LP Gastritis
LP Gastritis
LP Gastritis
A. DEFINISI
1. Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani yaitu
gastra yaitu berarti perut / lambung dan it is berarti inflamasi / peradangan,
Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal tetapi terbentuk dari beberapa
kondisi yang kesemua itu mengakibatkan peradangan pada lambung.
2. Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa
lambung yang dapat bersifat akut dan kronis.
B. ETIOLOGI
Beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya Gastritis :
1. Gastritis Bakterialis
a. Infeksi bakteri Helicobacter Pylori yang hidup didalam lapisan mukosa
yang melapisi dinding lambung. Diperkirakan ditularkan melalui jalur
oral atau akibat memakan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri
ini. Infeksi ini sering terjadi pada masa kanak-kanan dan dapat bertahan
seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan.
b. Infeksi bakteri Campylobacter Pyloroides.
2. Gastritis Karena Stres Akut
a. Penyakit berat atau trauma ( cedera ) yang terjadi tiba – tiba.
b. Pembedahan
c. Infeksi berat
d. Cederanya sendiri mungkin tidak mengenai lambung seperti terjadi pada
luka bakar yang luas atau cedera yang menyebabkan perdarahan hebat.
3. Gastritis Erosif Kronis
a. Pemakaian obat penghilang rasa nyeri secara terus – menerus. Obat
analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti Aspirin, Ibu Profen
dan Naproxen dapat menyebabkan perdarahan pada lambung dengan cara
menurunkan Prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung.
b. Penyakit Crohn, gejalanya sakit perut dan diare dalam bentuk cairan. Bisa
menyebabkan peradangan kronis pada dinding saluran cerna namun,
kadang – kadang dapat juga menyebabkan peradangan pada dinding
lambung.
c. Penggunaan Alkohol secara berlebihan , alkohol dapat mengiritasi dan
mengikis mucosa pada dinding lambung dan membuat dinding lambung
lebih rentan terhadap asam lambung walaupun dalam kondisi normal.
4. Gastritis Eosinofilik
Terjadi sebagai akibat dari reaksi alergi terhadap infeksi cacing gelang
Eosinofil (sel darah putih) terkumpul pada dinding lambung.
5. Gastritis Hipotropi dan Atropi
Terjadi karena kelainan Autoimmune, Autoimmune Atropic Gastritis terjadi
ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel – sel yang sehat yang berada
dalam dinding lambung. Hal ini mengakibatkan peradangan dan secara
bertahap menipiskan dinding lambung, menghancurkan kelenjar –kelenjar
penghasil asam lambung dan mengganggu produksi faktor intrinsik (yaitu
sebuah zat yang membantu tubuh mengabsorbsi vitamin B12) kekurangan
vitamin B12 akhirnya, dapat mengakibatkan Pernicious Anemia, sebuah
kondisi yang serius bila tidak segera dirawat dapat mempengaruhi seluruh
sistem dalam tubuh. Autoimmune Atropic Gastritis terutama terjadi pada
orang tua.
6. Penyakit Meiner
Dinding lambung menjadi tebal, lipatannya melebar, kelenjarnya membesar
dan memiliki kista yang terisi cairan. Sekitar 10 % penderita ini menderita
kanker lambung.
7. Gastritis Sel Plasma
Sel plasma ( salah satu jenis sel darah putih ) terkumpul dalam dinding
lambung dan organ lainnya.
8. Penyakit Bile Refluk
Bile ( empedu ) adalah cairan yang membantu mencerna lemak – lemak
dalam tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu akan
melewati serangkaian saluran kecil dan menuju keusus kecil. Dalam kondisi
normal, sebuah otot Sphincter yang berbentuk seperti cincin (Pyloric Valve)
akan mencegah empedu mengalir balik kedalam lambung. Tetapi jika katub
ini tidak bekerja dengan benar, maka empedu akan masuk kedalam lambung
dan mengakibatkan peradangan dan Gastritis.
9. Radiasi dan Kemoterapi
Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat
mengakibatkan peradangan pada dinding lambung dan selanjutnya dapat
berkembang menjadi Gastritis dan Peptic Ulcer. Ketika tubuh terkena
sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang terjadi biasanya sementara, tapi dalam
dosis besar akan mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi permanen dan
dapat mengikis dinding lambung serta merusak kelenjar – kelenjar penghasil
asam lambung.
10. Faktor-faktor lain
Gastritis sering juga dikaitkan dengan kondisi kesehatan lainnya seperti
HIV / AIDS, infeksi oleh parasit, dan gagal hati atau ginjal.
C. KLASIFIKASI
Menurut Hermawan dan Tutik (2011), Gastritis menurut jenisnya terbagi menjadi
2, yaitu :
1. Gastritis akut
Disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat yang dapat menyebabkan
mukosa menjadi gangren atau perforasi. Gastritis akut dibagi menjadi dua
garis besar yaitu :
a. Gastritis Eksogen akut (biasanya disebabkan oleh faktor-faktor dari luar,
seperti bahan kimiamisal: lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid,
mekanis iritasi bakterial, obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin
(aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa
lambung).
b. Gastritis Endogen akut adalah gastritis yang disebabkan oleh kelainan
badan.
2. Gastritis Kronis
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau
maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory (H.
Pylory). Gastritis kronik dikelompokkan lagi dalam 2 tipe yaitu tipe A dan
tipe B. Dikatakan gastritis kronik tipe A jika mampu menghasilkan imun
sendiri. Tipe ini dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung dan
penurunan mukosa. Penurunan pada sekresi gastrik mempengaruhi produksi
antibodi. Anemia pernisiosa berkembang pada proses ini. Gastritis kronik
tipe B lebih lazim. Tipe ini dikaitkan dengan infeksi helicobacter pylori yang
menimbulkan ulkus pada dinding lambung.
D. FATOFISIOLOGI
a. Gastritis Akut
Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia misalnya obat-
obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada para
yang mengalami stres akan terjadi perangsangan saraf simpatis N. V (Nervus
vagus) yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) di dalam
lambung. Adanya HCl yang berada di dalam lambung akan menimbulkan
rasa mual, muntah dan anoreksia.
Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel
kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus, mengurangi
produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa
lambung agar tidak ikut tercerna. Respon mukosa lambung karena penurunan
sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilatasi sel mukosa gaster. Lapisan
mukosa gaster terdapat sel yang memproduksi HCl (terutama daerah fundus)
dan pembuluh darah. Vasodilatasi mukosa gaster akan menyebabkan
produksi HCl meningkat. Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri.
Rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa gaster.
Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa
eksfeliasi (pengelupasan). Eksfeliasi sel mukosa gaster akan mengakibatkan
erosi pada sel mukosa. Hilangnya sel mukosa akibat erosi memicu timbulnya
perdarahan. Perdarahan yang terjadi dapat mengancam hidup penderita,
namun dapat juga berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi
menghilang dalam waktu 24-48 jam setelah perdarahan.
b. Gastritis Kronis
Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif. Organisme ini
menyerang sel permukaan gaster, memperberat timbulnya desquamasi sel dan
muncullah respon radang kronis pada gaster yaitu: destruksi kelenjar dan
metaplasia. Metaplasia adalah salah satu mekanisme pertahanan tubuh
terhadap iritasi, yaitu dengan mengganti sel mukosa gaster, misalnya dengan
sel desquamosa yang lebih kuat. Karena sel desquamosa lebih kuat maka
elastisitasnya juga berkurang. Pada saat mencerna makanan, lambung
melakukan gerakan peristaltik tetapi karena sel penggantinya tidak elastis
maka akan timbul kekakuan yang pada akhirnya menimbulkan rasa nyeri.
Metaplasia ini juga menyebabkan hilangnya sel mukosa pada lapisan
lambung, sehingga akan menyebabkan kerusakan pembuluh darah lapisan
mukosa. Kerusakan pembuluh darah ini akan menimbulkan perdarahan.
E. PATHWAYS
F. MANIFESTASI KLINIS
Adapun manifestasi klinis dari penderita gastritis, yaitu:
1. Gastritis akut meliputi: ulserasi superficial yang dapat menimbulkan
hemoragi, ketidaknyamanan abdomen (sakit kepala, malaise, mual dan
anoreksia), muntah, cekukan, beberapa pasien asimtomatik, kolik dan diare
dapat terjadi bila makanan pengiritan tidak dimuntahkan tapi mencapai usus
besar. Pasien biasanya sembuh dalam sehari walau nafsu makan mungkin
menurun selama 2-3 hari.
2. Gastritis kronik meliputi: Tipe A (gastritis autoimun) biasanya asimtomatik
kecuali untuk gejala defisiensi B12 dan pada gastritis Tipe B (gastritis H.
pylori) pasien mengeluh anoreksia, sakit ulu hati setelah makan, bersendawa,
rasa pahit dalam mulut, atau mual dan muntah.
G. PENATALAKSANAAN
Pengobatan gastritis meliputi :
a. Mengatasi kedaruratan medis yang terjadi
b. Mengatasi atau menghindari penyebab apabila dapat dijumpai
c. Pemberian obat-obat antasid atau obat-obat ulkus lambung yang lain
Pada gastritis, penatalaksanaannya dapat dilakukan dengan :
a. Gastritis akut
1. Instruksikan pasien untuk menghindari alkohol.
2. Bila pasien mampu makan melalui mulut diet mengandung gizi
dianjurkan.
3. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral.
4. Bila perdarahan terjadi, lakukan penatalaksanaan untuk hemoragi saluran
Gastromfestinal.
5. Untuk menetralisir asam gunakan antasida umum.
6. Untuk menetralisir alkali gunakan jus lemon encer atau cuka encer.
7. Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangren atau
perforasi.
8. Reaksi lambung diperlukan untuk mengatasi obstruksi pilorus.
b. Gastritis kronis
1. Dapat diatasi dengan memodifikasi diet pasien, diet makan lunak
diberikan sedikit tapi lebih sering.
2. Mengurangi stress
H. KOMPLIKASI
1. Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA)
Komplikasi yang timbul pada Gastritis Akut, yaitu perdarahan saluran cerna
bagian atas (SCBA) berupa hemotemesis dan melena, berakhir dengan syock
hemoragik, terjadi ulkus, kalau prosesnya hebat dan jarang terjadi perforasi.
2. Gangguan penyerapan vitamin B 12
Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan
vitamin B12, akibat kurang pencerapan, B12 menyebabkan anemia
pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan penyempitan daerah antrum
pylorus.
3. Komplikasi yang lainya adalah :
a. Syok
b. Perforasi
c. Radang selaput perut
d. Kanker lambung
I. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan pada klien dengan gastritis sebagai berikut :
A. Pengkajian
a. Anamnese
Biodata /identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, bahasa,
pekerjaan, kebangsaan, alamat, pendidikan, tanggal MRS, dan diagnosa
medis
b. Keluhan Utama
Adanya rasa perih, nyeri epigastrum
Adanya perdarahan / muntah darah
Nyeri setelah / sebelum makan
c. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Hal ini meliputi keluhan umum mulai dari sebelum ada keluhan
sampai terjadi nyeri perut, pusing, mual, muntah, nafsu makan
menurun, kembung
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah klien pernah masuk rumah sakit atau puskesmas atau
menderita penyakit yang sama sebelumnya.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah pada anggota keluarga yang lain ada yang menderita penyakit
yang sama dengan klien.
4. Kebutuhan dasar
d. Pola Eliminasi
Apakah ada gejala pada eliminasi pada klien sebelum dan setelah
masuk PKM. Pada pasien dengan gastritis biasanya terjadi
obstipasi.
C. Intervensi
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan muntah).
Tujuan : Kebutuhan cairan terpenuhi.
NOC
Kriteria Hasil :
- Tanda vital dalam batas normal,
- Turgor kulit baik,
- Membran mukosa lembab,
- Produksi urine output seimbang,
- Muntah darah dan berak darah berhenti.
NIC
Rencana Tindakan :
1. Catat karakteristik muntah dan/ atau drainase.
Rasional : Membantu dalam membedakan distress gaster. Darah
merah cerah menandakan adanya atau perdarahan arterial akut,
mungkin karena ulkus gaster; darah merah gelap mungkin darah lama
(tertahan dalam usus) atau perdarahan vena dari varises.
2. Awasi tanda vital : bandingkan dengan hasil normal
klien/sebelumnya. Ukur TD dengan posisi duduk, berbaring, berdiri
bila mungkin .
Rasional : Hipotensi postural menunjukkan penurunan volume
sirkulasi.
3. Catat respons fisiologis individual pasien terhadap perdarahan,
misalnya perubahan mental, kelemahan, gelisah, ansietas, pucat,
berkeringat, takipnea, peningkatan suhu.
Rasional : Memburuknya gejala dapat menunjukkan berlanjutnya
perdarahan atau tidak adekuatnya penggantian cairan.
4. Awasi masukan dan haluaran dan hubungkan dengan perubahan berat
badan. Ukur kehilangan darah/ cairan melalui muntah dan defekasi.
Rasional : Memberikan pedoman untuk penggantian cairan.
5. Pertahankan tirah baring; mencegah muntah dan tegangan pada saat
defekasi. Jadwalkan aktivitas untuk memberikan periode istirahat
tanpa gangguan. Hilangkan rangsangan berbahaya.
Rasional : Aktivitas/ muntah meningkatkan tekanan intra-abdominal
dan dapat mencetuskan perdarahan lanjut.
6. Tinggikan kepala tempat tidur selama pemberian antasida.
Rasional : Mencegah refluks gaster dan aspirasi antasida dimana
dapat menyebabkan komplikasi paru serius.
b. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung.
Tujuan: Nyeri terkontrol.
NOC
Kriteria Hasil :
- Klien menyatakan nyerinya hilang dan tampak rileks
- Skala nyeri pada pasien 1-2 atau hilang
- Klien tidak mengalami gangguan tidur lagi akibat nyeri
- Selera makan bertambah
- Konsentari pasien meningkat saat tidak merasakan nyeri
NIC
Rencana Tindakan:
1. Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-10).
Rasional: Nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada harus dibandingkan
dengan gejala nyeri klien sebelumnya dimana dapat membantu
mendiagnosa etiologi perdarahan dan terjadinya komplikasi.
2. Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
Rasional : Membantu dalam membuat diagnose dan kebutuhan terapi.
3. Anjurkan makan sedikit tapi sering sesuai indikasi untuk klien.
Rasional : Makanan mempunyai efek penetralisir, juga mencegah
distensi dan haluaran gastrin.
4. Identifikasi dan batasi makanan yang menimbulkan
ketidaknyamanan.
Rasional : Makanan khusus yang menyebabkan distress bermacam-
macam antara individu.
5. Kolaborasi pemberian obat analgesik sesuai indikasi.
Rasional : Mengobati nyeri yang muncul.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
dan anoreksia.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
NOC
Kriteria hasil :
- Klien tidak mual lagi,
- klien menghabiskan porsi makanan,
- peningkatan HB,
- peningkatan BB mencapai berat badan ideal,
- conjungtiva tidak eremis.
- Klien tambak bertenaga/ segar
NIC
Rencana tindakan :
1. Kaji status nutrisi dan factor-faktor penyebab kurangnya intake
nutrisi.
Rasional : untuk mengetahui sejauh mana perkembangan dari
keadaan pasien. Dan perubahan yang terjadi.
2. Anjurkan klien makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : mencegah perangsangan yang mendadak pada lambung
3. Hindari makanan yang keras dan merangsang peningkatan asam
lambung seperti pedas, asam, kopi, alcohol dan lain-lain.
Rasional : untuk menghindari kerja lambung yang berat dan
meminimalkan Iritasi pada lambung.
4. Kolaborasi dalam pemberian obat penurun sekresi lambung
Rasional : untuk mencegah mual, dan muntah.
D. Impelementasi
Komponen implementasi dalam proses keperawatan mencakup penerapan
ketrampilan yang diperlukan untuk mengimplentasikan intervensi
keperawatan. Ketrempilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk
implementasi biasanya berfokus pada :
a. Melakukan aktivitas untuk klien atau membantu klien.
b. Melakukan pengkajian keperawatan untuk mengidentifikasi masalah baru
atau memantau status masalah yang telah ada
c. Member pendidikan kesehatan untuk membantu klien mendapatkan
pengetahuan yang baru tentang kesehatannya atau penatalaksanaan
gangguan.
d. Membantu klien membuat keptusan tentang layanan kesehatannya sendiri
e. Berkonsultasi dan membuat rujukan pada profesi kesehatan lainnya untuk
mendapatkan pengarahan yang tepat.
f. Memberi tindakan yang spesifik untuk menghilangkan, mengurangi, atau
menyelesaikan masalah kesehatan.
g. Membantu klien melakukan aktivitasnya sendiri
h. Membantu klien mengidentifikasi risiko atau masalah dan menggali
pilihan yang tersedia.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati
dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi
dilakukan secara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukkan tercapainya tujuan dan
criteria hasil, klien bisa keluar dari siklus proses keperawatan. Jika sebalinya,
kajian ulang (reassessment). Secara umum, evaluasi ditunjukkan untuk :
a. Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan.
b. Menetukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum.
c. Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatab belum tercapai.