Ratu Ellen Jesika - P1337420922147

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 82

PENERAPAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PESAN BERANTAI PADA

PASIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI


DI RSJ PROF. DR. SOEROJO MAGELANG

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Oleh :
RATU ELLEN JESIKA
P1337420922147

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PENERAPAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PESAN BERANTAI PADA
PASIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI
DI RSJ PROF. DR. SOEROJO MAGELANG

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Disusun Oleh :
RATU ELLEN JESIKA
P1337420922147

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
2023

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS


Karya Ilmiah Akhir Ners saya sendiri dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Ratu Ellen Jesika


NIM : P1337420922147

Tanda tangan :
Tanggal :

HALAMAN PERSETUJUAN
PENERAPAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PESAN BERANTAI PADA
PASIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI DI RSJ PROF. DR. SOEROJO
MAGELANG

Telah disetujui dan dinyatakan telah memenuhi syarat


Untuk diujikan pada hari ....................

Pembimbing I

Ruti Wiyati, S.Kep, Ns,. M.kep


NIP. 197207051998032003

Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Ners


Poltekkes Kemenkes Semarang

Ns. Iis Sriningsih, SST, M. Kes


NIP. 19748282002122001

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Ilmiah Akhir Ners ini diajukan oleh :


Nama : Ratu Ellen Jesika
NIM : P1337420922147
Program Studi : Profesi Ners
Judul KIAN : Penerapan Terapi Aktivitas Kelompok Pesan Berantai Pada Pasien
Dengan Gangguan Persepsi Sensori di Rsj Prof. dr. Soerojo Magelang
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Penguji dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners pada Program Studi Pendidikan
Ners Program Profesi Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang.

Penguji I Penguji II

(Dr. Suharsono, MN) (Arif Parmudiyoko, S.Kep., Ners)


NIP. 197110101998031001 NIP.198405102006041003

Penguji III

(Ruti Wiyati, S.Kep, Ns,. M.kep)


NIP. 197207051998032003

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT yang selalu melimpahkan
rahmat dan karuniaNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal Karya tulis ilmiah
dengan judul “Penerapan Terapi Aktivitas Kelompok Pesan Berantai Pada Pasien
Dengan Gangguan Persepsi Sensori di Rsj Prof. dr. Soerojo Magelang”. Proposal karya
tulis ilmiah ini disusun untuk memenuhi sebagai syarat Ujian Akhir Program pada Program
Studi Profesi Ners Keperawatan Semarang.
Peneliti menyadari dalam penyusunan Karya tulis ilmiah ini tidak akan selesai tanpa
bantuan dari berbagai pihak, karena itu pada kesempatan ini peneliti ingin mnegucapkan
terima kasih kepad :
1. Bapak Jeffri Ardiyanto, M.App.Sc sebagai direktur Politeknik Kesehatan Kementrian
Kesehatam Semarang.
2. Bapak Suharto, S.Pd., MN Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Semarang.
3. Ibu Iis Sriningsih, SST, M. Kes., selaku Ketua Program Studi Profesi Ners keperawatan
Semarang.
4. Ruti Wiyati, S.Kep, Ns,. M.kep, pembimbing KIAN yang telah memberikan pengarahan
dan masukan dalam penyusunan KIAN.
5. Dr. Suharsono, MN, penguji KIAN yang telah memberikan pengarahan dan masukan
dalam penyusunan KIAN.
6. Arif Parmudiyoko, S.Kep., Ners penguji KIAN yang telah memberikan pengarahan dan
masukan dalam penyusunan KIAN.
7. Seluruh dosen dan staf karyawan Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi Keperawatan
Magelang dan Profesi Ners.
8. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan baik materi maupun motivasi serta
tak hentinya mendoakan untuk terus maju menjadi yang lebih baik.
9. Sahabat saya tercinta Fitri Az’zahra Solehati, Afaninda Dwi Khairini, Novyta Mega,
Nabila serta teman sekelompok saya yang selalu mendoakan dan memberi semangat dan
perhatiannya kepada penulis.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan semia pihak yang membantu dalam
penyelesaian karya tulis ilmiah ini. Peneliti menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini belum
sempurna, oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan karya
ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca, khususnya perkembangan
ilmu keperawatan.
Wassalammu’alaikum Wr. Wb.
Magelang, Mei 2023
Peneliti
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ii

HALAMAN PERSETUJUAN iii

HALAMAN PENGESAHAN iv

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR LAMPIRAN x

BAB I 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Tujuan Penulisan 3

1.2.1 Tujuan Umum 3

1.2.2 Tujuan Khusus 3


1.1 Manfaat Penulisan 3

1.2.1 Manfaat Akademik 3

1.2.2 Manfaat Praktis 3

BAB II 5

2.1 Konsep Skizofrenia 5

2.1.1 Definisi 5

2.1.2 Etiologi 5

2.1.3 Jenis Halusinasi 8

2.1.4 Tanda dan Gejala 9

2.1.5 Fase Halusinasi 9

2.1.6 Penatalaksanaan 10

2.2 Konsep Dasar Masalah Keperawatan 12

2.2.1 Definisi 12

2.2.2 Data Mayor dan Minor 12

2.2.3 Faktor Penyebab 13

2.2.4 Asuhan Keperawatan Berdasarkan Teori 14

2.3 Konsep Dasar Terapi Aktivias Kelompok Pesan Berantai 18

2.3.1 Definisi 18

2.3.2 Tujuan 19

2.3.2 Peran Perawat dalam TAK 20

2.4 Evidence Based Nursing Practice 20

BAB III 23

3.1 Desain Penulisan 23

3.2 Subjek Studi Kasus 23

3.3 Lokasi dan Waktu Studi Kasus 24

3.4 Fokus Studi Kasus 24

3.5 Definisi Operasional 24


3.6 Instrumen Studi Kasus 24

3.7 Metode Pengumpulan Data dan Analisa Data 24

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan halusinasi 16

Tabel 2.1 Standar Luaran Keperawatan Indonesia 17

Tabel 2.1 Evidence Based Nursing Practice 20


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2 : Lembar Pernyataan Menjadi Responden

Lampiran 3 : Formulir Pengkajian Keperawatan Jiwa


Lampiran 4 : SOP Terapi Kelompok
Lampiran 5 : Kuesioner Pysrat
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa adalah keadaan sehat emosional, psikologis, dan
sosial yang ditandai dengan interaksi interpersonal positif, perilaku efektif
dan mekanisme koping, konsep diri yang positif, dan stabilitas emosional
(Videbeck, 2020). Organisasi Kesehatan Dunia (World Health
Organization) (2018), mendefinisikan kesehatan jiwa sebagai kesehatan
fisik dan mental yang sangat baik yang mampu merasakan kebahagiaan,
menghadapi tantangan dalam hidup, bersikap positif terhadap diri sendiri
dan orang lain, serta menerima orang lain apa adanya. Sehat secara
psikologis dapat dikatakan juga sehat secara mental. Kesehatan jiwa atau
mental merupakan kondisi dimana seorang individu dapat berkembang
secara fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga individu tersebut
menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja
secara produktif dan mampu memeberikan kontribusi untuk komunitasnya
(Undang Undang No 18 tahun 2014).
Dalam sebuah rentang kesehatan ada kondisi dimana seseorang
mengalami sebuah gangguan. Menurut WHO, terdapat 300 juta orang di
seluruh dunia mengalami gangguan jiwa seperti depresi, bipolar, demensia,
termasuk 24 juta orang yang mengalami skizofrenia (World Health
Organization, 2022). Prevalensi jumlah gangguan jiwa di Indonesia semakin
signifikan dilihat dari data Riskesdas tahun 2018. Riskesdas mendata
masalah gangguan kesehatan mental emosional (depresi dan kecemasan)
sebanyak 9,8%, skizofrenia/psikosis sebanyak 6,7%, dan depresi sebanyak
6,1%. Jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia khususnya halusinasi
pada tahun 2014 sebanyak 121. 962 orang, tahun 2015 sebanyak 260.247
orang,

1
2

Salah satu masaslah gangguan jiwa adalah halusinasi, halusinasi


merupakan gangguan persepsi dimana penderita mempersepsikan sesuatu
hal yang tidak sebenarnya terjadi. Suatu pencerapan panca indra tanpa ada
rangsangan dari luar. Jenis halusinasi terdiri dari 5 yaitu halusinasi
pendengaran, pengliharan, pengecapan, perabaan, dan penghiduan. Jenis
halusinasi pengecapan, penghidu, dan perabaan (Muhith, 2015). Gangguan
persepsi sensori pendengaran merupakan perubahan persepsi terhadap
stimulus baik internal maupun eksternal yang disertai dengan respon
berkurang, berlebih atau terdistorsi (SDKI, 2018).
Halusinasi dapat ditangani dengan bebrapa cara yaitu dengan terapi
farmakologi dan terapi non farmakologi. Salah satu terapi non farmakologi
yaitu dengan Terapi Aktivitas Kelompok Pesan Berantai. Hal ini sesuai
dengan sebuah penelitian yang menyatakan bahwa adanya pengaruh Terapi
Aktivitas Kelompok dengan pesan berantai pada control halusinasi pasien.
(Nurul, 2020). Selain itu terapi aktivitas kelompok merupakan kegiatan
yang dapat mengalihkan halusinasi yang dialami oleh pasien. Hal itu sesuai
dengan sebuah penelitian yang menyatakan bahwa terapi aktivitas kelompok
pesan berantai dapat mengalihka halusinasi pendengarannya dengan
permainan pesan berantai (Manfalu, 2022).
Berdasarkan hasil pengamatan selama praktik klinik keperawatan
jiwa di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang terdapat banyak pasien dengan
gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran dan belum dilakukannya
TAK pesan berantai. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk meneliti tentang
penerapan terapi aktivitas kelompok pesan berantai pada pasien dengan
gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran di Rumah Sakit Jiwa
Prof. Dr. Soerojo Magelang.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memaparkan asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran dengan terapi
aktivitas kelompok pesan berantai.
3

2. Tujuan Khusus
a. Memaparkan hasil pengkajian pada pasien dengan gangguan
persepsi sensori dengan terapi aktivitas kelompok pesan berantai.
b. Memaparkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan
persepsi sensori dengan terapi aktivitas kelompok pesan berantai.
c. Memaparkan hasil intervensi keperawatan pada pasien dengan
gangguan persepsi sensori dengan terapi aktivitas kelompok pesan
berantai.
d. Memaparkan hasil implementasi keperawatan pada pasien dengan
gangguan persepsi sensori dengan terapi aktivitas kelompok pesan
berantai.
e. Memaparkan hasil evaluasi keperawatan pada pasien dengan
gangguan persepsi sensori dengan terapi aktivitas kelompok pesan
berantai.
f. Memaparkan hasil analisis inovasi keperawatan sebelum dan
sesudah dilakukannya tindakan terapi aktivitas kelompok pesan
berantai pada pasien dengan gangguan persepsi sensori.

C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Akademik
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat, meningkatkan ilmu pengetahuan khususnya di bidang
keperawatan jiwa.
2. Manfaat Praktis
a. Penulis
Penulis selanjutnya dapat menggunakan hasil penelitian ini
menjadi salah satu sumber dalam melakukan penelitian pada pasien
4

dengan gangguan persepsi sensori dengan terapi aktivitas


kelompok pesan berantai.

b. Pelayanan Kesehatan / Rumah Sakit


Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan
bagi perawat RSJ Prof. Dr. Soerojo Kota Magelang agar dapat
menerapkan terapi aktivitas kelompok pesan berantai pada pasien
dengan gangguan persepsi sensori.
c. Pasien / Masyarakat
Pasien beserta keluarga dapat menggunakan informasi dari
hasil penelitian sebagai sumber tindakan yang bisa dilakukan
mandiri untuk mengatasi jika terjadi gangguan persepsi sensori.
BAB II
TIJAUA PUSTAKA
A. Konsep Halusinasi
1. Definisi
Berdasarkan pengertian halusnasi itu dapat diartikan bahwa,
halusinasi adalah gangguan respon yang diakibatkan oleh stimulus atau
rangsangan yang membuat pasien mempersepsikan sesuatu yang
sebenarnya tidak ada (Hernandi,2020).
Halusinasi merupakan salah satu dari gangguan jiwa dimana
seseorang tidak mampu membedakan antara kehidupan nyata dengan
kehidupan palsu. Dampak yang muncul dari pasien dengan gangguan
halusinasi mengalami panik, perilaku dikendalikan oleh halusinasinya,
dapat bunuh diri atau membunuh orang, dan perilaku kekerasan lainnya
yang dapat membahayakan dirinya maupun orang disekitarnya
(Rahmawati, 2019).
2. Etiologi
Terdapat dua factor penyebab halusinasi (Yosep dalam Hernandi 2020),
yaitu:
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan pasien yang terganggu misalnya rendahnya
kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan pasien tidak
mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri,
dan lebih rentan terhadap stress.
2) Faktor Sosiokulturan
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungan sejak bayi
sehingga akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya
pada lingkungannya
3) Faktor Biokimia
Hal ini berpengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya
stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh

5
6

akan dihasilkan suatu zat yang bersifat halusiogenik neurokimia.


