Makalah Landasan Teori, Kerangka Berpikir Dan Pengajuan Hipotesis

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Penelitian Pendidikan Kimia

DOSEN PEMBIMBING

Prof. Dr. Astin Lukum, M.Si

DISUSUN OLEH

Siti Fadila Muhtar Amu

441420021

PRODI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama
nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga saya bisa menyelesaikan makalah “Landasan Teori,
Kerangka Berpikir Dan Pengajuan Hipotesis” mata kuliah “Metode Penelitian Pendidikan
Kimia”. Shalawat serta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang
telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di
dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah di Metode Penelitian Pendidikan
Kimia Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam pada
Universitas Negeri Gorontalo. Selanjutnya saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Ibu Prof. Dr. Astin Lukum, M.Si selaku dosen pembimbing mata kuliah Dasar-
Dasar Pemisahan Analitik dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta
arahan selama penulisan makalah ini.

Saya menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka
dari itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Gorontalo, 22 Februari 2022

Siti Fadila Muhtar Amu


441420021

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................4
1.3 Tujuan...............................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN..............................................................................................................................5
2.1 Pengertian Teori................................................................................................................5
2.2 Tingkatan dan Fokus Teori...............................................................................................9
2.3 Kegunaan Teori...............................................................................................................10
2.4 Deskripsi Teori................................................................................................................11
2.5 Kerangka Berpikir...........................................................................................................13
2.6 Hipotesis..........................................................................................................................16
2.7 Contoh Deskripsi Teori Sintesa, Kerangka Berpikir dan Hipotesis................................23
BAB III..........................................................................................................................................25
PENUTUP.....................................................................................................................................25
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................25
3.2 Saran................................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................26

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah kedua dalam proses
penelitian (kuantitatif) adalah mencari teori-teori, konsep-konsep dan generalisasi-
generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk
pelaksanaan penelitian (Sumadi Suryabrata, 1990). Landasan teori ini perlu ditegakkan
agar penelitian itu mernpunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-
coba (tria/ and error). Adanya landasan teoritis ini merupakan ciri bahwa penelitian itu
merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data (Sugiyono, 2013).

Suatu teori adalah suatu konseptualisasi yang umum. Konseptualisasi atau sistem
pengertian ini diperoleh melalui, jalan yang sistematis. Suatu teori harus dapat diuji
kebenarannya, bila tidak, dia bukan suatu teori (Sugiyono, 2013)

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari teori?
2. Bagaimana tingkatan dan focus teori?
3. Apa kegunaan teori dalam penelitian
4. Bagaimana penjelasan tentang deskripsi teori
5. Apa itu kerangka berpikir?
6. Apa itu hipotesis?
7. Bagaimana contoh deskripsi teori sintesa, kerangka berpikir dan hipotesis?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari teori
2. Mengetahui tingkatan dan focus teori
3. Mengetahui kegunaan teori dalam penelitian
4. Mengetahui deskripsi teori
5. Mengetahui kerangka berpikir
6. Mengetahui hipotesis
7. Mengetahui contoh deskripsi teori sintesa, kerangka berpikir dan hipotesis

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori


Dalam buku-buku metode penelitian asing, landasan teori ini disebut dengan
literature review. Creswell (2012) menyatakan “A literature review is written summary of
journal, articles, books, and other documents that describe the past and current state of
information on topic of your research study, it also organizes the literature into subtopics,
and documents, the need for a proposed study”. Study literature (studi kepustakaan),
merupakan ringkasan tertulis dari jurnal, artikel, buku-buku dan dokumen lain, yang
berisi tentang uraian informasi masa lalu atau sekarang yang relevan dengan judul
penelitian (Sugiyono, 2013)

Setiap penelitian selalu menggunakan teori. Seperti dinyatakan oleh Neurnen


(2003) "Researchers use theory differently in various types of research, but some type of
theory is present in most social research" Kerlinger (1978) rnengernukakan bahwa
Theory is a set of interrelated construct (concepts), definitions. and proposition that
present a systematic view a/phenomena by specifying relations among variables, with
purpose of explaining and predicting the phenomena. Teori adalah seperangkat konstruk
(konsep), definisi, dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenornena secara
sisternatik, melalui spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk
menjelaskan dan rneramalkan fenomena.

Wiliam Wiersma (1986) menyatakan bahwa: A theory is a generalization or series


of generalization bv which we attempt to explain some phenomena in a svstemat ic
manner. Teori adalah general isasi atau kumpulan generalisasi yang dapat digunakan
untuk rnenje laskan herbagai fenomena secara sisternatik.

Cooper and Schindler (2003), rnengemukakan bahwa, A theory is a set of


systematicaliy interrelated concepts. definition, and proposition that are advanced to
explain and predict phenomena (fact). Teori adalah seperangkat konsep, definisi dan
proposisi yang tersusun secara sistematis sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan
dan meramalkan fenomena.

Selanjutnya Siti rahayu Haditono (1999), menyatakan bahwa suatu teori akan
memperoleh arti yang penting, bila ia lebih banyak dapat melukiskan, menerangkan, dan
meramalkan gejala yang ada.

5
Mark 1963, dalam (Sitirahayu Haditono, 1999), membedakan adanya tiga macam
teori. Ketiga teori yang dimaksud ini berhubungan dengan data empiris. Dengan
demikian dapat dibedakan antara lain:

1. Teori yang deduktif: memberi keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan atau
pikiran spekulatif tertentu ke arah data akan diterangkan
2. Teori yang induktif: cara menerangkan adalah dari data ke arah teori. Dalam bentuk
ekstrim titik pandang yang positivistik ini dijumpai pada kaum behaviorist
3. Teori yang fungsional: di sini nampak suatu interaksi pengaruh antara data dan
perkiraan teoritis, yaitu data mempengaruhi pembentukan teori dan pembentukan
teori kembali mempengaruhi data.

