kapita selekta kedokteran, 1999).
2 ETIOLOGI
Penyebabnya adalah bakteri-bakteri saluran pernafasan bagian atas dan bakteri piogenik
seperti streptococcus haemolyticus, staphylococcus aureus, pneumococcus, haemophylus
influenza, escherecia coli, streptococcus anhaemolyticus, proteus vulgaris, pseudomonas
aerugenosa.
Penyebab lainnya yaitu virus. Virus dapat dijumpai tersendiri atau bersamaan dengan
bakteri patogenik yang lain. Virus yang paling sering dijumpai pada anak-anak, yaitu
respiratory syncytial virus (RSV), influenza virus, atau adenovirus (sebanyak 30-40%). Kira-
kira 10-15% dijumpai parainfluenza virus, rhinovirus atau enterovirus. Virus akan membawa
dampak buruk terhadap fungsi tuba Eustachius, menganggu fungsi imun lokal, meningkatkan
adhesi bakteri, menurunkan efisiensi obat antimikroba dengan menganggu mekanisme
farmakokinetiknya (Kerschner, 2007).
3 PATOFISIOLOGI
OMA sering diawali dengan infeksi saluran napas seperti radang tenggorokan / pilek
yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran eustachius.
Saat bakteri melalui saluran eustachius, bakteri bisa menyebabkan infeksi saluran
tersebut. Sehingga terjadilah pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan
datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri.
Sel darah putih akan melawan sek-sel bakteri dengan mengorbankan diri mereka
sendiri, sedikitnya terbentuk nanah dalam telinga tengah. Pembengkakan jaringan sekitar sel
eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel jika lendir dan nanah bertambah
banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil
penghubung gendang telinga dengan organ pendengatran di telinga dalam bergerak bebas.
Cairan yang terlalu banyak tersebut, akhirnya dapat merobek gendang telinga karena
tekanannya.
1. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis OMA tergantung pada stadium penyakit dan umur pasien :
1. Biasanya gejala awal berupa sakit telinga tengah yang berat dan menetap
2. Biasa tergantung gangguan pendengaran yang bersifat sementara.
3. Pada anak kecil dan bayi dapat mual, muntah, diare, dan demam sampai 39,50oC,
gelisah, susah tidur diare, kejang, memegang telinga yang sakit.
4. Gendang telinga mengalami peradangan yang menonjol.
5. Keluar cairan yang awalnya mengandung darah lalu berubah menjadi cairan jernih
dan akhirnya berupa nanah (jika gendang telinga robek)
6. Membran timpani merah, sering menonjol tanpa tonjolan tulang yang dapat dilihat,
7. Keluhan nyeri telinga (otalgia), atau rewel dan menarik-narik telinga pada anak
yang belum dapat bicara
8. Anoreksia (umum)
9. Limfadenopati servikal anterior
2. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar
2. Timpanogram untuk mengukur keseuaian dan kekakuan membrane timpani
3. Kultur dan uji sensitifitas ; dilakukan bila dilakukan timpanosentesis (Aspirasi jarum dari
telinga tengah melalui membrane timpani).
4. Otoskopi pneumatik (pemeriksaan telinga dengan otoskop untuk melihat gendang telinga
yang dilengkapi dengan udara kecil). Untuk menilai respon gendang telinga terhadap
perubahan tekanan udara.
3. PENATALAKSANAAN
Hasil penatalaksanaan otitis media bergantung pada efektifitas terapi ( e.g : dosis
antibiotika oral yang diresepkan dan durasi terapi ), virulensi bakteri, dan status fisik klien.
Antibiotik dapat digunakan untuk otitis media akut. Pilihan pertama adalah
Amoksisilin; pilihan kedua digunakan bila diperkirakan organismenya resisten terhadap
amoksisilin adalah amoksisilin dengan klavulanat (Augmentin ; sefalosporin generasi
kedua), atau trimetoprin sulfametoksazol. Pada klien yang alergi penisilin, dapat diberikan
eritronmisin dan sulfonamide atau trimetoprim sulfa.
4. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi pada OMA adalah :
1. Infeksi pada tulang sekitar telinga tengah (mastoiditis atau petrositis)
2. Labirinitis (infeksi pada kanalis semisirkuler).
3. Tuli
4. Peradangan pada selaput otak (meningitis).
5. Abses otak.
6. Ruptur membrane timpani
7. Tuli jangka pendek
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul adalah :
1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada telinga tengah dan rupturnya membrane
tympani.
2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
3. Gangguan persepsi sensori auditori berhubungan dengan gangguan hantaran bunyi pada
organ pendengaran
3. INTERVENSI
1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada telinga tengah dan rupturnya membrane
tympani.
a. Tujuan : rasa nyeri dapat terkontrol
b. Kriteria hasil :
Skala nyeri 1-3 (0-10)
Ekspresi wajah rileks
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji karakteristik nyeri 1. Menentukan tingkat
2. Anjurkan klien untuk tidak keparahan dan intervensi
mengorek telinga lebih lanjut.
3. Kompres dingin pada bagian 2. Dapat memperoleh
mastoid. infeksi/rupture membrane
tympani
3. Kompres dapat mengurangi
rasa nyeri.
3. Gangguan persepsi sensori auditori berhubungan dengan gangguan hantaran bunyi pada
organ pendengaran.
a. Tujuan : fungsi indera pendengaran klien kembali normal
b. Kriteria hasil :
Gangguan pendengaran dapat teratasi
Klien tidak mengalami hambatan komunikasi.
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji tingkat gangguan 1. Mengetahui tingkat gangguan dan
pendengaran menentukan intervensi
2. Ketika berkomunikasi dengan 2. Dengan komunikasi keras tapi pelan
klien usahakan dnegan suara diharapkan dapat lebih diterima
keras tapi pelan. klien.
3. Kolaborasi dalam melakukan 3. Timpanotomi bertujuan untuk
miringotomi/timpanotomi. melakukan drainase secret dari
telinga tengah ke telinga luar.
4. IMPLEMENTASI
Tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana asuhan keperawatan yang telah
disusun sebelumnya berdasarkan tindakan yang telah dibuat dimana tindakan yang dilakukan
mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. (NANDA, 1996)
5. EVALUASI