Yusiana Eka Prasetyawati-Cover Abstrak - Archive
Yusiana Eka Prasetyawati-Cover Abstrak - Archive
Yusiana Eka Prasetyawati-Cover Abstrak - Archive
J\IT N
A
U S
ID
R
U
Y P
A
D
IR
E
T A
T
N
E
M
L
P
I IS U
J S IT C E
R
O
T
A
B
L
C M
A
L
D A
R
K
E
P K
A
D
N
IT A
N
D
IP
IS
P
U
R
O
K
IS
P
R
K
H
E
L
O
A
N
IS
U
Y A
K
E .A
R
PIT
A
W
Y
E
S
M
P
N: 12200010
M
A
R
G
O
P ID
U
T
S U
M
L
I M
U
K
H
S
A
T
L
U
K
F M
U
K
H
S
A
T
IR
E
V
N
U K
IL
O
T
A A
M
R
D A
K
ID
N
E
C
A
Y
B
R
U
S
2A
7
l
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
Muhammad SAW,amin.
penulis banyak mendapatkan bantuan baik berupa doa, bimbingan, dan dukungan
dari berbagai pihak, baik mengenai teknis penulisan, bahan atau sumber ilmiah
yang digunakan dalam pembuatan skripsi. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
1. Keluarga yaitu ayah, ibu dan semua saudara yang senantiasa mendoakan dan
2. Romo Dr. Yustinus Budi Hermanto, M.M., selaku Rektor Universitas Katolik
3. Ibu Nany Suryawati, S.H., M.H., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
4. Ibu Dian Ety Mayasari, S.H., M.Hum., Selaku Kepala Program Studi Ilmu
iv
5. Ibu Retno Dewi Pulung Sari, S.H., M.Si., M.H., selaku dosen pembimbing
7. Seluruh dosen khususnya dosen Fakultas Hukum dan staaf Universitas Katolik
10. Khususnya kepada Yonatha Andhy yang juga telah senantiasa memberikan
dukungan, semangat walaupun berada di luar kota mulai dari awal pembuatan
Akhirnya penulis berharap penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
Penulis
v
Abstraksi
u
st l
o tor adalah seseorang tersangka namun bukan pelaku utama dan dapat
membongkar kejahatan orang yang berada diatasnya. u st loro
r bekerjasama
dengan aparat penegak hukum dapat mengungkap kejahatan atas kesaksian yang
diberikan. Di Indonesia peraturan mengenai justice collaborator diatur dalam Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban, Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 9
Tahun 2011 tentang Perlakuan bagi Pelapor Tindak Pidana (whistleblower) dan Saksi
Pelaku yang Bekerjasama (justice collaborator) di dalam Perkara Tindak Pidana Tertentu
dan Peraturan Bersama Nomor: M.HH-11.HM.03.02.th.2011, Nomor: PER-
045/A/JA/12/2011, Nomor: 1 Tahun 2011, Nomor: KEPB-02/01-55/12/2011, Nomor: 4
Tahun 2011, tentang Perlindungan Bagi Pelapor, Saksi Pelaporan dan Saksi Pelaku yang
Bekerjasama. Permasalahan yang kemudian muncul adalah semua peraturan tersebut
tidak ada yang membahas mengenai siapa yang berwenang untuk menentukan status
tersangka menjadi justice collaborator. Saksi pelaku harus memberikan keterangan yang
signifikan, relevan, dan andal yang dapat dipertanggungjawabkan dan dibuktikan
kesaksiannya untuk mengungkap tindak pidana khusus. Pada tulisan ini akan membahas
mengenai legalitas atau dasar hukum kewenagan penegak hukum dalam menetapkan
seseorang menjadi justice collaborator. Contoh yang dapat diambil yaitu kasus yang
dialami oleh Rinelda Bandoso yang ditetapkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi
sebagai justice collaborator namun pendapat berbeda diberikan oleh Hakim, sehingga
vonis yang diterima oleh Renalda tidak sesuai dengan aturan yang berlaku. Vonis yang
diberikan tidak sesuai dengan pemberian informasi yang diberikan kepada penegak
hukum untuk membongkar kasus tersebut. Jika hal tersebut terus terjadi maka akan terjadi
ketidaksesuaian antara pelaku yang kooperatif dengan reward yang diterimanya. Dalam
hal kekosongan hukum ini perlu dibuat suatu perbaikan hukum (legal reform).
Pembahasan dari sisi Rancangan Undang-Undang Perlindungan Saksi dan Korban juga
terdapat dalam tulisan ini, agar terdapat gambaran mengenai Ius Constitutum (hukum
yang berlaku di masa sekarang) dan Ius Constituendum ( hukum yang dicita-citakan).
Perbaikan hukum yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan penambahan pasal
yang mencantumkan pihak yang berwenang untuk menetapkan pelaku menjadi justice
collaborator. Perbaikan hukum lainnya yaitu dengan menambahkan syarat pemberian
saksi yang diberikan kepada penegak hukum dengan baik dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Hal tersebut bertujuan untuk penentuan reward
yang diberikan, dengan demikian perbaikan hukum tidak menimbulkan multitafsir
kembali oleh penegak hukum dan masyarakat, kewenangan tersebut juga harus diakui
oleh instansi yang lain sehingga memiliki keterkaitan dalam penyelesaian sebuah perkara
tindak pidana khusus, sehingga dapat tercapai tujuan awal dari pembuatan peraturan
hukum itu sendiri yaitu keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum.
ix
DAFTAR ISI
COVER............................................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... ii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iv
DAFTAR ISI.................................................................................................... vi
ABSTRAKSI.................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah.................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian..................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian................................................................... 7
1. Manfaat Teoritis................................................................. 7
2. Manfaat Praktis.................................................................. 7
E. Tinjauan Pustaka
Justice Collaborator.......................................................... 15
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian................................................................... 18
2. Pendekatan Penelitian........................................................ 18
a. Pendekatan Perundang-undangan................................ 18
i
b. Pendekatan Konseptual................................................ 19
c. Pendekatan Kasus........................................................ 19
3. Bahan Hukum.................................................................... 19
G. Pertanggungjawaban Sistematika............................................ 20
dan Whistleblower.................................................................... 22
Collaborator............................................................................ 34
Korban . 35
vii
b. Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 04 Tahun
2011.............................................................................. 46
Indonesia............................................................................. 57
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................. 70
B. Saran....................................................................................... 71
DAFTAR BACAAN.................................................................... 73
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii