Makalah DM Tipe 2 Kelompok 4 LK

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY. C DENGAN DIABETES MELLITUS TIPE 2


DI RUANG BANDENG 1
RSUD PANTURA M.A SENTOT PATROL

DI SUSUN OLEH :
Nama : Dian Khusufi W (421J00
Nama : Dita Apriani (421J0003)
Nama : Khoirunnisa (421J0081)
Nama : Liya Laeliyah (421J00
Nama : Purbowati (421J00
Nama : Ririn Wahyu P (421J0013)
Nama : Siti Komalasari (421J0031)
Nama : Widya Dwi J (421J0030

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARDIKA

KOTA CIREBON

2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena pankreas tidak
menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah atau glukosa), atau
ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya.
Diabetes adalah masalah kesehatan masyarakat yang penting, menjadi salah satu
dari empat penyakit tidak menular prioritas yang menjadi target tindak lanjut oleh
para pemimpin dunia. Jumlah kasus dan prevalensi diabetes terus meningkat selama
beberapa dekade terakhir. (OMS, 2016).
Diperkirakan terdapat 463 juta orang dengan usia 20-79 tahun di dunia
menderita diabetes atau setara dengan 9,3% dari seluruh penduduk di usia yang
sama pada tahun 2019. Berdasarkan usia, pada orang dengan usia 65-79
diperkirakan terdapat 19,9% pada tahun 2019 dan diprediksi meningkat menjadi
20,4% pada tahun 2030 dan 20,5% pada tahun 2045. Prevalensi diabetes pada tahun
2019 sebanyak 9% wanita dan 9,6% laki-laki. Angka diprediksi akan meningkat
hingga 578,4 juta di tahun 2030 dan 700,2 juta di tahun 2045. (Diabetes Federation
International, 2019).
Negara dengan jumlah penderita terbanyak pada tahun 2019 dengan usia 20-
79 tahun adalah China, India, Amerika Serikat. Indonesia berada pada peringkat ke
7 dari 10 negara dengan jumlah penderita terbanyak, yaitu sebesar 10,7 juta orang.
Wilayah Asia Tenggara dimana Indonesia termasuk didalamnya, menempati
peringkat ketiga dengan prevalensi penderita diabetes sebesar 11,3%. (Diabetes
Federation International, 2019). Indonesia menjadi satu-satunya negara di Asia
Tenggara yang masuk kedalam daftar tersebut, sehingga dapat diperkirakan
besarnya kontribusi Indonesia terhadap prevalensi diabetes di Asia Tenggara
(Kementrian Kesehatan RI, 2020).
Hasil Riskesdas tahun 2018 menunjukkan prevalensi diabetes melitus di
Indonesia berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur ≥ 15 tahun sebesar
2%. Hampir semua provinsi menunjukkan peningkatan prevalensi pada tahun 2018,
kecuali pada provinsi Nusa Tenggara Timur (0,9%). Terdapat 4 provinsi dengan
prevalensi tertinggi yaitu DKI Jakarta (3,4%), Kalimantan Timur (3,1%), DI
Yogyakarta (3,1%), dan Sulawesi Utara (3%). Berdasarkan jenis kelamain,
prevalensi diabetes tahun 2018 sebanyak 1,2% laki-laki dan 1,8% perempuan
(Kementrian Kesehatan RI, 2020). Provinsi DI Yogyakarta pola penyakit dipantau
oleh sistem Surveilans Terpadu Penyakit (STP). Terdapat 21270 kasus diabetes
melitus berdasarkan laporan STP tahun 2019. Diabetes melitus menempati
peringkat keempat setelah penyakit hipertensi, diare, dan influenza (D. K. D. I.
Yogyakarta, 2020).
Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit tidak menular dengan
proporsi tertinggi di Indonesia dan merupakan penyebab kematian tertinggi keenam
di negara ini. Berdasarkan penyebabnya, DM dapat diklasifikasikan 3 menjadi 4
kelompok yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM gestasional dan DM tipe lain. Diabetes
Melitus tipe 1 adalah kenaikan kadar gula darah karena kerusakan sel beta pankreas
sehingga produksi insulin tidak ada sama sekali, penderita diabetes tipe ini
membutuhkan asupan insulin dari luar. Diabetes Melitus tipe 2 adalah kenaikan
kadar gula darah karena penurunan sekresi insulin yang rendah olah kelenjar
pankreas. Diabetes Melitus gestasional ditandai dengan kenaikan kadar gula darah
pada masa kehamilan, biasanya terjadi pada minggu ke-24 kehamilan dan kadar
gula darah akan kembali normal setelah persalinan (Kementrian Kesehatan RI,
2020). Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan
peningkatan angka insidensi dan prevalensi diabetes melitus tipe 2 diberbagai
penjuru dunia baik di negara industri maupun negara berkembang, termasuk
Indonesia. DM tipe 2 meliputi 90% dari semua populasi diabetes (Soelistijo et al.,
2019). Diabetes Melitus tipe 2 adalah penyakit gangguan metabolik yang ditandai
dengan kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas
dan atau gangguan insulin (resistensi insulin). Resistensi insulin banyak terjadi
akibat dari obesitas dan kurangnya aktivitas fisik. Peningkatan jumlah penderita
Diabetes Melitus yang sebagian besar adalah Diabetes Melitus tipe 2 berkaitan
dengan beberapa fakto, yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah, faktor risiko
yang dapat dirubah dan faktor lain. Menurut American Diabetes Association (ADA)
faktor risiko yang tidak dapat diubah yaitu riwayat keluarga dengan DM (first
degree relative), umur ≥45 tahun, etnik, riwayat melahirkan bayi dengan BBL > 4
kg atau riwayat menderita DM gestasional dan riwayat lahir dengan BBL < 2,5 kg.
Faktor risiko yang dapat diubah meliputi obesitas (IMT ≥ 25 kg/m2), lingkar perut
pria ≥ 90 cm dan wanita ≥ 80 cm, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemi,
dan diet tidak sehat.
Pengelolaan penyakit Diabetes Melitus dilakukan melalui empat pilar utama
penatalaksanaan Diabetes Melitus meliputi edukasi, perencanaan makanan, latihan
jasmani / aktivitas fisik, dan obat-obatan (Hartanti et al., 2013). Menurut Ilyas
(2007) bahwa upaya dari pasien DM dalam melakukan pengontrolan kadar gula
darah didominasi dengan memfokuskan pada pengaturan pola makan dan
pengonsumsian obat hipoglikemik oral yang dianjurkan dokter sedangkan olahraga
sangat jarang dilakukan. Padahal olahraga merupakan awal dalam mencegah,
mengontrol, dan mengatasi Diabetes. Upaya dari olahraga perlu dilakukan untuk
mengendalikan kadar gula darah pada pasien DM Tipe 2 yang dapat dilakukan
dengan pengelolaan non farmakologis yaitu salah satunya aktivitas fisik yaitu
dengan olahraga yoga (Merdawati et al., 2019).

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan diabetes mellitus dengan
masalah .....
2. Tujuan Khusus
1) Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dewasa diabetes mellitus
dengan masalah .. di RSUD Pantura M.A Sentot Patrol
2) Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien dewasa diabetes mellitus
dengan masalah .. pada klien dewasa diabetes mellitus dengan masalah .. di
RSUD Pantura M.A Sentot Patrol
3) Menyususn perencanaan keperawatan pada klien dewasa diabetes mellitus
dengan masalah .. di RSUD Pantura M.A Sentot Patrol
4) Melakukan tindakan keperawatan pada klien dewasa diabetes mellitus
dengan masalah .. di RSUD Pantura M.A Sentot Patrol
5) Melakukan evaluasi pada klien dewasa diabetes mellitus dengan masalah ..
di RSUD Pantura M.A Sentot Patrol

1.3 Manfaat
1. Manfaat teoritis
Diharapkan menjadi salah satu sumber referensi oleh institusi pendidikan
kesehatan sebagai bahan ajar mengenai
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian Diabetes Mellitus


Diabetes mellitus adalah kondisi ketika tubuh tidak dapat mengendalikan
kadar gula dalam darah (glukosa), yang normalnya pada gula darah puasa 80-130
mg/DL, kadar gula darah sewaktu 100-200 mg/dl, serta kadar gula darah 2 jam PP
120-200. Glukosa merupakan hasil penyerapan makanan oleh tubuh, yang
kemudian menjadi sumber energi.
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit yang ditandai
oleh adanya kenaikan kadar gula darah (hiperglikemia) kronik. Keadaan
hiperglikemia kronik tersebut dapat mengenai banyak orang pada semua
lapisan masyarakat di seluruh dunia (Waspadji, 1995). Diabetes Mellitus
ditandai oleh hiperglikemia serta gangguan-gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein yang bertalian dengan defisiensi absolut
atau relativ aktivitas dan atau sekresi insulin. Karena itu meskipun
diabetes asalnya merupakan endokrin, manifestasi pokoknya adalah
penyakit metabolik (Anonim, 2000).
Definisi lain menyebutkan diabetes mellitus merupakan suatu
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang
terjadi kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan
jangka panjang, disfungsi, atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata,
ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah. World Health
Organization (WHO) sebelumnya telah merumuskan bahwa DM
merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam suatu jawaban yang jelas dan
singkat tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu
kumpulan problema anatomik dan kimiawi akibat dari sejumlah faktor
dimana dapat defisiensi insulin absolut atau relativ dan gangguan fungsi
insulin (Gustaviani, 2006).

2.2 Etiologi
1. Faktor Keturunan
Keturunan merupakan faktor yang tidak dapat diubah. Bila ada anggota keluarga
anda yang terkena diabetes, maka anda juga dapat beresiko menjadi penderita
diabetes (Tandra, 2013).
2. Faktor Nutrisi
Nutrisi merupakan faktor yang penting untuk timbulnya Diabetes Mellitus. Gaya
hidup yang kebarat-baratan dan hidup santai serta panjangnya angka harapan
hidup merupakan faktor yang meningkatkan prevelensi Diabetes Mellitus
(Pudiastuti, 2013).

2.3 Patofisiologi
1. Patofisiologi diabetes mellitus tipe 1
Pada DM tipe 1, sistem imunitas menyerang dan menghancurkan sel yang
memproduksi insulin beta pankreas (ADA, 2014). Kondisi tersebut merupakan
penyakit autoimun yang ditandai dengan ditemukannya anti insulin atau
antibodi sel antiislet dalam darah (WHO, 2014). National Institute of Diabetes
and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK) tahun 2014 menyatakan bahwa
autoimun menyebabkan infiltrasi limfositik dan kehancuran islet pankreas.
Kehancuran memakan waktu tetapi timbulnya penyakit ini cepat dan dapat
terjadi selama beberapa hari sampai minggu. Akhirnya, insulin yang dibutuhkan
tubuh tidak dapat terpenuhi karena adanya kekurangan sel beta pankreas yang
berfungsi memproduksi insulin. Oleh karena itu, diabetes tipe 1 membutuhkan
terapi insulin, dan tidak akan merespon insulin yang menggunakan obat oral.
2. Patofisiologi diabetes mellitus tipe 2
Kondisi ini disebabkan oleh kekurangan insulin namun tidak mutlak. Ini
berarti bahwa tubuh tidak mampu memproduksi insulin yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan yang ditandai dengan kurangnya sel beta atau defisiensi
insulin resistensi insulin perifer (ADA, 2014). Resistensi insulin perifer berarti
terjadi kerusakan pada reseptor-reseptor insulin sehingga menyebabkan insulin
menjadi kurang efektif mengantar pesan-pesan biokimia menuju sel-sel (CDA,
2013). Dalam kebanyakan kasus diabetes tipe 2 ini, ketika obat oral gagal untuk
merangsang pelepasan insulin yang memadai, maka pemberian obat melalui
suntikan dapat menjadi alternatif.
3. Patofisiologi diabetes gestasional
Gestational diabetes terjadi ketika ada hormon antagonis insulin yang
berlebihan saat kehamilan. Hal ini menyebabkan keadaan resistensi insulin dan
glukosa tinggi pada ibu yang terkait dengan kemungkinan adanya reseptor
insulin yang rusak (NIDDK, 2014 dan ADA, 2014).
2.4 Manifestasi Klinis
Beberapa gejala umum yang dapat ditimbulkan oleh penyakit DM diantaranya
1) pengeluaran urin (Poliuria)
Poliuria adalah keadaan dimana volume air kemih dalam 24 jam meningkat
melebihi batas normal. Poliuria timbul sebagai gejala DM dikarenakan kadar
gula dalam tubuh relatif tinggi sehingga tubuh tidak sanggup untuk mengurainya
dan berusaha untuk mengeluarkannya melalui urin. Gejala pengeluaran urin ini
lebih sering terjadi pada malam hari dan urin yang dikeluarkan mengandung
glukosa (PERKENI, 2011).
2) Timbul rasa haus (Polidipsia)
Poidipsia adalah rasa haus berlebihan yang timbul karena kadar glukosa terbawa
oleh urin sehingga tubuh merespon untuk meningkatkan asupan cairan (Subekti,
2009).
3) Timbul rasa lapar (Polifagia)
Pasien DM akan merasa cepat lapar dan lemas, hal tersebut disebabkan karena
glukosa dalam tubuh semakin habis sedangkan kadar glukosa dalam darah cukup
tinggi (PERKENI, 2011).
4) Peyusutan berat badan
Penyusutan berat badan pada pasien DM disebabkan karena tubuh terpaksa
mengambil dan membakar lemak sebagai cadangan energi (Subekti, 2009).

2.5 Komplikasi
1. Komplikasi Diabetes Mellitus akut
a) Diabetes Ketoasidosis
Adalah komplikasi akut dan berbahaya dengan tingkat insulin rendah
menyebabkan hati menggunakan lemak sebagai sumber energi. Hal tersebut
normal jika terjadi secara periodik namun akan menjadi masalah serius jika
dipertahankan. Penderita DKA biasanya mengalami dehidrasi serta
pernapasan cepat dan dalam (Hasdianah, 2012).
b) Hiperglikemia
Adalah air dalam cairan sel ditarik keluar dari sel-sel masuk kedalam darah
dan ginjal, kemudian membantu membuang glukosa ke dalam urine. Jika
cairan dalam sel yang keluar tidak diganti maka akan muncul efek osmotic
karena kadar glukosa tinggi dan hilangnya air yang kemudian akan
mengarak kepada dehidrasi. Kondisi elektrolit yang tidak seimbang juga
mengganggu dan berbahaya (Hasdianah, 2012).
c) Hipoglikemia
Atau kondisi tidak normal akibat glukosa darah yang rendah. Penderita akan
mengalami perasaan gelisah, berkeringat, lemah, dan mengalami semacam
rasa takut dan bergerak panik. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor, seperti
terlalu banyak atau salah 14 penggunaan insulin, terlalu banyak atau salah
waktu olahraga, dan tidak cukup asupan makanan (Hasdianah, 2012).
2. Komplikasi Kronik
a) Makroangiopati
Peningkatan kadar glukosa secara kronis dalam darah menyebabkan
kerusakan pembuluh darah. Sel endotel yang melapisi pembuluh darah
mengambil glukosa lebih dari biasanya karena sel-sel tersebut tidak
tergantung pada insulin. Sel-sel tersebut kemudian membentuk permukaan
glikoprotein lebih dari biasanya sehingga menyebabkan membran basal
tumbuh lebih tebal dan lebih lemah.
b) Mikroangiopati
Perubahan-perubahan mikrovaskuler yang ditandai dengan penebalan dan
kerusakan membran diantara jaringan dan pembuluh darah sekitar. Terjadi
pada penderita DMTI/IDDM yang terjadi neuropati, nefropati, dan
retinopati. Nefropati terjadi karena perubahan mikrovaskuler pada struktur
dan fungsi ginjal yang menyebabkan komplikasi pada pelvis ginjal.
Retinopati yaitu perubahan dalam retina karena penurunan protein dalam
retina. Hal ini mengakibatkan gangguan dalam penglihatan. Retinopati
dibagi menjadi 2 tipe yaitu :
1) Retinopati back ground yaitu mikroneuronisma di dalam pembuluh
retina menyebabkan pembentukan eksudat keras.
2) Retinopati proliferatif yaitu perkembangan lanjut dari retinopati
back ground yang terjadi pembentukan pembuluh darah baru 15 pada
retina akan menyebabkan pembuluh darah menciut dan tarikan pada
retina serta pendarahan di rongga vitreum. Juga mengalami
pembentukan katarak yang disebabkan hiperglikemia berkepanjangan.
3) Neuropati diabetika yaitu akumulasi orbital dalam jaringan dan
perubahan metabolik mengakibatkan penurunan fungsi sensorik dan
motorik saraf yang menyebabkan penurunan persepsi nyeri.
4) Kaki diabetik perubahan mikroangiopati, mikroangiopati dan neuropati
menyebabkan perubahan pada ekstermitas bawah. Komplikasinya
dapat terjadi gangguan sirkulasi, terjadi infeksi,
gangrene, penurunan sensasi, dan hilangnya fungsi saraf sensorik.
(Sukarmin &Riyadi, 2013)

2.6 Data Penunjang

2.7 PENATALAKSANAAN MEDIS


1. Edukasi
Pemberian informasi tentang gaya hidup yang perlu diperbaiki secara khusus
memperbaiku pola makan, pola latihan fisik, serta rutin untuk melakukan
pemeriksaan gula darah. Informasi yang cukup dapat memperbaiki pengetahuan
serta sikap bagi penderita diabetes mellitus.
2. Terapi Gizi
Pada penderita Diabetes Mellitus prinsip pengaturan zat gizi bertujuan untuk
mempertahankan atau mencapai berat badan yang ideal, mempertahankan kadar
glukosa dalam darah mendekati normal, mencegah komplikasi akut dan kronik
serta meningkatkan kualitas hidup diarahkan pada gizi seimbang dengan cara
melakukan diet.
3. Latihan Fisik
Dalam penatalaksannan diabetes, latihan fisik atau olahraga sangatlah penting
bagi penderita Diabetes Mellitus karena efeknya dapat menurunkan kadar gula
darah dan mengurangi faktor resiko kardio vaskuler.
4. Farmakoterapi
Penggunaan obat-obatan merupakan upaya terakhir setelah beberapa upaya yang
telah dilakukan tidak berhasil, sehingga penggunaan obatobatan dapat membantu
menyeimbangkan kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus.
a) Obat
Obat-obatan Hipoglikemik Oral (OHO)
 Golongan Sulfoniluria
Cara kerja golongan ini adalah merangsang sel beta pankreas untuk
mengeluarkan insulin, jadi golongan sulfonuria hanya bekerja bila sel-sel beta
utuh, menghalangi pengikatan insulin, mempertinggi kepekaan jaringan
terhadap insulin dan menekan pengeluaran glukagon.
 Golongan Biguanid
Cara kerja golongan ini tidak merangsang sekresi insulin. Golongan biguanid
dapat menurunkan kadar gula darah menjadi normal dan istimewanya tidak
pernah menyebabkan hipoglikemi.
 Alfa Glukosidase Inhibitor
Obat ini berguna menghambat kerja insulin alfa glucosidase didalam saluran
cerna sehingga dapat menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan
hiperglikemia post prandial. Obat ini bekerja di lumen usus dan tidak
menyebabkan hipoglikemi serta tidak berpengaruh pada kadar insulin.
 Insulin Sensitizing Agent
Efek farmakologi pada obat ini meningkatkan sensitifitas berbagai masalah
akibat resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia.
b) Insulin
Dari sekian banyak jenis insulin menurut cara kerjanya yaitu; yang bekerja
cepat (Reguler Insulin) dengan masa kerja 2-4 jam; yang kerjanya sedang
(NPN) dengan masa kerja 6-12 jam; yang kerjanya lambat (Protamme Zinc
Insulin) masa kerjanya 12-24 jam.
5. Mengontrol Gula Darah
Bagi penderita Diabetes Mellitus mengontrol gula darah sebaiknya dilakukan
secara rutin agar dapat memantau kondisi kesehatan saat menjalankan diet
maupun tidak. Dengan mengontrol gula darah secara rutin, penderita dapat
memahami kondisi tubuhnya mengalami hiperglikemi atau hipoglikemi. (Tandra,
2013)

2.8 Pengkajian Keperawatan


Pengumpulan data meliputi :
1. Biodata
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan dan
pekerjaan. Penyakit Diabetes Mellitus sering muncul setelah seseorang
memasuki usia 45 tahun terlebih pada orang dengan berat badan berlebih
(Sukarmin &Riyadi , 2013).
2. Riwayat kesehatan
Keluhan utama : Keluhan utama yang biasanya dirasakan oleh klien diabetes
mellitus yaitu badan terasa sangat lemas sekali disertai dengan penglihatan
kabur, sering kencing (Poliuria), banyak makan (Polifagia), banyak minum
(Polidipsi) (Riyadi dan Sukarmin, 2013).
3. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan dominan yang dialami klien adalah munculnya gejala sering buang air
kecil (poliuria), sering merasa lapar dan haus (polifagi dan polidipsi), luka sulit
untuk sembuh, rasa kesemutan pada kaki, penglihatan semakin kabur,cepat
merasa mengantuk dan mudah lelah, serta sebelumya klien mempunyai berat
badan berlebih (Riyadi dan Sukarmin, 2013).
4. Riwayat penyakit dahulu
Menurut Riyadi dan Sukarmin (2013) penyakit Diabetes Mellitus klien pernah
mengalami kondisi suatu penyakit dan mengkonsumsi obatobatan atau zat
kimia tertentu. Penyakit yang dapat menjadi pemicu timbulnya Diabetes
Mellitus dan perlu dilakukan pengkajian diantaranya:
a) Penyakit pankreas
b) Gangguan penerimaan insulin
c) Gangguan hormonal
d) Pemberian obat-obatan seperti :
- Furosemid (diuretik)
- Thiazid(diuretik) (Riyadi dan Sukarmin, 2013)
5. Riwayat penyakit keluarga
Diabetes Mellitus dapat berpotensi pada keturunan keluarga, karena kelainan
gen yang dapat mengakibatkan tubuhnya tidak dapat menghasilkan insulin
dengan baik (Riyadi dan Sukarmin, 2013).
6. Riwayat kehamilan
Pada umumnya Diabetes Mellitus dapat terjadi pada masa kehamilan, yang
terjadi hanyalah pada saat hamil saja dan biasanya tidak dialami setelah masa
kehamilan serta diperhatikan pula kemungkinan mengalami penyakit Diabetes
Mellitus yang sesungguhnya dikemudian hari (Riyadi dan Sukarmin, 2013).
7. Riwayat psikososial
Diabetes Mellitus dapat terjadi jika klien pernah mengalami atau sedang
mengalami stress baik secara fisik maupun emosional (yang dapat
meningkatkan kadar hormon stress seperti kortisol, epinefrin, dan glukagon)
yang dapat menyebabkan kadar gula darah meningkat (Susilowati, 2014).
8. Pola fungsi kesehatan
a) Pola metabolik nutrisi
Penderita Diabetes Mellitus selalu ingin makan tetapi berat badan semakin
turun, cenderung mengkonsumsi glukosa berlebih dengan jam dan porsi
yang tidak teratur, karena glukosa yang ada tidak dapat ditarik kedalam sel
sehingga terjadi penurunan masa sel. Pada pengkajian intake cairan yang
terkaji sebanyak 2500 – 4000 cc per hari dan cenderung manis (Susilowati,
2014).
b) Pola eliminasi
Data eliminasi buang air besar pada klien Diabetes Millitus tidak ada
perubahan yang mencolok. Frekuensinya satu hingga dua kali perhari
dengan warna kekuningan, sedangkan pada eliminasi buang air kecil.
Jumlah urin yang banyak akan dijumpai baik secara frekuensi maupun
volume ( pada frekuensi biasanya lebih dari 10 x perhari, sedangkan
volumenya mencapai 2500 – 3000 cc perhari). Untuk warna tidak ada
perubahan sedangkan bau ada unsur aroma gula (Susilowati, 2014).
c) Pola aktivitas
Penderita Diabetes Mellitus mengalami penurunan gerak karena kelemahan
fisik, kram otot, penurunan tonus otot gangguan istirahat dan tidur,
takikardi atau takipnea pada saat melakukan aktivitas hingga terjadi koma.
Adanya luka gangren dan kelemahan otot-otot bagian tungkai bawah pada
penderita Diabetes Mellitus akan mengalami ketidakmampuan dalam
melakukan aktivitas sehari-hari secara maksimal serta mudah mengalami
kelelahan. Penderita Diabetes Mellitus mudah jatuh karena penurunan
glukosa pada otak akan berakibat penurunan kerja pusat keseimbangan
(diserebrum/otak kecil) (Susilowati, 2014).
d) Pola tidur dan istirahat
Pada penderita Diabetes Mellitus mengalami gejala sering kencing pada
malam hari (Poliuria) yang mengakibatkan pola tidur dan waktu tidur
penderita mengalami perubahan (Susilowati, 2014).
e) Pola konsep diri
Mengalami penurunan harga diri karena perubahan penampilan, perubahan
identitas diri akibat tidak bekerja, perubahan gambaran diri karena
mengalami perubahan fungsi dan struktur tubuh, lamanya perawatan,
banyaknya biaya perawatan serta pengobatan menyebabkan klien
mengalami gangguan peran pada keluarga serta kecemasan (Susilowati,
2014).
f) Aktualisasi diri
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan puncak pada hirarki kebutuhan
Maslow, jika klien sudah mengalami penurunan harga diri maka klien sulit
untuk melakukan aktivitas di rumah sakit enggan mandiri, tampak tak
bergairah, dan bingung (Susilowati, 2014).
g) Pola nilai keyakinan
Nilai keyakinan mungkin meningkat seiring dengan kebutuhan
mendapatkan sumber kesembuhan dari Tuhan (Susilowati, 2014).
9. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum : Cukup
b) Tingkat kesadaran kesehatan
Kesadaran composmentis, latergi, strupor, koma, apatis tergantung kadar
gula yang tidak stabil dan kondisi fisiologi untuk melakukan konpensasi
kelebihan gula darah.
c) Tanda tanda vital
- Frekuensi nadi dan tekanan darah : takikardi dan hipertensi dapat
terjadi pada penderita Diabetes Mellitus karena glukosa dalam darah
yang meningkat dapat menyebabkan darah menjadi kental.
- Frekuensi pernafasan: Takipnea (pada kondisi ketoasidosis)
- Suhu tubuh
Hipertemi ditemukan pada klien Diabetes Mellitus yang mengalami
komplikasi infeksi pada luka atau pada jaringan lain. Sedangkan
hipotermi terjadi pada penderita yang tidak mengalami infeksi atau
penurunan metabolik akibat penurunan masukan nutrisi secara drastis.
d) Berat badan dan tinggi badan
Kurus ramping pada Diabetes Mellitus fase lanjutan dan lama tidak
melakukan terapi. Sedangkan pada penderita Diabetes Mellitus gemuk
padat atau gendut merupakan fase awal penyakit atau penderita lanjutan
dengan pengobatan yang rutin dan pola makan yang masih belum
terkontrol
e) Kulit
Pemeriksaan ini untuk menilai warna, kelembapan kulit, suhu, serta
turgor kulit. Pada klien yang menderita Diabetes Mellitus biasanya
ditemukan:
- Warna : kaji adanya warna kemerahan hingga kehitaman pada luka.
Akan tampak warna kehitaman disekitar luka. Daerah yang seringkali
terkena adalah ekstermitas bawah
- Kelembapan kulit : lembab pada penderita yang tidak memiliki
diuresis osmosis dan tidak mengalami dehidrasi. Kering pada klien
yang mengalami diuresis, osmosis dan dehidrasi.
- Suhu : klien yang mengalami hipertermi biasanya mengalami infeksi.
- Turgor : menurun pada saat dehidrasi
f) Kuku
Warna : pucat, sianosis terjadi karena penurunan perfusi pada kondisi
ketoasidosis atau komplikasi saluran pernafasan
g) Kepala
 Inspeksi : Kaji bentuk kepala warna rambut jika hitam kemerahan
menandakan nutrisi kurang, tekstur halus atau kasar penyebaran jarang
atau merata, kwantitas tipis atau tebal pada kulit kepala terdapat
benjolan atau lesi antara lain : kista pilar dan psoriasis yang rentan
terjadi pada penderita DM karena penurunan antibody. Amati bentuk
wajah apakah simetris serta ekspresi wajah seperti paralisis wajah.
 Palpasi : raba adanya massa dan atau nyeri tekan
h) Mata
 Inspeksi : pada klien dengan DM terdapat katarak karena kadar gula
dalam cairan lensa mata naik. Konjungtiva anemis pada penderita yang
kurang tidur karena banyak kencing pada malam hari. Kesimetrisan
pada mata. penglihatan yang kabur dan ganda serta lensa yang keruh
serta kesimetrisan bola mata.
 Palpasi : saat dipalpasi bola mata teraba kenyal, tidak teraba nyeri
tekan.
i) Hidung
 Inspeksi : Pengkajian daerah hidung dan fungsi sistem penciuman,
septum nasi tepat di tengah, kebersihan lubang hidung, jalan nafas/
adanya sumbatan pada hidung seperti polip, peradangan, adanya sekret
atau darah yang keluar, kesulitan bernafas atau adanya kelainan bentuk
dan kelainan lain
 Palpasi : ada tidaknya nyeri tekan pada sinus
j) Telinga
 Inspeksi Pengkajian pada daerah telinga serta sistem fungsi
pendengaran, keadaan umum telinga gangguan saat mendengar,
pengguanaan alat bantu dengar, adanya kelainan bentuk dan kelainan
lain, kebersihan telinga, kesimetrisan telinga kanan dan kiri.
 Palpasi : ada tidaknya nyeri tekan pada daerah tragus
k) Mulut dan gigi
 Inspeksi : Adanya peradangan pada mulut (mukosa mulut, gusi, uvula
dan tonsil), adanya karies gigi, terdapat stomatitis, air liur menjadi
lebih kental, gigi mudah goyang, serta gusi mudah bengkak dan
berdarah. Adakah bau nafas seperti bau buah yang merupakan
terjadinya ketoasidosis diabetik pada penderita DM serta mudah sekali
terjadi infeksi.
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan (Rohman, 2010)
l) Leher
 Inspeksi : pembesaran pada leher , pembesaran kelenjar limfa leher
dapat muncul jika ada pembesaran kelenjar sistemik, persebaran kulit.
 Palpasi : ada tidaknya pembendungan vena jugularis (Susilowati,
2014)
m) Thorax
 Inspeksi : persebaran warna kulit, ada tidaknya bekas luka, ada
tidaknya sesak nafas, batuk, nyeri dada, pergerakan dinding dada
 Palpasi : kesimetrisan dada, taktil fremitus
 Perkusi : semua lapang paru terdengar resonan, tidak ada penumpukan
sekret, cairan atau darah
 Auskultasi : ada atau tidaknya suara nafas tambahan seperti ronchi dan
whezzing di semua lapang paru (Mulyati, 2014)
n) Pemeriksaan jantung
 Inspeksi : tampak atau tidaknya iktus kordis pada permukaan dinding
dada di ICS 5 midklavikula sinistra
 Palpasi : teraba atau tidaknya iktus kordis di ICS 5 midklavikula
sinistra.
 Perkusi : pada ICS 3 hingga ICS 5 terdengar pekak,
 Auskultasi : bunyi jantung S1 dan S2 terdengar tunggal, tidak ada
suara jantung tambahan (Muttaqin, 2012).
o) Pemeriksaan abdomen
 Inspeksi : warna kulit merata, ada atau tidaknya lesi, bentuk abdomen
apakah datar, cembung, atau cekung. Kaji adanya mual atau muntah
disebabkan karena kadar kalium yang menurun akibat polyuria,
pankreastitis, kehilangan nafsu makan. Terjadi peningkatan rasa lapar
dan haus pada individu yang mengalami ketoasidosis
 Auskultasi : bising usus terdengar 5-30 x/menit
 Palpasi : ada massa pada abdomen, kaji ada tidaknya pembesaran
hepar, kaji ada tidaknya asites, ada atau tidaknya nyeri tekan pada
daerah ulu hati (epigastrium) atau pada 9 regio
 Perkusi : Bunyi timpani, hipertimpani untuk perut kembung, pekak
untuk jaringan padat
p) Genetalia dan reproduksi
 Inspeksi : Klien yang mengalami DM biasanya pada saat berkemih
terasa panas dan sakit, terdapat keputihan pada daerah genetalia, ada
atau tidaknya tanda-tanda peradangan pada genetalia.
q) Ekstremitas
 Inspeksi : kaji persebaran warna kulit, kaji turgor kulit, akral hangat,
sianosis, persendian dan jaringan sekitar saat memeriksa kondisi
tubuh. Amati kemudahan dan rentan gesekan kondisi sekitar. Klien
akan merasakan cepat lelah, lemah dan nyeri, serta adanya gangrene di
ekstermitas, amati warna dan kedalaman pada bekas luka di
ekstermitas, serta rasa kesemutan atau kebas pada ekstermitas
merupakan tanda dan gejala penderita DM.
 Palpasi : kaji kekuatan otot, ada tidaknya pitting edema (Sudarta, 2012)

2.9 Diagnosa Keperawatan


BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 PENGKAJIAN
A. BIODATA
1. Data Umum Klien
Nama : Ny. C
Umur : 54 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No Register : 176.365
Diagnosa Medis : Diabetes Melitus Tipe 2
Tanggal Masuk : 04 November 2021
Tanggal Pengkajian : 06 November 2021
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. R
Umur : 30 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hubungan dengan pasien : Anak
Alamat : Marga Mulia

B. Keluhan Utama/Alasan Masuk


Klien diantar oleh keluarga ke Rumah Sakit MA Sentot pada tanggal 04
November 2021 dengan keluhan badan terasa lemas, gula darah tinggi,
sering kencing pada malam hari.
C. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 06 November 2021 klien
mengatakan badan terasa lemas dan letih, sering kencing, sering merasa
haus, klien mangatakan gula darah tinggi saat masuk rumah sakit yaitu 304
Klien mengatakan susah saat beraktifitas karena lemas.
D. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan sebelumnya tidak pernah dirawat, namun klien
mengatakan 2 tahun yang lalu klien sakit asam lambung.
E. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan anggota keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
diabetes.
F. Data Psikososial & Spiritual
1. Persepsi Diri
Klien mengatakan cemas dengan peenyakit nya sekarang, umur nya
semakin tua dan takut penyakitnya semakin parah.
2. Hubungan Komunikasi
Hubungan komunikasi dengan keluarga berjalan baik.
3. Kebiasaan Seksual
Tidak terkaji
4. Spiritual
Klien mengatakan percaya kepada Allah SWT bahwa penyakit ini
adalah ujian. Klien mengatakan sebelum sakit klien menjalankan
kewajiban sholat 5 waktu tetapi setelah masuk rumah sakit klien tidak
melakukan sholat 5 waktu, karena sulit untuk beraktifitas dan terasa
lemas.
G. Aktivitas Kehidupan Sehari-hari
No ADL Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Nutrisi (Makan & H. Pem
Minum) eriks
a. Makan aan
- Menu Makanan bersantan Diet BB fisik
- Porsi Habis 1 mangkok Habis 1/4 porsi

- Pantangan Tidak ada Jangan makan-


makanan
berkarbohidrat
tinggi

b. Minum
7-8 gelas 4-5 gelas
- Jumlah
Tidak ada Tidak boleh
- Pantangan
minum-minuman
yang tinggi gula

2. Eliminasi
a. BAB
- Frekuensi 2-3x sehari 1x sehari

- Konsistensi Lembek Lembek

b. BAK
- Frekuensi 3-4x sehari 6-7x sehari

- Konsistensi Cair Cair

3. Istirahat & Tidur


a. Waktu tidur Malam Siang dan malam
b. Lama tidur 8 jam 1-2 dan 4-5 jam
c. Kesulitan tidur Tidak ada Tidak nyaman
4. Personal hygine
a. Mandi 2x sehari Belum pernah
b. Cuci rambut 3x seminggu Belum pernah
c. Gosok gigi 2x sehari 1x sehari
d. Gunting kuku 1x seminggu belum

a. Penampilan Umum : lemas dan letih


b. Kesadaran : Compos mentis, 15. E4, V6, M5.
c. Tanda-Tanda Vita l : 120/80 mmHg, Nadi 90x/menit, RR
24x/menit, Suhu 36,2 °C
d. Kepala & Wajah : Bentuk kepala bulat, rambut tercium bau
dan agak kotor, rambut berwarna hitam
e. Mata : Simestris, penglihatan sedikit
kabur/buram, pupil isokor
f. Telinga : Simetris, tidak ada serumen
g. Hidung : Simetris, bersih dari sinus atau tidak ada
lendir
h. Mulut : Sedikit kotor dan bau, bibir pucat
i. Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid
j. Dada : Tampak simetris antara kanan dan kiri
k. Jantung & Paru : Tidak ada kelainan
l. Abdomen : Bersih tidak ada luka, tidak ada nyeri
tekan, bising usus normal
m. Ekstremitas : Anggota gerak lengkap, terpasang infus
pada tangan kanan
n. Punggung : Tidak ada masalah
o. Rektum & Genetalia : Tidak terkaji

I. Pemeriksaan Penunjang (04 November 2021)


No Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
1. 04/11/2021 GDS 347,5 74-180
2. 04/11/2021 Ureum 96 13-43
3. 04/11/2021 Kreatinin 1,55 0,6-1,2

J. Terapi & Penatalaksanaan Medis


No Nama Obat Rute Dosis Indikasi
1. Ranitidine IV 2x1
2. Ondansentron IV 2x400 mg
3. Apidra (Sleding) IM 8 jam
4. NaCL Infus 20 pm

3.2 ANALISA DATA


No Data Etiologi Masalah
1. DS : Ketidakstabilan Resistensi insulin
- Klien mengatakan badan kadar glukosa
terasa lemas darah
- Klien mengatakan sering
merasa haus
- Klien mengatakan sering
kencing

DO :
- Klien tampak lelah
- Klien tampak sering
kencing
- Klien tampak sering
minum
- Gula darah 347
2. DS : Intoleransi Kelemahan
- Klien mengatakan susah aktifitas
saat beraktifitas karena
lemas

DO :
- Klien tampak lemah
- Keadaan compos mentis
- TD 120/80 mmhg
- Nadi 90x/menit
- RR 24x/menit
- Suhu 36,2°C

3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi insulin
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan

3.4 RENCANA KEPERAWATAN (NCP)


No Perencanaan
Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Ketidakstabilan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi 1. Untuk
kadar glukosa keperawatan selama 3x24 kemungkinan mengetahui
darah jam, diharapkan masalah penebab penyebab
berhubungan teratasi dengan kriteria hasil hiperglikemia hiperglikemia
dengan : 2. Indetifikasi 2. Untuk
resistensi Indikator Saa Target monitor mengetahui
insulin t Ini kadar kadar glukosa
Lelah/lesu 2 4 glukosa darah
Kadar 2 4 darah 3. Untuk
glukosa 3. Monitor mengetahui
dalam tanda dan tanda dan
darah gejala gejala
Rasa haus 2 4 hiperglikemia hiperglikemia
4. Anjurkan 4. Untuk
monitor mengetahui
kadar kadar glukosa
glukosa darah secara
darah secara mandiri
mandiri 5. Untuk
5. Anjurkan menurunkan
kepatuhan kadar glukosa
terhadap diit darah
dan olahraga 6. Untuk
6. Kolaborasi menurunkan
pemberian kadar glukosa
insulin darah
2. Intoleransi Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor 1. Untuk
aktifitas keperawatan selama 3x24 kelelahan mengetahui
berhubungan jam, diharapkan masalah fisik dan penyebab
dengan teratasi dengan kriteria hasil emosional kelelahan
kelemahan : 2. Monitor pola 2. Untuk
Indikator Saat Target dan jam tidur mengetahui
Ini 3. Anjurkan pola jam tidur
Kemu 2 4 melakukan 3. Untuk
aktifitas mengetahui
dahan secara sampai mana
dalam bertahap kemampuan
melakuka 4. Ajarkan klien dalam
n aktifitas strategi beraktifitas
sehari-hari koping untuk 4. Untuk
Keluhan 2 4 mengurangi mengetahui
lelah kelelahan pola koping
5. Kolaborasi klien dalam
dengan ahli mengurangi
gizi tentang kelelahan
cara 5. Untuk
meningkatkan mengembalika
asupan n asupan
makanan makan

3.5 IMPLEMENTASI (MINIMAL 3 HARI)


No Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1. 06/11/202 Ketidakstabilan 1. Mengidentifikasi S:
1 kadar glukosa kemungkinan - Klien mengatakan
darah penebab lemas
berhubungan hiperglikemia - Klien mengatakan
dengan 2. Mengindetifikasi sering haus
resistensi monitor kadar - Klien mengatakan
insulin glukosa darah tidak bisa mengontrol
3. Monitoring tanda pola makan
dan gejala - Klien mengatakan
hiperglikemia sering kencing
4. Menganjurkan
monitor kadar O :
glukosa darah - Klien tampak lelah
secara mandiri - Klien tampak
5. Menganjurkan berbaring
kepatuhan - Glukosa darah 347
terhadap diit dan - Klien tampak sering
olahraga minum
6. Berkolaborasi - Klien tampak sering
pemberian insulin makan
- Klien tampak sering
kencing

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

2. 06/11/202 Intoleransi 1. Monitoring S:


1 aktifitas kelelahan fisik - Klien mengatakan
berhubungan dan emosional sulit untuk beraktifitas
dengan 2. Monitoring pola - Klien mengatakan
kelemahan dan jam tidur tidak bisa beraktifitas
3. Menganjurkan sendiri
melakukan
aktifitas secara O :
bertahap - Saat beraktifitas
4. Mengajarkan tampak dibantu
strategi koping keluarga
untuk mengurangi - Saat duduk dibantu
kelelahan keluarga
5. Berkolaborasi
dengan ahli gizi A : Masalah belum teratasi
tentang cara
P : Intervensi dilanjutkan

3. 07/11/202 Ketidakstabilan 1. Mengidentifikasi S:


1 kadar glukosa kemungkinan - Klien mengatakan
darah penebab masih lemas
berhubungan hiperglikemia - Klien mengatakan
dengan 2. Mengindetifikasi masih sering ingin
resistensi monitor kadar minum terus
insulin glukosa darah - Klien mengatakan
3. Monitoring tanda sedikit-sedikit sudah
dan gejala bisa mengontrol pola
hiperglikemia makan
4. Menganjurkan - Klien mengatakan
monitor kadar sudah berkurang rasa
glukosa darah ingin kencing
secara mandiri
5. Menganjurkan O:
kepatuhan - Klien masih tampak
terhadap diit dan lelah
olahraga - Glukosa darah 274
6. Berkolaborasi - Klien tampak masih
pemberian insulin sering minum
- Klien tampak bisa
mengontrol makanan
- Klien tampak sering
kencing

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

4. 07/11/202 Intoleransi 1. Monitoring S:


1 aktifitas kelelahan fisik - Klien mengatakan
berhubungan dan emosional sudah bisa beraktifitas
dengan 2. Monitoring pola sedikit-sedikit seperti
kelemahan dan jam tidur duduk
3. Menganjurkan - Klien mengatakan
melakukan kalau berjalan jauh
aktifitas secara dan ke kamar mandi
bertahap masih harus dibantu
4. Mengajarkan keluarga
strategi koping
untuk mengurangi O :
kelelahan - Aktifitas sebagian
5. Berkolaborasi tampak masih dibantu
dengan ahli gizi keluarga
tentang cara - Aktifitas tampak
terbatas
- Saat duduk klien
sudah bisa sendiri
dengan pelan-pelan

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

5. 08/11/202 Ketidakstabilan 1. Mengidentifikasi S:


1 kadar glukosa kemungkinan - Klien mengatakan
darah penebab sudah tidak lemas lagi
berhubungan hiperglikemia - Klien mengatakan
dengan 2. Mengindetifikasi sekarang sudah bisa
resistensi monitor kadar mengontrol pola
insulin glukosa darah makan
3. Monitoring tanda - Klien mengatakan
dan gejala rasa ingin kencing
hiperglikemia sudah berkurang
4. Menganjurkan dengan frekuensi
monitor kadar 4xsehari
glukosa darah
secara mandiri O:
5. Menganjurkan - Klien tampak terlihat
kepatuhan tenang
terhadap diit dan - Glukosa darah 186
olahraga - Klien tampak bisa
6. Berkolaborasi mengontrol makan
pemberian insulin - Rasa ingin kencing
tampak berkurang

A : Masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan

6. 08/11/202 Intoleransi 1. Monitoring S:


1 aktifitas kelelahan fisik - Klien mengatakan
berhubungan dan emosional sudah bisa beraktifitas
dengan 2. Monitoring pola sendiri seperti makan,
kelemahan dan jam tidur duduk di tempat tidur
3. Menganjurkan dan berdiri di samping
melakukan tempat tidur
aktifitas secara
bertahap O:
4. Mengajarkan - Aktifitas klien tampak
strategi koping sudah bisa sendiri
untuk mengurangi - Klien tampak duduk
kelelahan dengan tenang
5. Berkolaborasi
dengan ahli gizi A : Masalah teratasi
tentang cara
P : Intervensi dihentikan

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 ANALISA KASUS


4.2 DATA KESENJANGAN
4.3 ANALISIS JURNAL
4.4 PROYEK INOVASI
BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
5.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Ash M. Bryer. 2012. 100 Tanya-Jawab Mengenai Diabetes. Jakarta:PT Indeks.


Fatimah, & Noor, R. 2015. DiabetesMellitusTipe II. Jurnal Kesehatan, 4(5), 93 – 100.
Ginting, M. 2014. Patofisiologi Buku Ajar Ilustrasi. Tangerang Selatan: Binarupa
Aksara
Kementrian Kesehatan. 2014. Data Prevalensi Penderita Diabetes Melitus di Jawa
Timur. Jakarta
Lailatul, L. N,. 2017. Hubungan Durasi Penyakit & Kadar Gula Darah Dengan
Keluhan Subjektif Penderita Diabetes Mellitus.Jurnal Berkala Epidemiologi, 5(2),
232 – 238.
Muttaqin, Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Endokrin, Jakarta: Salemba Medika
Nikmatur, Rohmah dan Walid, Siful. 2017. Proses Keperawatan Teori Dan Aplikasi.
Jakarta: Ar Ruzz Media
PERKENI. 2015. Data Prevalensi Penderita Diabetes di Indonesia, (online).
(http://sehat_link/data-prevalensi-penderita-diabetes-di-indonesia.info,
diakses tanggal 29 Juli 2018 pukul 19.30 WIB) Peter C. Kurniali. 2013. Hidup
Bersama Diabetes. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Pieter, H.Z dan Lubis, N.L. 2013. Pengantar Psikologi Untuk Kebidanan. Jakarta :
Kencana Prenada Media Group
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik. (Edisi 1). Jakarta: DPPPPNI.
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan. (Edisi 1). Jakarta: DPPPPNI.
Pudiastuti, R. Dewi. 2013. Penyakit-Penyakit Mematikan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Riset Kesehatan Dasar. 2018. Hasil Laporan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018.
Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Riyadi, S., dan Sukarmin. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Eksokrin & Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rohman M.S., 2010 Patogenesis dan Terapi Sindroma Metabolik. J Kardiol.Ind.28 :
160 – 168
Setiadi. 2012. Konsep & Penulisan Dokumentasi Keperawatan. Graha Ilmu:
Yogyakarta.
Stuart, G.W & Laraia, M.T (Eds.) (2015). Principles and practice of Psychiatric
nursing. (8 th Ed ).St.Louis: Mosby.Inc
Susilowati, Martina. 2014. Patofisiologi Buku Ajar Ilustrasi. Tangerang Selatan:
Binarupa Aksara.
Sutanto. 2010. Cekal (Cegah dan Tangkal) Penyakit Modern (Hipertensi, Stroke,
Jantung, Kolesterol dan Diabetes). Yogyakarta: ANDI
Widharto. 2012. Kencing Manis (Diabetes). Jakarta: PT Sunda Kelapa Pustaka.
Wijaya, Andra S., Putri, Yessie M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2
(Keperawatan Dewasa). Yogyakarta: Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai