LP Isolasi Sosial
LP Isolasi Sosial
LP Isolasi Sosial
AHMAD RIZA’I
NIM 012141001
Saling tergantung
b. Faktor Presipitasi
Stressor pencetus pada umumnya mencakup kejadian kehidupan yang
penuh stress yang mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan
dengan orang lain dan menyebabkan ansietas.
Stressor pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
1). Stressor sosiokultural
Menurunnya stabilitas keluarga dan berpisah dari orang yang berarti,
misalnya perceraian, kematian, perpisahan kemiskinan, konflik sosial
budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan) dan sebagainya.
2). Stressor Psikologik
Ansietas berat yang berkepanjangan dan bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya, misalnya perasaan
cemas yang mengambang, merasa terancam.
Data Subyektif:
1) Mengekpresikan perasaan kesendirian
2) Mengekpresikan perasaan penolakan
3) Minat tidak sesuai dengan umur perkembangan
4) Tujuan hidup tidak ada atau tidak adekuat
5) Tidak mampu memenuhi harapan orang lain
6) Ekspresi nilai sesuai dengan sub kultur tetapi tidak sesuai dengan
kelompok kultur dominant
7) Ekspresi peminatan tidak sesuai dengan umur perkembangan
8) Mengekpresikan perasaan berbeda dari orang lain
9) Tidak merasa aman di masyarakat
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Klien Dengan Menarik
Diri
Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang
melibatkan hubungan kerjasama antara perawat dengan klien, keluarga atau
masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
1. Pengkajian
a. Identitas klien
1) Perawat yang merawat melakukan kontak dengan klien tentang : nama
klien, nama panggilan klien, nama perawat, panggilan perawat, tujuan,
waktu, tempat pertemuan, topik pembicaraan.
2) Usia
3) Nomor rekam medik
4) Perawat menuliskan sumber data yang didapat
b. Keluhan utama/alasan masuk
Menanyakan pada klien atau keluarga penyebab klien datang ke rumah
sakit saat ini dan bagaimana koping keluarga yang sudah dilakukan untuk
mengatasi masalah ini dan bagaimana hasilnya.
c. Faktor predisposisi
Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami
gangguan jiwa di masa lalu, pernah melakukan, mengalami, menyaksikan
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam
keluarga dan tindakan kriminal, baik itu yang dilakukan, dialami ,
disaksikan oleh orang lain, apakah ada anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa, pengalaman yang tidak menyenangkan.
d. Aspek fisik
Meliputi pengukuran tanda vital, tinggi badan, berat badan dan adanya
keluhan fisik, misalnya tampak lemah, letih dan sebagainya.
e. Aspek psikososial
1). Membuat genogram yang memuat minimal 3 generasi yang
menggambarkan hubungan klien dengan keluarganya yang terkait
dengan komunikasi, pengambilan keputusan, pola asuh, pertumbuhan
individu dan keluarga.
2). Konsep diri, meliputi :
Kaji lebih dalam secara bertahap dengan komunikasi yang sering dan
singkat, meliputi :
a). Citra tubuh
Tanyakan dan observasi persepsi pasien terhadap tubuhnya,
bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai.
b). Identitas diri
Tanyakan dan observasi tentang status dan posisi klien sebelum
dirawat, kepuasan klien terhadap status dan posisinya (sekolah,
tempat kerja, kelompok), kepuasan klien sebagai perempuan atau
laki-laki.
c). Peran
Tanyakan tentang tugas/peran yang diePakn dalam
keluarga/kelompok, kemampuan klien dalam melaksanakan
tugas / peran.
d). Ideal diri
Tanyakan tentang harapan terhadap tubuh; posisi, status,
tugas/peran dan harapan klien terhadap lingkungan (keluarga,
sekolah, tempat kerja, masyarakat).
e). Harga diri.
Tanyakan dan nilai melalui observasi lingkungan hubungan klien
dengan orang lain sesuai dengan kondisi no. 2). (a), (b), (c) dan
penilaian/penghargaan orang lain terhadap diri dan kehidupannya.
3). Hubungan sosial (di rumah dan di rumah sakit)
a). Tanyakan pada klien / keluarga siapa orang yang paling berarti
dalam kehidupannya, tempat mengadu, tempat bicara, minta
bantuan atau sokongan.
b). Tanyakan pada klien / keluarga, kelompok apa saja yang diikuti
dalam masyarakat.
c). Tanyakan pada klien / keluarga pada klien sejauh mana klien
terlibat dalam kelompok di masyarakat.
4). Spiritual, meliputi pandangan, nilai dan keyakinan klien terhadap
gangguan jiwa sesuai dengan agama yang dianut, kegiatan ibadah
yang biasa dilakukan di rumah.
f. Status mental
Nilai aspek-aspek meliputi :
1). Penampilan (rapi / tidak) , penggunaan dan cara berpakaian.
2). Pembicaraan; cepat, keras, gagap, membisu, apatis, lambat,
inkoheren, atau tidak dapat memulai pembicaraan.
3). Aktifitas motorik; tampak adanya kelesuan, ketegangan, kegelisahan,
agitasi, tik (gerakan involunter pada otot), grimasen (gerakan otot
muka yang berubah-ubah yang tidak dapat dikontrol klien), tremor
atau kompulsif.
4). Alam perasaan; sedih, gembira, putus asa, ketakutan, atau khawatir.
5). Afek; datar, tumpul, labil, tidak sesuai.
6). Interaksi selama wawancara; bermusuhan, tidak kooperatif, kontak
mata kurang, defensif, curiga atau mudah tersinggung.
7). Persepsi; menentukan adanya halusinasi dan jenisnya.
8). Proses pikir; sirkumstansial (pembicaraan berbelit-belit, tapi sampai
pada tujuan pembicaraan), tangensial (pembicaraan berbelit-belit
tidak sampai pada tujuan pembicaraan), kehilangan asosiasi
(pembicaraan yang tidak ada hubungan satu dengan yang lainnya),
flight of ideas (pembicaraan yang meloncat-loncat), blocking
(pembicaraan terhenti sejenak tanpa gangguan eksternal, kemudian
dilanjutkan kembali), perseverasi (pembicaraan yang diulang berkali-
kali).
9). Isi pikir; obsesi (pikiran yang selalu muncul walaupun klien berusaha
menghilangkannya), phobia (ketakutan patologis pada objek / situasi
tertentu), hipokondria (keyakinan terhadap adanya gangguan organ
di dalam tubuh yang sebenarnya tidak ada), depersonalisasi (merasa
asing terhadap diri sendiri, orang lain atau lingkungan), ide yang
terkait (keyakinan klien terhadap kejadian yang banyak di
lingkungan yang bermakna dan terkait pada dirinya), pikiran magis
dan waham.
10). Tingkat kesadaran; bingung, sedasi, stupor, orientasi waktu, tempat
dan orang.
11). Memori; adanya gangguan daya ingat jangka panjang, gangguan
daya ingat jangka pendek, gangguan daya ingat saat ini, konfabulasi.
12). Tingkat konsentrasi dan berhitung; perhatian klien yang mudah
dialihkan, tidak mampu memperbaiki, tidak mampu berhitung.
13). Kemampuan penilaian; gangguan penilaian ringan dan gangguan
kemampuan penilaian bermakna.
14). Daya tilik diri; pengingkaran terhadap penyakit yang diderita,
menyalahkan hal-hal di luar dirinya.
g. Kebutuhan persiapan pulang
Observasi kemampuan klien akan; makan, BAB/BAK, mandi, berpakaian,
istirahat dan tidur, penggunaan obat, pemeliharaan kesehatan, aktifitas di
dalam dan di luar rumah
h. Mekanisme koping
Kaji koping adaptif ataupun maladaptif yang biasa digunakan
klien dengan menarik diri, seperti regresi (kemunduran ke tingkat
perkembangan yang lebih rendah dengan respon yang kurang matang),
represi (koping yang menekan keadaan yang tidak menyenangkan ke
alam bawah sadar), isolasi (respon memisahkan diri dari lingkungan
sosial).
i. Aspek medik
Jenis obat-obatan klien saat ini, baik obat fisik, psikofarmaka dan terapi
lainnya.
Data yang didapat dapat dikelompokkan menjadi 2 macam, yaitu data
objektif dan subjektif. Data objektif ditemukan secara nyata dan
didapatkan melalui observasi atau pemeriksaan langsung, sedangkan data
subjektif merupakan data yang disampaikan oleh klien secara lisan dan
keluarga yang didapat melalui wawancara perawat kepada klien dan
keluarga.
2. Pohon Masalah
Pohon masalah pada klien dengan Isolasi sosial : menarik diri, yaitu:
Risiko perilaku
kekerasan Akibat
terhadap diri
sendiri
GaPakr 2. Pohon masalah isolasi sosial : menarik diri (Keliat, B. A., 2005)
1. Diagnosa Keperawatan
Keliat, B. A. (2005) merumuskan diagnosa keperawatan pada klien
dengan gangguan isolasi sosial : menarik diri, sebagai berikut :
a. Isolasi sosial
b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
c. Perubahan persepsi sensori : halusinasi
d. Koping individu tidak efektif
e. Defisit perawatan diri
f. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
2. Intervensi Keperawatan
Menurut (Workshop Standar Asuhan & Bimbingan Keperawatan Jiwa
RSJ Prof. Dr. Soeroyo Magelang, 2007) strategi pelaksanaan tindakan
keperawatan menggunakan SP, yaitu :
a. Diagnosa 1. Isolasi Sosial
Tujuan:
Dapat berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
I. Pasien
SP 1 (pasien) :
1.1. Membina hubungan saling percaya
1.2. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosia pasien.
1.3. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan
orang lain.
1.4. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi
dengan orang lain.
1.5. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang.
1.6. Menganjurkan pasien memasukan kegiatan latihan berbincang-
bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian.
SP 2 (pasien) :
2.1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
2.2. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekan cara
berkenalan dengan dua orang.
2.3. Membantu pasien memasukan kegiatan berbincang-bincang
dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian.
SP 3 (pasien) :
3.1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
3.2. Memberikan kesempatan kepada pasien berkenalan dengan dua
orang atau lebih.
3.3. Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.
II. Keluarga
SP 1 (keluarga) :
1.1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
pasien.
1.2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang
dialami pasien beserta proses terjadinya.
1.3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien isolasi sosial
SP 2 (keluarga) :
2.1. Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien dengan
isolasi sosial.
2.2. Melatih keluarga cara merawat langsung kepada pasien isolasi
sosial.
SP 3 (keluarga) :
3.1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk
minum obat (discharge planning).
3.2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, B.A, dkk, (1997). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Ed I, EGC, Jakarta
Stuart, G.W & Sundeen, S.J, (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan).
Edisi 3, EGC, Jakarta
A. Diagnosa Keperawatan
Isolasi social: menarik diri
B. Tujuan Khusus
1. Membina hubungan saling percaya
2. Menyadari penyebab isolasi social
3. Berinteraksi dengan orang lain
C. Tindakan Keperawatan
SP 1 Klien : Membina hubungan saling percaya, membantu klien mengenal
penyebab isolasi social, membantu klien mangenal keuntungan dan kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain, mengajarkan klien berkenalan.
SP 2 Klien : Mengajarkan klien berinteraksi dengan secara bertahap berkenalan
dengan orang pertama (perawat)
SP 3 Klien : Mengajarkan klien berinteraksi dengan secara bertahap berkenalan
dengan orang kedua (pasien lain)
SP 1 Keluarga : Memberikan penyuluhan pada keluarga tentang masalah isolasi
social dan cara merawat klien dengan isolasi social.
SP 2 Keluarga : Melatih keluarga mempraktekan cara merawat klien dengan
masalah isolasi social.
SP 3 Keluarga : Membantu perencanaan pulang bersama keluarga.
3. Terminasi
“Bagaimana perasaan Pak H setelah kita belajar berkenalan ? oia Pak, Pak masih
ingat tidak keuntungan mempunyai teman ? iya …Lalu kerugiannya apa?. Kalau
begitu coba sekarang Pak H ulangi lagi cara berkenalan yang seperti saya ajarkan
tadi.Wahh …Pak H sudah bisa ya.”
“Pak H besok ada waktu jam berapa ? saya akan mengajak Pak berkenalan dengan
teman saya, perawat di ruang mawar sana. Jam 10 ya Pak ? Baik, besok jam 10 saya
akan mengenalkan Pak ke perawat yang lain ya. Sepertinya ini sudah 10 menit, kalau
begitu sampai jumpa besok ya?. Assalamualaikum”
3. Terminasi
“Bagaimana perasaan H setelah berkenalan dengan perawat N”
”H tampak bagus sekali saat berkenalan tadi”
”Pertahankan terus apa yang sudah H lakukan tadi. Jangan lupa untuk menanyakan
topik lain supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya menanyakan keluarga, hobi,
dan sebagainya. H juga dapat berkenalan dengan perawat lain yang ada di sini. Mari
kita masukkan pada jadwal harian H. Mau berapa kali sehari? Bagaimana kalau 2
kali. Baik nanti H coba sendiri. Besok suster akan mengajak H berkenalan dengan
pasien-pasien lain yang ada di sini. H mau kan ?. H, besok jam 10.30 ya ?Kalau
begitu suster pergi dulu ya H.Assalamualaikum ”
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan
Ruang Rawat : Nakula
Tanggal dirawat : 20 Maret 2015
I. DENTITAS
a. Inisial : Tn. H (L/P) Tgl Pengkajian : 23 Maret 2015
b. Umur : 35 tahun RM : 222717
c. Informasi : Klien dan status
IV. FISIK
1. Tanda vital : TD:120/80 mmhg N80x/i S 36oC P 20x/ menit
2. Ukur: TB167 cm BB 55 kg
3. Keluhan Fisik: ( ) Ya ( √ ) Tidak
Masalah Keperawatan : Tidak terdapat masalah keperawatan
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Jelaskan : Klien anak ke 7 dari 7 bersaudara, ke-1 perempuan dan sehat, ke-2 laki-
laki sehat, ke-3 laki-laki sehat, ke-4 perempuan dan sehat, ke-5 laki-laki sehat, ke-6
laki-laki sehat, ke-7 laki-laki yang menderita gangguan jiwa. Keluarga memasukkan
ke RSJ medan karena dijauhi keluarga dan disingkirkan oleh orang lain.
3. AktiAdhas Motorik
( ) Lesu ( ) Tegang ( ) Inkoheren ( ) Agitasi
( ) Tik ( ) Grimasem ( √ ) Tremor ( ) Kompulsip
Jelaskan : Tangan Klien gemetar saat diajak bersalaman, dan pada saat beraktivitas
klien tampak tremor.
Masalah Keperawatan : Gangguan aktivitas motorik/intoleransi aktivitas.
4. Alam perasaan :
( √ ) sedih ( ) ketakutan ( ) putus asa ( ) gembira
Jelaskan : Klien merasa keluarga tidak peduli dengannya dan klien terlihat sedih
karena berada di RSJ Banyumas.
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah.
5. Afek
( √ ) datar ( ) tumpul ( ) labil ( ) tidak sesuai
Jelaskan : ekspresi wajah klien datar, klien kadang-kadang termenung.
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial menarik diri.
6. Interaksi selama wawancara
( ) bermusuhan ( √ ) tidak kooperatif ( ) mudah tersinggung
( ) curiga` ( ) defenitif ( ) kontak mata kurang
Jelaskan : Klien tampak tidak kooperatif saat di ajak berbicara kontak mata (-) suka
menunduk
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial menarik diri.
7. Persepsi halusinasi
( ) pendengaran ( ) penglihatan ( ) perabaan
( ) pengecapan ( ) penciuman
Jelaskan : Klien tidak mengalami halusinasi terbukti dengan klien tidak
melihat/mendengar suara-suara yang aneh.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
8. Proses pikir
( ) sirkumtansia ( ) tangensial ( ) kehilangan asosiasi
( ) flig if ideas ( ) bloking ( ) pengulangan pembicaraan
Jelaskan : Selama wawan cara klien dapat menjawab pertanyaan sesuai dengan topik
pembicaraan.
Masalah keperawatan: Tidak terdapat masalah keperawatan.
9. Isi pikir
( ) obsesi ( ) fobia ( ) hipokondria
( ) derpersonalisasi ( ) ide yang terkait pikiran magis
Waham :
( ) agama ( ) somatik ( ) kebesaran ( ) curiga
( ) nihilistik ( ) sisip pikir ( ) siar pikir ( ) kontrol pikir
Jelaskan :
klien tidak ada masalah dalam dalam gangguan waham
Masalah keperawatan : Tidak terdapat masalah keperawatan.
10. Tingkat kesadaran
( ) bingung ( ) sedasi ( ) stupor disorientasi
( ) waktu ( √ ) tempat ( ) orang
Jelaskan
Klien tau bahwa ia berada di RSJ Banyumas
Masalah keperawatan : Tidak terdapat masalah keperawatan.
11. Memori
( ) gangguan daya ingat jangka panjang
( ) gangguan daya ingat saat ini konfabulasi
Jelaskan : Klien masih ingat kejadian yang ia alami masa lalu dan sekarang.
Masalah keperawatan : Tidak terdapat masalah keperawatan.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
( ) mudah beralih ( ) tidak mampu berkonsentrasi
( ) tidak mampu berhitung sederhan
Jelaskan: Klien mampu berhitung 20-100
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan yang ditemukan.
13. Kemampuan penilaian
( ) gangguan ringan ( ) gangguan bermakna
Jelaskan : Klien dapata membedakan antara kotor dan bersih..
Masalah keperawatan: Tidak terdapat masalah keperawatan..
