Askep Fraktur

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

MODUL AJAR

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN


KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN
AKIBAT PATOLOGIS SISTEM MUSKULOSKELETAL; FRAKTUR

OLEH
Ns. ESTI SORENA, S.Kep, SKM, M.Kes

PRODI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada saya sehingga modul Keperawatan Medikal Bedah II ini dapat
tersusun. Modul ini merupakan alat bantu mahasiswa program Studi Keperawatan DIII
FMIPA Universitas Bengkulu dalam meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang
keperawatan medikal bedah
Kami menyadari bahwa Ilmu keperawatan berkembang sangat pesat dan buku
panduan pembelajaran ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, dengan
kerendahan hati kami mengharapkan pembaca/pengguna buku ini selalu
menyesuaikan dengan perkembangan ilmu yang ada dengan selalu membaca berbagai
buku lainnya dan tidak selalu terpaku pada modul ini.
Saran dan masukan yang ditunjukan untuk penyempurnaan buku pembelajaran
Keperawatan Medikal Bedah II sangat kami harapkan. Semoga modul ini dapat
bermanfaat dan membantu mahasiswa dalam proses pembelajaran.

Bengkulu, Februari 2022

Penyusun

iv
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN
AKTIVITAS DAN LATIHAN AKIBAT PATOLOGIS SISTEM
MUSKULOSKELETAL; FRAKTUR

A. Deskripsi

Fraktur merupakan terputusnya kontinuitas jaringan tulang baik lengkap maupun


tidak lengkap yang umumnya disebabkan oleh tekanan atau rudapaksa eksternal yang
datang lebib besar daripada yang dapat diserap oleh tulang. Jika terjadi fraktur maka
bukan hanya tulang yang bermasalah tapi jaringan lunak sekitarnya juga akan
terganggu, seperti otot, pembuluh darah dan jaringan saraf (Black & Hawks, 2014)
Jenis-jenis fraktur dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, sebagai berikut:
(Smeltzer, 2018)

1. Menurut sifat fraktur:


a) Fraktur tertutup (Closed)  memiliki kulit yang masih utuh di atas
lokasi cidera atau tidak menyebabkan robekan di kulit
b) Fraktur terbuka (Compound/open)  robeknya kulit di atas cidera
tulang atau adanya bagian tulang yang mencuak keluar yang mungkin
terkontaminasi dengan lingkungan

5
2. Menurut komplet atau ketidakkompletan fraktur:
a) Fraktur Komplet  patah diseluruh penampang lintang tulang, yang
sering kali tergeser
b) Fraktur inkomplet  disebut juga fraktur greenstick. Patah terjadi
hanya pada sebagian dari penampang lintang tulang
3. Menurut jumlah garis patah:
a) Fraktur kominutif  garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan
b) Fraktur segmental  garis patah lebih dari satu, tetapi tidak
berhubungan. Jika ada dua garis patah, disebut fraktur bifocal
c) Fraktur multiple  Garis patah lebih dari satu, tetapi pada tulang
yang berlainan tempatnya, misalnya faktur femur dan fraktur tulang
belakang

Tanda dan Gejala fraktur menurut Smeltzer (2018) dijabarkan sebagai berikut:

6
1) Nyeri Akut dan Nyeri Tekan
2) Deformitas  fragmen tulang berpindah dari tempatnya
3) Bengkak  edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravasasi
darah terjadi dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur
4) Spasme otot  spasme involunter dekat fraktur
5) Kehilangan sensasi  mati rasa, mungkin terjadi akibat kerusakan
saraf atau perdarahan
6) Pemendekan ektremitas
7) Hilangnya darah
8) Krepitus

Fraktur biasanya menyertai trauma sehingga pemerikasaan Airway, Breathing,


Circulation dan EKG perlu dilakukan untuk menilai apakah mungkin terjadi syok atau
tidak. Setelah dinyatakan tidak ada masalah, selanjutnya lakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik secara detail. Golden periode pada pasien fraktur adalah 1-6 jam,
setelah terjadi kecelakaan, jika lebih dari 6 jam komplikasi akan muncul seperti infeksi
B. Komplikasi

Fraktur dapat menimbulkan komplikasi yang bisa terjadi segera atau yang lambat,

7
sebagai berikut:
1) Komplikasi segera:
a) Kerusakan arteri,
b) Syndrome kompartemen  keadaan peningkatan tekanan yang
berlebihan didalam satu ruangan yang disebabkan perdarahan massif
pada suatu tempat
c) Sindrome embolime lemak  adanya tetesan lemak yang masuk
kedalam pembuluh darah. Faktor risiko terjadinya emboli lemak
meningkat pada 70- 80 tahun
d) Infeksi  biasa terjadi pada kasus fraktur terbuka atau pada kasus
penggunaan pin dan plat pada pembedahan
e) Syok  terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang menyebabkan menurunnyya oksigenasi.
f) Nekrosis vascular
2) Komplikasi waktu lama, meliputi
a) Delayed Union  Kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan
waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung atau proses
penyembuhan yang lebih lambat dari keadaan normal
b) Nonunion  Kegagalan fraktur berkonsolidasi dan memproduksi
sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan
c) Malunion  Penyembuhan tulang yang ditandai dengan peningkatan
kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas)

C. Proses penyembuhan tulang

Tahap penyembuhan tulang menurut Black & Hawks (2014) sebagai berikutz:
1. Stadium Hematoma/Inflamatoris  Waktu 1-3 hari, pembentukan
hematoma pada lokasi fraktur. Darah membentuk gumpalan di antara
fragmen fraktur. Terjadi nekrosis pada tulang karena hilangnya suplai
darah kedaerah terluka. Terjadi dilatasi vascular sebagai respon akumulasi
sel-sel mati dan debris

2. Pembentukan Fibrokartilago  3 hari sampai 2 minggu, Fibroblas,

8
osteoblas, dan kondroblas bermigrasi ke daerah fraktur sebagai akibat
inflamasi akut, dan kemudian membentuk fibrokartilago. Pembentukan
jaringan fibrosa awal ini kadang disebut sebagai kalus primer.
3. Pembentukan kalus  2-6 minggu, jaringan granulasi matur menjadi kalus
provisional (pro-kalus) saat kartilago baru dan matrikstulang tersebar
melalui kalus primer. Pro kalus besar dan longgar.
4. Penulangan  3 minggu sampai 6 bulan, kalus permanen dari tulang keras
akan menyebrangi gap fraktur diantara periosteum dan korteks untuk
bergabung dengan fragmen-fragmen.
5. Konsolidasi dan Remodeling  6 bulan sampai 1 tahun, kallus yang tidak
dibutuhkan akan reabsorbsi atau dibuang dari lokasi penyembuhan tulang,
proses reabsorbsi dan deposisi disepanjang garis tekanan akan
memungkinkan tulang menahan beban yang diberikan padanya.

D. Patofisiologi

Fraktur merupakan gangguan pada tulang yang disebabkan oleh trauma, stress,
gangguan fisik, gangguan metabolic, dan proses patologis. Keparahan dari fraktur
tergantung pada gaya yang menyebabkan fraktur. Saat terjadi fraktur, otot yang
melekat pada ujung tulang dapat terganggu. Otot dapat mengalami spasme dan
menarik fragmen fraktur keluar posisi. Fraktur tertutup atau terbuka dapat mengenai

9
serabut saraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Setelah terjadi
fraktur, periosteum, pembuluh darah dan saraf dikorteks serta sumsum tulang dari
tulang yang patah juga terganggu. Dan juga terjadi cidera jaringan lunak. Perdarahan
terjadi karena cidera jaringan lunak atau cidera pada tulang itu sendiri. Pada saluran
sumsum (medulla) akan terjadi proses hematoma pada fragmen-fragmen tulang dan
dibawah periosteum. Jaringan tulang disekitar lokasi fraktur akan mati dan akan
terjadi respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, edema, nyeri, kehilangan
fungsi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Proses patologis ini
merupakan tahap awal dari penyembuhan tulang. (Black & Hawks, 2014).

10
Trauma, stress, gangguan fisik, gangguan metabolic,
dan proses patologis

Fraktur

Kerusakan struktur Mobilisasi Cedera Sel Laserasi Kulit edema


tulang dan jaringan Lemak
sekitarnya

Pelepasan Mediator Port the Entry Penekanan jaringan


Terabsorbsi masuk Kimia Kuman vascular dan saraf
Ke darah
Putus Vena/arteri
Nociseptor Risiko Infeksi

Penurunan
Perdarahan ALiran darah
Oklusi Arteri Paru
Medulla
Emboli Spinalis
Resiko Gangguan Fungsi
Kekurangan Neuromuskular
Nekrosis jaringan Korteks Serebri
VolumeCaian paru

Penurunan Difusi gas Nyeri

Gangguan difusi
gas

E. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan pada pasien dengan fraktur yaitu :
1) Pemeriksaan Foto Rontgen  untuk memastikan lokasi dan luas fraktur
2) CT/MRI scan  Memperlihatkan fraktur secara lebih detail dan
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak lebih jelas
3) Darah Lengkap  penurunan Jumlah Hb menunjukkan perdarahan hebat.
Selain itu peningkatan jumlah leukosit dapat terjadi sebagai respon
terjadinya inflamasi atau infeksi. Hematokrit mungkin meningkat atau
menurun

11
4) Kreatini  Trauma otot akan menyebaban peningkatan beban kreatinin
untuk klirens ginjal
5) Profil koagulasi  perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah dan
transfuse multiple
F. Penatalaksanaan

1) Reduksi fraktur terbuka atau tertutup  reduksi tertutup dilakukan


dengan traksi manual atau mekanis. Reduksi terbuka dilakukan denan
menggunakan alat fiksasi internal seperti Pen, kawat, skrup, dan plat
melalui operasi Open reduction internal ficsation (ORIF).
2) Imobilisasi fraktur
3) Pemberian Fiksasi Internal atau eksternal
G. Rencana Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Pasien  Nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, suku,
bangsa, pendidikan, pekerjaan, tgl. MRS, diagnosa medis, no. registrasi.
b. Keluhan Utama  umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah
rasa nyeri. Nyeri tersebut bisa akut/kronik tergantung dari lamanya
serangan. Unit memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri
pasien digunakan:
 Provoking inciden  apakah ada peristiwa yang menjadi faktor
presipitasi nyeri.
 Quality of pain  seperti apa rasa nyeri yang dirasakan pasien.
Apakah seperti terbakar, berdenyut atau menusuk.
 Region radiation, relief  apakah rasa sakit bisa reda, apakag
rasa sakit menjalar/menyebar dan dimana rasa sakit terjadi.
 Saverity (scale of pain)  seberapa jauh rasa nyeri yang
dirasakan pasien, bisa berdasarkan skala nyeri/pasien
menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi
kemampuan fungsinya.
 Time  berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah
bertambah buruk pada malam hari/siang hari.

12
c. Riwayat penyakit sekarang  kaji Riwayat Jatuh atau trauma pada
tulang, Imobilisasi, Nyeri pada area fraktur, Nyeri yang diperburuk oleh
gerakan, adanya bengkak, kebiruan, pucat/perubaahn warna kulit dan
kesemutan
d. Pemeriksaan Fisik  Hal yang dapat ditemukan pada Pemeriksaan
Fisik:
 Rotasi keluar pada ektremitas yang fraktur
 adanya bagian extremitas yang terlihat lebih pendek
 ROM yang terbatas atau abnormal
 Edema dan perubahan warna pada sekitar jaringan
 Tulang yang menembus kulit pada fraktur terbuka

2. Diagnosis Keperawatan (SDKI), Luaran (SLKI) dan Intervensi (SIKI)


Pada tabel dibawah ini, akan disajikan 5 diagnosis keperawatan beserta
luaran dan Intervensi keperawatan yang umum muncul pada pasien dengan
fraktur

13
No
Diagnosis Keperawatan Luaran Intervensi
Dx
1 Nyeri Akut Berhubungan Setelah dilakukan Manajemen Nyeri Observasi
dengan terputunya tindakan keperawatan 1. Identifikasi lokasi,
jaringan tulang, gerakan selama …. X 24 jam tingkat karakteristik, durasi,
fragmen tulang, edema dan nyeri menurun dengan frekuensi, kualitas,
cidera pada jaringan, alat kriteria hasil: intensitas nyeri
traksi, stress dan ansietas. 1. Keluhan Nyeri 2. Identifikasi skala nyeri
Ditandai dengan: menurun 3. Identifikasi respon nyeri
Gejala dan tanda mayor: 2. Meringis menurun nonverbal
DS: Mengeluh Nyeri 3. Gelisah menurun 4. Identifikasi faktor yang
DO: 4. Kesulitan tidur memperberat dan
- Tampak meringis menurun memperingan nyeri
- Gelisah 5. Frekuensi nadi 5. Identifikasi pengaruh
- Frekuensi nadi membaik budaya terhadap respon
meningkat 6. Diaforeis menurun nyeri
- Sulit tidur 7. Nafsu makan 6. Identifikasi pengaruh
Gejala dan tanda Minor: membaik nyeri pada kualitas hidup
DS:- 8. Tekanan darah 7. Monitor keberhasilan
DO: membaik terapu komplementer
- TD meningkat 9. Pola napas membaik yang sudah diberikan
- Pola napas berubah 8. Monitor efek samping
- Nafsu makan berubah penggunaan analgetik
- Proses berpikir Terapeutik
terganggu 1. Berikan tehnik
- diaforesis nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri,
misalnya TENS, terapi
music, terapi pijat,
aromaterapi, dan lain-lain
Edukasi
1. Jelaskan penyebab
periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri

3.Anjurkan memonitor nyeri


secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan tehnik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

14
Gangguan Integritas Setelah dilakukan Perawatan luka
kulit/jaringan berhubungan tindakan keperawatan Observasi
dengan selama…. x24 jam 1) Monitor karakteristik luka
tekanan, perubahan status integritas kulit dan (mis : drainase, warna,
metabolik, kerusakan jaringan meningkat ukuran, bau)
sirkulasi dan penurunan dengan kriteria hasil : 2) Monitor tandatanda
sensasi ditandai dengan 1) Elastisitas infeksi
oleh terdapat luka / meningkat Terapeutik
ulserasi, kelemahan, 2) Hidrasi meningkat 1) Lepaskan balutan dan
penurunan berat badan, 3) Perfusi jaringan plester secara perlahan
turgor kulit buruk, menigkat 2) Cukur rambut di sekitar
terdapat jaringan nekrotik. 4) Kerusakan jaringan daerah luka, jika perlu
Ditandai dengan : menurun 3) Bersihkan luka dengan
Gejala dan Tanda Mayor: 5) Kerusakan lapisan cairan NaCl atau
Subjektif  (tidak tersedia) kulit menurun pembersih nontoksik,
Objektif  Kerusakan 6) Nyeri menurun sesuai kebutuhan
jaringan dan/atau lapisan 4) Bersihkan jaringan
7) Perdarahan
kulit nekrotik
menurun
Gejala dan Tanda Minor: 5) Berikan salep yang sesuai
Subyektif  (tidak 8) Kemerahan ke kulit/lesi, jika perlu
tersedia) menurun 6) Pasang balutan sesuai
Objektif Nyeri, 9) Hematoma menurun jenis luka
Perdarahan, Kemerahan, 10) Pigmentasi 7) Pertahankan tekhnik
Hematoma abnormal menurun steril saat melakukan
11) Jaringan parut perawatan luka
menurun 8) Ganti balutan sesuai
12) Nekrosis menurun eksudat dan drainase
13) Suhu kulit membaik 9) Jadwalkan perubahan
14) Sensasi membaik posisi setiap 2 jam atau
sesuai kondisi pasien
10) Berikan diet dengan kalori
30- 35 kkal/kg BB/ hari
dan protein 1,225- 1,5
g/Kg BB/hari
11) Berikan suplemen vitamin
dan mineral ( mis vit A, C,
Zinc, asam amino) sesuai
indikasi
Edukasi
1) Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
2) Anjurkan mengkonsumsi
makanan tinggi kalori dan
protein
3) Ajarkan prosedur
perawatan luka secara
mandiri

15
Kolaborasi
1) Kolaborasi prosedur
debridement (mis
enzimatik, biologis,
mekanis, autolitik), jika perlu
2) Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu

Perawatan Traksi
Observasi
1) Monitor kemampuan
perawatan diri saat
terpasang traksi
2) Monitor alat viksasi
ekternal
3) Monitor tempat insersi
pen (pin)
4) Monitor tanda-tanda
kerusakan integritas kulit
apa area penonjolan
tulang
5) Monitor sirkulasi,
pergerakan, dan sensasi
pada ekstremitas yang
cedera
6) Monitor adanya
komplikasi imobilisasi
Terapeutik
1) Posisikan tubuh pada
kesejajaran(aligme
nt)yang tepat
2) Pertahankan posisi baring
yang tepat ditempat tidur
3) Pastikan beban traksi
terpasang tepat
4) Pastikan tali dan katrol
bebas menggantung
5) Pastikan tarikan tali dan
beban tetap berada
disepanjang sumbu tulang
fraktur
6) Amankan beban traksi
saat menggerakkan pasien
7) Lakukan perawatan area
insersi pin
8) Lakukan perawatan kulit
pada area-area gesekan
9) Pasang trapesius
(trapeze) untuk bergerak
ditempat tidur,jika
tersedia
Edukasi
1) Anjurkan perawatan alat
penopang (brace), sesuai
kebutuhan

16
2) Anjurkan perawatan alat
viksasi eksternal,sesuai
kebutuhan

17
3) Anjurkan pentingnya
nutrisi yang memadai
Untuk penyembuhan tulang
3 Gangguan Mobilitas Fisik Setelah dilakukan Dukungan ambulasi
berhubungan dengan tindakan keperawatan Tindakan
nyeri/ ketidaknyamanan, selama…. x24 jam Observasi
kerusakan muskuloskletal, mobilitas fisik 1) Identifikasi adanya nyeri
terapi pembatasan meningkat dengan atau keluhan fisik lainya
aktivitas, dan penurunan kriteria hasil : 2) Identifikasi toleransi fisik
kekuatan/tahanan. ditandai 1) Pergerakan melakukan ambulasi
dengan : ekstrimitas 3) Monitor frekwensi jantung
Gejala dan tanda mayor: meningkat dan tekanan darah
Subjektif  mengeluh sulit 2) Kekuatan otot sebelum memulai
menggerakan ektremitas meniingkat ambulasi
Objektif  1. kekuatan otot 3) Rentang gerak ROM 4) Monitor kondisi umum
menurun, 2. rentang gerak meningkat selama melakukan
rom menurun 4) Nyeri menurun ambulasi
Gejala dan tanda minor: Terapeutik
5) Kecemasan
1) Nyeri saat bergerak menurun 1) Fasilitasi aktifias ambulasi
2) Enggan melakukan
pergerakan
6) Kaku sendi menurun dengan alat banu (mis,
tongkaat,kruk)
3) Merasa cemas untuk 7) Gerakan tidaak
bergerak terkoordinasi 2) Fasilitasi melakukan
4) Sendi kaku menurun mobilitasi fisik jika perlu
5) Gerakan tidak 8) Gerakan terbatas 3) Libatkan keluarga untuk
terkoordinasi menurun membantu psien dalam
6) Gerakan terbatas 9) Kelemahan fisik meningkatkan ambulsi
7) Fisik lemah menurun Edukasi
1) Jelaskan tujuan dan
prosedur ambulasi
2) Anjurkan melakukan
ambulasi dini
3) Ajarkan ambulasi
sederhana yang harus di
lakukan ( mis, berjalan
dari tempat tidur ke kursi
roda , berjalan dari tempat
tidur ke kamar mandi,
berjalan sesuai toleransi.
Latihan Rentang Gerak
Observasi
1) Identifikasi indikasi
dilakukan latihan
2) Identifikasi keterbatasan
pergerakan sendi
3) Monitor lokasi
ketidaknyamanan atau
nyeri pada saat bergerak
Terapeutik
1) Gunakan pakaian yang
longgar
2) Cegah terjadinya cedera
selama latihan rentang
gerak dilakukan
3) Fasilitasi mengoptimalkan
posisi tubuh untuk
pergerakan sendi yang
aktif dan pasif.

18
4) Lakukan gerakan pasif
dengan bantuan sesuai
dengan indikasi
5) Berikan dukungan posittif
pada saat melakukan
latihan gerak sendi
Edukasi
1) Jelaskan tujuan dan
prosedur latihan
2) Anjurkan melakukan
rentang gerak pasif dan
aktif secara sistematis
3) Menganjurkan duduk
ditempat tidur atau
dikursi,jika perlu
4) Ajarkan rentang gerak
aktif sesuai dengan
program latihan
Kolaborasi
1) Kolaborasi dengan
fisioterapis
mengembangkan program
latihan, jika perlu
4 Risiko Infeksi ditandai Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi
dengan stasis cairan tubuh, tindakan keperawatan Observasi
respons inflamasi tertekan, selama…x24 jam 1) Monitor tanda dan gejala
prosedur invasif dan jalur diharapkan tingkat infeksi lokal dan sistemik
penusukkan, infeksi menurun dengan Terapeutik
luka/kerusakan kulit, insisi kriteria hasil : 1) Batasi jumlah pengunjung
pembedahan 1) Demam menurun 2) Berikan perawatan kulit
2) Kemerahan pada area edema
menurun 3) Cuci tangan sebelum dan
3) Nyeri menurun sesudah kontak dengan
4) Bengkak menurun pasien dan lingkungan
5) Kadar sel darah pasien
putih membaik 4) Pertahanakan tehnik
aseptik pada pasien
berisiko tinggi
Edukasi
1) Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
2) Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
3) Ajarkan cara memriksa
kondisi luka atau luka
operasi
4) Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
5) Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
5 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan Reduksi Ansietas
dengan kurang terpapar tindakan keperawatan Observasi
informasi ditandai dengan: selama… x 24 jam, 1) Identifikasi saat tingkat
Gejala dan tanda mayor: diharapkan tingkat ansietas berubah (mis.
Data Subjektif ansietas membaik Kondisi, waktu, stressor)
1) Merasa bingung dengan kriteria hasil: 2) Identifikasi kemampuan
2) Merasa khawatir 1) Verbalisasi mengambil keputusan
dengan akibat dari kebingungan 3) Monitor tanda-tanda

19
kondisi yang dihadapi Menurun ansietas (mis. Verbal dan
3) Sulit berkonsentrasi Data 2) Verbalisasi khawatir non verbal)
Objektif akibat kondisi yang Terapeutik
1) Tampak gelisah dihadapi Menurun 1) Ciptakan suasan
2) Tampak tegang 3) Perilaku gelisah terapeutik untuk
3) Sulit tidur Menurun menumbuhkan
Gejala dan tanda minor: 4) Perilaku tegang kepercayaan
Data Subjektif Menurun 2) Temani pasien untuk
1) Mengeluh pusing 5) Keluhan pusing mengurangi kecemasan,
2) Anoreksi Menurun jika memungkinkan
3) Palpitasi 6) Anoreksia Menurun 3) Pahami situasi yang
4) Merasa tidak berdaya Data 7) Palpitasi Menurun membuat ansietas
Objektif
8) Diaforesis Menurun 4) Dengarkan dengan penuh
1) Frekuensi napas
meningkat
9) Tremor Menurun perhatian
2) Frekuensi nadi 10) Pucat Menurun 5) Gunakan pendekatan yang
meningkat 11) Konsentrasi tenang dan meyakinkan
3) Tekanan darah membaik 6) Tempatkan barang pribadi
meningkat 12) Pola tidur Membaik yang memberikan
4) Diaforesis 13) Frekuensi kenyamanan
5) Tremor perrnapasan 7) Motivasi mengidentifikasi
6) Muka tampak pucat Membaik situasi yang memicu
7) Suara bergetar 14) Frekuensi nadi kecemasan
8) Kontak mata buruk Membaik Tekanan 8) Diskusikan perencanaan
9) Sering berkemih darah Membaik yang realistis tentang
10) Berorientasi pada peristiwa yang akan
masa lalu datang
Edukasi
1) Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami
2) Informasikan secara
faktual mengenai
diagnosis, pengobatan dan
prognosis
3) Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien, jika
perlu
4) Anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai
kebutuhan
5) Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
6) Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi
ketegangan
7) Latih penggunaan
mekanisme pertahanan
diri yang tepat
8) Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu

20
H. Penugasan
Nah, agar anda mampu memperdalam pengetahuannya tentang fraktur,
selanjutnya anda diminta untuk mengerjakan penugasan berikut ini.
Anda akan diberikut ilustrasi kasus dan silakan dijawab pertanyaan.
Seorang laki-laki berumur 35Thn, Dirawat diruang bedah orthopedic
dengan keluhan nyeri pada kaki kiri karena kecelakaan mobil. Saat
pengkajian Pasien mengeluh nyeri pada tungkai kiri yang terpasang skin
traksi. Extremitas bawah kanan lebih panjang 3 cm dari ektreimitas
bawah kiri. Tungkai terpasang fiksasi internal yang terbalut kasa pada
tibia 1/3 proximal. Nyeri dirasakan seperti disayat-sayat. Nyeri
bertambah bila sedang dilakukan perawatan luka. Skala nyeri 8 pada
rentang 0-10. Nyeri berkurang bila sedang diistirahatkan. Selain itu,
akibat nyeri pasien malas untuk bergerak. Hasil pengkajian fisik : RR 22
x/I, N:110x/I, TD 130/80 mmhg, S: 37,9C. CRT kuku kaki 3 detik. Data
lab: HB, 10,3 g/dl, hematokrit 36%, leukosit 13.000/mm3. Trombosit
450.000 mm/gr dl, protein total 6,8 g/dl. Pasien mendapatkan terapi
metronidazol 2 x 500 mg drips, vit b dan vit c 3 x1, IVFD RL 15/m gtt, Calc
3x1, diet TKTP.

1. Identifikasi Istilah, Jelaskan !


2. Jelaskan jenis-jenis fraktur !
3. Identifikasi pemeriksaan penunjang !
4. Lakukan analisis pengkajian berdasarkan kasus !
5. Buat pathway berdasarkan kasus !
6. Tentukan diagnosis keperawatanya!
7. Susunlah luaran dan intervensi berdasarkan kasus!
Petunjuk pengerjaan Tugas I.
1. Tugas dikerjakan secara individual
2. Setiap Mahasiswa akan membuat makalah berdasarkan pertanyaan pada
kasus
3. Makalah terdiri dari Sampul, isi/pembahasan dan daftar pustaka
4. Buku rujukan atau artikel minimal 10 tahun terakhir

21
DAFTAR PUSTAKA

Berman, A., Snyder, S.J., Frandsen, G. (2016). Kozier & Erb’s Fundamentals of
Nursing: Concepts, Process, and Practice (Tenth Edition). New York: Pearson
Education, Inc.

Black, J dan Hawks, J. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk
Hasil yang Diharapkan. Dialihbahasakan oleh Nampira R. Jakarta: Salemba
Emban Patria.

DeLaune, S.C., & Ladner, P.K. (2002). Fundamental of Nursing : Standart and
practice 2nd ed. New York : Delmar Thomson Learning Inc

https://www.google.com/search?
q=tulang+aksial&safe=strict&source=lnms&tbm=isch
&sa=X&ved=0ahUKEwjOrfeBjpXgAhWFNY8KHTY9CVoQ_AUIDigB&biw=136
6&bih =657#imgrc=Eaja5Yg502aREM

Margareth, C. &. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah & Penyakit Dalam.
Yogyakarta: EGC.
Nurarif, A. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis. Jogjakarta: Mediaction Jogja.

Potter, P., A & Perry, A., G., (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi
Ketujuh, Buku Ketiga. EGC: Jakarta
Rendi, M. C. (2014). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit Dalam.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Ross and Wilson. (2014). Dasar-dasar Anatomi dan Fisiologi. Penerjemah Elly
Nurachmah dan Rida Angraini, Salemba Medika; JAKARTA.

Sloane, Ethel. (2004). Anatomy and physiology: an easy learner. Diterjemahkan


oleh: James Veldman, EGC: Jakarta.
Smeltzer, S. C. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddarth. Edisi 12.
Jakarta: Kedokteran EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (1st
ed.).Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I).
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

22
Timby B. K., Smith, N. E., (2010). Introductory Medical-Surgical Nursing. 10 edition.
Wolter Kluwer;Lippincott Williams & wilkins

Tortora, GJ, Derrickson, B. (2012). Principles of Anatomy & Physiology 13th Edition.
United States of America: John Wiley &

23

Anda mungkin juga menyukai