Ratu Ellen Jesika - P1337420922147
Ratu Ellen Jesika - P1337420922147
Ratu Ellen Jesika - P1337420922147
Oleh :
RATU ELLEN JESIKA
P1337420922147
Disusun Oleh :
RATU ELLEN JESIKA
P1337420922147
Tanda tangan :
Tanggal :
HALAMAN PERSETUJUAN
PENERAPAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PESAN BERANTAI PADA
PASIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI DI RSJ PROF. DR. SOEROJO
MAGELANG
Pembimbing I
HALAMAN PENGESAHAN
Penguji I Penguji II
Penguji III
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT yang selalu melimpahkan
rahmat dan karuniaNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal Karya tulis ilmiah
dengan judul “Penerapan Terapi Aktivitas Kelompok Pesan Berantai Pada Pasien
Dengan Gangguan Persepsi Sensori di Rsj Prof. dr. Soerojo Magelang”. Proposal karya
tulis ilmiah ini disusun untuk memenuhi sebagai syarat Ujian Akhir Program pada Program
Studi Profesi Ners Keperawatan Semarang.
Peneliti menyadari dalam penyusunan Karya tulis ilmiah ini tidak akan selesai tanpa
bantuan dari berbagai pihak, karena itu pada kesempatan ini peneliti ingin mnegucapkan
terima kasih kepad :
1. Bapak Jeffri Ardiyanto, M.App.Sc sebagai direktur Politeknik Kesehatan Kementrian
Kesehatam Semarang.
2. Bapak Suharto, S.Pd., MN Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Semarang.
3. Ibu Iis Sriningsih, SST, M. Kes., selaku Ketua Program Studi Profesi Ners keperawatan
Semarang.
4. Ruti Wiyati, S.Kep, Ns,. M.kep, pembimbing KIAN yang telah memberikan pengarahan
dan masukan dalam penyusunan KIAN.
5. Dr. Suharsono, MN, penguji KIAN yang telah memberikan pengarahan dan masukan
dalam penyusunan KIAN.
6. Arif Parmudiyoko, S.Kep., Ners penguji KIAN yang telah memberikan pengarahan dan
masukan dalam penyusunan KIAN.
7. Seluruh dosen dan staf karyawan Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi Keperawatan
Magelang dan Profesi Ners.
8. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan baik materi maupun motivasi serta
tak hentinya mendoakan untuk terus maju menjadi yang lebih baik.
9. Sahabat saya tercinta Fitri Az’zahra Solehati, Afaninda Dwi Khairini, Novyta Mega,
Nabila serta teman sekelompok saya yang selalu mendoakan dan memberi semangat dan
perhatiannya kepada penulis.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan semia pihak yang membantu dalam
penyelesaian karya tulis ilmiah ini. Peneliti menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini belum
sempurna, oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan karya
ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca, khususnya perkembangan
ilmu keperawatan.
Wassalammu’alaikum Wr. Wb.
Magelang, Mei 2023
Peneliti
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR LAMPIRAN x
BAB I 1
BAB II 5
2.1.1 Definisi 5
2.1.2 Etiologi 5
2.1.6 Penatalaksanaan 10
2.2.1 Definisi 12
2.3.1 Definisi 18
2.3.2 Tujuan 19
BAB III 23
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa adalah keadaan sehat emosional, psikologis, dan
sosial yang ditandai dengan interaksi interpersonal positif, perilaku efektif
dan mekanisme koping, konsep diri yang positif, dan stabilitas emosional
(Videbeck, 2020). Organisasi Kesehatan Dunia (World Health
Organization) (2018), mendefinisikan kesehatan jiwa sebagai kesehatan
fisik dan mental yang sangat baik yang mampu merasakan kebahagiaan,
menghadapi tantangan dalam hidup, bersikap positif terhadap diri sendiri
dan orang lain, serta menerima orang lain apa adanya. Sehat secara
psikologis dapat dikatakan juga sehat secara mental. Kesehatan jiwa atau
mental merupakan kondisi dimana seorang individu dapat berkembang
secara fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga individu tersebut
menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja
secara produktif dan mampu memeberikan kontribusi untuk komunitasnya
(Undang Undang No 18 tahun 2014).
Dalam sebuah rentang kesehatan ada kondisi dimana seseorang
mengalami sebuah gangguan. Menurut WHO, terdapat 300 juta orang di
seluruh dunia mengalami gangguan jiwa seperti depresi, bipolar, demensia,
termasuk 24 juta orang yang mengalami skizofrenia (World Health
Organization, 2022). Prevalensi jumlah gangguan jiwa di Indonesia semakin
signifikan dilihat dari data Riskesdas tahun 2018. Riskesdas mendata
masalah gangguan kesehatan mental emosional (depresi dan kecemasan)
sebanyak 9,8%, skizofrenia/psikosis sebanyak 6,7%, dan depresi sebanyak
6,1%. Jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia khususnya halusinasi
pada tahun 2014 sebanyak 121. 962 orang, tahun 2015 sebanyak 260.247
orang,
1
2
2. Tujuan Khusus
a. Memaparkan hasil pengkajian pada pasien dengan gangguan
persepsi sensori dengan terapi aktivitas kelompok pesan berantai.
b. Memaparkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan
persepsi sensori dengan terapi aktivitas kelompok pesan berantai.
c. Memaparkan hasil intervensi keperawatan pada pasien dengan
gangguan persepsi sensori dengan terapi aktivitas kelompok pesan
berantai.
d. Memaparkan hasil implementasi keperawatan pada pasien dengan
gangguan persepsi sensori dengan terapi aktivitas kelompok pesan
berantai.
e. Memaparkan hasil evaluasi keperawatan pada pasien dengan
gangguan persepsi sensori dengan terapi aktivitas kelompok pesan
berantai.
f. Memaparkan hasil analisis inovasi keperawatan sebelum dan
sesudah dilakukannya tindakan terapi aktivitas kelompok pesan
berantai pada pasien dengan gangguan persepsi sensori.
C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Akademik
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat, meningkatkan ilmu pengetahuan khususnya di bidang
keperawatan jiwa.
2. Manfaat Praktis
a. Penulis
Penulis selanjutnya dapat menggunakan hasil penelitian ini
menjadi salah satu sumber dalam melakukan penelitian pada pasien
4
5
6
3) Dimensi Intelektual
Dalam hal ini pasien dengan halusinasi mengalami penurunan
fungsi ego. Awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego
sendiri untuk melawan impuls yang menekan,namun
menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh
perhatian pasien dan tak jarang akan mengontrol semua perilaku
pasien.
4) Dimensi Sosial
Pasien mengalami gangguan interaksi sosialdi dalam fase awal
dan comforting menganggap bahwa bersosialisasi nyata sangat
membahayakan. Pasien halusinasi lebih asyik dengan
halusinasinya seolah-olah itu tempat untuk bersosialisasi.
5) Dimensi Spiritual
Pasien halusinasi dalam spiritual mulai dengan kehampaan
hidup, rutinitas tidak bermakna, dan hilangnya aktivitas
beribadah. Pasien halusinasi dalam setiap bangun merasa hampa
dan tidak jelas tujuan hidupnya.
3. Jenis Halusinasi
Menurut Yosep dalam Prabowo, 2014 halusinasi terdiri dari beberapa
jenis dengan karakteristik tertentu, diantaranya yaitu sebagai berikut :
a. Halusinasi pendengaran (audotorik)
Gangguan stimulus dimana pasien mendengar suara-suara
terutama suara orang. Biasanya mendengar suara orang yang
sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan
memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
b. Halusinasi pengelihatan (visual)
Stimulus visual dalam bentuk beragam seperti bentuk pancaran
cahaya,gambaran geometrik, gambar kartun, panorama yang luas
dan bayangan yang menakutkan.
c. Halusinasi penghidu (Olfaktori)
8
5. Fase Halusinasi
9
b. Katarak
c. Gangguan refraksi (miopi, hyperopia, astigmatisma)
d. Trauma okuler
e. Trauma pada saraf kranalis
f. Infeksi okuler
g. Presnikusis
h. Malfungsi alat bantu dengar
i. Delirium
j. Demensia
k. Gangguan amnestic
l. Penyakit termina
m. Gangguan psikotik
b. Diagnosa Keperawatan
Menurut (SDKI, 2017) diagnosa keperawatan gangguan persepsi
sensori dapat ditetapkan jika terdapat gejala dan tanda seperti :
(a) Gejala dan tanda mayor
(i) Secara subjektif adalah mendengar suara bisikan atau
melihat bayangan, merasakan sesuatu melalui panca indera
perabaan, penciuman, atau pengecapan
(ii) Secara objektif adalah respon tidak sesuai, bersikap seolah
melihat, mendengar, mengecap, meraba, atau mencium
sesuatu.
(b) Tanda dan gejala minor
(i) Secara subjektif adalah menyatakan kesal
(ii) Secara objektif adalah menyendiri, melamun, konsentrasi
buruk, disorientasi waktu, tempat, orang atau situasi, curiga,
melihat ke satu arah, mondar mandir, bicara sendiri..
Adapun diagnosis keperawatan yang muncul ada pasien
dengan gangguan persepsi sensori halusinasi yaitu :
- Risiko perilaku kekerasan
- Gangguan persepsi sensori halusinasi
- Isolasi sosial
15
c. Intervensi
Intervensi keperawatan adalah segala pengobatan yang dikerjakan
oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan 25 penilaian
klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (Tim
Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan Halusinasi
Tujuan Keperawatan Intervensi Keperawatan
Rasional
(SLKI) (SIKI)
Setelah dilakukan Manajemen Halusinasi Observasi
asuhan keperawatan (l.09288) a) Mengetahui
Observasi perilaku yang
selama 3 hari,
a) Monitor mengindikasikan
diharapkan masalah pasien mengalami
perilaku yang
gangguan persepsi dan halusinasi.
mengindikasi
sensori membaik, b) Mengetahui isi
halusinasi
dengan kriteria hasil : halusinasi pasien.
b) Monitor isi Terapeutik
Persepsi sensori halusinasi a) Lingkungan yang
(L.09083) (SLKI, Hal Terapeutik aman dapat
93) c) Pertahankan memberikan rasa
lingkungan yang nyaman pada
a. Respon sesuai
aman pasien.
stimulus
d) Diskusikan b) Mengetahui
meningkat
perasaan dan perasaan dan
b. Konsenterasi
respon terhadap respon pasien.
meningkat
halusinasi c) Memberikan rasa
c. Orientasi saling percaya.
e) Hindari
meningkat Edukasi
perdebatan tentang
d. Pasien dapat a) Agar pasien
validitas halusinasi
mencegah/ dapat mengontrol
Edukasi
mengontrol ketika terjadi
a) Anjurkan
haslusinasi dengan halusinasi.
memonitor sendiri
TAK b) Agar pasien
situasi terjadinya Dapat mengurangi
halusinasi terjadinya
b) Anjurkan bicara halusinasi dengan
pada orang mengekspresikan
yang dipercaya apa yang ia
untuk rasakan pada orang
memberikan lain.
dukungan dan c) Teknik relaksasi
umpan dapat memberikan
balik korektif rasa ketenangan
pada pasien. Agar
terhadap
pasien dapat
halusinasi mengetahui
16
Ekspetas Membaik
i
Kriteria hasil
Verbalisasi 1 2 3 4 5
mendengar bisikan
Perilaku halusinasi 1 2 3 4 5
Menarik diri 1 2 3 4 5
17
Melamun 1 2 3 4 5
Curiga 1 2 3 4 5
Mondar – mandir 1 2 3 4 5
Respon sesuai 1 2 3 4 5
stimulus
Konsentrasi 1 2 3 4 5
Orientasi 1 2 3 4 5
e. Implementasi
Implementasi adalah tahapan perawat mengaplikasikan
intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan. Implementasi
keperawatan harus disesuaikan dengan Tindakan keperawatan
yang telah ditetapkan. Implementasi keperawatan merupakan
suatu tindakan dilakukan langsung kepada pasien berdasarkan
rencana tindakan yang telah dibuat (Damaiyanti ,2014).
Implementasi yang diambil sesuai intervensi yang ditetapkan
dalam studi kasus yaitu memberikan terapi aktivitas kelompok
stimulasi presepsi sensori.
f. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai perkembangan
pasien dimana merupakan efek dari tindakan keperawatan
18
Nama PICO
Judul Tahun
Peneliti
Problem Intervensi Comparation Outcome
Sutinah, Terapi aktivitas 2020 Pasien Terapi Tidak terdapat Kegiatan ini
Isti kelompok halusinasi aktivitas kelompok mampu
Harkoma stimulasi di rumah kelompok pembanding meningkatkan
h, dan persepsi sensori sakit jiwa stimulasi pengetahuan,
Nofrida (halusinasi) pada privinsi persepsi pemahaman
Saswati pasien halusinasi jambi yang sensori tentang cara
di rumah sakit berjumlah mengontrol
jiwa provinsi 20 orang halusinasi dan
jambi tahu bagaimana
cara
melakukannya
dalam rangka
pencegahan
halusinasi agar
tidak Kembali
lagi
D. Kerangka Konsep
Terapi
Pasien
Aktifitas Kemampuan
Halusinasi
Kelompok Mengontrol
Pendengaran
Pesan Halusinasi
Berantai
24
BAB III
METODE PENULISAN
A. DesainPenulisan
Menggunakan Pendekatan Studi Kasus Desain studi kasus yang
digunakan dalam penyusunan Karya Ilmiah Ners adalah studi kasus (Case
Study) dengan menggunakan evidence based nursing practice (EBNP)
terapi aktivitas kelompok pesan berantai.
B. Subjek Studi Kasus
Subjek studi kasus ini adalah pasien dengan halusinasi
pendengaran di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang dengan jumlah subjek
studi kasus 3 pasien yang mengalami halusinasi pendengaran. Subjek
penelitian ini menggunakan 3 responden dengan kriteria sebagai berikut :
1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakter umum subjek penulisan dari
suatu target yang akan diteliti. Kriteria dalam penulisan ini adalah:
a. Pasien yang menjalani perawatan di RSJ Prof dr. Soerojo
Magelang
b. Pasien bersedia menjadi responden.
c. Pasien telah didiagnosa keperawatan gangguan halusinasi
pendengaran
d. Pasien dalam tahap stabil atau tenang.
2. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:
a. Pasien halusinasi pendengaran yang sembuh pada saat waktu
penelitian.
b. Pasien dengan kondisi belum stabiL
C. Lokasi dan Waktu Studi Kasus
Studi kasus dilakukan di RSJ Prof Dr. Soerojo Magelang yang
dimulai dari bulan Juni 2023.
D. Fokus Studi Kasus
Fokus pada studi kasus ini adalah penerapan terapi aktivitas
25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Lahan Praktik
Penelitian ini dilakukan di RSJ Prof dr. Soerojo Magelang pada
periode Maret-Juni 2023. RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang merupakan Pusat
Rujukan Nasional di bidang Kesehatan Jiwa yang terletak 4 kilometer dari
pusat kota Magelang beralamat di Jl. A. Yani 169, Kelurahan Kramat
Utara, Kecamatan Magelang Utara, Kota Magelang, Propinsi Jawa
Tengah. RSJ Prof dr. Soerojo Magelang merupakan rumah sakit kelas A
sebagai Rumah Sakit Jiwa Pendidikan yang memiliki fasilitas pelayanan
pemeriksaan dan pengobatan baik psikiatri maupun non psikiatri.
Implementasi asuhan keperawatan pada Karya Ilmiah Akhir Ners ini
dilakukan di Wisma Drupada mulai dari pengkajian hingga evaluasi.
Penulis menemukan data dari hasil pengkajian 3 pasien dengan masalah
gangguan persepsi sensori : halusinasi.
B. Pengkajian
a. Biodata Pasien
Tabel Biodata Pasien
27
Faktor Predisposisi
Tabel Faktor Predisposisi
28
Dukungan Sosial
Klien Faktor Predisposisi Lingkungan Dukungan keluarga
D. Faktor Presipitasi
Tabel Pengkajian Factor Presipitasi
disisir, terdapat noda di baju pasien, bicara pasien cepat dan tidak
nyembung, sering mengalihkan pembicaraan, pandangan mudah
teralih, berbicara dan tertawa sendiri, bicara pasien berbelit-belit, saat
ditanya pertambahan sederhana pasien mampu menjawab, daya ingat
pasien saat ini pendek. Sebelum dilakukan TAK pesan berantai tanda
gejala halusinasi diukur dengan PSYRAT diperoleh hasil 29
Tn. I Penampilan pasien tidak rapi, baju kotor, terdapat luka garukan
dikulit pasien, gigi pasien bersih. Bicara pasien cepat tetapi tidak
sesuai maksud dan sering mengalihkan pembicaraan. Pandangan
pasien mudah beralih dan menghindar, tertawa sendiri, pasien
mengatakan ingin segera pulang, bicara pasien berbelit-belit dan tidak
sampai ke tujuan awal, daya ingat pasien rendah. Sebelum dilakukan
TAK pesan berantai tanda gejala halusinasi diukur dengan PSYRAT
diperoleh hasil28
H. Diagnosa Keperawatan
Tabel Analisis dan hasil pengkajian
I. Intervensi
Rencana asuhan keperawatan pada ketiga pasien dengan gangguan
persepsi dan sensori dilakukan berdasarkan intervensi yang terdapat di
Standart Intervensi keperawatan Indonesia (SIKI, 2017) yaitu dengan
intervensi manajemen halusinasi. Manajemen halusinasi merupakan
pengaturan dengan mengidentifikasi dan mengelola peningkatan
keamanan, kenyamanan dan orientasi realita (SIKI DPP PPNI,2018)
Table Intervensi Keperawatan
jika perlu
J. Implementasi
Tabel Implementasi keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Persepsi dan Sensori tanggal 15 Juni 2023 -17 Juni 2023
1. Implementasi Keperawatan 15 Juni 2023
fokus
Memonitor isi DS : pasien DS : Tn. W DS : pasien
halusinasi mengatakan mengatakan mengatakan
mendengar suara mendengar suara mendengar suara
kuntilanak, perintah untuk ajakan unutk
waktu tidak mengganti pacar. pulang kerumah
menentu DO : pasien DO : pandangan
DO : pasien tampak tertawa mata pasien
tampak sering dan senyum mudah beralih
menyendiri, sendiri
pandangan mata
mudah beralih
Mempertahankan DS : Tn. A DS : pasien DS : pasien
lingkungan yang mengatakan mengatakan ingin mengatakan
nyaman ingin duduk di duduk di kursi nyaman dengan
kursi depan DO : pasien posisinya saat ini
DO : wajah terlihat nyaman DO : pandangan
pasien tampak mata pasien
tegang mudah beralih
K. EVALUASI
Evaluasi Keperawatan pada Pasien Gangguan Persepsi dan
Sensori pada tanggal 15-17 Juni 2023
Tanggal Evaluasi
Tn. A Tn. W Tn. I
15 Juni S : pasien mengatakann S : pasien mengatakan S : : pasien
2023 halusinasi muncul pada halusinasi muncul saat mengtakan
saat dirinya sendiri dan dirinya halusinasi muncul
tidak melakukan sendiri,halusinasi saat pasien tidak
aktivitas, pasien muncul sebanyak 5 kali melakukan aktivitas,
mengatakan mendengar dalam sehari, pasien dalam sehari
suara kuntilanak, waktu mengatakan waktu halusinasi muncul
42
dengan gangguan persepsi sensori dalam studi kasus ini difokuskan pada
dengan durasi 30-45 menit tiap kali kunjungan. Pengukuran tingkat respon
berantai pada pasien. Setelah diberikan TAK pesan berantai respon pasien
Pada Tn. A juga terjadi penurunan skor kuesioner dari 27 menjadi 16, yang
artinya terjadi penurunan tanda dan gejala gangguan persepsi sensori. Respon
yang muncul pada Tn. W didapatkan hasil respon klien setelah dilakukan
Pada Tn. W juga terjadi penurunan skor kuesioner dari 29 menjadi 18 , yang
artinya terjadi penurunan tanda dan gejala gangguan persepsi sensori. Pada
Tn. I setelah dilakukan penerapan TAK dengan pesan berantai mondar- mandir
skor 28 menjadi 17, yang artinya terdapat penurunan tanda dan gejala
1. Analisa Pengkajian
47
halusimasi ketiga pasien berbeda. Hal ini disebabkan oleh dua faktor
presepsi sensori.
faktor predisposisi yang sama yaitu tidak adanya dukungan sosial dari
halusinasi. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Wahyuni & Lisna
yang diperoleh dari hasil pengkajian. Tanda dan gejala juga didapatkan
data bahwa ketiga pasien memiliki tanda dan gejala halusinasi yang
bicara sendiri.
pasien sesuai dengan teori menurut Kelliat (2005) meliputi bicara atau
tanggal 15-17 Juni 2023 selama 30-45 menit setiap kali kunjungan.
kooperatif.
keperawatan yang telah diberikan apakah tujuan dan kriteria hasil yang
cukup meningkat.
kebutuhan pasien saat ini dan diberikan secara intensif dan berkala.
6. Implikasi Keperawatan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
2. Bagi Pasien
3. Bagi perawat
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI PPNI(2018). Standar Diagnosis Keperawatan Tim Pokja SDKI
PPNI (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Indonesia.Jakata
Selatan: DPP PPNI.Jakata Selatan: DPP PPNI.
Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa (Teori dan Aplikasi). CV Andi
Offset.
NIMH. (2019). Schizophrenia. National Institute of Mental Health.
https://www.nimh.nih.gov/health/statistics/schizophrenia
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Laporan Nasional RISKESDAS 2018. Balitbang
Kemenkes RI
Nurul Falakh. 2020. Asuhan Keperawatan Jiwa Gangguan Persepsi Sensori :
Halusinasi Pendengaran Pada Ny. R dan Nn. D dengan Terapi Aktivitas
Kelompok (TAK) Pesan Berantai di RSJD Dr. Amino Gondhoutomo Provinsi
Jawa Tengah. Repository Poltekkes Semarang
Stuart, G. W. (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa : Indonesia : Elsever
Telaumbanua, B. S., & Pardede, J. A. (2023). Penerapan Strategi Pelaksanaan Dalam
Pemberian Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Nn. N Dengan Masalah Halusinasi
Pendengaran. OSF Preprints. January, 11.
Indra Maulana, Taty Hernawati & Iwan, S (2021). Pengaruh Terapi Aktivitas
Kelompok Terhadap Penurunan Tingkat Halusinasi Pada Pasien Skizofrenia :
Literature Review. Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ) : Persatuan Perawat
Nasional Indonesia
Prabowo, 2017. Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang : Universitas Diponegoro
Fatma Arumba Riyanti1 , Sutejo2 , Sri Hendarsih3 (2018). Penerapan Terapi
Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Pada Asuhan Keperawatan Pasien
Halusinasi Pendengaran Di Rsj Grhasia.
Hidayah, A N. (2015) Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori
Terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi Persepsi Pada Pasien Halusinasi
Di RSJD DR Amino Gondohutomo Semarang Forum Penelitian. 1 (5),44.55
57
SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia
SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.
Stuart, G, W, (2013) Principies And Practice Of Psychiatric Nursing (10th ed). St.
Louis: Mosby Elseveir
Manfaluti Nur Faedah. 2022. Pengelolaan Kasus Pada Pasien Skizofrenia Paranoid
Halusinasi Pendengaran Dengan Fokus Studi Terapi Aktivitas Kelompok Pesan
Berantai. Repository Poltekkes Semarang
LAMPIRAN
58
59
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan dibawah ini Mahasiswa Poltekkes Kemenkes
Semarang Program Studi Profesi Ners.
Nama : Ratu Ellen Jesika
NIM : P1337420922147
Alamat : Japunan, Mertoyudan, Magelang
Bersamaan ini peneliti mengajukan permohonan untuk melakukan karya
ilmiah tentang Penerapan Terapi Aktivitas Kelompok Pesan Berantai Pada Pasien
Dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran di Rsj Prof. dr.
Soerojo Magelang.
Saya memohon kesediaan saudara/i untuk bersedia menjadi responden
dalam karya ilmiah yang akan saya lakukan. Kerahasiaan data pribadi saudara/i
akan sangat saya jaga dan informasi yang saya dapatkan akan saya gunakan untuk
kepentingan penelitian. Oleh karena itu, saya berharap responden memberikan
jawaban sesuai dengan yang dikehendaki dan apa adanya.
Atas perhatian dan kerjasama untuk menjadi responden, saya ucapkan
terimakasih.
Hormat saya,
Peneliti
Magelang, 2023
Peneliti Responden
Ruang Rawat :
Tanggal Dirawat :
Tanggal Pengkajian
I. Identitas Pasien
Inisial :
Umur :
No Rm :
II. Alasan Masuk
III. Faktor Predisposisi
1. Pernah Mengalami Gangguan Jiwa Di Masa Lalu ?
2. Pengobatan Sebelumnya ?
3. Hubungan Sosial
4. Adakah Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa ?
5. Pengalaman Masa Lalu Yang Tidak Menyenangkan
IV. Fisik
1. Tanda-Tanda Vital
2. Ukur : Tb :, Bb :
3. Keluhan Fisik
V. Psikososial
1. Genogram
2. Konsep Diri
a. Citra Tubuh
b. Identitas
c. Peran
d. Ideal Diri
e. Harga Diri
3. Hubungan Sosial
A. Orang Terdekat
B. Peran Serta Dalam Kegiatan Kelompok/Masyarakat
C. Hambatan Dalam Berhubungan Dengan Orang Lain
4. Spiritual
A. Nilai Dan Keyakinan
B. Kegiatan Ibadah
VI. Status Mental
1. Penampilan
62
2. Pembicaraan
3. Aktivitas motorik
4. Alam perasaan
5. Afek
6. Interaksi selama wawancara
7. Persepsi
8. Proses pikir
9. Isi pikir
10. Tingkat kesadaran
11. Memori
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
13. Kemampuan penilaian
14. Daya tilik diri
VII. Kebutuhan sehari-hari
1. Makan
2. BAB/BAK
3. Mandi
4. Berpakaian/berhias
5. Istirahat dan tidur
6. Penggunaan obat
7. Pemeliharaan kesehatan
8. Aktivitas di dalam rumah
9. Aktivitas di luar rumah
VIII. Mekanisme koping
IX. Masalah Psikososial dan lingkungan
X. Aspek medik
Diagnosa medik
Terapi medik
XI. Analisa data
XII. Rencana keperawatan
Implementasi keperawatan
63
Jumlah
Petunjuk :
1. Untuk tiap pasien, semua aspek dimulai dengan memberi tanda checklist
(√) jika ditemukan pada pasien atau tanda silang (×) jika tidak ditemukan.
2. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan, jika nilai 5-6 pasien dianggap
mampu, dan jika nilai 0-4 pasien dianggap belum mampu.
Petunjuk :
1. Untuk tiap pasien, semua aspek dimulai dengan memberi tanda checklist
(√) jika ditemukan pada pasien atau tanda silang (×) jika tidak ditemukan.
2. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan, jika nilai 5-6 pasien dianggap
mampu, dan jika nilai 0-4 pasien dianggap belum mampu.
68
NOMOR :
NAMA :
Petunjuk :
Bacalah setiap pertanyaan dibawah ini dan berilah tanda (V) disebelah
kana pernyataan yang sesuai dengan fikiran, perasaan, dan perilaku yang
ditunjukkan oleh pasien.
1) Frekuensi
0. Suara tidak ada atau muncul kurang dari satu kali dalam
seminggu
1. Suara muncul minimal sekali dalam seminggu
2. Suara muncul minimal sekali dalam sehari
3. Suara muncul minimal sekali dalam satu jam
4. Suara muncul terus menerus
2) Durasi
0. Suara tidak muncul
1. Suara muncul berlangsung dalam beberapa detik
2. Suara muncul berlangsung dalam beberapa menit
3. Suara muncul berlangsung dalam beberapa jam
4. Suara muncul berlangsung selama berjam-jam
3) Lokasi
0. Suara tidak muncul
1. Suara itu muncul seperti suara berasal dari kepala
2. Suara muncul seperti suara itu diluar kepala tapi sangat dekat
dengan telinga
3. Suara muncul seperti suara itu diluar kepala tetapi jauh dari
telinga
4. Suara muncul seperti suara itu berasal dari luar kepala
4) Kerasnya suara
0. Suara tidak muncul
1. Seperti berbisik lebih pelan dari suara kita sendiri
2. Sama kerasnya suara kita
3. Lebih keras suara kita
4. Suara sangat keras seperti berteriak
5) Keyakinan asal suara
0. Suara tidak muncul
69
1. Yakin suara itu dari dalam diri sendiri dan berhubungan dengan
dirinya
2. Yakin bahwa suara itu berasal dari luar (<50%)
3. Sangat yakin bahwa itu suara berasal dari luar (50-90%)
4. Sangat yakin sekali bahwa suara itu berasal dari luar (100%)
6) Frekuensi
0. Tidak ada isi suara yang sifatnya negatif
1. Jarang sekali isi suaranya sifatnya negatif (<10%)
2. Terkadang suara isinya negatif (<50%)
3. Sering isi suara sifatnya negatif (<50-99%)
4. Selalu isi suaranya sifatnya negatif (100%)
7) Isi
0. Tidak ada isi suara yang sifatnya jelek
1. Suara yang isftanya negatif tidak berhubungan dengan diri
sendiri tapi berhubungan dengan orang lain misalnya tukang
jus itu jelek
2. Isi melecehkan diri sendiri misalnya seharusnya saya tidak
melecehkannya atau mengatakannya.
3. Isinya melecehkan diri sendiri yang berhubungan dengan
konsep diri
4. Isi suara sifatnya mengancam untuk diri, melukai diri,
keluarga, orang lain atau perintah keras untuk melukai diri
sendiri atau orang lain
8) Ketidaknyamanan
0. Tidak ada suara dirasakan tidak nyaman
1. Jarang sekali isi suara dirasa tidak nyaman (<10%)
2. Terkadang isi suara dirasa tidak nyaman (<50%)
3. Seringnya isi suara ditasa tidak nyaman (50-90%)
4. Selalu isi suara dirasa tidak nyaman (100%)
9) Intensitas ketidaknyamanan
0. Tidak ada isi suara dirasa mengganggu
1. Isi suara dirasa sedikit mengganggu (10%)
2. Isi suara dirasa cukup mengganggu (<50%)
3. Isi suara dirasa mengganggu (50-90%)
4. Isi suara dirasa sangat mengganggu (100%)
10) Gangguan dalam fungsi kehidupan
0. Tidak ada isi suara yang mengganggu fungsi kehidupan, masih
dapat berinteraksi dengan orang lain (jika kembali)
1. Gangguan dalam fungsi kehidupan sifatnya manual, misalnya
menggangu konsentrasi meskipun masih dapat melakukan
70
Mei 2023