KIAN BAB 1 - Mita

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN

ISTIRAHAT TIDUR

PROPOSAL
KARYA ILMIAH AKHIR NERS (KIAN)

Disusun Oleh :
MITA PRATIWI
NIM. P1337420921078

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2021
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN
ISTIRAHAT TIDUR

KARYA ILMIAH AKHIR NERS (KIAN)

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners

Disusun Oleh :
MITA PRATIWI
NIM. P1337420921078

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2022

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS


Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) adalah hasil karya saya sendiri dan semua
sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : MITA PRATIWI

NIM : P1337420921078

Tanda Tangan :

Tanggal :

HALAMAN PERSETUJUAN
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN
ISTIRAHAT TIDUR

Telah disetujui dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Untuk diujikan pada hari

Pembimbing I Pembimbing II

Maria Ulfah, S.Kep. Ns. M.Kep. Sp.Kep.Kom Tulus Puji H.,S.Kep.,Ns.,M.Kes


NIP.198407292009032006 NIP. 196710121990032001

Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Ners


Poltekkes Kemenkes Semarang

Shobirun, MN
NIP. 19680120199312 1 001

HALAMAN PENGESAHAN
Karya Ilmiah Akhir Ners ini diajukan oleh :
NAMA : MITA PRATIWI
NIM : P1337420921078
Program studi : Profesi Ners
Judul KIAN : Asuhan Keperawatan Gerontik Dengan Gangguan
Istirahat Tidur

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Penguji dan diterima sebagai bagian


persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners pada Program Studi
Pendidikan Ners Program Profesi Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes
Semarang.

Penguji I Penguji II

Maria Ulfah, S.Kep. Ns. M.Kep. Sp.Kep.Kom Tulus Puji H.,S.Kep.,Ns.,M.Kes


NIP.198407292009032006 NIP. 196710121990032001

Penguji III

Widyastuti, S.Kep., Ners


NIP.

Ditetapkan di :
Hari, tanggal :
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT, karena atas karunia-Nya Proposal KIAN

(Karya Ilmiah Akhir Ners) yang berjudul “Asuhan Keperawatan Gerontik Dengan

Gangguan Kualitas Tidur” ini dapat diselesaikan. Proposal KIAN ini disusun

sebagai syarat untuk memperoleh gelar Ners Program Studi Profesi Ners

Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Semarang. Penulis mengalami

banyak kesulitan dalam penyusunan KIAN ini, akan tetapi dapat dilaksanakan atas

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankan penulis

menyampaikan ucapan terimakasih meskipun tak sebanding dengan apa yang

diterima oleh peneliti kepada :

1. Dr. Marsum, B.E, S.Pd, MHP selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Semarang.

2. Suharto, S.Pd, MN selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik

Kesehatan Kemenkes Semarang.

3. Shobirun, MN selaku Ketua Program Studi D IV dan Profesi Ners

Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang.

4. Widyastuti, S.Kep.,Ners selaku penguji yang telah bersedia menguji dan

memberikan saran serta masukan sehingga penulis dapat memperbaiki

kekurangan dari KIAN ini.

5. Maria Ulfah, S.Kep. Ns. M.Kep. Sp.Kom selaku pembimbing I akademik

yang telah mengarahkan dan member masukan dalam penyusunan KIAN

ini.

6. Tulus Puji H.,S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku pembimbing II akademik yang

telah mengarahkan dan member masukan dalam penyusunan KIAN ini.


7. Seluruh Dosen dan Karyawan Prodi Profesi Ners Keperawatan Semarang

dan Keperawatan Magelang.

8. Orang tua tercinta yang selalu memberikan dukungan baik materi maupun

motivasi, serta tak hentinya untuk terus maju menjadi lebih baik.

9. Alif Rizki Devani sebagai orang tercinta yang selalu memberi semangat

dan dukungan sehingga dapat menyelesaikan tugas tepat waktu.

10. Teman-teman seperjuangan Profesi Ners VI 2021, terimakasih atas

dukungan kebersamaan yang selalu diberikan.

Akhirnya semoga Allah SWT membalas kebaikan semua pihak yang

membantu dalam penyelesaian KIAN ini. Penulis menyadari bahwa KIAN ini

belum sempurna, segala kesalahan hanya milik penulis semata dan penulis akan

bertanggungjawab atas segala sesuatu yang peneliti tuliskan dalam penelitian ini.

Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Magelang, 15 November 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan data dari Kemenkes RI tahun 2017 yaitu presentase lanjut

usia di Indonesia terus tejadi peningkatan duakali lipat pada tahun 1971

sampai 2019, mencapai 9,6% atau 25 juta jiwa, bahkan diprediksi oleh World

Population Ageing (2017) prevalensi populasi lansia di tahun 2020 mencapai

27,08 juta jiwa, tahun2025 akan mencapai 33,69 juta jiwa, dan pada tahun

2030 akan mencapai 40,95 juta jiwa, kamudian khususnya di Sumatra Utara

tingkat populasi lansia sebesar 10,42% (Zai,2017).

Populasi lansia diperkirakan akan terus meningkat. Pada tahun 2050

diprediksi jumlah lansia meningkat hingga mencapai hingga tiga kali lipat dari

pada tahun-tahun sebelumnya (Data dan Informasi Profil Kesehatan

Indonesia, 2018). Hal tersebut bisa berdampak pada terjadinya peningkatan

masalah kesehatan pada lansia. Salah satunya adalah gangguan tidur atau

insomnia. Gangguan tidur atau insomnia pada orang dewasa yang lebih

tuadihubungkan dengan adanya ketidakpuasan terhadap kualitas atau

kuantitas tidur dan juga dihubungkan dengan kesusahan tidur, menjaga

tidurnya, atau bangun pagi (Cherukuri et al, 2018).

Angka kejadian masalah gangguan tidur pada lansia sangat tinggi,

berdasarkan informasi yang sudah diketahui bahwa terdapat 50% dari lansia

pada usia 65 tahun lebih yang mengalami masalah gangguan istirahat. Di

Indonesia angka angka kejadian gangguan masalah tidur pada usia <60 tahun
terdapat kasus yang sangat tinggi yaitu berkisar 67%, angka ini didapatkan

dari penduduk yang berusia <65 tahun. Berdasarkan gender, ditemukan

bahwa insomnia dapat terjadi pada wanita dengan usia 60-74 tahun sebanyak

78,1% (Ariana, 2020).

Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi.

Perubahan pola istirahat yang terjadi pada lansia bersamaan dengan terjadinya

perubahan fisiologis pada tuhun lansia. Perubahan istirahat yang seperti

mempersingkat fase REM, mengurangi istirahat di NREM tahap 3 dan 4, dan

juga tidak mengalami fase NREM tahap 4 yang menyebabkan lansia sering

terbangun di malam hari karena mereka tidak mengalami fase istirahat yang

mendalam (Hardani & Yossie Susanti Eka Putri, 2016).

Kualitas tidur adalah kondisi tidur yang mampu dilakukan oleh seseorang

agar mendapatkan kebugaran pada saat bangun (Famelia Yurintika, Febriana

Sabrian, 2015). Kebutuhan tidur juga akan berkurang seiring bertambahnya

usia. Pada usia muda dapat tidur selama 8-9 jam, pada usia 40 tahun

kebutuhan istirahat tidur sekitar 7 jam, dan pada usia <80 tahun adalah 6 jam

(Amalia Senja, 2019). Insomnia diartikan sebagai sebuah keadaan sulitnya

mengawali atau mempertahankan pola tidur yang terjadi dalam waktu kurang

dari tujuh hari. Insomnia dapat terjadi pada usia berapa saja, tetapi insomnia

sering terjadi pada usia <60 tahun (Hartono, 2019). Hal tersebut didukung

oleh penelitian dari Indrawati (2018), yang mengatakan seseorang dengan

gangguan tidur memiliki eberapa efek samping seperti sering mudah


terbangun pada saat malam hari, tidak mampu untuk memulai tidur, dan tubuh

terasa labih berat pada saat bangun pagi hari.

Proses penuaan merupakan hal yang wajar dan akan terjadi pada semua

orang jikausa sudah <60 tahun. Hal tersebut akan menimbulkan terjadinya

perubahan pada aspek fisiologis, aspek mental, aspeksosial, aspek ekonomi,

dan aspek psikologis. Perubahan pada aspek fisiologis akan menyebabkan

adanya perubahan fisik pada lanjut usia yang diantaranya adalah perubahan

pada system persyarafan dan system musculoskeletal (Muhith, 2016).

Hasil dari studi yang dilakukan oleh Bdul Muhith (2020) di Panti Werdha

Mojopahit Mojokerto terhadap 15 responden diperoleh data bahwa 11

responden tidak bisa tidur karena merasa kepanasan dan merasa kesakitan

sehingga tidak dapat tertidur kembali, dan 4 responden llainnya bisa tidur

tanpa adanya gangguan. Dan dari 11 responden tersebut, 7 reponden berjenis

kelamin laki-laki dan 4 responden berjeniskelamin perempuan. Pengukuran

derajat kekuatan otot pada 15 responden lansia didapatkan data 5 responden

dengan skala 2, 4 responden dengan sekala 3, 4 responden siperoleh dengan

skala 4, dan 2 responden diperoleh data dengan sekala 5.

Kualitas tidur sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan manusia,

karena kebugaran disaat bangun tidur ditentukan oleh kualitas tidur sepanjang

malam. Kurang tidur menyebabkan rasa mengantuk pada siang hari, gangguan

kognitif, gangguan memori, stress, depresi, sering terjatuh hingga mengalami

penurunan kualitas hidup (Hidayat & Ulyah, 2015).


Penatalaksanaan kualitas tidur yang buruk dapat dibagi menjadi dua

macam yaitu secara farmakologis dan non farmakologis. Tetapi obat juga

dapat menimbulkan efek negatif, menyebabkan pengguna obat tersebut

menjadi ketergantungan sehingga kualitas tidur tidak terpenuhi.

Penatalaksanaan dengan cara non farmakologis saat ini sangat dianjurkan

karena tidak menimbulkan efek negatif dan dapat membuat lansia lebih

mandiri untuk dapat menjaga kesehatan mereka sendiri. Terapi relaksasi otot

progresif termasuk terapi paling murah dan mudah sampai saat ini, karena

tidak memerlukan imajinasi, kekuatan atau sugesti, tidak ada efek samping,

dan mudah dilakukan (Fitriani, 2017).

Penelitian tentang teknik relaksasi otot progresif untuk lansia sudah

banyak dilakukan. Salah satunya penelitian yang dilakukan oleh (Kemala,

dkk, 2020) mendapatkan hasil bahwa sebelum dilakukan tindakan terapi

relaksasi otot mayoritas lansia mengalami kualitas baik 0 orang, kualitas tidur

sedang 12 orang dan kualitas tidur kurang berjumlah 61 orang dari 73 orang,

didapati hasil setelah dilakukan tindakan terapi relaksasi otot progresif

mayoritas lansia mengalami kualitas tidur baik berjumlah 12 orang, kualitas

tidur cukup berjumlah 59 orang, dan kualitas tidur kurang berjumlah 0 orang.

Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti akan mengidentifikasi “Pengaruh

Terapi Relaksasi Otot Progresif terhadap Kualitas Tidur Lansia” guna

mendukung program yang ada.


1.2 Tujuan Penelitian

1.2.1 Tujuan Umum

Menjelaskan asuhan keperawatan dengan pemberian intervensi

terapi relaksasi otot progresif pada pasien lansia dengan gangguan

kualitas tidur.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Menjelaskan hasil pengkajian pada lansia dengan gangguan

kualitas tidur.

2. Menjelaskan hasil ana lisa data pada lansia dengan gangguan

kualitas tidur.

3. Menjelaskan hasil intervensi keperawatan pada lansia dengan

gangguan kualitas tidur.

4. Menjelaskan hasil implementasi keperawatan pada lansia dengan

gangguan kualitas tidur.

5. Menjelaskan hasil evaluasi keperawatan pada lansia dengan

gangguan kualitas tidur.

6. Menjelaskan hasil analisis sebelum dan sesudah dilakukannya

tindakan terapi relaksasi otot progresif pada lansia dengan

gangguan kualitas tidur.

1.3 Manfaat Penelitian

1.3.1 Manfaat Akademik

Apabila terapi relaksasi otot progresif terbukti dalam peningkatan

kualitas tidur lansia, maka hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat untuk peningkatan kualitas hidup pada lansia

dan ilmu pengetahuan hususnya dibidang keperawatan gerontik.

1.3.2 Manfaat Praktis

1. Penulis

Penulis dapat menggunakan hasil penelitian ini menjadi

syarat kelulusan Profesi Ners dan dapat dijadikan salah satu

sumber intervensi pada saat menemukan pasien lansia dengan

keluhan gangguan kualitas tidur.

2. Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan bagi

pelayanan kesehatan terkait dapat menerapkan terapi relaksasi otot

progresif untuk meningkatkan kualitas tidur pada pasien lansia.

3. Masyarakat

Pasien beserta keluarga dapat menggunakan informasi dari

hasil penelitian sebagai sumber tindakan yang bisa dilakukan

mandiri untuk mengatasi jika terjadi gangguan kualitas tidur.

Anda mungkin juga menyukai