Helen Isi Revisi1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di era globalisasi dan perdagangan bebas sekarang ini, persaingan antar

perusahaan semakin ketat. Persaingan ini menuntut perusahaan untuk berlomba-

lomba mampu menciptakan dan meningkatkan nilai perusahaan serta mengelola

sumber daya yang ada secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk

memaksimalkan laba perusahaan. Di sisi lain, dalam memperoleh laba

perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia bahkan dunia pasti mengalami

beberapa kendala dan permasalahan ekonomi dimasa sekarang ini, salah satunya

yang paling besar dampak akibat kasus pandemi covid-19 yang terjadi sejak bulan

maret 2019 di Indonesia.

Pandemi covid-19 yang terjadi menjadi suatu permasalahan yang dihadapi

perusahaan di dunia termasuk perusahaan di dalam negeri, Indonesia. Adanya

pandemi covid-19 yang sedang terjadi mau tidak mau memberi pengaruh yang

cukup signifikan terhadap beberapa sektor usaha, salah satu sektor yang

berpengaruh sangat signifikan yakni perusahaan sektor manufaktur. Dampak

inilah sangat dirasakan perusahaan dalam memperoleh laba dan dalam

mempertahankan kelangsungan hidup (sustainable) usahanya. Menurunnya

penjualan produk serta kegiatan operasional di berbagai sektor manufaktur karena

tidak berjalannya aktivitas produksi disebabkan pembatasan sosial berskala besar

yang ditetapkan pemerintah Indonesia, (Sidik, 2020). Terjadinya hal ini dapat juga

1
2

dilihat dari turunnya Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur di Indonesia

2020 mengalami penurunan yakni 3,6 poin dari 50,8 dibulan Agustus menjadi

47,2 di bulan September. Melemahnya indeks tersebut merupakan yang pertama

dimulai bulan April, pada saat pandemi global memuncak, hal ini menandakan

penurunan di beberapa sektor ekonomi dan menggambarkan kemerosotan yang

dicapai PMI pada bulan-bulan terakhir.

Banyaknya perubahan yang terjadi pada bisnis dimasa pandemi dan

perkembangan teknologi memberikan efek yang memberikan pengaruh pada

pertumbuhan perusahaan, berawal dari tangible asset menjadi intangible asset hal

ini berdasarkan pada knowledge yang dimasa depan akan menjadi bagian penting

terhadap penciptaan penilaian perusahaan. Perubahan inilah memicu perusahaan

mulai memperoleh kembali laba. Tanpa adanya perolehan laba, perusahaan tidak

dapat memenuhi tujuan lain sebuah perusahaan, seperti pertumbuhan yang terus

menerus (going concern), tumbuh berkembang (growth) dan tanggung jawab

sosial (corporate social responsibility). Untuk mengukur kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan laba yaitu dengan menggunakan rasio profitabilitas. Rasio ini

mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar

kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan

penjualan maupun investasi (Fahmi, 2014: 68). Profitabilitas merupakan masalah

penting bagi suatu perusahaan karena profitabilitas merupakan salah satu ukuran

kinerja perusahaan.

Profitabilitas perusahaan dapat ditingkatkan melalui efisiensi terhadap

penggunaan sumber daya perusahaan perusahaan. Tingkat efisiensi penggunaan


3

sumber daya perusahaan dapat dievaluasi melalui beberapa rasio, yaitu perputaran

persediaan, perputaraan aset tetap, dan kas. Sumber daya tersebut dievaluasi untuk

mengukur kesesuaian pemanfaatannya sehingga perusahaan dapat mengambil

kebijakan yang tepat dalam mengoptimalkan laba.

Perputaran persediaan cukup penting karena persediaan merupakan pos aset

lancar yang cukup besar nilainya. Perputaran persediaan menunjukkan seberapa

cepat persediaan yang dimiliki oleh perusahaan berganti dalam satu periode.

Perputaran persediaan yang lambat menunjukkan lamanya persediaan tersimpan

di persediaan, sehingga hal ini dapat memperbesar biaya persediaaan, dan akan

mempengaruhi laba perusahaan. Menurut Runtunuwu et al (2017) perputaran

persediaan memiliki pengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas (ROA).

Semakin tinggi perputaran persediaan, maka semakin kecil resiko adanya

penurunan harga, biaya pemeliharaan, biaya penyimpanan, dan selera konsumen

akan menurun. Penelitian ini didukung oleh Sufiana & Purnawati, (2013),

Daulay, (2017), dan Suminar, (2015). Hasil penelitian yang berbeda ditunjukkan

oleh penelitian yang dilakukan oleh Bangun et al (2018) dan Wijaya dan Tjun

(2017) yang menyatakan bahwa variabel Inventory Turnover berpengaruh negatif

signifikan terhadap profitabilitas. Berbeda dari hasil penelitian sebelumya,

Nuryani, dkk (2017) dan Ardhan & Hatane (2015) menyatakan perputaran

persediaan tidak berpengaruh terhadap profitabilitas.

Perusahaan dalam menjalankan proses produksi dan proses operasional

lainnya membutuhkan aset tetap. Perusahaan melakukan investasi pada aset tetap

dengan harapan akan memperoleh kembali dana yang ditanamkan pada aset
4

tersebut. Perolehan kembali dana atas investasi aset tetap akan lebih cepat apabila

perusahaan mampu menentukan kesesuaian jumlah aset tetap yang dimiliki dan

menilai efektivitasnya dalam menghasilkan penjualan.

Ketika perputaran aset semakin tinggi, maka menandakan bahwa semakin

baik perusahaan tersebut efisien menggunakan asetnya untuk menghasilkan

penjualan. Keputusan perusahaan secara yang akan dibuat dapat dilihat

menggunakan total asset turnover. Perusahaan dapat mengetahui bagaimana

kinerja manajemen berdasarkan jumlah penjualan yang dihasilkan perusahaan

dengan menginvestasikannya terhadap beberapa aset perusahaan. Hal ini bisa

mengukur efisiensi dan profitabilitas suatu perusahaan, sehingga akan

mempermudah bagi investor dan kreditor untuk menilai suatu perusahaan.

Ketika sumber daya dalam suatu perusahaan dikelola secara efisien, maka

perusahaan tersebut dikatakan memiliki profitabilitas yang tinggi atau

perusahaan yang menguntungkan (Handayani & Hadi, 2019 ). Hal ini sejalan

dengan penelitian Wikardi & Wiyani (2017), dan Budiang, dkk (2017) assets

turnover memiliki pengaruh positif terhadap profitabilitas. Hal ini menunjukkan

bahwa perusahaan telah efisien menggunakan aset yang dimilikinya dan sumber

daya yang dimiliki perusahaan dapat dimanfaatkan secara tepat.


5

Kas diperlukan perusahaan baik untuk membiayai operasi perusahaan

sehari-hari maupun untuk mengadakan investasi baru dalam aset tetap. Tingkat

perputaran kas yang tinggi menunjukkan kecepatan arus kas kembali dari kas

yang telah diinvestasikan pada aset. Dengan demikian kas akan dapat

dipergunakan kembali untuk membiayai kegiatan operasional sehingga tidak

mengganggu kondisi keuangan perusahaan. Berdasarkan penelitian Nuryani, dkk

(2017) perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan

berpengaruh secara simultan terhadap profitabilitas. Ketika perputaran kas tinggi

maka menunjukan jumlah kas di perusahaan tidak banyak, sehingga membuat

modal yang terdapat di dalam aset dapat berubah menjadi kas dengan cepat. Hal

ini berefek juga pada profitabilitas yang menjadi semakin besar. Ketika suatu

perusahaan memiliki perputaran kas yang rendah maka modal yang ditanamkan

dalam aset dicairkan dalam waktu yang lebih lama. Sedangkan penelitian dari

Suminar (2015) dan Budiansyah, dkk (2016). menyatakan bahwa perputaran kas

memiliki pengaruh negatif terhadap profitabilitas. Hal ini bisa terjadi karena ada

kas digunakan untuk kebutuhan lain, misalnya kas dipakai untuk menutupi

piutang yang tak tertagih dan digunakan juga untuk mengelola persediaan yang

terdapat di gudang. Sedangkan hasil temuan Sufiana & Purnawati (2013) secara

parsial tingkat tidak ada pengaruh antara perputaran kas terhadap profitabilitas.

Hal ini disebabkan karena investasi modal kerja pada perusahaan manufaktur

lebih dominan pada piutang dan pembiayaan pengelolaan persediaan.

Menurut Brigham (2001:89) ada beberapa ukuran yang digunakan untuk

melihat kondisi profitabilitas suatu perusahaan, antara lain dengan menggunakan


6

Gross Profit Margin, Net Profit Margin, Return on Asset, Return on Equity,

Return on Investment. Pengukuran profitabilitas yang digunakan rasio Return On

Asset (ROA). Semakin besar ROA, berarti semakin efisien penggunaan aktiva

perusahaan atau dengan kata lain dengan jumlah aktiva yang sama bisa dihasilkan

laba yang lebih besar dan sebaliknya. Profitabilitas yang tinggi akan dapat

mendukung kegiatan operasional perusahaan secara maksimal. Rasio ini diukur

dengan membandingkan antara laba bersih terhadap total aset. Semakin tinggi

perbandingan laba bersih terhadap total aset maka akan semakin baik bagi

perusahaan.

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dan replikasi dari penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Runtunuwu, dkk (2017). Beberapa penelitian

yang telah dilakukan yang berkaitan dengan pengaruh perputaran aset tetap, kas,

dan perputaran persediaan terhadap profitabilitas menunjukkan pengaruh dan

hubungan yang positif dan signifikan, akan tetapi juga terdapat penelitian dengan

hubungan sebaliknya. Dari perbedaan hasil yang diperoleh, peneliti ingin menguji

kembali bagaimana pengaruh perputaran aset tetap, kas dan perputaran persediaan

terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

Kelompok perusahaan pada sektor perdagangan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia dipilih sebagai perusahaan yang diteliti dengan mempertimbangkan

sektor manufaktur sebagai salah satu sektor usaha yang terus mengalami

pertumbuhan dari tahun ke tahun. Menurut kementrian keuangan Indonesia,

Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Mei 2021 terus

meningkat ke level 55,3 di Mei 2021, naik dari posisi 54,6 pada April 2021, dan
7

mencatat rekor survei tertinggi baru selama tiga bulan berturut-turut. Hal tersebut

menjadi rekor yang tertinggi sejak survei pertama kali pada April 2011.

Industri manufaktur memberikan kontribusi terbesar atas kenaikan

pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 7,07% pada triwulan II tahun

2021. Sektor ini merupakan sumber pertumbuhan tertinggi, yaitu sebesar 1,35%.

Di periode ini, sektor manufaktur sendiri mencatatkan pertumbuhan sebesar

6,91% meskipun mengalami tekanan akibat pandemi Covid-19. Adapun tiga

subsektor yang diproyeki mampu mencatatkan akselerasi pertumbuhan ciamik

pada 2021, yakni industri makanan, minuman, serta kertas dan barang dari kertas.

Kemenperin mencatat, industri minuman misalnya, dapat tumbuh 4,39% secara

tahunan pada 2021. Pemerintah juga akan memberikan perhatian khusus pada

beberapa sektor manufaktur, seperti industri farmasi, produk obat, kimia, obat

tradisional, bahan kimia, barang dari bahan kimia, logam dasar, dan makanan.

Berdasarkan penjelasan dan penyajian pertumbuhan sektor industri dari

tahun 2021 tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian hubungan

antara perputaran aset tetap, kas, dan perputaran persediaan terhadap tingkat

profitabilitas perusahaan dengan menjadikan perusahaan manufaktur sub sektor

makanan dan minuman yang terdaftar di BEI sebagai objek penelitian skripsi ini,

dengan judul “Pengaruh Perputaran Aset Tetap, Kas, dan Persediaan terhadap

Tingkat Profitabilitas Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Makanan dan Minuman

yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.


8

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan dalam

penelitian ini adalah

1. Apakah perputaran aset tetap memiliki pengaruh terhadap tingkat

profitabilitas pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan

minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

2. Apakah perputaran kas memiliki pengaruh terhadap tingkat profitabilitas

pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

3. Apakah perputaran persediaan memiliki pengaruh terhadap tingkat

profitabilitas pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan

minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

4. Apakah perputaran aset, kas dan persediaan memiliki pengaruh terhadap

tingkat profitabilitas pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan

dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

1.3 Batasan Masalah

Agar penelitian ini dapat tercapai, maka peneliti membuat beberapa batasan

untuk penelitian yaitu:

1. Objek / sasaran penelitian dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur

sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Perusahaan tersebut memiliki dan melaporkan laporan keuangan yang lengkap

serta audited selama tahun 2017-2020


9

3. Periode penelitian yang diamati adalah tahun 2017 hingga tahun 2020

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis pengaruh perputaran aset tetap terhadap tingkat

profitabilitas pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan

minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2. Untuk menganalisis pengaruh perputaran kas terhadap tingkat profitabilitas

pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3. Untuk menganalisis pengaruh perputaran persediaan terhadap tingkat

profitabilitas pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan

minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4. Untuk menguji secara empiris pengaruh antara perputaran aset tetap, kas,

dan persediaan terhadap tingkat profitabilitas pada perusahaan manufaktur

sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Akademis

a. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menambah konsep dan teori yang

mendorong ilmu pengetahuan tentang pengaruh perputaran aset tetap,

kas dan persediaan, dengan menyajikan bukti empiris terkait dengan


10

tingkat profitabilitas perusahaan dengan menggunakan rasio Return on

Asset.

b. Penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan sumbangan

pemikiran dan bahan refrensi kembali untuk peneliti selanjutnya yang

ingin melakukan penelitian yang sama khusunya dengan menggunakan

atau menambah Variabel lain.

1.5.2 Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan bisa memberikan bahan masukan yang berarti

bagi investor dan perusahaan tentang pengaruh perputaran aset tetap, kas

dan persediaan terhadap tingkat profitabilitas perusahaan sebagai salah

satu pertimbangan untuk pengambilan keputusan dan acuan dalam

melihat kondisi profitabilitas perusahaan, baik secara parsial maupun

simultan pada perusahaan yang terdaftar di BEI.

b. Hasil penelitian ini diharapkan juga memberikan informasi mengenai

pengaruh perputaran aset tetap, kas dan persediaan terhadap tingkat

profitabilitas yang dilihat dari Return on Asset perusahaan manufaktur

sub sektor makanan dan minuman pada daftar BEI.

1.6 Sistematika Penulisan Skripsi

Penelitian yang dilakukan ini dibuat dan dituangkan ke dalam sebuah

skripsi yang terdiri dari 5 bab dengan tujuan untuk mempermudah para pembaca

dalam pemahamannya. Lima bagian bab tersebut antara lain :


11

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab pertama ini, dipaparkan pendahuluan yang berisi tentang latar

belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab dua sendiri berisi landasan teori, penelitian terdahulu, kerangka

pemikiran, dan perumusan hipotesis dari penelitian yang akan diteliti.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab yang ketiga diuraikan metode penelitian yang dipakai. Metode

penelitian tersebut terdiri dari desain penelitian, jenis dan sumber data, populasi

dan teknik pengambilan sampel, variabel penelitian dan definisi operasional

Variabel, serta teknik analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ke empat ini memiliki beberapa bagian untuk penelitian dengan

uji hipotesis meliputi deskripsi data penelitian atau deskripsi objek penelitian,

hasil analisis data, dan pembahasan hasil penelitian.

BAB V PENUTUP

Pada bab terakhir ini sendiri menguraikan beberapa bagian penutup dari

skripsi di antaranya yaitu kesimpulan, saran, dan keterbatasan.

DAFTAR PUSTAKA
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Aset Tetap

Pengertian aset tetap yang dikemukakan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia

dalam Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16 (Revisi 2011) menyatakan

bahwa aset tetap adalah aset berwujud yang: (a) Dimiliki untuk digunakan dalam

produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk disewakan kepada pihak lain,

atau untuk tujuan administratif; dan (b). Diharapkan untuk digunakan lebih dari

satu periode

Menurut Kasmir (2015: 185) total asset turnover merupakan rasio yang

digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan

mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva.

2.1.2 Klasifikasi Aset Tetap

Jenis-jenis aset (Firdaus A. Dunia,2014 : 211-212) terdiri dari:

(1). Lahan, yaitu bidang tanah terhampar baik yang merupakan tempat

bangunan maupun yang masih kosong.

(2). Gedung, adalah bangunan yang berdiri di atas lahan baik yang berdiri di

atas tanah maupun di atas air.


13

(3). Kendaraan, merupakan sarana angkutan yang dimiliki perusahaan

untuk mendukung kegiatan operasionalnya.

(4). Inventaris, perlengkapan yang melengkapi isi kantor. Termasuk

perlengkapan pabrik, kantor, ataupun alat-alat besar yang digunakan dalam

perusahaan.

Manfaat ekonomi aset tetap dikonsumsi hanya sepanjang masa manfaat aset

tersebut, jumlah aset yang tecatat secara kumulatif akan terus berkurang hingga

habis masa manfaat aset tersebut, disebut sebagai penyusutan. Seluruh jenis aset

tetap kecuali tanah akan mengalami penyusutan. Biaya lain menyangkut aset tetap

adalah biaya pemeliharaan atau penggantian komponen dalam aset tetap tersebut

2.1.3 Perputaran Aset Tetap

Menurut Irham Fahmi (2014:134) dalam buku yang berjudul Analisis

Laporan Keuangan menyatakan bahwa: “Rasio fixed assets turnover disebut juga

dengan perputaran aktiva tetap. Rasio ini melihat sejauh mana aktiva tetap yang

dimiliki oleh suatu perusahaan memiliki tingkat perputarannya secara efektif, dan

memberikan dampak pada keuangan perusahaan.”

Rumus untuk mencari perputaran aset tetap / fixed assets turnover dapat

digunakan sebagai berikut :

penjualan
Perputaran aset tetap =
total aktiva tetap

Menurut Dr. Kasmir (2015:184) dalam bukunya Analisis Laporan Keuangan

menyatakan bahwa: “fixed assets turnover merupakan rasio yang digunakan untuk
14

mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam

satu periode.” Menurut Kasmir (2015: 185) total asset turnover merupakan rasio

yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki

perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap

rupiah aktiva

Rumus untuk mencari fixed assets turnover dapat digunakan sebagai

berikut:

penjualan
Perputaran aset tetap =
total aktiva tetap

Rata-rata aset tetap dapat diperoleh dengan cara menjumlahkan aset tetap

awal periode dengan aset tetap dengan aset tetap akhir periode dibagi dua. Rata-

rata aset tetap dirumuskan sebagai berikut :

Aset tetap awal+ Aset tetap akhir


Rata-rata aset tetap =
2

2.1.4 Kas

Menurut Hery (2014:27) dalam bukunya yang berjudul pengendalian

Akuntansi & Manajemen, menyatakan bahwa : “Kas meliputi uang logam, uang

kertas, cek,wesel pos (kiriman uang lewat pos; money orders) dan deposito,

Perangko bukan merupakan kas melainkan biaya yang dibayar dimuka atau beban

yang ditangguhkan.”

Menurut Kasmir (2014:140) dalam bukunya yang berjudul Analisis Laporan

Keuangan, mengemukakan bahwa : “Rasio perputaran kas (cash turnover),


15

menurut James O. Gill, berfungsi untuk mengukur tingkat kecukupan modal kerja

perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan.

Artinya, rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk

membayar tagihan (utang) dan biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan.”

2.1.5 Sumber Penerimaan dan Pengeluaran Kas

Berdasarkan jurnal (Haryani,2015:36) mengungkapkan bahwa : Sumber

penerimaan kas dalam perusahaan manufaktur berasal dari penjualan tunai dan

penerimaan kas dari piutang usaha. Dalam pengendalian intern yang baik, setiap

penerimaan kas harus disetor dalam jumlah penuh ke bank pada hari yang sama

atau pada hari kerja berikutnya. Tidak diperkenankan melakukan pengeluaran kas

dari kas yang diterima dari sumber-sumber tersebut. Dengan demikian catatan

penerimaan kas dapat direkonsiliasi dengan catatan setoran ke bank yang terdapat

dalam rekening koran bank. Dengan kata lain, catatan kas perusahaan dapat

diperiksa ketelitian/keabsahannya dengan membandingkan catatan bank.

Dalam bukunya (L.M. Samryn, 2016) mengungkapkan bahwa penerimaan

kas perusahaan yang umum terjadi bersumber dari :

1.1 Penjualan barang dagang/jasa secara tunai

Transaksi penerimaan kas yang paling sering terjadi dalam perusahaan

adalah penjualan tunai. Transaksi ini menyebabkan penambahan jumlah kas

perusahaan.

1.2 Penerimaan kas dari penjualan piutang


16

Piutang bias timbul dari transaksi penjualan kredit atau memberikan

pinjaman uang tunai kepada pihak lain. Jika pihak yang berhutang menyerahkan

kembali uang tunai kepada perusahaan sejumlah kas yang pernah dipinjamnya,

maka penyerahan tersebut menyebabkan penambahan jumlah kas perusahaan.

1.3 Penjualan aktiva tetap

Jika aktiva tetap perusahaan dijual secara tunai, maka hasil penjualan akan

langsung diterima dalam bentuk kas. Perusahaan besar sering melakukan hal ini

terhadap aktiva tetap yang sudah habis umur ekonomisnya.

1.4 Penerimaan dari pinjaman

Jika memerlukan tambahan kas, terutama dalam jumlah besar, maka

perusahaan dapat melakukan peminjaman uang dari pihak lain. Peminjaman dapat

dilakukan di bank dan dapat juga dari perorangan atau perusahaan lain.

Peminjaman ini memberikan tambahan kas di satu sisi lain menimbulkan

tambahan hutang.

1.5 Penerimaan dari setoran modal pemilik

Pada saat mendirikan perusahaan para pemilik menyetorkan sejumlah kas

pada perusahaan sebagai penyertaan modal. Setoran modal juga dapat dilakukan

jika perusahaan memerlukan penambahan jumlah modal. Dalam perusahaan yang

berbadan hukum perseroan penyetoran modal disertai dengan penerbitan saham.

1.6 Hasil penjualan surat-surat berharga

Perusahaan-perusahaan besar dapat menerbitkan atau membeli surat

berharga perusahaan lain yang dapat diperjual belikan. Hasil penjualan tunai surat

berharga menjadi penambahan jumlah kas perusahaan.


17

1.7 Penerimaan kembali kelebihan uang muka dan biaya

Perusahaan-perusahaan tertentu sering memberikan uang muka kepada

pegawainya untuk membayar keperluan operasional, misalnya diperlabuhan, atau

perjalanan dinas lainnya. Kepada pegawai yang bersangkiutan diberikan sejumlah

uang yang harus dipertanggungjawabkan pernggunaanya setelah yang

bersangkutan menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan. Jika dalam peneyelesaian

tugas tersebut mengeluarkan jumlah uang yang lebih kecil dari yang diberikan,

maka kelebihan uangnya harus dikembalikan kepada perusahaan.

1.8 Pendapatan lain-lain

Kas dari pendapatan lain-lain diperoleh dari perolehan pendapatan yang

bukan merupakan kegiatan utama perusahaan. Misalnya, pendapatan bunga bank

selisih kurs dari transaksi dalam mata uang asing.

2.1.6 Perputaran Kas

Kas digunakan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan. Likuiditas kas akan

semakin tinggi jika kas di dalam perusahaan semakin besar (Widiasmoro, 2017).

Ketika suatu perusahaan memiliki likuiditas tinggi, maka resiko perusahaan untuk

tidak dapat memenuhi kebutuhan operasionalnya akan semakin kecil. Perputaran

kas menunjukkan berapa kali kas perusahaan berputar selama periode tertentu,

yang dihitung dari pendapatan atau penjualan perusahaan dibagi dengan saldo kas

rata-rata selama periode tersebut (Nurmawardi & Lubis, 2019).

2.1.7 Persediaan
18

Persediaan merupakan barang milik perusahaan yang digunakan atau

disimpan perusahaan untuk dijual pada waktu tertentu, yang masih berbentuk

bahan baku dan disimpan untuk selanjutnya diproses, barang dalam proses

manufaktur, dan barang jadi yang disimpan untuk dijual maupun diproses

(Widiasmoro, 2017). Persediaan juga bisa diartikan sebagai barang yang dibeli

untuk dijual kembali dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan (Altaf &

Shah, 2018).

2.1.8 Jenis-Jenis Persediaan

Menurut Rangkuti (2004), jenis-jenis persediaan terdiri dari 2 kata

karakteristik yaitu antara lain :

1. Jenis-jenis persediaan menurut fungsi :

1.1 Batch stock, persediaan yang diadakan karena membeli atau membuat

bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar dari jumlah

yang dibutuhkan saat itu.

1.2 Fluctuation stock, persediaan yang diadakan untuk menghadapi

fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan.

1.3 Anticipation stock, persediaan yang diadakan untuk menghadapi

fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musimaan

yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau

penjualan atau permintaan yang meningkat.

2. Jenis-jenis persediaan menurut jenis dan posisi antara lain :


19

2.1 Persediaan bahan mentah (raw material), yaitu persediaan barang-

barang berwujud, seperti besi, kayu serta komponen-komponen lainnya

yang digunakan dalam proses produksi.

2.2 Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts/component),

yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang

diperoleh dari perusahaan lain, dimana secara langsung dapat dirakit

menjadi suatu produk.

2.3 Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies), yaitu persediaan

barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak

merupakan bagian atau komponen barang jadi.

2.4 Persediaan barang dalam proses (work in process), yaitu persediaan

barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses

produksi.

2.5 Persediaan barang jadi (finished goods), yaitu persediaan barang-barang

yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual

atau dikirim kepada pelanggan.

Stice dan Skousen (2004:654) mengemukakan bahwa :

“Persediaan (atau persediaan barang dagang) secara umum ditujukan untuk

barang-barang yang dimiliki perusahaan dagang, baik berupa usaha grosir,

maupun ritel, ketika barang-barang tersebut telah dibeli dan ada kondisi siap

untuk dijual, kata bahan baku (raw material), barang dalam proses (work in

process), dan barang jadi (finished goods) untuk dijual ditujukan untuk

persediaan di perusahaan manufaktur.”


20

2.1.9 Perputaran Persediaan

Menurut Kasmir (2015: 180) perputaran persediaan merupakan rasio yang

digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam persediaan

(inventory) ini berputar dalam suatu periode. Dapat diartikan pula bahwa

perputaran persediaan merupakan rasio yang menunjukkan berapa kali jumlah

barang persediaan diganti dalam satu tahun. Menurut Fahmi (2014: 66) rumus

untuk mencari inventory turnover (perputaran persediaan) yaitu:

Harga Pokok Penjualan


Perputaran persediaan =
Persediaan Rata−rata

Persediaan rata-rata dapat dihitung dengan menggunakan angka-angka

mingguan,bulanan, atau tahunan. Persediaan rata-rata dapat ditentukan dengan

membagi dua jumlah persediaan pada akhir dan awal tahun.

Persediaan Awal+ Persediaan Akhir


Persediaan Rata-rata =
2

Berdasarkan pendapat yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa

perputaran persediaan menunjukkan seberapa cepat kemampuan perusahaan

dalam melakukan pergantian barang dagangnya menjadi penjualan, serta untuk

mengukur efisiensi operasional yang memperlihatkan seberapa baiknya

manajemen dalam mengontrol modal yang ada pada persediaan. Semakin cepat
21

perputaran persediaan maka akan semakin efisien penggunaan persediaan dalam

suatu persediaan.

2.1.10 Profitabilitas

Menurut Kasmir (2014:114) dalam bukunya yang berjudul Analisis

Laporan Keuangan, mendefinisikan bahwa : “Rasio profitabilitas merupakan rasio

untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba

dalam suatu periode tertentu. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat

efektivitas manajemen suatu perusahaan yang ditunjukkan dari laba yang

dihasilkan dari penjualan atau dari pendapatan investasi”.

Rasio profitabilitas dianggap sebagai alat yang paling valid dalam mengukur

hasil pelaksanaan operasi perusahaan karena rasio profitabilitas merupakan alat

pembanding pada berbagai alternatif investasi yang sesuai dengan tingkat resiko.

Menurut Horne (2005:222) rasio profitabilitas terbagi menjadi tiga jenis :

1. Rasio profitabilitas dalam kaitannya dengan penjualan, antara lain Net Profit

Margin (NPM), Operating Profut Margin (OPM), Gross Profit Margin

(GPM).

2. Rasio pfotabilitas dalam kaitannya dengan investasi, antara lain Return On

Assets (ROA), Return On Invenstment (ROI).

3. Rasio profitabilitas dalam kaitannya dengan ekuitas, antara lain Return On

Equity (ROE), Return On Common Stock Equity, Earnings Per Share,

Dividend Per Share, Book Value Per Share, Price To Earnings Ratio, dan

Dividend Yield.
22

Pengukuran rasio profitabilitas yang dipakai dalam penelitian ini adalah

Return On Assets (ROA). Rasio ini mengukur tingkat pengembalian aktiva setelah

beban bunga dan pajak dengan cara melakukan perbandingan antara laba bersih

terhadap total aset.

Laba Bersih setelah pajak


ROA =
Total aset

Semakin besar nilai Return on Asset (ROA), menunjukkan kinerja

perusahaan yang semakin baik pula, karena tingkat pengembalian investasi

semakin besar. Nilai ini mencerminkan pengembalian perusahaan dari seluruh

aktiva (atau pendanaan) yang diberikan pada perusahaan (Wild dan Robert, 2005).

Return on Asset (ROA) yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang

digunakan untuk beroperasi, perusahaan mampu memberikan laba bagi

perusahaan. Sebaliknya apabila Return on Asset (ROA) yang negatif disebabkan

laba perusahaan dalam kondisi negatif ataupun rugi, maka hal ini menunjukkan

bahwa kemampuan dari modal yang diinvestasikan secara keseluruhan belum

mampu untuk menghasilkan laba.

Semakin tinggi perbandingan laba bersih terhadap totalan aset maka akan

semakin baik bagi perusahaan (Brigham, 2001:109).

2.2 Penelitian Terdahulu


23

Hasil penelitian terdahlu yang berkaitan dengan pengaruh perputaran

persediaan terhadap profitabilitas telah dilakukan oleh Runtunuwu, dkk (2017)

dengan data penelitian melalui data sekunder yang berasal dari laporan keuangan

perusahaan manufaktur sub sektor food and beverages yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia tahun 2012-2016. Penelitian tersebut menggunakan metode

statistik deskriptif dengan menggunakan analisis regresi linear berganda dengan

hasil penelitian yang menunjukkan bahwa perputaran persediaan, perputaran kas

secara bersamaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

Rentabilitas Ekonomis pada perusahaan Manufaktur Sub Sektor Food and

Beverages di Bursa Efek Indonesia.

Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Sufiana & Purnawati (2013) secara

parsial tingkat tidak ada pengaruh antara perputaran kas terhadap profitabilitas.

Hal ini disebabkan karena investasi modal kerja pada perusahaan manufaktur

lebih dominan pada piutang dan pembiayaan pengelolaan persediaan. Metode

analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan menggunakan data

sekunder digunakan dalam penelitian ini berupa laporan keuangan perusahaan

food and beverages di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2010

Penelitian juga dilakukan oleh Nuryani, dkk (2017) dengan metode teknik

analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda melalui data sekunder

perusahaan manufaktur sektor industri bahan dan kimia yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia selama periode tahun 2014-2016. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa perputaran kas berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Perputaran

persediaan tidak berpengaruh terhadap profitabilitas. Sedangkan secara simultan


24

perputaran kas, piutang, dan persediaan berpengaruh terhadap profitabilitas

perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia di Bursa Efek Indonesia.

Penelitian lainnya juga dilakukan oleh (Suminar, 2015) menyatakan bahwa

perputaran kas memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap ROA. Berdasarkan

hasil uji t, perputaran persediaan mempunyai pengaruh positif terhadap

profitabilitas (ROA maupun ROE), sedangkan perputaran kas berpengaruh negatif

terhadap (ROA maupun ROE). Sampel penelitian yang diambil dari 20

perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode tahun 2008- 2013. Pengambilan sampel menggunakan teknik

purposive sampling dan diuji menggunakan metode analisis regresi berganda.

Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Bangun, dkk (2018 ). Penelitian ini

menggunakan purposive sampling dalam pengambilan data sekunder dari seluruh

perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam

periode 2014 – 2016 yang dianalisis dengan menggunakan analisis linear

berganda. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif dan

signifikan antar variabel Inventory Turnover (perputaran persediaan) terhadap

profitabilitas.

Hasil penelitian yang juga dilakukan oleh Wikardi & Wiyani (2017)

menunjukkan bahwa inventory turnover, dan assets turnover yang berpengaruh

secara parsial terhadap profitabilitas. Penelitian ini dilakukan pada industri

makanan dan minuman yang terdaftar di BEI tahun 2011 – 2015. Sampel

penelitian ini mencakup 8 perusahaan yang dipilih melalui teknik purposive


25

random sampling. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi

berganda.

Untuk lebih jelasnya dari hasil penelitian terdahulu, maka berikut disajikan

tabel berikut :

Tabel 2.1
Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu
Nama Variabel Hasil Persamaan Perbedaan
Variabel
Perputaran bebas
Perputaran
persediaan, Perputaran
Persediaan,
perputaran kas dan Piutang,
Perputaran Variabel
perputaran piutang bebas
Runtunuwu Kas, Variabel
secara simultan Perputaran
, dkk Perputaran terikat
memiliki pengaruh Persediaan,
(2017) Piutang, Rentabilitas
yang signifikan Perputaran
Rentabilitas Ekonomis
terhadap Kas
Ekonomis.
rentabilitas
Periode
ekonomis 2012-2016

Hasil penelitian ini


menunjukkan
bahwa terdapat
Pengaruh Secara Variabel
bebas
Perputaran Parsial dan secara Variabel
Perputaran
Kas, simultan bebas
Kas,
Sufiana & Perputaran Perputaran Kas, Perputaran
Perputaran
Purnawati Piutang, Perputaran Piutang,
Persediaan,
(2013) Perputaran Piutang, Variabel
Persediaan, Perputaran Periode
terikat :
Profitabilitas 2008-2010
Persediaan Profitabilita
terhadap s
Profitabilitas.

Nuryani, Perputaran Secara simultan Variabel Variabel


dkk (2017) Kas, perputaran kas, bebas bebas
26

piutang, dan
persediaan
berpengaruh
Perputaran
terhadap
Kas,
Perputaran profitabilitas Perputaran
Perputaran
Piutang, perusahaan Piutang,
Persediaan,
Perputaran manufaktur sektor Variabel
Persediaan, industri dasar dan Periode
terikat :
Profitabilitas 2014-2016
Profitabilita
kimia di Bursa s
Efek Indonesia.

Perputaran
Persediaan &
piutang Variabel
mempunyai bebas
Perputaran Variabel
pengaruh positif Perputaran
Persediaan, bebas
terhadap Kas,
Perputaran Perputaran
Suminar, profitabilitas, Perputaran
Piutang, Piutang,
(2015) sedangkan Persediaan
Perputaran
perputaran kas dan Variabel
Kas, Periode
terikat :
Profitabilitas berpengaruh 2008-2013
Profitabilita
negatif terhadap
s
profitabilitas

Bangun, Perputaran Terdapat pengaruh Variabel Variabel


dkk (2018 ) Persediaan, yang signifikan bebas bebas
Perputaran dari variabel Perputaran Piutang dan
Piutang, Perputaran Persediaan Modal
Modal Persediaan, Intelektual
Intelektual, Variabel
Perputaran
Profitabilitas terikat : Periode
Piutang, Value Profitabilita 2014-2016
Added Capital s
Employed, Value
Added Human
Capital, dan
Structural Capital
Value Added
Terhadap
Profitabilitas
(ROA) perusahaan
secara simultan
27

atau bersamaan.
Hasil penelitian ini
menunjukkan
hanya Debt To
Equity Ratio,
Firm Size,
Inventory
Turnover, Dan
Assets Turnover
Debt To yang berpengaruh Variabel Variabel
Equity Ratio, secara parsial bebas bebas Debt
Firm Size, terhadap Perputaran To Equity
Inventory profitabilitas dan Persediaan Ratio, Firm
Wikardi & dan Aset,
Turnover, secara simultan Size
Wiyani
Assets menunjukkan
(2017) Variabel
Turnover Dan bahwa Debt To
Pertumbuhan terikat :
Equity Ratio, Profitabilita Periode
Penjualan,
Firm Size, s 2011-2015
Profitabilitas
Inventory
Turnover, Assets
Turnover dan
pertumbuhan
penjualan
berpengaruh
terhadap
profitabilitas.
Sumber : Data diolah penulis, 2021
28

2.3 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penulisan skripsi ini mencakup beberapa hal

pokok yang dapat dijabarkan dan dapat digunakan sebagai acuan dalam

menganalisis hasil penelitian. Variabel yang dibahas dalam penulisan skripsi ini

adalah variabel bebas, meliputi perputaran aset tetap (X1), perputaran kas (X2),

perputaran persediaan (X3), sedangkan variabel terikat yaitu profitabilitas (Y).

Berdasarkan uraian tersebut maka dibuat kerangka konseptual seperti

gambar berikut :

VARIABEL VARIABEL
BEBAS TERIKAT

PERPUTARAN
ASET TETAP
(X1) H1

PERPUTARAN H2 PROFITABILITAS :
KAS RETURN ON ASSET
(X2) (Y)
H3
PERPUTARAN
PERSEDIAAN
(X3)
29

H4

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Keterangan :
Secara simultan
Secara parsial

2.4 Perumusan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban / dugaan sementara yang harus diuji


kebenarannya atas sauatu penelitian yang dilakukan agar dapat mempermudah
dalam menganalisisnya.

2.4.1 Pengaruh aset tetap terhadap profitabilitas

Perputaran aset mengukur sejauh mana aset di perusahaan dapat

menghasilkan penjualan. Aset yang digunakan secara optimal dan efisien dapat

meningkatkan pendapatan serta dapat menurunkan biaya tetap yang berasal dari

aset tetap yang dimiliki perusahaan sehingga dapat memicu peningkatan laba.

Penelitian yang dilakukan oleh Wikardi & Wiyani (2017) menunjukkan bahwa

inventory turnover, dan assets turnover yang berpengaruh secara parsial terhadap

profitabilitas. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Anum (2014)

menyatakan bahwa total asset turnover tidak berpengaruh signifikan terhadap

gross profit margin.


30

Dari uraian di atas, maka hipotesis yang dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

H1 = Perputaran aset tetap memiliki pengaruh signifikan atas tingkat profitabilitas.

2.4.2 Pengaruh kas terhadap profitabilitas

Perputaran kas merupakan perbandingan antara penjualan bersih dengan

jumlah rata-rata kas. Rahma (2011) menyatakan bahwa perputaran kas

menunjukkan kemampuan kas dalam menghasilkan pendapatan, sehingga dapat

dilihat berapa kali uang kas berputar dalam satu periode tertentu. Semakin tinggi

perputaran kas ini akan semakin baik, ini berarti semakin tinggi efisiensi

penggunaan kasnya dan keuntungan yang diperoleh akan semakin besar (Riyanto,

2001). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Rahma (2011) yang menyatakan

bahwa tingkat perputaran kas berpengaruh terhadap profitabilitas. Sedangkan

menurut penelitian yang dilakukan oleh Sufiana & Purnawati (2013) menyatakan

bahwa secara parsial tidak ada pengaruh antara perputaran kas terhadap

profitabilitas.

Dari uraian di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

H2 = Perputaran kas memiliki pengaruh signifikan atas tingkat profitabilitas.

2.4.3 Pengaruh persediaan terhadap profitabilitas

Persediaan menjadi hal yang penting bagi perusahaan manufaktur baik

untuk dijual atau diolah kembali. Hery (2015:215) mengemukakan bahwa


31

semakin tinggi rasio perputaran persediaan menunjukkan bahwa modal kerja yang

tertanam dalam persediaan barang dagang semakin kecil dan hal ini berarti

semakin baik bagi perusahaan. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh

Runtunuwu, dkk (2017) perputaran persediaan memiliki pengaruh positif

signifikan terhadap profitabilitas (ROA). Sedangkan, penelitian yang dilakukan

oleh Nuryani, dkk (2017) menyatakan bahwa perputaran persediaan tidak

berpengaruh terhadap profitabilitas

Dari uraian di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

H3= Perputaran persediaan memiliki pengaruh signifikan atas tingkat

profitabilitas.

2.4.4 Pengaruh aset tetap, kas dan persediaan terhadap profitabilitas

Aset tetap merupakan bagian utama dari modal kerja yang memegang

peran cukup penting dalam mendukung kegiatan operasional perusahaan dalam

rangka memperoleh laba. Kebijakan terhadap pengelolaan aset tetap akan

mempengaruhi laba bersih periode berjalan. Rasio perputaran aset tetap digunakan

oleh manajemen perusahaan untuk mengukur efisiensi penggunaan aset tetap

dalam menunjang kegiatan penjualan perusahaan. Menurut Sawir (2003:16),

melalui melihat rasio ini kita bisa menilai dan mengukur efisiensi serta efektivitas

aset tetap, maka semakin tinggi tingkat perputaran aset tetap maka semakin tinggi

juga tingkat efisiensi dan efektivitas perusahaan dalam menghasilkan laba yang

akan mempengaruhi tingkat profitabilitas.


32

Kas diperlukan perusahaan baik dalam pembiayaan operasional

perusahaan sehari-hari maupun untuk mengadakan investasi baru dalam aset tetap.

Tingkat penjualan yang tinggi pada suatu sisi akan meningkatkan perputaran kas

menjadi tinggi. Hal ini juga akan berdampak pada peningkatan laba. Besarnya

laba yang diterima perusahaan akan membuat tingkat profitabilitas menjadi tinggi.

Dengan demikian, tingkat perputaran kas mempengaruhi tingkat profitabilitas.

Semakin cepat atau tinggi tingkat perputaran kas, maka semakin tinggi pula

tingkat profitabilitas perusahaan tersebut.

Persediaan merupakan bagian dari aset lancer yang cukup besar.

Persediaan merupakan investasi yang dibuat sebagai tujuan untuk memperoleh

pengembalian melalui penjualan kepada pelanggan. Sebagian besar perusahaan

mempertahankan tingkat persediaan tertentu. Jika persediaan tidak cukup, maka

volume penjualan akan turun di bawah tingkat yang dapat dicapai. Sebaliknya,

persediaan yang terlalu banyak akam memicu perusahaan untuk menghadapi biaya

penyimpanan, asuransi, dan pajak property (Warren, et al. 2005:462). Persediaan

yang terlalu besar juga menggunakan dana-dana yang seharusnya dapat digunakan

secara lebih menguntungkan pada aktivitas lain. Hongren et. Al (1997:250)

mengemukakan bahwa perputaran persediaan mengukur kecepatan rata-rata

persediaan bergerak keluar dari perusahaan. Keadaan perputaran persediaan yang

tinggi menunjukkan bahwa semakin efisiensi dan efektif perusahaan mengelola

persediaannya (Warren, et al. 2005:462). Hal ini juga menunjukkan kapasitas

volume penjualan yag tinggi pada perusahaan tersebut. Hal ini dapat berarti laba
33

yang didapat oleh perusahaan semakin besar dengan mengansumsikan

minimalisasi biaya-biaya yang terjadi

Besarnya laba yang diperoleh perusahaan akan memaksimalkan tingkat

pengembalian aset yang diperoleh perusahaan. Semakin besar tingkat

pengembalian aset (Return On Asset) yang diperoleh perusahaan merupakan salah

satu indikasi bahwa profitabilitas perusahaan berjalan dengan baik.

Berdasarkan analisis penelitian yang telah dilakukan oleh Akmalia &

Pambudi (2020) diperoleh hasil bahwa perputaran persediaan berpengaruh

positif signifikan terhadap profitabilitas, perputaran piutang berpengaruh

positif signifikan terhadap profitabilitas, dan perputaran aset berpengaruh

positif signifikan terhadap profitabilitas. Sedangkan variabel perputaran kas

tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan.

Dari uraian di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

H4 = Perputaran aset tetap, kas dan persediaan memiliki pengaruh


signifikan atas tingkat profitabilitas

Berdasarkan tinjauan teoritis, rumusan masalah dan tinjauan penelitian


terdahulu yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini
adalah :

1) H1 = Perputaran aset tetap memiliki pengaruh signifikan atas tingkat


profitabilitas.
2) H2 = Perputaran kas memiliki pengaruh signifikan atas tingkat
profitabilitas.
34

3) H3 = Perputaran persediaan memiliki pengaruh signifikan atas tingkat


profitabilitas.
4) H4 = Perputaran aset tetap, kas dan persediaan memiliki pengaruh
signifikan atas tingkat profitabilitas
35
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, desain

kausalitas. Menurut Sanusi (2011:14) desain kausalitas adalah penelitian yang

disusun untuk meneliti kemungkinan adanya hubungan sebab akibat antar variabel

bebas (independent) dengan Variabel terikat (dependent). Dalam desain ini,

umunya hubungan sebab akibat tersebut sudah dapat diprediksi, sehingga dapat

menyatakan klasifikasi Variabel bebas dan Variabel terikat.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder

dengan jenis data yang bersifat kuantitatif. Data sekunder yaitu data yang sudah

tersedia dan dikumpulkan oleh pihak lain (Sanusi, 2011:104). Data sekunder ini

diperoleh dalam bentuk dokumentasi laporan keuangan yang rutin diteribitkan

setiap tahun oleh media perantara yakni perusahaan manufaktur sub sektor

makanan dan minuman yang terdapat di Bursa Efek Indonesia per 31 Desember

2017 hingga tahun 2020, serta buku-buku literatur dan jurnal yang mendukung

penelitian.
37

3.3 Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi adalah seluruh kumpulan elemen yang menunjukan ciri-ciri

tertentu yang dapat digunakan untuk membuat kesimpulan (Sanusi, 2011:87).

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan

manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2017-

2020 yang berjumlah 35 perusahaan.

Sampel adalah bagian dari elemen-elemen populasi terpilih yang dapat

mewakili seluruh karakteristik populasi. Oleh sebab itu, sampel yang diambil dari

populasi harus benar-benar representative atau mewakili. Jika sampel kurang

representative maka mengakibatkan nilai yang dihitung dari sampel tidak cukup

tepat untuk menduga nilai populasi sesungguhnya. Adapun sampel dalam

penelitian ini berasal dari laporan neraca dan laporan laba rugi pada perusahaan

manufaktur sub sektor makanan dan minuman periode 2017-2020.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

menggunakan teknik purposive sampling. Pengambilan sampel (purposive

sampling methode) bertujuan untuk mengambil sampel dari populasi berdasarkan

suatu kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dapat berdasarkan pertimbangan

(judgmental) tertentu atau jatah (quota).

Adapun kriteria pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

antara lain :

1). Perusahaan-perusahaan tersebut adalah perusahaan manufaktur sub sektor

makanan dan minuman yang terdaftar di BEI pada tahun 2017-2020.


38

2). Mempublikasikan laporan keuangan yang audited selama empat tahun

berturut-turut untuk periode 2017-2020.

3). Perusahaan tersebut memiliki laba usaha positif selama empat tahun berturut-

turut periode 2017-2020.

4). Perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang

menncantumkan data lengkap pada laporan keuangan dan terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI) periode 2017-2020.

Berdasarkan kriteria-kriteria yang disebutkan, maka jumlah sampel yang


diperoleh :
Tabel 3.1
Kriteria Penentuan Sampel

No. Keterangan Jumlah


Jumlah Perusahaan Manufaktur sub sektor makanan dan
1. 35
minuman yang terdaftar di BEI periode 2017-2020.
Perusahaan tidak terdaftar secara berturut-turut di BEI
2. (13)
periode 2017-2019
3. Perusahaan mendapatkan kerugian dalam usahanya. (5)
Perusahaan tidak menncantumkan data lengkap pada laporan
4. (0)
keuangan dan terdaftar di BEI periode 2017-2020.
Jumlah Perusahaan yang dijadikan sampel 17
Jumlah sampel x 4 68
Sumber : Data diolah penulis, 2021

Berdasarkan tabel kriteria penentuan sampel perusahaan di atas, maka

diambil 17 sampel perusahaan dari 35 perusahaan manufaktur sub sektor makanan

dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2017-2020.
39

Tabel 3.2
Daftar Sampel Perusahaan
No. Kode Nama Perusahaan
1. ADES PT.Akasha Wira International Tbk
2. BUDI Budi Starch & Sweetener Tbk
3. CEKA Wilmar Cahaya Indonesia Tbk
4. CLEO Sariguna Primatirta Tbk
5. DLTA Delta Djakarta Tbk
6. HOKI Buyung Poetra Sembada Tbk
7. ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
8. IIKP Inti Agri Resources Tbk
9. INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
10. MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk
11. MYOR Mayora Indah Tbk
12. ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk
13. SKBM Sekar Bumi Tbk
14. SKLT Sekar Laut Tbk
15. STTP Siantar Top Tbk
16. TBLA Tunas Baru Lampung Tbk
17. ULTJ Ultra Jaya Milk Industry & Tradaing Company Tbk
Jumlah 17

Sumber Data : www.idx.co.id 2021 yang telah diolah penulis

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas

(independent) dan variabel terikat (dependent).


40

3.4.1 Variabel bebas (independent)

Variabel bebas (independent) adalah variabel yang mempengaruhi variabel

terikat (dependent). Dalam penelitian ini variabel bebas yang digunakan adalah

perputaran aset tetap, kas, dan persediaan. Oleh karena itu, indikator yang

digunakan adalah perputaran aset tetap (X1), perputaran kas (X2), dan perputaran

persediaan(X3).

1. Perputaran Aset Tetap (X1)

Perputaran aset tetap dapat dihitung dengan membagi penjualan dengan

rata-rata aset tetap, dan diartikan sebagai jumlah uag dalam penjualan yang

dihasilkan dari setiap satuan mata uang yang diinvestasikan dalam aset

Penjualan
tetap. Perputaran aset tetap =
Rata−rata aset tetap

2. Perputaran Kas (X2)

Perputaran kas merupakan kemampuan kas dalam menghasilkan pendapatan

sehingga dapat dilihat dari berapa kali uang kas berputar dalam satu periode

perputaran kas. Perputaran kas tersebut dapat dihitung dengan membagi

penjualan bersih dengan rata-rata kas.

Penjualan bersih
Perputaran kas =
Rata−rata kas

3. Perputaran Persediaan (X3)


41

Perputaran persediaan adalah rasio antara harga pokok penjualan terhadap

persediaan rata-rata yang menunjukkan seberapa cepat persediaan tersebut dapat

dijual (Hongren, et. al 2005:250)

Harga Pokok Penjualan


Perputaran persediaan =
Persediaan rata−rata

3.4.2 Variabel terikat (dependent)

Variabel terikat (dependent) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel

bebas (independent). Dalam penelitian ini, variabel terikat yang digunakan adalah

profitabilitas yang diukur dengan menggunakan rasio Return on Asset. Return on

Asset (ROA) merupakan rasio yang dipakai untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba dari total aset yang dimiliki oleh perusahaan

pada suatu periode tertentu. Rasio ini diperoleh dengan cara membagi laba bersih

setelah pajak dengan total aktiva perusahaan.

Lababersih setelah pajak


ROA =
Total aset

3.5 Teknik Analisis Data


42

Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang dilakukan dengan

menggunakan analisis statistik dan menggunakan software SPSS. Dalam

penggunaan model analisis regresi linear berganda dalam pengujian hipotesis,

terlebih dahulu diuji apakah model tersebut memenuhi asumsi klasik atau tidak.

3.5.1 Uji asumsi klasik

Uji asumsi klasik yang dilakukan adalah uji normalitas data, uji

heteroskedastisitas dan uji autokorelasi dan uji multikolinearitas.

1) Uji Normalitas

Uji Normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ,

variabel pengganggu atau residual memiliki distrbusi normal. Jika nilai residual

tidak mengikuti distribusi normal, uji statistic menjadi tidak valid untuk

mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak ada dua, yaitu analisis

grafik dan analisis statistik. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat

penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dan grafik dengan melihat histogram

dari residualnya. Dasar pengambilan keputusannya adalah :

1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal atau grafik histogram menunjukkan pola berdistribusi normal,

maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan tidak mengikuti arah garis

diagonal atau grafik histogram tidak menujukkan data berdistribusi

normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.


43

Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah

uji statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S)”, yang dijelaskan oleh Ghozali

(2005:115). Uji K-S dibuat dengan hipotesis :

Ho : Data residual berdistribusi normal

Ha: Data residual tidak berdistribusi normal,

bila signifikansi > 0,05 dengan α = 5% berarti distribusi data normal dan Ho

diterima. Sebaliknya jika nilai signifikan < 0,05 berarti distribusi data tidak

normal dan Ha diterima.

2) Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Jika varain dari residual satu pengamatan ke pengamatan

lainnya tetap, maka disebut homoskedastisitas. Sebaliknya jika varians berbeda,

maka disebut heteroskedastisitas. Ada tidaknya heteroskedastisitas dapat

dilakukan dengan melihat grafik Scaterplot antar nilai prediksi variabel

independent dengan nilai residualnya. Dasar analisis yang dapat digunakan untuk

menentukan heteroskedastisitas, antara lain :

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu

yang teratur (bergelombang, melebar kemudian meyempit), maka

mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas,


44

2. Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di

bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas atau

terjadi homoskedastisitas.

3) Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model

regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada perode t dengan

kesalahan pada periode t-1. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan

sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Hal ini sering

ditemukan pada time series. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi

masalah autokorelasi adalah dengan menggunakan nilai uji Durbin Watson (DW)

dengan ketentuan :

1. Bila nilai DW (Durbin-Watson) terletak antara batas atas (DU) dan 4-

DU, maka koefisien autokorelasi sama dengan nol artinya tidak terjadi

autokorelasi.

2. Bila nilai DW<DL (batas bawah) maka koefisien autokorelasi lebih besar

dari nol artinya ada autokorelasi positif.

3. Bila nilai DW>4-DL, maka koefisien autokorelasi lebih kecil dari nol

artinya ada autokorelasi negatif.

4. Bila nilai DW terletak diantara DU dengan DL atau DW terletak di antara

4-DU dan 4-DL maka hasilnya tidak dapat diputuskan ada autokorelasi

atau tidak.
45

4) Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas berhubungan dengan adanya korelasi antar variabel

independen. Sebuah persamaan terjangkit penyakit ini bila dua atau lebih variabel

independent memiliki tingkat korelasi yang tinggi. Sebuah persamaan regresi

dikatakan baik bila persamaan tersebut memiliki variabel independen yang saling

tidak berkorelasi.

Menurut Ghozali (2005:91), untuk mendeteksi ada atau tidaknya

multikolinearitas di dalam model regresi adalah sebagai berikut :

1. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris

sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independennya

banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen,

2. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independent. Jika antar

variabel independent ada korelasi yang cukup tinggi (umunya di atas

0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas. Tidak

adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak berarti bebas

dari multikolinearitas. Multikolinearitas dapat disebabkan karena adanya

efek kombinasi dua atau lebih variabel independen.

3. Multikolinearitas dapat juga dilihat dari :

a. Nilai tolerance dan lawannya

b. Variance inflation factor (VIF)

Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang

dijelaskan oleh variabel indepen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap

variabel independen menjadi variabel dependen (terikat) dan diregres


46

terhadap variabel independen lainnya. Tolereance mengukur variabilitas

variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel

independen lainnya. Jad nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF

tinggi (karena VIF=1/Tolerance). Nilai cut off yang umum dipakai untuk

menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0,10 atau

sama dengan nilai VIF > 10

3.5.2 Pengujian Hipotesis

Analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda.

Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel independen, yaitu perputara aset tetap,

kas, dan persediaan serta satu variabel dependen,yaitu profitabilitas yang

mempunyai hubungan yang saling mempengaruhi antara kelima variabel tersebut.

Persamaan umum regresi berganda yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

ROA = a + b1ASET + b2KAS + b3PERSED + e

Keterangan :

ROA : Profitabilitas (Return On Asset)

a : Konstanta

b1, b2, b3 : Koefisien Regresi

ASET : Perputaran Aset Tetap

KAS : Perputaran Kas

PERS : Perputaran Persediaan

e : Variabel Pengganggu
47

1. Koefisien determinasi (R2)

Pengujian koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur proporsi

atau presentase sumbangan variabel independent yang diteliti terhadap variasi naik

turunnya variabel dependent. Koefisien determinasi berkisar

antara nol sampai dengan satu ( 0 ≤ (R 2) ≥ 1. Hal ini berarti

bila (R2) = 0 menunjukkan tidak adanya pengaruh antara varaibel independen

terhadap variabel dependen, bila (R2) semakin mendekati 1, maka menunjukkan

semakin kuatnya pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent dan

bila (R2) semakin kecil mendekati nol maka dapat dikatakan semakin kecilnya

pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent.

2. Uji Parsial (Uji t Statistik)

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar variabel

independent berpengaruh terhadap variabel dependent. Bentuk pengujiannya yaitu

Ho : b1, b2, b3 = 0 , artinya perputaran aset tetap, kas, dan persediaan secara

parsial tidak mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas perusahaan.

Ha : b1, b2, b3 ≠ 0 , artinya perputaran aset tetap, kas dan persediaan secara

parsial mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas perusahaan.

Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji-t dengan tingkat pengujian

pada α 5% derajat kebesaran (degree of freedom) atau df = (n - k). Uji ini

dilakukan dengan membandingkan signifikansi t-hitung dengan t-tabel dengan

ketentuan :

Ho diterima apabila t-hitung (t*) ≤ t-tabel (tt), pada α 5%


48

Ha diterima apabila t-hitung (t*) ≥ t-tabel (tt), pada α 5%

3. Uji Simultan (Uji F Statistik)

Uji simultan ini dilakukan untuk menilai pengaruh variabel bebas secara

Bersama-sama terhadap variabel terikat. Bentuk pengujiannya adalah sebagai

berikut :

Ho : b1, b2, b3 = 0 , artinya perputaran aset tetap, kas, dan persediaan secara

bersama-sama tidak mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas

perusahaan.

Ha : b1, b2, b3 ≠ 0 , artinya perputaran aset tetap, kas dan persediaan

secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas

perusahaan.

Kriteria pengambilan keputusan :

Ho diterima apabila F hitung < F tabel

Ha diterima apabila F hitung > F tabel


49

Anda mungkin juga menyukai