Tinjauan Pustaka Dan Landasan Teori Hidrologi S824380138

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 15

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka

Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah yang dibatasi punggung-punggung


gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan ditampung oleh
punggung gunung tersebut dan akan dialirkan melalui sungaisungai kecil ke
sungai utama (Asdak, 1995).

Debit adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu
penampang melintang sungai per satuan waktu (Asdak 1995).

Banjir adalah suatu keadaan sungai di mana aliran airnya tidak tertampung oleh
palung sungai (Sudaryoko 1987).

Hydrograph is a graph of discharge passing a particular point on a stream, plotted


as a function of time (Allen T. Hjelmfelt,JR and John J. Cassidy 1975).

Hidrograf adalah sebuah grafik debit yang melewati titik tertentu pada sungai,
digambarkan sebagai fungsi waktu.

Flood routing is the analytical process of determining the shape of a flood


hydrograph at a partikular location in a channel, reservoir, or lake resulting from a
Measured or hypothesized flood at some other location (Allen T. Hjelmfelt,JR and
John J. Cassidy 1975).

Penelusuran banjir adalah proses analisa penentuan bentuk hidrograf banjir pada
lokasi tertentu di saluran, waduk, atau danau yang dihasilkan dari ukuran atau
commit to user
hipotesa banjir di beberapa lokasi lain.

4
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id

The basis of the flood routing procedure can be seen by considering the region
between the upstream and downstream points (Allen T. Hjelmfelt,JR and John J.
Cassidy 1975).

Dasar dari prosedur penelusuran banjir dapat dilihat dengan mempertimbangkan


wilayah antara titik hulu dan hilir.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Data Curah Hujan

Data curah hujan merupakan data yang dibutuhkan dalam penelitian dan
penanganan masalah banjir. Pengukuran curah hujan dilakukan oleh instansi
terkait dengan menggunakan alat penakar hujan. Ada dua jenis alat pengukur
hujan, yaitu:
1. Alat penakar hujan biasa (manual raingauge)
Alat penakar ini merupakan sebuah silinder yang di dalamnya terdapat corong dan
botol. Alat ini ditempatkan di lapangan terbuka. Alat ini bekerja dengan
memberikan informasi mengenai kedalaman hujan, akan tetapi intensitas dan
durasi hujan tidak tercatat oleh alat ini.
2. Alat penakar hujan otomatis (automatic raingauge)
Dibandingkan dengan alat penakar hujan biasa, alat penakar hujan otomatis
bekerja lebih baik karena dapat memberikan informasi kedalaman hujan,
intensitas hujan, dan durasi hujan yang terjadi secara kontinyu.

2.2.2. Uji Kepanggahan

Sebelum melakukan analisis statistik, terlebih dahulu dilakukan uji kepanggahan


data untuk mengetahui apakah data layak digunakan atau tidak. Uji kepanggahan
yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode RAPS (Rescaled
Adjusted Partial Sums) (Sri Harto, 1993). Dengan metode ini, data dapat
dinyatakan panggah apabila nilai lebih kecil dari nilai kritik.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id

Berikut persamaan-persamaan yang dipakai dalam uji kepanggahan:


................................................................................. 2.1

dengan,
= jumlah data, k = 1, 2, 3, …, n,
= curah hujan harian maksimum, dalam mm/hari,
= curah hujan rerata maksimum, dalam mm/hari.

Nilai simpangan baku di peroleh dari persamaan

................................................................................. 2.2

dengan,
= jumlah data curah hujan, n = 1, 2, 3, …, n,
= curah hujan harian maksimum, dalam mm/hari,
= curah hujan rerata maksimum, dalam mm/hari.

, dengan k =0,1,2,...,n .................................................................. 2.3

Berikut adalah cara statistik yang digunakan dalam uji kepanggahan :

, 0≤ k ≤ n .......................................................................... 2.4
atau
, 0 ≤ k ≤ n ...................................... 2.5

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id

Nilai kritik Q dan R ditunjukkan dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Nilai Kritik Q dan R


Q R
n n n
90% 95% 99% 90% 95% 99%
10 1,05 1,14 1,29 1,21 1,28 1,38
20 1,10 1,22 1,42 1,34 1,43 1,60
30 1,12 1,24 1,46 1,40 1,50 1,70
40 1,13 1,26 1,50 1,42 1,53 1,74
50 1,14 1,27 1,52 1,44 1,55 1,78
100 1,17 1,29 1,55 1,50 1,62 1,86
∞ 1,22 1,36 1,63 1,62 1,75 2,00
Sumber : Sri Harto, 2003

2.2.3. Hujan Wilayah

Hujan wilayah harian maksimum tahunan merupakan data yang diperlukan untuk
menganalisis hujan rancangan. Untuk mendapatkan hujan kawasan, dapat
diperoleh dari hujan titik dari masing-masing stasiun hujan menggunakan 3
metode, yaitu aljabar, isohiet, dan poligon thiessen. Dalam penelitian ini
digunakan metode poligon thiessen karena lebih umum digunakan dalam berbagai
analisis.

Metode ini memberikan proporsi luasan daerah pengaruh pos penakar hujan untuk
mengakomodasi ketidakseragaman jarak.meskipun tidak memberikan bobot yang
tepat sebagai sumbangan satu stasiun hujan untuk hujan wilayah, metode ini telah
memberikan bobot tertentu kepada masing-masing stasiun sebagai fungsi jarak
stasiun hujan. Metode ini cocok untuk daerah datar dengan luas 500 – 5000 km2.
Hujan wilayah untuk metode poligon thiessen dihitung dengan persamaan berikut.
......................................................................................... 2.8

dengan,
= luas wilayah (km2),
= luas daerah pengaruh pos ke – n (km2),
= tinggi curah hujan rerata areal (mm),
= tinggi curah hujan pos ke – ncommit
(mm). to user
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

Gambar 2.1. Poligon Thiessen

2.2.4. Koefisien Limpasan (Run-Off)

Koefisien limpasan adalah satu angka yang memberikan pengertian berapa persen
air yang mengalir dari permacam-macam permukaan akibat terjadinya hujan pada
satu wilayah, atau perbandingan antara jumlah limpasan yang terjadi dengan
jumlah curah hujan yang ada.

2.2.5. Penentuan Distribusi Hujan


Penentuan distribusi hujan yaitu dengan menggunakan perhitungan uji statistik
dan uji validitas. Dalam uji statistik sendiri digunakan data hujan wilayah,
sedangkan untuk uji validitas digunakan nilai logaritma natural dari hujan
wilayah.

Parameter-parameter yang digunakan antara lain :


1. Koefisien variasi (Cv)
S
Cv  ...................................................................................................... 2.9
X
dengan,
Cv = koefisien varian,
S = standar deviasi,
X = rata-rata hitung.
2. Koefisien kemencengan (Cs)
a
Cs  ..................................................................................................... 2.10
S3

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

n
 ( Xi  X ) 3
n
a ....................................................................................... 2.11
(n  1)(n  2)
i 1
dengan,
Cs = koefisien kemencengan,
S = deviasi standar,
X = rata-rata hitung,
Xi = nilai varian,
n = jumlah data.
3. Koefisien kurtosis

 x 
n2 n
4
Ck  X ......................................................... 2.12
n  1n  2n  3S 4 i 1
i

keterangan :
Ck = koefisien kurtosis,
S = deviasi standar,
X = rata-rata hitung,
Xi = nilai varian,
n = jumlah data.

Hasil dari perhitungan uji statistik kemudian dicocokkan dengan syarat jenis
distribusi berikut :

Tabel 2.2. Parameter Statistik untuk Menentukan Jenis Distribusi

No. Jenis Distribusi Syarat


1. Normal (x ± s) = 68,27 %
(x ± 2s) = 95,44 %
Cs = 0
Ck = 3
2. Log Normal Cv3+3Cv Cs = 0
Cv8+6Cv6+15Cv4+16Cv2+3 Ck = 3
3. Gumbell Cs = 1,14
Ck =5,4
4. Log Pearson tipe III Jika semua syarat tidak terpenuhi
Sumber : Bambang Triatmodjo, 2008

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

2.2.6. Analisis Frekuensi Hujan


Dari hasil yang telah didapat dari pencocokkan, distribusi hujan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Log Pearson tipe III. Parameter–parameter statistik
yang diperlukan adalah :
 Nilai rata-rata,
 Standar deviasi,
 Koefisien kemencengan (skewness).
Metode log Pearson tape III adalah sebagai berikut :

1. Mengubah data banjir sebanyak n buah X1, X2, X3, …, Xn, menjadi Log X1,
Log X2, Log X3, …, Log Xn

2. Menghitung harga rata-rata,

................................................................................ 2.13

3. Menghitung standar deviasi,

..................................................................... 2.14

4. Menghitung koefisien kemencengan,

..................................................................... 2.15

5. Mencari nilai G,
Nilai-nilai G dapat diambil dari Lampiran B-1 untuk nilai Cs posotif dan
Lampiran B-2 untuk nilai Cs negatif.

6. Menghitung logaritma debit dengan waktu balik yang di kehendaki,


............................................................................. 2.16
7. Mencari anti log dari Log Q.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

2.2.7. Uji Smirnov Kolmogorov

Chakravat (1967) menyatakan bahwa uji smirnov-kolmogorov dipergunakan


untuk mengambil keputusan jika sampel tidak peroleh dari distribusi spesifik. Uji
smirnov-kolmogorov digunakan untuk memutuskan jika dua data berbeda secara
signifikan.
Langkah- langkah pelaksanaan prosedur ini ialah :
1. Mengurutkan data (dari yang besar ke kecil atau sebaliknya) dan menentukan
peluang dari masing-masing data :
X1 = P (X1),
X2 = P (X2),
X3 = P (X3), dan seterusnya.
2. Mengurutkan nilai masing-masing ruang teoritis dari hasil penggambaran data
(persamaan distribusinya)
X1 = P’ (X1),
X2 = P’ (X2),
X3 = P’ (X3), dan seterusnya.
3. Dari kedua nilai peluang tersebut, menentukan selisih terbesarnya antar
peluang pengamatan dengan peluang teoritis.
D = maksimum (P(Xn)- P’(Xn))
4. Berdasarkan tabel nilai kritis (Smirnov- Kolmogorov test) menentukan harga
D0 dari tabel 2.3.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

Tabel 2.3. Nilai Kritis Do Untuk Uji Smirnov- Kolmogorov

N α
0,20 0,10 0,05 0,01
5 0,45 0,51 0,56 0,67
10 0,32 0,37 0,41 0,49
15 0,27 0,30 0,30 0,40
20 0,23 0,26 0,29 0,36
25 0,21 0,24 0,27 0,32
30 0,19 0,22 0,24 0,29
35 0,18 0,20 0,23 0,27
40 0,17 0,19 0,21 0,25
45 0,16 0,18 0,20 0,24
50 0,15 0,17 0,19 0,23
0,5 0,5 0,5
N>50 1.07/N 1.22/N 1.36/N 1.63/N0,5
Sumber : Bonnier, 1980

Apabila D lebih kecil dari Do maka distribusi teoritis yang digunakan untuk
menentukan persamaan distribusi dapat diterima, apabila D lebih besar dari Do
maka distribusi teoritis yang digunakan untuk menentukan persamaan distribusi
tidak dapat diterima.

2.2.8. Hidrograf Satuan Sintetis Limantara

Hidrograf Satuan Sintetis (HSS) merupakan satu cara untuk memperkirakan


penggunaan konsep hidrograf satuan dalam satu perencanaan yang tidak tersedia
pengukuran-pengukuran langsung mengenai hidrograf banjir. Dalam penelitian ini
hidrograf satuan sintetis yang digunakan adalah HSS Limantara. HSS Limantara
sendiri ditemukan oleh Lily Montarcih Limantara pada tahun 2006 yang berasal
dari Indonesia. Kondisi hidrologi di setiap daerah adalah khas, sehingga tidak
semua cara dan konsep yang ada dapat digunakan untuk memecahkan masalah
hidrologi di setiap DAS (Sri Harto, 1993). Lily Montarcih Limantara membuat
HSS Limantara karena HSS ini berbeda dengan yang lain, mengingat lokasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

penelitian dilakukan pada DAS di wilayah Indonesia sehingga mempunyai


karakteristik DAS Indonesia.

Parameter-parameter yang digunakan pada Hidrograf Satuan Sintetis Limantara


adalah sebagai berikut :
 Luas DAS (A),
 Panjang sungai utama (L),
 Panjang sungai dari titik terdekat dengan titik berat DAS (Lc),
 Kemiringan sungai (S),
 Koefisien Kekasaran (n).

Persmaan-persamaan yang digunakan dalam perhitungan HSS Limantara antara


lain :
1. Menghitung debit puncak,
................ 2.17
dengan,
Qp = debit puncak banjir hidrograf satuan (m3/set/mm),
A = luas DAS (km2),
L = panjang sungai utama (km),
Lc = panjang sungai dari outlet sampai titik terdekat dengan titik berat DAS
(km),
S = kemiringan sungai,
n = koefisien kekasaran DAS,
0,042 = koefisien waktu konversi satuan (m0,25/set).

2. Persamaan kurva naik,


1,107
 t 
Qn  Qp    ................................................................................... 2.18
 Tp 
dengan,
Qn = debit pada persamaan kurva naik (m3/set/mm),
Qp = debit puncak hidrograf satuan (m3/set/mm),
t = waktu hidrograf (jam),
Tp = waktu naik hidrograf atau waktu mencapai puncak hidrograf (jam).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

3. Persamaan kurva turun,


Qn  Qp  10 0,175Tp t  ..................................................................................... 2.19
dengan,
Qn = debit pada persamaan kurva naik (m3/det/mm),
Qp = debit puncak hidrograf satuan (m3/set/mm),
Tp = waktu naik hidrograf atau waktu mencapai puncak hidrograf (jam),
t = waktu hidrograf (jam),
0,175 = koefisien untuk konversi satuan (dt-1).

Waktu puncak banjir (Tp) dapat ditentukan dengan rumus :


........................................................................................... 2.20
dengan,
Tp = tenggang waktu (time lag) dari permulaan hujan  jam,
tg = waktu konsentrasi hujan  jam,
tr = (0,5 sampai 1) x tg.

Cara menentukan tg adalah sebagai berikut :


Jika L ≥ 15 km, maka tg = 0,40 + 0,058 L
Jika L < 15 km, maka tg = 0,21 x L0,7

Spesifikasi teknik yang diperlukan dalam penggunaan HSS Limantara dapat


dilihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4. Spesifikasi Teknik HSS Limantara
Uraian Notasi Satuan Kisaran
Luas DAS A km2 0,325 – 1667,500
Panjang sungai utama L km 1,16 – 62,48
Jarak titik berat DAS ke outlet Lc km 0,50 – 29,386
Kemiringan sungai utama S - 0,00040 – 0,14700
Koefisien kekasaran DAS n - 0,035 – 0,070
Bobot luas hutan Af % 0,00 – 100

Sumber : Lili Montarcih, 2010

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

Bentuk grafis hidrograf dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Sumber : Lili Montarcih, 2010


Gambar 2.2. Komponen Hidrograf Aliran Permukaan Di Sungai.

Dari perhitungan menggunakan HSS Limantara akan didapatkan debit kala ulang,
yaitu 2, 5, 10, dan 20 tahun.

2.2.9. Penelusuran Banjir Dengan Metode Muskingum Cunge

Penelusuran banjir adalah proses analisa penentuan bentuk hidrograf banjir pada
lokasi tertentu di saluran, waduk, atau danau yang dihasilkan dari ukuran atau
hipotesa banjir di beberapa lokasi lain (Allen T. Hjelmfelt,JR and John J. Cassidy
1975). Penelusuran banjir dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain
Modified Plus, Kinematik Wave, Muskingum, Muskingum Cunge, dan Dynamic.
Dalam penelitian ini digunakan metode Muskingum Cunge untuk melakukan
penelusuran banjir pada DAS Wuryantoro.

Metode ini menerapkan parameter tampungan (K) dan faktor pembobot X dengan
cara konvensional, baru kemudian menetapkan parameter penelusuran (Ci).
Dalam penelusuran ini dianggap tidak ada aliran lateral masuk (anak sungai).
Metode Muskingum Cunge hanya memerlukan bacaan hidrograf di hulu sehingga
akan diperoleh hidrograf banjir di hilir.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

Persamaan-persamaan yang digunakan dalam metode Muskingum Cunge antara


lain :

1. Menentukan nilai c (Celerity)


Tabel 2.5. Rumus Celerity Untuk Berbagai Bentuk Sungai
Estimation of celerity for various channel shapes
Channel shape Manning equations Chezy equation
Wide rectangular 5/3 Vav 3/2 Vav
Triangular 4/3 Vav 5/4 Vav
Parabolic 11/9 Vav 7/6 Vav
Sumber : Viessman, 1989
5
c  V ............................................................................................................. 2.21
3
dengan,
c = celerity / kecepatan sebuah gelombang kinematis,
V = kecepatan aliran sungai (m2/dt).
di mana :
2 1
1
V   R 3  S 2 .............................................................................................. 2.22
n
A
R .............................................................................................................. 2.23
P
A  d  b   z  d  .......................................................................................... 2.24

 
P  b  2  d (1  z 2 ) ................................................................................... 2.25

b  T  (2  d ) ................................................................................................. 2.26
dengan,
A = luas penampang sungai (m2),
b = lebar rata-rata bawah sungai (m),
d = tinggi muka air sungai (m),
n = koefisien kekasaran sungai,
P = keliling basah (m),
R = jari – jari hidraulis,
S = kemiringan sungai.
T = lebar penampang sungai (m),
V commit to user
= kecepatan aliran sungai (m2/dt),
z = talut asumsi kemiringan 1:1
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

2. Menentukan nilai K (konstanta waktu penyimpanan)

...................................................................................................... 2.27

dengan,
= konstanta waktu penyimpan (detik),
= interval titik uji (m),
c = kecepatan sebuah gelombang kinematis (m2/dt).

3. Menentukan nilai x (faktor berat relatif (penimbang))

1 Qmaks 
x 1   .............................................................................. 2.28
2  b  S  c  x 
dengan,
= faktor berat relatif (penimbang),
= debit maksimum (m3/dt),
= lebar penampang sungai (m),
= kemiringan dasar saluran.

4. Menentukan interval waktu penelusuran (∆t)


Setelah nilai didapat nilai ∆t dapat dicari dengan Gambar 2.3.

Sumber : www.scribd.com/Calculation-of-K-X-Calculation-of-K-X.htm

Gambar 2.3. Kurva hubungan dengan

5. Menghitung parameter Muskingum Cunge


Parameter Muskingum Cunge C1, C2, C3, dan C4, dihitung dengan persamaan :

...................................................................................... 2.29
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

...................................................................................... 2.30

...................................................................................... 2.31

...................................................................................... 2.32

6. Menghitung penelusuran banjir dengan Muskingum Cunge


Persamaan Muskingum Cunge :

.......................................... 2.33

commit to user

Anda mungkin juga menyukai