Telaah Pembayaran KJM

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

TELAAH HUKUM

URGENSI PERLUNYA PEMBARUAN ATURAN TENTANG PEMBAYARAN


KELEBIHAN JAM MENGAJAR WIDYAISWARA
PADA BADAN LITBANG DAN DIKLAT KEMENTERIAN AGAMA

Widyaiswara sebagaimana diatur dalam PermenPAN-RB Nomor 42 Tahun 2021


adalah PNS yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh untuk
melaksanakan kegiatan pelatihan, pengembangan pelatihan, dan penjaminan mutu pelatihan
dalam rangka pengembangan kompetensi yang berkedudukan di lembaga penyelenggara
pelatihan pada InstansiPemerintah.

Jumlah Widyaiswara yang tidak mencukupi atau sebanding dengan jumlah Diklat
yang harus ditangani, membuat Widyaiswara harus bekerja melebihi jumlah jam efektif
pegawai. Kondisi ini yang mendorong lahirnya kebutuhan pengaturan mengenai jumlah
minimal jam tatap muka Widyaiswara, dimana terhadap kelebihan jam tatap muka,
Widyaiswara dapat diberikan honor sebagai kompensasi atas kelebihan beban yang harus
diterima.

Standar dalam hal syarat-syarat pencairan pembayaran honorarium yang diberikan


atas kelebihan jumlah minimal jam tetap muka bagi widyaiswara pada setiap unit dan UPT
dibawah Badan Litbang dan Diklat belum memiliki pedoman yang baku untuk meng-
akomodir setiap kasus/ permasalahan baik secara admnistratif maupun teknis. Bahwa dalam
rangka menunjang pelaksanaan kegiatan Kewidyaiswaraan di lingkungan Badan Litbang dan
Diklat Kementerian Agama tersebut, dipandang perlu adanya pedoman dalam menetapkan
standar untuk syarat-syarat pembayaran honorarium yang diberikan atas kelebihan jumlah
minimal jam tatap muka bagi jabatan fungsional Widyaiswara.

Dasar Hukum:
1. Peraturan Menteri PAN-RB Nomor 42 Tahun 2021 tentang Jabatan Fungsional
Widyaiswara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 1037);
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 60/PMK.02/2021 tentang Standar Biaya
Masukan Anggara 2021 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 658);
3. Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 43 Tahun 2015 tentang
Pedoman Penetapan Pembayaran Honorarium yang Diberikan Atas Kelebihan Jumlah
Minimal Jam Tatap Muka Bagi Jabatan Fungsional Widyaiswara (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1960);
4. Peraturan Lembaga Administrasi Negara Nomor 16 Tahun 2020 tentang Komunitas
Belajar Bagi Jabatan Fungsional Widyaiswara (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2020 Nomor 1739);
5. Keputusan Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Nomor 10 Tahun
2016 tentang Perubahan Atas Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Serta
Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Agama Nomor BD/54/2014 tentang Jam
Mengajar Widyaiswara Kementerian Agama;
6. Surat Edaran Kepala LAN Nomor 16/K.1/HKM.02.3/2021 tentang Penetapan Jam
Pelajaran yang Diakui Sebagai Jam Tatap Muka Dalam Rangka Pemenuhan Jam
Minimal Bagi Pejabat Fungsional Widyaiswara.

Tinjauan Hukum :

1. PMK Nomor 60/PMK.02/2021, pada bagian Penjelasan SBM TA 2022, angka 22.3 :
Honorarium dapat diberikan kepada pengajar yang berasal dari dalam satuan kerja
penyelenggara baik widyaiswara maupun pegawai lainnya baik yang dilaksanakan
secara langsung (offline) maupun daring (online) melalui aplikasi secara live dan
bukan rekaman/ hasil tapping. Bagi widyaiswara, honorarium diberikan atas
kelebihan jumlah minimal jam tatap muka. Ketentuan jumlah minimal tatap
muka mengacu pada ketentuan yang berlaku.

2. PerkaLAN Nomor 43 Tahun 2015, pada bagian Lampiran, BAB I huruf B. Maksud
dan Tujuan :
(1) Pedoman ini dimaksudkan sebagai penetapan pembayaran honorarium yang
diberikan atas kelebihan jumlah minimal jam tatap muka bagi Widyaiswara yang
bekerja di lembaga diklat pemerintah baik pusat maupun daerah.
(2) Pedoman ini bertujuan untuk memberikan kejelasan dalam perhitungan penetapan
pemberian honorarium atas kelebihan jumlah minimal jam tatap muka bagi
Widyaiswara sehingga ada keadilan terhadap Widyaiswara dalam hal terjadi
kelebihan jumlah minimal jam tatap muka.
3. PerkaLAN Nomor 43 Tahun 2015, pada bagian Lampiran, BAB II huruf B. Dasar
Pertimbangan :
Penetapan Pembayaran honorarium atas kelebihan jumlah minimal jam tatap muka
bagi Widyaiswara didasarkan pada pertimbangan :
(1) Kebutuhan riil pegawai pada suatu instansi pemerintah:
a. Pegawai yang dibutuhkan oleh instansi pusat dan daerah berdasakna analisis
beban kerja;
b. Jumlah formasi ideal untuk suatu instansi dilihat dari jenis pekerjaan yang
harus dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu; dan
c. Persyaratan minimal untuk melaksanakan tugas pekerjaan.
(2) Formasi beban kerja yang cukup bagi pejabat fungsional Widyaiswara.
(3) Jumlah Widyaiswara yang dibutuhkan oleh Unit Diklat Instansi Pemerintah
disesuaikan degna renca program diklat minimal (berdasarkan Rencana Strategis
(Resnstra) 5 tahunan pada instansi masing-masing).
(4) Spesialisasi/ kompetensi masing-masing Widyaiswara sebagai dasar untuk
mengampu mata Diklat.
(5) Tugas tatap muka tidak dapat diperhitungkan secara mandiri karena tugas pokok
Widyaiswara terdiri dari ebberapa tugas yang saling terkait dan mempengaruhi.
Oleh karena itu tuugas pokok selain tatap muka harus tetap diperhitungkan dalam
jumalh minimal jam tatap muka.
(6) Mempertimbangkan bahwa tidak seluruh organisasi pemerintah menggunakan
perhitungan jam efektif pegawai sebesar 1200 jam per tahun, maka perhitungan
jam minimal tatap muka Widyaiswara dapat disesuaikan dengan pengaturan jam
efektif pegawai di organisasi yang bersangkutan dengan memperhitungkan
rumus/ cara perhitungan sesuai dengan aturan yang tercantum dalam Peraturan
ini.

4. PerkaLAN Nomor 43 Tahun 2015, pada bagian Lampiran, BAB II huruf C.


Penetapan:
Penetapan pembayaran honorarium atas kelebihan jumlah minimal jam tatap muka
bagi Widyaiswara untuk masing-masing satuan organisasi Pemerintah Pusat dan
Daerah, ditetapkan oleh Pimpinan Instansi masing-masing pada ketentuan
Peraturan ini.
5. PerkaLAN Nomor 43 Tahun 2015, pada bagian Lampiran, BAB II huruf D.
Pengaturan dan Pengendalian :
(1) Pengaturan dan teknis pengendalian pelaksanaan pembayaran honorarium
atas kelebihan jumlah minimal jam tatap muka bagi Widyaiswara,
ditetapkan oleh minimal Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama yang menangani
kediklatan di instansi masing-masing dengan mengacu pada pengaturan
pada pedoman ini.
(2) Dalam pelaksanaan pengendalian pembayaran honorarium atas kelenihan jumlah
minimal jam tatap muka bagi Widyaiswara, digunakan kartu kendali kegiatan
Widyaiswara sesuai contoh formulir terlampir.
(3) Lembaga Diklat/unit yang bertanggung jawab dalam pengelolaan kegiatan
Widyaiswara setiap bulan wajib menyusun rekapitulasi kertu kendali yang
digunakan sebagai dasar pembayaran honorarium Widyaiswara.

6. PerkaLAN Nomor 43 Tahun 2015, pada bagian Lampiran, BAB III Rumusan Besara
jumlah Tatap Muka sebagai Dasar Pembayaran Honorarium Atas Kelebihan Jumlah
Minimal Jam Tatap Muka Bagi Jabatan Fungsional Widyaiswara, huruf A dst.

7. Keputusan Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Nomor 10 Tahun
2016, diktum KESATU:
Menetapkan jumlah jam minimal mengajar widyaiswara Kementerian Agama
sebanyak 32 jam setiap bulan sebagaimana Peraturan Kepala Lembaga Administrasi
Negara Nomor 43 Tahun 2015.

8. Keputusan Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Nomor 10 Tahun
2016, diktum KEDUA:
Jumlah jam mengajar yang dihitung untuk mendapatkan honorarium kelebihan jumlah
jam mengajar adalah hasil penjumlahan jam tatap muka dan jam non-tatap muka apda
kegiatan diklat yang dibiayai oleh DIPA instansi tempat widyaiswara.
9. Keputusan Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Nomor 10 Tahun
2016, diktum KESATU:
Rumusan besaran jumlah jam tatap muka sebagai dasar pembayaran honorarium atas
kelebihan jumlah minimal jam tatap muka bagi widyaiswara mengacu pada Peraturan
Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 43 Tahun 2015.

10. Hasil Kegiatan Sosialisasi Keputusan Kepala Badan Litbang dan Diklat Nomor 96
Tahun 2021 tentang Standardisasi Laporan Kegiatan Pada Badan Litbang dan Diklat
Kementerian Agama:
Usulan dari salah satunya BDK Semarang tentang Daftar Usul Kebutuhan Regulasi
yang Perlu Dibentuk/Disesuaikan/Diharmonisasi di Lingkungan Badan Litbang dan
Diklat Kementerian Agama mendapat usulan terkait perlu adanya regulasi yang
mengatur mengenai standar lampiran untuk pengajuan pencarian Kelebihan Jam
Mengajar.

11. Surat Edaran LAN Nomor 16/K.1/HKM.02.3/2021


a. Pelatihan dilaksanakan mengacu pada kebijakan mengenai pedoman
kurikulum masing-masing Pelatihan yang ditetapkan oleh LAN, instansi
pembina jabatan fungsional, atau instansi teknis;
b. Jam Minimal adalah JP minimal yang wajib dipenuhi sebagai dasar penetapan
pembayaran honorarium Widyaiswara;
c. JP yang diakui sebagai jam tatap muka dalam rangka pemenuhan Jam Minimal
bagi Widyaiswara ditetapkan mengacu pada pedoman kurikulum sebagaimana
dimaksud pada huruf a;
d. Dalam penyelenggaraan Pelatihan dengan metode pembelajaran full e-
learning atau blended learning, JP sebagaimana dimaksud pada huruf c dapat
diakui pada pembelajaran synchronous dan asynchronous;
e. Pada pembelajaran asynchronous, dapat diakui sebagai JP sebagaimana
dimaksud pada huruf d apabila dalam proses pembelajaran terjadi komunikasi
dan/atau konsultasi antara peserta Pelatihan dengan Widyaiswara mengenai
pendalaman materi pembelajaran/penugasan dan/atau pemantauan pelaksanaan
pembelajaran asynchronous;
f. Komunikasi dan/atau konsultasi sebagaimana dimaksud pada huruf e dapat
dilakukan antara lain dalam bentuk pembuatan tugas, dialog (chat),
mengoreksi tugas, dan lain sebagainya;
g. Komunikasi dan/atau konsultasi sebagaimana dimaksud dalam huruf e dapat
dilakukan dengan berbagai media komunikasi secara daring dan dibuktikan
dengan rekaman, foto, screenshot dan/atau dokumen lain yang membuktikan
terjadinya kegiatan komunikasi/konsultasi tersebut;
h. Penetapan jumlah JP sebagaimana dimaksud pada huruf d mengacu pada
durasi kegiatan komunikasi/konsultasi sebagaimana dimaksud dalam huruf d;
i. Jumlah JP sebagaimana dimaksud pada huruf h paling banyak 3 (tiga) JP
dalam 1 (satu) hari pembelajaran asynchronous;
j. Jumlah JP sebagaimana perhitungan pada huruf h ditetapkan oleh pimpinan
lembaga penyelenggara Pelatihan;
k. Jika terdapat kelebihan perhitungan JP sebagaimana dimaksud pada huruf h,
maka kelebihan tersebut tidak dapat dijadikan dasar pembayaran honorarium
bagi Widyaiswara; dan
l. Selain melalui kegiatan tatap muka, JP sebagaimana dimaksud pada huruf d
juga diakui melalui kegiatan lain (konversi) sebagaimana tercantum dalam
Lampiran Peraturan LAN Nomor 16 Tahun 2020 tentang Komunitas Belajar
bagi Jabatan Fungsional Widyaiswara.

Analisa Hukum

1. Berdasarkan dari Tinjauan Hukum diatas dapat ditemukan beberapa fakta-fakta hukum
sebagai berikut:
a. PerkaLAN Nomor 43 Tahun 2015 secara keseluruhan hanya mengatur perhitungan
penetapan pemeberian honorarium atas kelebihan jumlah minimal jam tatap muka
bagi Widyaiswara;
b. Dasar dari pemberian honorarium atas kelebihan jumlah minimal jam tatap muka 1
mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan tentang Standar Biaya Masukan;
c. Penetapan jumlah jam minimal mengajar widyaiswara Kementerian Agama
sebanyak 32 jam setiap bulan terdapat pada SK Kepala Badan Litbang dan Diklat
Kementerian Agama Nomor 10 Tahun 2016 pada Diktum PERTAMA;

1
PMK Nomor 60/PMK.02/2021, pada bagian Penjelasan SBM TA 2022, angka 22.3
d. Pada tahun 2020 hingga 2021 di masa Pandemi terjadi perubahan metode
pembelajaran dan pelatihan menyesuaikan dengan kondisi pandemi yang terjadi
sehingga LAN mengeluarkan kebijakan-kebijakan baru tentang pendidikan dan
pelatihan, salah satunya SE LAN Nomor 16 Tahun 2021 tentang Penetapan Jam
Pelajaran yang Diakui sebagai Jam Tatap Muka Dalam Rangka Pemenuhan Jam
Minimal Bagi Pejabat Fungsional Widyaiswara.
2. Pada dasarnya peraturan yang berlaku sekarang basisnya dibuat untuk mengakomodir
permasalahan pembayaran honorarium kelebihan jumlah minimal jam tatap muka
widyaiswara setengah dekade lalu hingga sekarang, namun seiring dengan jalannya
waktu tadi, ada beberapa penyesuaian dan perubahan metode pembelajaran dan
pelatihan, sehingga aturan yang lama tersebut perlu ada penyesuaian.
3. PerkaLAN Nomor 43 Tahun 20152 sendiri dalam penetapannya memberikan amanat
Pengaturan dan teknis pengendalian pelaksanaan pembayaran honorarium atas kelebihan
jumlah minimal jam tatap muka bagi Widyaiswara, ditetapkan oleh minimal Pejabat
Pimpinan Tinggi Pratama yang menangani kediklatan di instansi masing-masing dengan
mengacu pada pengaturan pada pedoman ini, sehingga ketentuan tersebut merupakan
mandat dan memberikan peluang untuk dibuatnya pengaturan lebih lanjut terkait dengan
mekanisme pembayaran honorarium atas kelebihan jumlah minimal jam tatap muka bagi
Widyaiswara.
4. Keputusan Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Nomor 10 Tahun
2016 hanya menetapkan aturan-aturan jumlah minimal mengajar Widyaiswara
Kementerian Agama, dan perhitungannya tetap mengacu pada Perka LAN Nomor 43
Tahun 2015. Dalam SK tersebut juga tidak ditemukan ketentuan-ketentuan lebih lanjut
mengenai teknis pembayaran honorarium atas kelebihan jumlah minimal jam tatap muka
bagi Widyaiswara.
5. Hasil Kegiatan Sosialisasi Keputusan Kepala Badan Litbang dan Diklat Nomor 96 Tahun
2021 tentang Standardisasi Laporan Kegiatan Pada Badan Litbang dan Diklat
Kementerian Agama:
Usulan dari salah satunya BDK Semarang tentang Daftar Usul Kebutuhan Regulasi yang
Perlu Dibentuk/Disesuaikan/Diharmonisasi di Lingkungan Badan Litbang dan Diklat
Kementerian Agama mendapat usulan terkait perlu adanya regulasi yang mengatur
mengenai standar lampiran untuk pengajuan pencarian Kelebihan Jam Mengajar.

2
PerkaLAN Nomor 43 Tahun 2015, pada bagian Lampiran, BAB II huruf D angka 1
Kesimpulan:

Jumlah Widyaiswara yang tidak mencukupi atau sebanding dengan jumlah Diklat
yang harus ditangani, membuat Widyaiswara harus bekerja melebihi jumlah jam efektif
pegawai. Kondisi ini yang mendorong lahirnya kebutuhan pengaturan mengenai jumlah
minimal jam tatap muka Widyaiswara, dimana terhadap kelebihan jam tatap muka,
Widyaiswara dapat diberikan honor sebagai kompensasi atas kelebihan beban yang harus
diterima.

Namun, peraturan yang ada hanya mengekomodir perhitungan pembayaran


honorarium yang diberikan atas kelebihan jumlah minimal jam tatap muka bagi Widyaiswara
tersebut, belum ada aturan yang memberikan standar baik secara teknis maupun administrasi
dalam hal-hal yang diperlukan untuk pengajuan pembayaran honorarium tersebut. Maka atas
dasar amanat dari PerkaLAN 43 Tahun 2015 perlu adanya aturan untuk mengakomodir hal-
hal sebagaimana telah disebutkan di atas.

Jakarta, 18 Februari 2022

Anda mungkin juga menyukai