Mengenali Secara Dini Masalah Kesehatan
Mengenali Secara Dini Masalah Kesehatan
Mengenali Secara Dini Masalah Kesehatan
Tugas ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Kompleksitas dalam Pelayanan
Kebidanan dengan Dosen Pengampu Dr. Mufdlillah, S.SiT., M. Sc.
Disusun oleh :
A. Pendahuluan
Angka kematian bayi dan balita di Indonesia adalah tertinggi di negara
ASEAN. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), terdapat beberapa
penyakit utama yang menjadi penyebab kematian bayi dan balita tersebut.
Pada kelompok bayi (0-12 bulan), penyebab kematian bayi terbanyak adalah
penyakit disre sebesar 42% dan pnemonia sebesar 24%. Sedangkan pada
kelompok balita, penyebab kematian balita terbanyak adalah akibat penyakit
diare sebesar 25,2%, pnemonia sebesar 15,5%, demam berdarah dengue
(DBD) 6,8% dan campak 5,8% serta kejadian gizi pada balita sebesar 5,4%
dan gizi kurang sebesar 13%. Apbila angka kematian bayi dan balita di
Indonesia ditelusuri sejak dahulu, penyakit-penyakit yang menyerang bayi
dan balita Indonesia masih berkisar penyakit-penyakit tersebut yaitu
penyakit-penyakit infeksi dan masalah kekurangan gizi.
Penyakit-penyakit penyebab kematian seperti : diare, pnemonia, demam
berdareah dan lain-lainnya tersebut pada umumnya dapat ditangani di tingkat
rumah sakit, namun masih sulit untuk tingkat puskesmas. Hal ini disebabkan
antara lain karena masih minimnya sarana dan peralatan diagnostik dan obat-
obatan terutama puskesmas di daerah terpencil yang tidak ada fasilitas
perawatan. Untuk itu, diperlukan suatu pendekatan yang sesuai untuk
puskesmas dalam upaya menurunkan kematian, kesakitan dan kecacatan pada
bayi dan balita. Suatu pendekatan yang saat ini diterapkan pada sebagian
besar puskesmas di Indonesia yaitu Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
dan MTBM (Manajemen Terpadu Bayi Muda).
B. MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit)
1. Pengertian
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management of
Childhood Illness (IMCI) adalah pendekatan yang terintegrasi atau terpadu
dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus pada kesehatan anak usia 0-59
bulan atau balita yang dilaksanakan secara menyeluruh. MTBS merupakan
suatu pendekatan atau cara menatalaksana balita sakit. Upaya dalam
pendekatan MTBS tergolong lengkap untuk dapat mengantisipasi
penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian balita di Indonesia.
Upaya yang dilaksanakan meliputi upaya preventif (pencegahan penyakit),
perbaikan gizi, upaya promotif (konseling), dan upaya kuratif
(pengobatan) terhadap penyakit dan masalah yang sering terjadi pada
balita (Depkes RI, 2008).
2. Tujuan MTBS
Kegiatan MTBS merupakan upaya yang ditujukan untuk menurunkan
Angka Kematian Bayi dan Anak Balita serta menekan morbiditas karena
penyakit terutama pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi telinga dan
malnutrisi. MTBS juga dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
di unit rawat jalan kesehatan dasar seperti puskesmas. World Health
Organization (WHO) telah mengakui bahwa pendekatan MTBS sangat
cocok diterapkan negara-negara berkembang dalam upaya menurunkan
kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita. MTBS telah
digunakan di lebih dari 100 negara dan terbukti dapat:
a. Menurunkan angka kematian balita,
b. Memperbaiki status gizi,
c. Meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan,
d. Memperbaiki kinerja petugas kesehatan,
e. Memperbaiki kualitas pelayanan dengan biaya lebih murah.
3. Komponen MTBS
a. Komponen I : Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam
tatalaksana kasus balita sakit ( selain dokter, petugas kesehatan non
dokter juga dapat memeriksa dan menangani pasien dengan catatan
sudah dilatih ). Peningkatan keterampilan petugas kesehatan yang
dimaksud yaitu antara lain dengan peningkatan standar dan pedoman
tatalaksana kasus, peningkatan pelatihan petugas di fasilitas kesehatan
primer, peningkatan peran MTBS untuk pemberi pelayanan swasta
serta menjaga kompetensi petugas kesehatan yang terlatih.
b. Komponen II : Memperbaiki sistem kesehatan ( terutama di tingkat
kabupaten/kota ). Peningkatan sistem kesehatan dapat dilakukan
dengan cara perencanaan dan manajemen di tingkat kabupaten/kota,
ketersediaan obat MTBS, peningkatan kualitas supervisi, alur rujukan
dan pelayanan serta peningkatan sistem informasi kesehatan.
c. Komponen III : Memperbaiki praktik keluarga dan masyarakat dalam
perawatan dirumah dan upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit
(meningkatkan pemberdayaan keluarga dan masyarakat), atau yang
dikenal dengan Manajemen Terpadu Balita Sakit Berbasis
Masyarakat (MTBS-M).
4. Kendala MTBS
a. Waktu yang dibutuhkan untuk konsultasi MTBS menyebabkan
waktu tunggu lebih lama. Pada beberapa tempat terkadang MTBS
hanya diimplementasikan secara parsial.
b. Kurangnya dukungan dari rekan-rekan di tempat pelayanan,
khususnya mereka yang tidak terlatih dalam MTBS.
c. Kurangnya dukungan pimpinan yang berhubungan dengan dukungan
financial seperti pengadaan booklet MTBS, formulir MTBS
termasuk gaji karyawan.
5. Tanda bahaya balita
a. Pengenalan
Terdapat salah satu atau lebih tanda berikut :
1) Tidak bisa minum atau menyusu
2) Memuntahkan semua makanan dan / atau minuman
3) Pernah atau sedang mengalami kejang
4) Gelisah
5) Letargis atau tidak sadar
6) Ada stridor
7) Tampak biru (sianosis)
8) Ujung tangan dan kaki pucat dan dingin
b. Deteksi dini dan pencegahan
Pemeriksaan dilakukan dengan menanyakan beberapa hal berikut
kepada ibu / pendamping :
1) Apakah anak bisa minum atau menyusu?
2) Apakah anak memuntahkan semua makanan dan/atau minuman?
3) Apakah anak pernah kejang selama sakit ini?
Dan dilanjutkan dengan melakukan pemeriksaan sebagai berikut:
1) Apakah anak gelisah, letargis atau tidak sadar?
2) Apakah anak mengalami kejang saat ini?
3) Apakah terdengar stridor*?
4) Apakah anak tampak biru (sianosis)
5) Apakah ujung tangan dan kaki pucat dan dingin?
c. Peran bidan
Kondisi ini memerlukan penanganan SEGERA. Seorang anak dengan
tanda bahaya umum memerlukan penanganan SEGERA, selesaikan
seluruh penilaian secara cepat dan lakukan penanganan pra rujukan
segera, sehingga rujukan tidak tertunda.
d. Prosedur penanganan dan rujukan
1) Bila sedang kejang beri diazepam
2) Bila ada stridor pastikan tidak ada sumbatan jalan napas
3) Bila ada stridor, sianosis dan ujung tangan dan kaki pucat dan
dingin berikan oksigen 3 -5 liter/menit melalui nasal prong
dengan perangkat oksigen standar (tabung O dan 2 humidifier)
4) Cegah agar gula darah tidak turun
5) Jaga anak tetap hangat
6) RUJUK SEGERA
6. Diare
a. Pengenalan
Diare adalah buang air besar yang frekuesinya lebih sering dan
konsistensi tinja lebih encer dari biasanya. Selama terjadi diare, tubuh
akan kehilangan cairan dan elektrolit secara cepat (IDAI, 2014). Pada
saat yang bersamaan, usus kehilangan kemampuannya untuk
menyerap cairan dan elektrolit yang diberikan kepadanya. Pada kasus
yang ringan dimana proses penyerapan belum terganggu, berbagai
cairan yang diberikan kepadanya dapat mencegah dehidrasi. Lebih
kurang 10% episode diare disertai dehidrasi /kekurangan cairan secara
berlebihan. Bayi dan anak yang lebih kecil lebih mudah mengalami
dehidrasi dibanding anak yang lebih besar dan dewasa. Oleh karena
itu, mencegah atau mengatasi dehidrasi merupakan hal penting dalam
penanganan diare pada anak.
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan
besar yaitu infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau infestasi
parasit), malabsorpsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-
sebab lainnya. Penyebab yang sering ditemukan di lapangan ataupun
secara klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan
(Depkes RI, 2011).
Jenis-jenis Diare :
Jenis diare ada dua, yaitu Diare akut, Diare persisten atau Diare
kronik.
Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari,
sementara Diare persisten atau diare kronis adalah diare yang
berlangsung lebih dari 14 hari.
Derajat dehidrasi dalam Diare :
Ada tiga derajat dehidrasi, yaitu:
1) Diare tanpa dehidrasi
2) Diare dengan dehidrasi ringan/ sedang
3) Diare dengan Dehidrasi berat.
b. Deteksi Dini dan Pencegahan
Cara menilai anak diare :
Tanya, lihat tanda-tanda dehidrasi pada anak
Tanya:
1) Berapa lama anak sudah mengalami diare?
2) Berapa kali anak buang air besar dalam satu hari?
3) Apakah tinjanya ada darah?
4) Apakah dia muntah?
5) Apakah ada penyakit lainnya?
Lihat:
1) Bagaimana keadaaan umum anak?
2) Sadar atau tidak sadar?
3) Lemas atau terlihat sangat mengantuk?
4) Apakah anak gelisah?
5) Berikan minum, apakah dia mau minum?
Jika iya, apakah ketika minum ia tampak sangat haus atau malas
minum?
6) Apakah matanya cekung atau tidak cekung?
7) Lakukan cubitan kulit perut (turgor).
Apakah kulitnya kembali segera, lambat, atau sangat lambat
(lebih dari 2 detik) ?
Klasiffikasikan tanda-tanda tersebut sesuai dengan tabel derajat
dehidrasi di bawah
.
2. Ikterus
a. Deteksi dini
TANYAKAN :
Apakah bayi kuning Jika ya, pada umur berapa pertama kali timbul
kuning ?
LIHAT :
Lihat adanya ikterus pada bayi (kuning pada mata atau kulit)
Lihat telapak tangan dan telapak kaki bayi, apakah kuning ?
b. Penanganan dan rujukan