SOP Insulin
SOP Insulin
SOP Insulin
NIM : P07520220044
Kelas : 2A D4 Keperawatan
1. Pengertian
Insulin adalah hormon yang digunakan untuk mengobati diabetes mellitus. Actrapid
Novolet : adalah insulin short acting yang dikemas dalam bentuk pulpen insulin khusus yang
berisi 3 cc insulin.
2. Tujuan
3. Indikasi
a. Semua penyandang DM tipe I memerlukan insulin eksogen karena produksi insulin oleh
sel beta tidak ada atau hampir tidak ada.
b. Penyandang DM tipe II tertentu mungkin membutuhkan insulin bila terapi jenis lain
tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah.
c. Keadaan stress berat, seperti pada infeksi berat, tindakan pembedahan, infark miokard
akut atau stroke.
d. DM gestasional dan penyandang DM yang hamil membutuhkan insulin bila diet saja
tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah.
e. Ketoasidosis diabetik.
5. Komplikasi
b. Alergi/resistensi insulin
d. Pembengkakan tubuh
b. Periksa vial insulin tiap kali akan digunakan (misalnya : adanya perubahan warna).
d. Insulin dengan kerja cepat (rapid-acting insulin) harus diberikan dalam 15 menit sebelum
makan. Interval waktu yang direkomendasikan antara waktu pemberian injeksi dengan
waktu makan adalah 30 menit.
e. Sebelum memberikan terapi insulin, periksa kembali hasil laboratorium (kadar gula
darah).
a. Insulin Pen yang tidak sedang digunakan harus disimpan dalam suhu 2 – 8 °C dalam
lemari pendingin (tidak boleh didalam freezer).
b. Insulin Pen yang sedang digunakan sebaiknya tidak disimpan dalam lemari pendingin.
Insulin Pen dapat digunakan/dibawa oleh perawat dalam kondisi suhu ruangan (sampai
dengan suhu 25 °C) selama 4 minggu.
c. Jauh dari jangkauan anak-anak, tidak boleh terpapar dengan api, sinar matahari langsung,
dan tidak boleh dibekukan.
d. Jangan menggunakan Insulin Pen jika cairan didalamnya tidak berwarna jernih lagi.
7. Persiapan Klien
a. Menjelaskan kepada klien tentang persiapan dan tujuan prosedur pemberian injeksi
insulin.
8. Persiapan Perawat
a. Mencuci tangan
f. Mengkaji keadekuatan jaringan adipose, amati apakah ada pengerasan atau penurunan
jumlah jaringan.
g. Mengkaji tingkat pengetahuan klien prosedur dan tujuan pemberian terapi insulin.
9. Persiapan Alat
b. Vial insulin.
d. Handscoen bersih.
10. Langkah-Langkah
a) Megambil vial insulin dan aspirasi sebanyak dosis yang diperlukan untuk klien
(berdasarkan daftar obat klien/instruksi medik).
e) Mencubit kulit tempat area penyuntikan pada klien yang kurus dan regangkan kulit
pada klien yang gemuk dengan tangan yang tidak dominan.
f) Menyuntikkan insulin secara subcutan dengan tangan yang dominan secara lembut
dan perlahan.
g) Mencabut jarum dengan cepat, tidak boleh di massage, hanya dilalukan penekanan
pada area penyuntikan dengan menggunakan kapas alkohol.
h) Membuang spuit ke tempat yang telah ditentukan dalam keadaan jarum yang sudah
tertutup dengan tutupnya.
a) Memeriksa apakah Novolet berisi tipe insulin yang sesuai dengan kebutuhan.
c) Memasang cap Novolet sehingga angka nol (0) terletak sejajar dengan indikator dosis.
d) Memegang novolet secara horizontal dan menggerakkan insulin pen (bagian cap)
sesuai dosis yang telah ditentukan sehingga indicator dosis sejajar dengan jumlah
dosis insulin yang akan diberikan kepada klien.
e) Skala pada cap : 0, 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18 unit (setiap rasa ”klik” yang dirasakan
perawat saatb memutar cap Insulin Pen menandakan 2 unit insulin telah tersedia).
i) Mencubit kulit tempat area penyuntikan pada klien yang kurus dan regangkan kulit
pada klien yang gemuk dengan tangan yang tidak dominan.
j) Menyuntikkan insulin secara subcutan dengan tangan yang dominan secara lembut
dan perlahan. Ibu jari menekan bagian atas Insulin Pen sampai tidak terdengar lagi
bunyi ‘klik’ dan tinggi Insulin Pen sudah kembali seperti semula (tanda obat telah
diberikan sesuai dengan dosis).
k) Tahan jarum Insulin pen selama 5-10 detik di dalam kulit klien sebelum dicabut
supaya tidak ada sisa obat yang terbuang.
l) Mencabut jarum dengan cepat, tidak boleh di massage, hanya dilalukan penekanan
pada area penyuntikan dengan menggunakan kapas alkohol.
d. Tahap Terminasi
1) Mengevaluasi hasil / respon klien
2) Mendokumentasikan hasilnya
3) Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4) Mengakhiri kegiatan, membereskan alat-alat
5) Mencuci tangan
Tahap Evaluasi
1. Mengevaluasi respon klien terhadap medikasi yang diberikan 30 menit setelah injeksi
insulin dilakukan.
Insulin tidak dapat diberikan dalam bentuk asupan yang ditelan, karena sistem pencernaan akan
memecah insulin yang ada di lambung. Pemberian insulin dilakukan dengan suntikan, pompa, dan
inhalasi.
Suntikan
Suntikan diberikan di bawah kulit. Menyuntiknya dengan menggunakan alat suntik atau alat berupa
pena yang dilengkapi dengan jarum suntik. Jenis pen dan jarum yang digunakan untuk menyuntikkan
insulin juga berbeda-beda. Penggunaannya sangat mudah. Hanya perlu sedikit tekanan ke kulit,
sehingga pasien mudah menyuntik sendiri. Jumlah pemberiannya dalam sehari tergantung jenis
insulin yang digunakan, usia pasien, gaya hidup, serta aktivitas pasien.
Pompa
Pemberian insulin dengan pompa, diberikan menggunakan tabung infus tipis yang dimasukkan ke
bawah kulit. Pemberiannya membutuhkan waktu lebih lama, yaitu beberapa jam. Penggunaan insulin
dengan cara dipompa dipilih untuk menghindari suntikan yang dilakukan berkali-kali. Meskipun,
pemberian infus ini juga harus dilakukan di bagian-bagian yang berbeda setiap beberapa hari.
Inhalasi
Sesuai namanya, insulin diberikan dengan cara dihirup melalui hidung. Cara ini efektif dalam
menurunkan kadar gula darah. Namun, perokok, penderita asma, dan orang dengan masalah dengan
paru-paru, tidak diperkenankan menggunakan cara ini.
Pada dasarnya, tubuh dapat memproduksi insulin. Namun, gula darah perlu dikontrol agar insulin
yang diproduksi tubuh, cukup untuk bekerja sama dengan glukosa dalam menyediakan bahan bakar
bagi tubuh. Jangan sampai produksi insulin terhenti karena terlalu tingginya kadar gula dalam darah.
Jika tidak, ancaman diabetes, hadir di depan mata.
Suntik insulin bisa digunakan sebelum makan atau pada malam hari sebelum tidur agar kadar gula
darah tetap stabil. Meski demikian, setiap jenis suntikan insulin memiliki cara kerja yang berbeda.
Oleh karena itu, pemakaiannya pun harus disesuaikan dengan kondisi Klien. Insulin biasanya
diberikan pada pasin penyakit DM dan pasien yang memiliki gangguan gula darah.
Dewasa: Dosis suntikan awal adalah 20 unit, diikuti dengan 6 unit per jam sampai gula darah turun ke
10 mmol/l atau di bawah 180 mg/dl.
Suntik intravena/IV
Dewasa: Dosis diberikan melalui infus dengan dosis awal 6 unit per jam, dosis digandakan 2 atau 4
kali lipat jika kadar gula darah tidak juga turun.
Anak-anak: Dosis diberikan melalui infus dengan dosis awal 0,1 unit/kgBB per jam, dosis digandakan
2 atau 4 kali lipat jika kadar gula darah tidak juga turun.
Suntik subkutan
Dewasa: Dosis akan disesuaikan oleh sesuai kebutuhan. Suntikan dilakukan ke area paha, lengan atas,
bokong, atau perut.
insulin reguler diberikan berdasarkan penghitungan total insulin harian dengan cara :
Total insulin harian yang dibutuhkan = 0,5 unit x berat badan (kg)
Total insulin reguler prandial yang diperlukan = 60% dari total insulin harian
Total insulin reguler prandial dibagi dalam frekuensi makan dalam sehari
contoh: 5 unit insulin reguler prandial setiap makan, bila frekuensi makan 3 kali sehari [18]
Ketoasidosis Diabetik
Dosis insulin reguler pada ketoasidosis diabetik berbeda antara pasien dewasa dengan pasien anak.
Dewasa
Pada pasien dewasa dengan ketoasidosis diabetik, insulin reguler diberikan dengan dosis 0,1
unit/kgBB/jam dimasukkan dalam cairan infus, yang diberikan kontinu hingga tercapai serum
glukosa sekitar 80─100 mg/dL/jam. Setelah kadar glukosa serum tercapai, maka dosis selanjutnya
pada dewasa adalah 0,5─1 unit/kgBB/hari dalam dosis terbagi. [18]
Anak
Pada pasien anak, dosis awal insulin reguler adalah 0,1 unit/kgBB secara intravena, dilanjutkan
dengan dosis maintenance 0,05─0,2 unit/kgBB/jam secara titrasi dalam cairan infus, untuk
menurunkan serum glukosa hingga sekitar 80─100 mg/dL/jam. Setelah kadar glukosa serum tercapai,
maka dosis selanjutnya pada anak adalah 0,5─1 unit/kgBB/hari dalam dosis terbagi. [18]
Setelah kadar glukosa serum dibawah 300 mg/dL, masukkan dextrose kedalam cairan infus dan
titrasikan insulin mulai dari dosis rendah hingga kesadaran pasien kembali baik dan hiperosmolaritas
teratasi. Saat pasien sudah bisa makan, maka insulin sudah dapat diberikan per subkutan [19]
Insulin reguler diberikan pada diabetes mellitus tipe 2 yang tidak respon dengan pemberian obat
antidiabetik oral, serta pasien yang sudah diterapi dengan antidiabetik oral dengan kadar glukosa
darah tidak terkontrol baik dalam jangka waktu 3 bulan dan kadar HbA1C > 6,5%.
Pada kasus-kasus tersebut di atas, pemberian insulin reguler dimulai dengan dosis 10 unit/hari
subkutan, atau 0,1─0,2 unit/kgBB/hari dalam dosis terbagi. Pada pagi hari, diberikan 2/3 dari
kebutuhan dosis insulin harian, dengan rasio insulin reguler terhadap insulin intermediate-acting 1:2.
Pada malam hari, dberikan 1/3 dari kebutuhan dosis insulin harian dengan rasio insulin reguler
terhadap insulin intermediate-acting 1:1 [16,18]
Hiperkalemia
Pemberian insulin reguler dikombinasikan dengan dekstrosa diketahui dapat membantu mengatasi
kedaruratan hiperkalemia. Dosis yang digunakan pada dewasa dan anak-anak adalah 0,5─1
gram/kgBB, dimana pemberian insulin 1 unit tiap 4─5 gram dekstrosa secara subkutan atau intravena
memiliki onset action yang cepat untuk mengatasi kedaruratan hiperkalemia [2, 16].
Cara menyuntikkan yang baik dan benar dimulai dengan mencari tahu titik-titik di bagian
tubuh mana insulin sebaiknyya diberikan supaya obat bekerja optimal.Suntikan insulin
umumnya diinjeksikan ke jaringan lemak yang berada di bawah kulit.Dosis suntikan awal
adalah 20 unit,diikuti degan 6 unit/jam samapi gula darah turun ke 10 mmol/I atau dibawah
180 mg/dl.
Apabila disuntikkan ke otot,tubuh akan menyerap insulin terlalu cepat dan memicu
penurunan kadar gula darah secara drastic dalam waktu singkat.Selain itu,suntikan insulin
yang diberikan langsung ke otot akan terasa lebih sakit.
Supaya terhindar dari lipodistrofi(penumpukan atau rusaknya lemak di bawah kulit),penderita
diabetes harus merotasi bagian tubuh yang mendapat suntikan insulin.Lipodistrofi berpotensi
mengganggu penyerapan insulin.Bagian tubuh yang cocok dipilih sebagai tempat
penyuntikan insulin antara lain,perut,paha,otot lengan.