Bab I

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

1

BAB I

PENDAHULUAN

PERSEPSI TOKOH MASYARAKAT DESA SALO KECAMATAN SALO


TERHADAP MEMBERI KARANGAN BUNGA PADA WALIMATUL
‘URSY DITINJAU DARI HUKUM ISLAM

A. Latar Belakang Masalah


Agama Islam adalah agama yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad SAW. Agama Islam ini dijadikan tuntunan oleh umat Islam

untuk mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat. Tuntunan itu

merupakan al-Qur’an dan Hadits, dan sekaligus merupakan sumber utama

untuk mencapai apa yang diinginkan umat Islam. Tuntunan yang terdapat

dalam al-Qur’an dan Hadits ini dilengkapi dengan aturan berbagai aspek

kehidupan umat Islam. Karena aturan berbagai aspek kehidupan inilah

agama Islam dijadikan agama yang sempurna.

Di dalamnya sudah ada aturan-aturan mengatur tentang bagaimana

hubungan manusia dengan Allah sebagai pencipta, juga bagaimana

hubungan manusia dengan sesama manusia dan hubungan manusia dengan

alam. Dalam hubungan dengan sesama manusia Islam memberikan aturan-

aturan hukum supaya tercipta hubungan yang seimbang, baik dalam

hukum, sosial, politik, budaya dan sebagainya.

Akan tetapi di dalam hubungan dengan sesama manusia atau

masyarakat banyak juga diantara aturan-aturan tersebut yang belum

dipahami oleh sebagian masyarakat di dalam kehidupan sehari-hari dan

seolah hukum yang belum di pahami ini telah menjadi sebuah kebiasaan
2

yang dianggap sebagai suatu hal yang wajar-wajar saja seperti pada

perkawinan atau Walimatul ‘Ursy.

Perkawinan disebut juga pernikahan, pernikahan secara bahasa

adalah nikah yang berarti al- jam’u dan al- dhamu yang berarti berkumpul

atau bergabung.1 Sedangkan menurut istilah pernikahan adalah akad yang

mengandung ketentuan hukum kebolehan hubungan seksual dengan lafaz

nikah atau tazwij atau semakna dengan keduanya. 2

Perkawinan dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 adalah

“Ikatan lahir dan bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai

suami istri dengan tujuan membentuk keluarga ( rumah tangga ) yang

bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa.”3 Kompilasi

Hukum Islam Pasal 2 dan 3 menyebutkan bahwa “Perkawinan menurut

hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau

mitsaqan ghalizhan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya

merupakan ibadah. Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan

rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah.” 4


Sebagaimana

Firman Allah SWT dalam Al-qur’an surat An-nisa’ ayat 1 :

‫اح َد ٍة َو َخلَ َق ِمْن َه ا‬ ِ‫سو‬ ِ ِ َّ


َ ٍ ‫َّاس َّات ُق وا َربَّ ُك ُم الذي َخلَ َق ُك ْم م ْن َن ْف‬ ُ ‫يَاَأيُّ َه ا الن‬
‫ث ِمْن ُه َم ا ِر َج ااًل َكثِ ًريا َونِ َس اءً َو َّات ُق وا اللَّهَ الَّ ِذي تَ َس اءَلُو َن بِ ِه‬ َّ َ‫َز ْو َج َه ا َوب‬
‫اَأْلر َح َام ِإ َّن اللَّهَ َكا َن َعلَْي ُك ْم َرقِيبًا‬
ْ ‫َو‬
Artinya: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang
telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya
Allah menciptakan isterinya dan dari pada keduanya Allah
1
Tihami dan Sohari Sahrami, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Rajawali Press, 2009 ), h. 7
2
Abdul Rahman Ghazali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 9
3
Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 1
4
Depag RI, Inpres Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam, (Direktorat
Pembinaan Peradilan Agama Islam Ditjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam), Pasal 2 dan 3
3

memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.


dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan)
nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu
menjaga dan mengawasi kamu.”5

Dalam pandangan Islam melangsungkan perkawinan berarti

melaksanakan perbuatan ibadah. Dengan adanya perkawinan manusia akan

dapat membangun rumah tangga yang bahagia dan akan ada ketenangan

dalam menjalani bahtera kehidupan karena Allah akan menjamin rezeki,

kebahagiaan dan pahala ibadah yang berlipat ganda serta dengan menikah

seseorang telah sempurna dari separuh agamanya.

Agama Islam menetapkan bahwa untuk membangun rumah tangga

yang damai dan teratur haruslah dengan perkawinan yang sah, bahkan

dianjurkan untuk mengumumkan kepada tetangga dan karib kerabat

dengan mengadakan Walimatul ‘Ursy. 6

Walimatul ‘Ursy artinya mengadakan pesta ( walimah )7 dengan

perhelatan dalam rangka mensyukuri nikmat Allah atas telah terlaksananya

akad perkawinan dengan menghidangkan makanan.8

Pada umumnya begitu banyak unsur-unsur yang terkandung dalam

pelaksanaan perkawinan seperti unsur agama, adat istiadat, dan budaya

masyarakat setempat. Setiap ada pernikahan selalu dibarengi dengan

resepsi pernikahan atau walimah. Acara semacam dianggap lumrah dan

5
Depertemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Bandung :CV Penerbit
Diponegoro, 2000), h. 61
6
Abdul Rahman Ghazali, Op.Cit., h. 22
7
Ali Yusuf As Subki, Fiqh Keluarga (Pedoman Berkeluarga Dalam Islam), (Jakarta:
AMZAH,2012), cet. Ke-2, h. 111
8
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2011), h.
156
4

telah membudaya bagi setiap lapisan masyarakat manapun, hanya cara dan

sistemnya yang berbeda. Sedangkan maksud yang terkandung dari

mengadakan walimah itu tiada lain hanya untuk menunjukan rasa syukur

atas pernikahan yang telah terjadi sebagai rasa bahagia untuk dinikmati

bersama masyarakat sekitar lingkungan.

Walimatul ‘Ursy atau pesta perkawinan adalah suatu yang

dianjurkan dalam Islam. Walimatul ‘Ursy, bertujuan untuk mengumumkan

pernikahan, mengumpulkan keluarga, karib kerabat untuk memberi kabar

gembira. Melihat kepada istilah kamus Walimatul ‘Ursy adalah makan-

makan pada acara pesta perkawinan yang disediakan untuk tamu

undangan.9

Dalam pelaksanaan walimah tidak boleh berlebih-lebihan

sebaiknya dilakukan dengan sesuai kemampuan asalkan maksud dan

tujuan dilakukannya walimah itu terwujud. Tujuan diadakannya walimah

dalam rangka mengumumkan kepada khalayak bahwa akad nikah sudah

terjadi sehingga semua pihak mengetahuinya dan tidak ada tuduhan

dikemudian hari.

Permasalahan mengenai Walimatul ‘Ursy mreupakan kajian yang

sangat menarik untuk diteliti. Di dalamnya banyak terdapat hal-hal yang

menarik untuk dijadikan sebagai objek kajian, seperti adab dalam

Walimatul ‘Ursy, memberikan hadiah sebagai hiburan atau memberikan

karangan bunga pada Walimatul ‘Ursy.


9
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, penerjemah: Abu Syauqina dan Abu Aulia Rahma, (Jakarta:
PT Tinta Abadi Gemilang, 2013), cet. Ke-2, h. 127
5

Jika kita perhatikan, sekarang banyak sepertinya sudah menjadi

sebuah kebiasaan bagi sebagian masyarakat, bahwa sewaktu melakukan

Walimatul ‘Ursy, memberikan karangan bunga ini adalah hal yang biasa

saja. Hal ini sering kita jumpai dan kita dapati di sekitar tempat acara

Walimatul ‘Ursy berlangsung.

Desa Salo merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan

Salo, kabupaten Kampar yang masih sering memberikan karangan bunga

pada Walimatul ‘Ursy. dikabupaten Kampar mempunyai batas wilayah:

Sebalah Timur berbatas dengan Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten

Siak, Sebelah Barat berbatas dengan Kabupaten Rokan Hulu dan Provinsi

Sumatera Barat, Sebelah Utara berbatas dengan Kota Pekanbaru dan

Kabupaten Siak, Sebelah Selatan berbatas dengan Kabupaten Kuantan

Singingi.

Dalam Islam hal-hal mengenai Walimatul ‘Ursy telah diatur

sedemikian rupa, terutama dalam hadits-hadits Nabi SAW. seperti hukum

mengadakan Walimatul ‘Ursy, mengumumkannya, sunnah-sunnah dalam

mengadakan Walimatul ‘Ursy, mengundang orang untuk menghadiri

Walimatul ‘Ursy dan lain-lain.

Jumhur ulama sepakat bahwa mengadakan walimah itu hukumnya

sunnah mu’akad. Hal ini dipahami dari sabda Nabi yang berasal dari Anas

ibn Malik :
6

ٍ َ‫ت َع ْن َأن‬ ٍ ِ‫اد عن ثَ اب‬ ٍ


َ‫س قَالَ َم ا َْأومَل‬ ْ َ ٌ َّ‫َح َّد َثنَا ُس لَْي َما ُن بْ ُن َح ْرب َح َّد َثنَا مَح‬
ِ‫ٍ ِ ِ ِئ‬ ِ
‫ب‬َ َ‫ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم َعلَى َش ْيء م ْن ن َس ا ه َم ا َْأومَلَ َعلَى َز ْين‬ َ ُّ ‫النَّيِب‬
‫َْأومَلَ بِ َش ٍاة‬
Artinya:“Telah menceritakan kepada kami ( Sulaiman bin Harb ) Telah
menceritakan kepada kami ( Hammad ) dari ( Tsabit ) dari
( Anas ) ia berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak
pernah mengadakan walimah terhadap seorang pun dari isteri-
isterinya sebagaimana walimah yang beliau adakan atas
pernikahannya dengan Zainab. Saat itu, beliau mengadakan
walimah dengan seekor kambing”( H.R Bukhari ).

Begitu juga dengan mengumumkannya dan memberi hiburan pada

Walimatul ‘Ursy, hukumnya adalah sunnah. Kalau dikaji lebih medalam

lagi banyak diantara tata cara Walimatul ‘Ursy ini menjadi perbedabatan

dikalangan ulama karena banyak diantara tata cara tersebut yang belum

jelas hukumnya, seperti memberi karangan bunga.

Pemberian karangan bunga pada Walimatul ‘Ursy dimasa sekarang

ini sudah sering terjadi. Hampir disetiap Walimatul ‘Ursy, Walimatul

Khitan, Walimatussafar, Walimatasyakkur. Sebagian masyarakat terutama

orang yang memberi karangan bunga belum mengetahui hukumnya.

Tidak ditemukan nash secara tegas yang mengatakan pengharaman

mengenai hukum memberi karangan bunga ini pada Walimatul ‘Ursy.

Walaupun dalam al-Qur’an tidak ditemukan nash yang tegas mengenai

pemberian karangan bunga dalam acara Walimatul ‘Ursy, namun

persoalan memberikan karangan bunga tersebut dapat dilihat dari dua sisi.

Sisi yang pertama, memberikan karangan bunga dianggap terjadinya

pemborosan, karena perbuatan yang tidak ada manfaatnya.


7

Memberikan karangan bunga pada Walimatul ‘Ursy memang

bukan termasuk pada perbuatan yang dicontohkan oleh Rasululllah.

Karena Rasulullah menganjurkan kepada orang mempunyai kelebihan

harta untuk memberikan hadiah atau memberi sumbangan dalam acara

Walimatul ‘Ursy.

Namun disisi lain memberikan karangan bunga pada acara

Walimatul ‘Ursy juga dapat menjadi suatu bukti kehadiran dari seseorang

kepada calon pengantin. Misalkan seseorang yang di undang ke acara

Walimatul ‘Ursy berhalangan untuk hadir atau karena berada di tempat

yang jauh dan tidak memungkinkan untuk hadir, maka karangan bunga di

kirimkan ke alamat calon pengantin sebagai tanda ucapan selamat dan

turut hadir dalam acara tersebut.

Selain itu dengan adanya karangan bunga seseorang bisa membuka

usaha serta dapat membuka lapangan pekerjaan. Semakin banyak yang

memesan karangan bunga, semakin senang hati para pengusaha karangan

bunga serta para pekerjanya. Dengan demikian, pemberian karangan bunga

untuk kalangan menengah ke atas merupakan pintu rezeki bagi rakyat

kecil. Yang memberi senang, yang menerima senang yang bekerja lebih

senang lagi karena dengan upah yang diterima dapat menghidupi keluarga

atau setidaknya menambah pendapatan mereka.

Para ulama sepakat mengatakan bahwa hibah dan hadiah

mempunyai rukun dan syarat yang harus dipenuhi, sehingga dapat


8

dianggap sah dan berlaku hukumnya. Menurut Ibnu Rusyd 10 rukun hibah

ada tiga: (1) pemberi hibah (al-wahib); (2) penerima hibah (al-

mauhublahu); (3)perbuatan hibah. Hal serupa dikemukakan oleh Abd al-

Rahman al-Jaziri11 bahwa rukun hibah ada tiga macam: (1) ‘Aqidain

(orang yang memberikan dan orang yang yang diberi) atau wahib dan

mauhub lah; (2) mauhub (barang yang diberikan) yaitu harta; (3) shighat

atau ijab dan qabul.

Masyarakat di Dusun Koto Bangun Desa Salo mempunyai

kebiasaan pada saat Walimatul ‘Ursy yaitu memberikan karangan bunga.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan beberapa tokoh masyarakat

yang ada di Desa Salo Kecamatan Salo, mengenai pemberian karangan

bunga pada acara Walimatul ‘Ursy.

Pada tanggal 1 April 2021 Penulis melakukan wawancara terhadap

Pak Anwar tentang pemberian karangan bunga. Adapun pendapat beliau

mengenai pemberikan karangan bunga pada acara Walimatul ‘Ursy

merupakan pemborosan. Karena karangan bunga itu tidak ada manfaatnya

sama sekali bagi orang yang membuat acara Walimatul ‘Ursy, hanya

terbuang sia-sia. Dari pada memberikan karangan bunga lebih baik

memberikan hal yang lebih bermanfaat misalnya uang ataupun makanan.

10
Ibnu Rusyd, Bidayah al-Mujtahid Wa Nihayah al-Muqtasid, Semarang: Toha Putra, juz
2,hlm. 346.
11
Abd al-Rahman al-Jaziri, Kitab al-Fiqh ‘ala al-Madzahib al-Arba’ah, Beirut: Dar al-
Fikr, 1972, juz III, hlm. 210.
9

Kalau karangan bunga tidak ada manfaatnya, selesai acara bunganya pun

dibuang atau dikembalikan pada toko nya masing-masing.12

Selanjutnya Penulis juga melakukan wawancara terhadap Pak

Ujang Suminurjoto pada tanggal 5 April 2021. Senada dengan pendapat

dari Pak Ujang Suminurjoto, beliau mengatakan bahwa memberikan

karangan bunga pada acara Walimatul ‘Ursy merupakan perbuatan yang

boros, bahkan sebagian dari mereka melakukan itu supaya mendapatkan

pujian dari orang lain, jadi karangan bunga ini tidak bermanfaat hanya

perbuatan yang boros dan ria. Dari pada memberikan karangan bunga yang

tidak bermanfaat lebih baik membantu mereka dengan memberikan uang,

makanan maupun jasa yang jauh lebih baik dari itu.13

Berbeda dengan pandangan dengan Pak Anwar dan Pak Ujang.

Penulis juga melakukan wawancara dengan masyarakat yaitu Buk Agustini

pada tanggal 7 April. Buk Agustini berpendapat memberikan karngan

bunga sah-sah saja karena mungkin seseorang memberikan karangan

bunga berhalangan hadir untuk datang undangan dan karangan bunga

tersebutlah sebagai mewakili ucapan selamat kepada si pengundang.14

Karena semakin maraknya pemberian karangan bunga pada acara

Walimatul ‘Ursy, penulis tertarik untuk menjadikan ini sebagai objek

penelitian dengan judul: “PERSEPSI TOKOH MASYARAKAT DESA

12
Pak Anwar (Tokoh Masyarakat), wawancara pada tanggal 1 April 2021, Pukul 13.00
WIB di Desa Salo Kecamatan Salo.
13
Pak Anwar (Tokoh Agama), wawancara pada tanggal 5 April 2021, Pukul 16.00 WIB
di Desa Salo Kecamatan Salo.
14
Buk Agustini (Masyarakat), wawancara pada tanggal 7 April 2021, Pukul 20.00 WIB di
Desa Salo Kecamatan Salo.
10

SALO KECAMATAN SALO TERHADAP MEMBERI KARANGAN

BUNGA PADA WALIMATUL ‘URSY DITINJAU DARI HUKUM

ISLAM”

B. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang telah penulis sampaikan di atas serta

titik tolak masalah yang telah ada, maka perlu kiranya membatasi masalah

yang diteliti agar lebih terarah. Adapun batasan masalah yang diteliti yaitu

Persepsi Tokoh Masyarakat Desa Salo Kecamatan Salo Terhadap

Memberi Karangan Bunga Pada Walimatul ‘Ursy Ditinjau Dari Hukum

Islam.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang dibahas pada latar belakang di atas, maka

dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana Persepsi Tokoh Masyarakat Desa Salo Kecamatan Salo

Terhadap Memberi Karangan Bunga Pada Walimatul ‘Ursy?

2. Bagaimana Tinjauan Hukum Islam Terhadap Memberi Karangan

Bunga Pada Walimatul ‘Ursy?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui Persepsi Tokoh Masyarakat Desa Salo

Kecamatan Salo Terhadap Memberi Karangan Bunga Pada

Walimatul ‘Ursy.

b. Untuk Mengetahui Tinjauan Hukum Islam Terhadap Memberi

Karangan Bunga Pada Walimatul ‘Ursy.


11

2. Manfaat Penelitian
a. Untuk Mendapatkan Pengetahuan Tentang Persepsi Tokoh

Masyarakat Terhadap Memberi Karangan Bunga Ditinjau Dari

Hukum Islam

b. Untuk Memperkaya Ilmu Pengetahuan Bagi Penulis Tentang

Persepsi Tokoh Masyarakat Terhadap Memberi Karangan Bunga

Ditinjau Dari Hukum Islam

c. Sebagai Salah Satu Syarat Bagi Penulis Untuk Menyelesaikan

Studi Program Strata 1 ( S1 ) Pada Jurusan Hukum Keluarga

Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negeri Sultan

Syarif Kasim Riau.

E. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Dalam skripsi ini penulis melakukan studi keputusan dengan cara

mengamati karya ilmiah orang lain. Skripsi ini ditulis oleh Ainul Mardiah

Lubis dengan Judul Keberadaan Bunga Papan Dalam Pesta Perkawinan

Sebagai Simbol Status Sosial Pada Masyarakat Bandar Selamat Kecamatan

Medan Tembung. Kesimpulan dari penelitian ini lebih memfokuskan sebagai

symbol adanya status dari diri seseorang. Dengan memberikan bunga papan

dan mencantumkan nama dan pekerjaan atau jabatan yang dimilikinya sudah

menunjukkan perbedaan status sosial pada masyarakat Bandar Kecamatan

Medan Tembang.
12

Anda mungkin juga menyukai