Laporan PKL (Alfiansyah. R G0118346)
Laporan PKL (Alfiansyah. R G0118346)
Laporan PKL (Alfiansyah. R G0118346)
ALFIANSYAH. R
G0118346
Alfiansyah. R
G0118346
i
HALAMAN PENGESAHAN
Nama : Alfiansyah. R
Nim : G0118346
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas berkah rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktek kerja Lapang ini. Laporan ini
disusun sebagai salah satu syarat dalam pelaksanaan praktek kerja lapang (PKL) pada
Universitas Sulawesi Barat. Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan baik selama PKL maupun dalam penyusunan laporan ini
terutama kepada:
1. Kepada orang tua tercinta yang setia mendoakan dan selalu memberi
dukungan sehingga saya dapat sampai pada titik ini.
2. Bapak Dr.Ir. Salmin, MP selaku dekan fakultas peternakan dan perikanan
universitas sulawesi barat
3. Bapak Dr. Setiawan Putra Syah S.Pt., M.Si selaku ketua program studi
peternakan universitas sulawesi barat
4. Ibu Agustina S.Pt., M.Si selaku dosen pembimbing utama PKL Universitas
Sulawesi Barat
5. Bapak Dr. Muhammad Ihsan A. Dagong S.Pt., M.Si selaku kepala Unit
Pemuliaan Ternak Kambing Universitas Hasanuddin Makassar
6. Bapak ibu dosen yang telah memberi ilmu pengetahuan dalam mendukung
penyusunan laporan ini.
Alfiansyah. R
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL.................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................ix
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang........................................................................................1
1.2. Tujuan .....................................................................................................1
1.3. Manfaat....................................................................................................2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kambing.................................................................................................3
2.1.1 Kambing PE.................................................................................4
2.1.2 Kambing Kacang..........................................................................4
2.1.3 Kambing Boer..............................................................................4
2.2. Pemeliharaan............................................................................................5
2.3. Perkandangan...........................................................................................5
2.4. Pakan........................................................................................................5
2.5. Kesehatan Ternak.....................................................................................6
2.6. Recording.................................................................................................7
BAB III. METODOLOGI
3.1. Tempat dan Waktu.................................................................................8
3.2. Gambaran Umum Lokasi.......................................................................8
3.2.1. Kondisi Umum Universitas Hasanuddin......................................8
iv
3.2.2. Sejarah Kandang Unit Pemuliaan Ternak Kambing....................9
3.3. Materi PKL............................................................................................10
3.3.1. Alat dan Bahan...........................................................................10
3.3.2.Prosedur Kerja..............................................................................10
3.4. Metode Pengumpulan Data...................................................................10
3.4.1. Observasi.....................................................................................10
3.4.2. Wawancara..................................................................................11
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Cempe..................................................................................................12
4.2. Penanganan Saat Kelahiran..................................................................13
4.3. Pemeliharaan Harian Pada Cempe.......................................................14
4.4. Perkandangan Pada Cempe..................................................................15
4.5. Pemberian Pakan Pada Cempe.............................................................16
4.6. Penanganan Kesehatan Cempe.............................................................17
4.7. Recording.............................................................................................18
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan........................................................................................20
5.2. Saran..................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21
LAMPIRAN...........................................................................................................23
v
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
1. .Lampiran.................................................................................................23-26
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah dikenal
secara luas di Indonesia. Ternak kambing memiliki potensi produktivitas yang cukup
tinggi. Kambing di Indonesia telah dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging,
susu, maupun keduanya (dwiguna) dan kulit. Kambing secara umum memiliki
beberapa keunggulannya antara lain mampu beradaptasi dalam kondisi yang ekstrim,
tahan terhadap beberapa penyakit, cepat berkembang biak dan prolifik (beranak
banyak).
1.2 Tujuan
1
a. Meningkatkan kompetensi ilmu peternakan dan tatalaksana pemeliharaan
ternak kambing.
b. Memberikan kesempatan mengaplikasikan pengetahuan secara actual dalam
bidang peternakan.
1.3 Manfaat
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kambing
Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah
penghasil daging, susu, maupun keduanya (dwiguna) dan kulit. Kambing secara
kondisi yang ekstrim, tahan terhadap beberapa penyakit, cepat berkembang biak
dan prolifik (beranak banyak). Menurut Williamson dan Payne (1993), kambing
peliharaan terdiri atas lima spesies yaitu Capra ibex, Capra Hircus, Capra
Caucasica, Capra Pyrenaica, dan Capra Falconeri. Capra ibex adalah spesies
mempunyai ukuran tubuh dan tanduk yang lebih besar daripada betina. Ibex
sebagai ibex Spanyol, kambing liar Spanyol, atau kambing liar Iberia, adalah
3
2.1.1 Kambing Peranakan Etawa (PE)
Kambing PE merupakan hasil persilangan pejantan Etawah dengan
kambing Kacang sebagai upaya peningkatan produktivitas ternak lokal.
Susilawati (2008) juga menjelaskan bahwa kambing PE di Indonesia nenek
moyangnya berasal dari india yaitu kambing ettawah. Kambing ini merupakan
jenis kambing perah dan dapat pula menghasilkan daging. Kambing PE
termasuk kambing yang prolifik (subur) dengan menghasilkan anak 1-3 ekor
per kelahiran, dengan berat badan antara 35- 45 kg pada betina, sedangkan
pada kambing jantan berkisar antara 40- 60 kg tergantung dari kualitas bibit
dan manajemen pemeliharaannya. Menurut Mulyono dan Sarwono (2008),
sebagai kambing peliharaan, kambing PE memiliki dua kegunaan yaitu
sebagai penghasil susu (perah) dan pedaging.
2.1.2 Kambing Kacang
Kambing Kacang adalah kambing yang berasal dari Indonesia yang
banyak dipelihara oleh masyarakat. Narasasmita (1979) menyatakan bahwa
kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia yang mempunyai bobot
hidup lebih kecil dibandingkan dengan kambing jenis lainnya. Kambing
Kacang memiliki keunggulan, mudah beradaptasi dengan lingkungan
setempat dan angka reproduksinya cukup baik. Susilawati (2008) lebih lanjut
menjelaskan bahwa kambing Kacang yang mempunyai berat badan 20-30 kg
ini mempunyai fertilitas tinggi sehingga anak yang dilahirkan berkisar 1-4
ekor per kelahiran, merupakan tipe pedaging dan mampu beradaptasi
dilingkungan yang jelek.
2.1.3 Kambing Boer
Kambing ini merupakan kambing tipe pedaging dengan pertumbuhan
yang cepat, mampu tumbuh sampai 110 – 135 kg pada jantan, betina sekitar
90 – 100 kg, dan memiliki pertambahan bobot badan harian 0,14 – 0,18 kg per
hari (Solaiman, 2010). Atas dasar keunggulan tersebut, kambing boer sering
4
dipilih untuk membentuk bangsa kambing baru tipe pedaging dengan cara
menyilangkan dengan kambing lokal Shrestha and Fahmy, 2007).
2.2 Pemeliharaan
Pemeliharaan adalah semua aktivitas yang dilakukan untuk mempertahankan
kondisi sebuah item atau peralatan, atau mengembalikannya ke dalam kondisi
tertentu (Dhillon, 2006). Kemudian dengan penekanan inti definisi yang sejalan
Ansori dan Mustajib (2013) di dalam bukunya mendefinisikan perawatan atau
maintenance sebagai konsepsi dari semua aktivitas yang di perlukan untuk
menjaga atau mempertahankan kualitas fasilitas/mesin agar dapat berfungsi
dengan baik seperti kondisi awal.
2.3 Perkandangan
Perkandangan merupakan segala aspek fisik yang berkaitan dengan kandang
dan sarana maupun prasarana yang bersifat sebagai penunjang kelengkapan dalam
suatu peternakan (Syarif dan Sumoprastowo, 1985). Kandang merupakan suatu
bangunan yang memberikan rasa aman dan nyaman bagi ternak. Kandang
berfungsi untuk melindungi sapi terhadap gangguan luar yang merugikan
(Sudono et al., 2003). Lokasi kandang harus dekat dengan sumber air, tidak
membahayakan ternak dan tidak berdekatan dengan pemukiman penduduk.
Lokasi usaha peternakan diusahakan bukan areal yang masuk dalam daerah
perluasan kota dan juga merupakan daerah yang nyaman dan layak untuk
peternakan sapi perah (Syarif dan harianto, 2011). Setiap hari kandang harus
selalu dibersihkan agar tidak muncul bau yang tidak sedap yang dapat
mengganggu ternak tersebut (Setiawan dan Tanius, 2005).
2.4 Pakan
Pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan oleh ternak, dapat dicerna
seluruhnya atau sebagian dan tidak mengganggu kesehatan ternak (Lubis, 1992).
Pemberian pakan pada ternak perlu mempertimbangkan jumlah, kandungan dan
kualitas nutrien didalam bahan pakan. Penyusunan pakan untuk sapi perah dapat
menggunakan bahan pakan sumber protein sebanyak 20-25% dengan komposisi
5
sumber protein nabati 10-20% dan sumber protein hewani 3-10%, sedangkan
untuk bahan pakan sumber energi dalam pakan dapat disusun 50-75% dan untuk
mineral mix dalam pakan sebanyak 5% dari total pakan(Kamal, 1990).
Apabila dibandingkan tingkah laku makan dengan domba, kambing
mempunyai kecenderungan yang lebih besar untuk memilih pakan jika diberikan
pakan yang berlebihan. Tetapi sebaliknya bila kambing diberikan pakan yang
berkualitas rendah, maka kambing akan mengkonsumsi pakan seadanya, dan daya
cerna lebih rendah, bila dibandingkan dengan domba (Haryanto, 1983). Lebih
rendahnya kecernaan disebabkan oleh pakan yang dikonsumsinya berkualitas
rendah sehingga kandungan serat kasarnya lebih tinggi. Perbedaan kecernaan
serat kasar pada hijauan untuk kambing dan domba mempunyai perbedaan
kemampuan untuk memilih bagian tanaman yang lebih bergizi. Bagian tanaman
dengan kandungan hemiselulosa dan protein yang lebih tinggi biasanya dipilih
ternak walaupun dipelihara dengan system dikandangkan (Haryanto, 1988).
2.5 Kesehatan Ternak
Kesehatan ternak adalah suatu keadaan atau kondisi dimana tubuh hewan
dengan seluruh sel yang menyusun dan cairan tubuh yang dikandungnya secara
fisiologis berfungsi normal. Salah satu bagian yang paling penting dalam
penanganan kesehatan ternak adalah melakukan pengamatan terhadap ternak yang
sakit melalui pemeriksaan ternak yang diduga sakit. Pemeriksaan ternak yang
diduga sakit adalah suatu proses untuk menentukan dan mengamati perubahan
yang terjadi pada ternak melalui tandatanda atau gejala-gejala yang nampak
sehingga dapat diambil suatu kesimpulan dan suatu penyakit dapat diketahui
penyebabnya.
Gangguan kesehatan pada ternak terjadi karena adanya infeksi agen penyakit
oleh bakteri/ kuman, virus, parasit atau disebabkan oleh gangguan metabolisme
(Pinardi et al. 2019). Oleh karena itu, bekal pengetahuan tentang pentingnya
mengenal beberapa jenis penyakit ternak yang sering terjadi di lapangan dan
sekaligus upaya penanggulangannya perlu diketahui oleh petugas lapangan/
6
penyuluh dan peternak di pedesaan. Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan
memperhatikan perkandangan yang baik misalnya ventilasi kandang, lantai
kandang juga kontak dengan ternak lain yang sakit dan orang yang sakit. Sanitasi
merupakan usaha pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau
mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan perpindahan dari
penyakit tersebut.
2.6 Recording
Recording adalah catatan segala kejadian mengenai ternak yang dipelihara
yang dapat memberikan informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan
yang objektif didasarkan atas fakta yang ada, sehingga keputusan yang dibuat
merupakan keputusan yang baik (Soetarno, 2003). Dalam pengelolaan peternakan
modern, recording menjadi sangat penting. Hal ini disebabkan karena jumlah
ternak yang dikelola tidak sedikit. Banyak sekali komponen recording yang
harusnya mendapat perhatian antara lain: jumlah populasi, jumlah pemberian
pakan, jumlah produksi harian yang dihasilkan, jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan, tingkat kematian (mortalitas) ternak yang dipelihara, penyakit yang
menyerang, riwayat kesehatan (medical record), obat yang dibutuhkan, vaksinasi
yang dibutuhkan dan masih banyak lainnya. Intinya semakin banyak pencatatan
yang dilakukan akan semakin baik manajemen usaha yang di jalankan. Menurut
Soetarno (2003), recording ternak adalah catatan segala peristiwa mengenai
ternak yang dipelihara yang dapat memberikan informasi yang diperlukan untuk
membuat keputusan objektif didasarkan atas fakta yang ada, sehingga keputusan
yang dibuat merupakan keputusan yang tepat.
7
BAB III
METODOLOGI
8
l. Fakultas Teknik
m. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
n. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
o. Fakultas Keperawatan
p. Sekolah Pasca Sarjana
9
pun mulai dikurangi yang awalnya cukup komplit sekarang hanya ada
beberapa saja
10
Kegiatan observasi dilakukan untuk memproses objek dengan maksud
untuk merasakan dan kemudian memahami pengetahuan dari sebuah
fenomena berdasarkan pengetahuan dan ide-ide yang sudah diketahui
sebelumnya, untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dan
melanjutkan ke proses investigasi.
3.4.2 Wawancara
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Cempe
Masa cempe merupakan pemeliharaan setelah lahir sampai dengan umur 6 bul
an. Pada masa ini akan menjadi masa kritis untuk calon individu baru untuk dijual se
bagai penggemukan atau replacement stock untuk menjaga kontinyuitas produksi. (Gi
nting, 2009). Litter size untuk cempe sebesar 1,51 ± 0,43 dan saat sapih sebesar 1,46
± 0,54, penggunaan litter size akan digunakan sebagai pedoman untuk mengatur popu
lasi di suatu peternakan (Sudewo et al., 2012). Di Unit Pemuliaan Ternak Kambing U
NHAS terdapat 8 ekor cempe yang dimana 5 ekor cempe tersebut lahir selama kami
12
Saat proses kelahiran cempe jika posisi hidung diatas jari kaki (normal) maka
tidak perlu dilakukan reposisi akan tetapi mebutuhkan tenaga untuk penarikan secara
perlahan sesuai kontraksi, pasca kelahiran pembersihan terhadap sang anak dan mem
bangun kontak induk – anak secara maksimal (Ginting, 2009). Dalam kasus tertentu p
emberian kolostrum dapat kurang dikarenakan kelahiran anak melebihi produksi kolo
strum yang dihasilkan oleh sang induk sehingga perlu dilakukan substitusi yang mem
punyai kandungan setara (Sudewo et al., 2012). Kelahiran cempe di Unit Pemuliaan
Ternak Kambing terjadi secara alami tanpa bantuan manusia terkecuali induk kambin
g mengalami distokia saat proses kelahiran cempe. Ini merupakan contoh cempe yang
13
Waktu masa pra-sapih tingkat persentase mortalitas mencapai 30 – 40% (Ginting,
a dapat menurunkan tingkat kematian (Usman et al, 2016), melakukan pemberian vita
min secara kondisional, menerapakan konsep biosecurity juga merupakan salah satu ti
an Ternak Kambing UNHAS bisa dibilang cukup ketat dikarenakan setiap ada kambi
ng atau cempe yang mengalami tanda tanda gangguan kesehatan langsung di pindah k
andangkan dan di karantina atau di isolasi selama masa pemulihan. Dan ini merupaka
n kandang isolasi/karantina yang berada di area Unit Pemuliaan Ternak Kambing Uni
versitas Hasanuddin.
14
Setiawan dan Tanius (2005), menyebutkan bahwa membangun kandang kamb
ing seperti membangun rumah untuk tempat tinggal manusia sehingga secara hakikat
normative harus sama. Kandang ideal untuk cempe 0 – 3 bulan sebaiknya disendirika
n dengan induk untuk mempermudah dalam proses pendekatan hubungan dan menyu
sui dengan ukuran untuk sang induk 1,5 m × 1 m dan 0,75 m × 1 m (Fahmi et al., 201
5).
uddin terdiri dari 2 jenis kandang yaitu kandang semi permanen yang berbentuk pang
gung dan kandang umbaran. Ketika terdapat ternak yang ingin melahirkan maka terna
k kambing akan dilepaskan dikandang umbaran agar induk dan cempe tidak tergangg
u dan terinjak oleh ternak lain. Di Unit Pemuliaan Ternak Kambing Universitas Hasa
nuddin untuk indukan dan cempe berada di kandang umbaran seperti gambar yang ad
a dibawah ini.
15
Pemberian pakan pada cempe sebelum disapih dapat dilakukan dengan pemberia
n kolostrum sampai hari ke 3, Pemberian susu sebanyak 3 – 4 kali sehari pada hari ke
mpuran 50% susu sapi, Umur minggu ke 3 diberikan kosentrat sebagai perangsang pe
angi frekuensi menjadi 2 kali sehari, umur ke 11 – 12 cempe mulai diperkenalkan den
gan air (Putranto, 2012). Milk Replacer yang merupakan campuran dari susu skim, le
mak nabati / hewani, tepung butter milk juga bisa menjadi alternatif dalam substitusi s
usu yang akan diberikan oleh cempe, Standar kandungan nutrisi Milk Replacer PK 18
Pemeliharaan cempe yang baik dapat dilakukan dengan cara melakukan pemberi
an Milk Replacer jika mengalami kekurangan stock susu yang diberikan ke cempe, pe
mberian pakan secara bertahap dikarenakan berbagai fungsi organ yang mulai aktif se
16
Penanganan kesehatan harian dapat dilakukan dengan kontrol harian, pemerik
saan klinis dan karantina (Viali, 2016). Pemberian kolostrum juga merupakan salah sa
Dwicipto (2009), Menjelaskan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada
saat melakukan pemeriksaan kesehatan harian antara lain dari nafsu makan ternak,me
ngamati area sekitar ternak (feses,urin, dan keadaan sekitar apakah ada bercak darah),
Mengamati tubuh ternak normal apa tidak (bisa dilihat dari hidung dan kejernihan m
ata), Mengamati cara berdiri dan bergerak ternak apakah ada kelainan atau luka pada
ternak, Mengamati feses ternak yang tidak normal ini mengindikasikan terjadi masala
h pada organ pencernaan ternak dan melihat hal hal tersebut yang kurang normal dapa
s kesehatan tersendiri dalam mengurus ternak yang sehat dan sakit tetapi pada saat ka
nakan sedang dalam masa cuti kehamilan. Jadi kami dan bapak Dr. Muhammad Ihsan
A. Dagong S.Pt.,M.Si yang langsung melakukan penyuntikan vitamin dan anti bodi
pada ternak yang baru datang serta pemberian kolostrum pada cempe yang baru lahir.
Ini merupakan salah satu kegiatan kami saat memberikan obat tetes mata pada salah
17
Gambar 4 Pemberian Obat Tetes Mata Pada Cempe
tuk dijadikan replacement stock, pencatatan pada cempe meliputi identitas sang induk,
obot lahir, jenis kelamin, tinggi Pundak, dan panjang badan (Supriadi et al., 2009).
Data recording cempe ketika kami melaksanakan PKL di Unit Pemuliaan Ter
nak Kambing Universitas Hasanuddin saya mengambil 5 sampel karena selama kami
18
Nomor Jenis Kelam Bobot Lahir Tanggal lahir
in/Jenis
Kambing
1 Jantan/Saanen 2,60 17 Juli 2021
2 Betina/Saanen 2,48 18 Juli 2021
3 Jantan/PE 2,72 2 Agustus 2021
4 Betina/PE 2,30 3 Agustus 2021
5 Betina/Saanen 2,63 4 Agustus 2021
Dan untuk data kambing yang yang masuk dan keluar sebagai berikut.
asuk ng keluar
1. 6 ekor - 5-07-2021
2. 20 ekor 5 ekor 18-07-2021/19-07-
2021
3. 5 ekor - 24-07-2021
BAB V
19
5.1 Kesimpulan
Berdasar dari hasil PKL yang kami lakukan selama 30 hari dapat
dikatakan bahwa salah satu proses ternak kita dapat berkualitas baik
adalah dengan memperhatikan tatalaksana pemeliharaan cempe nya.
Karena jika salah dalam melakukan perawatan dapat mengakibatkan
kematian pada cempe sehingga peternak akan mengalami kerugian.
5.2 Saran
Saran saya selama melakukan PKL di Unit Pemuliaan Ternak Kambing
Universitas Hasanuddin agar pintu dan pagar segera diperbaiki karena
selama PKL ada beberapa cempe yang bisa keluar masuk pagar. Hal
tersebut bisa mengakibatkan ternak hilang atau dicuri oleh orang tidak
bertanggung jawab.
20
DAFTAR PUSTAKA
Alexander M., Arnanda P. R., Retno S. W., Sunaryo H. W., dan Yuliani M. G. A.
2019. Pemberian susu pengganti terhadap peningkatan berat badan harian cempe
lepas sapih. J. Biosintesis Pascasarjana 21 (2): 106 – 112.
Ginting P. S. 2009. Pedoman teknis pemeliharaan induk dan anak kambing masa pra
– sapih. Loka Penelitian Kambing Potong, Sumatera Utara.
Aka R., Budisatria I G S., dan Nono N. 2008. Kinerja induk Kambing Peranakan
Etawah pada pola pemeliharaan sistem kandang kelompok dan kandang individu
di Kecamatan Turi Kabupaten Sleman. Buletin Peternakan 32 (3): 191 – 201.
Fahmi T., S. Tedi, dan E. Sujitno. 2015. Petunjuk teknis manajemen pemeliharaan
ternak domba. Bogor, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP).
Usman, Sirajuddin A., dan Sahrir. 2016. Produktivitas ternak kambing lokal di
Kabupaten Tolitoli. J. Sains dan Teknologi Tadulako 5 (2): 87 – 95.
21
Pinardi et al. 2009. Sosialisasi Penyakit Hewan Ternak dan Penanggulangannya di
Desa Ciseureuh Kecamatan Ketanggungan Kabupaten Brebes. Juni 2020 Vol 2
(4) : 652-656 (Online) Di Akses pada tanggal 16 Oktober 2021.
Soetarno, T 2003. Manajemen Ternak Perah. Hand Out Mata Kuliah Ternak Perah
Fakultas Peternakan Gadja Mada. Yogyakarta
22
LAMPIRAN
23
24
25
26