LP MTBS

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN MANAJEMENT TERPADU BALITA SAKIT AN..


DI POLI ANAK

Periode 17 Januari 2022- 22 Januari 2022

Disusun Oleh :

MEGA SETIAWATI

1035211004

FAKULTAS KESEHATAN PROGRAM STUDI NERS

UNIVERSITAS MOHAMMAD HUSNI THAMRIN

2021
LAPORAN PENDAHULUAN MANAJEMENT TERPADU BALITA SAKIT DI
POLI ANAK RADJAK HOSPITAL CILEUNGSI
Periode 17 Januari 2022 – 22 Januari 2022

A. Definisi MTBS
Manajement Terpadu Balita Sakit adalah suatu pendekatan yang digagas oleh
WHO dan UNICEF untuk menyiapkan petugas kesehatan melakukan penilaian,
membuat klasifikasi serta memberikan tindakan kepada anak terhadap penyakit-
penyakit yang umumnya mengancam jiwa. MTBS bertujuan untuk meningkatkan
ketrampilan petugas, memperkuat sistem kesehatan serta meningkatkan
kemampuan perawatan oleh keluarga dan masyarakat yang diperkenalkan pertama
kali pada tahun 1999, merupakan suatu bentuk strategi upaya pelayanan kesehatan
yang ditujukan untuk menurunkan angka kematian, kesakitan dan kecacatan bayi
dan anak balita di negara-negara berkembang.

Manajement Terpadu Balita Sakit merupakan pendekatan terpadua dalam


tatalaksana balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan
kesehatan yang meliputi upaya kuratif terhadap penyakit pneumonia, diare,
campak, malaria, infeksi telinga, malnutrisi, dan upaya promotif dan preventif
yang meliputi imunisasi, pemberian vitamin A dan konseling pemberian makan
yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak balita serta
menekan morbiditas karena penyakit yang dialami.

Manajemen terpadu balita sakit (MTBS) adalah sebuah modul yang menjelaskan
secara rinci cara menerapkan proses keterpaduan pelayanan dalam menangani
balita sakit yang datang ke fasilitas rawat jalan. Keterpaduan pelayanan tidak
hanya kuratif, tapi promotif dan preventif. Sekitar 70% kematian anak dibawah 5
tahun disebabkan oleh pneumonia, diare, malaria, campak, dan malnutrisi. Di
Indonesia, angka kematian bayi (AKB) 50/1000 kelahiran hidup, dan angka
kematian anak balita (AKABA) 64/1000 kelahiran hidup

B. Strategi MTBS
Strategi MTBS mulai diperkenalkan di Indonesia oleh WHO pada tahun 1996.
Pada tahun 1997 Depkes RI bekerjasama dengan WHO dan Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI) melakukan adaptasi modul MTBS WHO. Modul tersebut
digunakan dalam pelatihan pada bulan November 1997 dengan pelatih dari
SEARO. Sejak itu penerapan MTBS di Indonesia berkembang secara bertahap dan
update modul MTBS dilakukan secara berkala sesuai perkembangan program
kesehatan di Depkes dan ilmu kesehatan anak melalui IDAI.

Strategi MTBS memliliki 3 komponen khas yang menguntungkan, yaitu:


a. Komponen I: Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana
kasus balita sakit (selain dokter, petugas kesehatan non-dokter dapat pula
memeriksa dan menangani pasien asalkan sudah dilatih).
b. Komponen II: Memperbaiki sistem kesehatan (utamanya di tingkat
kabupaten/kota).
c. Komponen III: Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan
di rumah dan upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan
pemberdayaan keluarga dan masyarakat), yang dikenal sebagai MTBS berbasis
Masyarakat.

C. Proses/ Langkah Dalam MTBS


Proses manajemen kasus disusun dalam beberapa langkah sebagai berikut :

1. Menilai anak usia 2-5 bulan atau bayi muda usia 1 minggu sampai 2 bulan dan

melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

2. Membuat klasifikasi kategori untuk melaksanakan tindakan.

3. Mengobati dengan memberikan resep, cara memberi obat dan tindakan lain

yang perlu dilakukan.

4. Memberi konseling bagi ibu.

5. Memberi pelayanan tindak lanjut.

D. Tujuan MTBS
Menurut (Szees, 2013) tujuan MTBS adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan keterampilan petugas
b. Menilai,mengklasifikasi dan mengetahui resiko dari penyakit yang timbul
c. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan dirumah
d. Sebagai pedoman kerja bagi petugas dalam pelayanan balita sakit
e. Memperbaiki sistem kesehatan
f. Menurunkansecara bermaknaangka kematian dan kesakitan yang terkait
penyakit tersering pada balita.
g. Memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan kesehatan
anak.

Menurut data Riskesdas tahun 2007, penyebab kematian perinatal 0 – 7 hari


terbanyak adalah gangguan/kelainan pernapasan (35,9 %), prematuritas (32,4 %),
sepsis (12,0 %). Kematian neonatal 7 – 29 hari disebabkan oleh sepsis (20,5 %),
malformasi kongenital (18,1 %) dan pneumonia (15,4 %). Kematian bayi
terbanyak karena diare (42 %) dan pneumonia (24 %), penyebab kematian balita
disebabkan diare (25,2 %), pneumonia (15,5 %) dan DBD (6,8 %).

Penyakit-penyakit terbanyak pada balita yang dapat di tata laksana dengan MTBS
adalah penyakit yang menjadi penyebab utama kematian, antara lain pneumonia,
diare, malaria, campak dan kondisi yang diperberat oleh masalah gizi (malnutrisi
dan anemia). Langkah pendekatan pada MTBS adalah dengan menggunakan
algoritma sederhana yang digunakan oleh perawat dan bidan untuk mengatasi
masalah kesakitan pada Balita. Bank Dunia, 1993 melaporkan bahwa MTBS
merupakan intervensi yang cost effective untuk mengatasi masalah kematian balita
yang disebabkan oleh Infeksi Pernapasan Akut (ISPA), diare, campak malaria,
kurang gizi, yang sering merupakan kombinasi dari keadaan tersebut.

E. Ruang Lingkup MTBS


Menurut Szees, 2013 Ruang Lingkup MTBS, meliputi :

a. Penilaian, klasifikasi dan pengobatan bayi muda umur 1 hari- 2 bulan

b. Penilaian dan klasifikasi anak sakit umur 2 bulan- 5 tahun

c. Pengobatan yang telah ditetapkan dalam bagan penilaian dan klasifikasi

d. Konseling bagi ibu

e. Tindakan dan pengobatan

f. Masalah dan pemecahan dan pelayanan tindak lanjut

F. Langkah-langkah Pelayanan MTBS


Langkah- Langkah Pelayanan MTBS (Szees, 2013)
1. Anamnesa : wawancara terhadap orang tua bayi dan balita mengenai keluhan

utama,lamanya sakit,pengobatan yang telah diberikan dan riwayat penyakit

lainnya.

2. Pemeriksaan :

a. Untuk bayi umur 1hari-2 bulan

Periksa kemungkinan kejang,gangguan nafas, suhu tubuh, adanyainfeksi, ikterus,

gangguan pencernaan, BB, status imun.

b. Untuk bayi 2bulan-5 tahun

Keadaan umum, respirasi, derajat dehidrasi, suhu, periksa telinga, status gizi,imun,

penialaian pemberian makanan.

Menentukan klasifikasi, tindakan, penyuluhan dan konsultasi dokter. Langkah

Kegiatan (Szees, 2013) :

a. Pendaftaran bayi/balita menuju ruang KIA dan lanjut pelayanan MTBS

b. Petugas menulis identitas pasien pada kartu rawat jalan

c. Petugas melaksanakan anamnesa

d. Petugas melakukan pemeriksaan

e. Petugas menulis hasil anamnesa dan pemeriksaan serta mengklasifikan dan

memberikan penyuluhan

f. Petugas memberikan pengobatan sesuai buku pedomen MTBS bila perlu dirujuk

ke ruang pengobatan untuk konsultasi ke dokter

3. Penerapan MTBS (Szees, 2013)

a. Informasi mengenai MTBS kpd seluruh petugas


b. Persiapan penilaian,obat2 dan alat yang digunakan untuk pelayanan

c. Persiapan pengadaan formulir

d. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan hasil pelayanan

e. Penerapan MTBS dilaksanakan secara bertahap

4. Identifikasai Tindakan MTBS (Szees, 2013)

a. Terapi A

Terapi dirumah untuk mencegah dehidrasi, cairan yang biasa diberikan berupa oral

gula-garam, sayuran dan sup yang mengandung garam.

b. Terapi B

Dehidrasi sedang dengan pemberian CRO.

c. Terapi C

G. Klasifikasi MTBS
Klasifikasi MTBS terbagi menjadi 2, yaitu (Kirani, M. 2013) :

1. Umur 1 hari- 2 bulan

a. Penilaian Tanda dan Gejala

Pada penilaian tanda dan gejala yang pertama kali dilakukan pada balita
umur 1 hari sampai 2 bulan adalah:

1) Menilai adanya kejang

2) Adanya tanda atau gejala gangguan nafas seperti adanya henti nafas lebih

dari 20 detik

3) Adanya tanda dan gejala hipotermia seperti penurunan suhu tubuh

4) Adanya tanda atau gejala kemungkinan infeksi bakteri seperti mengantuk

atau letargi atau tidak sadar

5) Adanya tanda atau gejala ikterus


6) Adanya tanda atau gejala gangguan saluran cerna seperti muntah segera

setelah minum

7) Adanya tanda atau gejala diare

8) Adanya tanda atau gejala kemungkinan berat badan rendah dan masalah

pemberian ASI.

b. Penentuan Klasifikasi dan Tingkat Kegawatan

1) Klasifikasi kejang. Apabila ditemukan tanda tremor yang disertai adanya

penurunan kesadaran, terjadi gerakan yang tidak terkendali pada mulut, mata

atau anggota gerak lain, mulut mencucu dan sebagainya.

2) Klasifikasi gangguan nafas. Apabila ditemukan adanya henti nafas

(apnea) lebih dari 20 detik, nafas cepat ≥ 60 kali per menit, nafas lambat ≤

30 kali per menit, tampak sianosis, adanya tarikan dada sangat kuat.

3) Klasifikasi hipotermia. Sedang: Apabila ditemukan suhu tubuh pada bayi

sekitar 36-36,4 C serta kaki atau tangan teraba dingin yang dapat disertai

adanya gerakan pada bayi yang kurang normal. Hipotermia berat: apabila

suhu tubuh kurang dari 36 derajat celcius.

4) Klasifikasi kemungkinan infeksi bakteri. Pertama infeksi bakteri sistemik

apabila ditemukan anak selalu mengantuk/letargis atau tidak sadar, kejang,

terdapat gangguan nafas. Kedua infeksi lokal berat bila ditemukan nanah

pada daerah mata keluar dari telinga, tali pusar atau umbilicus terjadi

kemerahan. Ketiga infeksi bakteri lokal bila ditemukan adanya nanah yang

keluar dari mata akan tetapi jumlahnya masih sedikit, bau busuk, terjadi

kerusakan kulit yang sedikit, tali pusat atau umbilicus tampak kemerahan.
5) Klasifikasi ikterus.  Pada ikterus patologi bila ditemukan adanya kuning

pada hari kedua setelah lahir. Pada ikterus fisiologis dapat terjadi bila terjadi

kuning pada umur 3 hari sampai 14 hari.

6) Klasifikasi gangguan cerna. Dijumpai bila tanda sebagai berikut; muntah

segera setelah minum, atau berulang, berwarna hijau, gelisah, rewel dan

perut bayi kembung.

7) Klasifikasi diare. Diare dehidrasi berat, jika terdapat tanda seperti letargis

atau mengantuk atau tidak sadar, mata cekung serta turgor jelek. Diare

dehidrasi sedang jika ditemukan tanda seperti gelisah atau rewel, mata

cekuung serta turgor kulit jelek. Diare tanpa dehidrasi bila hanya ada salah

satu tanda dehidrasi berat atau ringan.

8) Klasifikasi BB rendah atau masalah pemberian ASI. Jika ditemukan tanda

seperti bayi sangat kecil, BB kurang dari 200 gram umur kurang 28 hari,

tidak bisa minum ASI, tidak melekat sama sekali, tidak mampu menghisap

ASI.

2. Umur 2 bulan-5 Tahun

a. Penilaian Dan Klasifikasi

1) Lajur warna klasifikasi :

a) Lajur Merah : kondisi yang harus segera dirujuk

b) Lajur Kuning : kondisi yang memerlukan tindakan khusus

c) Lajur Hijau : kondisi yang tidak memerlukan tindakan khusus tetapi

penyuluhan pada ibu

2) Menggunakan keterampilan TANYA, LIHAT, DENGAR dan RABA

a) Menanyakan masalah anaknya


Tanyakan umur anak untuk menentukan bagan penilaian dan

klasifikasi sesuai dengan kelompok umur, lakukan pemeriksaan BB,

PB/TB dan suhu. Catat apa yang dikatakan ibu mengenai masalah

anaknya dan tentukan ini kunjungan pertama atau ulang

b) Memeriksa tanda bahaya umum.

(1) Batuk atau sukar bernapas

Klasifikasi batuk atau sukar bernapas

Tanda dan Gejala Klasifikasi

- Ada tanda bahaya umum ATAU PNEUMONIA

- Tarikan dinding dada ke dalam BERAT ATAU

ATAU PENYAKIT

- Stridor SANGAT

BERAT

- Napas cepat PNEUMONIA

- Tidak ada tanda pneumonia atau BATUK

penyakit sangat berat BUKAN

PNEUMONIA

(2) Diare

Klasifikasi derajat dehidrasi

Tanda dan Gejala Klasifikasi

Terdapat 2 atau lebih tanda berikut : DIARE

- Letargis atau tidak sadar DEHIDRASI

- Mata Cekung BERAT

- Tidak bisa minum atau malas minum


- Cubitan kulit perut kembalinya

sangat lambat

Terdapat 2 atau lebih tanda berikut :


DIARE
- Gelisah atau rewel
DEHIDRASI
- Mata Cekung
RINGAN
- Haus minum dengan lahap
/SEDANG
- Cubitan kulit perut kembali lambat

DIARE
- Tidak cukup tanda dehidrasi berat
TANPA
atau ringan/sedang
DEHIDRASI

(3) Demam

Klasifikasi risiko tinggi malaria

Tanda dan Gejala Klasifikasi

- Ada tanda bahaya umum PENYAKIT

- Kaku kuduk BERAT DENGAN

DEMAM

- Demam (pada anamnesa atau MALARIA

teraba panas atau suhu ≥

37,5C)

- Rapid Diagnostic test (RDT)

positif

- Demam (pada anamnesa atau DEMAM

teraba panas atau suhu ≥ MUNGKIN

37,5C) BUKAN
- Rapid Diagnostic test (RDT) MALARIA

negatif

Klasifikasi demam untuk campak

Tanda dan Gejala Klasifikasi

- Ada tanda bahaya umum CAMPAK

ATAU DENGAN

- Kekeruhan pada kornea mata KOMPLIKASI

ATAU BERAT

- Lika dimulut yang dalam atau

luas

- Mata bernanah ATAU CAMPAK

- Luka dimulut DENGAN

KOMPLIKASI

PADA MATA

DAN/MULUT

- Tidak ada tanda-tanda diatas CAMPAK

Klasifikasi Demam Untuk DBD

Tanda dan Gejala Klasifikasi

- Ada tanda –tanda syok atau gelisah DBD

ATAU

- Muntah bercampur darah/seperti

kopi ATAU
- Berak berwarna hitam ATAU

- Bintik-bintik perdarahan dikulit

(petekie) dan uji torniket positif

ATAU

- Sering muntah ATAU

- Demam mendadak tinggi dan terus- MUNGKIN

menerus ATAU DBD

- Nyeri ulu hati atau gelisah ATAU

- Bintik perdarahan di kulit

- Tidak ada tanda-tanda diatas DEMAM

MUNGKIN

BUKAN DBD

(4) Masalah telinga

Klasifikasi masalah telinga

Tanda dan Gejala Klasifikasi

- Pembengkakan yang nyeri di MASTOIDITIS

belakang telinga

- Tampak cairan /nanah dari telinga INFEKSI

dan telah terjadi kurang dari 14 hari TELINGA

ATAU AKUT

- Nyeri telinga

- Tampak cairan /nanah dari telinga INFEKSI

dan telah terjadi selama dari 14 hari TELINGA

ATAU lebih KRONIS


- Nyeri telinga

- Tidak sakit telinga DAN tidak ada TIDAK ADA

cairan/nanah keluar dari telinga INFEKSI

TELINGA

(5) Memeriksa Status Gizi

Klasifikasi status gizi

Tanda dan Gejala Klasifikasi

- Badan sangat kurus ATAU SANGAT KURUS

- BB/PB (TB) < -3 SD ATAU DAN ATAU

- Bengkak pada kedua punggung ANEMIA

kaki

- Badan kurus ATAU KURUS

- BB/PB (TB) ≥ -3 SD - < -2 SD

- BB/PB (TB) – 2 SD - + 2 SD NORMAL

DAN

- Tidak ditemukan tanda-tanda

kelainan gizi diatas

(6) Anemia

Klasifikasi anemia

Tanda dan Gejala Klasifikasi

- Telapak tangan sangat pucat ANEMIA BERAT

- Telapak tangan agak pucat ANEMIA


- Tidak ditemukan tanda TIDAK ANEMIA

kepucatan pada telapak tangan

(7) Status Imunisasi Anak

Jadwal imunisasi di rumah

UMUR JENIS VAKSIN TEMPAT

0-7 hari HB 0 Rumah

1 bulan BCG, Polio 1 Posyandu

2 bulan DPT/HB1, Polio 2 Posyandu

3 bulan DPT/HB 2, Polio 3 Posyandu

4 bulan DPT/HB3, Polio 4 Posyandu

9 bulan Campak Posyandu

Jadwal imunisasi di tempat pelayanan kesehatan

UMUR JENIS VAKSIN TEMPAT

0 hari HB 0, BCG, Polio 1 RS/RB/Bidan

2 bulan DPT/HB1, Polio 2 RS/RB/Bidan

3 bulan DPT/HB 2, Polio 3 RS/RB/Bidan

4 bulan DPT/HB3, Polio 4 RS/RB/Bidan

9 bulan Campak RS/RB/Bidan

(8) Pemberian Vitamin A


Untuk pemberian Vitamin A periksa status pemberian vitamin A

pada semua anak yang berumur 6 bulan – 5 tahun dan catat pada

kolom KMS, tidak ada kontraindikasi.

Jadwal pemberian vitamin A

Pemberian setiap Pebruari dan Agustus

- Umur 6 bulan – 11 bulan : 100.000 IU (warna biru)

- Umur 12 bulan-5 tahun : 200.000 IU (warna merah)


DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2002. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran

Pernafasan Akut untuk Penanggulangan Pneumonia pada Balita, DepKes RI :

Jakarta.

Herlena, Karnely,. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Petugas terhadap

SOP MTBS pada Implementasi Tatalaksana ISPA Pneumonia di Puskesmas

Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2010, Skripsi-

UI Journal of Public Health vol.1/No.01/September 2006-Maret, Halaman 1- 4,

Program Studi Kesehatan Masyarakat FK Unv. Andalas Padang, 2007

Kementerian Kesehatan. Rencana Strategi Kementrian Kesehatan Tahun 2010-2014.

Kemenkes : Jakarta

Kementerian Kesehatan. 2017. Buku Panduan Pengisian MTBS di Fasilitas

Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai