Laporan Pendahuluan Ileus Obstruksi Pada Pasien TN

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

MASALAH KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN PADA


TN M DENGAN DIAGNOSA ILEUS OBSTRUKSI DI RUANG KENANGAN 13
RSUD HJ. ANNA LASMANAH BANJARNEGARA

DISUSUN OLEH :

TITAH PUTRI KINANTI

1440120051

PRODI D-III KEPERAWATAN

POLITEKNIK YAKPERMAS BANYUMAS

TAHUN AJARAN 2021/2022


LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1


MASALAH KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN PADA
TN M DENGAN DIAGNOSA ILEUS OBSTRUKSI DI RUANG KENANGAN 13
RSUD HJ. ANNA LASMANAH BANJARNEGARA

(Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Praktek Klinik Keperawatan Medikal Bedah 1

Prodi D-III Keperawatan Politeknik Yakpermas Banyumas)

DISAHKAN OLEH

Pembimbing Akademik Clinical Instruktur

Ns. Fida Dyah Puspasari, M.Kep Rokhayah S.kep, Ns

Mengetahui,

Kepala Ruang Kenanga

RSUD HJ. Anna Lasmanah Banjarnegara

Sukamto, S.Kep, Ns
A. Konsep Dasar

1. Pengertian
Ileus atau obstruksi usus adalah suatu gangguan (apapun penyebabnya)
aliran normal isi usus sepanjang saluran isi usus. Obstruksi usus dapat akut
dengan kronik, partial atau total.Intestinal obstruction terjadi ketika isi usus
tidak dapat melewati saluran gastrointestinal (Nurarif& Kusuma, 2015).
Ileus adalah gangguan/hambatan pasase isi usus yang merupakan tanda
adanya obstruksi usus akut yang segera membutuhkan pertolongan atau
tindakan (Indrayani, 2013).
Obstruksi usus mekanis adalah Suatu penyebab fisik menyumbat usus
dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti
pada hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma yang melingkari.
Misalnya intususepsi, tumor polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi batu
empedu, striktura, perlengketan, hernia dan abses(Nurarif& Kusuma, 2015).
lleus adalah gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi usus
sepanjang saluran usus. Obstruksi usus dapat akut dengan kronik, partial
atau total. Obstruksi usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsinoma
dan perkembangannya lambat. Sebagian dasar dari obstruksi justru mengenai
usus halus. Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang
memerlukan diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat bila penderita
ingin tetap hidup. (Tambayong, 2000)

2. Anatomi Fisiologi
 Anatomi Usus
Usus halus merupakan tabung yang kompleks, berlipat-lipat yang
membentang dari pilorus sampai katup lleosekal. Pada orang hidup panjang
usus halus sekitar 12 kaki (22 kaki pada kadaver akibat relaksasi). Usus ini
mengisi bagian tengah dan bawah abdomen. Ujung proksimalnya bergaris
tengah sekitar 3,8 cm, tetapl semakin kebawah lambat laun garis tengahnya
berkurang sampai menjadi sekitar 2,5 cm.
Usus halus dibagi menjadi duodenum, jejenum, dan ileum. Pembagian
ini agak tidak tepat dan didasarkan pada sedikit perubahan struktur, dan yang
relatif lebih penting berdasarkan perbedaan fungsi. Duodenum panjangnya
sekitar 25 cm, mulal dari pilorus sampai kepada jejenum. Pemisahan
duodenum dan jejenum ditandai oleh ligamentum treltz, suatu pita
muskulofibrosa yang berorigo pada krus deks tra diafragma dekat hiatus
esofagus dan berinsersio pada perbatasan duodenum dan jejenum.
Ligamentum ini berperan sebagai ligamentum suspensorium (penggantung).
Kira-kira duaperlima dari sisa usus halus adalah jejenum, dan tiga perlima
terminalnya adalah ileum. Jejenum terletak di regio abdominalis media
sebelah kiri, sedangkan lleum cenderung terletak di region abdominalls
bawah kanan. Jejunum mulai pada juncture denojejunalis dan ileum berakhir
pada junctura lleocaecalls. Lekukan-lekukan jejenum dan lleum melekat
pada dinding posterior abdomen dengan perantaraan lipatan peritoneum yang
berbentuk kipas yang dikenal sebagai messenterium usus halus. Pangkal
lipatan yang pendek melanjutkan diri sebagal peritoneum parietal pada
dinding posterior abdomen sepanjang garis berjalan ke bawah dan ke kenan
dari kiri vertebra lumbalis kedua ke daerah articulatio sacrolllaca kanan.
Akar mesenterium memungkinkan keluar dan masuknya cabang cabang
arteri vena mesenterica superior antara kedua lapisan peritoneum yang
membentuk messenterium.
Usus besar merupakan tabung muskular berongga dengan panjang
sekitar 5kaki (sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampal kanalis anl.
Diameter usus besar sudah pasti lebih besar daripada usus kecil. Rata-rata
sekitar 2,5 Incl (sekitar 6,5 cm), tetapi makin dekat anus semakin kecil.
Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon dan rektum. Pada sekum
terdapat katup lleocaecaal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum.
Sekum menempati dekitar dua atau tiga inci pertama dari usus besar. Katup
lleocaecaal mengontrol aliran kimus dari ileum ke sekum. Kolon dibagi lagi
menjadi kolon asendens, transversum, desendens dan sigmoid. Kolon
ascendens berjalan ke atas dari sekum ke permukaan inferior lobus kanan
hati, menduduki regio iliaca dan lumbalis kanan. Setelah mencapai hati,
kolon ascendens membelok ke kiri membentuk fleksura koli dekstra
(fleksura hepatik). Kolon transversum menyilang abdomen pada regio
umbilikalis dari fleksura koli dekstra sampai fleksura koli sinistra.
Kolon transversum, waktu mencapai daerah limpa, membengkok ke
bawah, membentuk fleksura kolisinistra (fleksura lienalis) untuk kemudian
menjadi kolon descendens. Kolon sigmoid mulai pada pintu atas panggul.
Kolon sigmoid merupakan lanjutan kolon descendens. Ia tergantung
kebawah dalam rongga pelvis dalam bentuk lengkungan. Kolon sigmoid
bersatu dengan rektum di depan sakrum. Rektum menduduki bagian
posterior rongga pelvis. Rektum ke atas dilanjutkan oleh kolon sigmoid dan
berjalan turun di depan sekum, meninggalkan pelvis dengan menembus
dasar pelvis. Disisni rektum melanjutkan diri sebagai anus dalan perineum.
 Fisiologi Usus
Usus halus mempunyai dua fungsi utama: pencernaan dan absorpsi
bahan bahan nutrisi dan air. Proses pencernaan dimulai dalam mulut dan
lambung oleh kerja ptialin, asam klorida, dan pepsin terhadap makanan
masuk. Proses dilanjutkan di dalam duodenum terutama oleh kerja enzim-
enzim pankreas yang menghidrolisis karbohidrat, lemak, dan protein menjad
izat-zat yang lebih sederhana. Adanya bikarbonat dalam sekret pankreas
membantu menetralkan asam dan memberikan pH optimal untuk kerja
enzim-enzim. Sekresi empedu dari hati membantu proses pencernaan dengan
mengemulsikan lemak sehimgga memberikan permukaan lebih luas bagi
kerja lipase pankreas. Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumnlah
enzim dalam getah usus (sukus enterikus). Banyak di antara enzim-enzim ini
terdapat pada brush border vili dan mencernakan zat-zat makanan sambil
diabsorpsi. Isi usus digerakkan oleh peristalsis yang terdiri atas dua jenis
gerakan, yaitu segmental dan peristaltik yang diatur oleh sistem saraf
autonom dan hormon. Pergerakan segmental usus halus mencampur zat-zat
yang dimakan dengan sekret pankreas, hepatobiliar, dan sekresi usus,dan
pergerakan peristaltik mendorong isi dari salah satu ujung ke ujung lain
dengan kecepatan yang sesuai untuk absorpsi optimal dan suplai kontinu isi
lambung.

3. Etiologi
Penyebab terjadinya ileus obstruksi pada usus halus menurut Margaretha
Novi Indrayani (2013) antara lain
a. Hernia inkarserata :
Hernia inkarserata timbul karena usus yang masuk ke dalam kantung
hernia terjepit oleh cincin hernia sehingga timbul gejala obstruksi
(penyempitan) dan strangulasi usus (sumbatan usus menyebabkan
terhentinya aliran darah ke usus).
b. Non hernia inkarserata, antara lain :
 Adhesi atau perlekatan usus
Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi intra abdominal
sebelumnya atau proses inflamasi intra abdominal. Dapat berupa
perlengketan mungkin dalam bentuk tunggal maupun multiple, bisa
setempat atau luas.
 Askariasis
Cacing askaris hidup di usus halus bagian yeyunum, biasanya
jumlahnya puluhan hingga ratusan ekor. Obstruksi bisa terjadi di
mana-mana di usus halus, tetapi biasanya di ileum terminal yang
merupakan tempat lumen paling sempi. Obstruksi umumnya
disebabkan oleh suatu gumpalan padat terdiri atas sisa makanan dan
puluhan ekor cacing yang mati atau hampir mati akibat pemberian
obat cacing. Segmen usus yang penuh dengan cacing berisiko tinggi
untuk mengalami volvulus, strangulasi, dan perforasi.
 Volvulus
Merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus yang
abnormal dari segmen usus sepanjang aksis usus sendiri, maupun
pemuntiran terhadap aksis
sehingga pasase (gangguan perjalanan makanan) terganggu. Pada
usus halus agak jarang ditemukan kasusnya. Kebanyakan volvulus
didapat di bagian ileum.
 Tumor
Tumor usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi Usus, kecuali
jika ia
menimbulkan invaginasi . Hal ini terutama disebabkan oleh
kumpulan metastasis
(penyebaran kanker) di peritoneum atau di mesenterium yang
menekan usus.
 Batu empedu yang masuk ke ileus.
Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan fistul
(koneksi abnormal antara pembuluh darah, usus, organ, atau struktur
lainnya) dari saluran empedu ke duodenum atau usus halus yang
menyebabkan batu empedu masuk ke raktus gastrointestinal.

4. Patofisiologi
Menurut Ester (2001: 49) pathofisiologi dari obstruksi usus atau ileus
adalah:
Secara normal 7-8 cairan kaya elektrolit disekresi oleh usus dan kebanyakan
direabsorbsi, bila usus tersumbat, cairan ini sebagian tertahan dalam usus
dan sebagian dieliminasi melalui muntah, yang menyebabkan pengurangan
besar volume darah sirkulasi. Mengakibatkan hipotensi, syok hipovolemik
dan penurunan aliran darah ginjal dan serebral. Pada awitan obstruksi, cairan
dan udara terkumpul pada bagian proksimal sisi yang bermasalah,
menyebabkan distensi. Manifestasi terjadinya lebih cepat dan lebih tegas
pada blok usus halus karena usus halus lebih sempit dan secara normal lebih
aktif, volume besar sekresi dari usus halus menambah distensi. sekresi satu-
satunya yang yang bermakna dari usus besar adalah mukus.
Distensi menyebabkan peningkatan sementara pada peristaltik saat usus
berusaha untuk mendorong material melalui area yang tersumbat. Dalam
beberapa jam peningkatan peristaltik dan usus memperlambat proses yang
disebabkan oleh obstruksi. Peningkatan tekanan dalam usus mengurangi
absorbsinya, peningkatan retensi cairan masih tetap berlanjut segera, tekanan
intralumen aliran balik vena, yang meninkatkan permeabilitas kapiler dan
memungkinkan plasma ekstra arteri yang menyebabkan nekrosis dan
peritonitis.

5. Manifestasi Klinis
Gejala awal biasanya berupa nyeri kram yang terasa seperti gelombang
dan bersifat kolik. Pasien dapat mengeluarkan darah dan mukus, tetapi bukan
material fekal dan tidak terdapat flatus. Terjadi muntah. Pola ini adalah
karakter yang sering muncul.
Pada obstruksi komplet, gelombang peristaltik pada awalnya menjadi
sangat keras dan akhirnya berbalik arah, dan isi usus terdorong ke depan
mulut. Apabila obstruksi terjadi pada ileum, maka muntah fekal dapat
terjadi. Pertama. pasien memuntahkan isi lambung, kemudian isi duodenum
dan jejunum yang mengandung empedu, dan akhirnya dengan disertai nyeri
paroksisme, pasient memuntahkan isi ileum yaitu suatu bahan mirip fekal
yang berwarna lebih gelap (Brunner & Suddarth. 2002.hlm 1121).
6. Pemeriksaan Penunjang / Pemeriksaan diagnostic
Menurut Arif Mutaqin (2010), untuk mendiagnosis fraktur, diperlukan
adany anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang sebagai
berikut:
1) HB (hemoglobin), PCV (volume sel yang ditempati sel darah merah):
meningkat akibat dehidrasi.
2) Leukosit: normal atau sedikit meningkat ureum + elektrolit,
ureummeningkat Na+ dan CL- rendah.
3) Rontgen toraks: diafragma meninggi akibat distensi abdomen
4) Enema kontras tunggal (pemeriksaan radiografi menggunakan
suspensi barium sulfat sebagai media kontras pada usus besar): untuk
melihat tempat dan penyebab.
5) CT scan pada usus halus mencari tempat dan penyebab,
sigmoidoskopi untuk menunjukkan tempat obstruksi (Pasaribu,
2012),

7. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami
obstruksiuntuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu
diperlukan. Menghilangkan penyebab obstruksi adalah tujuan kedua.
Kadang-kadang suatu penyumbatan sembuh dengansendirinya tanpa
pengobatan, terutama jika disebabkan oleh perlengketan. Penderita
penyumbatan usus harus di rawat di rumah sakit.
1) Persiapan
Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah
aspirasi dan mengurangi distensi abdomen (dekompresi). Pasien
dipuasakan, kemudian dilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit
untuk perbaikan keadaan umum. Setelah keadaanoptimum tercapai
barulah dilakukan laparatomi. Pada obstruksi parsial atau
karsinomatosis abdomen dengan pemantauan dan konservatif.
2) Operasi
Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-
organ vital. berfungsi secara memuaskan. Tetapi yang paling sering
dilakukan adalah pembedahan sesegera mungkin. Tindakan bedah
dilakukan bila StrangulasiObstruksi lengkap-Hemia Inkarserata-
Tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif (dengan
pemasangan NGT, Infus, oksigen dan kateter)
3) Pasca Bedah
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan
dan elektrolit. Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus
memberikan kalori yang cukup.Perlu diingat bahwa pasca bedah usus
pasien masih dalam keadaan paralitik.

B. Proses Keperawatan

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana kegiatan yang
dilakukan yaitu : mengumpulkan data, mengelompokan data dan
menganalisis data. Dalam pengkajian masalah keperawatan sistem
pencernaan dengan diagnosa ileus obstruksi dapat dikaji sebagai berikut :
a. Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
suku dan gaya hidup.
b. Riwayat kesehatan
Keluhan utama.

 Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat dikaji.
Pada umumnya akan ditemukan klien merasakan nyeri pada
abdomennya biasanya terus menerus, demam, nyeri tekan lepas.
abdomen tegang dan kaku.
 Riwayat kesehatan sekarang
Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari
pertolongan, dikaji dengan menggunakan pendekatan PQRST:
P: Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan.
Q:Bagaiman keluhan dirasakan oleh klien, apakah hilang, timbul atau
terus menerus (menetap).
R: Di daerah mana gejala dirasakan
S: Seberapa keparahan yang dirasakan klien dengan memakai skala
numeric 1 s/d 10.
T:Kapan keluhan timbul, sekaligus factor yang memperberat dan
memperingan keluhan.
 Riwayat kesehatan masa lalu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama,
riwayat ketergantungan terhadap makanan/minuman, zat dan obat
obatan.
 Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama
dengan
klien
2. Pathways

3. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan ileus
obstruksi adalah :
a. Nyeri akut berhubungan dengan distensi abdomen
1) Definisi : Nyeri akut merupakan pengalaman sensorik atau emosional
yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional,
dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga
berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
2) Batasan Karakteristik :
 Gejala dan Tanda Mayor
 Subjektif
a) Mengeluh Nyeri
 Objektif
a) Tampak meringis
b) Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindari
nyeri)
c) Gelisah
d) Frekuensi nadi meningkat
e) Sulit tidur
 Gejala dan Tanda Minor
 Subjektif (tidak tersedia)
 Objektif
a) Tekanan darah meningkat
b) Pola napas berubah
c) Nafsu makan berubah
d) Proses berpikir terganggu
e) Menarik diri
f) Berfokus pada diri sendiri
g) Diaphoresis
3) Faktor yang berhubungan
a) Kondisi pembedahan
b) Cedera traumatis
c) Infeksi
d) Sindrom coroner
e) Glaukoma
b. Resiko Infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh
sekunder (gangguan peristaltik)
1) Definisi : Resiko Infeksi merupakan beresiko mengalami
peningkatan terserang organisme patogenik
2) Faktor Resiko
1. Penyakit kronis (mis. diabetes melitus)
2. Efek prosedur invasive
3. Malnutrisi
4. Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan
5. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer :
1) Gangguan peristaltic
2) Kerusakan integritas kulit
3) Perubahan sekresi pH
4) Penurunan kerja siliaris
5) Ketuban pecah lama
6) Ketuban pecah sebelum waktunya
7) Merokok
8) Statis cairan tubuh
6. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder:
1) Penurunan hemoglobin
2) Imununosupresi
3) Leukopenia
4) Supresi respon inflamasi
5) Vaksinasi tidak adekuat
3) Faktor yang berhubungan
1. AIDS
2. Luka bakar
3. Penyakit paru pbstruksi kronis
4. Diabetes mellitus
5. Tindakan invasif
6. Kondisi penggunaan terapi steroid
7. Penyalahgunaan obat
8. Gangguan fungsi hati
c. Konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen
1) Definisi : Penurunan defekasi normal yang disertai pengeluaran fases
sulit dan tidak tuntas serta fases kering dan banyak.
2) Batasan karakteristik
 Gejala dan tanda mayor
 Subjektif
a) Defekasi kurang dari 2 kali seminggu
b) Pengeluaran fases lama dan sulit
 Objektif
a) Fases keras
b) Peristaltic menurun
 Gejala dan tanda minor
 Subjektif
a) Mengejan saat defekasi
 Objektif
a) Distensi abdomen
b) Kelemahan umum
c) Teraba massa pada rektal
3) Faktor yang berhubungan
1. Lesi / cedera pada medulla spinalis
2. Spina bifida
3. Ulkus rektal
4. Rektokel
5. Tumor
6. Impaksi fases
4. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi


Keperawatan
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I.08238)
(D.0077) asuhan Obsevasi :
keperawatan 1. Identifikasi lokasi
selama 1x24 jam, karakteristik, durasi
masalah nyeri frekuensi, kualitas,
akut membaik intensitas nyeri
dengan 2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi skala nyeri
kriteria hasil: nonverbal
4. Identifikasi faktor yang
-Keluhan nyeri memperberat dan
menurun (5) meringankan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan
-Meringis dan keyakinan tentang
menurun (5) nyeri
6. Monitor efek samping
-Gelisah
penggunaan analgetik
menurun (5)
Terapeutik :
1. Berikan teknik
-Muntah
nonfarmakologis untuk
menurun (5)
mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang
-Mual
memperberat nyeri
menurun (5)
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur
-Frekuensi nadi
Edukasi :
membaik (5)
1. Jelaskan penyebab,
-Tekanan darah periode yang memicu
membaik (5) nyeri
2. Jelaskan strategi yang
-Nafsu makan meredakan nyeri
membaik (5) 3. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Resiko Infeksi Setelah dilakukan Manajemen imunisasi/vaksinasi
(D.0142) asuhan (I.03116)
keperawatan
selama 1x24 jam, Observasi :
masalah resiko 1. identifikasi faktor resiko
infeksi dapat konstipasi
teratasi 2. monitor tanda dan gejala
Dengan kriteria konstipasi
hasil : 3. identifikasi status kognitif
untuk
-Nafsu makan mengkomunikasikan
Meningkat (5) kebutuhan
4. identifikasi penggunaan
-Nyeri obat-obatan yang
Menurun (5) menyebabkan konstipasi
terapeutik :
-Bengkak 1. batasi minuman yang
Menurun (5) mengandung alcohol
2. jadwalkan rutinitas BAK
-Gangguan 3. lakukan masase abdomen
kognitif 4. berikan terapi akupresur
Menurun (5) Edukasi :
1. jelaskan penyebab dan
-Kultur fases faktor resiko konstipasi
Membaik (5) 2. anjurkan minum air putih
sesuai dengan kebutuhan
3. anjyrkan mengkonsumsi
makanan berserat
4. anjurkan mengingatkan
aktivitas visik sesuai
kebutuhan
Kolaborasi :
1. kolaborasi dengan ahli
gizi, jika perlu
3. Konstipasi Setelah dilakukan Manajemen eliminasi Fekal
(D.0049) asuhan (I.04151)
keperawatan
selama 1x24 jam, Observasi :
masalah 1. identifikasi masalah usus
konstipasi dan penggunaan obat
membaik pencahar
Dengan kriteria 2. identifikasi pengobatan
hasil : yang berefek pada kondisi
gastrointestinal
-keluhan defekasi 3. monitor buang air besar
lama dan sulit 4. monitor tanda dan gejala
Menurun (5) diare,konstipasi
Terapeutik :
-Distensi 1. berikan air hangat setelah
abdomen minum
Menurun (5) 2. jadwalkan waktu defekasi
bersama pasien
-Teraba massa 3. sediakan makanan tinggi
pada rektal serat
Menurun (5) Edukasi
1. jelaskan makanan yang
-Nyeri abdomen membantu meningkatkan
Menurun (5) keteraturan peristaltic
Kram abdomen usus
Menurun (5) 2. anjurkan penurunan
makanan yang
-Konsistensi
meningkatkan
fases
pembentukan gas
Membaik (5)
3. anjurkan meningkatkan
asupan cairan
-Peristaltik usus
4. anjurkan mengkonsumsi
Membaik (5)
maknan yang tinggi serat
Kolaborasi :
1. kolaborasi pemberian obat
supositiria anal, jika perlu.
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T. Heather. 2012. Diaogonsa keperawatan : definisi 2012-2014. EGC: Jakarta

Asuhan Keperawatan Praktis jilid 2. Nurarif Huda Amin dan Kusuma Hardi. 2016

Wikinson, J. M., & Ahern, N.R (2011). Diagnosa Keperawatan Edisi 9. EGC: Jakarta

Price & Wilson, (2012). Patofisiologi: konsep klinis keperawatan Vol.1. Ed.6. Jakarta :

EGC

Smelzer, S.C, 2015. Buku Ajaran keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 2. EGC:

Jakarta

Mansjoer, arif 2011.Kapita selekta kedokteran jilid 2. Aesculapis: Jakarta

PPNI (2018), standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Tindakan Keperawatan,

Edisi 1, Cetakan 2. Jakarta :DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi

dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Edisi 1,

Cetakan 3.Jakarta : DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luarana Keperawtan Indonesia, Edisi 1,

Cetakan 2.Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai