Makalah Perbuatan Melawan Hukum
Makalah Perbuatan Melawan Hukum
Makalah Perbuatan Melawan Hukum
hukum”
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Perikatan
Kelompok 3
Putri Ramadhanti Anton Taha 1011420124
Rahmadania sultan 1011420138
Siti nurhalivagani 1011420120
Siti Masyithah 1011420152
Ahmad riyadi a adam 1011420142
Sri Eka putri isa 1011420150
FAKULTAS HUKUM
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulisan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Sri nanang
sebagai dosen pengampu mata kuliah hukum perikatan.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada rekan-rekan mahasiswa, serta
semua pihak yang telah memberikan dukungannya bagi terselesaikannya tugas ini
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Penulis menyadari betul bahwa baik isi maupun penyajian makalah ini masih jauh
dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran
sebagai penyempurnaan tulisan ini. Semoga hasil penulisan makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi teman-teman mahasiswa dan semua pihak-pihak yang
memerlukan.
Penulis
2
Daftar Isi
BAB I............................................................................................................................4
PENDAHULUAN........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang....................................................................................................4
Rumusan Masalah.....................................................................................................4
BAB II..........................................................................................................................5
PEMBAHASAN RUMUSAN MASALAH I...............................................................5
I. Konsep Perbuatan Melawan Hukum.................................................................5
II. Pengertian Perbuatan Melawan Hukum............................................................9
BAB III.......................................................................................................................10
PEMBAHASAN RUMUSAN MASALAH II...........................................................10
I. Unsur-unsur Perbuatan Melawan Hukum.......................................................10
BAB IV.......................................................................................................................13
PEMBAHASAN RUMUSAN MASALAH III..........................................................13
I. Pelaku perbuatan melawan hukum..................................................................13
II. Faktor-faktor yang Menyebabkan Hilangnya Pertanggung jawaban Perbuatan
Melawan Hukum.....................................................................................................14
III. Contoh perjanjian melawan hukum.............................................................16
BAB V........................................................................................................................17
PENUTUP..................................................................................................................17
Kesimpulan.............................................................................................................17
Saran........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................18
3
BAB I
PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep perbuatan melawan hukum dan apa pengertian dari
perbuatan melawan hukum itu sendiri ?
2. Apa saja unsur-unsur dari perbuatan melawan hukum ?
3. Bagaimana pelaku PMH dalam hukum perdata dan apa faktor yang
menyebabkan hilangnya pertanggung jawaban PMH ?
4. Bagaimana contoh perjanjian yang menimbulkan perbuatan yang melawan
hukum dengan menggunakan pasal 1365 KUHPerdata?
4
BAB II
“ Setiap perbuatan melawan hukum yang mengakibatkan kerugian pada orang lain,
mewajibkan orang yang karena kesalahannya yang menimbulkan kerugian itu,
mengganti kerugian tersebut”.
Berdasar pada rumusan Pasal ini, dapat dipahami bahwa suatu peraturan
dinyatakan melawan hukum apabila memenuhi empat unsur berikut :
Salah satu saja dari unsur-unsur di atas ini tidak terpenuhi, perbuatan itu tidak
dapat digolongkan perbuatan melawan hukum.1
A. Perbuatan (daad)
1
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2014), hlm. 259-
260.
5
Pelanggaran perbuatan dalam dua pasal tersebut mempunyai akibat hukum sama,
yaitu mengganti kerugian.
Rumusan perbuatan positif dalam Pasal 1365 KUHPer dan perbuatan negatif
dalam Pasal 1366 KUHPer hanya digunakan sebelum ada Putusan
HogeRaadNederlands31 Januari 1919 karena pada waktu itu pengertian “melawan
hukum” hanya bagi perbuatan positif, dalam arti sempit. Setelah keluar Putusan
HogeRaad 31 Januari 1919, pengertian “melawan hukum” diperluas, mencakup juga
perbuatan negatif, tidak berbuat. Maka, pengertian “perbuatan melawan hukum”
pada Pasal 1365 KUHPer diperluas yang mencakup juga perbuatan negatif pada
Pasal 1366 KUHPer yaitu berbuat atau tidak berbuat. Jadi perbuatan melawan
hukum dalam Pasal 1365 KUHPer adalah berbuat atau tidak berbuat merugikan
orang lain. Berbuat, contohnya merusak barang milik orang lain atau membakar
kebun tetangga. Tidak berbuat, contohnya tidak mengerjakan pekerjaan borongan
yang telah disanggupi atau membiarkan bayi tidak diberi susu. Kedua perbuatan
tersebut menimbulkan akibat hukum sama, yaitu merugikan orang lain. 2
Sejak tahun 1890 para penulis hukum telah menganut paham yang luas
tentang pengertian melawan hukum, sedangkan dunia peradilan (Mahkamah Agung)
masih menganut paham yang sempit. Hal itu dapat diketahui dari Putusan
HogeRaadNederlands sebelum tahun 1919, yang merumuskan :
“Perbuatan melawan hukum adalah suatu perbuatan yang melanggar hak orang
lain atau jika orang berbuat bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri.”
Dalam rumusan ini, yang perlu dipertimbangkan hanya hak dan kewajiban
hukum berdasar pada undang-undang (wet). Jadi perbuatan itu harus melanggar hak
orang lain atau bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri yang diberikan
undang-undang (wet). Dengan demikian melanggar hukum (onrechtmatige) sama
dengan melanggar undang-undang (onwetmatige). Melalui tafsiran sempit ini banyak
kepentingan masyarakat dirugikan, tetapi tidak dapat menuntut apa-apa.3Semula
2
Ibid., hlm. 260-261.
3
Ibid., hlm. 261.
6
pengertian melawan hukum hanya diartikan secara sempit yaitu perbuatan yang
melanggar undang-undang saja. Akan tetapi, kemudian HogeRaad dalam kasus yang
terkenal Lindenbaum melawan Cohen memperluas pengertian melawan hukum
bukan hanya sebagai perbuatan yang melanggar undang-undang, tetapi juga
perbuatan yang melanggar kepatutan, kehati-hatian, dan kesusilaan dalam hubungan
antara sesama warga masyarakat dan terhadap benda orang lain.4
C. Ganti Kerugian
Kerugian yang dimaksud dalam pengertian ini dapat berupa kerugian materiel
atau kerugian imateriel. Menurut yurisprudensi, Pasal 1246-1248 KUHPer mengenai
ganti kerugian dalam hal terjadi wanprestasi tidak dapat diterapkan secara langsung
pada perbuatan pada perbuatan melawan hukum, tetapi dibuka kemungkinan
penerapan secara analogis.5
D. Kesalahan, Kelalaian
4
Sedyo Prayogo, Penerapan Batas-Batas Wanprestasi dan Perbuatan Melawan Hukum Dalam
Perjanjian, Jurnal Pembaharuan Hukum Volume III No. 2, 2 Mei-Agustus 2016.
5
7
atau tidak dilakukan, itu tidak terlepas dari dapat tidaknya dikira-kirakan. Dapat
dikira-kirakan itu harus diukur secara objektif. Artinya, manusia normal dapat
mengira-ngirakan dalam keadaan tertentu itu perbuatan seharusnya dilakukan atau
tidak dilakukan. Dapat dikira-kirakan itu harus juga dapat diukur secara subjekif.
Artinya, apa yang justru orang itu dalam kedudukannya dapat mengira-ngirakan
bahwa perbuatan itu seharusnya dilakukan atau tidak dilakukan.6
Selain dari ukuran objektif dan subjektif, orang yang berbuat itu harus dapat
dipertanggungjawabkan (responsible). Artinya, orang yang berbuat itu sudah dewasa,
sehat akalnya, dan tidak berada di bawah pengampuan. Dalam pengertian “tanggung
jawab” itu termasuk juga akibat hukum dari perbuatan orang yang berada di bawah
pengawasannya, kekuasannya, dan akibat yang timbul dari binatang yang berada
dalam pemeliharaannya dan benda-benda yang berada di bawah pengawasannya
(Pasal 1367 dan 1368 KUHPer).
E. Hubungan Kausal
Hubungan kausal itu ada, dapat disimpulkan dari kalimat Pasal 1365 KUHPer
“ perbuatan yang karena kesalahannya menimbulkan kerugian”. Kerugian itu harus
timbul sebagai akibat dari perbuatan orang itu. Jika tidak ada perbuatan, tidak pula
ada akibat, dalam hal ini kerugian. Untuk mengetahui bahwa suatu perbuatan adalah
sebab dari suatu kerugian, perlu diikuti teori adequateveroorzaking yang
dikemukakan oleh vonKries. Menurut teori ini, yang dianggap sebagai sebab adalah
perbuatan yang menurut pengalaman manusia normal sepatutnya dapat diharapkan
menimbulkan akibat, dalam hal ini akibatnya adalah kerugian. Jadi, antara perbuatan
dan kerugian yang timbul harus ada hubungan langsung (hubungan sebab akibat).
Sebagai contoh, seseorang lewat melalui pekarangan orang lain kemudian pot
kembang milik pekarangan itu tersentuh hingga jatuh dan pecah. Di sini, antara
perbuatan tersentuh (sebab) dan kerugian yang timbul, yaitu pecahnya pot kembang
(akibat) ada hubungan kausal. Akan tetapi , jika dia lewat dalam pekarangan itu
65
Ibid., hlm. 263.
8
bertepatan dengan jatuhnya pot kembang karena tataannya lapuk, di situ tidak ada
hubungan kausal.7
7
Ibid., hlm. 264-265.
8
P.N.H. Simanjuntak, Hukum Perdata Indonesia, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), hlm.
9
Ibid
9
BAB III
10
Suharnoko.2009. hukum perjanjian : teori & analisis kasus. Jakarta:kencana media group,hal 115-
119
10
4. Keharusan yang harus diindahkan dalam pergaulan hidup masyarakat
mengenai orang lain atau benda
Dalam pengertian ini manusia harus mempunyai tenggang rasa dengan
lingkungannya dan sesama manusia, sehingga tidak hanya mementingkan
kepentingan pribadi tetapi juga kepentingan orang lain sehingga dalam bertindak
haruslah sesuai dengan, ketelitian, dan kehati-hatian yang berlaku dalam masyarakat.
2. Kerugian immaterial
Yang termasuk dalam kerugian immaterial akibat perbuatan melawan hukum
dapat berupa :
Kerugian moral,
Kerugian yang tidak dapat dihitung dengan uang.
11
Ibid.
11
membuat suatu akibat. Adapun kelalaian berarti seseorang tidak melakukan suatu
perbuatan, padahal menurut hukum ia harus berbuat atau melakukan suatu perbuatan.
Dengan kata lain dapat disimpulkan, bahwa:12
1. Kesengajaan adalah melakukan suatu perbuatan, dimana dengan
perbuatan itu si pelaku menyadari sepenuhnya akan ada akibat dari
perbuatan tersebut.
2. Kelalaian adalah seseorang tidak melakukan suatu perbuatan, tetapi
dengan bersikap demikian pada hakikatnya ia telah melawan hukum,
sebab semestinya ia harus berbuat atau melakukan suatu perbuatan. Jadi,
ia lalai untuk melakukan suatu perbuatan yang sebenarnya wajib
melakukan suatu perbuatan.
12
Ibid., hlm.
13
Ibid.
12
BAB IV
14
Abdulkadir Muhammad, Op. cit., hlm. 269.
15
Ibid.
13
II. Faktor-faktoryang Menyebabkan Hilangnya
Pertanggungjawaban Perbuatan Melawan Hukum
Rasa keadilan pada masyarakat akan tercipta apabila tiap-tiap anggota
masyarakat bertindak sesuai dengan norma-norma dan hukum yang ada di
masyarakat. Setiap anggota masyarakat harus menggunakan haknya sesuai dengan
tujuannya.Anggota masyarakat yang menggunakan haknya tidak sesuai dengan
tujuannya yang menimbulkan kerugian pada orang lain, maka padanya akan
dimintakan pertanggungjawaban sesuai dengan hukum yang berlaku.
Dalam praktek, hakim dalam menentukan apakah seorang telah melanggar
kepantasan, kesusilaan di tengah-tengah masyarakat sering menemui kesulitan
karena perluasan pengertian perbuatan melawan hukum, maka apabila seseorang
melawan kesusilaan dan kepantasan dianggap telah melakukan perbuatan melawan
hukum. Kalau hakim memenuhi kesulitan dalam menentukan ini otomatis dalam
menentukan ganti rugi hakim juga akan menemukan kesulitan.Walaupun ada
pertanggungjawaban atas perbuatan melawan hukum namun ada juga hal-hal yang
melenyapkan sifat perbuatan melawan hukum dari suatu tuntutan, sehingga
kepadanya tidak dapat dimintakan pertanggungjawaban.
Hal-hal yang dapat melenyapkan pertanggungjawaban atas perbuatan
melawan hukum dibedakan dalam 2 golongan yaitu :16
Yang berasal dari undang-undang
Yang berasal dari hukum tidak tertulis
16
Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2005) hlm.
14
si pemilik barang, inilah yang dimaksud dengan zaakwarneming, berdasarkan pasal
1357 KUH Perdata si pengurus barang tersebut berhak memperjanjikan pada pihak
ketiga yang mengikat si pemilik walau tanpa kuasanya.
b) Pembelaan Diri
Dalam hal ini harus ada seorang dari pihak lain baru bisa dilakukan
pembelaan diri. Sifat melawan hukum lenyap bilamana seseorang dalam melakukan
perbuatannya dapat mendalilkan bahwa hak pribadi yang menjadi dasar
perbuatannya. Contoh pasal 1354 KUH Perdata dengan pasal 1358 KUH Perdata
tentang zaakwarneming.
Kalau pada waktu pembelaan diri tergolong pada perbuatan melawan hukum,
maka sifat melawan hukumnya menjadi lenyap. Harus diperhatikan bahwa harus
benar-benar ada keadaan yang memerlukan seseorang untuk membela diri juga harus
diperhatikan bahwa pembelaan diri ini tidak berakibat serangan baru terhadap yang
menyerang.17
c) Keadaan Memaksa (Overmacht)
Menurut Subekti, “Untuk dapat dikatakan keadaan memaksa (overmacht), keadaan
itu diluar kekuasaan manusia dan memaksa. Yang mana kerugian yang timbul akibat
keadaan memaksa, kerugian tersebut tidak dapat dipastikan terjadi sebelumnya
karena keadaan itu di luar kekuasaan manusia”.
Selanjutnya beliau mengatakan, keadaan memaksa ini terbagi 2 yaitu:
Bersifat mutlak (absolut) : Dalam hal ini tidak mungkin lagi melaksanakan
suatu perjanjian. Jadi tidak mungkin lagi untuk menuntut ganti rugi.
Bersifat relatif (tidak mutlak) : Yaitu berupa keadaan dimana perjanjian
masih dapat dilaksanakan tetapi dengan pengorbanan-pengorbanan yang
sangat besar dari pihak yang melakukan kesalahan.
d) Perintah Jabatan
Perintah jabatan adalah melaksanakan tugas pekerjaan berdasarkan perbuatan
yang berlaku dalam lingkungannya.
B. Yang Berasal Dari Hukum Yang Tidak Tertulis
Hal yang melenyapkan sifat melanggar hukum yang tidak berasal dari
undang-undang, misalnya: wewenang untuk melanggar hak orang lain atas dasar
17
Ibid.
15
persetujuan yang berhak. Misalnya: A pemilik seekor anjing, ternyata kemudian
menderita sakit gila. A meminta B yang kebetulan memegang sebuah tongkat untuk
memukul anjingnya tersebut. Atas persetujuan A tersebut, B memukul anjing tadi.
16
Penggugat merasa dirugikan karena tergugat tidak pernah memberitahu
penggugat tentang rencana selanjutnya dari kesepakatan yang telah dibuat khususnya
mengenai konstruksi dan perlengkapan billboard yang masih menjadi milik bersama
penggugat dan tergugat. Dalam Pasal 6 Perjanjian Kerjasama antara penggugat dan
tergugat disebutkan bahwa kontruksi dan perlengkapan yang masih menjadi milik
bersama tidak boleh didirikan atau dipindahkan ke tempat lain tanpa persetujuan
kedua belah pihak.
17
Pengadilan Tinggi yang menyatakan perjanjian kedua pihak telah selesai dan tidak
dapat dilanjutkan karena penggugat dan tergugat lalai untuk memperpanjang ijin dan
membayar pajak reklame. Atas dasar hal tersebut, seharusnya dapat diajukan gugatan
perbuatan melawan hukum dalam perjanjian reklame tersebut.
18
http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/65554
18
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
A. Perbuatan Melawan Hukum (onrechtmatigedaad) dalam konteks hukum
perdata diatur dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPer) yang berbunyi : “ Setiap perbuatan melawan hukum yang
mengakibatkan kerugian pada orang lain, mewajibkan orang yang karena
kesalahannya yang menimbulkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut”.
B. Berdasar pada rumusan Pasal ini, dapat dipahami bahwa suatu peraturan
dinyatakan melawan hukum apabila memenuhi empat unsur berikut :
Perbuatan itu harus melawan hukum (onrechtmatige);
Perbuatan itu harus menimbulkan kerugian;
Perbuatan itu harus dilakukan dengan kesalahan; dan
Antara perbuatan dan kerugian yang timbul harus ada hubungan
kausal.
C. Pelaku perbuatan melawan hukum ialah :
manusia pribadi, atau
badan hukum.
Saran
Dalam perkembangan praktik peradilan mengenai perbuatan melawan hukum
(onrechtmatigedaad) saat ini lebih baik dari saat-saat sebelumnya dimana dahulu
dunia peradilan masih menganut paham yang sempit, yang membuat banyak
kepentingan masyarakat dirugikan, tetapi tidak dapat menuntut apa-apa. Namun
akhirnya peradilan meninggalkan paham yg sempit dan beralih ke paham yang luas.
Hal ini terbukti dari Putusan HogeRaad 31 Januari 1919 yang terkenal dengan
Lindenbaum-Cohen Arrest.
19
DAFTAR PUSTAKA
Simanjuntak, P.N.H. 2015.Hukum Perdata Indonesia.Jakarta: Prenadamedia Group.
Fuady, Munir. 2005.Perbuatan Melawan Hukum. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Suharnoko. 2009. Hukum Perjanjian: Teori dan Analisa Kasus. Jakarta : Kencana
Prenada Media Group, hal. 115-119.
20