Sejarah Dan Perkembangan BMT

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 23

Sejarah dan Perkembangan BMT

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Kapita Selekta Ekonomi Islam

Dosen : Lufthia Sevriana, S.E., M.Si

Kelompok 12
Ervinniea Disyam - 0311519159
Khoirunnisa Nurjannah - 0311519067
Mita Oktaviani - 0311519077
Nadila Shinta - 0311519090
Nuzuliya - 0311519100
Rifqi Akmal - 0311519110

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


BAB I
LATAR BELAKANG

Lembaga keuangan pada dasarnya mencapai peran yang sangat strategis dalam
mengembangkan perekonomian suatu bangsa. Oleh karena itu, jika dilihat dari praktek
perekonomian suatu negara, lembaga keuangan senantiasa ikut berperan aktif.
Tumbuhnya perkembangan lembaga keuangan secara baik dan sehat akan mampu
mendorong perkembangan ekonomi bangsa. Sebaliknya, jika lembaga keuangan suatu
bangsa mengalami krisis, dapat diartikan bahwa perekonomian suatu bangsa tersebut
sedang mengalami keterpurukan (collapse). (Nurul Huda, Ibid. hlm. 3)

Kemiskinan merupakan permasalahan bagi setiap Negara di seluruh dunia tak


terkecuali Negara yang ekonominya paling maju pun masih dapat mengalami masalah
yang ekonomi atau kemiskinan, berbagai macam cara dilakukan oleh setiap Negara
dalam mengurangi angka kemiskinan. Disamping itu di tengah-tengah kehidupan
masyarakat yang serba kecukupan muncul kekhawatiran akan timbulnya pengikisan
akidah. Pengikisan aqidah tersebut bukan hanya dipengaruhi dari aspek syiar Islam tetapi
juga dipengaruhi oleh lemahnya ekonomi masyarakat, sehingga keberadaan BMT (Baitul
Mal Wat Tamwil) diharapkan mampu mengatasi permasalahan ini melalui pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan ekonomi masyarakat.

Didirikannya Baitul Mal Wa Tamwil dilatar belakangi oleh keinginan umat Islam
di Indonesia untuk menghindari riba dalam kegiatan muamalahnya, memperoleh
kesejahteraan lahir batin melalui kegiatan muamalah yang sesuai dengan perintah agama,
dengan demikian lembaga keuangan berusaha sebisa mungkin untuk menerapkan sistem
operasional berlandaskan hukum-hukum Islam.

Indonesia sendiri merupakan negara yang mayoritas penduduknya beragama


Islam bahkan menjadi negara dengan umat muslim terbesar di dunia tentunya sangat
membutuhkan lembaga keuangan berbasis syariah yang diharapkan dapat memberikan
kemudahan-kemudahan dan jasa-jasa keuangan kepada semua umat Islam dan penduduk
di Indonesia tanpa adanya riba.
(Edy Wibowo, Untung Hendy, Mengapa Memilih Bank Syariah?,Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2005, hlm.10)
BAB II

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, berikut Rumusan Masalah
yang akan di bahas :

1. Apa pengertian Baitul Maal wat Tamwil (BMT)?

2. Bagaimana sejarah awal terbentuknya Baitul Maal wat Tamwil (BMT)?

3. Apa tujuan dan peran Baitul Maal wat Tamwil (BMT)?

4. Bagaimana perkembangan Baitul Maal wat Tamwil (BMT) di Indonesia?

5. Apa dampak Perkembangan dan Pertumbuhan BMT di Indonesia?

6. Apa saja produk - produk Baitul Maal wat Tamwil (BMT) ?


BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Baitul Mal wat Tamwil (BMT)

BMT terdiri dari dua istilah, yaitu “baitul maal” dan “baitul tamwil”. Kata ini berasal dari
bahasa Arab yaitu bait = rumah, Maal = harta, wat = dan yaitu kata penghubung, sedangkan
Tamwil= pengembangan harta. Jadi, Baitul Mal wat Tamwil berarti rumah harta dan
pengembangannya.

Baitul maal (rumah harta) merupakan istilah untuk organisasi yang berperan dalam
mengumpulkan dan menyalurkan dana non profit, seperti zakat, infak dan sedekah secara
optimal sesuai dengan peraturan dan amanah yang dititipkan. Sedangkan Baitul tamwil (rumah
pengembangan harta), merupakan istilah untuk organisasi dengan kegiatan mengumpulkan dan
menyalurkan dana komersial seperti mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam
meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha mikro dan kecil, antara lain mendorong
kegiatan menabung dan pembiayaan kegiatan ekonominya. Dengan demikian BMT mempunyai
peran ganda yaitu fungsi sosial dan fungsi komersial.

Baitul Maal wat Tamwil (BMT) atau disebut juga dengan “Koperasi Syariah”, merupakan
lembaga keuangan syariah yang berfungsi menghimpun dan menyalurkan dana kepada
anggotanya dan biasanya beroperasi dalam skala mikro. BMT merupakan bentuk lembaga
keuangan dan bisnis yang serupa dengan koperasi atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
Dalam operasionalnya BMT banyak bersentuhan langsung dengan para pelaku Usaha Kecil dan
Mikro (UKM) di tingkat pedesaan. Umumnya para pelaku UKM yang tidak dapat memenuhi
persyaratan di bank.

Berdasarkan pengertian diatas BMT dapat disimpulkan sebagai lembaga keuangan mikro
yang didirikan untuk membiayai dan membantu perkembangan usaha mikro masyarakat
berdasarkan prinsip syariah dengan menjaring dana-dana tersebut kemudian didistribusikan
kepada orang-orang yang berhak menerimanya sesuai dengan yang telah diatur dalam Al-Qur’an
kemudian memberikan bantuan pendanaan untuk aktivitas perekonomian umat dalam skala kecil.
Dengan demikian, BMT dapat dikatakan sebagai lembaga keuangan sosial berbasis keagamaan
yang memposisikan diri sebagai pendorong ekonomi, mengajak kepada kebaikan transaksi
syariah untuk meningkatkan kesejahteraan sosial-ekonomi dan terjauh dari bisnis-bisnis dan
transaksi kapitalis.

(Sumber:
https://scholar.google.co.id/scholar?q=sejarah+dan+perkembangan+bmt&hl=en&as_sdt=0&as_v
is=1&oi=scholart#d=gs_qabs&u=%23p%3DJ5b8VH5kiJkJ )

3.2 Sejarah BMT (Baitul Mal Wat Tamwil)

Amerika dan Sekutu Eropa merupakan bagian kekuatan dari Sistem Ekonomi Kapitalis,
lalu Sistem Ekonomi Sosialis diwakili oleh Uni Soviet dan Eropa Timur serta negara China dan
Indo China seperti Vietnam dan Kamboja merupakan tanda dunia mengalami polarisasi ekonomi.

Pada tahun 1923 terjadi Hyperinflation, yakni adalah inflasi yang sangat tinggi di Eropa
dan masa depresi 1929-1933 di Amerika Serikat dan negara Eropa lainnya membuat sistem
kapitalis sempat hilang. Keynesian menggunakan kesempatan ini untuk menerapkan sistem
ekonomi alternatif yang dipelopori oleh Karl Marx. Yakni sistem yang berupaya menghilangkan
perbedaan pemodal dari kaum buruh dengan sistem ekonomi tersentral, dimana negara memiliki
otoritas penuh dalam menjalankan roda perekonomian, tetapi dalam perjalanannya sistem ini pun
tidak dapat mencarikan jalan keluar guna mensejahterakan masyarakat dunia sehingga pada akhir
dasawarsa 1980-an dan awal dekade 1990-an hancurlah Sistem ekonomi tersebut ditandai
dengan runtuhnya tembok Berlin dan terpecahnya Negara Uni Soviet menjadi beberapa bagian.

Kajian ilmiah tentang Sistem ekonomi Islam marak menjadi bahan diskusi kalangan
akademisi di berbagai Universitas Islam dan mulai timbul sosok ekonomi islam dan lembaga
keuangan islam pada dekade tahun 70-an. Pada hasil kajian tersebut menuai hasil dengan
didirikannya Islamic Development Bank (IDB) di Jeddah tahun 1974 yang diikuti dengan
berdirinya bank-bank Islam di kawasan Timur Tengah. Hal ini membuat masyarakat memiliki
asumsi bahwa sistem ekonomi islam adalah Bank Islam. Yang sebenarnya adalah sistem
ekonomi islam adalah sistem yang mencakup ekonomi makro, mikro, kebijakan moneter,
kebijakan fiskal, public financial, model pembangunan ekonomi dan segala instrumennya.

(Sumber : Bab II Landasan Teori . File di gdrive Folder Referensi.)

Jika kita lihat sejarah perkembangan lembaga keuangan syariah, di Indonesia sendiri
sebenarnya telah mempraktekkan kegiatan perekonomian dengan sistem syariah bahkan jauh
sebelum ekonomi kapitalisme eksis di perekonomian internasional. Adapun praktek tersebut
dapat kita lihat dari adanya kegiatan bagi hasil yang dilakukan oleh petani-petani jaman dahulu
dengan para pemilik lahan. Dan dalam perkembangannya di Indonesia sendiri telah didirikan
Syarikat Dagang Islam pada tahun 1909 yang menjadi salah satu simbol perlawanan terhadap
kolonial Belanda pada masa itu.

Dalam makalah ini, kami membagi sejarah BMT menjadi dua periode dan latar tempat
yang berbeda untuk mempermudah proses pemahaman kita terhadap sejarah BMT secara
berurutan dan terperinci. Adapun dua periode tersebut, yaitu sebagai berikut :

1. Sejarah BMT pada Masa Klasik

Pada masa pemerintahan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam Lembaga


keuangan (Baitul Maal) telah digunakan untuk menghimpun, menyalurkan, mengelola,
dan menjaga harta umat muslim maupun non-muslim saat itu. Setelah Rasulullah wafat,
pemerintahan dipegang oleh khulafaur rasyidin. Pada masa khalifah Abu Bakar
As-Shidiq konsep BMT mengalami perkembangan yang semakin sempurna dan stabil
pada masa kepemimpinan khalifah Umar bin Khattab sehingga terus dijalankan pada
pemerintahan selanjutnya.

Fungsi strategis dari BMT telah dirasakan baik pada masa Rasulullah maupun
pada pemerintahan Khulafaur Rasyidin. Adanya BMT telah membantu para pemimpin
pada saat itu mengentaskan kemiskinan dan membangun sistem moneter Islam. Peran
BMT yang sangat penting telah menjadikannya sebagai lembaga rujukan bagi lembaga
keuangan Islam saat ini.
Setelah berakhirnya masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin, sejarah BMT
diprakarsai oleh Dinasti Abbasiyah dan mengalami perkembangan yang sangat pesat dan
pada masa ini menurut Adiwarman Kariem (2004), ilmu pengetahuan mengalami
kemajuan yang juga berdampak baik pada meningkatnya kegiatan di bidang ekonomi.
Baitul Maal tak hanya berfokus pada permasalahan moneter melainkan telah berkembang
mengatur berbagai kebijakan fiskal. Perekonomian mengalami kemajuan pesat serta ilmu
pengetahuan yang juga berkembang ke arah positif pada masa ini tidak dapat
dipertahankan oleh umat Islam. Serangan dari bala tentara Mongol telah
memporak-porandakan pemerintahan Islam sehingga perekonomian dan ilmu
pengetahuan yang telah dibangun sedemikian sempurna berubah menjadi kebijakan
kolonial Mongol yang jauh dari syariat Islam. Setelah keruntuhan pemerintahan Islam
eksistensi Baitul Maal juga mengalami kemunduran bahkan hilang.

Sekian lama umat muslim menahan diri untuk melakukan pergerakan guna
mengembalikan eksistensi berbagai sistem dan kegiatan baik politik, ekonomi, maupun
sosial yang berbasis Islam terutama pada kegiatan ekonomi yang terbebas dari riba’.
Harapan kembali hadir setelah muncul Lembaga Keuangan berskala kecil yang berada di
Desa Mith Gramer, tepi sungai Delta sungai Nil di Mesir. Lembaga ini didirikan oleh
Abdul Hamid An-Naghar. Meski lembaga ini berskala kecil dan jangkauan yang relatif
sempit, mereka berhasil sukses yang mana dalam jangka waktu 3 tahun telah berhasil
meningkatkan depositor dari 1000 menjadi 59.000 depositor ( Rodney Wilson 1985).

Setelah mengalami kesuksesan yang membanggakan pada masa itu, lembaga ini
terpaksa tutup karena konflik manajemen. Meski sudah mengalami kegagalan , Naghar
tetap berusaha kembali mempelajari ekonomi Islam dengan menjadi deputi manajer
umum pada Bank Sosial Naseer . Demikianlah sekelebat sejarah BMT pada masa klasik.

2. Sejarah BMT di Indonesia

Sekitar tahun 1980-an konsep BMT sudah dikenal di Indonesia dengan nama
Baitul Tamwil Teknosa (BTT) yang berada di Bandung dan Baitul Tamwil Ridho Gusti
di Jakarta. Kedua lembaga tersebut didirikan tak lepas dari permasalahan sosial yang
berkaitan dengan kegiatan perbankan pada masa itu. Pada tahun tersebut belum terdapat
bank yang berbasis syariah sehingga tidak ada pilihan lainnya untuk menghindari riba’
dan beban bunga.

Untuk BMT sendiri mulai lahir sejak tahun 1995, setelah Bank Muamalat
Indonesia (BMI) yang merupakan bank syariah pertama di Indonesia. Lahirnya BMT
diprakarsai oleh Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Majelis Ulama
Indonesia (MUI), dan BMI. Namun demikian, BMT sudah mulai ada di Indonesia sejak
tahun 1992 yang diprakarsai oleh Aries Mufti, dengan mendirikan BMT Bina Insan
Kamil di Jalan Pramuka Jakarta Pusat. Cikal bakal BMT sudah ada sejak tahun 1992,
akan tetapi belum berkembang. BMT semakin berkembang setelah ICMI, BMI dan MUI
menginisiasi Pusat Inkubasi Usaha Kecil (PINBUK). Sejak dikembangkan oleh ICMI
melalui PINBUK pada tahun 1995, BMT telah menjadi lembaga keuangan mikro
alternatif bagi masyarakat bawah. Dengan demikian tidak mengherankan jika BMT
mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. (sumber
http://scholar.unand.ac.id/23078/7/tesis%20full%20ok.pdf )

Adapun faktor lainnya yang menjadi latar belakang lahirnya BMT yaitu karena beberapa
alasan berikut ini :

1) Pengaruh sistem

Sistem yang dibuat merupakan upaya agar masyarakat terhindar dari sistem
ekonomi kapitalisme yang berfokus pada keuntungan (profit), eksploitasi, serta
diskriminasi ekonomi.

2) Eksploitasi

Seperti yang telah dijelaskan di atas, lembaga keuangan berbasis syariah didirikan
untuk menghindari adanya eksploitasi oleh pihak-pihak yang memiliki dana
terhadap masyarakat yang membutuhkan dana dengan beban bunga yang besar.
Demikianlah kemudian BMT didirikan guna membantu pemerataan kesejahteraan dan alokasi
dana yang tepat untuk masyarakat yang benar-benar membutuhkan tanpa diberatkan oleh bunga
dan sebagai alternatif tambahan bagi masyarakat.

(Sumber:
https://scholar.google.co.id/scholar?q=sejarah+dan+perkembangan+bmt&hl=en&as_sdt=0&as_v
is=1&oi=scholart#d=gs_qabs&u=%23p%3DJ5b8VH5kiJkJ

3.3 Tujuan dan Peran Baitul Maal wat Tamwil (BMT)

Pada dasarnya operasional usaha BMT hampir sama dengan perbankan yaitu
menghimpun dan menyalurkan dana dari masyarakat (anggota) dalam bentuk simpanan dan juga
pembiayaan. Secara umum produk BMT dalam melaksanakan perannya tersebut dapat
diklasifikasikan menjadi tiga hal yaitu: Produk tabarru‟dan ZISWAF (Zakat, Infak, Shadaqah
dan Hibah), Produk Penghimpunan Dana (Funding), dan Produk Penyaluran Dana (Lending).

Tugas dari BMT untuk menjaring dana-dana tersebut kemudian didistribusikan kepada
orang-orang yang berhak menerimanya sesuai dengan yang telah di atur dalam al-Quran. Dalam
posisi ini, BMT berperan sebagai pool dana setelah dana masuk maka disinilah peran BMT
dengan 3 dimensinya berjalan:

1. BMT sebagai Produsen.

Dalam hal Produksi terbagi dua, yaitu produk berupa barang dan produk berupa
jasa, dalam hal ini BMT memberikan produk berupa jasa keuangan, yaitu
fungsinya sebagai Baitul Tamwil, BMT memberikan bantuan pendanaan untuk
aktivitas perekonomian umat dalam skala kecil. Untuk fungsi BMT yang satu ini,
ada beberapa produk yang ditawarkan oleh BMT kepada nasabah, diantaranya
Musyarakah, Mudharabah, Murabahah, Muzaraah, Wusaqot, Bai Bithaman Ajil,
Ijarah Muntahia Bittamleek. Di dalam proses ini, maka BMT adalah termasuk
produser dalam penyediaan jasa keuangan yang berbasis syariah dengan skala
mikro. Tujuannya adalah untuk mengimplementasikan sistem keuangan syariah
yang sesuai dengan tata cara dan aturan permainan pengelolaan keuangan di
dalam Islam.

2. BMT sebagai Konsumen

Di dalam Islam, lembaga keuangan mempunyai tiga macam akad pembiayaan,


Pertama Syirkah (Penyertaan/investasi dengan bagi hasil). Akad kedua yang
digunakan oleh lembaga keuangan syariah adalah Tijarah. Posisi BMT dalam hal
ini kita dudukkan sebagai pembeli, karena dalam posisi ini, BMT memiliki peran
yang sangat signifikan dalam memenuhi pelayanan jasa akan penyediaan produk
dan barang yang menggunakan akad tijarah. Akad yang ketiga adalah Ijarah.
Ijarah memiliki makna sewa menyewa.

Untuk memenuhi kebutuhan akan produk ini, kembali kita posisikan BMT
sebagai konsumen dari mitranya. Alasannya adalah kalau BMT memiliki stok
barang yang akan disewakan, maka ia tidak akan menggunakan mitranya. Tetapi
kalau BMT tidak memiliki barang yang diminta, ia akan kembali membeli barang
kepada mitranya untuk kemudian disewakan kepada nasabah / anggota. Alasan ini
berlaku juga untuk pemenuhan kebutuhan BMT dalam akad Tijarah diatas.

3. BMT sebagai Distributor

BMT sebagai distributor adalah mengembalikan peran sosial BMT di


tengah-tengah masyarakat, di antaranya BMT sebagai bentuk lembaga
penjaringan dana Zakat, Infak, Sedekah (Baitul Maal). Adalah tugas dari BMT
untuk menjaring dana - dana tersebut kemudian didistribusikan kepada
orang-orang yang berhak menerimanya sesuai dengan yang telah di atur dalam
al-Quran yang diistilahkan dengan Ashnaf Delapan. BMT sebagai bentuk tolong
menolong yang dilembagakan (Baitul Tamwil) Tolong menolong adalah suatu
konsep dasar dalam setiap lembaga keuangan syariah, apakah ia berbentuk
Asuransi, Bank maupun BMT sekalipun.
Tujuan BMT, yaitu meningkatkan kualitas usaha ekonomi untuk mensejahterakan
anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Sebagai lembaga keuangan syariah,
Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) memiliki beberapa tujuan antara lain:

1. Penghimpun dan penyalur dana dengan penyimpan uang di BMT, uang tersebut dapat
ditingkatkan utilitasnya, sehingga timbul unit surplus (pihak yang memiliki dana
berlebih) dan unit defisit (pihak yang kekurangan dana).
2. Pencipta dan pemberi likuiditas, dapat menciptakan alat pembayaran yang sah mampu
memberikan kemampuan untuk memenuhi kewajiban suatu lembaga/perorangan.
3. Sumber pendapatan, BMT dapat menciptakan lapangan kerja dan memberi pendapatan
kepada para pegawainya.
4. Pemberi informasi, memberi informasi kepada masyarakat mengenai risiko keuntungan
dan peluang yang ada pada lembaga tersebut.
5. Sebagai satu lembaga keuangan mikro Islam yang dapat memberikan pembiayaan bagi
usaha kecil, mikro, menengah dan juga koperasi dengan kelebihan tidak meminta
jaminan yang memberatkan bagi UMKM tersebut.

3.4 Peran BMT dalam Ekonomi

Pembangunan ekonomi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan yang
diperlukan dalam Islam, namun tetap menempatkan manusia sebagai pusat dan pelaku utama
dari pembangunan itu. Islam sebagai agama pengatur kehidupan berperan dalam membimbing
dan mengarahkan manusia dalam mengelola sumber daya ekonomi untuk mencapai
kemaslahatan di dunia dan akhirat. Pembangunan ekonomi bisa tercapai jika:

a. Gerakan pemahaman ekonomi syariah, walaupun syariah mendorong individu untuk mencari
nafkah, namun Al-Qur’an dan Sunnah juga mengakui bahwa kemiskinan ataupun kekurangan
membuat seseorang berhak menerima bantuan masyarakat karena jaminan untuk memperoleh
tingkat minimum untuk hidup harus disediakan oleh suatu negara Islam.
b. Pengembangan kajian syariah, sosialisasi, dan mempraktekkannya dalam kehidupan ekonomi
masyarakat.

c. Masyarakat yang makmur jelas akan membayar zakat, infak, sedekah, dan wakaf sebagai
upaya mewujudkan keadilan ekonomi (justice).

1. Peran BMT secara Umum


a. Manajer Investasi

BMT dapat mengelola investasi atas dana nasabah dengan menggunakan akad
Mudharabah atau sebagai investasi.

b. Investor

Ekonomi syariah lewat industri keuangan syariah turut andil dalam menarik
investasi luar negeri ke Indonesia, terutama dari negara-negara Timurtengah.
Adanya berbagai peluang investasi syariah di Indonesia, telah menarik minat
investor dari negara-negara petro-dollar ini untuk menanamkan modalnya di
Indonesia. Peluang ini bisa memperkuat permodalan ekonomi berbasis keuangan
mikro yang di Indonesia sangat subur berkembang.

c. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran

BMT dapat melakukan kegiatan jasa-jasa layanan keuangan seperti yang


dilakukan bank non syariah sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah,
dengan dukungan teknologi di era sekarang sangat mungkin BMT mengeksekusi
jasa layanan tersebut.

d. Pengembangan fungsi sosial

BMT dapat memberikan pelayanan sosial dalam bentuk pengelolaan dana zakat,
infaq, shadaqah, serta pinjaman kebajikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

e. Fungsi kepada masyarakat

Gerakan ekonomi syariah mendorong timbulnya perilaku ekonomi yang etis di


masyarakat Indonesia. Ekonomi syariah adalah ekonomi yang berpihak kepada
kebenaran dan keadilan dan menolak segala bentuk perilaku ekonomi yang tidak
baik seperti sistem riba, spekulasi, dan ketidakpastian (gharar).

2. Peran BMT secara khusus

Menurut Munandar dalam Suyono et al., (2016) BMT dapat berperan melakukan
hal-hal sebagai berikut :

a. Membantu meningkatkan dan mengembangkan potensi umat dalam program


pengentasan kemiskinan.
b. Memberikan sumbangan aktif terhadap upaya pemberdayaan dan peningkatan
kesejahteraan umat.
c. Menciptakan sumber pembiayaan dan penyediaan modal bagi anggota dengan
prinsip syariah.
d. Mengembangkan sikap hemat dan mendorong kegiatan gemar menabung.
e. Menumbuhkembangkan usaha-usaha yang produktif dan sekaligus memberikan
bimbingan dan konsultasi bagi anggota di bidang usahanya.
f. Meningkatkan kesadaran dan wawasan umat tentang sistem dan pola
perekonomian Islam.

(Sudjana, K., & Rizkison (2020). Peran Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) dalam
Mewujudkan Ekonomi Syariah yang Kompetitif. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 6(02),
185-194. doi:http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v6i2.1086)

3.4 Perkembangan Baitul Maal wat Tamwil (BMT) di Indonesia

Perkembangan perbankan syariah terus menunjukan kecenderungan yang


menggembirakan, sampai dengan bulan April 1998 jumlah perbankan syariah telah mencapai 3
BUS (Bank Unit Syariah), 28 UUS (Unit Usaha Syariah) dan 118 BPRS (Bank Perkreditan
Rakyat Syariah), dengan 730 kantor dan lebih dari 1250 office channeling yang terbesar di
seluruh wilayah Indonesia. Produk dan jasa yang ditawarkan pun sangat beragam, sehingga
share perbankan syariah sudah mencapai 1,97%. Share perbankan syariah diharapkan akan terus
meningkat dan dapat mencapai target 5% pada akhir tahun 2011.

Terlepas dari perkembangan (Baitul Mal Wat Tamwil) yang cukup menggembirakan
dalam dua tahun terakhir ini pertumbuhan (Baitul Mal Wat Tamwil) mengalami perlambatan.
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi antara lain adalah faktor kompetisi dengan
perbankan konvensional. Hal ini tidak terlepas dari sistem perbankan yang dianut, yaitu dual
banking system, sehingga nasabah masih dapat melakukan pilihan antara bank konvensional
dengan bank syariah..

Kehadiran BMT (Baitul Mal Wat Tamwil) diharapkan mampu menjadi lembaga
solidaritas sekaligus lembaga ekonomi bagi rakyat kecil untuk bersaing di pasar bebas. BMT
(Baitul Mal Wat Tamwil) berupaya mengkombinasikan unsur-unsur iman, taqwa, uang, materi
secara optimum sehingga diperoleh hasil yang efisien dan produktif dan dengan demikian
membantu para anggotanya untuk dapat bersaing secara efektif.

BMT merupakan salah satu lembaga keuangan mikro di Indonesia yang menjadi
alternatif bagi masyarakat untuk mendapatkan bantuan dana modal di samping rumit dan
ketatnya prosedur pada perbankan syariah. Unsur syariah dalam BMT memberikan alternatif
baru bagi masyarakat dan sangat membantu kehadirannya sebagai lembaga keuangan mikro.

Menurut Subhchan ( 2008:1), setidaknya ada tiga alasan penting BMT dapat berkembang
pesat di Indonesia, yaitu sebagai berikut :

1. Antusiasme masyarakat menengah kebawah yang cukup besar untuk mendapatkan akses
pembiayaan untuk mengembangkan usaha mereka yang tidak mereka dapatkan dari
perbankan. Selain prosedur dan administrasi yang ketat, bank juga kurang tertarik
menyalurkan kredit kecil yang berkisar antara 500.000 rupiah – 5 juta rupiah. Peluang
inilah yang dimanfaatkan oleh BMT.
2. Adanya keinginan masyarakat muslim untuk bermuamalah dengan prinsip syariah dan
non-ribawi. BMT menawarkan mekanisme bermuamalah sesuai syariat Islam melalui
akad mudharabah, murabahah, musyarakah, ijarah, dan wadiah. Dengan demikian BMT
menarik nasabah untuk menjadikan mereka alternatif pilihan.
3. Perkembangan BMT yang sangat baik serta kesuksesannya memicu para pengusaha
untuk mendirikan lembaga serupa. Terlebih lagi pendirian BMT relatif mudah dan tidak
rumit. Selain itu, BMT terbukti efektif dalam mengembangkan ekonomi rakyat melalui
pembiayaan usaha yang mereka lakukan. Efektifitas ini menjadikan BMT eksis dan
lembaga keuangan mikro yang dapat dipercaya.

(sumber :http://scholar.unand.ac.id/23078/7/tesis%20full%20ok.pdf )

3.5 Dampak Perkembangan dan Pertumbuhan BMT di Indonesia

Dampak perkembangan dan pertumbuhan BMT di Indonesia sangat baik dalam masa
pandemi COVID-19 saat ini, dikutip dari website Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian Republik Indonesia, BMT mendukung inklusi keuangan dengan industri
keuangan syariah.

Dalam kondisi COVID-19, pemerintah masih berupaya dalam mendorong peningkatan


inklusi keuangan syariah sebagai bagian dari program inklusi keuangan bagi seluruh masyarakat
Indonesia, serta untuk membantu pemulihan ekonomi nasional.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Triwulan I-2021 mengalami perbaikan


pertumbuhan ekonomi sebesar -0,74% dari -2,19% di Triwulan IV-2020. Meskipun pada
Triwulan I mengalami pertumbuhan, namun masih saja terdapat beberapa provinsi yang
mengalami pertumbuhan ekonomi di bawah pertumbuhan nasional. Oleh sebab itu, perlunya
upaya dalam mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi dari berbagai sektor. Seperti salah
satunya dengan melalui implementasi Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI) sesuai dengan
Peraturan Presiden (Perpres) No. 82 Tahun 2016 dan diubah dengan Perpres No. 114 Tahun
2020.

Indeks inklusi keuangan di Indonesia terus meningkat, baik dari sisi kepemilikan akun
maupun dari penggunaan akun. Indeks kepemilikan akun di Indonesia meningkat dari 31,3%
pada tahun 2014 menjadi 61,7% pada tahun 2020. Dan Indeks penggunaan akun rekening
meningkat dari 59,74% pada 2013 menjadi 81,4% pada 2020. Hal ini dikarenakan banyaknya
penduduk Indonesia yang menggunakan uang elektronik berbasis server dan pelayanan jasa
perbankan lainnya dalam aplikasi ponsel pintar. Pengguna uang elektronik berbasis server
meningkat hampir 2,5 kali lipat dari hasil survei terakhir (data FII/SNKI 2020).

Sejalan dengan perkembangan pertumbuhan inklusi keuangan, Indonesia memiliki


jumlah penduduk sebesar 273,5 juta jiwa dan 87,17% adalah muslim. Hal ini tergambarkan
bahwasanya Indonesia menduduki peringkat ke-4 dari 73 negara dalam perkembangan ekonomi
syariah global, dengan aset keuangan Syariah Indonesia sebesar US$99,2 miliar atau 3,44% dari
total aset keuangan Syariah global (berdasarkan data Global Islamic Economy Indicator
2020/2021).

Sejak berdirinya Induk Koperasi Syariah (Inkopsyah) BMT pada 1998 sebagai induk
perkumpulan, dan semakin berjalannya waktu tentu, industri BMT di Indonesia juga semakin
membaik. Hal ini pun dapat ditunjukkan dengan komitmen kuat dan serius dari para pengurus
dan anggota yang terlibat dalam membesarkan Inkopsyah BMT. saat ini saja sudah terdapat
4.500 BMT di seluruh Indonesia (data KNEKS 2018).

BMT merupakan Lembaga Keuangan Mikro Syariah yang dapat mendukung peningkatan
inklusi keuangan, serta sangat strategis dan layak untuk memfasilitasi perubahan perekonomian
rumah tangga rakyat, khususnya untuk umat Islam, supaya menjadi lebih sejahtera dibandingkan
sebelumnya,” ujar Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko
Perekonomian selaku Ketua Sekretariat Dewan Nasional Keuangan Inklusif (DNKI), Iskandar
Simorangkir, pada pembukaan Focus Group Discussion (FGD) Virtual tentang “Sinergi dan
Kolaborasi BMT dengan Industri Keuangan Syariah dalam Mendukung Inklusi Keuangan.

3.6 Produk - Produk BMT

Sama halnya dalam perbankan, Baitul Maal wa Tamwil (BMT) juga menjalankan
kegiatan Penghimpunan Dana (Funding) dan Produk Penyaluran Dana (Lending). Adapun
penjelasan mengenai aktivitas tersebut dan produk - produk BMT, yaitu sebagai berikut :

1. Penghimpunan Dana
Tidak jauh berbeda dengan penghimpunan dana pada perbankan, aktivitas
penghimpunan dana pada BMT juga merupakan aktivitas penyimpanan. Simpanan
merupakan dana yang dipercayakan oleh anggota, calon anggota, atau BMT lain dalam
bentuk simpanan atau tabungan yang didasarkan pada akad wadiah dan mudharabah.

Adapun bentuk atau produk simpanan yang diselenggarakan oleh BMT menurut
PINBUK dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Simpanan pokok khusus, adalah simpanan dari pendiri utama yaitu anggota yang
membayar simpanan pokok khusus minimum 20% dari jumlah modal BMT.
2. Simpanan pokok, adalah simpanan yang harus dibayar oleh anggota pendiri dan
anggota biasa ketika menjadi anggota. Besarnya ditentukan dalam Anggaran
Dasar BMT.
3. Simpanan wajib, adalah simpanan yang harus dibayar oleh anggota pendiri dan
anggota biasa secara berkala. Besar dan waktu pembayarannya ditentukan dalam
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
4. Simpanan Sukarela, adalah simpanan anggota selain simpanan pokok khusus,
simpanan pokok dan simpanan wajib yang dapat disetor dan ditarik sesuai dengan
nisbah yang diatur dalam Anggaran Rumah Tangga dan aturan khusus BMT

2. Produk penyaluran dana

a) Jual beli (murabahah)

Salah satu produk penyaluran dana yang banyak digunakan dalam BMT
adalah murabahah atau dalam ilmu perbankan merupakan jual beli barang pada
harga asal dengan tambahan keuntungan yang telah disepakati. Produk ini banyak
digunakan karena yang profitable, mudah dalam penerapanya, dimana BMT
bertindak sebagai pembeli sekaligus penjual barang halal tertentu yang
dibutuhkan nasabah. Selain produk murabahah terdapat penyaluran dana
musyarakah,yaitu akad kerja sama yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana
dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko ditanggung bersama sesuai
dengan kesepakatan.

b) Pinjam-meminjam (al-qard)

Al- qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih
atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan
imbalan.

c) Produk tabarru’: ZISWAH (Zakat,Infaq,Shadaqah,Wakaf,dan Hibah)

3. Produk Pembiayaan BMT

Pembiayaan merupakan aktivitas utama BMT, produk pembiayaan BMT


merupakan aktivitas yang menghasilkan pendapatan dan diputar kembali dananya untuk
kegiatan BMT lainnya.. Menurut PINBUK pembiayaan BMT adalah dana yang
ditempatkan BMT kepada anggotanya untuk membiayai kegiatan usahanya atas dasar
jual beli dan kerjasama (syirkah). Ada berbagai jenis pembiayaan yang dikembangkan
oleh BMT yang mengacu fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) sebagai pedoman
(Ridwan 2006). Diantara pembiayaan yang sudah umum dikembangkan oleh BMT
adalah:

1) Pembiayaan Bai’u bitsaman Ajil (BBA) yang menggunakan akad jual beli.
Dengan alur dimana BMT menyediakan dana untuk sebuah investasi dan atau
pembelian barang modal dan usaha yang proses pembayarannya dilakukan secara
angsuran oleh anggota BMT. Jumlah kewajiban yang harus dibayarkan oleh
peminjam adalah jumlah atas harga barang modal dan mark-up yang disepakati.
2) Pembiayaan Murabahah (MBA) Pembiayaan ini menggunakan akad jual beli
dengan prinsip dan alur yang sama seperti pembiayaan Bai’u Bitsaman Ajil,
hanya saja proses pengembaliannya dibayarkan pada saat jatuh tempo.
3) Pembiayaan Mudharabah (MBA) adalah pembiayaan dengan akad Syirkah yang
mana ada perjanjian pembiayaan antara BMT dan anggota. BMT menyediakan
dana untuk penyediaan modal kerja sedangkan peminjam mengelola dana
tersebut untuk mengembangkan usaha dan melakukan pembagian hasil sesuai
nisbah.
4) Pembiayaan Musyarakah (MSA) adalah pembiayaan dengan akad Syirkah. Pada
pembiayaan ini, BMT berperan sebagai pemilik modal dalam suatu usaha yang
mana resiko dan keuntungan ditanggung bersama secara berimbang dengan porsi
modal.
5) Pembiayaan Al- Qardhul Hasan, merupakan pinjaman yang diberikan kepada
anggota yang kekurangan modal dalam usaha ataupun keperluan lainnya yang
sifatnya darurat. Nasabah cukup mengembalikan pinjamannya sesuai dengan nilai
yang diberikan oleh BMT.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

BMT atau koperasi syariah adalah lembaga keuangan mikro yang didirikan untuk
membiayai dan membantu perkembangan usaha mikro masyarakat berdasarkan prinsip syariah
dengan menjaring dana-dana kemudian didistribusikan kepada orang-orang yang berhak
menerimanya sesuai dengan yang telah diatur dalam Al-Qur’an untuk aktivitas perekonomian
umat dalam skala kecil. Awal mula berdirinya lembaga ini ditandai pada masa pemerintahan
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Pada saat itu Rasulullah mendirikan baitul mal yang
digunakan untuk menghimpun,menyalurkan, mengelola, dan menjaga harta umat muslim
maupun non-muslim.

Di Indonesia BMT sudah dikenal tahun 1980-an dengan sebutan Baitul Tamwil Teknosa
(BTT) yang berada di bandung dan Baitul Tamwil Ridho Gusti di jakarta. BMT dalam usaha
mengurangi angka kemiskinan dilakukan dengan cara pemberdayaan melalui usaha-usaha mikro
masyarakat dimana menjadikan BMT sebagai penggerak sektor riil.

Tujuan didirikan BMT adalah Penghimpun dan penyalur dana, Pencipta dan pemberi
likuiditas, dapat menciptakan lapangan kerja, memberi informasi kepada masyarakat mengenai
risiko keuntungan dan peluang yang ada pada lembaga tersebut, untuk membantu pelaku usaha
mikro dan masyarakat yang membutuhkan modal untuk meningkatkan usaha dan
mengembangkan usaha mereka.

Pada perkembangannya Kehadiran BMT (Baitul Mal Wat Tamwil) diharapkan mampu
menjadi lembaga solidaritas sekaligus lembaga ekonomi bagi rakyat kecil untuk bersaing di
pasar bebas. Terlebih lagi pendirian BMT relatif mudah dan tidak rumit. Di indonesia dampak
perkembangan BMT sangat dirasakan pada saat pandemi COVID - 19. Dalam kondisi ini,
pemerintah berupaya mendorong peningkatan inklusi keuangan syariah sebagai bagian dari
program inklusi keuangan bagi seluruh masyarakat Indonesia, serta untuk membantu pemulihan
ekonomi nasional. Tercatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Triwulan I-2021 mengalami
perbaikan pertumbuhan ekonomi sebesar -0,74% dari -2,19% di Triwulan IV-2020.

Adapun produk - produk pada Baitul Maal wa Tamwil tidak jauh berbeda dengan
perbankan syariah terutama akad-akad yang digunakan. Aktivitas pada BMT juga meliputi
penghimpunan dana (Funding), Penyaluran Dana (Lending) dan Pembiayaan. Dalam
penghimpunan dana produk yang diselenggarakan oleh BMT meliputi, simpanan pokok khusus,
simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan sukarela. Kemudian dalam penyaluran dana
produk yang disediakan BMT meliputi, jual beli (murabahah), pinjam-meminjam (al-qard) dan
produk tabarru’: ZISWAH (Zakat, Infaq, Shadaqah, Wakaf, dan Hibah). Sedangkan untuk
produk-produk pembiayaan meliputi, Pembiayaan Bai’u bitsaman Ajil (BBA), Pembiayaan
Mudharabah (MBA), Pembiayaan Musyarakah (MSA), dan Pembiayaan Al- Qardhul Hasan.
Daftar Pustaka

Ridwan, Muhammad. 2005.Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil ( BMT ). Yogyakarta: UII Press
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai