Mengenali Secara Dini Masalah Kesehatan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 32

MENGENALI SECARA DINI MASALAH KESEHATAN

Tugas ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Kompleksitas dalam Pelayanan
Kebidanan dengan Dosen Pengampu Dr. Mufdlillah, S.SiT., M. Sc.

Disusun oleh :

Deny Eka Widyastuti (1810102052)


Wijayanti (1810102053)
Ratriana Nur Rahmawati (1810102054)
Rabiatunnisa (1810102055)

PROGRAM STUDI ILMU KEBIDANAN PROGRAM MAGISTER (S-2)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Segala puji bagi Allah swt. karna berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan tugas yang berjudul “Mengenali secara dini masalah kesehatan”.
Tugas ini disusun untuk menyelesaikan tugas Mata Kuliah Kompleksitas dalam
pelayanan kebidanan.
Terimakasih kepada dosen yang telah memberikan materi sehingga penulis
bisa menyelesaikan makalah ini. Tak lupa penulis berterimakasih kepada teman-
teman yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini.
Sebagaimana peribahasa mengatakan “tak ada gading yang tak retak”
begitu pula dengan makalah ini. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari para dosen dan teman-teman sekalian.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih. Semoga tugas ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, November 2019


Penulis
MENGENALI SECARA DINI MASALAH KESEHATAN

A. Pendahuluan
Angka kematian bayi dan balita di Indonesia adalah tertinggi di negara
ASEAN. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), terdapat beberapa
penyakit utama yang menjadi penyebab kematian bayi dan balita tersebut.
Pada kelompok bayi (0-12 bulan), penyebab kematian bayi terbanyak adalah
penyakit disre sebesar 42% dan pnemonia sebesar 24%. Sedangkan pada
kelompok balita, penyebab kematian balita terbanyak adalah akibat penyakit
diare sebesar 25,2%, pnemonia sebesar 15,5%, demam berdarah dengue
(DBD) 6,8% dan campak 5,8% serta kejadian gizi pada balita sebesar 5,4%
dan gizi kurang sebesar 13%. Apbila angka kematian bayi dan balita di
Indonesia ditelusuri sejak dahulu, penyakit-penyakit yang menyerang bayi
dan balita Indonesia masih berkisar penyakit-penyakit tersebut yaitu
penyakit-penyakit infeksi dan masalah kekurangan gizi.
Penyakit-penyakit penyebab kematian seperti : diare, pnemonia, demam
berdareah dan lain-lainnya tersebut pada umumnya dapat ditangani di tingkat
rumah sakit, namun masih sulit untuk tingkat puskesmas. Hal ini disebabkan
antara lain karena masih minimnya sarana dan peralatan diagnostik dan obat-
obatan terutama puskesmas di daerah terpencil yang tidak ada fasilitas
perawatan. Untuk itu, diperlukan suatu pendekatan yang sesuai untuk
puskesmas dalam upaya menurunkan kematian, kesakitan dan kecacatan pada
bayi dan balita. Suatu pendekatan yang saat ini diterapkan pada sebagian
besar puskesmas di Indonesia yaitu Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
dan MTBM (Manajemen Terpadu Bayi Muda).
B. MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit)
1. Pengertian
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management of
Childhood Illness (IMCI) adalah pendekatan yang terintegrasi atau terpadu
dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus pada kesehatan anak usia 0-59
bulan atau balita yang dilaksanakan secara menyeluruh. MTBS merupakan
suatu pendekatan atau cara menatalaksana balita sakit. Upaya dalam
pendekatan MTBS tergolong lengkap untuk dapat mengantisipasi
penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian balita di Indonesia.
Upaya yang dilaksanakan meliputi upaya preventif (pencegahan penyakit),
perbaikan gizi, upaya promotif (konseling), dan upaya kuratif
(pengobatan) terhadap penyakit dan masalah yang sering terjadi pada
balita (Depkes RI, 2008).
2. Tujuan MTBS
Kegiatan MTBS merupakan upaya yang ditujukan untuk menurunkan
Angka Kematian Bayi dan Anak Balita serta menekan morbiditas karena
penyakit terutama pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi telinga dan
malnutrisi. MTBS juga dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
di unit rawat jalan kesehatan dasar seperti puskesmas. World Health
Organization (WHO) telah mengakui bahwa pendekatan MTBS sangat
cocok diterapkan negara-negara berkembang dalam upaya menurunkan
kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita. MTBS telah
digunakan di lebih dari 100 negara dan terbukti dapat:
a. Menurunkan angka kematian balita,
b. Memperbaiki status gizi,
c. Meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan,
d. Memperbaiki kinerja petugas kesehatan,
e. Memperbaiki kualitas pelayanan dengan biaya lebih murah.
3. Komponen MTBS
a. Komponen I : Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam
tatalaksana kasus balita sakit ( selain dokter, petugas kesehatan non
dokter juga dapat memeriksa dan menangani pasien dengan catatan
sudah dilatih ). Peningkatan keterampilan petugas kesehatan yang
dimaksud yaitu antara lain dengan peningkatan standar dan pedoman
tatalaksana kasus, peningkatan pelatihan petugas di fasilitas kesehatan
primer, peningkatan peran MTBS untuk pemberi pelayanan swasta
serta menjaga kompetensi petugas kesehatan yang terlatih.
b. Komponen II : Memperbaiki sistem kesehatan ( terutama di tingkat
kabupaten/kota ). Peningkatan sistem kesehatan dapat dilakukan
dengan cara perencanaan dan manajemen di tingkat kabupaten/kota,
ketersediaan obat MTBS, peningkatan kualitas supervisi, alur rujukan
dan pelayanan serta peningkatan sistem informasi kesehatan.
c. Komponen III : Memperbaiki praktik keluarga dan masyarakat dalam
perawatan dirumah dan upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit
(meningkatkan pemberdayaan keluarga dan masyarakat), atau yang
dikenal dengan Manajemen Terpadu Balita Sakit Berbasis
Masyarakat (MTBS-M).
4. Kendala MTBS
a. Waktu yang dibutuhkan untuk konsultasi MTBS menyebabkan
waktu tunggu lebih lama. Pada beberapa tempat terkadang MTBS
hanya diimplementasikan secara parsial.
b. Kurangnya dukungan dari rekan-rekan di tempat pelayanan,
khususnya mereka yang tidak terlatih dalam MTBS.
c. Kurangnya dukungan pimpinan yang berhubungan dengan dukungan
financial seperti pengadaan booklet MTBS, formulir MTBS
termasuk gaji karyawan.
5. Tanda bahaya balita
a. Pengenalan
Terdapat salah satu atau lebih tanda berikut :
1) Tidak bisa minum atau menyusu
2) Memuntahkan semua makanan dan / atau minuman
3) Pernah atau sedang mengalami kejang
4) Gelisah
5) Letargis atau tidak sadar
6) Ada stridor
7) Tampak biru (sianosis)
8) Ujung tangan dan kaki pucat dan dingin
b. Deteksi dini dan pencegahan
Pemeriksaan dilakukan dengan menanyakan beberapa hal berikut
kepada ibu / pendamping :
1) Apakah anak bisa minum atau menyusu?
2) Apakah anak memuntahkan semua makanan dan/atau minuman?
3) Apakah anak pernah kejang selama sakit ini?
Dan dilanjutkan dengan melakukan pemeriksaan sebagai berikut:
1) Apakah anak gelisah, letargis atau tidak sadar?
2) Apakah anak mengalami kejang saat ini?
3) Apakah terdengar stridor*?
4) Apakah anak tampak biru (sianosis)
5) Apakah ujung tangan dan kaki pucat dan dingin?
c. Peran bidan
Kondisi ini memerlukan penanganan SEGERA. Seorang anak dengan
tanda bahaya umum memerlukan penanganan SEGERA, selesaikan
seluruh penilaian secara cepat dan lakukan penanganan pra rujukan
segera, sehingga rujukan tidak tertunda.
d. Prosedur penanganan dan rujukan
1) Bila sedang kejang beri diazepam
2) Bila ada stridor pastikan tidak ada sumbatan jalan napas
3) Bila ada stridor, sianosis dan ujung tangan dan kaki pucat dan
dingin berikan oksigen 3 -5 liter/menit melalui nasal prong
dengan perangkat oksigen standar (tabung O dan 2 humidifier)
4) Cegah agar gula darah tidak turun
5) Jaga anak tetap hangat
6) RUJUK SEGERA
6. Diare
a. Pengenalan
Diare adalah buang air besar yang frekuesinya lebih sering dan
konsistensi tinja lebih encer dari biasanya. Selama terjadi diare, tubuh
akan kehilangan cairan dan elektrolit secara cepat (IDAI, 2014). Pada
saat yang bersamaan, usus kehilangan kemampuannya untuk
menyerap cairan dan elektrolit yang diberikan kepadanya. Pada kasus
yang ringan dimana proses penyerapan belum terganggu, berbagai
cairan yang diberikan kepadanya dapat mencegah dehidrasi. Lebih
kurang 10% episode diare disertai dehidrasi /kekurangan cairan secara
berlebihan. Bayi dan anak yang lebih kecil lebih mudah mengalami
dehidrasi dibanding anak yang lebih besar dan dewasa. Oleh karena
itu, mencegah atau mengatasi dehidrasi merupakan hal penting dalam
penanganan diare pada anak.
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan
besar yaitu infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau infestasi
parasit), malabsorpsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-
sebab lainnya. Penyebab yang sering ditemukan di lapangan ataupun
secara klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan
(Depkes RI, 2011).
Jenis-jenis Diare :
Jenis diare ada dua, yaitu Diare akut, Diare persisten atau Diare
kronik.
Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari,
sementara Diare persisten atau diare kronis adalah diare yang
berlangsung lebih dari 14 hari.
Derajat dehidrasi dalam Diare :
Ada tiga derajat dehidrasi, yaitu:
1) Diare tanpa dehidrasi
2) Diare dengan dehidrasi ringan/ sedang
3) Diare dengan Dehidrasi berat.
b. Deteksi Dini dan Pencegahan
Cara menilai anak diare :
Tanya, lihat tanda-tanda dehidrasi pada anak
Tanya:
1) Berapa lama anak sudah mengalami diare?
2) Berapa kali anak buang air besar dalam satu hari?
3) Apakah tinjanya ada darah?
4) Apakah dia muntah?
5) Apakah ada penyakit lainnya?
Lihat:
1) Bagaimana keadaaan umum anak?
2) Sadar atau tidak sadar?
3) Lemas atau terlihat sangat mengantuk?
4) Apakah anak gelisah?
5) Berikan minum, apakah dia mau minum?
Jika iya, apakah ketika minum ia tampak sangat haus atau malas
minum?
6) Apakah matanya cekung atau tidak cekung?
7) Lakukan cubitan kulit perut (turgor).
Apakah kulitnya kembali segera, lambat, atau sangat lambat
(lebih dari 2 detik) ?
Klasiffikasikan tanda-tanda tersebut sesuai dengan tabel derajat
dehidrasi di bawah
.

Gejala/ derajat Diare tanpa Diare dehidrasi Diare


dehidrasi dehidrasi Ringan/Sedang dehidrasi
Berat
Bila terdapat Bila terdapat dua Bila terdapat
dua tanda atau tanda atau lebih dua tanda atau
lebih lebih
Keadaan Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai /
umum tidak sadar

Mata Tidak cekung Cekung Cekung


Keinginan Normal, tidak Ingin minum Malas minum
untuk minum ada rasa haus terus,
ada rasa haus
Turgor Kembali Kembali lambat Kembali
segera sangat lambat

Cara mencegah dehidrasi sebelum anak dibawa ke sarana kesehatan :


Berikan oralit, bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga
misalnya air tajin, kuah sayur, sari buah, air teh, air matang dll.
Cara melakukan pencegahan Diare yang benar dan efektif :
1) Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai
2 tahun
2) Memberikan makanan pendamping ASI sesuai umur
3) Memberikan minum air yang sudah direbus dan menggunakan air
bersih yang cukup
4) Mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum makan dan
sesudah buang air besar
5) Buang air besar di jamban
6) Membuang tinja bayi dengan benar
7) Memberikan imunisasi campak
c. Peran Bidan
Berikan nasihat dan cek pemahaman ibu/pengasuh tentang cara
pemberian Oralit, Zinc, ASI/makanan dan tanda-tanda untuk segera
membawa anaknya ke petugas kesehatan jika anak :
1) Buang air besar cair lebih sering
2) Muntah berulang-ulang
3) Mengalami rasa haus yang nyata
4) Makan atau minum sedikit
5) Demam
6) Tinjanya berdarah
7) Tidak membaik dalam 3 hari
d. Prosedur Penanganan dan rujukan
1) Rencana terapi A (Diare tanpa dehidrasi)
Bila terdapat dua tanda atau lebih :
a) Keadaan Umum baik, sadar
b) Mata tidak cekung
c) minum biasa, tidak haus
d) Cubitan kulit perut / turgor kembali segera

Menerangkan 5 langkah terapi diare di rumah


a) Beri cairan lebih banyak dari biasanya
(1) Teruskan ASI lebih sering dan lebih lama
(2) Anak yang mendapat ASI eksklusif, beri oralit atau air
matang sebagai tambahan
(3) Anak yang tidak mendapat ASI eksklusif, beri susu yang
biasa diminum dan oralit atau cairan rumah tangga sebagai
tambahan (kuah sayur, air tajin, air matang, dsb)
(4) Beri oralit sampai diare berhenti. bila muntah, tunggu 10
menit dan dilanjutkan sedikit demi sedikit.
(a) umur < 1 tahun diberi 50-100 ml setiap kali berak
(b) umur > 1 tahun diberi 100-200 ml setiap kali berak.
(5) Anak harus diberi 6 bungkus oralit (200 ml) di rumah bila:
(a) telah diobati dengan rencana terapi b atau c.
(b) tidak dapat kembali kepada petugas kesehatan jika
diare memburuk.
(6) Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit.
b) Beri obat zinc
Beri zinc 10 hari berturut-turut walaupun diare sudah
berhenti. dapat diberikan dengan cara dikunyah atau
dilarutkan dalam 1 sendok air matang atau ASI.
(1) Umur < 6 bulan diberi 10 mg (1/2 tablet) per hari
(2) Umur > 6 bulan diberi 20 mg (1 tablet) per hari.
c) Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi
(1) Beri makan sesuai umur anak dengan menu yang sama
pada waktu anak sehat
(2) Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur setiap porsi
makan
(3) Beri makanan kaya kalium seperti sari buah segar, pisang,
air kelapa hijau.
(4) Beri makan lebih sering dari biasanya dengan porsi lebih
kecil (setiap 3-4 jam)
(5) Setelah diare berhenti, beri makanan yang sama dan
makanan tambahan selama 2 minggu
d) Antibiotik hanya diberikan sesuai indikasi. misal: disenteri,
kolera dll
e) Nasihati ibu/ pengasuh
Untuk membawa anak kembali ke petugas kesehatan bila :
(1) Berak cair lebih sering
(2) Muntah berulang
(3) Sangat haus
(4) Makan dan minum sangat sedikit
(5) Timbul demam
(6) Berak berdarah
(7) Tidak membaik dalam 3 hari
2) Rencana terapi B (Diare dehidrasi Ringan/ Sedang)
Bila terdapat dua tanda atau lebih :
a) Gelisah, rewel
b) Mata cekung
c) Ingin minum terus, ada rasa haus
d) Cubitan kulit perut / turgor kembali lambat
Jumlah Oralit Yang Diberikan Dalam 3 Jam Pertama Di Sarana
Kesehatan
ORALIT yang diberikan = 75 ml x BERAT BADAN anak
a) Bila BB tidak diketahui berikan oralit sesuai tabel di bawah
ini:
Umur 4 bulan 4 -12 12-24 2-5
Sampai bulan bulan tahun
Berat < 6 kg 6-10 kg 10-12 kg 12-19 kg
Badan
Jumlah 200-400 400-700 700-900 900-
cairan 1400

b) Bila anak menginginkan lebih banyak oralit, berikanlah.


c) Bujuk ibu untuk meneruskan ASI.
d) Untuk bayi < 6 bulan yang tidak mendapat ASI berikan juga
100-200 ml air masak selama masa ini.
e) Untuk anak > 6 bulan, tunda pemberian makan selama 3 jam
kecuali ASI dan oralit
f) Beri obat Zinc selama 10 hari berturut-turut
Amati anak dengan seksama dan bantu ibu memberikan oralit:

a) Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan.


b) Berikan sedikit demi sedikit tapi sering dari gelas.
c) Periksa dari waktu ke waktu bila ada masalah.
d) Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit
dan berikan air masak atau ASI.
e) Beri oralit sesuai Rencana Terapi A bila pembengkakan telah
hilang.
Setelah 3-4 jam, nilai kembali anak menggunakan bagan
penilaian, kemudian pilih rencana terapi A, B atau C untuk
melanjutkan terapi

a) Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke Rencana Terapi A. Bila


dehidrasi telah hilang, anak biasanya kencing kemudian
mengantuk dan tidur.
b) Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/ sedang, ulangi
Rencana Terapi B
c) Anak mulai diberi makanan, susu dan sari buah.
d) Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan
Rencana Terapi C

Bila ibu harus pulang sebelum selesai rencana terapi B :

a) Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam Terapi


3 jam di rumah.
b) Berikan oralit 6 bungkus untuk persediaan di rumah
c) Jelaskan 5 langkah Rencana Terapi A untuk mengobati anak
di rumah
3) Rencana terapi C (Diare dehidrasi Berat)
Bila terdapat dua tanda atau lebih :
a) Lesu, lunglai / tidak sadar
b) Mata cekung
c) Malas minum
d) Cubitan kulit perut / turgor kembali sangat lambat
Untuk terapi diare dehidrasi berat di sarana kesehatan
a) Bila dapt memberikan cairan intravena
(1) Beri cairan Intravena segera.
(2) Ringer Laktat atau NaCl 0,9% (bila RL tidak tersedia)
100 ml/kg BB, dibagi sebagai berikut:
(3) Diulangi lagi bila denyut nadi masih lemah atau tidak
teraba
(4) Nilai kembali tiap 15-30 menit. Bila nadi belum teraba,
beri tetesan lebih cepat.
(5) Juga beri oralit (5 ml/kg/jam) bila penderita bisa minum;
biasanya setelah 3-4 jam (bayi) atau1-2 jam (anak).
•Berikan obat Zinc selama 10 hari berturut-turut
••Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi derajat
dehidrasi.
(6) Kemudian pilihlah rencana terapi yang sesuai (A, B atau
C ) untuk melanjutkan terapi.
b) Bila terdapat terapi terdekat dalam 30 menit
(1) Rujuk penderita untuk terapi Intravena.
(2) Bila penderita bisa minum, sediakan oralit dan tunjukkan
cara memberikannya selama di perjalanan.
c) Bila dapat menggunakan pipa nasogastrik/orogastrik untuk
rehidrasi
Mulai rehidrasi dengan oralit melalui Nasogastrik/
Orogastrik. Berikan
sedikit demi sedikit, 20 ml/kg BB/jam selama 6 jam
Nilai setiap 1-2 jam:
Bila muntah atau perut kembung berikan cairan lebih lambat.
Bila rehidrasi tidak tercapai setelah 3 jam rujuk untuk terapi
Intravena.
Setelah 6 jam nilai kembali dan pilih rencana terapi yang
sesuai (A, B atau C).
d) Penderita bisa minum
Mulai rehidrasi dengan oralit melalui mulut.
Berikan sedikit demi sedikit, 20 ml/kg BB/jam selama 6 jam
Nilai setiap 1-2 jam:
Bila muntah atau perut kembung berikan cairan lebih lambat.
Bila rehidrasi tidak tercapai setelah 3 jam, rujuk untuk terapi
Intravena.
Setelah 6 jam nilai kembali dan pilih rencana terapi yang
sesuai.
e) Segera rujuk anak untuk rehidrasi melalui
Nasogastrik/Orogastrik atau Intravena.
Catatan :
Bila mungkin amati penderita sedikitnya 6 jam setelah
rehidrasi untuk memastikan bahwa ibu dapat menjaga
mengembalikan cairan yang hilang dengan memberi oralit.
Bila umur anak di atas 2 tahun dan kolera baru saja berjangkit
di daerah Saudara, pikirkan kemungkinan kolera dan beri
antibiotika yang tepat secara oral begitu anak sadar.
e. Diare persisten, sesudah 5 hari:
1) Tanyakan apakah diare sudah berhenti?
2) Tindakan:
a) Jika diare belum berhenti, lakukan penilaian ulang lengkap pada
anak. Berikan pengobatan yang diperlukan, selanjutnya rujuk.
b) Jika diare sudah berhenti, katakan pada ibu untuk menerapkan
anjuran pemberian makan yang sesuai dengan umur anak.
7. Pneumonia
a. Pengenalan
Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru. Sebagian
besar disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri) dan sebagian
kecil disebabkan oleh hal lain (aspirasi, radiasi dll). Pada pneumonia
yang disebabkan oleh kuman, menjadi pertanyaan penting adalah
penyebab dari Pneumonia (virus atau bakteri). Pneumonia seringkali
dipercaya diawali oleh infeksi virus yang kemudian mengalami
komplikasi infeksi bakteri. Secara klinis pada anak sulit membedakan
pneumonia bakterial dengan pneumonia viral. Demikian pula
pemeriksaan radiologis dan laboratorium tidak menunjukkan
perbedaan nyata. Namun sebagai pedoman dapat disebutkan bahwa
pneumonia bakterial awitannya cepat, batuk produktif, pasien tampak
toksik, leukositosis, dan perubahan nyata pada pemeriksaan
radiologis.
Terdapat berbagai faktor risiko yang menyebabkan tingginya angka
mortalitas pneumonia pada anak balita di negara berkembang. Faktor
risiko tersebut adalah: pneumonia yang terjadi pada masa bayi, berat
badan lahir rendah (BBLR), tidak mendapat imunisasi, tidak mendapat
ASI yang adekuat, malnutrisi, defisiensi vitamin A, tingginya
prevalens kolonisasi bakteri patogen di nasofaring, dan tingginya
pajanan terhadap polusi udara (polusi industri atau asap rokok).
b. Deteksi dini dan pencegahan
Diagnosis pneumonia kominiti didasarkan kepada riwayat penyakit
yang lengkap, pemeriksaan fisik yang teliti dan pemeriksaan
penunjang.
Diagnosis pasti pneumonia komunitas ditegakkan jika pada foto toraks
terdapat infiltrat baru atau infiltrat progresif ditambah dengan 2 atau
lebih gejala di bawah ini:
1) Batuk-batuk bertambah
2) Perubahan karakteristik dahak/purulen
3) Suhu tubuh > 38C (aksila) /riwayat demam
4) Pemeriksaan fisis: ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara
napas bronkial dan ronki
5) Leukosit > 10.000 atau < 4500 12,13
Penilaian derajat keparahan penyakit pneumonia komunitas dapat
dilakukan dengan menggunakan sistem skor menurut hasil penelitian
Pneumonia Patient Outcome Research Team (PORT).
Pencegahan pneumonia :
Di luar negeri di anjurkan pemberian vaksin influenza dan
pneumokokus pada orang dengan resiko tinggi. Vaksinasi sampai saat
ini masih perlu dilakukan penelitian tentang efektivitinya. Pemberian
vaksin tersebut diutamakan untuk golongan risiko tinggi misalnya usia
lanjut, penyakit kronik, diabetes, penyakit jantung koroner, PPOK,
HIV, dll. Vaksinasi ulang direkomendasikan setelah > 2 tahun. Efek
samping vaksinasi yang terjadi antara lain reaksi lokal dan reaksi yang
jarang terjadi yaitu hipersensitivitas tipe 3.
c. Peran bidan
1) Menilai dan membuat klasifikasi anak sakit
2) Menentukan tindakan dan pemberi pengobatan
3) Memberikan konseling
4) Memberikan pelayanan tindak lanjut
d. Penanganan dan rujukan

Gejala Klasifikasi Tindakan


Tarikan dinding PNEUMONIA a. Beri Oksigen
dada ke dalam BERAT maksimal 2-3
ATAU Saturasi liter/menit dengan
Oksigen <90% menggunakan
nasal prong
b. Beri dosis
pertama antibiotik
yang sesuai
c. RUJUK SEGERA
**
Nafas cepat PNEUMONIA a. Beri amoksisilin
2x sehari selama 3
hr atau 5 hr ***
b. Beri pelega
tenggorokan dan
pereda batuk yang
aman
c. Obati wheezing
bila ada
d. Apabila batuk >14
hari RUJUK untuk
pemeriksaan
lanjutan
e. Nasehati kapan
kembali segera
f. Kunjungan ulang
2 hari
Tidak ada tanda- BATUK BUKAN a. Beri pelega
tanda Pneumonia PNEUMONIA tenggorokan dan
Berat maupun pereda batuk yang
Pneumonia aman
b. Obati wheezing
bila ada
c. Apabila batuk ≥14
hari rujuk untuk
pemeriksaan TB
dan sebab lain
d. Nasihati kapan
kembali segera
e. Kunjungan ulang
2 hari jika tidak
ada Perbaikan

Umur anak : Napas cepat apabila :


2 bulan - < 12 bulan 50 kali atau lebih per menit
12 bulan - < 5 tahun 40 kali atau lebih per menit
*Hitung napas dengan menggunakan ARI sound timer atau arloji yang
mempunyai jarum detik.
**Jika rujukan tidak memungkinkan, tangani anak sesuai dengan
pedoman nasional rujukan pneumonia atau sebagaimana pada Buku
Saku Tatalaksana Anak di RS.
***Pemberian amoksisilin oral untuk 5 hari dapat digunakan pada
pasien dengan pneumonia disertai klasifikasi terpajan HIV, diduga
terinfeksi HIV atau infeksi HIV terkonfirmasi.
Dimaksud dengan RUJUK disini adalah ke Dokter Puskesmas,
Puskesmas Perawatan atau Rumah Sakit.
Tatalaksana wheezing pada pneumonia berat dilakukan di fasilitas
kesehatan rujukan, kecuali untuk rujukan yang membutuhkan waktu
yang lama.
e. Penumonia, sesudah 2 hari:
1) Periksa adanya tanda bahaya umum
2) Lakukan penilaian untuk batuk/sukar bernafas
3) Tanyakan :
a) Apakah anak bernafas lebih lambat?
b) Apakah nafsu makan anak membaik?
4) Tindakan :
a) Jika tanda bahaya umum atau tarikan dinding dada ke dalam,
beri 1 dosis antibiotik pilihan kedua atau suntikan
klorampenikol, selanjutnya rujuk segera
b) Jika frekuensi nafas atau nafsu makan anak tidak menunjukkan
perbaikan, gantilah dengan antibiotik pilihan kedua dan
anjurkan ibu untuk kembali dalam 2 hari (atau rujuk), jika tidak
ada obat pilihan kedua atau jika anak menderita campak dalam 3
bulan terakhir.
c) Jika nafas melambat, atau nafsu makannya membaik, lanjutkan
pemberian antibiotik hingga seluruhnya 5 hari.
8. Demam
a. Pengenalan
Berdasarkan anamnesis ATAU teraba panas ATAU suhu ≥ 37,5 C *
b. Deteksi dini dan pencegahan
Tentukan Daerah Endemis Malaria :
Jika Daerah Non Endemis Malaria, tanyakan :
1 - 2 minggu terakhir, dan tentukan daerah risiko sesuai tempat yang
dikunjungi.
TANYAKAN :
1) Sudah berapa lama anak demam?
2) Jika lebih dari 7 hari, apakah demam setiap hari ?
3) malaria atau minum obat malaria ?
4) Apakah anak menderita campak dalam jangka waktu 3 bulan
terakhir?
LIHAT dan PERIKSA :
1) Lihat dan periksa adanya kaku kuduk
2) Lihat adanya penyebab lain dari demam **
3) Lihat adanya tanda-tanda CAMPAK saat ini:
Ruam kemerahan dikulit yang menyeluruh DAN Terdapat salah
satu tanda berikut: batuk, pilek, mata merah.
Tes Malaria terdiri dari pemeriksaan RDT dan mikroskopis.
Jika tidak ada klasifikasi berat, LAKUKAN TES MALARIA :
1) Pada semua kasus demam di daerah Endemis tinggi atau
2) Jika tidak ditemukan penyebab pasti demam di daerah endemis
rendah
Jika tidak tersedia pemeriksaan malaria di daerah endemis malaria
tinggi atau rendah, klasifikasikan sebagai MALARIA
Jika demam lebih dari 14 hari dan atau berulang tanpa sebab yang
jelas rujuk untuk pemeriksaan TB
Untuk daerah endemis tinggi, semua balita sakit yang datang ke
Puskesmas diperiksa laboratorium untuk malaria
Jika anak menderita campak sekarang atau dalam 3 bulan terakhir.
1) Lihat adanya luka di mulut. Apakah dalam/luas ?
2) Lihat adanya nanah pada mata
3) Lihat adanya kekeruhan pada kornea
* Suhu berdasarkan suhu aksila
** Penyebab lain dari demam antara lain. : DBD, Pneumonia, Infeksi
saluran kencing, Infeksi telinga, luka dengan infeksi dan lain-lain.
*** Komplikasi penting lain dari campak, pneumonia, stridor,
diare, infeksi telinga, dan Gizi Sangat Kurus.
Klasifikasikan Demam untuk Demam Berdarah Dengue, hanya jika :
demam atau riwayat demam 2 sampai dengan 7 hari
Tanyakan :
1) Apakah demam mendadak tinggi dan terus menerus?
2) Apakah ada nyeri ulu hati ?
3) Apakah badan anak dingin ?
4) Apakah ada muntah-muntah ?
5) Apakah ada perdarahan (di kulit/hidung/BAB) ?
6) Apakah di lingkungan sekitar ada yang terinfeksi DBD ?
a. Apakah sering?
b. Apakah muntah dengan darah atau seperti kopi?
7) Apakah berak berwarna hitam?
8) Apakah ada nyeri ulu hati atau anak gelisah?
LIHAT dan RABA :
Periksa tanda-tanda syok :
Ujung ekstremitas teraba dingin DAN nadi sangat lemah/tidak teraba
Lihat adanya : Perdarahan dari hidung/gusi, Bintik perdarahan di
kulit (petekie)
Lakukan : Uji torniket bila pasien tidak syok dan tidak ada
perdarahan
c. Peran bidan
1) Menilai dan membuat klasifikasi anak sakit
2) Menentukan tindakan dan pemberi pengobatan
3) Memberikan konseling
4) Memberikan pelayanan tindak lanjut
d. Penanganan dan rujukan

Klasifikasi Gejala Klasifikasi Pengobatan


demam
Endemis Malaria Ada tanda bahaya PENYAKIT 1. Beri dosis
Tinggi atau ATAU Kaku kuduk BERAT pertama
Rendah DENGAN artemeter
DEMAM injeksi atau
kinin injeksi
untuk malaria
berat
2. Beri dosis
pertama
antibiotik yang
sesuai
3. Cegah agar
gula darah
tidak turun
4. Berikan satu
dosis
parasetamol
untuk demam
≥ 38,5 °C
5. RUJUK
SEGERA
Demam (pada MALARIA 1. Beri obat anti
anamnesis atau malaria oral
teraba panas atau pilihan pertama
suhu ≥ 37,5°C DAN 2. Beri satu dosis
Mikroskopis positif parasetamol
atau RDT positif untuk demam ≥
38,5 °C
3. Nasihati kapan
kembali segera
4. Kunjungan
ulang 3 hari
jika tetap
demam
5. Jika demam
berlanjut lebih
dari 7 hari,
RUJUK untuk
penilaian lebih
lanjut.
Mikroskopis negatif DEMAM 1. Beri satu dosis
atau RDT negatif MUNGKIN parasetamol
ATAU Ditemukan BUKAN untuk demam ≥
penyebab lain dari MALARIA 38,5 °C
demam. ** 2. Obati penyebab
lain dari
demam
3. Nasihati kapan
kembali segera
4. Kunjungan
ulang 3 hari
jika tetap
demam
5. Jika demam
berlanjut lebih
dari 7 hari,
RUJUK untuk
penilaian lebih
lanjut
Non Endemis Ada tanda bahaya PENYAKIT 1. Beri dosis
Malaria dan tidak umum ATAU Kaku BERAT pertama
ada riwayat kuduk ATAU Usia DENGAN antibiotik yang
bepergian ke ≤ 3 bulan DEMAM sesuai
daerah malaria 2. Cegah agar
gula darah tidak
turun
3. Beri satu dosis
parasetamol
untuk demam ≥
38,5 °C
4. RUJUK
SEGERA
Tidak ada tanda DEMAM 1. Beri satu dosis
bahaya umum DAN BUKAN parasetamol
Tidak ada kaku MALARIA untuk demam ≥
kuduk 38,5 °C
2. Obati penyebab
lain dari
demam
3. Nasihati kapan
kembali segera
4. Kunjungan
ulang 2 hari
jika tetap
demam
5. Jika demam
berlanjut lebih
dari 7 hari,
RUJUK untuk
penilaian lebih
lanjut
Klasifikasikan Ada tanda bahaya CAMPAK 1. Beri vitamin
CAMPAK umum ATAU DENGAN A dosis
Adanya kekeruhan KOMPLIKASI pengobatan
pada kornea mata BERAT*** 2. Beri dosis
ATAU Ada luka di pertama
mulut yang dalam antibiotik
atau luas yang sesuai
3. Jika ada
kekeruhan
pada kornea
atau nanah
pada mata
berikan salep
mata
antibiotik
4. Jika demam
tinggi (≥
38,5° C) beri
dosis pertama
parasetamol
5. RUJUK
SEGERA
Ada nanah pada CAMPAK 1. Beri vitamin
mata, ATAU Ada DENGAN A dosis
luka pada mulut KOMPLIKASI pengobatan
PADA MATA 2. Jika ada
DAN/ATAU nanah pada
MULUT mata, beri
salep mata
antibiotik
3. Jika ada luka
pada mulut
oleskan
antiseptik
mulut
4. Jika anak Gizi
Sangat Kurus
beri vitamin
A sesuai
dosis.
5. Kunjungan
ulang 3 hari
Campak sekarang CAMPAK Beri vitamin A
atau dalam 3 bulan
terakhir
Klasifikasikan Ada tanda tanda DEMAM 1. Jika ada syok,
DEMAM syok BERDARAH beri Oksigen
BERDARAH ATAU DENGUE 2-4 liter/menit
DENGUE Nyeri ulu hati (DBD) dan beri segera
ATAU cairan
Muntah-muntah intravena
ATAU sesuai
Perdarahan petunjuk
(kulit/hidung/BAB) 2. Jika tidak ada
ATAU syok tapi
Uji torniket positif sering muntah
Ÿ atau malas
minum, beri
cairan infus
Ringer
Laktat/Ringer
Asetat, jumlah
cairan rumatan
3. Jika tidak ada
syok, tidak
muntah dan
masih mau
minum, beri
oralit atau
cairan lain
sebanyak
mungkin
dalam
perjalanan ke
rumah sakit
4. Beri dosis
pertama
parasetamol,
jika demam
tinggi (≥38,5 °
C), tidak boleh
golongan
salisilat dan
ibuprofen
5. RUJUK
SEGERA
Demam mendadak MUNGKIN 1. Beri dosis
tinggi DBD pertama
dan terus menerus parasetamol,
ATAU jika demam
Bintik-bintik tinggi (≥ 38,5 °
perdarahan C), tidak boleh
di kulit (-) golongan
ATAU salisilat dan
Uji torniket (-) ibuprofen
2. Nasihati untuk
lebih banyak
minum:
oralit/cairan
lain.
3. Nasihati kapan
kembali segera
4. Kunjungan
ulang 1 hari
Tidak ada satupun DEMAM 1. Obati penyebab
gejala di atas MUNGKIN lain dari
Ÿ BUKAN DBD demam
2. Beri dosis
pertama
parasetamol,
jika demam
tinggi (≥ 38,5 °
C), tidak boleh
golongan
salisilat dan
ibuprofen
3. Nasihati kapan
kembali segera
4. Kunjungan
ulang 2 hari
jika tetap
demam

C. MTBM (Manajemen Terpadu Bayi Muda)


1. Penyakit sangat berat atau infeksi bakteri
a. Pengenalan
Berdasarkan anamnesis ATAU terdapat infeksi bakteri (infeksi
bakteri sistemik, infeksi bakteri lokal berat, infeksi bakteri lokal)
b. Deteksi dini dan pencegahan
TANYAKAN :
1) Apakah bayi tidak mau minum atau memuntahkan semua ?
2) Apakah bayi kejang?
LIHAT, DENGAR, dan RASAKAN :
1) Lihat gerakan pada bayi
a) Apakah bayi bergerak atas kemauan sendiri ?
b) Bayi bergerak, setelah di stimulasi ?
c) Apakah bayi tidak bergerak sama sekali ?
2) Hitung napas dalam 1 menit, ulangi menghitung jika bayi
bernapas cepat (≥ 60 kali/menit) atau bernapas lambat (< 40
kali/menit)
3) Lihat adanya tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat
4) Ukur suhu aksiler
5) Lihat apakah mata bernanah? Apakah nanah banyak di mata ?
6) Apakah pusar kemerahan/bernanah Dan jika ada, apakah
kemerahan meluas sampai ke dinding perut lebih dari 1 cm?
7) Lihat, adakah pustul di kulit ?
c. Peran bidan
1) Menilai dan membuat klasifikasi bayi sakit
2) Menentukan tindakan dan pemberi pengobatan
3) Memberikan konseling
4) Memberikan pelayanan tindak lanjut
d. Penanganan dan rujukan

Gejala Klasifikasi Pengobatan


Terdapat salah satu atau PENYAKIT 1) Jika ada kejang,
lebih tanda berikut : SANGAT BERAT tangani kejang
1) Tidak mau minum ATAU INFEKSI 2) Cegah agar gula
atau memuntahkan BAKTERI BERAT darah tidak turun
semua, 3) Jika ada gangguan
2) Riwayat kejang, napas, tangani
3) Bayi bergerak hanya gangguan napas
ketika distimulasi 4) Jika ada hipotermia,
atau tidak bergerak tangani hipotermia
sama sekali 5) Beri dosis pertama
4) Napas cepat (≥ 60 antibiotik
kali/menit), intramuskular
5) Napas lambat (< 40 6) Nasihati cara menjaga
kali/menit), bayi tetap hangat di
6) Tarikan dinding dada perjalanan
ke dalam yang sangat 7) RUJUK SEGERA
kuat,
7) Suhu tubuh ≥ 37,5˚C,
8) Suhu tubuh ˂ 36,5˚C,
9) Mata bernanah
banyak,
10) Pusar kemerahan
meluas sampai ke
dinding perut >1
cm/bernanah.
Mata bernanah sedikit, INFEKSI 1) Jika ada mata
Terdapat salah satu atau BAKTERI LOKAL bernanah, beri
lebih tanda berikut : salep/tetes mata
Pusar kemerahan, Pustul antibiotik.
di kulit. 2) Ajari ibu cara
mengobati infeksi
lokal di rumah
3) Lakukan asuhan dasar
bayi muda
4) Nasihati kapan
kembali segera
5) Kunjungan ulang
dalam 2 hari
Tidak terdapat salah satu MUNGKIN 1) Ajari ibu cara
tanda diatas BUKAN INFEKSI merawat bayi di
rumah
2) Lakukan asuhan dasar
bayi muda

2. Ikterus
a. Deteksi dini
TANYAKAN :
Apakah bayi kuning Jika ya, pada umur berapa pertama kali timbul
kuning ?
LIHAT :
Lihat adanya ikterus pada bayi (kuning pada mata atau kulit)
Lihat telapak tangan dan telapak kaki bayi, apakah kuning ?
b. Penanganan dan rujukan

Gejala Klasifikasi Pengobatan


Timbul kuning pada hari IKTERUS BERAT 1. Cegah agar gula darah
pertama (<24 jam) setelah tidak turun
lahir ATAU Kuning 2. Nasihati cara menjaga
ditemukan pada umur bayi tetap hangat selama
lebih dari 14 hari ATAU perjalanan
Kuning sampai telapak 3. RUJUK SEGERA
tangan atau telapak kaki.
Timbul kuning pada umur IKTERUS 1. Lakukan asuhan dasar
24 jam sampai dengan bayi muda
umur 14 hari, DAN 2. Menyusu lebih sering
Kuning tidak sampai 3. Nasihati kapan kembali
telapak tangan atau segera
kaki 4. Kunjungan ulang 1 hari

Tidak kuning TIDAK ADA IKTERUS Lakukan asuhan dasar bayi


muda
4. Diare
a. Diagnosa
LIHAT dan RABA :
Lihat keadaan umum bayi
1) Apakah bayi bergerak atas kemauan sendiri ?
2) Apakah bayi bergerak hanya ketika dirangsang?
3) Apakah bayi tidak bergerak sama sekali ?
4) Apakah bayi gelisah / rewel ?
5) Lihat apakah matanya cekung ?
6) Cubit kulit perut, apakah kembalinya :
a) Sangat lambat ( > 2 detik)
b) Lambat (masih sempat terlihat lipatan kulit)
c) Segera
Bayi dikatakan diare apabila terjadi perubahan bentuk feses,
dibanding biasanya lebih banyak dan lebih cair (lebih banyak
air dari ampasnya)
Pada bayi ASI eksklusif, buang air besar biasanya lebih sering
dan bentuknya lebih lembek dan ini bukan diare.
b. Penanganan dan rujukan

Gejala Klasifikasi Penanganan


Terdapat 2 (dua) atau DIARE 1. Jika tidak terdapat
lebih DEHIDRASI klasifikasi berat
tanda berikut : BERAT lain, tangani sesuai
1. Bergerak hanya jika rencana terapi C
dirangsang atau tidak atau Jika terdapat
bergerak sama sekali klasifikasi berat
2. Mata cekung lainnya
3. Cubitan kulit perut 2. RUJUK SEGERA
kembali sangat setelah memenuhi
lambat syarat rujukan, dan
berikan oralit
sedikit demi
sedikit selama
dalam perjalanan
3. Nasihati agar ASI
tetap diberikan
jika
memungkinkan
Terdapat 2 (dua) atau DIARE 1. Jika tidak terdapat
lebih DEHIDRASI klasifikasi berat
tanda berikut : RINGAN /SEDANG lain, tangani sesuai
1. Gelisah/rewel rencana terapi B.
2. Mata cekung 2. Jika terdapat
3. Cubitan perut klasifikasi berat
kembali lambat lainnya:
RUJUK SEGERA
setelah memenuhi
syarat rujukan, dan
berikan oralit
sedikit demi
sedikit selama
dalam perjalanan
3. Nasihati agar ASI
tetap diberikan
jika
memungkinkan
4. Lakukan asuhan
dasar bayi muda
5. Nasihati Ibu
kapan untuk
kembali segera
6. Kunjungan ulang
1 hari
Tidak cukup tanda untuk DIARE TANPA 1. Tangani sesuai
dehidrasi berat atau DEHIDRASI rencana terapi A.
ringan/sedang 2. Lakukan asuhan
dasar bayi muda
3. Nasihati Ibu
kapan untuk
kembali segara
4. Kunjungan ulang
dalam 2 hari.

5. BBLR dan masalah pemberian ASI


a. Diagnosa
TANYAKAN :
1) Berapa kali bayi diberi ASI sepanjang pagi, siang dan
malam ?
2) Apakah bayi diberi makan /minum selain ASI ? Jika, Ya,
berapa kali selama 24 jam ?
3) Alat apa yang digunakan untuk memberi minum bayi ?
Jika bayi tidak ada indikasi dirujuk, lakukan penilaian tentang
cara menyusui
Apakah bayi diberi ASI dalam 1 jam terakhir ?
Jika TIDAK, minta ibu untuk menyusui
Jika YA, minta ibu menunggu dan memberitahu jika bayi
sudah
LIHAT :
1) Tentukan berat badan menurut umur
2) Adakah luka atau bercak putih (thrush) di mulut ?
3) Adakah celah bibir / langitlangit? mau menyusu lagi
4) Amati pemberian ASI dengan seksama
5) Bersihkan hidung yang tersumbat jika menghalangi bayi
untuk menyusu
6) Lihat apakah bayi menyusu dengan baik ?
7) Lihat, apakah posisi bayi benar ?
Seluruh badan bayi tersangga dengan posisi kepala dan
badan bayi lurus, badan bayi menghadap ke dada ibu,
badan bayi dekat ke ibu
8) Lihat, apakah bayi melekat dengan baik ?
Dagu bayi menempel payudara, mulut terbuka lebar, bibir
bawah membuka keluar, areola tampak lebih banyak di
bagian atas daripada di bawah mulut
9) Lihat dan dengar, apakah bayi mengisap dengan efektif ?
Bayi mengisap dalam, teratur, diselingi istirahat, hanya
terdengar suara menelan.
b. Penanganan dan rujukan

Gejala Kualifikasi Pengobatan


Terdapat satu atau BERAT BADAN 1. Lakukan asuhan
lebih tanda berikut : RENDAH dasar bayi muda
1. Berat badan MENURUT UMUR 2. Ajarkan ibu untuk
menurut umur DAN/ATAU memberikan ASI
rendah MASALAH dengan benar
2. ASI kurang dari 8 PEMBERIAN ASI 3. Jika menyusu
kali/hari kurang dari 8 kali
3. Mendapat dalam 24 jam,
makanan atau nasehati ibu untuk
minuman lain menyusui lebih
selain ASI sering. sesuai
4. Posisi bayi salah keinginan bayi,
5. Tidak melekat baik siang maupun
dengan baik malam
6. Tidak mengisap 4. Jika memberi ASI
dengan efektif dengan
7. Terdapat luka menggunakan
atau bercak putih botol, ajari
(thrush) di mulut penggunaan
8. Terdapat celah cangkir
bibir /langit-langit 5. Jika posisi salah
atau tidak melekat
baik atau
tidakmmengisap
efektif, ajari Ibu
memperbaiki posisi
/ perlekatan
6. Jika ada luka atau
bercak putih di
mulut, nasihati Ibu
untuk mengobati di
rumah
7. Jika ada celah
bibir/langit-langit,
nasihati tentang
alternatif
pemberian minum
8. Nasihati Ibu kapan
kembali segera
9. Kunjungan ulang 2
hari untuk masalah
pemberian ASI dan
thrush.
10. Kunjungan ulang 7
hari untuk masalah
berat badan rendah
menurut umur
Tidak terdapat Berat badan tidak 1. Lakukan asuhan
tanda/gejala di atas rendah menurut umur dasar bayi muda
dan tidak ada masalah 2. Pujilah ibu karena
pemberian asi telah memberikan
minum kepada
bayinya dengan
benar
DAFTAR PUSTAKA
Anik Maryunani. 2010. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta: CV.
Trans Info Media.
Catatan Kuliah Konsep-konsep Umum Pemeriksaan Fisik Anak. 2010. Jakarta:
FKUI
Depkes RI. 2008. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Depkes RI. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare (Lima Langkah
Tuntaskan Diare).
Depkes.2014. ISPA dan Penumonia, pembunuh Utama Bayi di Indonesia.
Jakarta: Warta Posyandu ke-2.
Kemenkes RI. 2015. Buku bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai