Makalah Terapi Okupasi & Rehabilitasi
Makalah Terapi Okupasi & Rehabilitasi
Makalah Terapi Okupasi & Rehabilitasi
1. Suleha P2116217
2. Syarifatun Nisaa Jamal P2116218
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan karunia-
Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “terapi okupasi dan rehabilitasi”
dengan baik. Dengan keterbatasan pengetahuan yang ada, kami tidak akan dapat
menyelesaikan penulisan makalah ini tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada
1. Dosen mata kuliah Keperawatan jiwa II, ibu Emmi Wahyuni, S.Kep., Ners., M.Kep yang
senantiasa memberikan apresiasi berupa saran, kritik dan bimbingan demi kesempurnaan
penulisan.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan berkat, imbalan, serta karunia-Nya kepada
semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuannya yang tidak ternilai. Kami
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan,
untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan penulisan di kemudian hari.
Akhirnya, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami sendiri,
pembaca, serta masyarakat luas terutama dalam hal menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
1.1 Terapi Okupasi............................................................................................................5
A. Definisi.................................................................................................................................5
B. Intervensi.........................................................................................................................5
C. Indikasi Terapi Okupasi..................................................................................................7
D. Kontraindikasi Terapi Okupasi.......................................................................................8
E. Fungsi dan Tujuan Terapi Okupasi.................................................................................8
F. Perbedaan Terapi Okupasi Dan Rehabilitasi Medis........................................................9
G. Proses Terapi Okupasi...................................................................................................10
H. Pelaksanaan...................................................................................................................12
I. Waktu............................................................................................................................13
J. Peranan Terapi Okupasi/ Pekerjaan Dalam Pengobatan...............................................13
3.1 Terapi Rehabilitasi.....................................................................................................17
A. Definisi....................................................................................................................................17
B. Model Terapi Rehabilitasi................................................................................................18
C. Tujuan dari Terapi Rehabilitas......................................................................................19
D. Tim yang Menangani Rehabilitasi................................................................................19
E. Kegiatan Pelaksana.......................................................................................................19
F. Fungsi Perawat Dalam Terapi Rehabilitas....................................................................20
G. Tahap-Tahap Rehabilitasi Pasien Gangguan Jiwa........................................................20
BAB III PENUTUP..................................................................................................................21
A. KESIMPULAN.............................................................................................................21
B. SARAN.........................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
Gangguan jiwa atau penyakit jiwa merupakan penyakit dengan multi kausal, suatu
penyakit dengan berbagai penyebab yang sangat bervariasi. Kausa gangguan jiwa selama ini
dikenali meliputi kausa pada area organobiologis, area psikoedukatif, dan area sosiokultural.
Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptive dikostrukkan sebagai tahapan
mulai adanya factor predisposisi, factor presipitasi dalam bentuk stressor pencetus,
kemampuan penilaian terhadap stressor, sumber koping yang dimiliki, dan bagaimana
mekanisme koping yang dipilih oleh seorang individu. Dari sini kemudian baru menentukan
apakah perilaku individu tersebut adaptif atau maladaptive.
Banyak ahli dalam kesehatan jiwa memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap apa
yang dimaksud gangguan jiwa dan bagaimana gangguan perilaku terjadi. Perbedaan
pandangan tersebut tertuang dalam bentuk model konseptual kesehatan jiwa. Pandangan
model psikoanalisa berbeda dengan pandangan model social, model perilaku, model
eksistensial, model medical, berbeda pula dengan model stress – adaptasi. Masing-masing
model memiliki pendekatan unik dalam terapi gangguan jiwa, antara lain dengan
menggunakan pendekatan berdasarkan terapi modalitas, terapi okupasi, terapi rehabilitasi.
Sebagian besar orang beranggapan bahwa rehabilitasi merupakan kegiatan exyramural dari
pengobatan pasien mental sehingga selalu diorentasikan pada pekerjaan dan masalah-masalah
social saja, hal tersebut tentunya kurang sesuai dengan tuntutan dan perkembangan psikiatri
modern. Dengan adanya kemajuan dibidang psiko-farmaka dimana telah ditemukan berbagai
jenis obat yang dapat mempercepat hilangnya/kurang gejala-gejala psikiatrik, maka bentuk
pelayanan rehabilitasi juga harus disesuaikan dengan kemajuan tersebut maka perlu disusun
kegiatan yang diberikan pada para rehabilitan yang sesuai ketika mereka dirawat di Rumah
Sakit Jiwa.Upaya Rehabilitasi pasien mental di Indonesia mula dirintis pada tahun 1969 dan
berkembang sampai sekarang ini.
MenurutL.E.Hinsie dan RJ.Cambell pengertian rehabilitasi dalam psychiatric
Dictionary adalah segala tindakan fisik, penyesuaian psikososial dan latihan vokasional
sebaga iusaha untuk memper oleh fungsi dan penyesuaian diri secara maksimal dan untuk
mempersiapkan pasien secara fisik, mental,dan vokasional untuk suatu kehidupan penuh
sesuai dengan kemampuan dan ketidakmampuan yang ditunjukkan kearah mencapai
perbaikan fisik sebesar-besarnya, penempatan vokasional sehinggah dapat bekerja dengan
kapasitas maksimal, penyesuaian diri dalam hubungan perseorangan dan sosial secara
memuaskan sehingga dapat berfungsi sebagai warga masyarakat yang berguna.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu untuk mengetahui bagaimana terapi okupasi, dan
rehabilitasi serta cara untuk menerapkan terapi okupasi dan rehabilitasi di
keperawatan jiwa.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat memahami definisi terapi okupasi dan rehabilitasi
2. Mahasiswa dapat memahami tujuan terapi okupasi dan rehabilitasi
3. Mahasiswa dapat memahami proses okupasi
4. Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan terapi okupasi dan rehabilitasi
5. Mahasiswa dapat mengetahui model terapi rehabilitasi
6. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi perawat dalam terapi rehabilitasi
7. Mahasiswa dapat mengetahui tahap-tahap rehabilitasi pada pasien gangguan jiwa
1.4 Manfaat
1. Menambah pengetahuan dan informasi mengenai terapi okupasi dan rehabilitasi
2. Mengetahui bagaimana terapi okupasi dan rehabilitasi pada pasien dengan
gangguan jiwa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Terapi okupasi berasal dari kata Occupational Theraphy. Occupational berarti
suatu pekerjaan, theraphy berarti pengobatan. Jadi, Terapi Okupasi adalah perpaduan
antara seni dan ilmu pengetahuan untuk mengarahkan penderita kepada aktivitas
selektif, agar kesehatan dapat ditingkatkan dan dipertahankan, serta mencegah
kecacatan melalui kegiatan dan kesibukkan kerja untuk penderita cacat mental
maupun fisik (American Occupatioanal Therapist Association).
B. Intervensi
Intervensi yang diberikan menggunakan modalitas aktivitas yang telah dianalisis
dan diadaptasi yang kemudian diprogramkan untuk anak sesuai dengan kebutuhan
khususnya. Secra garis besar intervensi difokuskan pada hal-hal berikut.
1. Kemampuan (abilities)
a. Keseimbangan dan reaksi postur (balance and postural reactions).
b. Peregangan otot dan kekuatan otot (muscle tone and muscle strength).
c. Kesadaran anggota tubuh (body awareness).
d. Kemampuan keteraampilan motorik halus (fine motor skill) seperti
memegang/melepas, keterampilan manipulasi gerak jari, missal penggunaan
pensil, gunting, keterampilan menulis, dan lain-lain
e. Kemampuan keterampilan motorik kasar (gross motor skill) seperti lari,
lompat, anik-turun tangga, jongkok jalan, dan lain-lain
f. Mengenal bentuk, mengingat bentuk (visual perception)
g. Merespon stimulus, membedakan input sensori (sensory integration)
h. Perilaku termasuk level kesadaran, atensi, problem solving skill, dan lain-lain
2. Keterampilan (skill)
a. Aktivitas sehari-hari (activity daily living) seperti makan, minum, berpakaian,
mandi, dan lain-lain
b. Pre-academic skill
c. Keterampilan sosial
d. Keterampilan bermain
3. Faktor lingkungan
a. Lingkungan fisik
b. Situasi kelurga
c. Duukungan dari komunitas
4. Okupasi Terapis sebagai Konsultan
Okupasi terapis sebagai konsultan pada area berikut ini.
a. Program intervensi awal
b. Pengaturan rumah, sekolah, dan area bermain
c. Lingkungan dan adaptasi mainan atau media belajar
d. Alat bantu
e. Strategis perilaku
Anak-anak sekolah yang mengalami hal-hal berikut ini perlu penanganan terapi
okupasi.
1. Keterlambatan motorik kasar seperti lari, lompat, jongkok, main bola, dan
lain-lain
2. Keterampilan motorik halus seperti keterampilan memegang pensil, hasil
tulisan tidak rata tebal tipisnya, an lain-lain
3. Hiperaktif atau hipoaktif
4. Tidak mampu menjaga proses berbahasa
5. Tidak mampuu menjaga dan mengatur posisi saat belajar
6. Gangguan persepsi visual serti tidak lengkap dalam menyalin tulian
7. Gangguan atensi dan konsentrasi
8. Menarik diri
9. Kesulitan berinteraksi dengan teman sebaya
10. Keterlambatan dalam bermain
11. Tidak disiplin
Untuk mencapai tujuan tersebut didalam terapi okupasi memiliki dan prinsip
kerja, yaitu sebagai berikut.
Program terapi okupasi adalah bagian dari pelayanan medis untuk tujuan
rehabilitasi total seorang pasien malalui kerja sama dengan petugas lain di rumah
sakit. Dalam pelaksanaan terapi okupasi kelihatannya akan banyak overlapping
dengan terapi lainnya sehingga dibutuhkan adalanya kerja sama yang terkoordinir
dan terpadu.
1. Koleksi Data
Data biasa didapatkan dari karu rujukan atau status pasien yang disertakan
pertama kali pasien mengunjungi unit terapi okupasional. Jika dengan
mengadakan wawancara dengan pasien atau keluarganya, atau dengan
mengadakan kunjungan rumah. Data ini diperlukan untuk menyusun rencana
terapi bagi pasien. Proses ini dapat berlangsung beberapa hari sesuai dengan
kebutuhan.
Dari data yang terkumpul dapat ditarik suatu kesimpulan sementara tentang
masalah atau kesulitan pasien. Hal ini dapat berupa masalah di lingkungan atau
pasien itu sendiri.
3. Penentuan Tujuan
Dari masalah dan latar belakang pasien, maka dapat disusun daftar tujuan
terapi sesuai dengan prioritas, baik jangka pendek maupun jangka panjangnya.
4. Penentuan aktivitas
Setelah tujuan terapi ditetapkan, maka dipilihlah aktivitas yang dapat
mencapai tujuan terapi tersebut. Dalam proses ini pasien dapat diikutsertakan
dalam menentukan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan sehingga pasien merasa
ikut bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaanya. Dalam hal ini harus
diingat bahwa aktivitas tersebut tidak akan menyembuhkan penyakit, namun
hanya sebagai media untuk dapat mengerti masalahnya dan mencoba
mengatasinya dengan bimbingan terapis. Pasien juga harus diberitahu alasan-
alasan mengapa dia harus mengerjakan aktivitas tersebut sehingga dia sadar dan
diharapkan akan mengerjakannya dengan aktif.
5. Evaluasi
Evaluasi harus dilaksanakan secara teratur dan terencana sesuai dengan tujuan
terapi. Hal ini perlu agar dapat menyesuaikan program terapi selanjutnya sesuai
dengan perkembangan pasien yang ada. Hasil evaluasi yang didapatkan dapat
dipergunakan untuk merencanakan hal-hal mengenai penyesuaian jenis aktivitas
yang akan diberikan. Namun, dalam hal tertentu penyesuaian aktivitas dapat
dilakukan setelah beerapa waktu melihat bahwa tidak ada kemajuan atau kurang
efektif terhadap pasien.
H. Pelaksanaan
Metode
b. Metode Kelompok dilakukan untuk pasien lama atas dasar seleksi dengan masalah
atau hampir bersamaan atau dalam melakukan suatu aktivitas untuk tujuan tertentu
bagi beberapa pasien sekaligus. Sebelum memulai suatu kegiatan baik secara
individual maupun kelompok, maka terapis harus mempersiapan terlebih dahulu
segala sesuatunya yang menyangkut pelaksanaan kegiatan tersebut. Pasien juga
perlu dipersiapkan dengan cara memperkenalkan kegiatan dan menjelaskan tujuan
pelaksanaan kegiatan tersebut sehingga dia atau mereka lebih mengerti dan
berusaha untuk ikut aktif. Jumlah anggota dalam suatu kelompok disesuaikan
dengan jenis aktivitas yang akan dilakukan, dan kemampuan terapis mengawasi
I. Waktu
Okupasi terapi dilakukan antara 1-2 jam setiap sesi baik yang individu amupun
kelompok setiap hari, dua kali atau tiga kali seminggu tergantung tujuan terapi,
tersedianya tenaga dan fasilitas dan sebagainya. Sesi ini dibagi menjadi dua bagian
yaitu 1/2 - 1jam untuk menyelesaikan kegiatan-kegiatan dan 1 – 11/2 jam untuk diskusi.
Dalam diskusi ini dibicarakan mengenai pelaksanaan kegiatan tersebut, antara lain
kesulitan yang dihadapi, kesan mengarahkan diskusi tersebut kearah yang sesuai
dengan tujuan terapi.
Terminasi
Faktor yang perlu diperhatiakan dalam memilih aktivitas adalah sebagai berikut :
a. Apakah bahan yang digunakan merupakan yang mudah dikontrol, ulet, kasar,
kotor, halus, dan sebagainya
b. Apakah aktivitas rumit atau tidak
c. Apakah perlu dipersiapkan sebelum dilaksanakan
d. Cara pemberian instruksi bagaimana
e. Bagaimana kira-kira setelah hasil selesai
f. Apakah perlu pasien membuat keputusan
g. Apakah perlu konsentrasi
h. Interaksi yangmungkin terjadi apakah menguntungkan
i. Apakah diperlukan kemampuan berkomunikasi
j. Berapa lama dapat diselesaikan
k. Apakah dapat dimodifikasi sedemikian rupa sehingga dapat disesuaikan
dengan kemampuan dan ketrampilan pasien
l. Dan sebagainya
A. Definisi
Pasien psikiatri juga sama dengan penyakit fisik dalam kecendrungannya untuk
menjadi menahun sehingga memerlukan perawatan kontinu di rumah sakit atau di
rumah. Rehabilitasi mencakup semua terapi psikiatri non-akut dan terutama untuk
mencegah terjadinya penyakit yang menahun. Unit psikiatri social MRC
memperlihatkan bahwa dalam rumah sakit, dimana ada kemiskinan sosial (misalnya
keadaan sekeliling yang menjemukan, staf tidak aktif, hanya memiliki sedikit pakaian
pribadi, kenyamanan pasien kurang diperhatikan), pasien secara klinik sangat buruk.
Lebih lama mereka dalam keadaan seperti itu di rumah sakit maka akan semakin
parah gejalanya. Teori yang berperan dalam rehabilitasi salah satunya yaitu teori
psikologi.
Model ini sangat umum dikenal oleh masyarakat serta biasanya dilakukan
dengan pendekatan agama/moral yang menekankan tentang dosa dan kelemahan
individu. Model terapi seperti ini sangat tepat diterapkan pada lingkungan
masyarakat yang masih memegang teguh nilai-nilai keagamaan dan moralitas di
tempat asalnya, karena model ini berjalan bersamaan dengan konsep baik dan
buruk yang diajarkan oleh agama. Model terapi ini men jadi landasan utama
pembenaran kekuatan hukum untuk berperang melawan narkoba.
2. Model Terapi Sosial
Model ini memakai konsep dari program terapi komunitas, dimana adiksi
terhadap obat-obatan dipandang sebagai fenomena penyimpangan social. Tujuan
dari model terapi ini adalah mengarahkan perilaku menyimpang tersebut kearah
perilaku social yang lebih layak, sehingga melatih seseorang untuk
mempertanggungjawabkan kesalahan satu orang menjadi tanggung jawab
bersama-sama. Inilah yang menjadi keunikan dari model terapi ini, yaitu
memfungsikan komununitas sedemikian rupa sebagai agen perubahan.
3. Model Terapi Psikologis
Model ini diadaptasi dari teori psikologis Mc Lellin, dkk yang menyebutkan
bahwa perilaku adiksi obat adalah buah dari emosi yang tidak berfungsi selayaknya
karena terjadi konflik sehingga pecandu memakai obat pilihannya untuk
meringankan atau melepaskan beban psikologis itu. Model terapi ini
mementingkan penyembuhan emosional dari pecandu narkoba yang bersangkutan,
dimana jika emosinya dapat dikendalikan maka mereka tidak akan mempunyai
masalah lagi dengan obat-obatan. Jenis model terapi ini biasanya dilakukan pada
konseling pribadi
4. Model Terapi Budaya
Model ini menyatakan bahwa perilaku adiksi obat adalah hasil sosialisasi
seumur hidup dalam lingkungan social atau kebudayaan tertentu. Dalam hal ini
keluarga seperti juga lingkungan dapat dikategorikan sebagai ‘’lingkungan sosial
dan kebudayaan tertentu’’. Dasar pemikirannya adalah bahwa praktik
penyalahgunaan narkoba oleh anggota keluarga tertentu adalah hasil akumulasi
dari semua permasalahan yang terjadi dalam keluarga yang bersangkutan sehingga
model ini banyak menekankan pada proses terapi untuk kalangan anggota keluarga
dari para pecandu narkoba tersebut.
Rehabilitasi untuk proses jangka panjang dimana memerlukan program dan sarana
yang mencukupi. Keberhasilan dari program rehabilitasi tergantung kepada besarnya
motivasi belajar,pola hidup sebelum dan sesudah sakit dan dukungan dari orang-orang
yag memiliki arti bagi pasien.
E. Kegiatan Pelaksana
Kegiatan pelaksana rehabilitasi dilakukan di dalam rumah sakit,luar rumah sakit
(panti, pusat rehabilitasi), dimulai sejak hari pertama pasien dirawat
2. Tahap penyaluran/penempatan
merupakan usaha pemulangan pasien ke keluarga,tempat kerja atau
masyarakat dan instansi lain yang berfungsi sebagai pengganti keluarga,disamping
usaha resosialisasi.
3. Tahap pengawasan
A. KESIMPULAN
Terapi okupasi membantu individu yang mengalami gangguan dalam fungsi
motorik, sensorik, kognitif juga fungsi sosial yang menyebabkan individu tersebut
mengalami hambatan dalam melakukan aktivitas untuk mengisi waktu luang. Tujuan
okupasi adalah untuk mengembalikan fungsi penderita semaksimal mungkin, dari
kondisi abnormal ke normal yang dikerahkan pada kecacatan fisik maupun mental,
dengan memberikan aktivitas yang terencana dengan memperhatikan kondisi
penderita sehingga penderita diharapkan dapat mandiri di dalam keluarga maupun
masyarakat.
B. SARAN
1. Bagi keluarga pasien
a. Berikan dukungan atau support dalam terapi okupasi kepada klien.
b. Dapatkan tim yang jelas tentang tujuan dan tindakan terapi dari tim medis.
c. Kenali gejala-gejala yang timbul dan segera memerlukan perawatan medis.
terapi okupasi dan rehabilitasi oleh Amelia Rina (2011, http ://ameliarina.blogspot.com,
diakses 06 Maret,2017)