LAPORAN PRAKTIKUM Batimetri
LAPORAN PRAKTIKUM Batimetri
LAPORAN PRAKTIKUM Batimetri
OSEANOGRAFI FISIKA
BATIMETRI
OLEH:
NAMA:
MUHAMMAD QINTHAR FULKY THIASIF
NIM:
08051282025025
KELAS:
A
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini sebagai berikut
1. Mahasiswa dapat membuat peta batimetri membuat dari peta analog
2. Mahasiswa dapat membandingkan tingkat akurasi antara hasil pengukuran
langsung dilapangan dan hasil satelit.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum ini sebagai berikut
1. Mahasiswa mampu membuat peta batimetri dari peta analog
2. Mahasiswa mampu dalam membandingkan tingkat akurasi antara hasil
pengukuran langsung di lapangan dan hasil satelit
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Batimetri
Batimetri adalah teknik mengukur kedalaman di bawah air dan studi tiga
dimensi lantai samudra atau danau. Sebuah peta batimetri umumnya menampilkan
relief lantai atau dataran dengan garis-garis kontur (contour lines) yang disebut
kontur kedalaman (depth contours atau isobath), dan dapat memiliki informasi
tambahan berupa informasi navigasi permukaan (Tri ,et,al. 2020).
Dengan semakain majunya teknologi pada saat ini menuntut tersedianya
informasi dan data yang cepat, tepat dan akurat, dengan tidak mengorbankan
banyak elemen yang terkait baik personil maupun material itu semua merupakan
factor penentu keberhasilan dalam suatu kegiatan survey bathymetry yang telah
dilakukan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka dibutuhkan suatu teknologi
yang memadai. Light Detection and Ranging (LiDAR) merupakan teknologi baru
yang cukup fenomenal dibidang geospasial, pemetaan dengan menggunakan sinar
laser yang dibawa pada pesawat udara ini merupakan sistem pemetaan yang paling
efisien dalam hal waktu dan merupakan salah satu metode yang dapat digunakan
dalam menjawab tantangan kebutuhan data tersebut(Winarso ,et,al. 2020).
Batimetri adalah ilmu untuk menentukan topografi dasar perairan yang
menghasilkan peta batimetri. Peta batimetri banyak digunakan untuk keperluan
manajemen lingkungan, sumber daya alam, teknik dan navigasi. Metode pembuatan
peta batimetri tradisional yang antara lain meliputi echo sounding dan pemetaan
menggunakan instrumen multi-beam sonar atau LIDAR udara memerlukan biaya
survai yang tinggi. Untuk keperluan-keperluan praktis dan studi-studi yang tidak
memerlukan ketelitian tinggi, batimetri yang diturunkan dari satelit kini semakin
banyak digunakan. Dibandingkan dengan metode tradisional, biayanya jauh lebih
efektif, tidak mengganggu lingkungan, cepat, dan dapat diterapkan untuk area yang
tidak dapat diakses(Irwanto,2018).
Batimetri adalah ilmu untuk menentukan topografi dasar perairan yang
menghasilkan peta batimetri. Memantau dan mengukur batimetri ini sangat penting
untuk keperluan manajemen lingkungan, sumber daya alam, teknik dan navigasi,
seperti untuk pekerjaan konstruksi, manajemen pelabuhan, peletakan pipa,
perikanan dan pengerukan.(Dhani,2018).
Kedalaman (batimetri) laut memberikan berbagai informasi penting
mengenai suatu area laut. Selain untuk navigasi pelayaran, kedalaman, dengan
mengetahui kedalaman sebenarnya pada sebuah area laut tersebut dapat dibuat
sebuah sistem yang bisa mengidentifikasi kedalaman perairan pada tersebut. Peta
batimetri menggambarkan kedalaman perairan yang disajikan dengan
menggunakan garis kontur kedalaman perairan. Garis kontur adalah garis pada peta
yang mewakili garis imajiner yang sesuai pada permukaan tanah atau dasar laut
yang memiliki ketinggian (Zainudin ,et,al. 2020)
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka dibutuhkan suatu teknologi
yang memadai. Light Detection and Ranging (LiDAR) merupakan teknologi baru
yang cukup fenomenal dibidang geospasial, pemetaan dengan menggunakan sinar
laser yang dibawa pada pesawat udara ini merupakan sistem pemetaan yang paling
efisien dalam hal waktu dan merupakan salah satu metode yang dapat digunakan
dalam menjawab tantangan kebutuhan data tersebut(Gatot ,et,al. 2020).
LiDAR adalah sebuah teknologi peraba jarak jauh optik yang mengukur
properti cahaya yang tersebar untuk menemukan jarak dan/atau informasi lain dari
target yang jauh, metode untuk menentukan jarak menuju objek atau permukaan
adalah dengan menggunakan pulsa laser. Seperti teknologi radar, yang
menggunakan gelombang radio daripada cahaya, jarak menuju objek ditentukan
dengan mengukur selang waktu antara transmisi pulsa dan deteksi sinyal yang
dipancarkan(Mulyadi ,et,al. 2020)
Peta batimetri juga dapat dihasilkan dari citra satelit multi-spektral, yang
dikenal dengan satellite-derived bathymetry (SDB), yang telah dikembangkan sejak
akhir 1970-an. Kemajuan terbaru Kemajuan terbaru dalam teknologi satelit, seperti
peningkatan resolusi dan pita multi-spektralnya, telah meningkatkan potensinya
sebagai sumber data-data hidrografi. Pendekatan ini memanfaatkan fakta bahwa
panjang gelombang cahaya yang berbeda dilemahkan oleh air pada tingkat yang
berbeda sehingga perairan yang lebih dalam tampak lebih gelap daripada perairan
dangkal. Dengan generasi satelit saat ini, teknologi ini dapat digunakan untuk
memetakan batimetri di kedalaman perairan hingga 25 meter dalam kondisi yang
lebih optimal(Dhani,2020).
2.2 Peta Topografi
Pengukuran topografi istilah yang sering digunakan untuk terjemahan dari
kata ”Topographic Surveying”. Pengukuran topografi merupakan suatu pekerjaan
penentuan suatu titik baik secara horisontal maupun vertikal pada permukaan area
air laut. Topografi yang diukur ini sangat diperlukan untuk memperoleh data letak
(posisi), elevasi (ketinggian) dan bentuk area permukaan tanah, dimana data-data
pengukuran tersebut bisa digambarkan untuk suatu peta yang menglukiskan
keadaan yang sebenarnya disebut peta topografi(Novriza,2020).
Peta tofografi adalah peta yang memberikan gambaran sebagian permukaan
bumi lengkap dengan bentuk relief ketinggian dalam skala dan sistem proyeksi
tertentu. Peta topografi dapat dihasilkan dari salah satunya melalui pengukuran
secara terestris. Peralatan teristris yang umum dipakai adalah theodolit, Total
Station (TS), dan sifat datar(Ferdiansyah,2020).
peta topografi adalah peta dasar (base map), karena dalam menggambarkan
peta ini menampilkan unsul-unsul yang ada di atas permukaan bumi, baik unsur
alami ataupun unsur buatan manusia yang sangat mempengaruhi bentuk alam yang
tergambarkan. Peta topografi dapat dijadikan sebagai dasar untuk meggambarkan
peta-peta lain sesuai dengan skala yang di perlukan(Roni,2020)
Topografi adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah,
termasuk perbedaan kecuraman dan bentuk lereng. Keadaan topografi adalah
keadaan yang menggambarkan kemiringan lahan, atau kontur lahan, semakin besar
kontur lahan berarti lahan tersebut memiliki kemiringan lereng yang semakin besar.
Lahan yang baik untuk dijadikan sebagai pembangunan konstruksi adalah lahan
yang relatif landai, memiliki kemiringan lereng yang kecil, sehingga mempunyai
faktor keamanan konstruksi yang baik. Topografi pada daerah dataran, berbukit,
dan pegunungan sangat berhubungan denga kemiringan lereng serta beda tinggi
relatif(Nur,2020).
topografi adalah peta dasar (base map), karena dalam menggambarkan peta
ini menampilkan unsul-unsul yang ada di atas permukaan bumi, baik unsur alami
ataupun unsur buatan manusia yang sangat mempengaruhi bentuk alam yang
tergambarkan. Peta topografi dapat dijadikan sebagai dasar untuk meggambarkan
peta-peta lain sesuai dengan skala yang di perlukan(Agus,2020).
Penggambaran peta topografi sangat bergantung pada skala peta
Penggambaran peta topografi sangat bergantung pada skala peta, jika skala besar,
maka hasil penggamabaran peta topografi lebih detial yang di tampilkannya.
Sedangkan untuk penggambaran dengan skala kecil, maka hasil peta topogrfinya
tidak detial yang ditampilknya(niza ,et,al,2020).
2.3 Manfaat Batimetri
Batimetri merupakan ukuran dari tinggi rendahnya kontur dasar laut
(kedalaman) yang diaplikasikan pada peta batimetri. Peta batimetri memiliki
banyak manfaat di bidang kelautan diantaranya adalah penentuan jalur pelayaran,
perencanaan bangunan pesisir, pendeteksian adanya potensi bencana alam, dan
pertambangan lepas pantai. Pemetaan batimetri di perairan dangkal mempunyai
peranan penting untuk kegiatan perikanan dan kelautan salah satunya adalah
pembangunan dermaga kapal, keselamatan pelayaran dan pemasangan maupun
pemeliharaan kabel/pipa di bawah laut Teknik pengambilan data batimetri secara
umum diperoleh menggunakan alat survei akustik yaitu echosounder(Andre,2017)
Pemetaan batimetri memiliki manfaat untuk banyak hal, sebagai contoh
dapat membantu penentuan lokasi peletakkan Fish Apartment dengan mengukur
kedalaman perairan untuk peletakkan (Pemetaan batimetri sangat penting bagi
wilayah pesisir, karena dapat membantu pengukuran kedalaman untuk
pembangunan ataupun aspek penelitian .Survei Batimetri dan Arus dilakukan untuk
mengetahui peta batimetri dan pola arus disekitar perairan(Imran ,et,al 2019)
Informasi tentang batimetri suatu perairan memberikan banyak manfaat
baik secara langsung maupun tidak langsung, apalagi dihadapkan pada kondisi
perairan Indonesia yang luas dengan banyaknya pulau – pulau kecil. Manfaat
tersebut diantaranya untuk kepentingan militer, navigasi serta perencanaan dan
manajemen pesisir(suaib ,et,al 2019).
Kedalaman (batimetri) laut memberikan berbagai informasi penting
mengenai suatu area laut. Selain untuk navigasi pelayaran, kedalaman dan lain
sebagainya,dengan mengetahui kedalaman sebenarnya pada sebuah area laut
tersebut dapat dibuat sebuah sistem yang bisa mengidentifikasi kedalaman
perairanpada tersebut. Manfaat peta tersebut di bidang kelautan adalah
Menentukan jalur pelayaran di perairan laut ,Mengamati penyebab perubahan suhu.
III METODOLOGI
Buka aplikasi SAS Planet, lalu pilih map, pilih marine maps kemuidan pilih
nation marine maps.
Pilih daerah dengan mengklik rectangular selection, setelah itu pada kotak
dialog download klik zoom 12 dan pada menu stitch pilih format menjadi
geotif dan beri centang pada semua format lalu klik start
Klik add data lalu pilih data dengan formatif dan klik add
Klik catalog lalu pilih tempat peyimpanan dan klik kanan pilih new dan pilih
shapefile
Klik kanan pada layer dan buka attributes table dan buat tiga filed baru berisi
longitude, latitude, dan batimetri. Untuk batimetri isi secara manual sesuai
dengan titik
Ubah nama menjadi longitude, latitude, dan batimetri ubah menjadi text
Pada longitude dan latitude diblok lalu klik kanan pilih calculate geometry
Klik grid lalu pilih data dan masukkan data yang telah diolah dari Microsoft
Excel
Klik menu map pilih new dan pilih contour map dan masukkan data grid baru
pada property manager.
3.4 Analisa Data
1. Buka aplikasi SAS Planet, lalu pilih map, pilih marine maps kemuidan pilih
nation marine maps.
2. Pilih daerah dengan mengklik rectangular selection, setelah itu pada kotak dialog
download klik zoom 12 dan pada menu stitch pilih format menjadi geotif dan
beri centang pada semua format lalu klik start.
3. Lalu buka ArcGIS, setelah itu klik add data dan pilih file data sasplanet.
4. Setelah itu klik tools windows, buka catalog, klik new folder, lalu klik kanan dan
pilih shapefile, setelah itu ubah nama shapefile, lalu klik edit dan cari WGS 1984
di folder Geographic Coordinate Systems.
5. Setelah itu klik editor dan digitasi batimetri, setelah itu stop editing dan pada
menu Table Of Contents klik kanan menu titik batimetri dan pilih Open Attribute
Table.
6. Setelah itu klik option dan pilih Add file, kemudian ubah nama menjadi
Longitude dan ubah type menjadi text dan klik ok. Lakukan hal terebut dan buat
Latitude serta batimetri.
