Laporan Asam Amino
Laporan Asam Amino
Laporan Asam Amino
Judul Percobaan
Asam Amino dan Protein
B. Tujuan Percobaan
Sebelum melakukan percobaan mahasiswa haris memahami lebih dahulu
struktur protein. Selama melakukan percobaan ini diharapkan :
1. Dapat membuktikan adanya ikatan peptida.
2. Dapat memahami reaksi xanthoproteat dan uji biuret terhadap bermacam-
macam kandungan dari protein.
3. Memahami kelarutan dan sifat amfoter dari asam amino.
C. Landasan Teori
Asam amino mengandung dua gugus fungsi yang berlainan, yakni gugus
amin (-NH2) dan gugus karboksilat (-COOH) asam-asam amino dalam
mengandung gugus amin yang terikat pada atom karbon ∝, terhadap gugus
karboksil. Asam–asam amino juga berfungsi sebagai basa atau asam yang
membentuk garam dengan asam kuat atau basa kuat. Rumus struktur yang
menggambarkan kandungan gugus fungsi asam amino, yakni gugus amin dan
gugus karboksilat adalah sebagai berikut :
H H
-
R C COOH R C COO
+
NH 3 NH3
A s a m a m in o A s a m a m in o b e n t u k d ip o la r
Kedua gugus amin dan karboksil didalam asam amino akan saling bereaksi
menghasilkan ion switter. Oleh karena struktur dipolar ini maka asam-asam
amino mudah larut dalam air (Tim dosen Kimia Organik, 2014: 17-18).
Protein merupakan suatu biomolekul besar yang terdapat dalam setiap
makhluk hidup. Jenis protein ini cukup banyak dan fungsinya berbeda-beda.
Contoh protein struktural adalah keratin pada kulit dan kuku manusia, fibroin
pada serat sutra dan juga jaring laba-laba serta kalogen yang terdapat pada
kulit. Protein hormonal berfungsi sebagai pengatur metabolisme tubuh
misalnya insulin dan enzim-enzim (Wahjudi, dkk, 2003: 121).
Struktur protein terdiri dari struktur primer merupakan rentetan asam-
asam amino dalam suatu molekul protein. Struktur sekunder adalah bentuk
yang padanya suatu molekul protein yang menata kerangka. Struktur tersier
adalah antraksi lebih lanjut seperti terlipatnya kerangka untuk membentuk
suatu bulatan, yang dimana antraksi antara sub unit protein tertentu seperti
antara globin-globin dalam hemoglobin yang disebut dengan struktur
kuartener (Fessenden, 1986: 391).
Terdapat 20 jenis asam amino yang telah teridentifikasi sebagai unit-
unit dalam suatu protein tumbuhan dan hewan yang paling penting. Karena
suatu asam amino baik mengandung gugus asam maupun basa, maka asam ini
bersifat amfoterik dan akan cenderung untuk melakukan suatu pemindahan
proton dari gugus CO2H ke NH2:
R R
+ -
H2N CH CO 2H N H3 CH CO 2
molekul netral ion zwitter
H
O
G u g u s A m in o H2 N C C G u g u s K a r b o k s il
R OH
G ugus cabang
CH 3 CH 3
E. Prosedur Kerja
1. Kelarutan dan sifat amfoter
a. 1) Sebanyak 0,1 gram glisin ditimbang dan dimasukkan ke dalam
tabung reaksi.
2) Sebanyak 2 mL aquades ditambahkan.
3) Laruatn diuji keasaman menggunakan kertas lakmus.
4) Hasil perubahan diamati.
b. 1) Sebanyak 0,1 gram L-tirosin ditimbang dan dimasukkan ke dalam
tabung reaksi.
2) Sebanyak 2 mL aquades ditambahkan.
3) Sebanyak 1 mL NaOH 10% ditambahkan, kemudian diuji dengan
kertas lakmus.
4) Sebanyak 10 tetes larutan HCl ditambahkan, diamati perubahan
yang terjadi.
c. 1) Sebanyak 0,1 gram kasein ditimbag dan dimasukkan ke dalam
tabung reaksi.
2) Sebanyak 5 mL aquades ditambahkan.
3) Sebanyak 2 mL NaOH 10% ditambahkan.
4) Hasil perubahan diamati.
5) Larutan disimpan untuk percobaan selanjutnya.
2. Reaksi dengan asam nitrat
a. 1) Tabung reaksi 1 dimasukkan 0,5 gram glisin.
2) Sebanyak 5 mL larutan HCl 10% ditambahkan.
3) Tabung reaksi 2 ditambahkan 5 mL larutan HCl 10% sebagai
pembanding.
4) Tabung reaksi 1 dan 2 didinginkan sampai 00C didalam air es.
5) Tabung reaksi masing-masing ditambahkan dengan hati-hati 1 mL
larutan NaNO2 5%.
6) Hasil perubahan diamati.
b. 1) Sebanyak 2 mL larutan kasein dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
2) Larutan didinginkan didalam air es sampai 00C.
3) Sebanyak 1 mL larutan NaNO2 5% ditambahkan.
4) Hasil perubahan di amati.
3. Uji biuret
a. 1) Sebanyak 0,5 gram urea ditimbang dan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi.
2) Tabung reaksi perlahan-lahan dipanaskan sampai urea meleleh dan
terbentuk gas.
3) Keasaman larutan diuji dengan menggunakan kertas lakmus yang
sudah dibasahi pada mulut tabung
4) Pemanasan dilanjutkan sampai pembentukan gas berhenti dan
sisanya mulai padat.
5) Tabung reaksi didinginkan dan dilarutkan dengan air panas.
6) Larutan disaring dan pada filtrat ditambahkan 2 mL larutan NaOH
10% dan 3 tetes larutan CuSO4 2%.
7) Larutan diaduk dan diamati perubahan warna.
8) Sebagai pembanding, dilarutkan 0,5 gram urea dalam 3 mL
aquades.
9) Sebanyak 2 mL larutan NaOH 10% dan 3 tetes CuSO4 2%
ditambahkan.
10) Larutan diaduk dan hasil pengamatan dibandingkan dengan
sebelumnya.
11) Sebagai pembanding, larutan kasein yang sudah disiapkan pada cara
kerja (1.c) ditambahkan H2O sebanyak 2 mL
12) Sebanyak 3 tetes CuSO4 2% ditambahkan pada larutan.
13) Larutan diaduk dan diamati.
b. 1) Sebanyak 2 mL aquades ditambahkan kepada 2 mL larutan
kasein yang sudah disiapkan pada cara kerja (1.c)
2) Sebanyak 2 tetes CuSO4 2% ditambahkan dan diamati warnanya.
4. Uji xanthoproteat
a. Sebanyak 0,1 gram kasein ditimbang dan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi.
b. Sebanyak 2 mL AgNO3 pekat ditambahkan.
c. Tabung reaksi dipanaskan, kemudian didinginkan.
d. Sebanyak 2 mL NaOH 10% ditambahkan lalu diuji dengan kertas
lakmus.
e. Sebanyak 5 tetes NaOH 10% ditambahkan dan perubahannya diamati.
5. Hidrolisis protein
a. Sebanyak 0,5 gram kasein ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu
bundar.
b. Sebanyak 20 mL HCl pekat ditambahkan dan beberapa butir batu didih
dimasukkan ke dalam labu bundar.
c. Campuran direfluks selama 10 menit.
d. Hasil refluks didinginkan, kemudian disaring.
e. Hasil refluks maisng-masing dimasukkan ke dalam dua tabung reaksi
masing-masing 5 mL.
f. Tabung reaksi 1 didinginkan dalam gelas kimia yang berisi es batu.
g. Tabung reaksi 2 ditambahkan 1 mL NaOH 10% dan 2 tetes CuSO4 2%.
h. Tabung reaksi 2 kemudian dipanaskan dan dibandingkan hasilnya
dengan tabung reaksi 1.
F. Hasil Pengamatan
- +
HO CH2CHCOOH + H2O HO CH2CHCOO + H
+
NH 2 NH 3
( L - T ir o s in ) ( I o n z w it t e r L - T ir o s in )
( L - T ir o s in ) ( A ir ) ( N a t r iu m ( N a t r iu m T ir o s in ) ( A ir )
H id r o k s id a )
HN CH C HN CH C HN CH C
CH 2 CH 2 CH 2 + H2 O
OH OH OH n
K a s e in
O O O
HN CH C HN CH C HN CH C
CH 2 CH 2 CH 2 + H2O + NaOH
OH OH OH n
K a s e in
NH 2 NH 2
G as
G lis in A s a m H id r o k s il N it r o g e n
E ta n o a t
O O O
HN CH C HN CH C HN CH C
OH OH OH n
( K a s e in ) ( N a t r iu m N it r it )
3. Uji Biuret
Pengujian ini bertujuan untuk membuktikan adanya ikatan peptida
pada protein yang ditandai dengan terbentuknya larutan berwarna ungu.
Pada percobaan ini urea dipanaskan menghasilkan gas NH 3 berbau
tengik. Uap yang terbentuk diuji dengan kertas lakmus, kertas lakmus
merah menjadi biru yang menandakan bahwa urea bersifat basa. Hal ini
telah sesuai dengan teori bahwa urea bersifat basa (Riswiyanto, 2009:
397). Pemanasan kemudian dilanjutkan sampai pembentukan gas
berhenti dan sisanya mulai padat. Pemanasan dilakukan bertujuan untuk
mempercepat terjadinya reaksi dan agar dapat membentuk gelembung
gas. Padatan dilarutkan dalam air kemudian disaring. Tujuan dari
penyaringan adalah agar dapat memperoleh larutan dengan partikel yang
lebih kecil. Kemudian ditambahkan larutan NaOH maka larutan berubah
menjadi putih keruh. Penambahan NaOH berfungsi untuk mencegah
endapan Cu(OH)2 yang mencegah ikatan protein, kemudian ditambahkan
CuSO4, larutan berubah menjadi ungu muda. Dimana CuSO4 yang
berfungsi untuk mengetahui ikatan adanya peptida pada asam amino
yang ditandai dengan warna larutan menjadi warna ungu muda. Larutan
yang berwarna ungu muda menandakan adanya ikatan peptida pada urea
dimana apabila dipanaskan sehingga melebihi titik leburnya maka urea
tersebut akan berubah menjadi warna ungu muda, ion tembaga (II) akan
menghasilkan ion kompleks. Reaksinya yaitu:
H2 N C NH 2 + H2 N C NH 2 H2 N C NH C NH 2 + NH 3
O O O O
G as
U rea B iu r e t
A m o n ia
2+ -
Cu(OH)2 Cu + 2OH
O H O O H O
2+ -
2 H2N C N C NH 2 + Cu H2N C N C NH 2 + Na 2 SO 4 + 2OH
2+
Cu
H2 N C N C NH 2
O H O
(B iu re t) (Io n T em b a g a ) (S e n y a w a K o m p le k s b e rw a rn a u n g u ) (N a triu m S u lfa t) (Io n H id ro k s id a )
HN C NH 2 + NaOH + CuSO4
O
U rea
2+ -
Cu(OH)2 Cu + 2OH
O H O H O
HN CH C N CH C N CH C
2+
CH2 CH2 CH2 + Cu
OH OH OH n
( K a s e in ) (Io n T em b ag a)
OH OH OH
CH 2 O H CH 2 O H CH 2 O
HN CH C N CH C N CH C
n
2+
Cu
HN CH C N CH C N CH C
CH 2 O H CH O H CH 2 O
2
OH OH OH
S en yaw a k o m p ek s b e rw a rn a u n g u
4. Uji Xanthoproteat
Percobaan ini bertujuan untuk membuktikan adanya cincin aromatik
dalam protein yaitu cincin benzena. Pada percobaan ini kasein dilarutkan
dengan asam nitrat pekat menghasilkan larutan berwarna orange dan ada
gumpalan kasein kemudian dipanaskan dimana setelah pemanasan
kasein telah larut. Fungsi penambahan HNO3 pekat untuk melarutkan
kasein dan juga akan bereaksi dengan cincin benzena pada kasein
membentuk nitro dengan proses nitrasi benzena. Tujuan pemanasan
yaitu untuk mempercepat berlangsungnya proses reaksi karena salah satu
faktor dari laju reaksi adalah suhu. Setelah dipanaskan, ditambahkan
dengan NaOH menghasilkan larutan berwarna kuning. Hal ini
menandakan bahwa adanya cincin aromatik pada kasein yang mengalami
nitrasi pada saat penambahan asam nitrat sehingga menghasilkan nitro
yang berwarna kuning. Fungsi penambahan NaOH adalah memberikan
suasana basa dalam larutan dan dapat bersifat katalis. Setelah diuji
dengan kertas lakmus biru berubah menjadi merah yang menandakan
larutan bersifat Asam. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa larutran yang dihasilkan yaitu berwarna kuning yang menandakan
bahwa didalam larutan tersebut mengandung cincin aromatik dan
bersifat asam. dapun reaksi yang terjadi, yaitu :
O O O
HN CH C HN CH C HN CH C
OH OH OH n A sam
K a s e in N it r a t
O O O
HN CH C HN CH C HN CH C
NO 2 NO 2 NO 2
OH OH OH n N a t r iu m
h id r o k s id a
O O O
HN CH C HN CH C HN CH C
NO 2 NO 2 NO 2
5. Hidrolisis Protein
Percobaan ini bertujuan untuk memutuskan ikatan peptida pada
protein. Pada percobaan ini kasein dilarutkan dalam HCl menghasilkan
larutan berwarna coklat pekat. Fungsi penambahan HCl adalah
memberikan suasana asam dalam larutan dan bersifat katalis untuk
mempercepat reaksi. Setelah itu larutan dipanaskan. Larutan dibagi dua
agar dapat membandingkan hasil hidrolisis pada protein. Pada larutan
tersebut dimana Bagian pertama didinginkan dengan air es dan bagian
kedua didinginkan pada suhu kamar. Fungsi pendinginan untuk
mempercepat berlangsungnya reaksi dalam larutan karena salah satu
faktor laju reaksi adalah suhu. Larutan kedua ditambahkan dengan
NaOH dan CuSO4. Fungsi penambahan NaOH untuk memberikan
suasana basa dan CuSO4 berfungsi untuk mengurai protein menjadi
asam-asam amino penyusunnya sehingga tidak ditemui lagi ikatan
peptidanya. Pada tabung pertama menghasilkan larutan berwarna coklat
pekat sedangkan pada tabung berwarna coklat bening. Hal ini
menandakan bahwa pada kedua tabung proses hidrolisis ikatan
peptidanya terputus. Hal ini sudah sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa hidrolisis protein akan menghasilkan asam-asam amino (Tim
Dosen Kimia Organik, 2017: 18). Adapun reaksi yang terjadi yaitu:
O O O O
HN CH C HN CH C HN CH C HN CH C
CH 2 CH 2 CH 2 CH 2
+ HCl
OH OH n OH n
OH A sam
K a s e in k lo r id a L - t ir o s in
O
HN CH C
CH 2
+ NaOH + CuSO 4
OH n
N a t r iu m T e m b ag a (II)
L - t ir o s in
h id r o k s id a s u lf a t
Day JR dan Underwood AL. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.
Fessenden dan Fessenden. 1986. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Putranto, Hilman Fadhil, Andi Noor Asikin, dan Indrati Kusumaningrum. 2015.
Karakteristik Tepung Tulang Ikan Belida (Chitala sp.) sebagai Sumber
Kalsium dengan metode Hidrolisis Protein. Ziraa`ah. ISSN: 2355-3545.
Putri, Abu Bakar, Yuliet, dan Jamaluddin. 2016. Analisis KadarAlbumin Sidat
(Anguilla marmorata dan Anguilla bicolor) dan Uji Aktivitas
penyembuhan Luka terbuka pada Kelinci (Oryctolagos cuniculus).
GALENIKA Journal of Pharmacy. ISSN: 2442-8744.
Sumarno., Sri Noegrohati., Narsito dan Iip I.Z. 2002. Estimasi Kadar Protein
dalam Bahan Pangan melalui Analisis Nitrogen Total dana Analisis Asam
Amino. Majalah Farmasi Indonesia. Vol. 13. No. 1.
Tim Dosen Kimia Organik. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Organik II.
Makassar: Jurusan Kimia FMIPA UNM.
Wahjudi, Srini Martinah Iskandar, dan Parlan. 2003. Kimia Organik II. Malang:
JICA.
Yazid, Estien, dan Lisda Nursanti. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia untuk
Mahasiswa Analis. Yogyakarta: Andi Offset.