Askep PTM - Widyastuti

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 42

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn.

M DENGAN PENYAKIT
TIDAK MENULAR (HIPERTENSI) DI DUSUN SARON RT 01 DESA
RAMBEANAK WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUNGKID

Dosen Pembimbing : Ns. Enik Suhariyanti, S.Kep,M. Kep

Disusun oleh :

Widyastuti

NPM : 21.0604.0048

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2022
A. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu
yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan
tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu dengan yang
lain (Mubarak, 2011).

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang


terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang
berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap
dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2012).
Sedangkan menurut Friedman keluarga adalah unit dari
masyarakat dan merupakan lembaga yang mempengaruhi
kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat, hubungan yang
erat antara anggotanya dengan keluarga sangat menonjol
sehingga keluarga sebagai lembaga atau unit layanan perlu di
perhitungkan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
keluarga yaitu sebuah ikatan (perkawinan atau kesepakatan),
hubungan (darah ataupun adopsi), tinggal dalam satu atap
yang selalu berinteraksi serta saling ketergantungan.

2. Fungsi Keluarga
Keluarga mempunyai 5 fungsi yaitu :
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal
keluarga yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi
afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.
Keberhasilan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan
kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Komponen
yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan
fungsi afektif adalah (Friedman, M.M et al., 2010) :
1) Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih,
kehangatan, saling menerima, saling mendukung antar
anggota keluarga.
2) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling
menghargai dan mengakui keberadaan dan hak setiap
anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim
positif maka fungsi afektif akan tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak
pasangan sepakat memulai hidup baru.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga
merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi,
misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu
dan orang-orang yang ada disekitarnya. Dalam hal ini
keluarga dapat Membina hubungan sosial pada anak,
Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan
tingkat perkembangan anak, dan Menaruh nilai-nilai
budaya keluarga.
c. Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan
menambah sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu
perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan
biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga
adalah meneruskan keturunan.

d. Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan
seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan
makan, pakaian, dan tempat tinggal.

e. Fungsi Perawatan Kesehatan


Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan
keperawatan, yaitu untuk mencegah gangguan kesehatan
atau merawat anggota keluarga yang sakit. Keluarga yang
dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup
menyelesaikan masalah kesehatan.

3. Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga


Berdasarkan konsep Duvall dan Miller, tahapan
perkembangan keluarga dibagi menjadi 8 :
a. Keluarga Baru (Berganning Family)
Pasangan baru nikah yang belum mempunyai anak. Tugas
perkembangan keluarga dalam tahap ini antara lain yaitu
membina hubungan intim yang memuaskan, menetapkan
tujuan bersama, membina hubungan dengan keluarga lain,
mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB, persiapan
menjadi orangtua dan memahami prenatal care
(pengertian kehamilan, persalinan dan menjadi orangtua).
b. Keluarga dengan anak pertama < 30bln (child bearing)
Masa ini merupakan transisi menjadi orangtua yang akan
menimbulkan krisis keluarga. Tugas perkembangan
keluarga pada tahap ini antara lain yaitu adaptasi
perubahan anggota keluarga, mempertahankan hubungan
yang memuaskan dengan pasangan, membagi peran dan
tanggung jawab, bimbingan orangtua tentang pertumbuhan
dan perkembangan anak, serta konseling KB post partum 6
minggu.
c. Keluarga dengan anak pra sekolah
Tugas perkembangan dalam tahap ini adalah
menyesuaikan kebutuhan pada anak pra sekolah (sesuai
dengan tumbuh kembang,
proses belajar dan kontak sosial) dan merencanakan
kelahiran berikutnya.
d. Keluarga dengan anak sekolah (6-13 tahun)
Keluarga dengan anak sekolah mempunyai tugas
perkembangan keluarga seperti membantu sosialisasi anak
terhadap lingkungan luar rumah, mendorong anak untuk
mencapai pengembangan daya intelektual, dan
menyediakan aktifitas anak.
e. Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah
pengembangan terhadap remaja, memelihara komunikasi
terbuka, mempersiapkan perubahan sistem peran dan
peraturan anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan
tumbuh kembang anggota keluarga.
f. Keluarga dengan anak dewasa
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk
hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya, menata
kembali fasilitas dan sumber yang ada dalam keluarganya.

g. Keluarga usia pertengahan (middle age family)


Tugas perkembangan keluarga pada saat ini yaitu
mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam
mengolah minat sosial, dan waktu santai, memulihkan
hubungan antara generasi muda-tua, serta persiapan masa
tua.

h. Keluarga lanjut usia


Dalam perkembangan ini keluarga memiliki tugas seperti
penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah
cara hidup, menerima kematian pasangan, dan
mempersiapkan kematian, serta melakukan life review
masa lalu.
4. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan adalah sebagai berikut :
a. Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan
b. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan
tindakan
c. Keluarga mampu melakukan perawatan terhadap anggota
keluarga yang sakit
d. Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang
dapat meningkatkan kesehatan
e. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
terdapat di lingkungan setempat
B. Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu keadaan yang
menyebabkan tekanan darah tinggi secara terus-menerus
dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg, tekanan
diastolik 90 mmHg atau lebih. Hipertensi atau penyakit darah
tinggi merupakan suatu keadaan peredaran darah meningkat
secara kronis. Hal ini terjadi karena jantung bekerja lebih
cepat memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen
dan nutrisi di dalam tubuh (Koes Irianto, 2014).

Hipertensi juga merupakan faktor utama terjadinya


gangguan kardiovaskular. Apabila tidak ditangani dengan baik
dapat mengakibatkan gagal ginjal, stroke, dimensia, gagal
jantung, infark miokard, gangguan penglihatan dan hipertensi
(Andrian Patica N E- journal keperawatan volume 4 nomor 1,
Mei 2016)
2. Jenis Hipertensi
Hipertensi dapat didiagnosa sebagai penyakit yang
berdiri sendiri tetapi sering dijumpai dengan penyakit lain,
misalnya arterioskeloris, obesitas, dan diabetes militus.
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat dikelompokkan
menjadi dua golongan yaitu (WHO, 2014) :
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Sebanyak 90-95 persen kasus hipertensi yang terjadi tidak
diketahui dengan pasti apa penyebabnya. Para pakar
menemukan hubungan antara riwayat keluarga penderita
hipertensi (genetik) dengan resiko menderita penyakit ini.
Selain itu juga para pakar menunjukan stres sebagai
tertuduh utama, dan faktor lain yang mempengaruhinya.
Faktor-faktor lain yang dapat dimasukkan dalam penyebab
hipertensi jenis ini adalah lingkungan, kelainan
metabolisme, intra seluler, dan faktor-faktor ynag
meningkatkan resikonya seperti obesitas, merokok,
konsumsi alkohol, dan kelainan darah.

b. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder


Pada 5-10 persen kasus sisanya, penyebab khususnya
sudah diketahui, yaitu gangguan hormonal, penyakit
diabetes, jantung, ginjal, penyakit pembuluh darah atau
berhubungan dengan kehamilan. Kasus yang sering terjadi
adalah karena tumor kelenjar adrenal. Garam dapur akan
memperburuk resiko hipertensi tetapi bukan faktor
penyebab.
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Pada Orang Dewasa
Kategori Sistolik Diastolik
mmHg mmHg
Normal < 130 < 85
mmHg mmHg
Normal Tinggi 130-139 85-89
mmHg mmHg
Stadium 1 140-159 90-99
(HipertensiRingan) mmHg mmHg
Stadium 2 160-179 100-109
(HipertensiSedang) mmHg mmHg
Stadium 3 180-209 110-119
(HipertensiBerat) mmHg mmHg
Stadium 4 201 120
(HipertensiSangatBeratatauMaligna) mmHg mmHg
ataulebih ataulebih
Sumber : Heniwati, 2008

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi


a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol :
1) Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dengan
wanita. Wanita diketahui mempunyai tekanan darah
lebih rendah dibandingkan pria ketika berusia 20-30
tahun. Tetapi akan mudah menyerang pada wanita
ketika berumur 55 tahun, sekitar 60% menderita
hipertensi berpengaruh pada wanita. Hal ini dikaitkan
dengan perubahan hormon pada wanita setelah
menopause (Endang Triyanto, 2014).
2) Umur
Perubahan tekanan darah pada seseorang secara stabil
akan berubah di usia 20-40 tahun. Setelah itu akan
cenderung lebih meningkat secara cepat. Sehingga,
semakin bertambah usia seseorang maka tekanan darah
semakin meningkat. Jadi seorang lansia cenderung
mempunyai tekanan darah lebih tinggi dibandingkan
diusia muda (Endang Triyanto, 2014).
3) Keturunan (genetik)
Adanya faktor genetik tentu akan berpengaruh
terhadap keluarga yang telah menderita hipertensi
sebelumnya. Hal ini terjadi adanya peningkatan kadar
sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara
potasium terhadap sodium individu sehingga pada
orang tua cenderung beresiko lebih tinggi menderita
hipertensi dua kali lebih besar dibandingan dengan
orang yang tidak mempunyai riwayat keluarga dengan
hipertensi (Buckman, 2010).
4) Pendidikan
Tingkat pendidikan secara tidak langsung
mempengaruhi tekanan darah. Tingginya resiko
hipertensi pada pendidikan yang rendah, kemungkinan
kurangnya pengetahuan dalam menerima informasi
oleh petugas kesehatan sehingga berdampak pada
perilaku atau pola hidup sehat (Armilawaty, Amalia H,
Amirudin R., 2007).
b. Faktor resiko hipertensi yang dapat dikonrol
1) Obesitas
Pada usia pertengahan dan usia lanjut, cenderung
kurangnya melakukan aktivitas sehingga asupan kalori
mengimbangi kebutuhan energi, sehingga akan terjadi
peningkatan berat badan atau obesitas dan akan
memperburuk kondisi (Anggara, F.H.D., & N.
Prayitno, 2013).
2) Kurang olahraga
Jika melakukan olahraga dengan teratur akan mudah
untuk mengurangi peningkatan tekanan darah tinggi
yang akan menurunkan tahanan perifer, sehigga
melatih otot jantung untuk terbiasa melakuakn
pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi
tertentu.
3) Kebiasaan merokok
Merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Hal ini
dikarenakan di dalam kandungan nikotik yang dapat
menyebabkan penyempitan pembuluh darah.
4) Konsumsi garam berlebihan
WHO merekomendasikan konsumsi garam yang dapat
mengurangi peningkatan hipertensi. Kadar sodium
yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100
mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram) (H. Hadi
Martono Kris Pranaka, 2014-2015).
5) Minum alkohol
Ketika mengonsumsi alkohol secara berlebihan akan
menyebabkan peningkatan tekanan darah yang
tergolong parah karena dapat menyebabkan darah di
otak tersumbat dan menyebabkan stroke.
6) Minum kopi
Satu cangkir kopi mengandung kafein 75-200 mg,
dimana dalam satu cangkir kopi dapat meningkatakan
tekanan darah 5- 10 mmHg.
7) Kecemasan
Kecemasan akan menimbulkan stimulus simpatis yang
akan meningkatkan frekuensi jantung, curah jantung
dan resistensi vaskuler, efek samping ini akan
meningkatkan tekanan darah. Kecemasan atau stress
meningkatkan tekanan darah sebesar 30 mmHg. Jika
individu meras cemas pada masalah yang di hadapinya
maka hipertensi akan terjadi pada dirinya. Hal ini
dikarenakan kecemasan yang berulang-ulang akan
mempengaruhi detak jantung semakin cepat sehingga
jantung memompa darah keseluruh tubuh akan
semakin cepat.
PATHWAY

C. Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Hipertensi


Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian
kegiatan dalam praktek keperawatan yang diberikan pada klien
sebagai anggota keluarga pada tatanan komunitas dengan
menggunakan proses keperawatan, berpedoman pada standar
keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab
keperawatan (WHO, 2014).
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian yang
diberikan melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga.
Asuhan ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah kesehatan
yang dialami keluarga dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan, yaitu sebagai berikut (Heniwati, 2008) :
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan
keperawatan, agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan
sesuai dengan keadaan keluarga. Sumber informasi dari
tahapan pengkaajian dapat menggunakan metode wawancara
keluarga, observasi fasilitas rumah, pemeriksaan fisik pada
anggota keluarga dan data sekunder.
Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :
a. Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga
meliputi :
1) Nama kepala keluarga
2) Alamat dan telepon
3) Pekerjaan kepala keluarga

4) Pendidikan kepala keluarga


5) Komposisi keluarga dan genogram
6) Tipe keluarga
7) Suku bangsa
8) Agama
9) Status sosial ekonomi keluarga
10) Aktifitas rekreasi keluarga
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi :
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan
dengan anak tertua dari keluarga inti.
2) Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu
menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum
terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas
perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai
riwayat kesehatan pada keluarga inti yang meliputi
riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-
masing anggota keluarga, perhatian terhadap
pencegahan penyakit, sumber pelayanan kesehatan yang
biasa digunakan keluarga serta pengalaman-
pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan
mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak
suami dan istri.

c. Pengkajian
Lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
4) Sistem pendukung keluarga
d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai
cara berkomunikasi antar anggota keluarga.
2) Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota
keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain
untuk merubah perilaku.
3) Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-
masing anggota keluarga baik secara formal maupun
informal.
4) Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai
nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang
berhubungan dengaan kesehatan.
5) Fungsi keluarga :
a) Fungsi afèktif, yaitu perlu dikaji gambaran diri
anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki
dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota
keluarga lain, bagaimana kehangatan tercipta pada
anggota keluarga dan bagaimana keluarga
mengembangkan sikap saling menghargai.

b) Fungsi sosialisai, yaitu perlu mengkaji bagaimana


berinteraksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh
mana anggota keluarga belajar disiplin, norma,
budaya dan perilaku.
c) Fungsi perawatan kesehatan, yaitu meenjelaskan
sejauh mana keluarga menyediakan makanan,
pakaian, perlu dukungan serta merawat anggota
keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan
keluarga mengenal sehat sakit. Kesanggupan
keluarga dalam melaksanakan perawatan kesehatan
dapat dilihat dari kemampuan keluarga dalam
melaksanakan tugas kesehatan keluarga, yaitu
mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil
keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan
perawatan kesehatan pada anggota keluarga yang
sakit, menciptakan lingkungan yang dapat
meningkatan kesehatan dan keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di
lingkungan setempat.
d) Pemenuhan tugas keluarga. Hal yang perlu dikaji
adalah sejauh mana kemampuan keluarga dalam
mengenal, mengambil keputusan dalam tindakan,
merawat anggota keluarga yang sakit, menciptakan
lingkungan yang mendukung kesehatan dan
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang
ada.

6) Stres dan koping keluarga


a) Stressor jaangka pendek dan panjang
(1) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang
dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian
dalam waktu kurang dari 5 bulan.
(2) Stressorr jangka panjang yaitu stressor yang
dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian
dalam waktu lebih dari 6 bulan.
b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/
stressor
c) Strategi koping yang digunakan keluarga bila
menghadapi permasalahan.
d) Strategi adaptasi fungsional yang divunakan bila
menghadapi permasalah
e) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua
anggotaa keluarga. Metode yang digunakan pada
pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan
fisik di klinik. Harapan keluarga yang dilakukan
pada akhir pengkajian, menanyakan harapan
keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


Dari pengkajian asuhan keperawatan keluarga di atas
maka diagnosa keperawatan keluarga yang mungkin muncul
adalah :
a. Manajemen keluarga tidak efektif, yaitu pola penanganan
masalah kesehatan dalam keluarga tidak memuaskan untuk
memulihkan kondisi kesehatan anggota keluarga.
b. Manajemen kesehatan tidak efektif, yaitu pola pengaturan
dan pengintegrasian penanganan masalah kesehatan ke
dalam kebiasaan hidup sehari-hari tidak memuaskan untuk
mencapai status kesehatan yang diharapkan.
c. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif, yaitu
ketidakmampuan mengidentifikasi, mengelola dan atau
menemukan bantuan untuk mempertahankan kesehatan.
d. Kesiapan peningkatan koping keluarga yaitu pola adaptasi
anggota keluarga dalam mengatasi situasi yang dialami klien
secara efektif dan menunjukkan keinginan serta kesiapan
untuk meningkatkan kesehatan keluarga dan klien.
e. Penurunan koping keluarga yaitu ketidakefektifan
dukungan, rasa nyaman, bantuan dan motivasi orang
terdekat (anggota keluarga atau orang berarti) yang
dibutuhkan klien untuk mengelola atau mengatasi masalah
kesehatan.

f. Ketidakberdayaan, persepsi bahwa tindakan seseorang tidak


akan mempengaruhi hati secara signifikan, persepsi kurang
kontrol pada situasi saat ini atau yang akan datang.
g. Ketidakmampuan koping keluarga, yaitu perilaku orang
terdekat (anggota keluarga) yang membatasi kemampuan
dirinya dan klien untuk beradaptasi dengan masalah
kesehatan yang dihadapi klien.
Yang menjadi etiologi atau penyebab dari masalah
keperawatan yang muncul adalah hasil dari pengkajian tentang
tugas kesehatan keluarga yang meliputi 5 unsur sebagai berikut
:
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi
yang terjadi pada anggota keluarga
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat
untuk mengatasi penyakit hipertensi
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
dengan hipertensi
d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau
memodifikasi lingkungan yang dapat mempengaruhi
penyakit hipertensi
e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan guna perawatan dan pengobatan
hipertensi
3. Membuat Perencanaan
Menurut Suprajitno perencanaan keperawatan mencakup
tujuan umum dan khusus yang didasarkan pada masalah yang
dilengkapi dengan kriteria dan standar yang mengacu pada
penyebab. Selanjutnya

merumuskan tindakan keperawatan yang berorientasi pada


kriteria dan standar. Perencanaan yang dapat dilakukan pada
asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi ini adalah
sebagai berikut :
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi yang
terjadi pada keluarga.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat
mengenal dan mengerti tentang penyakit hipertensi.
Tujuan : Keluarga mengenal masalah penyakit hipertensi
setelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang
penyakit hipertensi.
Standar : Keluarga dapat menjelaskan pengertian, penyebab,
tanda dan gejala penyakit hipertensi serta pencegahan dan
pengobatan penyakit hipertensi secara lisan.
Intervensi :
1) Jelaskan arti penyakit hipertensi
2) Diskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit hipertensi
3) Tanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat
untuk mengatasi penyakit hipertensi.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat
mengetahui akibat lebih lanjut dari penyakit hipertensi.

Tujuan : Keluarga dapat mengambil keputusan untuk


merawat anggota keluarga dengan hipertensi setelah tiga kali
kunjungan rumah. Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan
secara lisan dan dapat mengambil tindakan yang tepat dalam
merawat anggota keluarga yang sakit.
Standar : Keluarga dapat menjelaskan dengan benar
bagaimana akibat hipertensi dan dapat mengambil keputusan
yang tepat.
Intervensi:
1) Diskusikan tentang akibat penyakit hipertensi
2) Tanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat
anggota keluarga yang menderita hipertensi.
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan
hipertensi
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mampu
merawat anggota keluarga yang menderita penyakit
hipertensi.
Tujuan : Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat
terhadap anggota keluarga yang menderita hipertensisetelah
tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan cara
pencegahan dan perawatan penyakit hipertensi
Standar : Keluarga dapat melakukan perawatan anggota
keluarga yang menderita penyakit hipertensi secara tepat.
Intervensi:
1) Jelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit
hipertensi.
2) Jelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet
yang tepat dan olah raga khususnya untuk anggota
keluarga yang menderita hipertensi.
d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau
memodifikasi lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit
hipertensi berhubungan.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mengerti
tentang pengaruh lingkungan terhadap penyakit hipertensi.
Tujuan : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat
menunjang penyembuhan dan pencegahan setelah tiga kali
kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang
pengaruh lingkungan terhadap proses penyakit hipertensi
Standar : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang
dapat mempengaruhi penyakit hipertensi.
Intervensi :
1) Ajarkan cara memodifikasi lingkungan untuk mencegah
dan mengatasi penyakit hipertensimisalnya :
a) Jaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko
kecelakaan misalnya benda yang tajam.
b) Gunakan alat pelindung bila bekerja Misalnya sarung
tangan.

c) Gunakan bahan yang lembut untuk


pakaian untuk mengurangi terjadinya iritasi.
2) Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah
dijelaskan.
e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan guna perawatan dan pengobatan hipertensi.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat
menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan.
Tujuan : Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan
kesehatan yang tepat untuk mengatasi penyakit
hipertensisetelah dua kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan ke mana
mereka harus meminta pertolongan untuk perawatan dan
pengobatan penyakit hipertensi.
Standar : Keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan
secara tepat.
Intervensi : Jelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat
meminta pertolongan untuk perawatan dan pengobatan
hipertensi.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA

I. DATA UMUM

1. Nama KK : Tn.M
2. Alamat : Saron Rt 01, Rambeanak, Mungkid
3. Pekerjaan KK : Buruh
4. Pendidikan KK : SMP
5. Komposisi keluarga :

No Nama L/P Umur Hubungan Pekerjaan Pendidikan


. Keluarga
1. Tn. M L 52 Suami Buruh SMP
2. Ny. S P 50 Istri Ibu rumah SMP
tangga

Genogram

Keterangan :

: perempuan

: laki-laki

: ikatan perkawinan

: klien (Ny. S)
6. Tipe keluarga
Keluarga Tn. M memiliki tipe middle age family yaitu keluarga
yang terdiri dari sepasang suami istri paruh baya, karena keluarga Tn.M
dan istri yang tinggal dalam satu rumah. Tidak ada masalah dalam
keluarga Tn. M.
7. Suku bangsa : Jawa / Indonesia
Suku bangsa Tn. M merupakan suku Jawa, Bahasa yang digunakan
sehari-hari adalah bahasa Jawa, tidak ada kebiasaan keluarga yang
mempengaruhi oleh suku yang dapat mempengaruhi kesehatannya.
8. Agama
Keluarga Tn.M beragama islam. Tn.M dan istri selalu
melaksanakan ibadah sholat 5 waktu berjamaah di masjid dan mengikuti
pengajian rutin di kampungnya. Tn.M selalu mengajarkan keluarganya
untuk menjunjung tinggi agamanya.

9. Status Sosial Keluarga


Dalam keluarga yang bekerja adalah Tn.M sebagai kuli batu di
tempat tinggalnya. PenghasilanTn. M kira-kira Rp. 1.000.000,- per
bulannya. Digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sebagian
disisihkan untuk ditabung. Tn.M dan Ny.S juga memiliki tabungan untuk
cadangan jika sewaktu-waktu diperlukan. Pengeluaran tiap bulannya
hampir sama. Di dalam rumah ini mempunyai barang-barang elektronik
seperti: TV, rice cooker, dll. Dan alat transportasi 1 sepeda motor.
10. Aktivitas rekreasi keluarga
Keluarga biasanya berkumpul setelah beraktivitas sehari-hari pada
sore harinya untuk menonton TV bersama dan sesekali bertamasya ke luar
kota. Kadang-kadang berkumpul dengan sanak saudara saat ada acara
keluarga dan lebaran.
II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

11. Tahap perkembangan keluarga saat ini


Tn.M memiliki 2 orang anak yang pertama sudah berkeluarga, dan yang
kedua masih bekerja
12. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tahap perkembangan Tn.M masih dalam tahap perkembangan
keluarga dengan usia lanjut
13. Riwayat keluarga inti
Dalam keluarga Tn.M ada yang memiliki penyakit keturunan dari
keluarga Ny.S (orangtua). Apabila dalam keluarga Tn.M ada yang sakit,
dengan segera memeriksakan ke pelayanan kesehatan terdekat.
14. Riwayat keluarga sebelumnya
Istri Tn.M memiliki riwayat darah tinggi.

III. Pengkajian Lingkungan

15. Karakteristik rumah

Rumah yang di huni Tn.M merupakan rumah sendiri, berukuran


24,5x10 m2 terdiri dari ruang tamu, 2 kamar tidur, dapur, kamar mandi dan
WC. Jarak dengan septictank lebih dari 10 meter dari sumur, kondisi WC
bersih dengan model WC leher angsa. Lantai rumah yaitu keramik
dibagian depan dan dibagian belakang masih semen, rumah permanen,
sirkulasi udara diperoleh dari fentilasi udara, pintu depan, pintu belakang,
dan jendela. Keluarga mempunyai halaman rumah, sampah keluarga
diletakkan di tempat sampah tertutup. Kebersihan rumah cukup, air minum
sehari-hari diperoleh dari sumur dengan kondisi air bersih yang biasa
digunakan untuk mandi dan mencuci. Lingkungan rumah Tn.M cukup
bersih dan rapi.
16. Denah Rumah

TERAS RUMAH

KAMAR

RUANG TAMU

KAMAR

DAPUR KAMAR MANDI

17. Karakteristik tetangga & komunitas RW


Keluarga Tn.M tinggal di daerah perkampungan, tetangga yang
ada di sekitar rumah semuanya ramah dan saling tolong menolong satu
sama lain. Warga sekitar sering mengadakan kegiatan kerja bakti
membersihkan lingkungan rutin di hari minggu setiap 1 bulan sekali.
18. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Tn.M sudah lama tinggal di rumah tersebut. Beberapa
anggota keluarga Tn.M tinggal tidak jauh dari rumahnya. Rumah Tn.M
jaraknya ±1 km dari jalan raya.
19. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Di dalam masyarakat Tn.M mengikuti pengajian bersama
masyarakat, Tn.M juga mengikuti tahlilan di lingkungannya begitu juga
dengan Ny.S disamping bersosialisasi dia juga melakukan pekerjaan
rumah.
20. Sistem pendukung keluarga
Semua anggota keluarga dalam keadaan sehat. Jika ada anggota
keluarga yang sakit segera periksa ke pelayanan kesehatan. Anggota
keluarga yang satu dengan yang lainnya saling menyayangi dan saling
membantu satu sama lain. Keluarga Tn.M sering tolong menolong begitu
juga dengan lingkungan sekitarnya.

IV. Struktur Keluarga

21. Pola komunikasi keluarga


Pola komunikasi yang digunakan komunikasi terbuka, tiap
keluarga berusaha mengungkapkan pendapatnya masing masing, hal ini
dapat dilihat pada waktu perawat melakukan pengkajian.
22. Struktur kekuatan keluarga
Keluarga selalu menyelesaikan masalah dengan musyawarah
sedang Ny.S hanya mengikuti saja apa hasil musyawarah, semua anggota
keluarga berperan sesuai perannya masing-masing, dan apabila masalah
tidak teratasi, maka keputusan ada di tangan Tn.M.
23. Struktur peran
Formal
a) Tn.M sebagai kepala keluarga sekaligus pencari nafkah untuk
memenuhi kebutuhan keluarganya dismping itu Tn.M sebagai
pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman pada keluarga
b) Ny.S berperan sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya, Ny.S sebagai
ibu yang memiliki peran untuk mengurusi rumah dan pendidik anak-
anaknya serta membantu suaminya bekerja.
Informal
a) Setiap anggota keluarga selalu memiliki peran sebagai pendorong bagi
yang lain
24. Nilai & norma keluarga
Keluarga menerapkan nilai-nilai agama pada setiap anggota
keluarga seperti sholat, mengaji, berpuasa.
V. Fungsi Keluarga

25. Fungsi afektif


Keluarga Tn.M saling mendukung kebutuhan sehingga dapat
terpenuhi kehidupan sehari-hari, dapat menyelesaikan masalah dengan
musyawarah dan keputusan keluarga yang terakhir ditentukan oleh Tn.M
sebagai kepala keluarga.
26. Fungsi sosialisasi
Tn.M dan Ny.S dapat membina sosialisasi pada anak-anaknya
sehingga dapat membentuk norma dan aturan-aturan sesuai dengan
perkembangan anak-anaknya, serta dapat meneruskan budaya.
27. Fungsi perawatan kesehatan
a) Kemampuan keluarga mengenal masalah
Keluarga Tn.M mengatakan bahwa Ny.S memiliki riwayat
darah tinggi yang melebihi batas normal dan tidak boleh makan
terlalu banyak yang asin.
b) Kemampuan keluarga mengambil keputusan
Tn.M selalu mengambil keputusan secara tepat seperti
halnya jika ada anggota keluarga yang sakit ia membeli obat ke
apotek.
c) Kemampuan keluarga merawat anggota yang sakit
Tn.M dengan keluarga akan merawat anggota yang sakit
sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
d) Kemampuan keluarga dalam memelihara lingkungan yang sehat
Tn.M mengerti cara memelihara rumah sehat dan
dampaknya jika tidak menjaga kebersihan rumah.
e) Kemampuan keluarga mengunakan fasilitas kesehatan
Fasilitas kesehatan yang terdekat dari rumahnya adalah
puskesmas dan bidan, keuntungan mengunakan fasilitas kesehatan
adalah kesehatan kami dapat teratasi, puskesmas dan bidan
merupakan tempat pelayanan kesehatan terdekat dengan rumah
kami.
28. Fungsi Reproduksi
Jumlah anak Tn.M adalah 2 orang, Ny.S dalam hal ini sudah tidak
mengikuti program KB karena usia sudah menginjak 50 tahun.
29. Fungsi ekonomi
Keluarga Tn.M sudah tercukupi masalah kebutuhan pokok, tapi
masalah sandang keluarga hanya membeli setahun sekali.

VI. Stress dan Koping Keluarga

30. Stresor jangka pendek dan panjang

a. Pendek : Stressor jangka pendek yang dipikir keluarga saat ini yaitu
memikirkan agar penyakit Tn.M tidak kambuh lagi.
b. Panjang : Saat ini keluarga Tn.M memikirkan biaya untuk pengobatan
secara rutin Ny. S.
31. Kemampuan keluarga berespon thd situasi/stressor
Keluarga Tn.M selalu melakukan musyawarah dalam
menyelesaikan masalah baik dalam lingkungan keluarga atau masyarakat.
32. Sumber koping yang digunakan
Keluarga Tn.M apabila ada masalah baik dalam keluarga atau
masyarakat selalu menyelesaikannya dengan musyawarah.
33. Strategi adaptasi disfungsional
Dalam menghadapi masalah selalu berusaha dan berdoa tapi semua
kembali lagi pada Allah SWT.
VII. Pemeriksaan Fisik Anggota Keluarga

Pemeriksaan Fisik Tn. M Ny. S


Tekanan darah 120/80 mmHg 165/100 mmHg
Nadi 80x/mnt 74x/mnt
Suhu 36,2 36,3
RR 20x/mnt 20x/mnt
BB 55 kg 56 kg
Kepala Mesochepal Mesochepal
Rambut Hitam bersih Hitam bersih
Kulit Sawo matang Sawo matang
Mata Simetris, Simetris,
konjungtiva tidak konjungtiva tidak
anemis dan sklera anemis dan sklera
tidak ikterik, tidak ikterik,
penglihatan baik penglihatan baik
Hidung Bersih, fungsi Bersih, fungsi
penghidu baik penghidu baik
Mulut & Bersih, tidak Bersih, tidak
tenggorokan berbau, gigi berbau, gigi
bersih, tidak ada bersih, tidak ada
nyeri telan nyeri telan
Telinga Simetris, Simetris,
pendengaran pendengaran baik,
baik, tidak tidak
menggunakan menggunakan alat
alat bantu bantu
Leher Tidak ada Tidak ada
pembesaran pembesaran
kelenjar tiroid kelenjar tiroid
Dada Tidak ada Tidak ada
wheezing wheezing
Perut Tidak kembung, Tidak kembung,
tidak nyeri tekan tidak nyeri tekan
Ekstremitas Tidak ada Tidak ada
kelainan bentuk kelainan bentuk

VIII. Harapan Keluarga

Harapan yang diinginkan keluarga Tn.M yaitu ingin agar anggota


keluarganya panjang umur selalu diberikan kesehatan, kesejahteraan, ketentraman
dan keluarga berharap agar dapat memperoleh informasi kesehatan yang seluas-
luasnya.

ANALISA DATA

No DATA ETIOLOGI MASALAH


.
1 DS : Ketidakmampuan Nyeri kronis (D.0078)
- Keluarga mengatakan keluarga merawat
Ny. S memiliki riwayat anggota yang sakit
hipertensi
- Keluarga mengatakan
Ny. S kadang pusing
dan pegal di leher
- Keluarga mengatakan
memiliki keturunan
hipertensi

DO :
TD : 165/100 mmHg
N : 74 x/M
S : 36,50C
R: 20x/M
2 DS : Ketidakmampuan Deficit pengetahuan
- Keluarga mengatakan keluarga dalam mengenal tentang hipertensi
mengetahui Ny. S masalah kesehatan (D.0111)
mengalami darah tinggi
- Keluarga mengatakan
tidak mengetahui tanda
gejala bila hipertensi
Ny. S tinggi

DO :
- Keluarga tampak
bingung saat diberi
pertanyaan mengenai
hipertensi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri kronis berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat


anggota keluarga yang sakit
2. Defisit pengetahuan tentang hipertensi berhubungan dengan Ketidakmampuan
keluarga dalam mengenal masalah kesehatan

PRIORITAS MASALAH

1. Nyeri kronis berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat


anggota keluarga yang sakit
Kriteria Nilai Skor Pembenaran
Sifat masalah : actual 3/3 x 1 1 Keluarga dan Ny. S belum mengetahui
tentang cara penanganan ketika Ny. S
sedang merasakan hipertensi
Kemungkinan masalah 1/2 X 2 1 Harapan keluarga terhadap kesembuhan
untuk diubah : Ny.S sangat tinggi sehingga suami
sebagian terus mendampingi dan melakukan
yang terbaik
Potensi masalah dapat 2/3 X 1 1/3 Keluarga mempunyai anak dan untuk
dicegah : Cukup mengontrol masalah hipertensi Ny. S
Menonjolnya 2/2 X 1 1 Keluarga tidak langsung membawa Ny.
masalah : masalah S ke rumah sakit dan tidak control
berat harus segera secara rutin untuk hipertensinya.
ditangani
Total skor 3 2/3

2. Deficit pengetahuan tentang hipertensi berhubungan dengan


Ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan
Kriteria Nilai Skor Pembenaran
Sifat masalah : actual 3/3 X 1 1 Pasien dan keluarga belum
mengetahui permasalahan hipertensi
pada Ny. S
Kemungkinan masalah 1/2 X 2 1 Keluarga belum mengetahui tentang
untuk diubah : sebagian cara mengontrol hipertesni
Potensi masalah dapat 3/3 X 1 1 Keluarga memiliki anak -anak yang
dicegah : Tinggi mengganggu rasa nyaman Ny.S untuk
beristirahat dan tenang
Menonjolnya masalah : 1/2 X 1 1/2 Ny.S suka mengeluh tentang
masalah ada tetapi tidak peyakitnya sulit sembuh
segera diatasi
Total skor 3½
RENCANA KEPERAWATAN KELUARGA

No Hari/ Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional


tanggal (SLKI)
1. Nyeri kronis berhubungan Setelah dilakukan tindakan Managemen nyeri (1.08238) - Mengurangi rasa nyeri
dengan ketidakmampuan keperawatan keluarga selama 3x8 - Identifikasi skala nyeri pusing kepala
keluarga merawat keluarga jam diharapkan masalah dapat - Berikan terapi non- - Untuk mengontrol
yang sakit teratasi dengan kritria hasil: farmakologi mengurangi nyeri hipertensi
Tingkat nyeri (L.08066) pusing hipertensi (senam - Untuk mengurangi
- Tekanan darah Ny.s hipertensi) rasa nyeri secara
terkontrol membaik - Jelaskan periode, dan pemicu mandiri
- Keluhan mengenai gajala nyeri, cara mengontrol
hipertensi berkurang hipertensi
Kontrol nyeri (L.08063) - Ajarkan teknik non
- Kemampuan menggunakan farmakologis secara mandiri
teknik non-farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
cukup meningkat

2. Defisit pengetahuan tentang Setelah dilakukan Pendidikan Edukasi kesehatan (1.12383) - Untuk mengetahui
hipertensi berhubungan kesehatan selama 3x8 jam pada Ny. - Identifikasi kesiapan dan pengetahuan keluarga
dengan Ketidakmampuan S diharapakan masalah dapat teratasi kemampuan menerima tentang penyakit
keluarga dalam mengenal dengan kriteria hasil: informasi hipertensi
masalah kesehatan Tingkat pengetahuan (L.12111) - Sediakan materi dan media - Untuk memberikan
- Pengetahuan keluarga tentang Pendidikan kesehatan pengetahuan tentang
hipertensi meningkat - Jadwalkan Pendidikan penyakit hipertensi
- Keluarga mengetahui cara kesehatan sesuai jadwal dan tanda gejalanya
mengatasi hipertensi - Jelaskan factor resiko yang
- Perilaku sesuai dengan mempengaruhi kesehatan
pengetahuan cukup - Berikan kesempatan untuk
meningkat bertanya
VII. IMPLEMENTASI
No Hari/ Diagnosa keperawatan Implementasi Respon Paraf
tanggal
1. Nyeri kronis berhubungan - Mengidentifikasi lokasi Ds: Widya
dengan ketidakmampuan nyeri - Ny. S mengatakan nyeri
keluarga merawat keluarga (pegel di tengkuk)
yang sakit - Ny. S mengatakan leher
masih agak pegel
Do:
- Ny. S tampak
memegangi bagian
tengkuk
- Mengajarkan Teknik non Ds: Widya
farmakologi mengurangi - Ny. S mengatakan
nyeri (Teknik nafas dalam) sudah melakukan
Teknik nafas dalam
Do:
- Ny.s tampak sudah
melakukan Teknik
- Menjelaskan periode dan nafas dalam Widya
pemicu nyeri Ds:
- Ny. S mengatakan
sudah mengetahui
pemicu nyeri (pegel di
tengkuk)
Do:
- Ny. S tampak sudah
menjelaskan pemicu
- Mengecek tanda-tanda vital nyeri Widya
Ds:
- Ny. S mengatakan
pusing
Do:
- Td : 165/100 mmHg
2. - Memonitor tanda-tanda vital Do: Widya
- Td: 150/90 mmHg
- Memberikan Teknik non- Ds: Widya
farmakologi (akupresure) - Ny. S mengatakan nyeri
kepala berkurang
Do:
- Ny. S tampak rileks dan
tenang
Ds: Widya
- Mengidentifikasi nyeri
- Ny. S mengatakan nyeri
berkurang di bagian
kepala dan tengkuk
Do:
- Ny. S tampak rileks

3. - Memberikan Teknik non Ds: Widya


farmakologi (senam - Ny. S mengatakan
hipertensi) sudah tidak nyeri
kepala dan rasa pegal
sudah sedikit hilang
Do:
- Ny. S tampak rileks
- Mengidentifikasi nyeri Ds: Widya
(pegel pada tengkuk) - Ny. S mengatakan nyeri
pada tengkuk
berkurang, sudah tidak
pusing
Do:
- Ny. S tampak tidak
merasakan nyeri Widya
- Memonitor tanda-tanda vital Ds:
- Ny. S mengatakan
pusing berkurang
Do:
-

VII. EVALUASI KEPERAWATAN

No Hari/ tanggal Diagnosa keperawatan Evaluasi Paraf


1. Nyeri kronis berhubungan dengan S: Widya
ketidakmampuan keluarga - Ny. S mengatakan nyeri (pegel di tengkuk)
merawat keluarga yang sakit - Ny. S mengatakan leher masih agak pegel
- Ny. S mengatakan sudah melakukan Teknik
nafas dalam
- Ny. S mengatakan sudah mengetahui pemicu
nyeri (pegel di tengkuk)
O:
- Ny. S tampak memegangi bagian tengkuk
- Ny.s tampak sudah melakukan Teknik nafas
dalam
- Ny. S tampak sudah menjelaskan pemicu
nyeri
- Td : 165/100 mmHg Td : 165/100 mmHg
A:
- masalah belum teratasi
- Nyeri kronis
P:
- Monitor tanda-tanda vital
- Monitor lokasi nyeri
- Ajarkan terapi non farmakologis (akupresure)
2. S: Widya
- Ny. S mengatakan nyeri kepala berkurang
- Ny. S mengatakan nyeri berkurang di bagian
kepala dan tengkuk
O:
- Td: 150/90 mmHg
- Ny. S tampak rileks dan tenang
A:
- Nyeri kronis teratasi sebagian nyeri klien
berkurang dengan tindakan akupresure
- Nyeri kronis
P:
- Memonitor tanda-tanda vital
- Mengajarkan terapi non farmakologis senam
hipertensi

3. S: Widya
- Ny. S mengatakan sudah tidak nyeri kepala
dan rasa pegal sudah sedikit hilang
O:
- Ny. S tampak rileks
- Ny. S tampak tidak merasakan nyeri
A:
- Nyeri kronis teratasi nyeri berkurang dan
tidak pusing
- Nyeri kronis teratasi
P:
- Anjurkan klien untuk malakukan terapi non
farmakologis (teknik nafas dalam,
akupresure, senam hipertensi) secara mandiri
untuk mengontrol hipertensi dan mengatasi
nyeri

DAFTAR PUSTAKA

Andrian Patica N. (E-journal keperawatan volume 4 nomor 1 Mei 2016). Hubungan Konsumsi Makanan dan Kejadian Hipertensi
pada Lansia di Puskesmas Ranomut Kota Manado.

Anggara, F.H.D., & Prayitno, N. (2013). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tekanan Darah di Puskesmas Telaga Murni,
Cikarang Barat Tahun 2012. Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat STIKES MH. Thamrin. Jakarta. Jurnal Ilmiah Kesehatan. 5
(1) : 20-25.
Armilawaty, Amalia H, Amirudin R. (2007). Hipertensi dan Faktor Resikonya Dalam Kajian Epidemiologi. Bagian Epidemiologi
Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanudin Makasar.

Buckman. (2010). Apa yang Anda Ketahui Tentang Tekanan Darah Tinggi.

Yogyakarta: Citra Aji Parama.


Dina Savitri, S.ST. (2017). Cegah Asam Urat Dan Hipertensi. Yogyakarta: Healthy.

Friedman, M.M et al. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, dan Praktik. Ed 5. Jakarta: EGC.

Heniwati. (2008). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Lansia Usia Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kabupaten Aceh Timur. Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara.

H. Hadi Martono Kris Pranaka. (2014-2015). Geriatri Edisi ke-5. Jakarta: FKUI.

Irianto, Koes. (2014). Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular, Panduan Klinis. Bandung: Alfa Beta.

Mubarak, Wahid Iqbal. (2009). Ilmu Pengantar Komunitas. Jakarta: Salemba Medika.

Sarkomo. (2016). Mencegah Stroke Berulang. Diakses dari http://www.scribd.com/doc/1444261/ gambaran tingkat kecemasan
keluarga pasien stroke yang dirawat di ruang mawar, tanggal 06-09-2016 Jam 09.00 WIB.
Setiadi. (2008). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Triyanto, Endang. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi SecaraTerpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.

WHO. (2014). Global Target 6:A 25% relative reduction in the prevalence of reise blood pressure or contain the according to national
circumstances
Wolf, II. (2008). Hipertensi. Jakarta: Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai