LP Isolasi Sosial

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI

STASE KEPERAWATAN JIWA


PEKAN I [29/11/2021 – 03/12/2021]

AHMAD RIZA’I
NIM 012141001

PROGRAM PROFESI KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BINAWAN
2021/ 2022
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Teori


1. Definisi
Isolasi sosial merupakan kondisi ketika individu atau kelompok
mengalami, atau merasakan kebutuhan, atau keinginan untuk lebih terlibat
dalam aktivitas bersama orang lain, tetapi tidak mampu mewujudkannya
(Carpenito, 2009).
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain disekitarnya. Individu mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian,
dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Stuart
& Sundeen, 2006).

2. Rentang Respon Sosial


Adapun rentang sosial dari adaptif sampai terjadi respon yang maladaptif
(Stuart & Sundeen, 2006), yaitu :

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Menyendiri Merasa sendiri Manipulasi

Otonomi Menarik diri Impulsif

Bekerjasama Tergantung Narcissisme

Saling tergantung

Gambar 1. Rentang respon sosial


Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan dengan
cara yang dapat diterima oleh norma-norma masyarakat. Menurut Sujono &
Teguh (2009) respon adaptif meliputi :

a. Solitude atau menyendiri


Respon yang dilakukan individu untuk merenungkan apa yang telah
terjadi atau dilakukan dan suatu cara mengevaluasi diri dalam menentukan
rencana-rencana.
b. Autonomy atau otonomi
Kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide,
pikiran, perasaan dalam hubungan sosial. Individu mampu menetapkan
untuk interdependen dan pengaturan diri.
c. Mutuality atau kebersamaan
Kemampuan individu untuk saling pengertian, saling memberi, dan
menerima dalam hubungan interpersonal.
d. Interdependen atau saling ketergantungan
Suatu hubungan saling ketergantungan saling tergantung antar
individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.

Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan


masalah dengan cara-cara yang bertentangan dengan norma-norma agama
dan masyarakat. Menurut Sujono & Teguh (2009) respon maladaptif tersebut
adalah :
a. Manipulasi
Gangguan sosial dimana individu memperlakukan orang lain
sebagai obyek, hubungan terpusat pada masalah mengendalikan orang lain
dan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri. Tingkah laku
mengontrol digunakan sebagai pertahanan terhadap kegagalan atau frustasi
dan dapat menjadi alat untuk berkuasa pada orang lain.
b. Impulsif
Respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai subyek yang
tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak mampu merencanakan,
tidak mampu untuk belajar dari pengalaman dan miskin penilaian.
c. Narkisisme
Respon sosial ditandai dengan individu memiliki tingkah laku
egosentris, harga diri yang rapuh, terus menerus berusaha mendapatkan
penghargaan dan mudah marah jika tidak mendapat dukungan dari orang
lain.

Sedangkan gangguan hubungan sosial yang sering terjadi pada


rentang respon maladaptif (Stuart & Sundeen, 2006), yaitu :
a. Menarik diri ; individu menemukan kesulitan dalam membina hubungan
dengan orang lain.
b. Tergantung (dependen) ; individu sangat tergantung dengan orang lain,
individu gagal mengembangkan rasa percaya diri.
c. Manipulasi ; Individu tidak dapat dekat dengan orang lain, orang lain
hanya sebagai objek.
d. Curiga ; tertanam rasa tidak percaya terhadap orang lain dan lingkungan.

3. Faktor Predisposisi dan Presipitasi


Menurut Stuart dan Sundeen, perilaku menarik diri dipengaruhi oleh
faktor predisposisi atau faktor yang mungkin mempengaruhi terjadinya
gangguan jiwa.
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yaitu faktor yang bisa menimbulkan respon sosial yang
maladaptif. Faktor yang mungkin mempengaruhi termasuk :
1). Perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan mencetuskan
seseorang akan mempunyai masalah respon maladaptif.
2. Biologik
Adanya keterlibatan faktor genetik, status gizi, kesehatan umum yang
lalu dan sekarang. Ada bukti terdahulu tentang terlibatnya
neurotransmiter dalam perkembangan gangguan ini, tetepi masih perlu
penelitian.
3. Sosiokultural
Isolasi karena mengadopsi norma, prilaku dan sistem nilai yang
berbeda dari kelompok budaya mayoritas, seperti tingkat
perkembangan usia, kecacatan, penyakit kronik, pendidikan, pekerjaan
dan lain-lain.

b. Faktor Presipitasi
Stressor pencetus pada umumnya mencakup kejadian kehidupan yang
penuh stress yang mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan
dengan orang lain dan menyebabkan ansietas.
Stressor pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
1). Stressor sosiokultural
Menurunnya stabilitas keluarga dan berpisah dari orang yang berarti,
misalnya perceraian, kematian, perpisahan kemiskinan, konflik sosial
budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan) dan sebagainya.
2). Stressor Psikologik
Ansietas berat yang berkepanjangan dan bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya, misalnya perasaan
cemas yang mengambang, merasa terancam.

4. Tanda dan Gejala


Menurut Budi Anna Kelia (2009), tanda dan gejala ditemui seperti:
1. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
2. Menghindar dari orang lain (menyendiri).
3. Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan
klien lain/perawat.
4. Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk.
5. Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas.
6. Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan
atau pergi jika diajak bercakap-cakap.
7. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari.

Menurut buku panduan diagnosa keperawatan NANDA (2005) isolasi


sosial memiliki batasan karakteristik meliputi:
Data Obyektif :
1) Tidak ada dukungan dari orang yang penting (keluarga, teman,
kelompok)
2) Perilaku permusuhan
3) Menarik diri
4) Tidak komunikatif
5) Menunjukan perilaku tidak diterima oleh kelompok kultural dominant
6) Mencari kesendirian atau merasa diakui di dalam sub kultur
7) Senang dengan pikirannya sendiri
8) Aktivitas berulang atau aktivitas yang kurang berarti
9) Kontak mata tidak ada
10) Aktivitas tidak sesuai dengan umur perkembangan
11) Keterbatasan mental/fisik/perubahan keadaan sejahtera
12) Sedih, afek tumpul

Data Subyektif:
1) Mengekpresikan perasaan kesendirian
2) Mengekpresikan perasaan penolakan
3) Minat tidak sesuai dengan umur perkembangan
4) Tujuan hidup tidak ada atau tidak adekuat
5) Tidak mampu memenuhi harapan orang lain
6) Ekspresi nilai sesuai dengan sub kultur tetapi tidak sesuai dengan
kelompok kultur dominant
7) Ekspresi peminatan tidak sesuai dengan umur perkembangan
8) Mengekpresikan perasaan berbeda dari orang lain
9) Tidak merasa aman di masyarakat
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Klien Dengan Menarik
Diri
Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang
melibatkan hubungan kerjasama antara perawat dengan klien, keluarga atau
masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
1. Pengkajian
a. Identitas klien
1) Perawat yang merawat melakukan kontak dengan klien tentang : nama
klien, nama panggilan klien, nama perawat, panggilan perawat, tujuan,
waktu, tempat pertemuan, topik pembicaraan.
2) Usia
3) Nomor rekam medik
4) Perawat menuliskan sumber data yang didapat
b. Keluhan utama/alasan masuk
Menanyakan pada klien atau keluarga penyebab klien datang ke rumah
sakit saat ini dan bagaimana koping keluarga yang sudah dilakukan untuk
mengatasi masalah ini dan bagaimana hasilnya.
c. Faktor predisposisi
Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami
gangguan jiwa di masa lalu, pernah melakukan, mengalami, menyaksikan
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam
keluarga dan tindakan kriminal, baik itu yang dilakukan, dialami ,
disaksikan oleh orang lain, apakah ada anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa, pengalaman yang tidak menyenangkan.
d. Aspek fisik
Meliputi pengukuran tanda vital, tinggi badan, berat badan dan adanya
keluhan fisik, misalnya tampak lemah, letih dan sebagainya.
e. Aspek psikososial
1). Membuat genogram yang memuat minimal 3 generasi yang
menggambarkan hubungan klien dengan keluarganya yang terkait
dengan komunikasi, pengambilan keputusan, pola asuh, pertumbuhan
individu dan keluarga.
2). Konsep diri, meliputi :
Kaji lebih dalam secara bertahap dengan komunikasi yang sering dan
singkat, meliputi :
a). Citra tubuh
Tanyakan dan observasi persepsi pasien terhadap tubuhnya,
bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai.
b). Identitas diri
Tanyakan dan observasi tentang status dan posisi klien sebelum
dirawat, kepuasan klien terhadap status dan posisinya (sekolah,
tempat kerja, kelompok), kepuasan klien sebagai perempuan atau
laki-laki.
c). Peran
Tanyakan tentang tugas/peran yang diePakn dalam
keluarga/kelompok, kemampuan klien dalam melaksanakan
tugas / peran.
d). Ideal diri
Tanyakan tentang harapan terhadap tubuh; posisi, status,
tugas/peran dan harapan klien terhadap lingkungan (keluarga,
sekolah, tempat kerja, masyarakat).
e). Harga diri.
Tanyakan dan nilai melalui observasi lingkungan hubungan klien
dengan orang lain sesuai dengan kondisi no. 2). (a), (b), (c) dan
penilaian/penghargaan orang lain terhadap diri dan kehidupannya.
3). Hubungan sosial (di rumah dan di rumah sakit)
a). Tanyakan pada klien / keluarga siapa orang yang paling berarti
dalam kehidupannya, tempat mengadu, tempat bicara, minta
bantuan atau sokongan.
b). Tanyakan pada klien / keluarga, kelompok apa saja yang diikuti
dalam masyarakat.
c). Tanyakan pada klien / keluarga pada klien sejauh mana klien
terlibat dalam kelompok di masyarakat.
4). Spiritual, meliputi pandangan, nilai dan keyakinan klien terhadap
gangguan jiwa sesuai dengan agama yang dianut, kegiatan ibadah
yang biasa dilakukan di rumah.

f. Status mental
Nilai aspek-aspek meliputi :
1). Penampilan (rapi / tidak) , penggunaan dan cara berpakaian.
2). Pembicaraan; cepat, keras, gagap, membisu, apatis, lambat,
inkoheren, atau tidak dapat memulai pembicaraan.
3). Aktifitas motorik; tampak adanya kelesuan, ketegangan, kegelisahan,
agitasi, tik (gerakan involunter pada otot), grimasen (gerakan otot
muka yang berubah-ubah yang tidak dapat dikontrol klien), tremor
atau kompulsif.
4). Alam perasaan; sedih, gembira, putus asa, ketakutan, atau khawatir.
5). Afek; datar, tumpul, labil, tidak sesuai.
6). Interaksi selama wawancara; bermusuhan, tidak kooperatif, kontak
mata kurang, defensif, curiga atau mudah tersinggung.
7). Persepsi; menentukan adanya halusinasi dan jenisnya.
8). Proses pikir; sirkumstansial (pembicaraan berbelit-belit, tapi sampai
pada tujuan pembicaraan), tangensial (pembicaraan berbelit-belit
tidak sampai pada tujuan pembicaraan), kehilangan asosiasi
(pembicaraan yang tidak ada hubungan satu dengan yang lainnya),
flight of ideas (pembicaraan yang meloncat-loncat), blocking
(pembicaraan terhenti sejenak tanpa gangguan eksternal, kemudian
dilanjutkan kembali), perseverasi (pembicaraan yang diulang berkali-
kali).
9). Isi pikir; obsesi (pikiran yang selalu muncul walaupun klien berusaha
menghilangkannya), phobia (ketakutan patologis pada objek / situasi
tertentu), hipokondria (keyakinan terhadap adanya gangguan organ
di dalam tubuh yang sebenarnya tidak ada), depersonalisasi (merasa
asing terhadap diri sendiri, orang lain atau lingkungan), ide yang
terkait (keyakinan klien terhadap kejadian yang banyak di
lingkungan yang bermakna dan terkait pada dirinya), pikiran magis
dan waham.
10). Tingkat kesadaran; bingung, sedasi, stupor, orientasi waktu, tempat
dan orang.
11). Memori; adanya gangguan daya ingat jangka panjang, gangguan
daya ingat jangka pendek, gangguan daya ingat saat ini, konfabulasi.
12). Tingkat konsentrasi dan berhitung; perhatian klien yang mudah
dialihkan, tidak mampu memperbaiki, tidak mampu berhitung.
13). Kemampuan penilaian; gangguan penilaian ringan dan gangguan
kemampuan penilaian bermakna.
14). Daya tilik diri; pengingkaran terhadap penyakit yang diderita,
menyalahkan hal-hal di luar dirinya.
g. Kebutuhan persiapan pulang
Observasi kemampuan klien akan; makan, BAB/BAK, mandi, berpakaian,
istirahat dan tidur, penggunaan obat, pemeliharaan kesehatan, aktifitas di
dalam dan di luar rumah
h. Mekanisme koping
Kaji koping adaptif ataupun maladaptif yang biasa digunakan
klien dengan menarik diri, seperti regresi (kemunduran ke tingkat
perkembangan yang lebih rendah dengan respon yang kurang matang),
represi (koping yang menekan keadaan yang tidak menyenangkan ke
alam bawah sadar), isolasi (respon memisahkan diri dari lingkungan
sosial).
i. Aspek medik
Jenis obat-obatan klien saat ini, baik obat fisik, psikofarmaka dan terapi
lainnya.
Data yang didapat dapat dikelompokkan menjadi 2 macam, yaitu data
objektif dan subjektif. Data objektif ditemukan secara nyata dan
didapatkan melalui observasi atau pemeriksaan langsung, sedangkan data
subjektif merupakan data yang disampaikan oleh klien secara lisan dan
keluarga yang didapat melalui wawancara perawat kepada klien dan
keluarga.

2. Pohon Masalah
Pohon masalah pada klien dengan Isolasi sosial : menarik diri, yaitu:

Risiko perilaku
kekerasan Akibat
terhadap diri
sendiri

Ketidakefektifan Gangguan Gangguan


sensori/persepsi: Penyebab
penatalaksanaan pemeliharaan
program halusinasi pendengaran kesehatan
terapeutik
Isolasi sosial: menarik diri Defisit perawatan
Masalah utama diri: Mandi dan
berhias

Ketidakefektifan Gangguan konsep diri:


koping keluarga: Harga diri rendah kronis Penyebab
ketidakmampuan
keluarga merawat klien
di rumah

GaPakr 2. Pohon masalah isolasi sosial : menarik diri (Keliat, B. A., 2005)

1. Diagnosa Keperawatan
Keliat, B. A. (2005) merumuskan diagnosa keperawatan pada klien
dengan gangguan isolasi sosial : menarik diri, sebagai berikut :
a. Isolasi sosial
b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
c. Perubahan persepsi sensori : halusinasi
d. Koping individu tidak efektif
e. Defisit perawatan diri
f. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan

2. Intervensi Keperawatan
Menurut (Workshop Standar Asuhan & Bimbingan Keperawatan Jiwa
RSJ Prof. Dr. Soeroyo Magelang, 2007) strategi pelaksanaan tindakan
keperawatan menggunakan SP, yaitu :
a. Diagnosa 1. Isolasi Sosial
Tujuan:
Dapat berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
I. Pasien
SP 1 (pasien) :
1.1. Membina hubungan saling percaya
1.2. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosia pasien.
1.3. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan
orang lain.
1.4. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi
dengan orang lain.
1.5. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang.
1.6. Menganjurkan pasien memasukan kegiatan latihan berbincang-
bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian.
SP 2 (pasien) :
2.1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
2.2. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekan cara
berkenalan dengan dua orang.
2.3. Membantu pasien memasukan kegiatan berbincang-bincang
dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian.
SP 3 (pasien) :
3.1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
3.2. Memberikan kesempatan kepada pasien berkenalan dengan dua
orang atau lebih.
3.3. Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.
II. Keluarga
SP 1 (keluarga) :
1.1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
pasien.
1.2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang
dialami pasien beserta proses terjadinya.
1.3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien isolasi sosial
SP 2 (keluarga) :
2.1. Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien dengan
isolasi sosial.
2.2. Melatih keluarga cara merawat langsung kepada pasien isolasi
sosial.
SP 3 (keluarga) :
3.1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk
minum obat (discharge planning).
3.2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J, (1998). Buku Saku Diagnosa keperawatan (terjemahan), Edisi 8,


Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Keliat, B.A, dkk, (1997). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Ed I, EGC, Jakarta

Stuart, G.W & Sundeen, S.J, (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan).
Edisi 3, EGC, Jakarta

Townsend, M.C, (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan


Psikitari (terjemahan), Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
STRATEGI PELAKSANAAN

A. Diagnosa Keperawatan
Isolasi social: menarik diri

B. Tujuan Khusus
1. Membina hubungan saling percaya
2. Menyadari penyebab isolasi social
3. Berinteraksi dengan orang lain

C. Tindakan Keperawatan
SP 1 Klien : Membina hubungan saling percaya, membantu klien mengenal
penyebab isolasi social, membantu klien mangenal keuntungan dan kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain, mengajarkan klien berkenalan.
SP 2 Klien : Mengajarkan klien berinteraksi dengan secara bertahap berkenalan
dengan orang pertama (perawat)
SP 3 Klien : Mengajarkan klien berinteraksi dengan secara bertahap berkenalan
dengan orang kedua (pasien lain)
SP 1 Keluarga : Memberikan penyuluhan pada keluarga tentang masalah isolasi
social dan cara merawat klien dengan isolasi social.
SP 2 Keluarga : Melatih keluarga mempraktekan cara merawat klien dengan
masalah isolasi social.
SP 3 Keluarga : Membantu perencanaan pulang bersama keluarga.

D. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya, membantu pasien
mengenal penyebab isolasi sosial, membantu pasien mengenal keuntungan
berhubungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain, dan mengajarkan
pasien berkenalan.
1. Orientasi
“Assalamualaikum…”
“Bagaimana kabarnya hari ini Pak ?. Sehat ya …Pak, perkenalkan nama saya adha,
saya biasa di panggil suster Adha. Saya perawat yang bertugas pada pagi hari ini dari
pukul 07.00 – 14.00 nanti ya. Selama Pak di sisni saya yang akan merawat Pak.
Kalau boleh tau nama Pak siapa ? senang di panggil siapa ?.oohhh Pak B ya ..Pak,
coba lihat kea rah saya. Nah …begitu.”
“Saya lihat dari tadi Pak sendirian, kenapa tidak bergabung dengan yang lain ?. Pak
sudah kenal belum dengan teman-teman yang ada di sini ?. Apa yang Pak rasakan ?.
Pak kesepian ? Kalau begitu bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang mengenal
orang lain ? Tujuannya supaya Pak tidak sendirian terus, tidak kesepian lagi.
Bagaimana Pak mau kan ?. Kita akan bercakap-cakap dimana ? Bagaimana kalau di
ruang tamu saja ?. Pak mau berapa lama kita akan bercakap-cakap? 10 menit saja
ya ..”

2. Kerja (Langkah-Langkah Tindakan Keperawatan)


“ Tadi Pak bilang, Pak merasa kesepian, lalu sewaktu di rumah Pak tinggal dengan
siapa ? Siapa orang tersekat Pak? Lalu orang yang Pak ajak bicara siapa ? Kenapa
Pak tidak mau berbicara dengan mereka ? Apakah mereka pernah berbuat salah
dengan Pak ? Kalau begitu mengapa Pak menjauhi mereka ?.”
“Lalu apa keseharian Pak selama di rumah ? Menurut Pak apa keuntungan
mempunyai banyak teman ?. Ya …benar sekali, keuntungannya jadi tidak kesepian
lagi, ada orang yang mau mendengarkan keluh kesah kita. Nah kalau begitu
kerugiannya apa Pak ? Iya …benar. Jadi seperti yang Pak sebutkan tadi ternyata
banyak juga ya kerugian kalau tidak mempunyai teman ? Kalau begitu Pak mau kan
mempunyai benyak teman ?.”
“Baik, sekarang saya akan mengajarkan Pak cara berkenalan yang benar. Pertama,
kita harus bersalaman dengan orang yang diajak berkenalan. Ayo Pak ulurkaan
tangannya. Kemudian tatap wajah orang yang akan kita ajak bicara. Selanjutnya
sebutkan nama, nama panggilan, asal,dan hobi. Nama saya adha, saya senang
dipanggil Adha, asal saya dari Purwokerto, Hobi saya berenang. Tapi kita harus
menyebutkannya dengan jelas.Nah ..seperti itu. Lalu tanya nama orang yang diajak
bicara, nama panggilannya, asalnya dari mana dan hobinya. Seperti ini: nama kamu
siapa? Kamu senang dipanggil siapa? Asal kamu dari mana? Hobi kamu apa?.Seperti
itu ya….Jangan lupa setelah berkenalan lalu senyum supaya Pak kelihatan manis,
ya ?”
“Coba Pak berkenalan dengan susuter, misalnya Pak H belum kenal dengan suster.
Ya, benar seperti itu. Pak pintar sekali.Setelah Pak H berkenalan dengan orang lain,
Pak bisa melanjutkan percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan. Seperti
keluarga, teman atau yang lainnya”

3. Terminasi
“Bagaimana perasaan Pak H setelah kita belajar berkenalan ? oia Pak, Pak masih
ingat tidak keuntungan mempunyai teman ? iya …Lalu kerugiannya apa?. Kalau
begitu coba sekarang Pak H ulangi lagi cara berkenalan yang seperti saya ajarkan
tadi.Wahh …Pak H sudah bisa ya.”
“Pak H besok ada waktu jam berapa ? saya akan mengajak Pak berkenalan dengan
teman saya, perawat di ruang mawar sana. Jam 10 ya Pak ? Baik, besok jam 10 saya
akan mengenalkan Pak ke perawat yang lain ya. Sepertinya ini sudah 10 menit, kalau
begitu sampai jumpa besok ya?. Assalamualaikum”

SP 2 Klien :Mengajarkan klien berinteraksi dengan secara bertahap


berkenalan dengan orang pertama (perawat)
1. Orientasi
“Assalammualaikum H! ”
“Bagaimana perasaan H hari ini?
« Masih ingat pelajaran kita kemarin tetang berkenalan ?»Coba sebutkan lagi sambil
bersalaman dengan Suster ! »
« Bagus sekali, H masih ingat. Nah seperti janji saya, saya akan mengajak H
mencoba berkenalan dengan teman saya, perawat N. Tidak lama kok, sekitar 5
menit »
« Ayo kita temui perawat N disana »

2. Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)


« Selamat pagi perawat N, ini ada yang ingin berkenalan dengan anda »
« Baiklah H, H bisa berkenalan dengan perawat N seperti yang kita praktekkan
kemarin «
(pasien mendemontrasikan cara berkenalan dengan perawat N : memberi salam,
menyebutkan nama, menanyakan nama perawat, dan seterusnya)
« Ada lagi yang H ingin tanyakan kepada perawat N . coba tanyakan tentang
keluarga perawat N »
« Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, H bisa sudahi perkenalan ini. Lalu H
bisa buat janji bertemu lagi dengan perawat N, misalnya jam 1 siang nanti »
« Baiklah perawat N, karena H sudah selesai berkenalan, saya dan H akan kembali
ke ruangan H. Selamat pagi »

3. Terminasi
“Bagaimana perasaan H setelah berkenalan dengan perawat N”
”H tampak bagus sekali saat berkenalan tadi”
”Pertahankan terus apa yang sudah H lakukan tadi. Jangan lupa untuk menanyakan
topik lain supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya menanyakan keluarga, hobi,
dan sebagainya. H juga dapat berkenalan dengan perawat lain yang ada di sini. Mari
kita masukkan pada jadwal harian H. Mau berapa kali sehari? Bagaimana kalau 2
kali. Baik nanti H coba sendiri. Besok suster akan mengajak H berkenalan dengan
pasien-pasien lain yang ada di sini. H mau kan ?. H, besok jam 10.30 ya ?Kalau
begitu suster pergi dulu ya H.Assalamualaikum ”
BAB II
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Keperawatan
Ruang Rawat : Nakula
Tanggal dirawat : 20 Maret 2015

I. DENTITAS
a. Inisial : Tn. H (L/P) Tgl Pengkajian : 23 Maret 2015
b. Umur : 35 tahun RM : 222717
c. Informasi : Klien dan status

II. ALASAN MASUK


Klien sering bingung, suka melamun, suka menyendiri, tidak mau mandi, ketawa
sendiri, mondar-mandir di tempat dan klien pernah melakukan pemukulan terhadap
diri sendiri.

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu? ( √ ) Ya ( ) Tidak
2. Pengobatan sebelumnya. ( ) Berhasil ( √ ) Kurang berhasil ( ) Tidak berhasil
3. Perilaku Pelaku/usia Korban/usia Saksi/usia
a. Aniaya fisik (........./.......) (........./.......) (........./.......)
b. Aniaya seksual (........./.......) (........./.......) (........./.......)
c. Penolakan (........./.......) (........./.......) (........./.......)
d. Kekerasan dalam keluarga (........./.......) (........./.......) (........./.......)
e. Tindakan Kriminal (........./.......) (........./.......) (........./.......)
Jelaskan No. 1,2,3: Klien pernah mengalami gangguan jiwa dan di rawat di RSJ,
Karena tidak minum obat, klien kambuh lagi dari ruangan bukit barisan ke RSJ
Medan
Masalah Keperawatan: Regimen terapiutik inefektif
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?
( ) Ya ( √ ) Tidak
Hubungan Keluarga Gejala Riwayat Pengobatan/perawatan
............................... ............................... ...............................
............................... .............................. ...............................
............................... ............................... ...............................
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan yang di temukan
5. Pengalaman masalalu yang tidak menyenangkan:
Klien menyatakan kecewa terhadap keluarganya, karena tidak peduli dengannya.
Masalah Keperawatan: Harga diri rendah

IV. FISIK
1. Tanda vital : TD:120/80 mmhg N80x/i S 36oC P 20x/ menit
2. Ukur: TB167 cm BB 55 kg
3. Keluhan Fisik: ( ) Ya ( √ ) Tidak
Masalah Keperawatan : Tidak terdapat masalah keperawatan

V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Jelaskan : Klien anak ke 7 dari 7 bersaudara, ke-1 perempuan dan sehat, ke-2 laki-
laki sehat, ke-3 laki-laki sehat, ke-4 perempuan dan sehat, ke-5 laki-laki sehat, ke-6
laki-laki sehat, ke-7 laki-laki yang menderita gangguan jiwa. Keluarga memasukkan
ke RSJ medan karena dijauhi keluarga dan disingkirkan oleh orang lain.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.


2. Konsep Diri
a. Gambaran Diri: Klien merasa senang dengan tubuhnya, terutama bagian wajahnya
dan badannya,.
b. Identitas: Klien merasa tidak puas dengan dirinya
c. Peran: Klien menyatakan kecewa dengan dirinya karena tidak dapat melaksanakan
peran sebagai anak.
d. Ideal Diri: Klien menyatakan ingin menjadi orang yang sukses dan ingin cepat
sembuh.
c. Harga diri: Klien jarang bersosialisasi dengan tetangganya karena klien merasa
terasing karena mengalami gangguan jiwa.
Masalah Keperawatan : Gangguan konsep diri, harga diri rendah.
3. Hubungan Sosial:
a. Orang yang berarti: Orang tuanya atau ibunya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/sosial: peran serta dalam kegiatan
pokok/sosial: klien jarang ikut dalam kegiatan kelompok/ masyarakat.
c. HaPaktan dalam hubungan dengan orang lain: Kurang percaya diri terhadap diri
sendiri, karena klien lebih suka diam.dan mengatakan malu bergaul dengan orang
lain
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial menarik diri.

VI. STATUS MENTAL


1. Penampilan
( √ ) Tidak rapi ( ) Penggunaan pakaian tidak sesuai ( ) Berpakaian tidak seperti
biasanya
Jelaskan : Klien tidak rapi, baju klien terlihat terbalik, kusam, kotor, rambut kusut
dan kuku terlihat kotor
Masalah Keperawatan : Defisit perawatan diri.
2. Pembicaraan
( ) Cepat keras ( ) Gugup ( ) Inkoheren
( ) Apatis ( √ ) LaPakt ( ( Membisu
( ) Tidak mampu mulai pembicaraan
Jelaskan : Klien selama berkomunikasi secara kontak mata, klien menjawab dengan
laPakt.
Masalah keperawatan : Gangguan Komunikasi Verbal.

3. AktiAdhas Motorik
( ) Lesu ( ) Tegang ( ) Inkoheren ( ) Agitasi
( ) Tik ( ) Grimasem ( √ ) Tremor ( ) Kompulsip
Jelaskan : Tangan Klien gemetar saat diajak bersalaman, dan pada saat beraktivitas
klien tampak tremor.
Masalah Keperawatan : Gangguan aktivitas motorik/intoleransi aktivitas.
4. Alam perasaan :
( √ ) sedih ( ) ketakutan ( ) putus asa ( ) gembira
Jelaskan : Klien merasa keluarga tidak peduli dengannya dan klien terlihat sedih
karena berada di RSJ Banyumas.
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah.
5. Afek
( √ ) datar ( ) tumpul ( ) labil ( ) tidak sesuai
Jelaskan : ekspresi wajah klien datar, klien kadang-kadang termenung.
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial menarik diri.
6. Interaksi selama wawancara
( ) bermusuhan ( √ ) tidak kooperatif ( ) mudah tersinggung
( ) curiga` ( ) defenitif ( ) kontak mata kurang
Jelaskan : Klien tampak tidak kooperatif saat di ajak berbicara kontak mata (-) suka
menunduk
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial menarik diri.
7. Persepsi halusinasi
( ) pendengaran ( ) penglihatan ( ) perabaan
( ) pengecapan ( ) penciuman
Jelaskan : Klien tidak mengalami halusinasi terbukti dengan klien tidak
melihat/mendengar suara-suara yang aneh.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
8. Proses pikir
( ) sirkumtansia ( ) tangensial ( ) kehilangan asosiasi
( ) flig if ideas ( ) bloking ( ) pengulangan pembicaraan
Jelaskan : Selama wawan cara klien dapat menjawab pertanyaan sesuai dengan topik
pembicaraan.
Masalah keperawatan: Tidak terdapat masalah keperawatan.
9. Isi pikir
( ) obsesi ( ) fobia ( ) hipokondria
( ) derpersonalisasi ( ) ide yang terkait pikiran magis
Waham :
( ) agama ( ) somatik ( ) kebesaran ( ) curiga
( ) nihilistik ( ) sisip pikir ( ) siar pikir ( ) kontrol pikir
Jelaskan :
klien tidak ada masalah dalam dalam gangguan waham
Masalah keperawatan : Tidak terdapat masalah keperawatan.
10. Tingkat kesadaran
( ) bingung ( ) sedasi ( ) stupor disorientasi
( ) waktu ( √ ) tempat ( ) orang
Jelaskan
Klien tau bahwa ia berada di RSJ Banyumas
Masalah keperawatan : Tidak terdapat masalah keperawatan.
11. Memori
( ) gangguan daya ingat jangka panjang
( ) gangguan daya ingat saat ini konfabulasi
Jelaskan : Klien masih ingat kejadian yang ia alami masa lalu dan sekarang.
Masalah keperawatan : Tidak terdapat masalah keperawatan.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
( ) mudah beralih ( ) tidak mampu berkonsentrasi
( ) tidak mampu berhitung sederhan
Jelaskan: Klien mampu berhitung 20-100
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan yang ditemukan.
13. Kemampuan penilaian
( ) gangguan ringan ( ) gangguan bermakna
Jelaskan : Klien dapata membedakan antara kotor dan bersih..
Masalah keperawatan: Tidak terdapat masalah keperawatan..
14. Daya tilik diri
( ) mengingkari penyakit yang diderita ( ) menylahkan hal diluardirinya
Jelaskan : Klien tidak menunjukkan adanya gangguan daya tilik diri.
Masalah keperawatan : Tidak terdapat masalah keperawatan.

VII. KEBUTUHAN PERSONAL


1. Makan
( √ ) bantuan minimal ( ) bantuan total
2. Bak / Bab
( √ ) bantuan minimal ( ) bantuan total
3. Mandi
( √ ) bantuan minimal ( ) bantuan total
4. Berpakaian / berhias
( √ ) bantuan minimal ( ) bantuan total
5. Intirahat tidur
( ) tidur siang lama : 14-00 s/d 15-00 WIB
( ) tidur malam : 20-00 s/d 05-00 WIB
6. Penggunaan obat
( √ ) bantuan minimal ( ) bantuan total
7. Pemeliharaan Kesehatan
Ya Tidak
Keperawatan lanjutan ( √ ) ( )
Sistem pendukung ( √ ) ( )
8. Kegitan didalam rumah
Ya Tidak
Mempersiapkan makanan ( ) ( √ )
Menjaga kerapian rumah ( ) ( √ )
Mencuci pakaian ( ) ( √ )
Pengaturan uang ( ) ( √ )
9. Kegiatan diluar rumah
Ya Tidak
Belanja ( ) ( √ )
Trnfortasi ( ) ( √ )
Lain-lain ( ) ( √ )
Jelaskan : Klien malas keluar rumah dan bergaul dengan orang lain.
Masalah keperawatan : Isolasi sosial menarik diri

VIII. MEKANISME KOPING


Adaptif Maladaptif
( √ ) berbicara dengan orang lain ( √ ) minum alkohol
( ) mampu menyelesaikan masalah ( √ ) reasksi laPakt
( ) tehnik relaksasi ( ) berkerja berlebihan
( ) aktivitas konstruktif ( ) menghindar
( √ ) olah raga ( ) menciderai diri
( ) lainnya
Masalah keperawatan : Koping Individu inefektik.

XI. MASALAH PSIKOLOGI SOSIAL


a. Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik
Klien merasa teman nya menghindar/menjauhi dirinya setelah sakit.
b. Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik:
Klien tidak terima berada di RSJ Banyumas
c. Masalah dengan pendidikan, spesifik Klien tamatan SMU
d. Masalah dengan pekerjaan, spesifik
Klien pernah bekerja di suatu pabrik dan sekarang sudah berhenti
e. Masalah dengan perumahan, spesifik
Klien tinggal bersama orang tua, rumah milik peribadi
f. Masalah dengan ekonomi, spesifik
Klien memiliki masalah ekonomi yang cukup dan biaya pengobatan di tanggung oleh
orang tua.
g. Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik
Klien tidak mempunyai masalah dengan pelayanan kesehatan..
h. Masalah lainnya, spesifik
Masalah keperawatan : Gangguan hubungan sosial menarik diri.
X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG
( √ ) penyakit jiwa ( √ ) sistem pendukung
( ) faktor presipitasi ( ) penyakit fisik
( √ ) Koping ( √ ) obat-obatan
( ) Lainnya
Masalah keperawatan: Koping individu inefektif .

XI. ASPEK MEDIK


Diagnosa medik : Skizoprenia Paranoid episode berulang
Terapi Medik: Cparpromazin 100 mg 3x1
Trihexyphenidry 2 mg 2x1
Halopheridole 5 mg 2x1
1. CPZ (Cparpromazin)
Indikasi: untuk sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai
realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai norma sosial dan tilik diri terganggu,
berdaya berat dalam fungsi mental, waham halusinasi, gangguan perasaan, perilaku
yang aneh dan tidak terkendali, berdaya berat dalam kehidupan sehari-hari tidak mau
bekerja, hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin.
Komposisi: Tiap tablet mengandung Clorpromazine HCL 25 mg, Clorpromazine 5
mg
2. THP (Trihexyphenidry)
Indikasi: sekala jenis penyakit parkinson, termasuk ensepalitis dan indiopatik,
sindrom prankinson akibat obat misalnya reserpina dan fenitiazine.
Komposisi: tiap tablet mengandung Trihexyphenidril hidroklorida 2 mg
3. HLP (Halopheridole)
Indikasi: berdaya berat dalam menilai kemampuan realita dan fungsi nertal serta
dalam fungsi kehidupan sehari-hari.
Komposisi: Tiap tablet mengandung 0,5 mg Haloperidol,

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


Isolasi sosial menarik diri
Harga diri rendah
Defisit perawatan diri
Intoleransi aktivitas
Gangguan komunikasi perbal

ANALISA DATA
DATA MASALAH
SUBJEKTIF:
Klien mengatakan tidak suka berada di rumah sakit jiwa.
Klien mengatakan takut dengan teman-temannya.
OBJEKTIF:
Klien suka melamun,
Klien tampak sedih,
Klien suka menyendiri.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Isolasi social menarik diri
2. Harga diri rendah
3. Defisit perawatan diri

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Diagnosa I : Isolasi sosial menarik diri
SP 1 (pasien) :
a. Membina hubungan saling percaya
b. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosia pasien.
c. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain.
d. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain.
e. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang.
f. Menganjurkan pasien memasukan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan
orang lain dalam kegiatan harian.
SP 2 (pasien) :
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
b. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan
dua orang.
c. Membantu pasien memasukan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain
sebagai salah satu kegiatan harian.
SP 3 (pasien) :
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
b. Memberikan kesempatan kepada pasien berkenalan dengan dua orang atau
lebih.
c. Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.

Keluarga
SP 1 (keluarga) :
a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.
b. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami pasien
beserta proses terjadinya.
c. Menjelaskan cara-cara merawat pasien isolasi sosial
SP 2 (keluarga) :
a. Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien dengan isolasi sosial.
b. Melatih keluarga cara merawat langsung kepada pasien isolasi sosial.
SP 3 (keluarga) :
a. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum
obat (discharge planning).
b. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.

Strategi Pelaksanaan Isolasi Sosial


SP Pasien
SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya, membantu pasien
mengenal penyebab isolasi sosial, membantu pasien mengenal keuntungan
berhubungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain, dan mengajarkan
pasien berkenalan.
1. Orientasi
“Assalamualaikum…”
“Bagaimana kabarnya hari ini Pak ? Sehat ya …Pak, perkenalkan nama saya Adha,
saya biasa di panggil suster adha . Saya perawat yang bertugas pada pagi hari ini dari
pukul 07.00 – 14.00 nanti ya. Selama bapak di sisni saya yang akan merawat bapak.
Kalau boleh tau nama bapak siapa ? senang di panggil siapa ?.oohhh Pak H ya ..Pak,
coba lihat ke arah saya. Nah …begitu.”
“Saya lihat dari tadi bapak sendirian, kenapa tidak bergabung dengan yang lain ?.
Pak sudah kenal belum dengan teman-teman yang ada di sini ?. Apa yang bapak
rasakan ?. bapak kesepian ? Kalau begitu bagaimana kalau kita bercakap-cakap
tentang mengenal orang lain ? Tujuannya supaya bapak tidak sendirian terus, tidak
kesepian lagi. Bagaimana Pak mau kan ?. Kita akan bercakap-cakap dimana ?
Bagaimana kalau di ruang tamu saja ?. Pak mau berapa lama kita akan bercakap-
cakap? 10 menit saja ya ..”

2. Kerja (Langkah-Langkah Tindakan Keperawatan)


“ Tadi bapak bilang, bapak merasa kesepian, lalu sewaktu di rumah bapak tinggal
dengan siapa ? Siapa orang terdekat bapak? Lalu orang yang bapak ajak bicara
siapa ? Kenapa bapak tidak mau berbicara dengan mereka ? Apakah mereka pernah
berbuat salah dengan bapak ? Kalau begitu mengapa bapak menjauhi mereka ?.”
“Lalu apa keseharian bapak selama di rumah ? Menurut bapak apa keuntungan
mempunyai banyak teman ?. Ya …benar sekali, keuntungannya jadi tidak kesepian
lagi, ada orang yang mau mendengarkan keluh kesah kita. Nah kalau begitu
kerugiannya apa Pak ? Iya …benar. Jadi seperti yang bapak sebutkan tadi ternyata
banyak juga ya kerugian kalau tidak mempunyai teman ? Kalau begitu bapak mau
kan mempunyai benyak teman ?.”
“Baik, sekarang saya akan mengajarkan bapak cara berkenalan yang benar. Pertama,
kita harus bersalaman dengan orang yang diajak berkenalan. Ayo Pak ulurkaan
tangannya. Kemudian tatap wajah orang yang akan kita ajak bicara. Selanjutnya
sebutkan nama, nama panggilan, asal,dan hobi. Nama saya adha tazakka, saya
senang dipanggil Adha, asal saya dari Purwokerto, Hobi saya berenang. Tapi kita
harus menyebutkannya dengan jelas. Nah ..seperti itu. Lalu tanya nama orang yang
diajak bicara, nama panggilannya, asalnya dari mana dan hobinya. Seperti ini: nama
kamu siapa? Kamu senang dipanggil siapa? Asal kamu dari mana? Hobi kamu
apa?.Seperti itu ya….Jangan lupa setelah berkenalan lalu senyum supaya Pak
kelihatan manis, ya ?”
“Coba Pak berkenalan dengan suster, misalnya Pak H belum kenal dengan suster. Ya,
benar seperti itu. Pak pintar sekali. Setelah Pak H berkenalan dengan orang lain, Pak
bisa melanjutkan percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan. Seperti keluarga,
teman atau yang lainnya”

3. Terminasi
“Bagaimana perasaan Pak H setelah kita belajar berkenalan ? oia Pak, bapak masih
ingat tidak keuntungan mempunyai teman ? iya …Lalu kerugiannya apa?. Kalau
begitu coba sekarang Pak H ulangi lagi cara berkenalan yang seperti saya ajarkan
tadi.Wahh …Pak H sudah bisa ya.”
“Pak H besok ada waktu jam berapa ? saya akan mengajak bapak berkenalan dengan
teman saya, perawat di ruang sadewa sana. Jam 10 ya Pak ? Baik, besok jam 10 saya
akan mengenalkan bapak ke perawat yang lain ya. Sepertinya ini sudah 10 menit,
kalau begitu sampai jumpa besok ya?. Assalamualaikum”

SP 2 :Mengajarkan klien berinteraksi dengan secara bertahap berkenalan


dengan orang pertama (perawat)
1. Orientasi
“Assalammualaikum H! ”
“Bagaimana perasaan H hari ini?
« Masih ingat pelajaran kita kemarin tetang berkenalan ?»Coba sebutkan lagi sambil
bersalaman dengan Suster ! »
« Bagus sekali, H masih ingat. Nah seperti janji saya, saya akan mengajak H
mencoba berkenalan dengan teman saya, perawat N. Tidak lama kok, sekitar 5
menit »
« Ayo kita temui perawat N disana »
2. Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)
« Selamat pagi perawat N, ini ada yang ingin berkenalan dengan anda »
« Baiklah H, H bisa berkenalan dengan perawat N seperti yang kita praktekkan
kemarin «
(pasien mendemontrasikan cara berkenalan dengan perawat N : memberi salam,
menyebutkan nama, menanyakan nama perawat, dan seterusnya)
« Ada lagi yang H ingin tanyakan kepada perawat N . coba tanyakan tentang
keluarga perawat N »
« Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, H bisa sudahi perkenalan ini. Lalu H
bisa buat janji bertemu lagi dengan perawat N, misalnya jam 1 siang nanti »
« Baiklah perawat N, karena H sudah selesai berkenalan, saya dan H akan kembali
ke ruangan H. Selamat pagi »

3. Terminasi
“Bagaimana perasaan H setelah berkenalan dengan perawat N”
”B tampak bagus sekali saat berkenalan tadi”
”Pertahankan terus apa yang sudah H lakukan tadi. Jangan lupa untuk menanyakan
topik lain supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya menanyakan keluarga, hobi,
dan sebagainya. H juga dapat berkenalan dengan perawat lain yang ada di sini. Mari
kita masukkan pada jadwal harian H. Mau berapa kali sehari? Bagaimana kalau 2
kali. Baik nanti H coba sendiri. Besok suster akan mengajak H berkenalan dengan
pasien-pasien lain yang ada di sini. H mau kan ?. H, besok jam 10.30 ya ?Kalau
begitu suster pergi dulu ya H.Assalamualaikum ”

SP 3 :Mengajarkan klien berinteraksi dengan secara bertahap berkenalan dengan


orang pertama (perawat)
1. Orientasi
“Assalammualaikum H! ”
“Bagaimana perasaan H hari ini?
« Masih ingat pelajaran kita kemarin tetang berkenalan ?»Coba sebutkan lagi sambil
bersalaman dengan Suster ! »
« Bagus sekali, H masih ingat. Nah seperti janji saya, saya akan mengajak H
mencoba berkenalan dengan teman saya, perawat N. Tidak lama kok, sekitar 5
menit »
« Ayo kita temui perawat N disana »

2. Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)


« Selamat pagi perawat N, ini ada yang ingin berkenalan dengan anda »
« Baiklah H, H bisa berkenalan dengan perawat N seperti yang kita praktekkan
kemarin «
(pasien mendemontrasikan cara berkenalan dengan perawat N : memberi salam,
menyebutkan nama, menanyakan nama perawat, dan seterusnya)
« Ada lagi yang H ingin tanyakan kepada perawat N . coba tanyakan tentang
keluarga perawat N »
« Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, H bisa sudahi perkenalan ini. Lalu H
bisa buat janji bertemu lagi dengan perawat N, misalnya jam 1 siang nanti »
« Baiklah perawat N, karena H sudah selesai berkenalan, saya dan H akan kembali
ke ruangan H. Selamat pagi »

3. Terminasi
“Bagaimana perasaan H setelah berkenalan dengan perawat N”
”B tampak bagus sekali saat berkenalan tadi”
”Pertahankan terus apa yang sudah H lakukan tadi. Jangan lupa untuk menanyakan
topik lain supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya menanyakan keluarga, hobi,
dan sebagainya. H juga dapat berkenalan dengan perawat lain yang ada di sini. Mari
kita masukkan pada jadwal harian H. Mau berapa kali sehari? Bagaimana kalau 2
kali. Baik nanti H coba sendiri. Besok suster akan mengajak H berkenalan dengan
pasien-pasien lain yang ada di sini. H mau kan ?. H, besok jam 10.30 ya ?Kalau
begitu suster pergi dulu ya H.Assalamualaikum ”
SP Keluarga
SP 1 : Menjelaskan kepada keluarga klien tentang isolasi social
“selamat pagi ibu, perkenalkan saya suster adha yang bertugas pagi ini. ibu, maksud
kedatangan saya kemari ingin memberikan sedikit pengetahuan tentang isolasi social
seerti yang terjadi pada bapak H. isolasi social yaitu kondisi ketika individu atau
kelompok mengalami, atau merasakan kebutuhan, atau keinginan untuk lebih terlibat
dalam aktivitas bersama orang lain, tetapi tidak mampu mewujudkannya. Nah tanda
gejalanya antara lain senang menyendiri, malas bertemu orang lain. Bagaimana ibu
apakah ibu sudah mengetahui sekarang?
Nah, coba ibu jelaskan kembali apa yang saya jelaskan tadi. Baik ibu terima kasih.
Besok kita bertemu lagi ya bu untuk membahas tentanggcara merawat orang dengan
isolasi sosial, kalau jam 10 bagaimana bu? Baik, saya pamit dulu sampai jumpa
besok ya bu. Asaslamualaikum”

SP 2 : Melatih keluarga cara merawat pasien isolasi social


“selamat pagi ibu, berjumpa lagi dengan saya suster adha . bagaimana kabar ibu hari
ini? sesuai janji kita kemarin kita bertemu lagi untuk membahas tentang cara
merawat pasien isolasi social. Ibu, sudah tau belum cara merawat bapak?
Cara merawat bapak yaitu dengan cara sering mempertemukan bapak dengan orang
lain, ajaklah dia berbicara bersama saat berkumpul dan jangan mengucilkan bapak ya
bu. Lebih bagus lagi kalau bapak diajak berkumpul denagn tetangga sekitar rumah
tapi dengan bertahap ya bu, begitu.
Bagaimana ibu apakah sudah jelas. Apakah ada pertanyaan ibu?
Baik, kalau tidak, besok kita bertemu lagi ya bu disini eperti tadi jam 10 ya bu.
Baiklah saya pamit dulu ya bu. Assalamualaikum”

Anda mungkin juga menyukai