Cerita Bolaang Mongondow

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 2

NENEK MOYANG BOLAANG MONGONDOW

Cerita Legenda Bolaang Mongondow, ketika selesai pengobatan kepada Raja Mokodoludut yang
dilakukan selama tujuh hari tujuh malam itu, Bogani diwilayah Bumbungon yaitu Amaliye dan Inaliye
melihat bamboo kuning yang berisi air mandi Mokodoludut semakin hari semakin besar, begitu juga
dengan ranting pohon yang berada ditengahnya terlihatmulai berdaun mudah (bertunas).
Setelah dua kali tujuh hari lamanya, saat itu Mokodoludut sedang dimandikan oleh Inaliye isterti dari
Amaliye, Tiba-tiba bamboo kuning itu meledak. Bahkan suara ledakan tersebut terdengar oleh seluruh
rakyat bumbungon. Saat itu seluruh Rakyat Bumbungon kembali dating kerumah Bogani Amaliye dan
Inaliye untuk menyelidiki suara tersebut.
Ketika diselidiki, dari bembu tersebut maka keluarlah seorang bayi perempuan yang cantik. Mereka
menamai bayi perempuan itu dengan Baunia yang artinya jadi dari Uap Obat.
Semua Bogani dan Masyarakat yang saat itu sedang berkumpul di rumah Amaliye dan Inaliye langsung
mengakui dan memberikan gelar Bua (Puteri) kepada bayi tersebut.
Maka mokodoludut dan Bua Baunia pun dibesarkan bersama-sama dibawa asuhan Bogani Bumbungon
yang tak memiliki keturunan itu, yaitu Amaliye dan isterinya Inaliye. Akan tetapi semua biaya untuk
peneliharaan putera-puteri Raja itu ditanggung oleh seluruh Rakyat dan Bogani yang berada di Bolaang
Mongondow.
Ketika Raja Mokodoludut dan Bua Baunia mulai beranjak dewasa, maka mereka berdua pun dijodohkan
oleh Bogani-bogani lewat Musyawarah Adat pada waktu itu. Dengan mendengar rencana baik dari para
Bogani tersebut, seluruh rakyat pun ikut gembira.
Beberapa hari kemudian, diadakanlah persiapan untuk pernikahan yang mulia Mokodoludut dan Bua
Baunia. Perkawinana ini dilakukan oleh Bolian (Imam atau kepala Agama) saat itu, dengan sangat meriah
selama tuju hari tuju malam.
Dari perkawinan itu, pasangan Punu Mokodoludut dan Bua Baunia memperoleh 5 orang anak, tiga (3)
diantaranya adalah anak laki-laki dan sisanya anak perempuan. sayangnya dua (2) anak perempuan
tersebut tidak dituliskan didalam buku Sejarah Bolaang Mongondow hasil karya dari A.U. Sepang dan
H.M. Taulu itu, hanya tiga anak laki-laki saja yang tertuang dalam buku tersebut. Yaitu:
Golonggom
Ginupit
Yayu Bongkoi
Yayu Bongkoi adalah anak kelima atau putera bungsuh dari pasangan Raja Mokodoludut dan Bua
Baunia, Ia dijodohkan dengan Puteri Silagondo keturunan dari Tumotoibokol dan Tumotoibokat.
Dari perkawinan Yayubongkol dan Silagondo, mekreka di karuniai tiga orang anak, yaitu : Abo Kinalang
atau damopolii Kinalang, Abo Mokoapa, yang terakhir Abo Pinomuku.
Dimasa itu dibagilah kedudukan kaum Bangsawan dari kedudukan Raja, oleh Raja-Raja feodal pada
waktu, dari beberapa kaum ini, dibagi atas tiga kedudukan yaitu : kaum Raja, kaum Kohongian, dan
terakhir rakyat Jelata. Namun dimasa Raja tadohe, kedudukan kaum dibagi menjadi tuju bagian yaitu :
Kaum Raja, Kaum Kohongian, Kaum Nonow, Kaum Tahig, Kaum Yobuat, dan Rakyat Jelata.
Namun setelah Rakyat Indonesia telah dinyatkan merdeka, maka kebiasaan tersebut sudah tidak berlaku
lagi hingga saat ini. (fahmi damogalad)

Anda mungkin juga menyukai