Tinjauan Pustaka Dan Landasan Teori Hidrologi S824380138
Tinjauan Pustaka Dan Landasan Teori Hidrologi S824380138
Tinjauan Pustaka Dan Landasan Teori Hidrologi S824380138
id
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
Debit adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu
penampang melintang sungai per satuan waktu (Asdak 1995).
Banjir adalah suatu keadaan sungai di mana aliran airnya tidak tertampung oleh
palung sungai (Sudaryoko 1987).
Hidrograf adalah sebuah grafik debit yang melewati titik tertentu pada sungai,
digambarkan sebagai fungsi waktu.
Penelusuran banjir adalah proses analisa penentuan bentuk hidrograf banjir pada
lokasi tertentu di saluran, waduk, atau danau yang dihasilkan dari ukuran atau
commit to user
hipotesa banjir di beberapa lokasi lain.
4
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id
The basis of the flood routing procedure can be seen by considering the region
between the upstream and downstream points (Allen T. Hjelmfelt,JR and John J.
Cassidy 1975).
Data curah hujan merupakan data yang dibutuhkan dalam penelitian dan
penanganan masalah banjir. Pengukuran curah hujan dilakukan oleh instansi
terkait dengan menggunakan alat penakar hujan. Ada dua jenis alat pengukur
hujan, yaitu:
1. Alat penakar hujan biasa (manual raingauge)
Alat penakar ini merupakan sebuah silinder yang di dalamnya terdapat corong dan
botol. Alat ini ditempatkan di lapangan terbuka. Alat ini bekerja dengan
memberikan informasi mengenai kedalaman hujan, akan tetapi intensitas dan
durasi hujan tidak tercatat oleh alat ini.
2. Alat penakar hujan otomatis (automatic raingauge)
Dibandingkan dengan alat penakar hujan biasa, alat penakar hujan otomatis
bekerja lebih baik karena dapat memberikan informasi kedalaman hujan,
intensitas hujan, dan durasi hujan yang terjadi secara kontinyu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id
dengan,
= jumlah data, k = 1, 2, 3, …, n,
= curah hujan harian maksimum, dalam mm/hari,
= curah hujan rerata maksimum, dalam mm/hari.
................................................................................. 2.2
dengan,
= jumlah data curah hujan, n = 1, 2, 3, …, n,
= curah hujan harian maksimum, dalam mm/hari,
= curah hujan rerata maksimum, dalam mm/hari.
, 0≤ k ≤ n .......................................................................... 2.4
atau
, 0 ≤ k ≤ n ...................................... 2.5
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id
Hujan wilayah harian maksimum tahunan merupakan data yang diperlukan untuk
menganalisis hujan rancangan. Untuk mendapatkan hujan kawasan, dapat
diperoleh dari hujan titik dari masing-masing stasiun hujan menggunakan 3
metode, yaitu aljabar, isohiet, dan poligon thiessen. Dalam penelitian ini
digunakan metode poligon thiessen karena lebih umum digunakan dalam berbagai
analisis.
Metode ini memberikan proporsi luasan daerah pengaruh pos penakar hujan untuk
mengakomodasi ketidakseragaman jarak.meskipun tidak memberikan bobot yang
tepat sebagai sumbangan satu stasiun hujan untuk hujan wilayah, metode ini telah
memberikan bobot tertentu kepada masing-masing stasiun sebagai fungsi jarak
stasiun hujan. Metode ini cocok untuk daerah datar dengan luas 500 – 5000 km2.
Hujan wilayah untuk metode poligon thiessen dihitung dengan persamaan berikut.
......................................................................................... 2.8
dengan,
= luas wilayah (km2),
= luas daerah pengaruh pos ke – n (km2),
= tinggi curah hujan rerata areal (mm),
= tinggi curah hujan pos ke – ncommit
(mm). to user
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id
Koefisien limpasan adalah satu angka yang memberikan pengertian berapa persen
air yang mengalir dari permacam-macam permukaan akibat terjadinya hujan pada
satu wilayah, atau perbandingan antara jumlah limpasan yang terjadi dengan
jumlah curah hujan yang ada.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id
n
( Xi X ) 3
n
a ....................................................................................... 2.11
(n 1)(n 2)
i 1
dengan,
Cs = koefisien kemencengan,
S = deviasi standar,
X = rata-rata hitung,
Xi = nilai varian,
n = jumlah data.
3. Koefisien kurtosis
x
n2 n
4
Ck X ......................................................... 2.12
n 1n 2n 3S 4 i 1
i
keterangan :
Ck = koefisien kurtosis,
S = deviasi standar,
X = rata-rata hitung,
Xi = nilai varian,
n = jumlah data.
Hasil dari perhitungan uji statistik kemudian dicocokkan dengan syarat jenis
distribusi berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id
1. Mengubah data banjir sebanyak n buah X1, X2, X3, …, Xn, menjadi Log X1,
Log X2, Log X3, …, Log Xn
................................................................................ 2.13
..................................................................... 2.14
..................................................................... 2.15
5. Mencari nilai G,
Nilai-nilai G dapat diambil dari Lampiran B-1 untuk nilai Cs posotif dan
Lampiran B-2 untuk nilai Cs negatif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id
N α
0,20 0,10 0,05 0,01
5 0,45 0,51 0,56 0,67
10 0,32 0,37 0,41 0,49
15 0,27 0,30 0,30 0,40
20 0,23 0,26 0,29 0,36
25 0,21 0,24 0,27 0,32
30 0,19 0,22 0,24 0,29
35 0,18 0,20 0,23 0,27
40 0,17 0,19 0,21 0,25
45 0,16 0,18 0,20 0,24
50 0,15 0,17 0,19 0,23
0,5 0,5 0,5
N>50 1.07/N 1.22/N 1.36/N 1.63/N0,5
Sumber : Bonnier, 1980
Apabila D lebih kecil dari Do maka distribusi teoritis yang digunakan untuk
menentukan persamaan distribusi dapat diterima, apabila D lebih besar dari Do
maka distribusi teoritis yang digunakan untuk menentukan persamaan distribusi
tidak dapat diterima.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id
Dari perhitungan menggunakan HSS Limantara akan didapatkan debit kala ulang,
yaitu 2, 5, 10, dan 20 tahun.
Penelusuran banjir adalah proses analisa penentuan bentuk hidrograf banjir pada
lokasi tertentu di saluran, waduk, atau danau yang dihasilkan dari ukuran atau
hipotesa banjir di beberapa lokasi lain (Allen T. Hjelmfelt,JR and John J. Cassidy
1975). Penelusuran banjir dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain
Modified Plus, Kinematik Wave, Muskingum, Muskingum Cunge, dan Dynamic.
Dalam penelitian ini digunakan metode Muskingum Cunge untuk melakukan
penelusuran banjir pada DAS Wuryantoro.
Metode ini menerapkan parameter tampungan (K) dan faktor pembobot X dengan
cara konvensional, baru kemudian menetapkan parameter penelusuran (Ci).
Dalam penelusuran ini dianggap tidak ada aliran lateral masuk (anak sungai).
Metode Muskingum Cunge hanya memerlukan bacaan hidrograf di hulu sehingga
akan diperoleh hidrograf banjir di hilir.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id
P b 2 d (1 z 2 ) ................................................................................... 2.25
b T (2 d ) ................................................................................................. 2.26
dengan,
A = luas penampang sungai (m2),
b = lebar rata-rata bawah sungai (m),
d = tinggi muka air sungai (m),
n = koefisien kekasaran sungai,
P = keliling basah (m),
R = jari – jari hidraulis,
S = kemiringan sungai.
T = lebar penampang sungai (m),
V commit to user
= kecepatan aliran sungai (m2/dt),
z = talut asumsi kemiringan 1:1
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id
...................................................................................................... 2.27
dengan,
= konstanta waktu penyimpan (detik),
= interval titik uji (m),
c = kecepatan sebuah gelombang kinematis (m2/dt).
1 Qmaks
x 1 .............................................................................. 2.28
2 b S c x
dengan,
= faktor berat relatif (penimbang),
= debit maksimum (m3/dt),
= lebar penampang sungai (m),
= kemiringan dasar saluran.
Sumber : www.scribd.com/Calculation-of-K-X-Calculation-of-K-X.htm
...................................................................................... 2.29
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id
...................................................................................... 2.30
...................................................................................... 2.31
...................................................................................... 2.32
.......................................... 2.33
commit to user