Jbptunikompp GDL Nikoaprian 36978 8 Unikom - N I

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 19

BAB II.

BUDAYA SOPAN SANTUN DI KALANGAN REMAJA


INDONESIA

II.1. Budaya
Indonesia merupakan negara berbudaya ketimuran yang menjunjung tinggi adat-
adat sopan santun, sehingga sudah sewajarnya apabila dalam kehidupan sehari-
harinya norma-norma serta budaya sopan santun senantiasa melekat di benak
masyarakat Indonesia. Maka alangkah baiknya apabila semua masyarakat
Indonesia senantiasa melakukan budaya sopan santun sebagai bagian dari
kehidupan sehari-hari.

Menurut definisi kamus besar bahasa Indonesia budaya diartikan sebagai pikiran,
akal budi atau adat-istiadat, sedangkan definisi budaya menurut Koentjaraningrat
(2004) adalah “istilah kebudayaan berasal dari kata sanskerta buddhayah, ialah
bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti budi atau akal. Demikian, ke-budaya-
an itu dapat diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal” (h. 9).

Koentjaraningrat juga menegaskan bahwa, “menurut antropologi, kebudayaan


adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan
manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan
belajar”. Pengertian tersebut berarti pewarisan budaya-budaya leluhur melalui
proses pendidikan.

Jadi budaya merupakan bentuk jamak dari kata budi dan daya yang melibatkan
cipta, rasa, dan karsa yang berkembang secara terus menerus dari yang sederhana
menuju kompleks, dan merupakan hasil buah pikiran manusia yang telah
disepakati dan berkembang dengan cara diwariskan ke orang lain maupun
generasi selanjutnya melalui proses pendidikan. Budaya merupakan salah satu hal
penting yang membedakan manusia dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lain,
karena memerlukan akal pikiran yang baik dalam merealisasikannya ditengah-
tengah masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, dan hanya manusialah yang
diberikan anugerah akal pikiran untuk berbudaya oleh Tuhan.

7
II.2. Sopan Santun
Manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan bantuan dan interaksi
dengan orang lain. Sebagai makhluk yang senantiasa berinteraksi, bergaul, dan
bersosialisasi dengan orang lain tentu saja diperlukan batasan-batasan tertentu
agar tercipta rasa saling menghargai antara kedua belah pihak. Batasan-batasan
inilah yang disebut dengan sopan santun.

Pengertian sopan santun adalah sikap atau tingkah laku yang baik, hormat dan
beradab serta diiringi rasa belas kasihan dan berbudi halus yang tercermin dalam
tingkah laku, tutur kata, cara berpakaian dan sebagainya. Apabila seluruh
masyarakat masih menjunjung tinggi budaya ini, maka ketentraman dan
keharmonisan akan bisa diwujudkan di kemudian hari.

Sopan santun adalah bagian dari etika dengan menunjukkan sikap ramah pada
beberapa orang di hadapannya dengan maksud untuk menghormati orang itu,
hingga membuat kondisi yang nyaman serta penuh keharmionisan. Sikap sopan
santun idealnya adalah satu kewajiban yang harus dikerjakan oleh tiap-tiap
kelompok mulai dari anak-anak sampai orang tua tanpa ada kecuali, namun yang
penulis lihat budaya yang baik ini sepertinya mulai pudar baik pada tingkat
keluarga maupun di masyarakat luas.

II.2.1. Sopan Santun di Indonesia Sebagai Masyarakat Timur


Seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa Indonesia merupakan
bangsa yang menjunjung tinggi adat timur dalam berbagai aspek, hal yang
membedakan perilaku adalah cara berpikir dari masyarakat itu sendiri baik
masyarakat barat maupun masyarakat timur. Kebudayaan barat memiliki
pola pikir untuk mengetahui kebenaran sebagaimana ilmu pengetahuan
dan filsafat, maka dari itu masyarakat barat berdiskusi dan berdebat untuk
menemukan dan menentukan kebenaran yang lebih masuk akal, maka dari
itu orang barat cenderung memutuskan sesuatu berdasarkan logis atau
tidaknya suatu hal.

8
Sebaliknya, kebudayaan timur memiliki pola pikir untuk memikirkan
sebab akibat dari sesuatu, dan positif negatifnya sesuatu. Apabila sebuah
kebudayaan dinilai memiliki sisi positif, maka orang timur akan
memberikan nilai tersendiri pada budaya tersebut. Maka tidak bisa
dipungkiri bahwa kedua kebudayaan timur dan barat ini memiliki banyak
perbedaan yang signifikan, namun bukannya tidak mungkin kedua
kebudayaan ini saling mempengaruhi satu sama lain. Menurut Habib
(2012) Budaya timur dan budaya barat memiliki perbedaan mulai dari adat
istiadat, gaya hidup, cara berpakaian, pergaulan, sampai sopan santun
berbeda. Perbedaan tersebut dapat diuraikan seperti dibawah ini :
 Adat istiadat
Adat istiadat tidak berpengaruh tinggi pada budaya barat, sedangkan
pada budaya timur adat istiadat masih berlaku dan dihormati.
 Gaya Hidup
Budaya barat cenderung bersifat individualis, lebih senang hidup
sendiri dan cenderung tidak peduli dengan orang lain. Sedangkan
budaya timur cenderung lebih bersosialisasi, orang timur lebih senang
jika dekat dengan keluarga, teman dan lain-lain.
 Cara Berpakaian
Cara berpakaian pada budaya barat bebas dalam mengekspresikan
pakaiannya baik pakaian tertutup atau terbuka. Sedangkan budaya
timur adalah budaya yang menjunjung sopan santun, karena itu
pakaian yang dipakai pun sopan dan tertutup.
 Pergaulan
Pada umumnya budaya barat memiliki pergaulan bebas, Sedangkan
budaya timur lebih mengutamakan norma yang ada.
 Sopan Santun
Orang-orang yang menganut budaya barat cenderung kurang
mengetahui tata krama atau sopan santun, sedangkan orang-orang yang
menganut budaya timur lebih menjaga sopan santun baik dalam
berpakaian, bersikap, dan tingkah laku.

9
Dari penguraian diatas maka dapat diketahui bahwa perbedaan kedua
budaya tersebut begitu signifikan dan bahkan bisa dibilang begitu kontras,
dan apabila dilihat oleh remaja yang masih ingin mencoba hal baru dan
mengekspresikannya dengan mengikuti budaya barat maka bukannya tidak
mungkin budaya barat akan semakin berkembang di Indonesia. Apabila
remaja Indonesia menganut budaya barat, dilakukan dalam jangka waktu
yang cukup lama dan dilakukan oleh banyak hal dapat mengakibatkan
perubahan sosial. Pemaparan diatas juga selaras dengan pendapat dari
Soemardjan (1981) yaitu:

perubahan sosial adalah semua perubahan yang terjadi pada lembaga-


lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat, dimana perubahan
tersebut memengaruhi sistem sosialnya. Perubahan sosial yang dimaksud
mencakup nilai-nilai dan pola-pola perilaku di antara kelompok-kelompok
dalam masyarakat.

Contoh dari dampak perubahan sosial yang bisa diamati di tengah-tengah


masyarakat adalah perubahan mode baik itu pakaian atau gaya rambut,
gaya hidup hedonisme, gaya hidup indivudualisme, gaya hidup
matrealistis, dan sebagainya yang tentu saja bertentangan dengan budaya
Indonesia yang menjunjung tinggi budaya timur.

II.2.2. Bentuk-Bentuk Sopan Santun di Indonesia


Sopan santun memiliki berbagai macam bentuk maupun tingkatan, baik
berdasarkan sikap maupun perilaku. Perlakuan seseorang pada orang lain
yang lebih muda tidak akan sama dengan yang sebaya, begitu pula
perlakuan seseorang pada orang lain yang lebih tua. Berikut ini merupakan
beberapa contoh sikap sopan santun yang idealnya senantiasa diterapkan
oleh semua orang.

A. Sopan Santun Terhadap Orang yang Lebih Tua


Sopan terhadap orang yang lebih tua merupakan hal yang sewajarnya
diajarkan orang tua kepada anak sejak masih kecil, banyak contoh-contoh
kecil dari sopan santun terhadap orang yang lebih tua, seperti:

10
mengucapkan salam, meminta maaf apabila melakukan kesalahan, tidak
menyentak apabila bicara, mengucapkan kata tolong atau terimakasih,
membantu orang tua yang kesusahan, mendengarkan apabila sedang
dinasehati, dan tidak memotong pembicaraan. Sopan santun terhadap
orang yang lebih tua secara spesifik terhadap orang tua bahkan diajarkan
dalam kitab yang berisi firman Tuhan, sebagai contoh dalam Surah Al-Isra
ayat 23-24 yang berbunyi:

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah


selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. Jika salah satu seorang di antara keduanya atau kedua-
duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia. (Q.S: Al-Isra: 23-24)

Dalam ayat diatas bahkan mengucapkan kata “ah” saja sudah dianggap
sebagai bentuk ketidakhormatan kepada orang tua, maka dapat diketahui
bahwa sopan santun terhadap orang tua sendiri adalah yang utama dan
paling utama dalam kehidupan sehari-hari yang diajarkan langsung oleh
Tuhan kepada manusia.

B. Sopan Santun Terhadap Orang yang Sebaya


Sopan kepada orang yang sebaya merupakan kesopanan yang terkadang
dihiraukan, padahal sebenarnya sopan santun dalam bergaul tetap berlaku
baik dalam sikap maupun perilaku, maka tidaklah mengherankan apabila
orang yang tidak begitu menghormati teman-temannya tidak akan pula
dihormati oleh teman-temannya atau bahkan sampai dikucilkan, karena
timbal balik dalam pergaulan efeknya akan lebih terasa daripada terhadap
orang yang lebih tua yang terkadang memaklumi sikap kekanakan remaja
dalam bergaul. Beberapa contoh sederhana bentuk sopan santun antara
sebaya: saling mendengarkan satu sama lain ketika berbicara, saling
menghargai pendapat, tidak berbohong, tidak melanggar janji yang sudah
dibuat, tidak bersifat sombong, dan memuji kerja keras orang lain.

11
C. Sopan Santun Terhadap Orang yang Lebih Muda
Sopan santun kepada orang yang lebih muda umumnya merupakan hal
yang lebih mudah diaplikasikan, namun bukan berarti orang yang lebih tua
bisa seenaknya saja berbuat apapun terhadap orang yang lebih muda.
Berikut ini merupakan beberapa contoh sederhana bentuk sopan santun
terhadap yang lebih muda: tidak menghina atau mengejek tapi
memberikan kasih sayang dan bimbingan dengan benar, memberikan
contoh berbuat baik sesuai dengan ucapan, bersabar menghadapi
kesalahan, dan menepati janji yang dibuat. Menghormati orang yang lebih
muda menjadi penting karena orang yang lebih muda sewajarnya akan
mengikuti perilaku orang yang lebih dewasa darinya, maka dari itu apa
yang diajarkan kepada orang yang lebih muda akan menjadi cerminan dari
orang yang lebih tua yang pernah mengajarkannya.

II.3. Etika
Sebagai seorang individu, manusia memiliki pemikiran dan keinginan yang
berbeda-beda, maka manusia sebagai makhluk sosial yang beradab tentu saja
harus mempunyai standar dalam kehidupannya agar bisa hidup teratur, baik
dengan kode etik, kumpulan asas dan nilai moral. Hal-hal tersebut diperlukan
semata-mata agar manusia bisa dikontrol dan tidak keluar batas, karena manusia
sesungguhnya adalah makhluk yang mempunyai hasrat dan keinginan serta diberi
kebebasan memilih oleh Tuhan. Standar atau aturan baik yang senantiasa
diajarkan sehingga selalu ada di benak masyarakat inilah yang disebut dengan
etika.

Etika berasal dari bahasa Yunani ethos yang dalam bentuk tunggal memiliki
banyak arti: tempat tinggal, kebiasaan, akhlak, watak, sikap, dan cara berpikir.
Sedangkan dalam bentuk jamak ta etha yang berarti adat kebiasaan. Dan arti
dalam bentuk jamak inilah yang menjadi awal mula istilah etika yang
dikemukakan filsuf Aristoteles. Menurut Bertens (2007) “etika secara etmologis
adalah ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan”
(h. 4).

12
Etika dan etiket merupakan hal yang berkaitan tetapi tidak sama, karena etiket
atau kesopanan adalah bersifat relatif, karena pada satu kebudayaan suatu hal bisa
dinilai tidak baik namun pada satu kebudayaan lain hal itu dianggap wajar-wajar
saja atau bahkan salah satu budaya baik. Tapi Etika jauh lebih mutlak, seperti
menghindari tindakan-tindakan kriminal dengan logika seperti yang ditegaskan
Bertens (2007) “Jangan mencuri, jangan berbohong, jangan membunuh
merupakan dasar-dasar prinsip etika yang tidak bisa ditawar-tawar atau diberi
dispensasi” (h. 10).

Jadi disadari atau tidak, manusia merupakan makhluk yang seharusnya memiliki
etika karena diberi akal pikiran oleh Tuhan, oleh sebab itu mengajarkan etika pada
anak maupun murid yang akan menjadi generasi penerus adalah suatu yang
seharusnya dilakukan seluruh anggota masyarakat karena etika sangat penting
dalam kehidupan sehari-hari.

II.4. Moral
Sebagai manusia yang tinggal di Indonesia yang merupakan negara dengan
keanekaragaman budaya, sudah sepatutnya semua masyarakat menjunjung tinggi
budaya baik yang berkembang di Indonesia. Sopan santun merupakan salah satu
contoh baik dari budaya yang perlu diaplikasikan manusia Indonesia dalam
kehidupan sehari-hari, pengaplikasian budaya sopan santun sangat diperlukan
dalam melestarikan keberlangsungan budaya baik ini di Indonesia. Moral secara
bahasa berasal dari bahasa Latin mos atau mores dalam kata jamaknya yang
berarti kebiasaan dan adat. Etika dan moral secara etimologi memiliki arti yang
sama yaitu adat dan kebiasaan.

Moral, menurut kamus besar bahasa Indonesia memiliki arti sebagai sesuatu yang
berkaitan, atau ada hubungannya dengan kemampuan menentukan benar-salahnya
sesuatu tingkah laku, sedangkan definisi moral menurut Haricahyono (1995)
adalah “adanya kesesuaian dengan ukuran baik buruknya sesuatu tingkah laku
atau karakter yang telah diterima oleh suatu masyarakat, termasuk di dalamnya
pelbagai tingkah laku spesifik, seperti misalnya tingkah laku seksual” (h. 221).

13
Jadi nilai moral sendiri memiliki definisi sebagai suatu ajaran tentang baik
buruknya suatu perbuatan atau kelakuan suatu individu dalam pandangan
masyarakat. Dengan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa mengaplikasikan
nilai-nilai moral dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting dalam kehidupan
sosial sehari-hari.

II.5. Norma
Manusia merupakan makhluk sosial yang setiap individunya memiliki keinginan
dan kebutuhan yang berbeda-beda, keinginan dan kebutuhan yang berbeda-beda
membuat tidak semua manusia patuh dengan sendirinya, maka dari itu manusia
memerlukan seperangkat peraturan agar tidak terjadi tindakan-tindakan yang
melanggar hak orang lain.

Menurut definisi kamus besar bahasa Indonesia norma diartikan sebagai aturan
atau ketentuan yang mengikat warga kelompok dalam masyarakat, dipakai
sebagai panduan, tatanan, dan pengendali tingkah laku yang sesuai dan bisa
diterima. Sedangkan menurut Maryati dan Suryawati (2001) “Norma merupakan
aturan-aturan perilaku dalam interaksi sosial warga masyarakat. Dengan norma,
perilaku sosial warga masyarakat akan dikontrol apakah sesuai dengan harapan
masyarakat atau tidak” (h. 59)

II.6. Berpamitan
Menurut definisi kamus besar bahasa Indonesia, berpamitan berasal dari kata
pamit yang berarti memohon diri. Berpamitan juga merupakan salah satu bentuk
penghormatan terhadap orang lain yang terkandung dalam nilai-nilai sosial.

Berpamitan sebelum berpergian merupakan salah satu contoh kecil dan sederhana
dari budaya sopan santun yang diwariskan atau diajarkan dari orang tua kepada
anaknya. Budaya tersebut bisa dikategorikan sebagai budaya baik karena
menjunjung nilai moral dan sopan santun.

14
Gambar II.1 Ilustrasi Berpamitan
Sumber: https://www.kaskus.co.id/thread/553c6e7b620881cb2c8b456a/yang-tak-kalah-
indah-dari-masa-putih-abu-abu-saat-kamu-kuliah/

Jadi, berpamitan merupakan salah satu adat-istiadat, tata krama yang menjunjung
tinggi nilai moral dan sopan santun dalam kehidupan sehari-hari yang menjadi
penting untuk dipelihara agar dapat senantiasa menjadi budaya baik yang
berkembang di masyarakat.

Namun ada kalanya orang tua selaku pendidik menerapkan pola asuh permisif,
yang memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa
pengawasan yang cukup. Terkadang pola asuh seperti inilah yang menghasilkan
karakteristik anak yang tidak mempedulikan eksistensi orang tuanya sendiri.
Anak-anak atau remaja kadang-kadang jadi tidak mengerti untuk menghargai
orang tuanya hanya karena orang tuanya kurang memperhatikan anaknya, dalam
hal ini alangkah baiknya apabila berpamitan adalah tindakan minimal yang
diajarkan orang tua kepada anaknya agar anak jadi menghargai keberadaan orang
tuanya.

II.7. Pola Asuh Permisif


Sebagai pendidik orang dituntut untuk mampu mengajar dan melindungi anak-
anaknya agar tidak terjerumus pada kegiatan-kegiatan yang bersifat negatif. Di era
globalisasi, anak adalah individu yang lebih mudah untuk menerima pengaruh
tanpa bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan

15
perkembangan teknologi sekarang ini, orang tua dituntut untuk mampu
melindungi anak agar tidak terjerumus kedalam kegiatan yang negatif.

Karena itu pola asuh merupakan hal yang vital dalam membangun kepribadian
dan karakter anak. Pola Asuh Permisif merupakan salah satu pola asuh yang
diterapkan orang tua pada anaknya, pola asuh ini memberikan kesempatan pada
anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup dari orang tua.
Orang tua cenderung tidak menegur/memperingatkan anak apabila anak sedang
dalam bahaya dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh orang tua,
sehingga seringkali disukai oleh anak.

Sayangnya pola asuh seperti ini memiliki sisi negatif karena anak cenderung
bersikap seenaknya tanpa pengawasan seperti halnya yang dijelaskan oleh Subakti
(2009) “berbahaya sekali membiarkan para remaja bertumbuh tanpa kendali. Pada
masa remaja banyak aspek berkaitan dengan pengalaman orang tua, apalagi ketika
mengambil keputusan” (h. 46). Tentu saja sebagai pendidik, orang tua yang
bertanggung jawab seharusnya mampu mengawasi anaknya agar tidak bertindak
seenaknya karena menurut Taufik (2006) “Pola asuh permisif akan menghasilkan
karakteristik anak-anak yang impulsive, agresif, tidak patuh, manja, kurang
mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri, dan kurang matang secara
sosial”.

II.7.1. Alasan Pola Asuh Permisif


Ada beberapa alasan tersembunyi yang menjadi latar belakang yang
mendorong banyak orang tua menerapkan pola asuh permisif, diantaranya:
 Beberapa orang tua tidak ingin diganggu kehidupan pribadinya, orang
tua semacam ini menganggap anak merupakan gangguan serius
terhadap kehidupan pribadi orang tua.
 Kurangnya pengetahuan dan pengalaman berpotensi membiarkan anak
remajanya melakukan apa saja sesuai keinginan.

16
 Faktor gengsi dan harga diri dapat menjadi pemicu orang tua
menerapkan pola asuh serba memperbolehkan terhadap anak
remajanya.
 Penderitaan orang tua semasa kecil sehingga orang tua tidak ingin
anaknya mengalami hal yang sama dengannya.
 Orang tua ingin selalu membahagiakan anaknya sehingga membiarkan
anaknya melakukan apa saja.
 Orang tua yang merasa bersalah juga terkadang membiarkan anaknya
melakukan apa saja sebagai bentuk penebusan dan upaya agar
dimaafkan anaknya. (Subakti, 2009, h. 47)

Dari pernyataan diatas, diketahui bahwa pola asuh yang memberikan


terlalu banyak kebebasan pada anak maupun remaja lebih banyak memiliki
kerugian daripada keuntungan dan dapat berdampak pada perkembangan
dan pertumbuhannya.

II.8. Remaja
Sebagai makhluk hidup, manusia tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya,
seiring pertambahan usia maka akan dicapai tingkatan-tingkatan kematangan
tertentu dalam proses menuju kedewasaan, namun dalam suatu proses
pendewasaan diperlukan banyaknya pengalaman yang dilakukan pada fase-fase
sebelum mencapai kedewasaan tersebut, fase remaja adalah fase yang penting
dalam menentukan arah kedewasaan yang akan dialami oleh setiap manusia.
Remaja dalam bahasa latin adolescere memiliki arti tumbuh atau tumbuh untuk
mencapai kematangan yang kemudian diserap kedalam bahasa Inggris menjadi
“adolescence”. Menurut Hurlock (seperti dikutip Ramadhan, 2013) “adolescence
sesungguhnya memiliki arti yang luas mencakup kematangan mental, emosional,
sosial, dan fisik” (h. 10), sehingga remaja sering menganggap dirinya sejajar
dengan orang dewasa. Orang-orang zaman dahulu memandang masa remaja tidak
berbeda dengan periode lain dalam rentang kehidupan, sehingga seorang anak
dianggap dewasa apabila sudah mampu mengadakan reproduksi. Namun pada

17
zaman sekarang remaja adalah suatu fase perkembangan yang dinilai penting
dalam kehidupan manusia.

Rumini & Sundari (2004) menegaskan bahwa “masa remaja adalah peralihan dari
masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua
aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa” (h. 53). Rumini & Sundari juga
menjelaskan bahwa “remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan
masa dewasa dengan rentang usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut
terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik, maupun psikologis”.

Remaja merupakan salah satu faktor penting penentu majunya suatu bangsa,
karena remajalah generasi muda yang akan meneruskan cita-cita suatu bangsa
yang diwariskan dari para pendahulunya, karena itulah generasi muda perlu
diawasi serta diajarkan pentingnya nilai-nilai moral dalam kehidupan sosial agar
terciptanya masyarakat ideal yang selalu menjunjung tinggi nilai moral.
Hilangnya pengawasan dan pengajaran nilai-nilai moral yang menjadi dasar
kehidupan sosial akan berdampak negatif pada generasi selanjutnya secara
berkesinambungan seperti efek domino.

Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas, bukan anak-anak, namun
juga belum dewasa. Maka dari itu remaja seringkali disebut dalam fase “mencari
jati diri”. Namun sebenarnya fase inilah yang teramat sangat vital karena remaja
sedang berada dalam masa yang sangat potensial dilihat dari kognitif, emosi,
maupin fisik. Karena itulah sungguh disayangkan apabila pada masa-masa
mencari jati diri namun sangat potensial ini malah diisi oleh kegiatan-kegiatan
yang jauh dari pengamatan orang tua apalagi kalau sampai melakukan tindakan-
tindakan diluar aturan.

II.9. Permasalahan Remaja Saat Ini


Pada saat ini kebanyakan remaja sudah tidak lagi menganggap penting budaya
sopan santun, hal ini terlihat dari banyaknya remaja yang sudah meninggalkan
budaya sopan santun, diantaranya seperti: berbohong kepada orang tua dan

18
berkeliaran diluar sepengetahuan orang tua remaja. Hal ini dapat dilihat disekitar,
contohnya saat ini banyak sekali ditemukan kasus anak berbohong terhadap orang
tuanya, misal menggunakan uang SPP dengan tidak semestinya, dan seringkali
melihat banyaknya remaja yang sering duduk-duduk berkelompok disuatu lokasi
dan tidak jelas arah tujuannya.

Perkembangan emosi pada remaja juga memiliki hubungan yang erat dengan
pertumbuhan dan perkembangan. Kebanyakan anak-anak sampai usia 12 tahun
membutuhkan perhatian dan kepercayaan bahwa dirinya diterima lingkungan.
Penerimaan lingkungan pada fase ini sangat mempengaruhi perkembangan dan
pertumbuhan anak untuk selanjutnya. Maka tidaklah mengherankan apabila
remaja yang kurang atau bahkan tidak diterima di lingkungan sering kali
berperangai kurang baik. Ini adalah bukti bahwa sesungguhnya anak-anak dan
remaja membutuhkan perhatian khusus dari orang tua untuk mengarahkan remaja
agar masyarakat mau menerima anak di lingkungan dan selalu bersikap baik pada
anak tersebut.

Salah satu aspek yang mempengaruhi kecenderungan remaja melakukan tindakan


berbohong dan berkeliaran tanpa arah dan tujuan dan akhirnya terjebak dalam
tindak kejahatan adalah belum tercapainya kematangan berpikir dan tentu saja
orang tua yang terlalu memberi kebebasan pada anaknya. Hal ini diperparah
dengan adanya arus teknologi yang masuk ke Indonesia secara cepat dan tak
tersaring.

Sebaiknya masuknya teknologi diiringi dengan matangnya pemikiran atas nilai


moral dalam menentukan mana yang benar dan salah, karena dengan adanya
kemajuan teknologi informasi memiliki dampak positif dan negatif, salah satu
dampak negatifnya adalah dengan masuknya informasi secara tidak terkontrol
yang dapat ditelan mentah-mentah oleh pemikiran para remaja sehingga hal
tersebut dapat memicu ke arah tindakan yang negatif. Maka dalam hal ini, media
mau tidak mau berperan besar dalam pembentukan mental serta pemikiran remaja,
sehingga berdampak pada tingkah laku serta gaya hidup.

19
Teknologi dan informasi yang masuk ke Indonesia juga memiliki dampak negatif
dalam pembentukan individu generasi muda di Indonesia, misalnya remaja
Indonesia seringkali mengadaptasi gaya hidup luar negeri. Walaupun gaya hidup
luar negeri menurut para remaja Indonesia bisa dibilang keren tetapi apabila
melanggar nilai moral akan menciptakan pertentangan diantara orang dewasa
yang sudah lebih lama menaati nilai moral yang benar dan generasi muda yang
sedang tertarik dengan gaya hidup luar negeri.

Apabila para remaja sebagai generasi muda sudah mengadaptasi gaya hidup luar
negeri yang bertentangan dengan nilai moral dan menerapkannya sebagai identitas
yang melekat pada dirinya tentu saja orang dewasa perlu meluruskan pandangan
generasi muda yang seperti itu. Maka dari itu tentu saja orang tua memeran peran
penting dalam mengawasi dan mengajarkan pentingnya nilai moral bagi generai
muda, karena apabila para orang dewasa mulai tak acuh dan bersikap permisif
dengan para remaja sebagai generasi muda yang mulai mengadaptasi gaya hidup
luar negeri maka lama kelamaan, budaya baik seperti budaya sopan santun akan
semakin dilupakan para generasi muda.

Lunturnya budaya sopan santun di benak para remaja sebagai generasi muda tentu
saja akan jadi hal yang sangat disayangkan karena budaya sopan santun memiliki
banyak manfaat, diantaranya:
a) Menunjukkan ekistensi diri, kepada orang tua dan orang lain, selain itu
orang tua akan merasa dihargai, karena sopan santun dalam berpamitan
merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada orang tua.
b) Bisa menjadi acuan orang tua untuk keberadaan sang anak saat terjadi hal-
hal yang tidak diinginkan.
c) Merupakan sarana komunikasi yang intensif, sehingga memelihara
hubungan baik dengan orang tua atau orang lain.
d) Kesadaran pada pengaplikasian nilai-nilai moral remaja sebagai generasi
muda akan meningkat.
e) Meningkatnya kesadaran remaja akan pentingnya menghormati orang tua
maupun lingkungan sekitar.

20
f) Menanamkan rasa patuh dan menghargai orang tua.
g) Terhindar dari pergaulan bebas karena minimnya pengawasan orang tua.

II.10. Aspek-Aspek yang Mempengaruhi Perkembangan Remaja


Sebagai manusia yang tumbuh dan berkembang sangatlah wajar apabila remaja
terpengaruhi berbagai aspek, terkadang aspek-aspek yang mempengaruhi tersebut
bisa membawa ke arah positif maupun negatif, maka dari itu penting untuk
mengerti aspek apa saja yang dinilai mempengaruhi perkembangan remaja.

II.10.1. Aspek Internal


Aspek internal dalam perkembangan perilaku remaja sebagian besar
adalah karena lingkungan keluarganya. Sejak saat lahir ke dunia sampai
remaja seorang manusia akan diajarkan oleh orang tuanya banyak hal
seperti: etika, etiket atau sopan santun, norma yang berlaku di masyarakat,
akhlak budiman yang biasanya merupakan ajaran Tuhan, dan pendidikan-
pendidikan dasar yang diajarkan sejak dini.
Hal-hal yang dijabarkan diatas adalah hal-hal yang biasanya diajarkan
orang tua kepada anaknya agar anaknya mengerti dan mampu berinteraksi
dengan lingkungan sebagai pribadi yang baik sehingga diterima di
masyarakat, oleh sebab itu alangkah disayangkan orang tua sudah tidak
peduli untuk mengajarkan anaknya hal-hal diatas. Orang tua biasanya
berpikir bahwa mengajarkan hal-hal dasar tersebut merupakan kewajiban
seorang guru, hal ini bertolak belakang dengan logika karena sewajarnya
orang tua lah yang seharusnya berperan dalam membentuk perilaku anak
agar anak tidak berada dibawah ajaran yang salah, karena bagaimanapun
orang tua tidaklah mungkin mencelakai anaknya sendiri.

II.10.2. Aspek Eksternal


Sebagai makhluk sosial, manusia bergaul dengan masyarakat di sekitarnya
untuk mengerti dan berinteraksi pada kehidupan sehari-hari. Karena itu
ada juga aspek yang dinilai datang dari luar namun mampu mempengaruhi
perkembangan perilaku remaja, diantaranya: teman-teman sebayanya,

21
trend yang sedang marak, atau bahkan ada remaja yang menganggap orang
tuanya sebagai pengaruh bagi perkembangannya.

Teman-teman bisa memberi pengaruh baik positif maupun negatif, karena


itu sudah seharusnya ada seseorang atau sesuatu yang mampu mengawasi
perkembangan remaja agar tidak terpengaruh apabila temannya membawa
pengaruh negatif kepada perkembangan remaja tersebut.

Trend yang kekinian biasanya juga mempengaruhi remaja karena remaja


selain dalam fase pencarian jati diri juga karena remaja menilai trendlah
yang membuat remaja menjadi memiliki identitas dan bisa diakui oleh
teman-temannya atau masyarakat.

Namun selain dari hal-hal yang dijabarkan diatas, orang tua bisa menjadi
aspek eksternal dalam perkembangan remaja. Hal ini mungkin disebabkan
orang tua yang kurang memperhatikan anaknya karena kesibukannya
bekerja sehingga terjadi jarak antara orang tua dan anak, sehingga semua
nasehat yang diberikan orang tua kepada anaknya dianggap sebagai
sesuatu yang mengganggu perkembangannya.

II.11. Analisis
Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa, maka wajarlah
apabila masih suka bermain dan malas belajar. Apabila mengamati pola pikir yang
seperti ini tidaklah mungkin untuk memberikan doktrin agar menjadi orang yang
selalu bertindak sopan pada orang tuanya. Metode yang paling masuk akal untuk
menyadarkan remaja adalah dengan memberi doktrin melalui apa yang remaja
suka dan apa yang sering remaja gunakan. Remaja sangat menyukai
menghabiskan waktu, namun tidak untuk membaca buku, remaja lebih sering
mengakses handphonenya daripada berbicara dengan orang tuanya, bahkan dalam
bersosialisasi dengan teman-temannya remaja lebih senang menggunakan internet
dibanding tatap muka langsung.

22
Dari penjelasan diatas, penulis merasa penggunaan komik strip bisa menjadi
pilihan untuk menyadarkan remaja. Karena selain menyenangkan, membaca
komik juga tidak akan terasa membebani remaja, jadi pesan yang ingin
disampaikan bisa masuk ke dalam benak remaja tanpa remaja merasa di doktrin
oleh nasehat-nasehat bijak. Selain itu komik strip juga sangat ramai di dunia
maya, dengan mengupload komik strip ke internet maka akan memudahkan
penyampaian pesan karena remaja juga menggunakan handphone setiap hari.
Dengan begitu remaja akan dengan mudah menerima informasi tanpa terbebani
karena harus mendengar celotehan atau nasihat-nasihat yang membosankan bagi
remaja.

II.13. Kondisi Khalayak


Masyarakat pada umumnya sudah kurang begitu memperhatikan budaya sopan
santun ditengah-tengah kehidupannya, sopan santun memang masih ada sampai
saat ini namun apabila masyarakat terus menerus tak acuh pada budaya baik
tersebut bisa jadi budaya sopan santun akan semakin dilupakan oleh para anak-
anak dan remaja sebagai penerus bangsa. Sehingga sangatlah penting agar semua
masyarakat pada umumnya sadar bahwa budaya baik sewajarnya dipelihara agar
senantiasa ingat betapa pentingnya budaya sopan santun dalam menjaga martabat
manusia sebagai makhluk berakal sehingga kehidupan yang harmonis akan bisa
terwujud.

Remaja sebagai generasi muda memang terkadang memberontak pada usia


tersebut, namun remaja sewajarnya ingat bahwa orang tua, masyarakat, guru,
bahkan teman merupakan seorang individu yang seharusnya dihargai
keberadaannya, karena manusia adalah makhluk sosial jadi sungguh aneh apabila
manusia malah tidak mengacuhkan manusia lainnya. Untuk itulah diperlukan
upaya positif agar budaya sopan santun akan senantiasa ada di benak para remaja
sehingga budaya luhur ini benar-benar bisa terpelihara hingga kelak nanti.

Untuk segmentasi secara geografis tidak ada ikatannya karena remaja bisa
mengakses internet dimanapun dan kapanpun. Segmentasi secara demografis:

23
anak-anak usia remaja awal 12-18 tahun dan remaja akhir 19-23 tahun, jenis
kelamin tidak ada ikatan, dan untuk pekerjaan: pelajar, mahasiswa, atau bahkan
remaja lulusan SMA yang sudah bekerja. Segmentasi secara behavioral atau
kebiasaan ditargetkan untuk anak-anak sampai remaja yang sering menggunakan
gadget untuk mengakses internet.

Secara umum remaja adalah makhluk yang sangat ingin tahu sehingga sering
mencoba hal-hal baru, namun kadang remaja tidak mengerti bahwa hal yang
remaja coba itu bukanlah hal yang baik di mata masyarakat, karena itulah
sebenarnya remaja membutuhkan orang yang mau mendengarkannya, tapi
terkadang orang tua tidak mengerti dan langsung membedakan segala sesuatu
sebagai baik atau buruk tanpa ada toleransi sehingga remaja jadi enggan untuk
berkomunikasi dengan orang tuanya dan lebih memilih untuk berdiskusi dengan
temannya. Hal ini bisa berakibat fatal apabila remaja berdiskusi dengan orang
yang salah atau bahkan sampai mengikuti kesalahan orang tersebut.

Remaja juga kadang mencari idola untuk menjadi panutannya agar memiliki
makna dan tujuan hidup sehingga ini juga perlu diperhatikan untuk membentengi
remaja agar tidak salah memilih panutan hidup, walaupun ada orang tua yang
seharusnya menjadi panutan remaja, remaja biasanya tidak berpikir demikian,
membentengi remaja dari pola pikir seperti itulah yang sebenarnya menjadi
tanggung jawab orang tua sebagai pendidik.

II.14. Resume
Sopan santun merupakan budaya luhur yang sudah diajarkan sejak zaman dahulu,
dan bahkan bisa dijumpai dalam kitab-kitab yang berisi firman Tuhan, ini
membuktikan bahwa budaya ini adalah budaya yang baik dan benar di mata
Tuhan. Ajaran-ajaran Tuhan adalah pedoman untuk manusia dalam menjalani cara
hidup yang benar di kehidupan sehari-hari, maka semua usia sudah sewajarnya
untuk mengikuti perintah Tuhan. Namun dalam prosesnya, anak-anak dan remaja
membutuhkan bantuan orang dewasa sebagai pendidik yang baik agar tidak
berada di jalan yang salah.

24
Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa sehingga
terkadang mengalami kesulitan dalam masa-masa transisi ini, maka tidak perlu
heran apabila remaja menolak ajaran atau nasehat baik yang diberikan orang
tuanya, karena remaja merasa mulai bisa berpikir sendiri. Maka terkadang remaja
mencari informasi lain sebagai bahan perbandingan dengan ajaran orang tuanya,
apalagi dengan kemajuan teknologi di era digital seperti saat ini tentu saja
semakin memudahkan remaja untuk mencari informasi yang remaja butuhkan.

Apabila sudah seperti itu, maka perlu dipikirkan cara untuk melawan balik arus
informasi yang tidak terkendali ini dangan memanfaatkan kemajuan teknologi
yang remaja sukai. Penggunaan strip sebagai media komunikasi merupakan hal
yang lumrah dewasa ini, hal ini bisa dilihat dengan mengakses media sosial.
Remaja sangat suka membuka akun media sosialnya, entah itu untuk
berkomunikasi dengan teman ataupun siapapun di dunia maya tersebut, maka dari
itu penggunaan media digital sebagai alat kampanye bisa dibilang hal yang masuk
akal mengingat target utamanya adalah para remaja yang hidupnya tidak bisa
lepas dengan media digital.

25

Anda mungkin juga menyukai