Berdasarkan tiga pandangan ini dapatlah disimpulkan bahwa teori dapat dipandang
sebagai berikut.

1. Teori menunjuk pada sekelompok hukum yang tersusun secara logis. Hukum-hukum
ini biasanya sifat hubungan yang deduktif. Suatu hukum menunjukkan suatu
hubungan antara variabel-variabel empiris yang bersifat ajeg dan dapat diramal
sebelumnya
2. Suatu teori juga dapat merupakan suatu rangkuman tertulis mengenai suatu kelompok
hukum yang diperoleh secara empiris dalam suatu bidang tertentu. Di sini orang
mulai dari data yang diperoleh dan dari data yang diperoleh itu datang suatu konsep
yang teoritis (induktif)
3. Suatu teori juga dapat menunjuk pada suatu cara menerangkan yang
menggeneralisasi. Di sini biasanya terdapat hubungan yang fungsional antara data
dan pendapat yang teoritis.

Berdasarkan data tersebut di atas secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa, suatu
teori adalah suatu konseptualisasi yang umum. Konseptualisasi atau sistem pengertian ini
diperoleh melalui, jalan yang sistematis. Suatu teori harus dapat diuji kebenarannya, bila
tidak, dia bukan suatu teori.

Teori semacam ini mempunyai dasar empiris. Suatu teori dapat memandang gejala
yang dihadapi dari sudut yang berbeda-beda, misalnya dapat dengan menerangkan, tetapi
dapat pula dengan menganalisa dan menginterpretasi secara kritis (Habermas, 1968),
Misalkan melukiskan suatu konflik antar generasi yang dilakukan oleh ahli teori yang
berpandangan emansipatoris akan berlainan dengan cara melukiskan seorang ahli teori
lain tidak berpandangan ernansipatoris.

Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat konsep,
definisi, dan proposisi yang disusun secara sistematis. Secara umum, teori mempunyai
tiga fungsi, yaitu untuk menjelaskan (explanation), meramalkan (prediction), dan
pengendalian (control) suatu gejala. Mengapa kalau besi kena panas memuai, dapat

6
dijawab dengan teori yang berfungsi menjelaskan. Kalau besi dipanaskan sampai 75° C
berapa pemuaiannya, dijawab dengan teori yang berfungsi meramalkan. Selanjutnya
berapa jarak sambungan rel kereta api yang paling sesuai dengan kondisi iklim Indonesia
sehingga kereta api jalannya tidak terganggu karena sambungan dijawab dengan teori
yang berfungsi mengendalikan.

Dalam bidang Administrasi Hoy & Miskel (2001) mengemukakan definisi teori
sebagai berikut. "Theory in administration, however has the same role as theory in
physics, chemistry, or biology; that is providing general explanations and guiding
research". Selanjutnya didefinisikan bahwa teori adalah seperangkat konsep, asumsi, dan
generalisasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan perilaku
dalam berbagai organisasi. "Theory is a set of interrelated concepts, assumptions, and
generalizations that systematically describes and explains regularities in behavior in
organizations".

Berdasarkan yang dikemukakan Hoy & Miskel (2001) tersebut dapat dikemukakan
disini bahwa, 1) teori itu berkenan dengan konsep, asumsi dan generalisasi yang logis, 2)
berfungsi untuk mengungkapkan, menjelaskan dan memprediksi perilaku yang memiliki
keteraturan, 3) sebagai stimulan dan panduan untuk mengembangkan pengetahuan.

Selanjutnya Hoy & Miskel (2001) mengemukakan bahwa komponen teori itu
meliputi konsep dan asumsi. A concept is a term that has been given an abstract,
generalized meaning. Konsep merupakan istilah yang bersifat abstrak dan bermakna
generalisasi. Contoh konsep dalam administrasi ada!ah leadership (kepemimpinan),
satisfaction (kepuasan) dan informal organization (organisasi informal). Sedangkan
asumsi merupakan pernyataan diterima kebenarannya tanpa pembuktian. An assumption,
accepted without proof, are not necessarily self-evident. Berikut ini diberikan contoh
asumsi dalam bidang administrasi.

1. Administrasi merupakan generalisasi tentang perilaku semua manusia dalam


organisasi
2. Administrasi merupakan proses pengarahan dan pengendalian kehidupan dalam
organisasi sosial.

Setiap teori akan mengalami perkembangan, dan perkembangan itu terjadi apabila
teori sudah tidak relevan dan kurang berfungsi lagi untuk mengatasi masalah. Berikut
diberikan contoh perkembangan teori manajemen seperti ditunjukkan pada tabel 3.1 dan
tabel 3.2

Mengapa KKN tidak bisa diberantas di era reformasi saat ini, dapat dijelaskan
melalui teori yang berfungsi yang menjelaskan. Setelah KKN tidak bisa diberantas, maka
bagaimana akibatnya terhadap perekonomian nasional, dijawab dengan teori yang

7
berfungsi prediksi. Supaya KKN tidak terjadi lagi di Indonesia apa tyang perlu dilakukan,
dijawab dengan teori yang berfungsi pengendalian (fungsi control).

8
2.2 Tingkatan dan Fokus Teori
Numan (2003) mengemukakan tingkatan teori (level of theory) menjadi tiga yaitu,
micro, meso, dan macro. Micro level theory: small slices of time, space, or a number of
people. The concept are usually not very abstract. Meso-level theory: attempts to link
macro and micro levels or to operate at an intermediate level. Contoh teori organisasi dan
gerakan sosial, atau komunitas tertentu. Macro level theory: concerns the operation of
larger aggregates such as social institutions, entire culture systems, and whole societies. It
uses more concepts that are abstract.

Selanjutnya fokus teori dibedakan menjadi tiga yaitu teori subtantif, teori formal,
dan midle range theory. Subtantive theory is developed for a specific area of social
concern, such as deliquent gangs, strikes, diforce, or ras relation. Formal theory is
developed for a broad conceptual area in general theory, such as deviance; socialization,
or power. Midle range theory are slightly more abstract than empirical generalization or
specific hypotheses. Midle range theories can be formal or subtantive. Midle range theory
is princippally used in sociology to guide empirical inquiry.

9
Teori yang digunakan untuk perumusan hipotesis yang akan diuji melalui
pengumpulan data adalah teori subtantif, karena teori ini lebih fokus berlaku untuk obyek
yang akan diteliti.

2.3 Kegunaan Teori


Cooper and Schindler (2003), menyatakan bahwa kegunaan teori dalam penelitian
adalah:

1. Theory narrows the range offact we need to study (teori membatasi ruang lingkup
yang diteliti)
2. Theory suggest which research approaches are likely to yield the greatest meaning
(teori menyarankan pendekatan penelitian apa yang paling cocok digunakan untuk
mendapatkan makna yang paling besar
3. Theory suggest a system for the research to impose on data in order to classify them
in the most meaningful way (teori menyarankan bagaimana cara mengklasifikasikan
data sehingga mempunyai makna yang tinggi)
4. Theory summarizes what is known about object of study and states the uniformities
that lie beyond immediate observation (teori dapat memandu merangkum data dari
objek yang diteliti)
5. Theory can be used to predict further fact that should be found (teori dapat digunakan
untuk memprediksi fakta yang akan didapatkan).

Berdasarkan hal tersebut di atas, kegunaan teori dalam penelitian survey adalah

1. Memperjelas dan membatasi permasalahan yang diteliti


2. Memandu peneliti untuk memilih metode yang sesuai dengan permasalahan dan
tujuan penelitian,
3. Memandu peneliti untuk menjawab rumusan masalah yang dinyatakan dalam
bentuk hipotesis penelitian,
4. Memandu peneliti untuk menyusun insrtrumen penelitian yang akan digunakan
untuk pengumpulan data,
5. Memandu peneliti untuk analisis data guna menjawab rumusan masalah dan
menguji hipotesis,
6. Memandu peneliti untuk mendeskripsikan data hasil penelitian,
7. Memandu peneliti untuk membuat rekomendasi yang rasional berikut
kemungkinan resiko yang muncul,
8. Membantu peneliti untuk membuat kesimpulan dan saran.

Kriteria yang dilakukan dalam penelitian adalah relevan, mutakhir dan asli.
Relevan berarti teori yang digunakan sesuai dengan proses kebijakan yang diteliti.
Mutakhir berarti teori-teori yang digunakan adalah teori yang terbaru (kecuali penelitian
sejarah). Secara tehnik teori yang baru dikutip dari buku yang diterbitkan maksimum 5

10
tahun yang lalu. Asli berarti teori-teori yang dikutip dari sumber aslinya, bukan mengutip
dari kutipan orang lain.

Wiliam Wiersma (1986) menyatakan bahwa "Basically, theory helps provide a


frame work by serving as the point of departure for pursuit of a research problems. The
theory identifies the crucial factors. it provides a guide for systematizing and interrelating
the various facets of research. How ever, besides providing the systematic view of the
factors under study, the theory also may very well identify gaps, weak points, and
inconsistencies that indicate the need for additional research. Also, the development of
theory may light the way for continued research on the phenomena under study. Another
function of theory is provide one or more generalization that can be test and used in
practical applications and further research"

Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua peneliti harus berbekal teori.
Dalam penelitian kuantitatif, teori yang digunakan harus sudah jelas, karena teori di sini
akan berfungsi untuk memperjelas masalah yang diteliti, sebagai dasar untuk
merumuskan hipotesis, dan sebagai referensi untuk menyusun instrumen penelitian. Oleh
karena itu landasan teori dalam proposal penelitian kuantitatif harus sudah jelas teori apa
yang akan dipakai.

Dalam kaitannya dengan kegiatan penelitian, maka fungsi teori yang pertama
digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau konstruk variabel
yang akan diteliti. Fungsi teori yang kedua (prediksi dan pemandu untuk menemukan
fakta) adalah untuk merumuskan hipotesis dan menyusun instrumen penelitian, karena
pada dasarnya hipotesis itu merupakan pemyataan yang bersifat prediktif. Selanjutnya
fungsi teori yang ke tiga (kontrol) digunakan mencandra dan membahas hasil penelitian,
sehingga selanjutnya digunakan untuk memberikan saran dalam upaya pemecahan
masalah.

Dalam proses penelitian seperti yang ditunjukkan pada gambar 1.1, terlihat bahwa
untuk dapat mengajukan hipotesis penelitian, maka peneliti harus membaca buku-buku
dan hasil-hasil penelitian yang relevan, lengkap dan mutakhir. Membaca buku adalah
prinsip berfikir deduksi dan membaca hasil penelitian adalah prinsip berfikir induksi.

Dalam landasan teori perlu dikemukakan deskripsi teori, dan kerangka berfikir,
sehingga selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis dan instrumen penelitian.

2.4 Deskripsi Teori


Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori
(dan bukan sekedar pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang
relevan dengan variabel yang diteliti. Berapa jumlah kelompok teori yang perlu
dikemukakan dideskripsikan, akan tergantung pada luasnya permasalahan dan secara
teknis tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Bila dalam suatu penelitian terdapat

11
tiga variabel independen dan satu dependen, maka kelompok teori yang perlu
dideskripsikan ada empat kelompok teori, yaitu kelompok teori yang berkenaan dengan
tiga variabel independen dan satu dependen. Oleh karena itu, semakin ban yak variabel
yang diteliti, maka akan semakin ban yak teori yang perlu dikemukakan.

Deskripsi teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variabel-variabel


yang diteliti, melalui pendefinisian, dan uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai
referensi, sehingga ruang lingkup, kedudukan dan prediksi terhadap hubungan antar
variabel yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan terarah.

