Kel 5 - Konsep Desentralisasi Pendidikan
Kel 5 - Konsep Desentralisasi Pendidikan
Kel 5 - Konsep Desentralisasi Pendidikan
Dosen Pengampu :
Dr. Arum Fatayan, M.Pd
Disusun Oleh :
Kelompok 4
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Manajemen Berbasis Sekolah dengan
judul “Konsep Desentralisasi Pendidikan”.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan do’a, saran dan kritik sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan yang membangun dari berbagai
pihak. Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi dunia
pendidikan.
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................2
C. Tujuan............................................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................3
A. Pengertian Desentralisasi Pendidikan..........................................................................................3
B. Urgensi dan Tujuan Desentralisasi Pendidikan..........................................................................4
C. Implementasi Desentralisasi Pendidikan.....................................................................................9
D. Kritik Implementasi Desentralisasi Pendidikan di Indonesia..................................................11
BAB III.....................................................................................................................................................13
PENUTUP................................................................................................................................................13
A. Simpulan.......................................................................................................................................13
B. Saran.............................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan sistem pendidikan di Indonesia telah melalui perkembangan yang
panjang, hal ini seiring dengan kondisi bangsa Indonesia. Jauh sebelum Indonesia
mencapai kemerdekaan, sistem pendidikan yang berkembang di Indonesia adalah sistem
pendidikan tradisional yang disesuaikan dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat.
Pada awal kemerdekaan, para pendiri republik yang sebagian besar adalah para tokoh
pendidikan, memusatkan usahanya untuk membangun sistem pendidikan nasional
sebagai pengganti dari sistem pendidikan kolonial yang telah berlangsung lebih dari tiga
abad. Sistem pendidikan nasional mulai menampakan bentuknya sejak terbitnya Undang-
Undang Nomor 4 tahun 1950 tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah.
Sistem pendidikan nasional telah mengalami tiga kali perubahan dari Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 1950, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1954, dan Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 1989. Selama waktu tersebut, telah terjadi berbagai perubahan
dan perkembangan, baik dari aspek substansi maupun kekuasaan dan kewenangan
penyelenggaraannya.
Dari aspek substansi, telah terjadi perubahan dan perkembangan, antara lain
tentang tujuan pendidikan, kurikulum, metode mengajar, penilaian pendidikan terus
berlangsung dengan adanya perubahan rencana pelajaran 1964, kurikulum 1968,
kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994, KTSP dan kini berlangsung
Kurikulum 2013. Perubahan pada aspek kekuasaan dan kewenangan penyelenggaraan
pendidikan, antara lain tampak pada perubahan sistem pendidikan nasional yang mulanya
sentralistik kini menjadi sistem pendidikan nasional yang mengalami desentralisasi.
1
kewenangan pemerintah pusat dilimpahkan kepada pihak lain untuk dilaksanakan. Dalam
konteks pelaksanaan otonomi daerah ditegaskan bahwa sistem pendidikan nasional yang
bersifat sentralistis selama ini kurang mendorong terjadinya demokratisasi dan
desentralisasi penyelenggaraan pendidikan. Sebab sistem pendidikan yang sentralisasi
diakui kurang bisa mengakomodasi keberagaman daerah, keberagaman sekolah, serta
keberagaman peserta didik, bahkan cenderung mematikan partisipasi masyarakat dalam
pengembangan pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah makalah ini, yaitu:
1. Apa pengertian dari desentralisasi pendidikan?
2. Bagaimana urgensi dan tujuan desentralisasi pendidikan?
3. Bagaimana implementasi desentralisasi pendidikan?
4. Bagaimana kritik atas implementasi desentralisasi pendidikan di Indonesia?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka terdapat beberapa tujuan sebagai berikut :
1. Untuk dapat mengetahui apa desentralisasi pendidikan
2. Untuk dapat mengetahui urgensi desentralisasi pendidikan
3. Untuk dapat mengetahui implementasi desentralisasi pendidikan
4. Untuk dapat mengetahui kritik atas implementasi desentralisasi pendidikan di
Indonesia
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
penyusunan kebijakan dan pembiayaan. Atau dapat dikatakan desentralisasi
pendidikan diartikan sebagai pelimpahan kekuasaan dan wewenang dalam mengatasi
permasalahan di bidang pendidikan, namun harus tetap mengacu pada
tujuan pendidikan nasional sebagai bagian dari upaya pencapaian tujuan nasional(Rohil,
2016).
Kemandirian daerah itu harus diawali dengan evaluasi diri, melakukan analisis
faktor internal dan eksternal daerah guna mendapat suatu gambaran nyata tentang kondisi
4
daerah sehingga dapat disusun suatu strategi yang matang dan mantap dalam upaya
mengangkat harkat dan martabat masyarakat daerah yang berbudaya dan berdaya saing
tinggi melalui otonomi pendidikan yang bermutu dan produktif.
5
Umiarso (2010:27) mengemukakan otonomi atau desentralisasi pendidikan
mempunyai dua arti: Pertama menata kembali sistem pendidikan nasional yang
sentralistik menuju suatu sistem menuju yang memberikan kesempatan luas kepada
inisiatif masyarakat setempat, Kedua otonomi pendidikan bukan berarti melepaskan
segala ikatan untuk membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia, melainkan untuk
memperkuat dasar-dasar pendidikan pada tingkat grass root guna membentuk suatu
masyarakat Indonesia yang bersatu berdasarkan kebinekaan masyarakat. Jadi makna
otonomi pendidikan ialah pendidikan dikembalikan kepada stakeholder (masyarakat).
6
1. Desentralisasi kewenangan di sektor pendidikan dalam hal kebijakan pendidikan dan
aspek pendanaannya dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah (propinsi dan
distrik)
2. Desentralisasi pendidikan dengan fokus pada pemberian kewenangan yang lebih
besar di tingkat sekolah Konsep desentralisasi pendidikan yang pertama terutama
berkaitan dengan otonomi daerah dan desentralisasi penyelenggaraan pemerintahan
dari pusat ke daerah, sedangkan konsep desentralisasi pendidikan yang memfokuskan
pada pemberian kewenangan yang lebih besar pada tingkat sekolah dilakukan dengan
motivasi untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
7
Desentralisasi pendidikan merupakan salah satu model pengelolaan pendidikan
yang menjadikan sekolah sebagai proses pengambilan keputusan dan merupakan salah
satu upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan serta sumber daya manusia termasuk
profesionalitas guru yang belakangan ini dirisaukan oleh berbagai pihak baik secara
regional maupun secara internasional.
Sistem pendidikan yang selama ini dikelola dalam suatu iklim birokratik dan
sentralistik dianggap sebagai salah satu sebab yang telah membuahkan keterpurukan
dalam mutu dan keunggulan pendidikan di tanah air kita. Hal ini beralasan, karena sistem
birokrasi selalu menempatkan “kekuasaan” sebagai faktor yang paling menentukan dalam
proses pengambilan keputusan. Sekolah-sekolah saat ini telah terkungkung oleh
kekuasaan birokrasi sejak kekuasaan tingkat pusat hingga daerah bahkan terkesan
semakin buruk dalam era reformasi saat ini. Ironisnya, kepala sekolah dan guru-guru
sebagai pihak yang paling memahami realitas pendidikan berada pada tempat yang
“dikendalikan”. Merekalah 7 seharusnya yang paling berperan sebagai pengambil
keputusan dalam mengatasi berbagai persoalan sehari-hari yang menghadang upaya
peningkatan mutu pendidikan. Namun, mereka ada dalam posisi tidak berdaya dan
tertekan oleh berbagai pembakuan dalam bentuk juklak dan juknis yang “pasti” tidak
sesuai dengan kenyataan obyektif di masing-masing sekolah.
Disamping itu pula, kekuasaan birokrasi juga yang menjadi faktor sebab dari
menurunnya semangat partisipasi masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan di
sekolah. Dulu, sekolah sepenuhnya dimiliki oleh masyarakat, dan merekalah yang
membangun dan memelihara sekolah, mengadakan sarana pendidikan, serta iuran untuk
mengadakan biaya operasional sekolah. Jika sekolah telah mereka bangun, masyarakat
hanya meminta guru-guru kepada pemerintah untuk diangkat pada sekolah mereka itu.
Pada waktu itu, kita sebenarnya telah mencapai pembangunan pendidikan yang
berkelanjutan (sustainable development), karena sekolah adalah sepenuhnya milik
masyarakat yang senantiasa bertanggungjawab dalam pemeliharan serta operasional
pendidikan sehari-hari. Pada waktu itu, Pemerintah berfungsi sebagai penyeimbang,
melalui pemberian subsidi bantuan bagi sekolah-sekolah pada masyarakat yang benar-
benar kurang mampu.
8
C. Implementasi Desentralisasi Pendidikan
Implementasi sisteln pendidikan nasional di Indonesia tidak bisa dilepaskatl dari
paradigma tata pemerintahan yang dikembangkan. Menurut Tlloha (1999: 1-7), dengan
adanya perubahan paradigma dari sentralisasi kekuasaan menjadi desentralisasi
kewenangan, visi pendidikan pada masadepan harus berorientasi pada aspirasi dan
kebutuhan Inasyarakat. Terkait dengan otonomi daerah desentralisasi pendidikan harus
dapat menjawab situas, kebutuhan, dan nilai-nilai yang berkelnbang di daerah. Hal itu
sejalan dengan pendapat Satori (1999: 1-22) bahwa para perencana dan pengelola
pendidikan dipersyaratkall merniliki kernampuan untuk mengkaji rnasalah-masalah
pendidikan strategik dalarn konteks pernbangunan kewilayahan(Pendidikan, 2001).
9
pendidikan sehingga pengelola sekolah perlu melibatkan seluruh stake holder yang ada di
daerah(Pendidikan, 2001).
Untuk mengatasi berbagai kendala perlu kiranya regulasi pemerintah yang terlalu
membatasi otonomi lembaga pendidikan di daerah diturunkan porsinya dan diarahkan
untuk mendukung kebijakan perluasan dan pemerataan kesempatan belajar serta
peningkatan mutu dan relevansi pendidikan. Terkait dengan alokasi anggaran
pembangunan, propinsi mempunyai tugas dan wewenang untuk memperjuangkan
proporsi- anggaran pendidikan yang dapat diamankan dalam persaingan dengan sektor
lainnya serta menetapkan alokasi per jenjang dan jenis pendidikan sesuai dengan skala
prioritas nasional. Dalam otonomi, anggaran pendidikan yang dialokasikan dari APBD
hendaknya lebih operasional dan konsisten dengan laju pertumbuhan penduduk serta
kebutuhan pendidikan Inasyarakat. Rancangan-rancangan program pembangunan daerah
10
akan menentukan spesifikasi tenaga yang dibutuhkan untuk melaksanakan program dan
kegiatan pembangunan yang dikembangkan. Dalam pemikiran yang lebih pragmatis,
pendidikan merupakan salah satu penentu pertumbuhan ekonomi (Satori, 1999: 1-22).
Sebagai bagian dari proses pembangunan, pendidikan dinyatakan sebagai investasi
pengembangan SDM akan meningkatkan kemampuan dan kecakapan sesuai aspirasi
kebutuhan masyarakat dan pembangunan daerah(Pendidikan, 2001).
11
Kebijakan desentralisasi pendidikan harus mendorong pemberdayaan daerah dan
masyarakat. Pemberdayaan yang dalam Kamus Oxford dijelaskan berasal dari kata
empower, yang berarti “memberikan kewenangan, memberikan kemampuan untuk
melakukan sesuatu.Menyatakan bahwa pemberdayaan bermakna penghilangan batasan
birokratis yang mengkotak-kotakkan orang, dan membuat mereka menggunakan seefektif
mungkin keterampilan, pengalaman, energi dan ambisinya. Kebijakan yang ditetapkan
pemerintah dalam memberi kewenangan ke tingkat lebih rendah, misalnya dari
pemerintah Pusat kepada pemerintah daerah seharusnya memberikan keleluasan dalam
merencanakan dan memilih bahan yang sesuai dengan kondisi daerah.