14. Daya tilik diri
( ) mengingkari penyakit yang diderita ( ) menylahkan hal diluardirinya
Jelaskan : Klien tidak menunjukkan adanya gangguan daya tilik diri.
Masalah keperawatan : Tidak terdapat masalah keperawatan.
ANALISA DATA
DATA MASALAH
SUBJEKTIF:
Klien mengatakan tidak suka berada di rumah sakit jiwa.
Klien mengatakan takut dengan teman-temannya.
OBJEKTIF:
Klien suka melamun,
Klien tampak sedih,
Klien suka menyendiri.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Isolasi social menarik diri
2. Harga diri rendah
3. Defisit perawatan diri
Keluarga
SP 1 (keluarga) :
a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.
b. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami pasien
beserta proses terjadinya.
c. Menjelaskan cara-cara merawat pasien isolasi sosial
SP 2 (keluarga) :
a. Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien dengan isolasi sosial.
b. Melatih keluarga cara merawat langsung kepada pasien isolasi sosial.
SP 3 (keluarga) :
a. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum
obat (discharge planning).
b. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.
3. Terminasi
“Bagaimana perasaan Pak H setelah kita belajar berkenalan ? oia Pak, bapak masih
ingat tidak keuntungan mempunyai teman ? iya …Lalu kerugiannya apa?. Kalau
begitu coba sekarang Pak H ulangi lagi cara berkenalan yang seperti saya ajarkan
tadi.Wahh …Pak H sudah bisa ya.”
“Pak H besok ada waktu jam berapa ? saya akan mengajak bapak berkenalan dengan
teman saya, perawat di ruang sadewa sana. Jam 10 ya Pak ? Baik, besok jam 10 saya
akan mengenalkan bapak ke perawat yang lain ya. Sepertinya ini sudah 10 menit,
kalau begitu sampai jumpa besok ya?. Assalamualaikum”
3. Terminasi
“Bagaimana perasaan H setelah berkenalan dengan perawat N”
”B tampak bagus sekali saat berkenalan tadi”
”Pertahankan terus apa yang sudah H lakukan tadi. Jangan lupa untuk menanyakan
topik lain supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya menanyakan keluarga, hobi,
dan sebagainya. H juga dapat berkenalan dengan perawat lain yang ada di sini. Mari
kita masukkan pada jadwal harian H. Mau berapa kali sehari? Bagaimana kalau 2
kali. Baik nanti H coba sendiri. Besok suster akan mengajak H berkenalan dengan
pasien-pasien lain yang ada di sini. H mau kan ?. H, besok jam 10.30 ya ?Kalau
begitu suster pergi dulu ya H.Assalamualaikum ”
3. Terminasi
“Bagaimana perasaan H setelah berkenalan dengan perawat N”
”B tampak bagus sekali saat berkenalan tadi”
”Pertahankan terus apa yang sudah H lakukan tadi. Jangan lupa untuk menanyakan
topik lain supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya menanyakan keluarga, hobi,
dan sebagainya. H juga dapat berkenalan dengan perawat lain yang ada di sini. Mari
kita masukkan pada jadwal harian H. Mau berapa kali sehari? Bagaimana kalau 2
kali. Baik nanti H coba sendiri. Besok suster akan mengajak H berkenalan dengan
pasien-pasien lain yang ada di sini. H mau kan ?. H, besok jam 10.30 ya ?Kalau
begitu suster pergi dulu ya H.Assalamualaikum ”
SP Keluarga
SP 1 : Menjelaskan kepada keluarga klien tentang isolasi social
“selamat pagi ibu, perkenalkan saya suster adha yang bertugas pagi ini. ibu, maksud
kedatangan saya kemari ingin memberikan sedikit pengetahuan tentang isolasi social
seerti yang terjadi pada bapak H. isolasi social yaitu kondisi ketika individu atau
kelompok mengalami, atau merasakan kebutuhan, atau keinginan untuk lebih terlibat
dalam aktivitas bersama orang lain, tetapi tidak mampu mewujudkannya. Nah tanda
gejalanya antara lain senang menyendiri, malas bertemu orang lain. Bagaimana ibu
apakah ibu sudah mengetahui sekarang?
Nah, coba ibu jelaskan kembali apa yang saya jelaskan tadi. Baik ibu terima kasih.
Besok kita bertemu lagi ya bu untuk membahas tentanggcara merawat orang dengan
isolasi sosial, kalau jam 10 bagaimana bu? Baik, saya pamit dulu sampai jumpa
besok ya bu. Asaslamualaikum”