Teori-teori yang dideskripsikan dalam proposal maupun laporan penelitian dapat


digunakan sebagai indikator apakah peneliti menguasai teori dan konteks yang diteliti
atau tidak. Variabel-variabel penelitian yang tidak dapat dijelaskan dengan baik, baik dari
segi pengertian maupun kedudukan dan hubungan antar variabel yang diteliti,
menunjukkan bahwa peneliti tidak menguasai teori dan konteks penelitian.

Untuk menguasai teori, maupun generalisasi-generalisasi dari hasil penelitian,


maka peneliti harus rajin membaca. Orang harus membaca dan membaca, dan menelaah
yang dibaca itu setuntas mungkin agar ia dapat menegakkan landasan yang kokoh bagi
langkah-Iangkah berikutnya. Membaca merupakan keterampilan yang harus
dikembangkan dan dipupuk (Sumadi Suryabrata, 1996).

Untuk dapat membaca dengan baik, maka peneliti harus mengetahui sumber-
sumber bacaan. Sumber-sumber bacaan dapat berbentuk buku-buku teks, kamus,
ensiklopedia, journal ilmiah dan hasil-hasil penelitian. Bila peneliti tidak memiliki
sumber-sumber bacaan sendiri, maka dapat melihat di perpustakaan, baik perpustakaan
lembaga formal, maupun perpustakaan pribadi.

Sumber bacaan yang baik harus memenuhi tiga kriteria, yaitu relevansi,
kelengkapan, dan kemutakhiran (kecuali penelitian sejarah, penelitian ini justru
menggunakan sumber-sumber bacaan lama). Relevansi berkenaan dengan kecocokan
antara variabel yang diteliti dengan teori yang dikemukakan, kelengkapan berkenaan
dengan banyaknya sumber yang dibaca, kemutakhiran berkenaan dengan dimensi waktu.
Makin baru sumber yang digunakan, maka akan semakin mutakhir teori.

Hasil penelitian yang relevan bukan berarti sarna dengan yang akan diteliti, tetapi
masih dalam lingkup yang sarna. Secara teknis, hasil penelitian yang relevan dengan apa
yang akan diteliti dapat dilihat dari permasalahan yang diteliti, waktu penelitian, tempat
penelitian, sampel penelitian, metode penelitian, analisis, dan kesimpulan. Misalnya
peneliti yang terdahulu, melakukan penelitian tentang tingkat penjualan jenis kendaraan
bermotor di Jawa Timur, dan peneliti berikutnya meneliti di Jawa Barat. Jadi hanya
berbeda lokasi saja. Peneliti yang kedua ini dapat menggunakan referensi hasil penelitian
yang pertama.

12
Langkah-Iangkah untuk dapat melakukan pendeskripsian teori adalah sebagai
berikut:

1. Tetapkan nama variabel yang diteliti, dan jumlah variabelnya.


2. Cari sumber-sumber bacaan (buku, kamus, ensiklopedia, journal ilmiah, laporan
penelitian, Skripsi, Tesis, Disertasi) yang sebanyak-banyaknya dan yang relevan
dengan setiap variabel yang diteliti.
3. Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan setiap variabel yang
akan diteliti. (Untuk referensi yang berbentuk laporan penelitian, lihat judul
penelitian, permasalahan, teori yang digunakan, tempat penelitian, sampel sumber
data, teknik pengumpulan data, anaiisis, kesimpulan dan saran yang diberikan).
4. Cari definisi setiap variabel yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan, bandingkan
antara satu sumber dengan sumber yang lain, dan pilih definisi yang sesuai dengan
penelitian yang akan dilakukan.
5. Baca seluruh isi topik buku yang sesuai dengan variabel yang akan diteliti, lakukan
analisa, renungkan, dan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri tentang isi setiap
sumber data yang dibaca.
6. Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber ke dalam bentuk
tulisan dengan bahasa sendiri. Sumber-surnber bacaan yang dikutip atau yang
digunakan sebagai landasan untuk mendeskripsikan teori harus dicantumkan.

2.5 Kerangka Berpikir


Uma Sekaran dalam bukunya Business Research (1992) mengemukakan bahwa,
kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan
dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.

Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar
variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel
independen dan dependen. Bila dalam penelitian ada variabel moderator dan intervening,
maka juga perlu dijelaskan, mengapa variabel itu ikut dilibatkan dalam penelitian.
Pertautan antar variabel tersebut, selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk paradigma
penelitian. Oleh karena itu pada setiap penyusunan paradigma penelitian harus
didasarkan pada kerangka berfikir.

Kerangka berfikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam


penelitian tersebut berkenaan dua variabeI atau lebih. Apabila penelitian hanya
membahas sebuah variabel atau lebih secara mandiri, maka yang dilakukan peneliti
disamping mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-masing variabel, juga
argumentasi terhadap variasi besaran variabel yang diteliti (Sapto Haryoko, 1999).

Penelitian yang berkenaan dengan dua variabel atau lebih, biasanya dirumuskan
hipotesis yang berbentuk komparasi maupun hubungan. Oleh karena itu dalam rangka

13
menyusun hipotesis penelitian yang berbentuk hubungan maupun komparasi, maka perlu
dikemukakan kerangka berfikir. Langkah-langkah dalam menyusun kerangka pernikiran
yang selanjutnya membuahkan hipotesis ditunjukkan pada gambar 3.1.

Seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar bagi


argumentasi dalam menyusun kerangka pernikiran yang membuahkan hipotesis.
Kerangka pernikiran ini merupakan penjelasan semen tara terhadap gejala-gejala yang
menjadi obyek permasalahan. (Suriasumantri, 1986). Kriteria utama agar suatu kerangka
pemikiran bisa meyakinkan sesama ilmuwan, adalah alur-alur pikiran yang logis dalam
membangun suatu kerangka berfikir yang membuahkan kesimpulan yang berupa
hipotesis. Jadi kerangka berfikir merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang
disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Berdasarkan teori-teori yang telah
dideskripsikan tersebut, selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga
menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variabel yang diteliti. Sintesa tentang
hubungan variabel tersebut, selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis.

14
Berdasarkan gambar 3.1 tersebut dapat diberi penjelasan sebagai berikut:

1. Menetapkan variabel yang diteliti.


Untuk menentukan kelompok teori apa yang perlu dikemukakan dalam menyusun
kerangka berfikir untuk pengajuan hipotesis, maka harus ditetapkan terlebih dulu
variabel penelitiannya. Berapa jumlah variabel yang diteliti, dan apakah nama setiap
variabel, merupakan titik tolak untuk menentukan teori yang akan dikemukakan.
2. Membaca Buku dan Hasil Penelitian (HP)
Setelah variabel ditentukan, maka langkah berikutnya adalah membaca buku-
buku dan hasil penelitian yang relevan. Buku-buku yang dibaca dapat berbentuk buku
teks, ensiklopedia, dan kamus. Hasil penelitian yang dapat . dibaca adalah, laporan
penelitian, journal ilmiah, Skripsi, Tesis, dan Disertasi.
3. Deskripsi Teori dan Hasil Penelitian (HP)
Dari buku dan hasil penelitian yang dibaca akan dapat dikemukakan teoriteori
yang berkenaan dengan variabel yang diteliti. Seperti telah dikemukakan, deskripsi
teori berisi tentang, definisi terhadap masing-masing variabel yang diteliti, uraian
rinei tentang ruang lingkup setiap variabel, dan kedudukan antara variabel satu
dengan yang lain dalam konteks penelitian itu.
4. Analisis Kritis terhadap Teori dan Hasil Penelitian
Pada tahap ini peneliti melakukan analisis secara kritis terhadap teori-teori dan
hasil penelitian yang telah dikemukakan. Dalam analisis ini peneliti akan mengkaji
apakah teori-teori dan hasil penelitian yang telah ditetapkan itu betul-betul sesuai
dengan obyek penelitian atau tidak, karena sering terjadi teori-teori yang berasal dari
luar tidak sesuai untuk penelitian di dalam negeri.
5. Analisis Komparatif Terhadap Teori dan Hasil Penelitian
Analisis komparatif dilakukan dengan cara membandingkan antara teori satu
dengan teori yang lain, dan hasil penelitian satu dengan peneiitian yang lain. Melalui
analisis komparatif ini peneiiti dapat memadukan antara teori satu dengan teori yang
lain, atau mereduksi bila dipandang terlalu luas.
6. Sintesa kesimpulan
Melalui analisis kritis dan komparatif terhadap teori-teori dan hasil penelitian
yang relevan dengan semua variabel yang diteliti, selanjutnya peneliti dapat
rnelakukan sintesa atau kesimpulan sementara. Perpaduan sintesa antara variabel satu
dengan variabel yang lain akan menghasilkan kerangka berfikir yang selanjutnya
dapat digunakan untuk merumuskan hipotesis.
7. Kerangka Berfikir
Setelah sintesa atau kesimpulan sementara dapat dirumuskan maka selanjutnya
disusun kerangka berfikir. Kerangka berfikir yang dihasilkan dapat berupa kerangka
berfikir yang assosiatif/hubungan maupun komparatif/perbandingan. Kerangka
berfikir assosiatif dapat menggunakan kalimat: jika begini maka akan begitu; jika
komitmen kerja tinggi, maka produktivitas lembaga akan tinggi pula atau jika

15
pengawasan dilakukan dengan baik (positif), maka kebocoran anggaran akan
berkurang (negatif).
8. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berfikir tersebut selanjutnya disusun hipotesis. Bila
kerangka berfikir berbunyi "jika komitmen kerja tinggi, maka produktivitas lembaga
akan tinggi", maka hipotesisnya berbunyi "ada hubungan yang positif dan signifikan
antara komitmen kerja dengan produktivitas kerja" Bila kerangka berfikir berbunyi
"Karena lembaga A menggunakan teknologi tinggi, maka produktivitas kerjanya
lebih tinggi bila dibandingkan dengan lembaga B yang teknologi kerjanya rendah,"
maka hipotesisnya berbunyi "Terdapat perbedaan produktivitas kerja yang signifikan
antara lembaga A dan B, atau produktivitas kerja lembaga A lebih tinggi bila
dibandingkan dengan lembaga B".
Selanjutnya Uma Sekaran (1992) mengemukakan bahwa, kerangka berfikir yang
baik, memuat hal-hal sebagai berikut:
1. Variabel-variabel yang akan diteliti harus dijelaskan.
2. Diskusi dalam kerangka berfikir harus dapat menunjukkan dan menjelaskan
pertautan/hubungan antar variabel yang diteliti, dan ada teori yang mendasari.
3. Diskusi juga harus dapat menunjukkan dan menjelaskan apakah hubungan antar
variabel itu positif atau negatif, berbentuk simetris, kausal atau interaktif (timbal
balik).
4. Kerangka berfikir terse but selanjutnya perlu dinyatakan dalam bentuk diagram
(paradigma penelitian), sehingga pihak lain dapat memahami kerangka pikir yang
dikemukakan dalam penelitian.

2.6 Hipotesis
Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga dalam penelitian,
setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berfikir. Tetapi perlu
diketahui bahwa tidak setiap penelitian harus merumuskan hipotesis. Penelitian yang
bersifat ekploratif dan deskriptif senng tidak perlu merumuskan hipotesis.

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di


mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.
Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang
relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan
data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan
masalah penelitian, belumjawaban yang empirik.

Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian yang menggunakan


pendekatan kuantitatif. Pada penelitian kualitatif, tidak dirumuskan hipotesis, tetapi justru
diharapkan dapat ditemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis, tersebut akan diuji oleh
peneliti dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.

16
Dalam hal ini perlu dibedakan pengertian hipotesis penelitian dan hipotesis
statistik. Pengertian hipotesis penelitian seperti telah dikemukakan di atas. Selanjutnya
hipotesis statistik itu ada, bila penelitian bekerja dengan sampel. Jika penelitian tidak
menggunakan sam pel, maka tidak ada hipotesis statistik.

Dalam suatu penelitian, dapat terjadi ada hipotesis penelitian, tetapi tidak ada
hipotesis statistik. Penelitian yang dilakukan pada seluruh populasi mungkin akan
terdapat hipotesis penelitian tetapi tidak akan ada hipotesis statistik. Ingat bahwa
hipotesis itu berupa jawaban sementara terhadap rumusan masalah dan hipotesis yang
akan diuji ini dinamakan hipotesis kerja. Sebagai lawannya adalah hipotesis nol (nihil).
Hipotesis kerja disusun berdasarkan atas teori yang dipandang handal, sedangkan
hipotesis nol dirumuskan karena teori yang digunakan masih diragukan kehandalannya.

Untuk lebih mudahnya membedakan antara hipotesis penelitian dan hipotesis


statistik, maka dapat dipahami melalui gambar 3.2 berikut: Contoh Hipotesis
Penelitiannya:

1. Kemampuan daya beli masyarakat (dalam populasi) itu rendah (hipotesis deskriptif).
2. Tidak terdapat perbedaan kemampuan daya beli antara kelompok masyarakat Petani
dan Nelayan (dalam Populasi itu/hipotesis komparatif).
3. Ada hubungan positif antara penghasilan dengan kemampuan daya beli masyarakat
(dalam populasi itu/hipotesis assosiatif).

Pada gambar 3.2 di atas yang diteliti adalah populasi, sehingga hipotesis
statistiknya tidak ada. Yang ada hanya hipotesis penelitian. Dalam pembuktiannya tidak
ada istilah "signifikansi" (taraf kesalahan atau taraf kepercayaan).

Selanjutnya perhatikan pula gambar 3.3 berikut, yaitu penelitian yang


menggunakan sampel. Pada penelitian ini untuk mengetahui keadaan populasi, sumber
datanya menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Jadi yang dipelajari
adalah data sampel. Dugaan apakah data sampel itu dapat diberlakukan ke populasi,
dinamakan hipotesis statistik.

17
Pada gambar 3.3 di atas terdapat hipotesis penelitian dan hipotesis statistik.
Hipotesis statistik diperlukan untuk menguji apakah hipotesis penelitian yang hanya diuji
dengan data sampel itu dapat diberlakukan untuk populasi at au tidak. Dalam pembuktian
ini akan muncul istilah signifikansi, atau taraf kesalahan atau kepercayaan dari pengujian.
Signifikan artinya hipotesis penelitian yang telah terbukti pada sampel itu (baik
deskriptif, komparatif, maupun assosiatif) dapat diberlakukan ke populasi.

Contoh hipotesis penelitian yang mengandung hipotesis statistik:

1. Ada perbedaan yang signifikan antara penghasilan rata-rata masyarakat dalam sampel
dengan populasi. Penghasilan masyarakat itu paling tinggi hanya Rp.
500.000/bulan(hipotesis deskriptif).
2. Terdapat perbedaan yang signifikan antara penghasilan petani dan nelayan (hipotesis
komparatif).
3. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara curah hujan dengan jumlah payung
yang terjual (hipotesis assosiatif/hubungan). Ada hubungan positif artinya, bila curah
hujan tinggi, maka akan semakin banyak payung yang terjual.

Terdapat dua macam hipotesis penelitian yaitu hipotesis kerja dan hipotesis nol.
Hipotesis kerja dinyatakan dalam kalimat positif dan hipotesis nol dinyatakan dalam
kalimat negatif.

Dalam statistik juga terdapat dua macam hipotesis yaitu hipotesis kerja dan hipotesis
alternatif (hipotesis alternatif tidak sarna dengan hipotesis kerja). Dalam kegiatan
penelitian, yang diuji terlebih dulu adalah hipotesis penelitian terutama pada hipotesis
kerjanya. Bila penelitian akan membuktikan apakah hasil pengujian hipotesis itu
signifikansi atau tidak, maka diperlukan hipotesis statistik. Teknik statistik yang
digunakan untuk menguji hipotesis ini adalah statistik inferensial. Statistik yang bekerja
dengan data populasi adalah statistik deskriptif.

18
Dalam hipotesis statistik, yang diuji adalah hipotesis nol, hipotesis yang
menyatakan tidak ada perbedaan antara data sampel, dan data populasi. Yang diuji
hipotesis nol karena peneliti tidak berharap ada perbedaan antara sampel dan populasi
atau statistik dan parameter. Parameter adalah ukuran-ukuran yang berkenaan dengan
populasi, dan statistik di sini diartikan sebagai ukuran-ukuran yang berkenaan dengan
sampel.

1. Bentuk-bentuk Hipotesis
Bentuk-bentuk hipotesis penelitian sangat terkait dengan rumusan masalah
penelitian. Bila dilihat dari tingkat eksplanasinya, maka bentuk rumusan masalah
penelitian ada tiga yaitu: rumusan masalah deskriptif (variabel mandiri), komparatif
(perbandingan) dan assosiatif (hubungan). Oleh karena itu, maka bentuk hipotesis
penelitian juga ada tiga yaitu hipotesis deskriptif, komparatif, dan
assosiatif/hubungan.
Hipotesis deskriptif, adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah
deskriptif; hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap masalah
komparatif, dan hipotesis assosiatif adalah merupakan jawaban semen tara terhadap
masalah assosiatif/hubungan. Pada butir 2 berikut nanti diberikan contoh judul
penelitian, rumusan masalah, dan rumusan hipotesis. Rumusan hipotesis deskriptif,
lebih didasarkan pada pengamatan pendahuluan terhadap obyek yang diteliti.
a. Hipotesis Deskriptif
Hipotesis deskriptif merupakan jawaban sementara terhadap masalah deskriptif,
yaitu yang berkenaan dengan variabel mandiri.
Contoh:
1) Rumusan Masalah Deskriptif
a) Berapa daya tahan larnpu pijar rnerk X?
b) Seberapa tinggi sernangat kerja karyawan di PT. Y?
2) Hipotesis Deskriptif
Daya tahan larnpu pijar merk X = 600 jam (Ho). Ini merupakan hipotesis
nol, karena daya tahan larnpu yang ada pada sampeJ diharapkan tidak berbeda
secara signifikan dengan daya tahan lampu yang ada pada populasi.
Hipotesis alternatifnya adalah: Daya tahan Jampu pijar merk X 1= 600
jam. "Tidak sarna dengan" ini bisa berarti lebih besar atau lebih kecil dari 600
jam.
3) Hipotesis Statistik (banyak ada bila berdasarkan data sampel)
Ho : µ = 600
Ha : µ ≠ 600
µ : Adalah nilai rata-rata populasi yang dihipotesiskan atau
ditaksir melalui sampel Untuk rurnusan masalah no. 2) hipotesis nolnya bisa
berbentuk demikian.

19
a) Semangat kerja karyawan di PT X = 75% dari kriteria ideal yang
ditetapkan.
b) Semangat kerja karyawan di PT X paling sedikit 60% dari kriteria ideal
yang ditetapkan (paling sedikit itu berarti lebih besar atau sarna dengan ≥).
c) Semangat kerja karyawan di PT X paling banyak 60% dari kriteria ideal
yang ditetapkan (paling banyak itu berarti lebih kecil atau sama dengan ≤
75% c)

Dalam kenyataan hipotesis yang diajukan salah satu saja, dan hipotesis
mana yang dipilih tergantung pada teori dan pengamatan pendahuluan yang
dilakukan pada obyek. Hipotesis alternatifnya masing-masing adalah:

a) Semangat kerja karyawan di PT X 1= 75%


b) Semangat kerja karyawan di PT X < 75%
c) Semangat kerja karyawan di PT X > 75%

Hipotesis statistik adalah (hanya ada bila berdasarkan data sampel)

a) Ho : ρ = 75%
Ha : ρ ≠ 75%
b) Ho : ρ ≥ 75% ρ = hipotesis berbentuk prosentase
Ha : ρ < 75%
c) Ho : ρ ≤ 75%
Ha : ρ > 75%

Teknik statistik yang digunakan untuk menguji ketiga hipotesis tersebut


tidak sama. Cara-cara pengujian hipotesis akan diberikan pada bab tersendiri,
yaitu pada bab analisis data.

b. Hipotesis Komparatif
Hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah komparatif. Pada rumusan ini variabelnya sama tetapi populasi atau
sampelnya yang berbeda, atau keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda.
Contoh:
1) Rumusan Masalah Komparatif
Bagaimanakah produktivitas kerja karyawan PT X bila dibandingkan dengan
PTY?
2) Hipotesis komparatif
Berdasarkan rumusan masalah komparatif tersebut dapat dikemukakan tiga
model hipotesis nol dan alternatij sebagai berikut:
Hipotesis Nol:

20
a) Ho : Tidak terdapat perbedaan produktivitas kerja antara karyawan di PT
X dan PT Y; atau terdapat persamaan produktivitas kerja antara karyawan
PI X dan Y, atau
b) Ho : Produktivitas karyawan PT X lebih besar atau sarna dengan (2:) PT Y
("lebih besar atau sama dengan" = paling sedikit).
c) Ho : Produktivitas karyawan PT X lebih kecil atau sarna dengan (S) PT Y
("lebih kecil atau sarna dengan" = paling besar).

Hipotesis Alternatif :

a) Ha : Produktivitas kerja karyawan PT X lebih besar (atau lebih kecil) dari


karyawan PT Y.
b) Ha : Produktivitas karyawan PT X lebih kecil dari pada (<) PT Y.
c) Ha : Produktivitas karyawan PT X lebih besar dari pada (≥) PT Y.

3) Hipotesis statistic dapat dirumuskan sebagai berikut :


a) Ho : µ1 = µ2
Ha : µ1 ≠ µ2 µ1 = rata-rata (populasi) produktivitas karyawan PT.X
b) Ho : µ1 ≥ µ2 µ2 = rata-rata (populasi) produktivitas karyawan PT.Y
Ha : µ1 < µ2
c) Ho : µ1 > µ2
Ha : µ1 ≤ µ2

c. Hipotesis Asosiatif
Hipotesis assosiatif adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah
assosiatif, yaitu yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau Iebih.

Contoh:
1) Rumusan Masalah Assosiatif adakah hubungan yang signifikan antara tinggi
badan pelayan toko dengan barang yang terjual.
2) Hipotesis Penelitian: Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
tinggi badan pelayan toko dengan barang yang terjual.
3) Hipotesis Statistik
Ho : ρ = 0 0 berarti tidak ada hubungan.
Ha : ρ ≠ 0, “tidak sama dengan nol” berarti lebih besar atau kurang (-) dari nol
berarti ada hubungan,
ρ = nilai korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan.

2. Paradigma Penelitian (Model hubungan variabel), rumusan masalah dan hipotesis


Pada bab dua telah disampaikan paradigma penelitian. Dengan paradigma
penelitian itu, peneliti dapat menggunakan sebagai panduan untuk merumuskan

21
masalah, dan hipotesis penelitiannya, yang selanjutnya dapat digunakan untuk
panduan dalam pengumpulan data dan analisis.
Pada setiap paradigma penelitian minimal terdapat satu rumusan masalah
penelitian, yaitu masalah deskriptif. Berikut ini contoh judul penelitian, paradigma,
rumusan masalah dan hipotesis penelitian.
a. Judul Penelitian:
Hubungan antara gaya kepemimpinan manager perusahaan dengan prestasi kerja
karyawan. (gaya kepemimpinan adalah varia bel independen (X) dan prestasi
kerja adalah varia bel dependen {Y}}.
b. Paradigma penelitiannya, adalah

c. Rumusan masalah :
1) Seberapa baik gaya kepemimpinan manajer yang ditampilkan? (bagaimana
X?)
2) Seberapa baik prestasi kerja karyawan? (Bagaimana Y).
3) Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara gay a kepemimpinan
manajer dengan prestasi kerja karyawan? (adakah hubungan antara X dan Y?).
Butir ini merupakan masalah assosiatif.
4) Bila sampel penelitiannya golongan I, II dan III, maka rumusan masalah
komparatifnya adalah:
a) Adakah perbedaan persepsi antara karyawan Golongan I, II clan III
tentang gaya kepemimpinan manajer?
b) Adakah perbedaan persepsi antara pegawai Gol I, II dan III tentang
prestasi kerja karyawan.
d. Rumusan Hipotesis Penelitian
1) Gaya kepemimpinan yang ditampilkan manajer (X) ditampilkan kurang baik,
dan nilainya paling tinggi 60% dari kriteria yang diharapkan.
2) Prestasi kerja karyawan (Y) kurang memuaskan, dan nilainya paling tinggi 65.
3) Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan
manajer dengan prestasi kerja karyawan, artinya makin baik kepemimpinan
manajer, maka akan semakin baik prestasi kerja karyawan.
4) Terdapat perbedaan persepsi tentang gay a kepemimpinan antara Gol, I, II dan
III.
5) Terdapat perbeclaan persepsi tentang prestasi kerja antara Gol, I,II dan III.

Untuk bisa diuji dengan statistik, maka data yang akan didapatkan harus
diangkakan. Untuk bisa diangkakan, maka diperlukan instrumen yang memiliki skala
pengukuran. Untuk judul di atas ada dua instrumen, yaitu instrumen gaya kepemimpinan
dan prestasi kerja pegawai.

22
Untuk judul penelitian yang berisi dua independen variabel atau lebih, rumusan
masalah penelitiannya akan lebih ban yak, demikian juga rumusan hipotesisnya (Iihat
bagian paradigma penelitian) dan di bagian analisis data.

3. Karakteristik Hipotesis Yang Baik


a. Merupakan dugaan terhadap keadaan variabel mandiri, perbandingan keadaan
variabel pada berbagai sampel, dan merupakan dugaan ten tang hubungan antara
dua variabel atau lebih. (Pada umumnya hipotesis deskriptif tidak dirumuskan)
b. Dinyatakan dalam kalimat yang jelas, sehingga tidak menimbulkan berbagai
penafsiran.
c. Dapat diuji dengan data yang dikumpulkan dengan metode-metode ilmiah.

2.7 Contoh Deskripsi Teori Sintesa, Kerangka Berpikir dan Hipotesis


Judul Penelitian : PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP MOTIVASI KERJA
PEGAWAI

Teori yang digunakan dalam penelitian adalah teori kepemimpinan dan motivasi kerja

Paradigma Penelitian (model hubungan antara variabel)

X = Kepemimpinan

Y = Motivasi

Teori :

- Teori Kepemimpinan
1. Leadership is the process of influencing other people for the purpose of achieving
shared goals (Megginson)
Kepimimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan bersama
2. Leadership is the process where by one individual influence other group members
toward the attainment of define goal group or organizational goal (Jerald
Greenberg, Robert A Baron, 1997 433, Behavior In Organizations
Kepemimpinan adalah proses dimana seseorang individu mempengaruhi anggota
kelompok lain untuk mencapai tujuan kelompok atau organisasi yang telah
ditentukan.
- Sintesa
Kepemimpinan adalah proses dimana seseorang individu mempengaruhi orang lain
untuk mencapai tujuan kelompok atau organisasi
- Teori Motivasi :
1. Is the set process that arose direct, and maintain human behavior toward attaining
some goal (Grenberg, Baron. 2001)

23
Motivasi adalah proses yang dapat membangkitkan, mengarahkan dan
memelihara perilaku orang untuk mencapai beberapa tujuan
2. Is a set as factors that cause people to behave in certain ways. (Griffin, Moorhead.
2000)
Motivasi merupakan faktor-faktor yang menyebabkan orang memilih jalan
tertentu
- Sintesa
Motivasi adalah seperangkat faktor yang dapat membangkitkan, mengarahkan dan
memelihara perilaku seseorang untuk memilih jalan tertentu dalam mencapai tujuan

Kerangka Berpikir

Bila kepemimpinan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi orang lain, maka
pengaruh tersebut akan membangkitkan, mendorong, dan memelihara perilaku sesorang
mencapai tujuan.

Hipotesis

Ada pengaruh yang positifn antara kepemimpinan dan motivasi kerja (Sugiyono, 2013).

24
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari materi diatas dapat disimpulkan bahwa dalam landasan, teori, kerangka
berpikir dan pengajuan hipotesis ini terdiri dari pengertian teori yaitu suatu
konseptualisasi yang umum, kemudian membahas tingkatan dan focus teori, kegunaan
teori dalam penelitian yang ternyata sangat banyak sekali salah satunya yaitu
memperjelas dan membatasi permasalahan yang diteliti, kemudian membahas deskripsi
teori, kerangka berpikir, hipotesis dan yang paling penting yaitu contoh dari deskripsi
teori sintesa, kerangka berpikir dan hipostesis

3.2 Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para
pembaca.

25
DAFTAR PUSTAKA

Sugiyono, D. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan.

26

Anda mungkin juga menyukai