Terkait tujuan utama desentralisasi pendidikan untuk memberdayakan segenap
stakeholders pendidikan terdapat dua persyaratan yang harus mendapat perhatian, yakni
pendelegasian dan fasilitasi.35 Desentralisasi tanpa pendelegasian kewenangan tidak
masuk akal. Pemberdayaan menekankan pada proses memberikan atau mengalihkan
sebahagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan (power) kepada masyarakat, organisasi
dan individu agar menjadi lebih berdaya. Proses ini sering disebut sebagai kecenderungan
primer dari makna pemberdayaan. Prasyarat lainnya adalah fasilitasi, artinya pemerintah
pusat tidak sama sekali berlepas tangan memberi dukungan kepada daerah untuk dapat
melaksanakan desentralisasi secara bertanggungjawab. Kecenderungan yang banyak
terjadi adalah dengan keterbatasan yang dimiliki daerah, baik dalam pembiayaan dan
terutama dalam kapasitas sumber daya manusia yang melaksanakan kebijakan ini,
desentralisasi cenderung menimbulkan komplikasi dan menyebabkan terjadinya
inefesiensi dalam pengelolaan pendidikan. Komitmen pemerintah memotivasi, memberi
masukan dan kritik-kritik yang konstruktif terhadap pelaksanaan desentralisasi ini,
merupakan kecenderungan skunder yang perannya akan sangat menentukan berhasil atau
tidaknya desentralisasi pendidikan(Musanna et al., n.d.).
12
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka dapat dipahami bahwa desentralisasi
pendidikan pada hakikatnya berkorelasi positif terhadap peningkatan mutu lulusan
lembaga pendidikan dan efesiensi pengelolaan pendidikan. Apabila sekolah dapat
dikelola dengan optimal oleh personalia yang profesional, pengambilan keputusan
dilakukan oleh pihak-pihak yang lebih dekat dan tahu tentang kebutuhan dan potensi
sekolah, maka mutu pendidikan akan lebih maksimal sesuai yang diharapkan.
Pengelolaan pendidikan yang baik menghasilkan Indonesia yang baru, desentralisasi
pendidikan merupakan suatu keharusan jika kita ingin cepat mengejar ketertinggalan dari
bangsa lain. Melalui pendidikan yang demokratis akan melahirkan masyarakat yang kritis
dan bertanggung jawab. Masyarakat yang demokratis akan mampu menciptakan
masyarakat madani yaitu masyarakat yang berbudaya tinggi yang menjunjung tinggi nilai
kemanusiaan yang mana sangat menghargai hak-hak asasi manusia.
B. Saran
Penulis menyarankan agar pembaca lebih memperbanyak lagi referensi-referensi
mengenai desentralisasi pendidikan selain makalah ini. Ini dikarenakan oleh keterbatasan
penulis dalam mencari referensi-referensi dalam penyusunan makalah ini.
13
DAFTAR PUSTAKA
Maisyanah, M. (2018). Analisis Dampak Desentralisasi Pendidikan Dan Relevansi School Based
Management. Quality, 6(2), 1. https://doi.org/10.21043/quality.v6i2.5773
Musanna, A., Stai, D., Putih, G., Bahri, S., Fakultas, D., Iain, T., & Aceh, B. (n.d.). Tinjauan Historis ,
Orientasi dan Reformulasi Desentralisasi Pendidikan.
Pendidikan, I. D. (2001). Implementasi Desentralisasi Pendidikan Terhadapotonomidaerah. Jurnal
Cakrawala Pendidikan, 3(3), 284–293. https://doi.org/10.21831/cp.v3i3.8767
Rohil, Z. (2016). Desentralisasi Pendidikan. JOIES: Journal of Islamic Education Studies, 1(1), 155–166.
14