Akibat stress berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya
neurotransmitter otak,misalnya terjadi ketidakseimbangan
acetylchoin dan dopamine.
4) Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh
pada ketidakmampuan pasien mengambil keputusan tegas, pasien
lebih suka memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata
menuju alam hayalFaktor Sosiokultural dan Lingkungan
5) Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian Menunjukan bahwa anak sehat yang diasuh oleh
orangtua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia . Hasil
studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan
hubungan yang sangatberpengaruh pada penyakit ini.
b. Faktor Presipitasi
Menurut Rawlins dan Heacock dalam Yosep (2014) dalam
hakekatnya seorang individu sebagai mahluk yang dibangun atas
dasar unsur bio-psiko-sosio-spiritual sehingga halusinasi dapat
dilihat dari lima dimensi,yaitu:
1) Dimensi Fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
kelelahan luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga
delirium dan kesulitan tidur dalam waktu yang lama.
2) Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak
dapat diatasi. Halusinasi dapat berupa perintah memasa dan
menakutkan. Pasien tida sanggup menentang sehingga pasien
berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
7

3) Dimensi Intelektual
Dalam hal ini pasien dengan halusinasi mengalami penurunan
fungsi ego. Awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego
sendiri untuk melawan impuls yang menekan,namun
menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh
perhatian pasien dan tak jarang akan mengontrol semua perilaku
pasien.
4) Dimensi Sosial
Pasien mengalami gangguan interaksi sosialdi dalam fase awal
dan comforting menganggap bahwa bersosialisasi nyata sangat
membahayakan. Pasien halusinasi lebih asyik dengan
halusinasinya seolah-olah itu tempat untuk bersosialisasi.
5) Dimensi Spiritual
Pasien halusinasi dalam spiritual mulai dengan kehampaan
hidup, rutinitas tidak bermakna, dan hilangnya aktivitas
beribadah. Pasien halusinasi dalam setiap bangun merasa hampa
dan tidak jelas tujuan hidupnya.
3. Jenis Halusinasi
Menurut Yosep dalam Prabowo, 2014 halusinasi terdiri dari beberapa
jenis dengan karakteristik tertentu, diantaranya yaitu sebagai berikut :
a. Halusinasi pendengaran (audotorik)
Gangguan stimulus dimana pasien mendengar suara-suara
terutama suara orang. Biasanya mendengar suara orang yang
sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan
memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
b. Halusinasi pengelihatan (visual)
Stimulus visual dalam bentuk beragam seperti bentuk pancaran
cahaya,gambaran geometrik, gambar kartun, panorama yang luas
dan bayangan yang menakutkan.
c. Halusinasi penghidu (Olfaktori)
8

Gangguan stimulus pada penghidu, yang ditandai dengan


adanya bau busuk, amis, dan bau menjijikan, tapi kadang terhidu
bau harum.
d. Halusinasi peraba (taktil)
Gangguan stimulus yang ditandai dengan adanya rasa sakit
atau tidak enak tanpa ada stimulus yang terlihat, seperti
merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang
lain.
e. Halusinasi pengecap (gustatorik)
Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan
sesuatuyang busuk, amis, dan menjijikan.
f. Halusinasi sinestetik
Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan fungsi tubuh
seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan
dicerna atau pembentukan urine.
4. Tanda dan Gejala
Menurut (Azizah, 2018) tanda dan gejala perlu diketahui agar
dapat menetapkan masalah halusinasi, antara lain :
a. Berbicara, tertawa, dan tersenyum sendiri.
b. Bersikap seperti mendengarkan sesuatu.
c. Berhenti berbicara sesaat ditengah-tengah kalimat untuk
mendengarkan sesuatu.
d. Disorientasi.
e. Tidak mampu atau kurang konsentrasi.
f. Cepat berubah pikiran.
g. Alur pikiran kacau.
h. Respon yang tidak sesuai.

5. Fase Halusinasi
9

Menurut stuart dan laraia dalam Manfaluti (2023), menunjukan tahapan


terjadinya halusinasi terdiri dari 4 fase dan setiap fase mempunyai
karakteristik yang berbeda yaitu :
a. Fase I
Pasien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian,
dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang
menyenangkan untuk meredakan ansietas disini pasien
tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, gerakan mata
cepat,dan asyik sendiri.
b. Fase II
Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan. Pasien mulai
lepas kendali dan mencoba jagajarak dengan sumber yang
dipersepsikan sehingga timbul peningkatan tanda-tanda vital.
c. Fase III
Pasien menghentikan perlawanan halusinasi dan menyerah pada
halusinasi. Disini pasien sukar berhubungan dengan orang lain,
tidak mampu mematuhi perintah dari orang lain, dan kondisi
sangat menegangkan terutama berhubungan dengan orang lain.
d. Fase IV
Pengalaman sensori menjadi mengancam jika pasien mengikuti
perintah halusinasi. Disini terjadi perilaku kekerasan, agitasi,
menarik diri dan tidak mampu berespon terhadap perintah yang
kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari 1 orang.8.
6. Penatalaksanaan Halusinasi
Menurut Marasmis (2014) Pengobatan harus secepat mungkin
diberikan, disini peran keluarga sangat penting karena setelah
mendapatkan perawatan di RSJ pasien dinyatakan boleh pulang
sehingga keluarga mempunyai peranan yang sangat penting didalam
hal merawat pasien, menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif
dan sebagai pengawas minum obat (Prabowo, 2014).
a. Penatalaksanaan Medis
10

Menurut Struat, Laraia (2015) Penatalaksanaan pasien


skizofrenia yang mengalami halusinasi adalah dengan pemberian
obat-obatan dan tindakan lain (Muhith, 2015).
1) Psikofarmakologis, obat yang lazim digunakan pada gejala
halusinasi pendengaran yang merupakan gejala psikosis pada
pasien skizofrenia adalah obat anti psikosis. Adapun kelompok
yang umum digunakan adalah :
(a) Tiodazin (Mellaril) 2-40 mg
(b) Tiotiksen (Navane) 75-600 mg 8-30 mg
(c) Haloperidol (Haldol ) 1-100 mg
(d) Klozapin (Clorazil) 300-900
2) Terapi kejang listrik
Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan
kejang grandmal secara artificial dengan melewatkan
aliran listrik melalui electrode yang dipasang pada satu
atau dua temples, terapi kejang listrik dapat diberikan
pada skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi
neuroleptika oral atau injeksi dosis terapi kejang listrik 4-5
joule/detik.
3) Penatalaksanaan Keperawatan
(a) Penerapan Strategi Pelaksanaan
Menurut Keliat (2017) tindakan keperawatan yang
dilakukan adalah melatih pasien mengontrol halusinasi :
 Strategi Pelaksanaan1 : menghardik halusinasi.
 Strategi Pelaksanaan 2 : menggunakan obat secara
teratur.
 Strategi Pelaksanaan 3 : bercakap-cakap dengan orang
lain.
 Strategi Pelaksanaan 4 : melakukan aktivitas yang
terjadwal.
11

(b) Menurut Pusdiklatnakes (2012) tindakan keperawatan


tidak hanya ditujukan untuk pasien tetapi juga diberikan
kepada keluarga, sehingga keluarga mampu mengarahkan
pasien dalam mengontrol halusinasi.
 Strategi Pelaksanaan 1 keluarga : mengenal
masalah dalam merawat pasien halusinasi dan
melatih mengontrol halusinasi pasien dengan
menghardik.
 Strategi Pelaksanaan 2 keluarga : melatih keluarga
merawat pasien halusinasi dengan enam benar
minum obat.
 Strategi Pelaksanaan 3 keluarga : melatih keluarga
merawat pasien halusinasi dengan bercakap-cakap
dan melakukan kegiatan.
 Strategi Pelaksanaan 4 keluarga : melatih keluarag
memnafaatkan fasilitas kesehatan untuk follow up
pasien halusinasi.
(c) Psikoterapi dan rehabilitasi
Psikoterapi suportif individual atau kelompok
sangat membantu karena pasien kembali ke masyarakat,
selain itu terapi kerja sangat baik untuk mendorong
pasien bergaul dengan orang lain, pasien lain, perawat
dan dokter. Maksudnya supaya pasien tidak
mengasingkan diri karena dapat membentuk kebiasaan
yang kurang baik, dianjurkan untuk mengadakan
permainan atau latihan bersama, seperti terapi kelompok.

B. Konsep Dasar Masalah Keperawatan


1. Definisi
12

Pengertian Gangguan persepsi sensori adalah perubahan persepsi


terhadap stimulus baik internal maupun eksternal yang disertai dengan
respon yang berkurang, berlebihan atau terdistorsi (SDKI, 2017).
2. Data Mayor dan Data Minor
Data mayor dan minor pada diagnosa keperawatan dengan presepsi
sensori (SDKI PPNI, 2017) antara lain :
a. Gejala dan Tanda Mayor
1) Subjektif
(a) Mendengar suara bisikan atau melihat bayangan
(b) Merasakan sesuatu melalui indra perabaan, penciuman,
pendengaran atau pengecapan
2) Objektif
(a) Distorsi sensori
(b) Respon tidak sesuai
(c) Bersikap seolah melihat, mendengar, mengecap, meraba,
atau mencium sesuatu
b. Gejala dan Tanda Minor
1) Subjektif
Menyatakan kesal
2) Objektif
(a) Menyendiri
(b) Melamun
(c) Konsentrasi buruk
(d) Disorientasi waktu, tempat, orang atau situasi
(e) Curiga
(f) Melihat ke satu arah
(g) Mondar-mandir
(h) Bicara sendiri
3. Faktor Penyebab
Menurut TIM POKJA PPNI, (2017) kondisi klinik terkait antara lain:
a. Leukoma
13

b. Katarak
c. Gangguan refraksi (miopi, hyperopia, astigmatisma)
d. Trauma okuler
e. Trauma pada saraf kranalis
f. Infeksi okuler
g. Presnikusis
h. Malfungsi alat bantu dengar
i. Delirium
j. Demensia
k. Gangguan amnestic
l. Penyakit termina
m. Gangguan psikotik

4. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Teori


a. Fokus Pengkajian
Pengkajian merupakan salah satu komponen penting dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan respon individu
dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan
data dari berbagai sumber daya untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan pasien (Astari P, 2020).
Adapun pengkajian untuk mendapatkan data yang berkaitan
dengan gangguan persepsi halusinasi dapat ditemukan dengan
melakukan wawancara yaitu :
(a) Jenis halusinasi
Data ini didapatkan melalui wawancara dengan tujuan untuk
mengetahui jenis dari halusinasi yang dialami oleh pasien.
(b) Isi halusinasi
Data ini didapatkan melalui wawancara dengan tujuan untuk
mengetahui isi atau bentuk halusinasi yang dialami oleh
pasien.
(c) Waktu halusinasi
14

Data ini didapatkan melalui wawancara dengan tujuan untuk


mengetahui kapan saja halusinasi itu muncul.
(d) Frekuensi halusinasi
Data didapatkan melalui wawancara dengan tujuan untuk
mengetahui seberapa sering halusinasi tersebut muncul.
(e) Respon terhadap halusinasi
Data ini didapatkan melalui wawancara dengan tujuan untuk
mengetahui respon dari pasien saat mengalami halusinasi.

b. Diagnosa Keperawatan
Menurut (SDKI, 2017) diagnosa keperawatan gangguan persepsi
sensori dapat ditetapkan jika terdapat gejala dan tanda seperti :
(a) Gejala dan tanda mayor
(i) Secara subjektif adalah mendengar suara bisikan atau
melihat bayangan, merasakan sesuatu melalui panca indera
perabaan, penciuman, atau pengecapan
(ii) Secara objektif adalah respon tidak sesuai, bersikap seolah
melihat, mendengar, mengecap, meraba, atau mencium
sesuatu.
(b) Tanda dan gejala minor
(i) Secara subjektif adalah menyatakan kesal
(ii) Secara objektif adalah menyendiri, melamun, konsentrasi
buruk, disorientasi waktu, tempat, orang atau situasi, curiga,
melihat ke satu arah, mondar mandir, bicara sendiri..
Adapun diagnosis keperawatan yang muncul ada pasien
dengan gangguan persepsi sensori halusinasi yaitu :
- Risiko perilaku kekerasan
- Gangguan persepsi sensori halusinasi
- Isolasi sosial
15

c. Intervensi
Intervensi keperawatan adalah segala pengobatan yang dikerjakan
oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan 25 penilaian
klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (Tim
Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan Halusinasi
Tujuan Keperawatan Intervensi Keperawatan
Rasional
(SLKI) (SIKI)
Setelah dilakukan Manajemen Halusinasi Observasi
asuhan keperawatan (l.09288) a) Mengetahui
Observasi perilaku yang
selama 3 hari,
a) Monitor mengindikasikan
diharapkan masalah pasien mengalami
perilaku yang
gangguan persepsi dan halusinasi.
mengindikasi
sensori membaik, b) Mengetahui isi
halusinasi
dengan kriteria hasil : halusinasi pasien.
b) Monitor isi Terapeutik
Persepsi sensori halusinasi a) Lingkungan yang
(L.09083) (SLKI, Hal Terapeutik aman dapat
93) c) Pertahankan memberikan rasa
lingkungan yang nyaman pada
a. Respon sesuai
aman pasien.
stimulus
d) Diskusikan b) Mengetahui
meningkat
perasaan dan perasaan dan
b. Konsenterasi
respon terhadap respon pasien.
meningkat
halusinasi c) Memberikan rasa
c. Orientasi saling percaya.
e) Hindari
meningkat Edukasi
perdebatan tentang
d. Pasien dapat a) Agar pasien
validitas halusinasi
mencegah/ dapat mengontrol
Edukasi
mengontrol ketika terjadi
a) Anjurkan
haslusinasi dengan halusinasi.
memonitor sendiri
TAK b) Agar pasien
situasi terjadinya Dapat mengurangi
halusinasi terjadinya
b) Anjurkan bicara halusinasi dengan
pada orang mengekspresikan
yang dipercaya apa yang ia
untuk rasakan pada orang
memberikan lain.
dukungan dan c) Teknik relaksasi
umpan dapat memberikan
balik korektif rasa ketenangan
pada pasien. Agar
terhadap
pasien dapat
halusinasi mengetahui
16

c) Ajarkan bagaimana cara


melakukan mengontrol
distraksi halusinasi.
(mis.melakukan Kolaborasi
Pemberian obat
aktivitas dan
antipsikotik dan
relaksasi) antiansietas akan
d) Ajarkan pasien memberikan dampak
dan keluarga ketenangan pada pasien
cara mengontrol
halusinasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
obat antipsikotik dan
ansietas, jika perlu

Intervensi keperawatan pada pasien gangguan persepsi


sensori dari penurunan dan peningkatan beberapa aspek yang
sesuai dengan SLKI (2019) antara lain :

Tabel 2.2 Standar Luaran Keperawatan Indonesia

Persepsi Sensori L. 09083

Ekspetas Membaik
i

Kriteria hasil

Menurun Cukup Sedan Cukup Meningkat


menurun g meningkat

Verbalisasi 1 2 3 4 5
mendengar bisikan

Perilaku halusinasi 1 2 3 4 5

Menarik diri 1 2 3 4 5
17

Melamun 1 2 3 4 5

Curiga 1 2 3 4 5

Mondar – mandir 1 2 3 4 5

Meningkat Cukup Sedan Cukup Menurun


g menurun

Respon sesuai 1 2 3 4 5
stimulus

Konsentrasi 1 2 3 4 5

Orientasi 1 2 3 4 5

e. Implementasi
Implementasi adalah tahapan perawat mengaplikasikan
intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan. Implementasi
keperawatan harus disesuaikan dengan Tindakan keperawatan
yang telah ditetapkan. Implementasi keperawatan merupakan
suatu tindakan dilakukan langsung kepada pasien berdasarkan
rencana tindakan yang telah dibuat (Damaiyanti ,2014).
Implementasi yang diambil sesuai intervensi yang ditetapkan
dalam studi kasus yaitu memberikan terapi aktivitas kelompok
stimulasi presepsi sensori.

f. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai perkembangan
pasien dimana merupakan efek dari tindakan keperawatan
18

(Prabowo, 2017). Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan


pendekatan SOAP :
S : Respons subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan
O : Respons objektif pasien terhadap tindakan keperawatan
A : Analisis ulang atas data subjektif dan objektif untuk
menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul
masalah baru
P : Perencanaan berdasarkan hasil analisis pada respons
pasien yang terdiri dari tindakan lanjut pasien dan tindakan lanjut
oleh perawat.

B. Konsep Dasar Terapi Aktivitas Kelompok Pesan Berantai


1. Definisi
Terapi aktivitas kelompok adalah salah satu terapi modalitas yang
merupakan upaya untuk memfasilitasi perawat atau psikoterapis
terhadap sejumlah pasien pada waktu yang sama. Terapi aktivitas
kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah pasien dilatih
mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah
dialami (Maulana, 2021).
Terapi aktivitas kolompok adalah salah satu upaya untuk
memfasilitasi psikoterapis terhadap sejumlah pasien pada waktu yang
sama unutk memantau dan meningkatkan hubungan antar anggota
(Depkes RI, 1997 dalam Prabowo, 2017).
2. Tujuan
Tujuan umum TAK menurut Dermawan & Rusdi (2013), adalah
unutk meningkatkan kemampuan uji realitas melalui komunikasi dan
umpan balik dengan atau orang lain, melakukan sosialisasi,
meningkatkan kesadaran terhadap hubungan reaksi emosi dengan
tindakan atau perilaku dedefensive dan meningkatkan motivasi untuk
kemajuan fungsi kognitif dan afektif.
19

Menurut Prabowo (2017), tujuan umum TAK adalah stimuasi


persepsi halusinasi pada pasien dengan gangguan persepsi sensori
adalah pasien dapat mengontrol gangguan persepsi sensori yang
dialaminya, meningkatkan kemampuan orientasi realita, meningkatkan
kemampuan memusatkan perhatian, meningkatkan kemampuan
intelektual, mengemukakan pendapat dan menerima pendapat orang
lain, mengemukakan perasaannya dan tujuan khususnya meliputi :
a. Pasien dapat mengenal isi gangguan persepsi sensori
b. Pasien dapat mengontol gangguan persepsi sensori dengan
menghardik
c. Pasien dapat mengontrol gangguan persepsi sensori dengan
melakukan kegiatan
d. Pasien dapat mencegah gangguan persepsi sensori dengan
bercakap-cakap dengan orang lain
e. Pasien dapat memanfaatkan obat dengan prinsip benar minum
obat.
3. Peran Perawat dalam Terapi Aktivitas Kelompok
a. Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok
b. Sebagai leader dan co leader
Sebagai role model, Menyusun rencana, mengarahkan kelompok
dalam mencapai tujuan, memotivasi anggota, mengatur jalannya
kegiatan, menjelaskan aturan kegiatan dan memimpin jelannya
kegiatan.
c. Sebagai fasilitator
Membantu leader untuk memfasilitasi anggota untuk berperan
aktif dan membantu leader memotivasi anggota
d. Sebagai observer
Mengobservasi respon yiap pasien dan mencatat semua progress
yang terjadi dan semua prilaku pasien
e. Mengatasi masalah yang timbul pada saat pelaksanaan
20

C. Evidence Based Nursing Practice


Tabel 2.3 Evidence Based Nursing Practice

Nama PICO
Judul Tahun
Peneliti
Problem Intervensi Comparation Outcome

Nurul Asuhan 2017 Gangguan Terapi Tidak terdapat Adanya


Falakh Keperawatan persepsi Aktivitas Kelompok pengaruh yang
Jiwa Gangguan sensori Kelompok pembanding signifikan
antara TAK
Persepsi Sensori halusinasi Pesan
pesan berantai
Halusinasi pada Ny.R Berantai dengan
Pendengaran dan Ny.D penurunan
Pada Ny.R Dan di RSJD halusinasi
Ny.D Dengan Dr. pendengaran
Terapi Aktivitas Amoino
Kelompok Gondohuto
(TAK) Pesan mo
Berantai Di Provinsi
RSJD Dr. Jawa
Amoino Tengah
Gondohutomo
Provinsi Jawa
Tengah

Sutinah, Terapi aktivitas 2020 Pasien Terapi Tidak terdapat Kegiatan ini
Isti kelompok halusinasi aktivitas kelompok mampu
Harkoma stimulasi di rumah kelompok pembanding meningkatkan
h, dan persepsi sensori sakit jiwa stimulasi pengetahuan,
Nofrida (halusinasi) pada privinsi persepsi pemahaman
Saswati pasien halusinasi jambi yang sensori tentang cara
di rumah sakit berjumlah mengontrol
jiwa provinsi 20 orang halusinasi dan
jambi tahu bagaimana
cara
melakukannya
dalam rangka
pencegahan
halusinasi agar
tidak Kembali
lagi

Manfaluti Pengelolaan 2022 Pasien Memberika Penulisan Pasien dengan


Nur kasus pada skizofrenia n intervensi tidak halusinasi
Faedah, Pasien paranoid : terapi menggunakan pendengaran
21

Mukhadi skizofrenia halusinasi aktivitas kelompok telah dilakukan


ono paranoid pendengara kelompok pembanding tindakan
“Halusinasi n dengan (TAK) keperawatan
rentang pesan
Pendengaran” menggunakan
usia 30 – berantai
dengan fokus 35 tahun strategi
studi terapi : dan pelaksanaan
TAK (Terapi kooperatif (SP) dan terapi
Aktivitas aktivitas
Kelompok) kelompok
Pesan Berantai pesan berantai.
Evaluasi yanG
diperoleh yaitu
pasien berhasil
mengalihkan
halusinasi
pendengaranny
a dengan
permainan
pesan berantai.

Afifah Pengaruh Terapi 2015 Jumlah Penerapan Kelompok Terdapat


Nur Aktivitas sampel 20 intervensi intervensi pengaruh yang
Hidayah Kelompok (10 terapi kontrol dan signifikan pada
kelompok aktivitas
Stimulasi kelompok pengaruh TAK
intervensi kelompok
Persepsi-Sensori kontrol dan (TAK) intervensi stimulasi
Terhadap 10 stimulasi persepsi-
Kemampuan kelompok persepsi- sensori
Mengontrol intervensi) sensori terhadap
Halusinasi Pada kemampuan
Pasien mengontrol
Halusinasi Di halusinasi pada
Rsjd Dr. Amino pasien
Gondohutomo halusinasi yang
Semarang ditunjukan
dengan p value
= 0,000<0,05.

Fatma Penerapan Terapi 2018 Pasien Penerapan Penulisan Pelaksanaan


Arumba Aktivitas skizofrenia intervensi tidak TAK stimulasi
Riyanti, Kelompok dengan terapi menggunakan persepsi
Sutejo, halusinasi aktivitas
Stimulasi kelompok dilakukan
Sri pendengara kelompok
Hendarsi Persepsi Pada n berjumlah (TAK) pembanding melalui tahap
h Asuhan 2 orang. stimulasi persiapan,
Keperawatan sensori tahap orientasi,
22

Pasien tahap kerja,


Halusinasi tahap
Pendengaran Di terminasi,
Rsj Grhasia tahap evaluasi
dan
dokumentasi.
23

D. Kerangka Konsep

Terapi
Pasien
Aktifitas Kemampuan
Halusinasi
Kelompok Mengontrol
Pendengaran
Pesan Halusinasi
Berantai
24

BAB III
METODE PENULISAN
A. DesainPenulisan
Menggunakan Pendekatan Studi Kasus Desain studi kasus yang
digunakan dalam penyusunan Karya Ilmiah Ners adalah studi kasus (Case
Study) dengan menggunakan evidence based nursing practice (EBNP)
terapi aktivitas kelompok pesan berantai.
B. Subjek Studi Kasus
Subjek studi kasus ini adalah pasien dengan halusinasi
pendengaran di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang dengan jumlah subjek
studi kasus 3 pasien yang mengalami halusinasi pendengaran. Subjek
penelitian ini menggunakan 3 responden dengan kriteria sebagai berikut :
1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakter umum subjek penulisan dari
suatu target yang akan diteliti. Kriteria dalam penulisan ini adalah:
a. Pasien yang menjalani perawatan di RSJ Prof dr. Soerojo
Magelang
b. Pasien bersedia menjadi responden.
c. Pasien telah didiagnosa keperawatan gangguan halusinasi
pendengaran
d. Pasien dalam tahap stabil atau tenang.
2. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:
a. Pasien halusinasi pendengaran yang sembuh pada saat waktu
penelitian.
b. Pasien dengan kondisi belum stabiL
C. Lokasi dan Waktu Studi Kasus
Studi kasus dilakukan di RSJ Prof Dr. Soerojo Magelang yang
dimulai dari bulan Juni 2023.
D. Fokus Studi Kasus
Fokus pada studi kasus ini adalah penerapan terapi aktivitas
25

kelompok stimulasi presepsi sensori terhadap penurunan gejala halusinasi.


Intervensi yang akan dilakukan sesuai dengan Evidence Based Nursing
Practice (EBNP) yang telah dianalisa sebelumnya yaitu penerapan terapi
aktivitas kelompok pesan berantai untuk menurunkan gejala halusinasi.
Implementasi EBNP akan dilakukan selama 30 - 45 menit dalam satu kali
kunjungan.
E. Definisi Operasional
Asuhan keperawatan ini terdiri dari pengkajian menggunakan
konsep stres adaptasi Stuart dan pysrat. Diagnosa menggunakan SDKI.
Intervensi mengacu pada SIKI dengan terapi aktivitas kelompok stimulasi
presepsi sensori. Luaran mengacu pada SLKI.
F. Instrumen Studi Kasus
Instrumen adalah alat ukur untuk mengukur apa yang akan di ukur.
Instrumen pengumpulan data yang digunakan pada karya tulis ilmiah akhir
ners ini menggunakan PYSRAT (Psychotic Symptom Rating Scale) untuk
mengukur gejala halusinasi, terdapat 11 item. Dengan menggunakan skala
likert (0-4), skala likert (0=tidak ada, 1= ringan, 2=sedang, 3= berat, 4 =
sangat berat). Rentang skor kuesioner halusinasi adalah 0-44, apabila skor
lebih kecil maka akan terjadi penurunan gejala halusinasi (Erawati, E.,
Keliat, B.A & Daulima, 2014).
G. Metode Pengumpulan Data dan Analisa Data
Sumber data yang diperoleh menggunakan data primer dan
sekunder, data primer diperoleh dengan cara wawancara terhadap
responden, sedangkan sekunder yang berhubungan dengan studi kasus
yang diperoleh dari rekam medis. Analisis data dilakukan dengan cara
deskriptif yaitu data hasil studi kasus ditulis secara naratif berdasarkan
data yang sudah didapatkan meliputi data subjektif. dan objektif yang
digunakan untuk merumuskan output yang diperoleh. Selain itu, penulis
juga akan melakukan penetapan prioritas masalah jika masalah lebih dari
satu serta dilakukan perencanaan asuhan keperawatan untuk mengatasi
masalah dan dilakukan implementasi.
26

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Lahan Praktik
Penelitian ini dilakukan di RSJ Prof dr. Soerojo Magelang pada
periode Maret-Juni 2023. RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang merupakan Pusat
Rujukan Nasional di bidang Kesehatan Jiwa yang terletak 4 kilometer dari
pusat kota Magelang beralamat di Jl. A. Yani 169, Kelurahan Kramat
Utara, Kecamatan Magelang Utara, Kota Magelang, Propinsi Jawa
Tengah. RSJ Prof dr. Soerojo Magelang merupakan rumah sakit kelas A
sebagai Rumah Sakit Jiwa Pendidikan yang memiliki fasilitas pelayanan
pemeriksaan dan pengobatan baik psikiatri maupun non psikiatri.
Implementasi asuhan keperawatan pada Karya Ilmiah Akhir Ners ini
dilakukan di Wisma Drupada mulai dari pengkajian hingga evaluasi.
Penulis menemukan data dari hasil pengkajian 3 pasien dengan masalah
gangguan persepsi sensori : halusinasi.

B. Pengkajian
a. Biodata Pasien
Tabel Biodata Pasien
27

Pasien Identitas Pasien

Tn. A Tn. A merupakan pasien dengan halusinasi di wisma Sadewa,


C. berusia 23 tahun, berjenis kelamin laki-laki, beragama islam,
Pendidikan terakhir SMK, dan belum menikah. Menurut
keluarga, Tn. A masuk ke RSJ dikarenakan bicara sendiri
ngelantur, marah-marah berkata kasar, gaduh gelisah.

Tn. W Tn. W merupakan pasien dengan halusinasi di wisma Sadewa


yang berusia 37 tahun, berjenis kelamin laki-laki, beradama
islam, Pendidikan terakhir SMK, tidak bekerja dan belum
menikah. Menurut keluarga, Tn. W masuk ke RSJ dikarenakan
pasien bicara dan tertawa sendiri, banyak menyendiri di kamar, tidak
mau berinteraksi dengan keluarga

Tn. I Tn. I merupakan pasien dengan halusinasi di wisma sadewa


yang berusia 22 tahun, berjenis kelamin laki-laki, beragama
islam, Pendidikan terakhir SMA dan belum manikah. Menurut
keluarga pasien, Tn.I dibawa ke RSJ dikarenakan sulit tidur,
suka keluyuran, tertawa dan bicara senidiri.

Faktor Predisposisi
Tabel Faktor Predisposisi
28

Dukungan Sosial
Klien Faktor Predisposisi Lingkungan Dukungan keluarga

Tn. - Pasien pernah - Pasien mengatakan Menurut pasien


A dirawat di RSJ sering dibuli oleh orang yang berarti
pada tahun teman-temannya dalam hidupnya
2017 - Pasien tidak aktif sekarang adalah
- Pasien mengikuti kegiatan ibunya. Klien
mengatakan dimasyarakat saat mengatakan jarang
ayah pasien dalam kondisi stabil berkomunikasi
sering dengan orang
memukul tuanya.
pasien
Tn.W - Pasien mernah - Pasien tidak memiliki Menurut pasien
dirawat di RSJ teman di orang yang berarti
pada tahun lingkungannya dalam hidupnya
2015 - Pasien mengatakan sekarang adalah
ditinggal oleh orang tua
kekasihnya
- Pasien tidak aktif
mengikuti kegiatan
dimasyarakat pada saat
kondisi stabil
Tn. I - Pasien sering - Pasien memiliki teman Menurut pasien
mengkonsumsi di pondok pesantren orang yang berarti
pil koplo sejak - Pasien aktif mengikuti dalam hidupnya
tahun 2019 kegiatan dimasyarakat adalah orang tua nya
pada saat kondisi stabil

D. Faktor Presipitasi
Tabel Pengkajian Factor Presipitasi

Klien Faktor Presipitasi


Tn. A Pasien putus obat sejak 2 bulan yang lalu, pasien merusak barang,
tidak bisa tidur, bicara dan tertawa sendiri
Tn. W Pasien tidak mau minum obat sejak 1 bulan yang lalu, melempari
genteng rumah dengan batu, bicara dan tertawa sendiri
Tn. I Pasien berprilaku aneh sejak 1 minggu lalu, keluyuran, tidak tidur,
bicara dan tertawa sendiri, serta berprilaku semaunya
29

E. Pengkajian Disorientasi Realita


Tabel Pengkajian Disorientasi Realita

Klien Pengkajian Disorientasi Realita


Tn. A Saat ditanya mengenai tempat pasien berada saat ini, pasien
menjawab berada di RSJ di Magelang, ketika ditanya mengenai
waktu, tempat dan hari pasien tidak bisa menjawab. Pasien mampu
menyebutkan beberapa nama-nama temannya namun tidak mampu
menyebutkan nama perawat yang bertugas.
Tn. W Pada saat ditanya dimana pasien saat ini berada, pasien menjawab
sedang berada di RSJ Magelang, pasien mampu menyebutkan hari
dan tanggal saat ini, pasien tidak mampu menyebutkan nama teman-
temnnya dan perawat yang bertugas.
Tn. I Pasien mampu menjawab dimana tempat saat ini berada. Pasien
mampu menyebutkan hari, tanggal, dan waktu saat ini. Pasien mampu
menyebutkan beberapa nama temannya namun tidak mampu
menjawat nama perawat yang bertugas.

F. Pengkajian Status Mental


Tabel Pengkajian Status Mental

Klien Pengkajian Status Mental


Tn. A Penampilan diri pasien tampak kurang rapi, terlihat dari kulit pasien
banyak coretan pena, gigi pasien kotor, rambut tidak disisir. Pasien
bicara pelan tetapi tidak sesuai maksud, kontak mata mudah beralih,
pasien bicara berbelit-belit, terkadang pasien senyum-senyum sendiri.
daya ingat pasien saat ini pendek. Sebelum dilakukan TAK pesan
berantai tanda gejala halusinasi diukur dengan PSYRAT diperoleh
hasil 27
Tn. W Penampilan pasien kurang rapi, gigi pasien kotor, rambut tidak
30

disisir, terdapat noda di baju pasien, bicara pasien cepat dan tidak
nyembung, sering mengalihkan pembicaraan, pandangan mudah
teralih, berbicara dan tertawa sendiri, bicara pasien berbelit-belit, saat
ditanya pertambahan sederhana pasien mampu menjawab, daya ingat
pasien saat ini pendek. Sebelum dilakukan TAK pesan berantai tanda
gejala halusinasi diukur dengan PSYRAT diperoleh hasil 29
Tn. I Penampilan pasien tidak rapi, baju kotor, terdapat luka garukan
dikulit pasien, gigi pasien bersih. Bicara pasien cepat tetapi tidak
sesuai maksud dan sering mengalihkan pembicaraan. Pandangan
pasien mudah beralih dan menghindar, tertawa sendiri, pasien
mengatakan ingin segera pulang, bicara pasien berbelit-belit dan tidak
sampai ke tujuan awal, daya ingat pasien rendah. Sebelum dilakukan
TAK pesan berantai tanda gejala halusinasi diukur dengan PSYRAT
diperoleh hasil28

G. Pengkajian Persepsi dan Sensori


Tabel Pengkajian Persepsi dan Sensori

Klien Pengkajian Persepsi dan Sensori


Tn. A Pasien mengatakan mendengar suara atau bisikan berisikan suara
kuntilanak tertawa, suara muncul sebanyak 3 kali dalam sehari, suara
muncul saat pasien tidak melakukan aktivitas atau dalam keaadaan
sendir. Respon yang dilakukan pasien saat mendengar suara itu
adalah Tarik nafas dalam dan ber istigfar.
Tn. W Pasien mengatakan mendengar suara perempuan, suara itu berisikan
suara mengajak pasien untuk pergi, suara yang didengar muncul
sebanyak 5 kali dalam seharinya, untuk waktunya tidak menentu.
Respon pasien saat muncul suara adalah melawan dengan kekerasan
serta dengan marah -marah.
Tn. I Pasien mengatakan mendengar suara dan bisikan berupa perintah,
suara itu berkata “ayo bali wae” “urip neng omah bareng-bareng” dan
menyuruh pasien untuk minum obat koplo, suara muncul >2 kali
31

dalam seharinya, untuk waktunya tidak menenetu. Respon pasien saat


suara itu muncul adalah dengan berlari dan berbicara dengan orang
lain.

H. Diagnosa Keperawatan
Tabel Analisis dan hasil pengkajian

Pasie Analisis Data Etiologi Diagnosa


n Keperawatan
Tn. A DS : pasien mengatakan Gangguan Gangguan
mendengar suara kuntilanak Pendengaran persepsi dan
tertawa, waktu tidak menentu, sensori (SDKI,
frekuensi 3 kali sehari, dalam D.0085)
situasi : sendirian dan tidak
melakukan aktivitas
DO :
- Pasien tampak tertawa
sendiri
- Pasien terlihat mondar
mandir

Tn. W DS : pasien mengatakan Gangguan Gangguan


mendengar suara bisikan yang Pendengaran Persepsi dan
berisi suara ajakan. Suara yang Sensori (SDKI,
didengar sering muncul 5 kali D.0085)
dalam sehari dengan waktu
yang tidak menentu
DO :
- Pasien tampak berbicara
sendiri
- Bicara pasien berbelit
32

- Pandangan mata mudah


beralih
Tn. I DS : pasien mengatakan Gangguan Gangguan
mendengar suara ajakan untuk Pendengaran persepsi dan
pulang ke rumah, suara yang sensori (SDKI,
didengar pasien lebih dari 2 D.0085)
kali dalam sehari terutama saat
pasien tidak melakukan
aktivitas.
DO :
- Pandangan mata pasien
mudah teralih
- Senyum dan tertawa
sendiri

Diagnosa keperawatan yang ditegakkan pada ketiga pasien yaitu


gangguan persepsi dan sensori berhubungan dengan gangguan
pendengaran (SDKI, D.0085).

I. Intervensi
Rencana asuhan keperawatan pada ketiga pasien dengan gangguan
persepsi dan sensori dilakukan berdasarkan intervensi yang terdapat di
Standart Intervensi keperawatan Indonesia (SIKI, 2017) yaitu dengan
intervensi manajemen halusinasi. Manajemen halusinasi merupakan
pengaturan dengan mengidentifikasi dan mengelola peningkatan
keamanan, kenyamanan dan orientasi realita (SIKI DPP PPNI,2018)
Table Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana


No Keperawatan (SLKI) Keperawatan
(SIKI)

1. Gangguanpersepsi Setelah dilakukan asuhan Manjemen halusinasi


dan sensori keperawatan selama 3 (SIKI I. 09288 Hal
berhubungan hari, diharapkan masalah 178)
Observasi
33

dengan gangguan gangguan persepsi dan a. Monitor


pendengaran sensori membaik, dengan perilaku yang
(SDKI, D.0085) kriteria hasil : mengindikasi
halusinasi
Persepsi sensori
b. Monitor isi
(L.09083) (SLKI, Hal 93) halusinasi
a. Respon sesuai Terapeutik
stimulus meningkat c. Pertahankan
b. Konsenterasi lingkungan
meningkat aman
c. Orientasi meningkat d. Diskusikan
d. Pasien dapat perasaan dan
mencegah/ respon
mengontrol terhadap
haslusinasi dengan halusinasi
TAK e. Ikut sertakan
pasien dalam
terapi
aktivitas
kelompok :
Pesan berantai
Edukasi
a. Anjurkan
bicara
pada orang
yang
dipercaya
untuk
memberikan
dukungan
dan umpan
balik
terhadap
halusinasi
b. Ajarkan
pasien dan
keluarga
cara
mengontrol
halusinasi
Kolaborasi
f. Kolaborasi
pemberian
obat
antipsikotik
dan ansietas,
34

jika perlu

J. Implementasi
Tabel Implementasi keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Persepsi dan Sensori tanggal 15 Juni 2023 -17 Juni 2023
1. Implementasi Keperawatan 15 Juni 2023

Implementasi Respon Pasien


Keperawatan Tn. A Tn. W Tn. I
Memonitor DS : pasien DS : pasien DS : pasien
munculnya mengatakann mengatakan mengtakan
halusinasi halusinasi halusinasi halusinasi
muncul pada saat muncul saat muncul saat
dirinya sendiri dirinya pasien tidak
dan tidak sendiri,halusinasi melakukan
melakukan muncul sebanyak aktivitas, dalam
aktivitas 5 kali dalam sehari halusinasi
DO : pasien sehari, pasien muncul sebanyak
tampak tertawa mengatakan 2 kali, untuk
sendiri waktu terjadinya waktunnya tidak
halusinasi tidak menentu.
menentu. DO : ketika
DO : pandangan diajak berbicara
mata pasien pasien tidak
mudah teralih fokus
Memonitor isi DS : pasien DS : Tn. W DS : pasien
halusinasi mengatakan mengatakan mengatakan
mendengar suara mendengar suara mendengar suara
kuntilanak, perintah untuk ajakan unutk
waktu tidak mengganti pacar. pulang kerumah
menentu DO : pasien DO : pandangan
DO : pasien tampak tertawa mata pasien
tampak sering dan senyum mudah beralih
menyendiri, sendiri
pandangan mata
mudah beralih
Mempertahankan DS : Tn. A DS : pasien DS : pasien
lingkungan yang mengatakan mengatakan ingin mengatakan
nyaman ingin duduk di duduk di kursi nyaman dengan
kursi depan DO : pasien posisinya saat ini
DO : wajah terlihat nyaman DO : pandangan
pasien tampak mata pasien
tegang mudah beralih
35

Mendiskusikan DS : pasien DS : pasien DS : pasien


perasaan dan mengatakan mengatakan mengatakan
respon terhadap perasaaan hari perasaan hari ini perasaan hari ini
halusinasi ini baik baik saja biasa biasa saja senang
DO : wajah DO : pasien DO : pasien
pasien tampak tampak senyum tampak tertawa
tegang senyum sendiri sendiri
Mengikutsertakan DS : pasien DS : pasien DS : pasien
pasien dalam terapi mengatakan mengatakan mengatakan
aktivitas bersedia bersedia bersedia
kelompok : Pesan menikuti TAK mengikuti TAK mengikuti TAK
berantai pesan berantai DO : Pasien DO : Pasien
DO : Pasien terlihat kurang terlihat fokus
terlihat kurang fokus saat saat mengikuti
focus saat mengikuti TAK TAK dan tertawa
mengikuti TAK dan tertawa sendiri
dan tertawa sendiri
sendiri
Menjelaskan secara DS : pasien DS : pasien DS : pasien
rinci aturan dan mengatakan mengatakan mengatakan
cara main TAK paham dengan kurang paham paham dengan
pesan berantai aturan dan cara dengan aturan aturan dan cara
main TAK pesan dan cara main main TAK
berantai TAK pesan DO : pasien
DO :pasien berantai mengikuti arahan
mengikuti arahan DO : saat dan aturan TAK
dan aturan TAK diberikan pesan berantai
pesan berantai penjelasan ulang
pasien paham
dengan aturan
dan cara main
TAK pesan
berantai
Mendemonstrasikan DS : pasien DS : pasien DS : pasien
TAK pesan berantai mengatakan mengatakan mengatakan
setelah dilakukan setelah dilakukan setelah dilakukan
TAK pesan TAK pesan TAK pesan
berantai perasaan berantai perasaan berantai perasaan
menjadi lebih menjadi lebih menjadi lebih
senang senang seang
DO : pada saat DO : pada saat DO : pada saat
melakukan TAK dilakukan TAK mengikuti TAK
pesan berantai pesan berantai pesan berantai
pasien belum pasien mampu pasien mampu
mampu membisikan dan membisikan dan
menyebutkan menyebutkan menyebutkan
36

kata yang di kata yang kata yang telah


berikan diberikan tetapi diberikan tetapi
kurang tepat kurang tepat
Menganjurkan DS : pasien DS : pasien DS : pasien
bicara mengatakan mengatakan tidak mempunyai
pada orang yang mempunyai mempunyai orang yang
dipercaya untuk orang yang orang yang diajak diajak bicara
memberikan diajak bicara mengobrol DO : pasien
dukungan dan DO : pasien DO : pasien tampak bicara
umpan balik tampak tampak dengan temannya
terhadap halusinasi berbincang- menyendiri
bincang dengan
temannya
Berkolaborasi DS : pasien DS : pasien DS : pasien
pemberian obat mengatakan mau mengatakan mau mengatakan mau
minum obat minum obat minum obat
DO : pasien DO : pasien
meminum meminum DO : pasien
obatnya obatnya meminum
(Trihexphenidil 2 (Risperidone 3 obatnya
MG) MG, Hexymer 2 (Trihexphenidil 2
MG) MG, Depakote
500 MG,
Risperidone 2
MG

2. Implementasi Keperawatan 16 Juni 2023

Implementasi Respon Pasien


Keperawatan Tn. A Tn. W Tn. I
Memonitor DS : pasien DS : pasien DS : pasien
munculnya mengatakann mengatakan mengtakan
halusinasi halusinasi halusinasi halusinasi
muncul pada saat muncul saat muncul saat
dirinya sendiri dirinya pasien tidak
dan tidak sendiri,halusinasi melakukan
melakukan muncul sebanyak aktivitas, dalam
aktivitas <5 kali dalam sehari halusinasi
DO : pasien sehari, pasien muncul sebanyak
tampak senyum mengatakan 2 kali, untuk
sendiri waktu terjadinya waktunnya tidak
halusinasi tidak menentu.
menentu. DO : ketika
DO : pasien diajak berbicara
terlihat fokus pasien tidak
37

fokus
Memonitor isi DS : pasien DS : Tn. W DS : pasien
halusinasi mengatakan mengatakan mengatakan
mendengar suara mendengar suara mendengar suara
kuntilanak, perintah untuk ajakan unutk
waktu tidak mengganti pacar. pulang kerumah
menentu DO : pasien DO : pandangan
DO : pasien tampak tertawa mata pasien
tampak sering dan senyum mudah beralih
menyendiri, sendiri
pandangan mata
mudah beralih
Mempertahankan DS : Tn. A DS : pasien DS : pasien
lingkungan yang mengatakan mengatakan ingin mengatakan
nyaman ingin duduk di duduk di kursi nyaman dengan
kursi depan DO : pasien posisinya saat ini
DO : wajah terlihat nyaman DO : pandangan
pasien tampak mata pasien
tegang mudah beralih

Mendiskusikan DS : pasien DS : pasien DS : pasien


perasaan dan mengatakan mengatakan mengatakan
respon terhadap perasaaan hari perasaan hari ini perasaan hari ini
halusinasi ini senang baik baik saja senang
DO : wajah DO : pasien DO : terkadang
pasien tampak tampak senyum pasien tampak
tegang senyum sendiri tertawa sendiri
Mengikutsertakan DS : pasien DS : pasien DS : pasien
pasien dalam terapi mengatakan mengatakan mengatakan
aktivitas bersedia bersedia bersedia
kelompok : Pesan menikuti TAK mengikuti TAK mengikuti TAK
berantai pesan berantai DO : Pasien DO : Pasien
DO : Pasien terlihat kurang terlihat fokus
terlihat kurang fokus saat saat mengikuti
focus saat mengikuti TAK TAK dan tertawa
mengikuti TAK dan tertawa sendiri
dan tertawa sendiri
sendiri
Menjelaskan secara DS : pasien DS : pasien DS : pasien
rinci aturan dan mengatakan mengataka paham mengatakan
cara main TAK paham dengan dengan aturan paham dengan
pesan berantai aturan dan cara dan cara main aturan dan cara
main TAK pesan TAK pesan main TAK
berantai berantai DO : pasien
DO :pasien DO : saat mengikuti arahan
mengikuti arahan diberikan dan aturan TAK
38

dan aturan TAK penjelasan pasien pesan berantai


pesan berantai paham dengan
aturan dan cara
main TAK pesan
berantai
Mendemonstrasikan DS : pasien DS : pasien DS : pasien
TAK pesan berantai mengatakan mengatakan mengatakan
setelah dilakukan setelah dilakukan setelah dilakukan
TAK pesan TAK pesan TAK pesan
berantai perasaan berantai perasaan berantai perasaan
menjadi lebih menjadi lebih menjadi lebih
senang senang seang
DO : pada saat DO : pada saat DO : pada saat
dilakukan TAK dilakukan TAK dilakukan TAK
pesan berantai pesan berantai pesan berantai
pasien mampu pasien mampu pasien mampu
membisikan dan membisikan dan membisikan dan
menyebutkan menyebutkan menyebutkan
kata yang kata yang kata yang
diberikan tetapi diberikan dengan diberikan
kurang tepat tepat
Menganjurkan DS : pasien DS : pasien DS : pasien
bicara mengatakan mengatakan mempunyai
pada orang yang mempunyai mempunyai orang yang
dipercaya untuk orang yang orang yang diajak diajak bicara
memberikan diajak bicara mengobrol DO : pasien
dukungan dan DO : pasien DO : pasien tampak bicara
umpan balik tampak tampak berbicara dengan temannya
terhadap halusinasi berbincang- dengan temannya
bincang dengan
temannya
Berkolaborasi DS : pasien DS : pasien DS : pasien
pemberian obat mengatakan mau mengatakan mau mengatakan mau
minum obat minum obat minum obat
DO : pasien DO : pasien
meminum meminum DO : pasien
obatnya obatnya meminum
(Trihexphenidil 2 (Risperidone 3 obatnya
MG) MG, Hexymer 2 (Trihexphenidil 2
MG) MG, Depakote
500 MG,
Risperidone 2
MG

3. Implementasi Keperawatan 17 Juni 2023


39

Implementasi Respon Pasien


Keperawatan Tn. A Tn. W Tn. I
Memonitor DS : pasien DS : pasien DS : pasien
munculnya mengatakan mengatakan mengatakan
halusinasi halusinasi masih halusinasi masih halusinasi mulai
muncul tapi tidak muncul, menurun, dalam
sering halusinasi sehari halusinasi
DO : muncul sebanyak muncul sebanyak
- pasien 2 kali dalam 1 kali, untuk
tampak lebih sehari, pasien waktunnya tidak
fokus mengatakan menentu.
- Didapatkan waktu terjadinya DO :
hasil dari halusinasi tidak - ketika diajak
PSYRAT menentu. berbicara
dengan skor DO : pasien lebih
16 - pandangan fokus
mata pasien - Didapatkan
lebih fokus hasil dari
- Didapatkan PSYRAT
hasil dari dengan skor
PSYRAT 17
dengan skor
18
Memonitor isi DS : pasien DS : Tn. W DS : pasien
halusinasi mengatakan mengatakan mengatakan
masih mendengar sudah jarang masih mendengar
suara kuntilanak, mendengar suara bisikan tapi
waktu tidak bisikan sudah jarang
menentu DO : pandangan DO : pandangan
DO : bicara mata pasien lebih mata pasien tidak
pasien jelas fokus mudah beralih
Mempertahankan DS : Tn. A DS : pasien DS : pasien
lingkungan yang mengatakan mengatakan mengatakan
nyaman ingin duduk di ingin duduk di nyaman dengan
kursi depan kursi posisinya saat ini
DO : wajah DO : pasien DO : pasien lebih
pasien tampak terlihat nyaman fokus dan
rileks nyaman

Mendiskusikan DS : pasien DS : pasien DS : pasien


perasaan dan mengatakan mengatakan mengatakan
respon terhadap perasaaan hari ini perasaan hari ini perasaan hari ini
halusinasi luarbiasa biasa biasa saja senang
DO : pasien DO : pasien DO : pasien
terlihat lebih tampak tampak fokus
fokus memperhatikan
40

Mengikutsertakan DS : pasien DS : pasien DS : pasien


pasien dalam terapimengatakan mengatakan mengatakan
aktivitas bersedia bersedia bersedia
kelompok : Pesan menikuti TAK mengikuti TAK mengikuti TAK
berantai pesan berantai DO : Pasien DO : Pasien
DO : Pasien terlihat fokus saat terlihat fokus saat
terlihat focus saat mengikuti TAK mengikuti TAK
mengikuti TAK
Menjelaskan secara DS : pasien DS : pasien DS : pasien
rinci aturan dan mengatakan mengatakan mengatakan
cara main TAK paham dengan paham dengan paham dengan
pesan berantai aturan dan cara aturan main TAK aturan dan cara
main TAK pesan pesan berantai main TAK
berantai DO : pasien DO : pasien
DO :pasien tampah mengikuti arahan
mengikuti arahan mengikuti aturan dan aturan TAK
dan aturan TAK dan tata cara pesan berantai
pesan berantai TAK pesan
berantai
Mendemonstrasikan DS : pasien DS : pasien DS : pasien
TAK pesan berantai mengatakan mengatakan mengatakan
setelah dilakukan setelah dilakukan setelah dilakukan
TAK pesan TAK pesan TAK pesan
berantai perasaan berantai perasaan berantai perasaan
menjadi lebih menjadi lebih menjadi lebih
segar senang dan segar seang
DO : pada saat DO : pada saat DO : pada saat
dilakukan TAK dilakukan TAK dilakukan TAK
pesan berantai pesan berantai pesan berantai
pasien mampu pasien mampu pasien mampu
membisikan dan membisikan dan membisikan dan
menyebutkan menyebutkan menyebutkan
kata yang kata yang kata yang
diberikan dengan diberikan dengan diberikan dengan
tepat tepat tepat
Menganjurkan DS : DS : DS :
bicara - pasien - pasien - pasien
pada orang yang mengatakan mengatakan mempunyai
dipercaya untuk mempunyai sudah orang yang
memberikan orang yang mempunnyai diajak bicara
dukungan dan diajak bicara teman untuk - pasien
umpan balik - pasien diajak mengatakan
terhadap halusinasi mengatakan berbincang mampu
mampu bincang membedakan
membedakan - pasien suara asli dan
suara asli dan mengatakan suara yang
41

suara yang mampu palsu


palsu membedakan -
DO : pasien suara asli dan DO : pasien
tampak suara yang tampak bicara
berbincang- palsu dengan temannya
bincang dengan -
temannya DO : pasien
sudah tidak
menyendiri
Berkolaborasi DS : pasien DS : pasien DS : pasien
pemberian obat mengatakan mau mengatakan mau mengatakan mau
minum obat minum obat minum obat
DO : pasien DO : pasien
meminum meminum DO : pasien
obatnya obatnya meminum
(Trihexphenidil 2 (Risperidone 3 obatnya
MG) MG, Hexymer 2 (Trihexphenidil 2
MG) MG, Depakote
500 MG,
Risperidone 2
MG

K. EVALUASI
Evaluasi Keperawatan pada Pasien Gangguan Persepsi dan
Sensori pada tanggal 15-17 Juni 2023

Tanggal Evaluasi
Tn. A Tn. W Tn. I
15 Juni S : pasien mengatakann S : pasien mengatakan S : : pasien
2023 halusinasi muncul pada halusinasi muncul saat mengtakan
saat dirinya sendiri dan dirinya halusinasi muncul
tidak melakukan sendiri,halusinasi saat pasien tidak
aktivitas, pasien muncul sebanyak 5 kali melakukan aktivitas,
mengatakan mendengar dalam sehari, pasien dalam sehari
suara kuntilanak, waktu mengatakan waktu halusinasi muncul
42

tidak menentu. pasien terjadinya halusinasi sebanyak 2 kali,


mengatakan perasaaan tidak menentu, Tn. W untuk waktunnya
hari ini baik baik saja, mengatakan mendengar tidak menentu,
pasien mengatakan suara perintah untuk pasien mengatakan
setelah dilakukan TAK mengganti pacar, mendengar suara
pesan berantai perasaan pasien mengatakan ajakan unutk pulang
menjadi lebih senang, perasaan hari ini biasa kerumah, pasien
pasien mempunyai orang biasa saja, pasien mengatakan setelah
yang diajak bicara mengatakan kurang dilakukan TAK
paham dengan aturan pesan berantai
O : pasien tampak dan cara main TAK perasaannya menjadi
tertawa sendiri, pasien pesan berantai, setelah lebih senang
tampak sering dilakukan TAK pesan
menyendiri, pandangan berantai perasaan O : ketika diajak
mata mudah beralih, menjadi lebih senang berbicara pasien
pada saat melakukan tidak fokus,
TAK pesan berantai O : pandangan mata pandangan mata
pasien belum mampu pasien mudah teralih, pasien mudah
menyebutkan kata yang pada saat menikuti beralih, : pada saat
di berikan TAK pasien tampak mengikuti TAK
kurang fokus dan pesan berantai pasien
A : gangguan persepsi tertawa sendiri, pada mampu membisikan
dan sensori belum saat dilakukan TAK dan menyebutkan
teratasi pesan berantai pasien kata yang telah
mampu membisikan diberikan tetapi
P : lanjutkan intervensi dan menyebutkan kata kurang tepat
- Monitor halusinasi yang diberikan tetapi
- Lakukan TAK pesan kurang tepat A : Masalah
berantai gangguan persepsi
A : Masalah gangguan dan sensori belum
persepsi dan sensori teratasi
belum teratasi
P : lanjutkan
P : Lanjutkan intervensi
intervensi - Monitor
- Monitor halusinasi halusinasi
- Lakukan TAK - Lakukan TAK
pesan berantai pesan berantai
16 Juni S : pasien mengatakann S : pasien mengatakan S : pasien mengtakan
2023 halusinasi muncul pada halusinasi muncul saat halusinasi muncul
saat dirinya sendiri dan dirinya saat pasien tidak
tidak melakukan sendiri,halusinasi melakukan aktivitas,
aktivitas, pasien muncul sebanyak <5 dalam sehari
mengatakan masih kali dalam sehari, halusinasi muncul
mendengar suara pasien mengatakan sebanyak 2 kali,
kuntilanak, pasien waktu terjadinya untuk waktunnya
43

mengatakan setelah halusinasi tidak tidak menentu,


dilakukan TAK pesan menentu, Tn. W pasien mengatakan
berantai perasaan mengatakan mendengar mendengar suara
menjadi lebih senang, suara perintah untuk ajakan unutk pulang
pasien memiliki teman mengganti pacar, kerumah, pasien
yang diajak bicara pasien mengatakan paham dengan aturan
perasaan hari ini dan tata cara TAK
O : Pasien terlihat senang, pasien pesan berantai,
kurang focus saat mengataka paham pasien mengatakan
mengikuti TAK dan dengan aturan dan cara setelah dilakukan
tertawa sendiri, main TAK pesan TAK pesan berantai
pandangan mata mudah berantai perasaan menjadi
teralih, pada saat lebih senang.
dilakukan TAK pesan O : terkadang pasien
berantai pasien mampu tampak tertawa dan O : ketika diajak
membisikan dan senyum sendiri, saat berbicara pasien
menyebutkan kata yang diberikan penjelasan tampak fokus, Pasien
diberikan tetapi kurang pasien paham dengan terlihat fokus saat
tepat aturan dan cara main mengikuti TAK dan
TAK pesan berantai, tertawa sendiri, pada
A : Masalah gangguan pada saat dilakukan saat dilakukan TAK
persepsi dan sensori TAK pesan berantai pesan berantai pasien
belum teratasi pasien mampu mampu membisikan
membisikan dan dan menyebutkan
P : lanjutkan intervensi menyebutkan kata yang kata yang diberikan
- Monitor halusinasi diberikan dengan tepat.
- Lakukan TAK pesan A : Masalah
berantai A : Masalah gangguan gangguan persepsi
persepsi dan sensori dan sensori belum
belum teratasi teratasi

P : lanjutkan intervensi P : lanjutkan


- Monitor halusinasi intervensi
Lakukan TAK pesan - Monitor
berantai halusinasi
- Lakukan TAK
pesan berantai
17 Juni S : pasien mengatakan S : pasien mengatakan S : pasien
2023 halusinasi masih muncul halusinasi masih mengatakan
tapi tidak sering, pasien muncul, halusinasi halusinasi mulai
mengatakan masih muncul sebanyak 2 kali menurun, dalam
mendengar suara dalam sehari, pasien sehari halusinasi
kuntilanak, waktu tidak mengatakan waktu muncul sebanyak 1
menentu, pasien terjadinya halusinasi kali, untuk
mengatakan paham tidak menentu, Tn. W waktunnya tidak
dengan aturan dan cara mengatakan sudah menentu, pasien
44

main TAK pesanjarang mendengar mengatakan masih


berantai, pasienbisikan, pasien mendengar suara
mengatakan setelahmengatakan paham bisikan tapi sudah
dilakukan TAK pesan dengan aturan dan tata jarang, pasien
berantai perasaan cara TAK pesan mengatakan setelah
menjadi lebih segar, berantai, pasien dilakukan TAK
pasien mengatakan mengatakan mampu pesan berantai
mampu membedakan membedakan suara asli perasaan menjadi
suara asli dan suara yang dan suara yang palsu, lebih seang, pasien
palsu, pasien memiliki pasien mengatakan mengatakan mampu
teman untuk diajaksetelah dilakukan TAK membedakan suara
bicara. pesan berantai perasaan asli dan suara yang
menjadi lebih senang palsu
O : pasien tampak lebih dan segar ,pasien memiliki
fokus, bicara pasien teman unutk diajak
jelas, pasien mengikuti bicara,
arahan dan aturan TAK O : pandangan mata
pesan berantai, pada saat pasien lebih fokus, O : ketika diajak
dilakukan TAK pesan pasien tampah berbicara pasien
berantai pasien mampu mengikuti aturan dan lebih fokus, pasien
membisikan dan tata cara TAK pesan mengikuti aturan dari
menyebutkan kata yang berantai, pada saat TAK pesan berantai,
diberikan dengan tepat, dilakukan TAK pesan pada saat dilakukan
Didapatkan hasil dari berantai pasien mampu TAK pesan berantai
PSYRAT dengan skor membisikan dan pasien mampu
16 menyebutkan kata yang membisikan dan
diberikan dengan tepat, menyebutkan kata
A : Masalah gangguan pasien tidak yang diberikan
persepsi dan sensori menyendiri, dengan tepat,
belum teratasi Didapatkan hasil dari Didapatkan hasil dari
PSYRAT dengan skor PSYRAT dengan
P : Lanjutkan intervensi 18 skor 17
- Monitor halusinasi
A : masalah gangguan A : Masalah
persepsi dan sensori gangguan persepsi
belum teratasi dan sensori belum
teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Monitor halusinasi P : lanjutkan
intervensi
- Monitor
halusinasi

Evaluasi hasil yang didapatkan dari intervensi TAK pesan


berantai dapat dilihat dari peningkatan kemampuan klien dalam
45

mengontrol halusinasi. Setelah dilakukan TAK pesan berantai respon


pasien baik, kemampuan dalam berkonsenterasi meningkay sehingga
berdampak pada isi halusinasi klien, dimana frekuensi kemunculan
halusinasi yang menurun serta klien mampu membedakan suara nyata
dan suara palsu.

L. HASIL PENERAPAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Tindakan keperawatan yang diterapkan pada tiga pasien skizofrenia

dengan gangguan persepsi sensori dalam studi kasus ini difokuskan pada

penerapan terapi aktivitas pesan berantai. Intervensi dilakukan selama 3 kali

dengan durasi 30-45 menit tiap kali kunjungan. Pengukuran tingkat respon

marah dilakukan menggunakan kuesioner Psychotic Symptom Rating Scale

sebelum dan sesudah dilakukan penerapi terapi aktivitas kelompok pesan

berantai pada pasien. Setelah diberikan TAK pesan berantai respon pasien

terhadap lingkungan menjadi baik, sosialisasi pasien meningkat dan pada

akhirnya pasien mampu mengambil keputusan dan mempertahankan perilaku

adaptif yang telah dipelajari yaitu pasien mampu mengendalikan halusinasi

yang dialami meliputi: mengenal halusinasi, mengontrol halusinasi dengan

menghardik, mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap dan mengetahui

manfaat dan hambatan dari tindakan pengendalian halusinasi yang sudah

dipelajari. Berdasarkan penerapan yang sudah dilakukan pada pasien diketahui

bahwa terapi dapat membantu mengurangi tanda gejala dan mengontrol

gangguan persepsi sensori. Hal ini dibuktikan dengan adanya penurunan

respon marah maupun tanda gejala gangguan persepsi sensori.


46

Implementasi dilakukan pada Tn. A didpatkan hasil respon pasien

setelah dilakukan tindakan TAK dengan pesan berantai yaitu mendengar

bisikan cukup menurun , konsentrasi meningkat, mondar-mandir menurun.

Pada Tn. A juga terjadi penurunan skor kuesioner dari 27 menjadi 16, yang

artinya terjadi penurunan tanda dan gejala gangguan persepsi sensori. Respon

yang muncul pada Tn. W didapatkan hasil respon klien setelah dilakukan

tindakan TAK dengan pesan berantai yaitu verbalisasi mendengar bisikan

cukup menurun , konsentrasi cukup meningkat, mondar-mandir berkurang.

Pada Tn. W juga terjadi penurunan skor kuesioner dari 29 menjadi 18 , yang

artinya terjadi penurunan tanda dan gejala gangguan persepsi sensori. Pada

Tn. I setelah dilakukan penerapan TAK dengan pesan berantai mondar- mandir

cukup menurun, verbalisasi mendengar bisikan cukup menurun, perilaku

halusinasi sedang. Skor kuesioner yang di dapat Tn. I mengalami penurunan

skor 28 menjadi 17, yang artinya terdapat penurunan tanda dan gejala

gangguan persepsi sensori

M. PEMBAHASAN ASUHAN KEPERAWATAN

Pada sub bab ini penulis akan membahas mengenai asuhan

keperawatan yang dilakukan pada tiga pasien dengan gangguan persepsi

sensori. Tahapan asuhan keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa

keperawatan, intervensi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

1. Analisa Pengkajian
47

Pengkajian yang dilakukan kepada tiga orang pasien skizofrenia

dengan gangguan prespsi sensori didapatkan hasil bahwa penyebab

halusimasi ketiga pasien berbeda. Hal ini disebabkan oleh dua faktor

yaitu predisposisi dan presipitasi pasien mengalami gangguang

presepsi sensori.

Pada pengkajian didapatkan hasil bahwa ketiga klien memiliki

faktor predisposisi yang sama yaitu tidak adanya dukungan sosial dari

lingkungan maupun dukungan keluarga sehingga menyebabkan stress

pasien meningkat. Dukungan sosial dalam pengkajian ini ketiga pasien

responden juga tidak aktif mengikuti kegiatan sosial sehingga

frekuensi berhubungan dengan oaring lain cenderung menurun dan

berakibat dukungan sosial juga menurun. Hasil pengkajian ini sesuai

dengan penelitian Hermiati dan Resnia (2018) yang menyatakan

bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan

kejadian skizofrenia. Pada penelitian Yosef (2019) juga menyatakan

bahwa terdapat halusinasi dimana tidak memiliki dukungan sosial

maupun dukungan keluarga akan lebih berisiko mengalami halusinasi.

Selain itu faktor yang menyebabkan seseorang mengalami

gangguan presepsi sensori adalah faktor presipitasi yang merupakan

faktor yang memicu seseorang mengalami halusinasi yaitu meliputi

kepatuhan minum obat, hubungan bermusuhan, tekanan isolasi dan

perasaan tidak berguna, putusasaan, dan tidak berdaya (Kelliat, 2016).

Hasil pengkajian bahwa pasien Tn. A dan Tn. W memiliki Riwayat


48

gangguan jiwa sebelumnya. Pasien tersebut masuk Kembali

dikarenakan putus minum obat. Sedangkan Tn. I belum penah dirawat

di RSJ. Hasil pengkajian ini menunjukan jika pasien tidak patuh

minum obat memiliki resiko lebih tinggi mengalami kekambuhan

halusinasi. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Wahyuni & Lisna

(2016) yang menyebutkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

Riwayat kepatuhan minum bat dengan kejadian kekambuhan pasien

skizofrenia. Penelitian lain Simatupang (2016) menunjukan bahwa

yang paling banyak menyebabkan kekambuhan pada pasien

skizofrenia adalah faktor ketidakpatuhan minum obat.

2. Analisa Diagnosa Keperawatan

Penegakan diagnosa keperawatan ditentukan berdasarkan data

yang diperoleh dari hasil pengkajian. Tanda dan gejala juga didapatkan

data bahwa ketiga pasien memiliki tanda dan gejala halusinasi yang

sama yaitu mendengar suara yang tidak ada sumbernya, berbicara

sendiri, menyendiri, melamun, konsesntrasi menjadi buruk, serta

mengalami disorientasi waktu, tempat, serta orang. Berdasarkan data

tersebut diagnosa keperawatan yang muncul yaitu gangguan persepsi

sensori. Menurut PPNI (2017), gangguan persepsi sensori merupakan

perubahan persepsi terhadap stimlus baik internal maupun eksternal

yang disertai dengan respon yang berkurang, berlebihan, atau

terdistorsi. Batasan karakteristik untuk menegakkan diagnosa tersebut

yang terdapat pada klinis ketiga klien diantaranya menyendiri,


49

melamun, konsentrasi buruk, disorientasi waktu, mondar-mandir,

bicara sendiri.

Menurut Anna (2019) pasien dengan gangguan presepsi senrosi

halusinasi pendenggaraan yaitu mendengarkan suara yang

membicarakan, mengajak, memerintah untuk melakukan sesuatu yamg

kadang merupakan hal yang berbahaya, seperti berbicara sendiri,

tertawa sendiri, mulut komat-kamit. Tanda dan gejala pada ketiga

pasien sesuai dengan teori menurut Kelliat (2005) meliputi bicara atau

tertawa sendiri, marah-marah tanpa penyebab, menyenderkan telinga

kearah tertentu, menutup telinga, mendengarkan suara-suara yang

bercakap-cakap dan suara yang mengajak melakukan sesuatu.

3. Analisa Intervensi Keperawatan

Rencana asuhan keperawatan yang terkatit dengan diagnosa

keperawatan gangguan persepsi sensori berhubungan dengan

stresikologis antara lain monitor perilaku yang mengindikasi

halusinasi, monitor isi halusinasi, serta ajarkan pasien cara mengontrol

halusinasi. Intervensi yang difokuskan dalam studi kasus ini adalah

penerapan terapi aktivitas kelompok pesan berantai untuk mengurangi

tanda dan gejala halusinasi.

Adapun tujuan dan kriteria hasil yang akan dicapai berdasarkan

PPNI (2019), yaitu terjadi penurunan pada beberapa aspek meliputi

verbalisasi mendengar bisikan, perilaku halusinasi, menarik diri,


50

melamun, curiga, mondar-mandir. Selain itu terjadi peningkatan

konsentrasi dan orientasi juga menjadi luaran yang diharapkan pada

klien skizofrenia dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi

Pemberian Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) dapat

mengontrol halusinasi dan menurunkan halusinasi pada penderita

skizofrenia secara signifikan. Kemudian lingkungan kelompok yang

kondusif dan rasa saling percaya antar anggota kelompok dapat

memutus halusinasi pada klien dengan skizofrenia (Maulana, 2021).

Penerapan TAK pesan berantai dilakukan selama 30-45 menit.

Penerapan dilaksanakan pada ketiga pasien sesuai dengan tujuan

asuhan keperawatan jiwa.

4. Analisa Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah mengaplikasikan rencana

asuhan keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan dan

kriteria hasil yang diharapkan. Implementasi penerapan TAK pesan

berantai dilakukan pada tiga klien skizofrenia dengan gangguan

persepsi sensori. Implementasi selama 3 kali kunjungan dari

tanggal 15-17 Juni 2023 selama 30-45 menit setiap kali kunjungan.

Pendekatan kepada klien dilakukan sebelum penerapan

TAK pesan berantai. Dalam implementasi ini semua intervensi

terlaksana, karena penulis melakukan implementasi berdasarkan

intervensi yang telah direncanakan sesuai kebutuhan klien. Saat

dilakukan implementasi klien mampu melakukan terapi yang


51

diajarkan. Implementasi dilakukan dengan 3 sesi. Saat dilakukan

implementasi klien tampak tenang dan rileks, ketiga klien

kooperatif.

Selanjutnya klien diminta untuk mengisi kuesioner psyrats

untuk mengetahui tanda gejala halusinasi. Pada pelaksanaanya

terjadi penurunan skor kuesioner pada ketiga klien setelah

diberikan TAK pesan berantai yang sudah diimplementasikan ke

tiga pasien memberikan hasil yaitu adanya penurunan gejala

halusinasi. Studi kasus ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh (Forbin, 2017) bahwa ada perubahan terhadap

peningkatan kemampuan pasien untuk mengendalikan halusinasi.

Dengan kemampuan yang dimiliki pasien setelah terapi

aktivitas kelompok (TAK) diharapkan dapat mengontrol halusinasi

dan menurunkan halusinasi pada penderita skizofrenia secara

signifikan. Kemudian lingkungan kelompok yang kondusif dan

rasa saling percaya antar anggota kelompok dapat memutus

halusinasi pada klien dengan skizofrenia (Indra,2021).

5. Analisa Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan tahap terakhir dari proses

keperawtan yang digunakan untuk mengetahui keefektifan asuhan

keperawatan yang telah diberikan apakah tujuan dan kriteria hasil yang

diterapkan tercapai. Evaluasi dilakukan setelah tindakan keperawatan

selesai dilakukan. Hasil evaluasi kepada tiga klien skizofrenia dengan


52

gangguan persepsi sensori antara lain klien verbalisasi mendengar

bisikan cukup menurun, perilaku halusinasi sedang, monda-mandir

cukup menurun, respons sesuai stimulus cukup meningkat, konsentrasi

cukup meningkat.

Terapi Aktivitas Kelompok pesan berantai sangat sesuai dengan

kebutuhan pasien saat ini dan diberikan secara intensif dan berkala.

Kemampuan yang dicapai dalam TAK juga dapat dijadikan sebagai

mekanisme koping yang baru apabila pasien mengalami halusinasi

baik selama di rumah sakit maupun setelah pasien di rumah.

Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Sihotang

(2010) dan Elliana (2007) mendapatkan hasil bahwa TAK Stimulasi

Persepsi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan

mengontrol dan memutus halusinasi.

6. Implikasi Keperawatan

Implikasi keperawatan disini merupakan konsekuensi atau efek

klinis yang mungkin terjadi dari penerapan pesan berantai yang

diterapkan pada pasien. Menurut hasil dari beberapa penelitian yang

sudah penulis review penerapan terhadap penurunan halusinasi pada

klien skizofrenia dengan gangguan persepsi sensori.


53

Dalam pemerian asuhan diperlukan kerjasama yang baik antara

klien dan penulis. Penulis perlu mengetahui penyebab munculnya

halusinasi pada klien. Hadirnya inovasi berupa terapi pesan berantai

diharapkan dapat menambah literasi tindakan dalam upaya mencegah

dan mengontrol halusinasi pada klien.


54

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil studi kasus yang penulis lakukan dan pembahasan

disimpulkan sebagai berikut :

1. Pengkajian pada ketiga pasien dilakukan menggunakan format asuhan

keperawatan jiwa serta pengukuran gejala halusinasi dengan psychotic

symptom rating scale. Dengan hasil terdapat penurunan skor yang

signifikan, pada pasien Tn. A didapatkan skor 27 menjadi 16, pada

Tn. W didapatkan skor 29 menjadi 18 dan pada pasien Tn. I

didapatkan skor 28 menjadi 17.

2. Diagnosa keperawatan yang muncul dari pengkajian ketiga pasien

berdasarkan SDKI (2017), yaitu gangguan persepsi sensori.

3. Intervensi keperawatan yang dilakukan pada pasien berdasarkan SLKI

: L.09083 Persepsi Sensori serta penerapan evidence based practice

terapi aktivitas kelompok pesan berantai.

4. Hasil evaluasi dari tindakan yang telah dilakukan berdasarkan SLKI

dan psychotic symptom rating scale diperoleh ketiga pasien

mengalami penurunan tanda dan gejala halusinasi.

B. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan


55

Penerapan terapi aktivitas kelompok pesan berantai diharapkan

menjadi materi bahan ajar asuhan keperawatan jiwa yang dapat

diterapkan pada klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi.

2. Bagi Pasien

bagi pasien skizofrenia yang mengalami halusinasi hendaknya dapat

mengikuti kegiatan TAK pesan berantai dalam upaya mempercepat

proses penyembuhan dan dapat dijadikan sebagai bentuk perilaku

adaptif yang dapat dipertahankan dan digunakan sebagai mekanisme

koping setelah pasien di rumah.

3. Bagi perawat

Perawat dapat menerapkan terapi aktivitas kelompok pesan berantai

sebagai tindakan untuk membantu pasien dengan gangguan persepsi

sensori untuk mengontrol dan mengurangi gejala halusinasi


56

DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI PPNI(2018). Standar Diagnosis Keperawatan Tim Pokja SDKI
PPNI (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Indonesia.Jakata
Selatan: DPP PPNI.Jakata Selatan: DPP PPNI.
Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa (Teori dan Aplikasi). CV Andi
Offset.
NIMH. (2019). Schizophrenia. National Institute of Mental Health.
https://www.nimh.nih.gov/health/statistics/schizophrenia
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Laporan Nasional RISKESDAS 2018. Balitbang
Kemenkes RI
Nurul Falakh. 2020. Asuhan Keperawatan Jiwa Gangguan Persepsi Sensori :
Halusinasi Pendengaran Pada Ny. R dan Nn. D dengan Terapi Aktivitas
Kelompok (TAK) Pesan Berantai di RSJD Dr. Amino Gondhoutomo Provinsi
Jawa Tengah. Repository Poltekkes Semarang
Stuart, G. W. (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa : Indonesia : Elsever
Telaumbanua, B. S., & Pardede, J. A. (2023). Penerapan Strategi Pelaksanaan Dalam
Pemberian Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Nn. N Dengan Masalah Halusinasi
Pendengaran. OSF Preprints. January, 11.
Indra Maulana, Taty Hernawati & Iwan, S (2021). Pengaruh Terapi Aktivitas
Kelompok Terhadap Penurunan Tingkat Halusinasi Pada Pasien Skizofrenia :
Literature Review. Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ) : Persatuan Perawat
Nasional Indonesia
Prabowo, 2017. Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang : Universitas Diponegoro
Fatma Arumba Riyanti1 , Sutejo2 , Sri Hendarsih3 (2018). Penerapan Terapi
Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Pada Asuhan Keperawatan Pasien
Halusinasi Pendengaran Di Rsj Grhasia.
Hidayah, A N. (2015) Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori
Terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi Persepsi Pada Pasien Halusinasi
Di RSJD DR Amino Gondohutomo Semarang Forum Penelitian. 1 (5),44.55
57

SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia
SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.

SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi


danTindakan Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Stuart, G, W, (2013) Principies And Practice Of Psychiatric Nursing (10th ed). St.
Louis: Mosby Elseveir

Heryanto A. N, Firda Nur & Rahma S. (2020). Perawatan Halusinasi, Dukungan


Keluarga Dan Kemampuan Pasien Mengontrol Halusinasi : Literature Review.
Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat STIKES Cendekia Utama
Kudus

Manfaluti Nur Faedah. 2022. Pengelolaan Kasus Pada Pasien Skizofrenia Paranoid
Halusinasi Pendengaran Dengan Fokus Studi Terapi Aktivitas Kelompok Pesan
Berantai. Repository Poltekkes Semarang
LAMPIRAN

58
59

Lampiran 1 : Lembar permohonan Menjadi Responden

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN


Kepada Yth
Responden Penelitian
Di Tempat

Dengan hormat,
Yang bertanda tangan dibawah ini Mahasiswa Poltekkes Kemenkes
Semarang Program Studi Profesi Ners.
Nama : Ratu Ellen Jesika
NIM : P1337420922147
Alamat : Japunan, Mertoyudan, Magelang
Bersamaan ini peneliti mengajukan permohonan untuk melakukan karya
ilmiah tentang Penerapan Terapi Aktivitas Kelompok Pesan Berantai Pada Pasien
Dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran di Rsj Prof. dr.
Soerojo Magelang.
Saya memohon kesediaan saudara/i untuk bersedia menjadi responden
dalam karya ilmiah yang akan saya lakukan. Kerahasiaan data pribadi saudara/i
akan sangat saya jaga dan informasi yang saya dapatkan akan saya gunakan untuk
kepentingan penelitian. Oleh karena itu, saya berharap responden memberikan
jawaban sesuai dengan yang dikehendaki dan apa adanya.
Atas perhatian dan kerjasama untuk menjadi responden, saya ucapkan
terimakasih.

Hormat saya,
Peneliti

(Ratu Ellen Jesika)


60

Lampiran 2 : Lembar Pernyataan Menjadi Responden

PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI RESPONDEN


(INFORM CONSENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
Tempat, tanggal lahir :
Alamat :
Setelah mendapatkan penjelasan, saya menyatakan bersedia dengan
suka rela menjadi responden dan bersedia membantu peneliti :
Nama : Ratu Ellen Jesika
Pendidikan : Mahasiswa Program Studi Profesi Ners Poltekkes Kemenkes
Semarang
Judul Penelitian : Penerapan Terapi Aktivitas Kelompok Pesan Berantai Pada
Pasien Dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pendengaran di Rsj Prof. dr. Soerojo Magelang

Demikian surat pernyataan ini saya setujui tanpa adanya paksaan


dari pihak manapun.

Magelang, 2023
Peneliti Responden

Ratu Ellen Jesika ( )


61

Lampiran 3 : Formulir Pengkajian Keperawatan Jiwa

Formulir Pengkajian Keperawatan Jiwa

Ruang Rawat :
Tanggal Dirawat :
Tanggal Pengkajian
I. Identitas Pasien
Inisial :
Umur :
No Rm :
II. Alasan Masuk
III. Faktor Predisposisi
1. Pernah Mengalami Gangguan Jiwa Di Masa Lalu ?
2. Pengobatan Sebelumnya ?
3. Hubungan Sosial
4. Adakah Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa ?
5. Pengalaman Masa Lalu Yang Tidak Menyenangkan
IV. Fisik
1. Tanda-Tanda Vital
2. Ukur : Tb :, Bb :
3. Keluhan Fisik
V. Psikososial
1. Genogram
2. Konsep Diri
a. Citra Tubuh
b. Identitas
c. Peran
d. Ideal Diri
e. Harga Diri
3. Hubungan Sosial
A. Orang Terdekat
B. Peran Serta Dalam Kegiatan Kelompok/Masyarakat
C. Hambatan Dalam Berhubungan Dengan Orang Lain
4. Spiritual
A. Nilai Dan Keyakinan
B. Kegiatan Ibadah
VI. Status Mental
1. Penampilan
62

2. Pembicaraan
3. Aktivitas motorik
4. Alam perasaan
5. Afek
6. Interaksi selama wawancara
7. Persepsi
8. Proses pikir
9. Isi pikir
10. Tingkat kesadaran
11. Memori
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
13. Kemampuan penilaian
14. Daya tilik diri
VII. Kebutuhan sehari-hari
1. Makan
2. BAB/BAK
3. Mandi
4. Berpakaian/berhias
5. Istirahat dan tidur
6. Penggunaan obat
7. Pemeliharaan kesehatan
8. Aktivitas di dalam rumah
9. Aktivitas di luar rumah
VIII. Mekanisme koping
IX. Masalah Psikososial dan lingkungan
X. Aspek medik
Diagnosa medik
Terapi medik
XI. Analisa data
XII. Rencana keperawatan
Implementasi keperawatan
63

Lampiran 4 : SOP Terapi Aktivitas Kelompok Pesan Berantai

SOP TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK


PESAN BERANTAI
Pengertian Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi sensori khusus sesi I : pesan
berantai adalah kegiatan terapi yang dilakukan secara berkelompok oleh
seorang terapis pada sekelompok pasien yang mengalami/ ada riwayat
halusinasi melalui pemberian stimulus sensori khususnya mendengarkan
pesan suara dari kiien satu dengan pasien secara bersambung dan kemudian
mendiskusikanya.
Tujuan 1. Pasien mampu mengidentifikasi jenis pesan yang diterima.
2. Pasien mampu merespon secara tepat terhadap pesan yang didengarkan.
3. Pasien mampu menceritakann kesan terhadap pesan pada pesan yang
diterimanya.
4. Pasien mampumenyampaikan pendapat terhadap pengurangan atau
penambahan pesan dan hubunganya dengan pengalaman halusinasi.
5. Pasien mampu menceritakan makna terhadap pengurangan atau
penambahan pesan dan hubunganya denan pengalaman halusinasi.
6. Pasien mampu membedakan antara pengalaman realita (halusinasi) dan
tidak realita melalui orang lain.
Indikasi 1. Pasien dengan masalah keperawatan halusinasi
2. Cukup kooperatif dan mampu berkomunikasi verbal
3. Afek cukup stabil
4. Mampu mendengarkan suara
Prosedur Fase Persiapan
1. 3-8 pasien
2. Tempat yang nyaman dan cukup longgar
3. Buku terapi aktivitas kelompok
4. Bollpoint
Fase Orientasi
1. Salam terapeutik
a. Ucapkan salam
b. Identifikasi pasien dengan benar (nama lengkap, tanggal lahir, dan
no RM)
c. Perkenalkan diri perawat
d. Jelaskan tujuan pertemuan pada kelompok
e. Minta semua anggota memperkenalkan diri (nama alamat umur)
f. Jelaskan tujuan umum TAk : melatih sosialisasi, melatih kerja sama
dalam kelompok dan melatih orientasi realita.
2. Evaluasi dan Validasi
a. Tanyakan perasaan anggota kelompok saat ini
b. Tanyakan TAK yang pernah diikuti sebelumnya
3. Kontrak Pertemuan
a. Jelaskan topik TAK yang akan didiskusikan : pesan berantai
b. Buat kontrak lama TAK 20-45 menit
64

c. Buat kontrak tempat TAK (diteras, ruang makan, atau halaman)


d. Jelaskan aturan main : aktif selama kegiatan TAK, bercerita jika
diminta berpendapat, diam ketika anggota kelompok lain berbicara,
ijin terapis jika hendak buang air kecil atau minum.
4. Mempersilakan anggota kelompok yang mau minum atau ke belakang
dulu
Fase Kerja
1. Jelaskan aturan sharing/diskusi : terapis akan meminta salah satu
anggota membaca dalam hati kalimat “saya sangat tampan/cantik” pada
secarik kertas. Kemudian setelah jelas maksudnya diminta
menyampaikan isi pesan anggota yang lain dengan cara dibisikan
sampai semua anggota dapat giliran kemudian diskusikan.
2. Minta pasien berjajar dari depan ke belakang, paling depan berhadapan
dengan terapis.
3. Minta anggota yang paling depan membaca kalimat “saya sangat
tampan/cantik” dalam hati.
4. Setelah paham minta membisikkan di dekat telinga kata “saya sangat
tampan/cantik” pada teman yang dibelakangnya.
5. Setelah mengatakan paham dengan isi pesan, minta anggota tersebut
menyampaikan pesan “saya sangat tampan/cantik” ke teman di
belakangya lagi sampai anggota terakhir.
6. Berikan reinforcement kemampuan menyampaikan pesan yang
disampaikan
7. Minta anggota kelompok yang terakhir menyampaikan pesan yang
diterima dari anggota yang sebelumnya.
8. Berikan reinforcement positif kemampuan mengungkapkan pesan yang
diperoleh.
9. Berikan kesempatan anggita yang lain secara bergiliran menanggapi isi
pesan yang sudah disampaikan.
10. Berikan reinforcement positif kemampuan memberikan tanggapan
11. Bacakan isi kalimat pada secarik kertas tadi dan bandingkan
kesesuaianya dengan pesan yang disampaikan anggota kelompok.
12. Simpulkan hasil diskusi, jelaskan bahwa ketika mendengarkan suara-
suara harus ada sumbernya dan orang lain pun ikut atau juga
mendengarkan suara tersebut. Jelaskan jika mendengar suara namun
tidak ada sumber suara dan orang lain tidak mendengarkan suara
tersebut, maka kita sedang mengalami halusinasi.
13. Bantu pasien melakukan pandu positif setelah berhasil mengikuti TAK
dan lebih memahami halusinasi yang dialaminya.
Fase Terminasi
1. Tanyakan perasaan anggota kelompok setelah mengikuti TAK
2. Tanyakan kembali topik TAK yang telah didiskusikan secara bergiliran
tentang kesimpulan mendengarkan pesan secara bersambung.
3. Bantu pasien membuat rencana tindak lanjut : jika ada mendengar suara
atau melihat bayangan, segera pastikan ada sumber suara, kemudian
baru memastikan pengalaman tersebut nyata atau tidak dengan
menanyakan pada orang disekitarnya.
4. Buat kontrak pertamuan berikutnya dengan diskusi tentang topik yang
lain.
5. Buat kontrak waktu selama 20-45 menit
65

6. Buat kontrak tempat TAK berikutnya di ruang makan


7. Ucapkan salam penutup dan minta pasien istirahat
8. Lakukan pencatatan proses dan hasil pada buku TAK, serta hasil TAK
dalam Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT) dan catatan
keperawatan.
9. Masukan kegiatan TAK yang sudah dilakukan dalam logbook harian
perawat.
Hal yang perlu 1. TAK stimulasi sensori khusus sebaiknya dilakukan setelah pasien
diperhatikan mengikuti TAK stimulasi sensori umum. TAK ini membantu pasien
membedakan pengalaman yang nyata dan tidak terutama pengalaman
sensori persepsi melalui persepsi orang lain disekitar pasien.
2. TAK stimualsi sensori khusus : pesan berantai dapat membantu pasien
latihan konsentrasi dan fokus pada realitas sehingga dapat mengurangi
intensitas halusinasi. Selain itu dapat membantu pasien mengurangi
ketegangan pikiran akibat pengalaman internalnya.
66

Lampiran 5 : Lembar Observasi Pasien Selama TAK

Nama Peserta TAK


No. Aspek yang Dinilai

1. Menyebutkan nama lengkap dan nama panggilan

2. Pasien mampu menyebutkan beberapa kata

3. Pasien mampu menyampaikan pesan dengan benar

4. Pasien dapat mengoperkan pesan sesuai instruksi


Pasien menggunakan anggota tubuh yang sesuai dengan
5.
instruksi saat mengoper pesan
6. Pasien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

Jumlah

Petunjuk :

1. Untuk tiap pasien, semua aspek dimulai dengan memberi tanda checklist
(√) jika ditemukan pada pasien atau tanda silang (×) jika tidak ditemukan.
2. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan, jika nilai 5-6 pasien dianggap
mampu, dan jika nilai 0-4 pasien dianggap belum mampu.

Lampiran 6 : Lembar Observasi Evaluasi

No. Aspek yang Dinilai Nama Peserta TAK


67

1. Pasien mampu mengidentifikasi jenis pesan yang diterima.


Pasien mampu merespon secara tepat terhadap pesan yang
2.
didengarkan.
Pasien mampu menceritakann kesan terhadap pesan pada
3.
pesan yang diterimanya.
Pasien mampumenyampaikan pendapat terhadap
4. pengurangan atau penambahan pesan dan hubunganya
dengan pengalaman halusinasi.
Pasien mampu menceritakan makna terhadap pengurangan
5. atau penambahan pesan dan hubunganya dengan
pengalaman halusinasi.
Pasien mampu membedakan antara pengalaman realita
6.
(halusinasi) dan tidak realita melalui orang lain.
Jumlah

Petunjuk :

1. Untuk tiap pasien, semua aspek dimulai dengan memberi tanda checklist
(√) jika ditemukan pada pasien atau tanda silang (×) jika tidak ditemukan.
2. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan, jika nilai 5-6 pasien dianggap
mampu, dan jika nilai 0-4 pasien dianggap belum mampu.
68

Lampiran 7 : Kuesioner Pysrat


KUESIONER PYSRAT (PENGKAJIAN)

NOMOR :
NAMA :
Petunjuk :
Bacalah setiap pertanyaan dibawah ini dan berilah tanda (V) disebelah
kana pernyataan yang sesuai dengan fikiran, perasaan, dan perilaku yang
ditunjukkan oleh pasien.
1) Frekuensi
0. Suara tidak ada atau muncul kurang dari satu kali dalam
seminggu
1. Suara muncul minimal sekali dalam seminggu
2. Suara muncul minimal sekali dalam sehari
3. Suara muncul minimal sekali dalam satu jam
4. Suara muncul terus menerus
2) Durasi
0. Suara tidak muncul
1. Suara muncul berlangsung dalam beberapa detik
2. Suara muncul berlangsung dalam beberapa menit
3. Suara muncul berlangsung dalam beberapa jam
4. Suara muncul berlangsung selama berjam-jam
3) Lokasi
0. Suara tidak muncul
1. Suara itu muncul seperti suara berasal dari kepala
2. Suara muncul seperti suara itu diluar kepala tapi sangat dekat
dengan telinga
3. Suara muncul seperti suara itu diluar kepala tetapi jauh dari
telinga
4. Suara muncul seperti suara itu berasal dari luar kepala
4) Kerasnya suara
0. Suara tidak muncul
1. Seperti berbisik lebih pelan dari suara kita sendiri
2. Sama kerasnya suara kita
3. Lebih keras suara kita
4. Suara sangat keras seperti berteriak
5) Keyakinan asal suara
0. Suara tidak muncul
69

1. Yakin suara itu dari dalam diri sendiri dan berhubungan dengan
dirinya
2. Yakin bahwa suara itu berasal dari luar (<50%)
3. Sangat yakin bahwa itu suara berasal dari luar (50-90%)
4. Sangat yakin sekali bahwa suara itu berasal dari luar (100%)
6) Frekuensi
0. Tidak ada isi suara yang sifatnya negatif
1. Jarang sekali isi suaranya sifatnya negatif (<10%)
2. Terkadang suara isinya negatif (<50%)
3. Sering isi suara sifatnya negatif (<50-99%)
4. Selalu isi suaranya sifatnya negatif (100%)
7) Isi
0. Tidak ada isi suara yang sifatnya jelek
1. Suara yang isftanya negatif tidak berhubungan dengan diri
sendiri tapi berhubungan dengan orang lain misalnya tukang
jus itu jelek
2. Isi melecehkan diri sendiri misalnya seharusnya saya tidak
melecehkannya atau mengatakannya.
3. Isinya melecehkan diri sendiri yang berhubungan dengan
konsep diri
4. Isi suara sifatnya mengancam untuk diri, melukai diri,
keluarga, orang lain atau perintah keras untuk melukai diri
sendiri atau orang lain
8) Ketidaknyamanan
0. Tidak ada suara dirasakan tidak nyaman
1. Jarang sekali isi suara dirasa tidak nyaman (<10%)
2. Terkadang isi suara dirasa tidak nyaman (<50%)
3. Seringnya isi suara ditasa tidak nyaman (50-90%)
4. Selalu isi suara dirasa tidak nyaman (100%)
9) Intensitas ketidaknyamanan
0. Tidak ada isi suara dirasa mengganggu
1. Isi suara dirasa sedikit mengganggu (10%)
2. Isi suara dirasa cukup mengganggu (<50%)
3. Isi suara dirasa mengganggu (50-90%)
4. Isi suara dirasa sangat mengganggu (100%)
10) Gangguan dalam fungsi kehidupan
0. Tidak ada isi suara yang mengganggu fungsi kehidupan, masih
dapat berinteraksi dengan orang lain (jika kembali)
1. Gangguan dalam fungsi kehidupan sifatnya manual, misalnya
menggangu konsentrasi meskipun masih dapat melakukan
70

aktivitas sehari-hari tanpa bantuan, berinteraksi dengan orang


lain
2. Isi suara cukup mengganggu fungsi kehidupan, interkasi
dengan orang lain kadang terganggu. Pasien tidak
dihospitalisasi dan melakukan aktivitas sehari-hari dengan
sedikit bantuan
3. Isi suara mengganggu funsgi kehidupan sehingga perlu untuk
dihospitalisasi. Klein dapat melakukan aktivitas sehari-hari di
rumah sakit, perawatan diri, dan berinteraksi
4. Isi suara sangat mengganggu fungsi kehidupan sehingga
harus dihospitalisasi. Pasien tidak dapat melakukan
aktivitas sehari-hari di rumah sakit, perawatan diri dan
berinteraksi
11) Ketidakmampuan mengendalikan suara
0. Pasien selalu dapat mengendalikan suara sesuai keinginan
1. Pasien sering dapat mengendalikan suara yang muncul
2. Pasien kadang-kadang dapat mengendalikan suara yang muncul
3. Pasien jarang dapat mengendalikan suara yang muncul
4. Pasien tidak dapat mengendalikan suara yang muncul
71

Lampiran 6. Lembar Bimbingan

KEGIATAN BIMBINGAN KIAN

Nama Mahasiswa : Ratu Ellen Jesika


Pembimbing : Ruti Wiyati, S.Kep, Ns, M. Kep

Hari/Tanggal Topik/Materi dan Paraf Capture Bukti


No Bimbingan saran Serta Pembimbing Bimbingan Secara
Pembimbing daring

1 Jumat, 16 Konsul judul,


September Menyarankan untuk
2022 mengspesifikan judul

2 Sabtu, 5 Konsul judul,


November ACC judul
2022

3 Senin, 15 Konsul BAB 1 sampai


Mei 2023 3

4 Senin, 22 Konsul BAB 1-3


Mei 2023

5 Jumat, 26 Konsul BAB 1-3


Mei 2023 Tambahkan jurnal,
perbaiki BAB 1
6 Minggu, 28 Konsul BAB 1-3
Mei 2023 Perbaiki tata tulis

7 Senin, 29 ACC Proposal KIAN


72

Mei 2023

Anda mungkin juga menyukai