7. Kemudian pada tulisan longitude klik kanan, pilih Calculate Geometry, lalu pada
pada property untuk latitude sumbu y dan pada units ubah menjadi Decimal
Degress dan ok
8. Kemudian pada tulisan latitude klik kanan, pilih Calculate Geometry, lalu pada
pada property untuk latitude sumbu y dan pada units ubah menjadi Decimal
Degress dan ok
9. Setelah itu pada tulisan batimetri klik kanan dan pilih field calculator. Kemudian
isi kolom batimetri sesuai angka yang sudah di digitasi tadi.
10. Setelah kolom longitude, latitude, dan batimetri export data pilih All Record dan
simpan file dengan format .txt lalu ok
11. Lalu file .txt tersebut di masukan kedalam excel dan klik column A, lalu ke data
dan pilih menu Text To Columns lalu pilih Delimited dan next.
12. Selanjutnya Pada menu Delimiters centang semua kecuali Comma dan next.
15. Setelah itu buka surfer, pilih menu grid dan klik data.
18. Setelah selesai membuat peta countour map, lalu buat peta 3D Wireframe, dan
peta 3D Surface.
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
Perairan Selat Madura merupakan perairan selat yang memisahkan
Pulau Madura dengan Pulau Jawa bagian timur. Bagian utara Selat Madura
dibatasi oleh pesisir Pulau Madura dan di selatanberbatasan dengan pesisir Jawa
Timur. Selat ini diketahui mendapatkan pengaruh antropogenikyang kuat,
karena banyak kota dan kabupaten di kawasan pesisir yang memiliki aktivitas
ekonomi seperti industri, tambak, transportasi laut, serta terdapat banyak
muara sungai.
Madura pada tulisan ini secara geografis berada pada 6,25o-8,35oLintang
Selatan (LS) dan 111,95o–114,95o Bujur Timur (BT) seperti yang terlihat
pada Gambar 1a. Profil batimetri perairan Selat Madura diperoleh dari data
batimetri milik General Bathymetric Chart of the Oceans(GEBCO).
Secara umum, Selat Madura memiliki kedalaman dengan rata-rata sebesar
40 meter . Profil batimetri Selat Madura sangat unik dan bervariasi.Batimetri
terlihat adanya cekungan dalam (deepbasin) dengan kedalaman diatas 100 meter
pada posisi geografis 7,50o -8,25oLS dan 113,25o–113,75oBT.
Bagian timur cekungan dalam ini dibatasi oleh gundukan dangkal
berkedalaman sekitar 60 m, yang terhubung dengan celah mulut Selat Madura
dengan kedalaman diatas 80 m yang berbatasan langsung dengan Laut Bali. Profil
batimetri seperti ini diduga dapat menyebabkan turbulensi pada aliran arus
yang masuk ke selat Madura dan menimbulkan Eddy. Dari gambaran awal
terbentuknya Eddy di Selat Madura merupakaninteraksi arus dengan
profil unik batimetri Selat Madura sehingga diduga bahwa Eddy yang terbentuk
merupakan tipe Topographic Eddy.
. Selain itu dengan meningkatnya pembangunan di hulu sungai
menyebabkan terjadinya erosi dan meningkatnya sedimen sehingga terjadi
sedimentasi di hilir sungai. Sedimentasi tersebut mempengaruhi perubahan
kedalaman di muara sungai dan sangat mempengaruhi alur pelayaran. Oleh karena
itu, diperlukan pengukuran batimetri di kawasan ini agar memudahkan dalam jalur
navigasi serta kajian ini juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
pembangunan wilayah pesisir Sungai Lumpur Pengukuran batimetri dapat
menggunakan beberapa metode.
Pada peta counture map bisa dilihat bahwa semakin kecil nilai nya atau
semakin gelap warna maka semakin dalam kedalaman perairan tersebut dan juga
sebaliknya makin terang warna atau semakin besar angkanya maka semakin
dangkal.Pada gambar menunjukan angka -6 untuk dasar perairan yang terdalam dan
angka 48 menunjukan perairan yang paling dangkal dan juga angka -4 sampai 10
menjunjukan bahwa perairan tersebut cukup dalam.
pada angka 12 sampai dengan 30 menunjukan bahwa dasar perairan
memiliki kategori kedalaman yang biasa dan angka 32 sampai dengan angka 40
menunjukan bahwa perairan tersebet memiliki dasar perairan yang cukup rendah
atau dangkal dan pada angka 42 sampai dengan angka 48 menunjukan bahwa
perairan tersebut memiliki dasar perairan yang dangkal.
Pada peta 3d surface dan warframe bisa dilihat bahwa hail dari dasar
perairan pulau madura cukup menjorok kedalam dimana di dalamnya terdapat
gunung dan lembah dan juga kedalaman paling rendah yaitu dengan nilai 46 dan
kedalaman yang paling dalam yaitu yang berwarna hitam dengan nilia sebesar -4
dan juga pertengahan perairan yaitu pada kisaran angka 22 sampai dengan 30.
Batimetri/Kedalaman Perairan Selat Madura Kedalaman perairan
merupakan faktor yang paling dominan untuk segala aspek faktor yang
mempengaruhi tingkat hidup dan kehidupan biota di perairan. Kelas kedalaman
untuk peruntukan kawasan perikanan tangkap adalah lebih dari 24.7 meter, untuk
kawasan wisata adalah kurang dari 24.7 meter dan untuk kawasan konservasi
berlaku di semua kelas kedalaman. Berdasarkan hasil analisis data GEBCO,
perairan pesisir Selat Madura termasuk dalam laut dangkal dengan kedalaman
antara 10-25 meter. Semakin kearah tengah, kedalaman perairan bertambah hingga
mencapai kedalaman 70-75 meter .Kedalaman berkaitan dengan keadaan fisiografi
dasar perairan yang berpengaruh pada habitat biota di perairan tersebut.
bahwa perairan Selat Madura memiliki kondisi yang alami yang masih
sesuai dengan peruntukan beberapa aktivitas kelautan dan perikanan, diantaranya
adalah perikanan tangkap, wisata dan konservasi. Berdasarkan hasil overlay peta-
peta tematik diperoleh hasil bahwa 37,69% (8586,69 km2 ) dari luas perairan Selat
Madura sesuai untuk aktivitas perikanan tangkap, selanjutnya 10,28% (2341,02
km2 ) sesuai untuk kawasan wisata bahari dan 19,06% (4343,4 km2 ) sesuai untuk
kawasan konservasi. Sedangkan 32,97% (7511,94 km2 ) dapat difungsikan sebagai
kawasan konservasi dan wisata.
batimetri merupakan ukuran tinggi rendahnya dasar laut dimana peta
batimetri memberikan infomasi mengenai dasar laut. Pemanfaatan peta batimetri
dalam bidang kelautan misalnya dalam penentuan alur pelayaran, perencanaan
bangunan pantai, pembangunan jaringan pipa bawah laut dan sebagainya. Informasi
kedalaman merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk beberapa kajian
kegiatan sumberdaya kelautan, baik kedalaman di perairan dalam maupun perairan
dangkal. Namun, saat ini peta batimetri untuk perairan dangkal masih sangat
terbatas, termasuk wilayah Muara Sungai Lumpur.
Peta batimetri selat madura dimana secara umum kedalaman dasar lautnya
bertambah ke arah tengah selat dan membentuk lembah bawah laut.beberapa
tinggian lokal merupakan puncak-puncak antiklin atau struktur diapir yang tumbuh
sejak akhir plistosen.Gradien Moefologi rata-rata di selat madura adalah 0,5 m/km
pada arah utara selatan .gradien morologi dasar laut menjadi sangat curam di selatan
deretan p.sapudi,p,raas dan kepulauan kangean hinggga kedalaman kurang lebih
600 m dan selanjutnya menjadi landai hingga kedalaman 1200 m di udara .
salah satu metode yang biasa digunakan yaitu menggunakan metode
akustik. metode akustik merupakan proses pendeteksian target di laut dengan
mempertimbangkan proses perambatan suara, karakteristik suara (frekuensi, pulsa,
intensitas), faktor lingkungan atau medium, dan kondisi target. Metode ini
mengukur waktu tempuh pulsa gelombang akustik yang dipancarkan oleh
transducer pengirim menuju dasar laut dan dipantulkan kembali. Kedalaman
perairan didapat dari setengah perkalian antara cepat rambat gelombang suara dikali
selang waktu gelombang suara pada saat dipancarkan dan diterima kembali .
Pembuatan peta batimetri merupakan salah satu bidang kajian hidrografi.
Batimetri adalah ukuran dari tinggi rendahnya dasar iaut yang merupakan sumber
informasi utama mengenai dasar laut. Perubahan kondisi hidrografi di wiiayah
perairan laut dan pantai disamping disebabkan oleh faktor alam, juga disebabkan
oleh fenomena perubahan penggunaan lahan di wilayah tersebut dan proses-proses
yang terjadi di wilayah hulu sungai.
DAFTAR PUSTAKA