Rangkuman Materi Teknik Perawatan Dasar PDF

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 33

PAPER

RANGKUMAN MATERI
TEKNIK PERAWATAN DASAR

DISUSUN OLEH :

NAMA : ADIT TRI RULIANDA


NIM : 2001012077
KELAS : 2C D3 TKENIK MESIN

JURUSAN TEKNIK MESIN


PROGRAM STUDI D3 TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang maha kuasa atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Papel Rangkuman
Materi Teknik Perawatan Dasar ini.
Namun disamping itu, saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penulisan papel ini, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca agar tugas ini dapat lebih baik lagi.
Hanya ini yang dapat penulis sampaikan, semoga laporan ini bermanfaat bagi si
pembaca maupun penulis.

Padang, 25 Januari 2022

Adit Tri Rulianda


BAB I
PENDAHULUAN

Perawatan di suatu industri merupakan salah satu faktor yang penting dalam
mendukung suatu proses produksi yang mempunyai daya saing di pasaran. Produk yang
dibuat industri harus mempunyai hal-hal berikut:

• Kualitas baik
• Harga pantas
• Di produksi dan diserahkan ke konsumen dalam waktu yang cepat.

Oleh karena itu proses produksi harus didukung oleh peralatan yang siap bekerja setiap
saat dan handal. Untuk mencapai hal itu maka peralatan-peralatan penunjang proses produksi ini
harus selalu dilakukan perawatan yang teratur dan terencana.

Secara skematik, program perawatan di dalam suatu industri bisa dilihat pada gambar 1.

Perawatan : Suatu kombinasi dari berbagai tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu
barang, memperbaikinya sampai pada suatu kondisi yang dapat diterima.

Merawat dalam pengertian “suatu kondisi yang dapat diterima” antara suatu
perusahaan berbeda dengan perusahaan lainnya.

Mengapa ada bagian perawatan?

Dibentuknya bagian perawatan dalam suatu perusahaan industri dengan tujuan :


1. Agar mesin-mesin industri, bangunan, dan peralatan lainnya selalu dalam keadaan siap
pakai secara optimal.

2. Untuk menjamin kelangsungan produksi sehingga dapat membayar kembali modal yang
telah ditanamkan dan akhirnya akan mendapatkan keuntungan yang besar.

Siapa yang berkepentingan dengan bagian perawatan?

1. Penanam modal (investor).


2. Manager.
3. Karyawan perusahaan yang bersangkutan.

Bagi investor perawatan penting karena:

1. Dapat melindungi modal yang ditanam dalam perusahaan baik yang berupa bangunan
gedung maupun peralatan produksi.
2. Dapat menjamin penggunaan sarana perusahaan secara optimal dan berumur panjang.
3. Dapat menjamin kembalinya modal dan keuntungan.
4. Dapat menjamin kelangsungan hidup perusahaan.
5. Dapat mengetahui dan mengendalikan biaya perawatan dan mengembangkan data- data
operasi yang berguna untuk membantu menentukan anggaran biaya dimasa yang akan
datang.
Bagi para manager perawatan penting dengan harapan dapat membantu:

1. Melindungi bangunan dan instalasi pabrik terhadap kerusakan.


2. Meningkatkan daya guna serta mengurangi waktu menganggurnya peralatan.
3. Mengendalikan dan mengarahkan tenaga karyawan.
4. Meningkatkan efisiensi bagian perawatan secara ekonomis.
5. Memelihara instalasi secara aman.
6. Pencatatan perbelanjaan dan biaya pekerjaan.
7. Mencegah pemborosan perkakas suku cadang dan material.
8. Memperbaiki komunikasi teknik.
9. Menyediakan data biaya untuk anggaran mendatang.
10. Mengukur hasil kerja pabrik sebagai pedoman untuk menempuh suatu kebijakan yang
akan datang.
Bagi karyawan, berkepentingan dengan perawatan dengan harapan dapat:

1. Menjamin kelangsungan hidup karyawan yang memadai dalam jangka panjang,


yang mana akan menumbuhkan rasa memiliki sehingga peralatan/sarana yang dapat
menjamin kelangsungan hidupnya akan dijaga dan dipelihara dengan baik.
2. Menjamin keselamatan kerja karyawan.
3. Menimbulkan rasa bangga bila bekerja pada perusahaan yang sangat terpelihara
keadaannya.

Tujuan utama perawatan:

1. Untuk memperpanjang umur penggunaan asset.


2. Untuk menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk produksi dan
dapat diperoleh laba yang maksimum.
3. Untuk menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang diperlukan dalam
keadaan darurat setiap waktu.
4. Untuk menjamin keselamatan orang yang menggunakan peralatan tersebut.
Pengorganisasian Departemen Perawatan
Dalam pengorganisasian pekerjaan perawatan, perlu diselaraskan secara tepat antara
faktor-faktor keteknikan, geografis dan situasi personil yang mendukung.

Beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan departemen perawatan adalah:

a. Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan perawatan akan menentukan karakteristik pengerjaan dan jenis
pengawasan. Jenis-jenis pekerjaan perawatan yang biasanya dilakukan adalah : sipil, permesinan,
pemipaan, listrik dan sebagainya.

b. Kesinambungan Pekerjaan
Jenis pengaturan pekerjaan yang dilakukan di suatu perusahaan/industri akan
mempengaruhi jumlah tenaga perawatan dan susnan organisasi perusahaan. Sebagi contoh,
untuk pabrik yang melakukan aktifitas pekerjaan lima hari kerja seminggu dengan satu shift, maka
program perawatan preventif dapat dilakukantanpa menganggu kegiatan produksi dimana
pekerjaan perawatan bisa dilakukan diluar jam produksi. Berbeda halnya dengan aktifitas
pekerjaan produksi yang kontinyu ( 7 hari seminggu, 3 shift sehari) maka pekerjaan perawatan
harus diatur ketika mesin sedang berhenti beroperasi.

c. Situasi Geografis
Lokasi pabrik yang terpusat akan mempunyai jenis program perawatan yang berbeda
jika dibandingkan dengan lokasi pabrik yang terpisah-pisah. Sebuah pabrik besar dan bangunannya
tersebar akan lebih baik menerapkan program perawatan lokal masing-masing (desentralisasi),
sedangkan pabrik kecil atau lokasi bangunannya berdekatan akan lebih baik menerapkan sistem
perawatan terpusat (sentralisasi).

d. Ukuran Pabrik
Pabrik yang besar akan membutuhkan tenaga perawatan yang besar dibandingkan

e. Ruang lingkup bidang perawatan pabrik


Ruang lingkup pekerjaan perawatan ditentukan menurut kebijaksanaan manajemen.
Departemen perawatan yang dituntut melaksanakan fungsi primer dan sekunder akan
membutuhkan supervisi tambahan, sedangkan departemen perawatan yang fungsinya tidak terlalu
luas akan membutuhkan organisasi yang lebih sederhana.

f. Keterandalan tenaga kerja yang terlatih


Dalam membuat program pelatihan, dipertimbangkan terhadap tuntutan keahlian dan
keandalan pada masing-masing lokasi yang belum tentu sama.

Konsep Dasar Organisasi Departemen Perawatan


Beberapa konsep dasar organisasi perawatan adalah :

a. Adanya pembatasan wewenang yang jelas dan layak untuk menghindari terjadinya
tumpang tindih dalam kekuasaan.
b. Hubungan vertikal antara atasan dan bawahan yang menyangkut masalah wewenang dan
tanggung jawab dibuat sedekat mungkin.
c. Menentukan jumlah optimum pekerja yang ditangani oleh seorang pengawas.
d. Susunan personil yang tepat dalam organisasi. Prinsip-
Prinsip Organisasi Departemen Perawatan

a. Perencanaan organisasi yang logis

Bertujuan untuk mencapai tujuan produksi :


• Ongkos perawatan untuk setiap unit produksi diusahakan serendah mungkin
• Meminimumkan bahan sisa atau yang tidak standar
• Meminimumkan kerusakan peralatan yang kritis
• Menekan ongkos perawatan peralatan yang non-kritis serendah mungkin
• Memisahkan fungsi administratuf dan penunjang teknik.

b. Fasilitas yang memadai:


• Kantor : lokasi yang cocok, ruangan dan kondisi ntempat kerja yang baik.
• Bengkel : tempat pekerjaan, lokasi bangunan, ruangan dan peralatan.
• Sarana komunikasi : telepon, pesuruh dll.

c. Supervisi yang efektif


• Fungsi dan tanggung jawab jelas
• Waktu yang cukup untuk melaksanakan pekerjaan
• Latihan khusus untuk memenuhi kecakapan
• Cara untuk menilai hasil kerja

d. Sistem dan kontrol yang efektif :


• Jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan
• Kualitas hasil pekerjaan perawatan
• Ketelitian pekerjaan perawatan (tidak terjadi over maintenance)
• Penampilan kerja tenaga perawatan
• Biaya perawatan.

Berikut diberikan sebuah bentuk struktur organisasi departemen perawatan di industri.


JENIS JENIS PERAW ATAN
Dalam istilah perawatan disebutkan bahwa disana tercakup dua pekerjaan yaitu istilah
“perawatan” dan “perbaikan”. Perawatan dimaksudkan sebagai aktifitas untuk mencegah
kerusakan, sedangkan istilah perbaikan dimaksudkan sebagai tindakan untuk memperbaiki
kerusakan.

Secara umum, ditinjau dari saat pelaksanaan pekerjaan perawatan, dapat dibagi menjadi
dua cara:

1. Perawatan yang direncanakan (Planned Maintenance).

2. Perawatan yang tidak direncanakan (Unplanned Maintenance). Secara


skematik pembagian perawatan bisa dilihat pada gambar berikut:
Bentuk-bentuk Perawatan

1. Perawatan Preventif (Preventive Maintenance)


Adalah pekerjaan perawatan yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan,
atau cara perawatan yang direncanakan untuk pencegahan (preventif).
Ruang lingkup pekerjaan preventif termasuk: inspeksi, perbaikan kecil, pelumasan dan
penyetelan, sehingga peralatan atau mesin-mesin selama beroperasi terhindar dari
kerusakan.

2. Perawatan Korektif
Adalah pekerjaan perawatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi
fasilitas/peralatan sehingga mencapai standar yang dapat diterima.
Dalam perbaikan dapat dilakukan peningkatan-peningkatan sedemikian rupa, seperti
melakukan perubahan atau modifikasi rancangan agar peralatan menjadi lebih baik.

3. Perawatan Berjalan
Dimana pekerjaan perawatan dilakukan ketika fasilitas atau peralatan dalam keadaan
bekerja. Perawatan berjalan diterapkan pada peralatan-peralatan yang harus beroperasi terus
dalam melayani proses produksi.

4. Perawatan Prediktif
Perawatan prediktif ini dilakukan untuk mengetahui terjadinya perubahan atau kelainan
dalam kondisi fisik maupun fungsi dari sistem peralatan. Biasanya perawatan prediktif
dilakukan dengan bantuan panca indra atau alat-alat monitor yang canggih.

5. Perawatan setelah terjadi kerusakan (Breakdown Maintenance)


Pekerjaan perawatan dilakukan setelah terjadi kerusakan pada peralatan, dan untuk
memperbaikinya harus disiapkan suku cadang, material, alat-alat dan tenaga kerjanya.

6. Perawatan Darurat (Emergency Maintenance)


Adalah pekerjaan perbaikan yang harus segera dilakukan karena terjadi kemacetan atau
kerusakan yang tidak terduga.
Disamping jenis-jenis perawatan yang telah disebutkan diatas, terdapat juga beberapa
jenis pekerjaan lain yang bisa dianggap merupakan jenis pekerjaan perawatan seperti:

1. Perawatan dengan cara penggantian (Replacement instead of maintenance)

Perawatan dilakukan dengan cara mengganti peralatan tanpa dilakukan perawatan,


karena harga peralatan pengganti lebih murah bila dibandingkan dengan biaya
perawatannya. Atau alasan lainnya adalah apabila perkembangan teknologi sangat cepat,
peralatan tidak dirancang untuk waktu yang lama, atau banyak komponen rusak tidak
memungkinkan lagi diperbaiki.

2. Penggantian yang direncanakan (Planned Replacement)

Dengan telah ditentukan waktu mengganti peralatan dengan peralatan yang baru, berarti
industri tidak memerlukan waktu lama untuk melakukan perawatan, kecuali untuk
melakukan perawatan dasar yang ringan seperti pelumasan dan penyetelan. Ketika
peralatan telah menurun kondisinya langsung diganti dengan yang baru. Cara
penggantian ini mempunyai keuntungan antara lain, pabrik selalu memiliki peralatan yang
baru dan siap pakai.

Istilah-istilah yang umum dalam perawatan:

1. Availability:
Perioda waktu dimana fasilitas/peralatan dalam keadaan siap untuk
dipakai/dioperasikan.
2. Downtime:
Perioda waktu dimana fasilitas/peralatan dalam keadaan tidak
dipakai/dioperasikan.
3. Check:
Menguji dan membandingkan terhadap standar yang ditunjuk.
4. Facility Register
Alat pencatat data fasilitas/peralatan, istilah lain bisa juga disebut inventarisasi
peralatan/fasilitas.
5. Maintenance management:
Organisasi perawatan dalam suatu kebijakan yang sudah disetujui bersama.
6. Maintenance Schedule:
Suatu daftar menyeluruh yang berisi kegiatan perawatan dan kejadian-kejadian yang
menyertainya.
7. Maintenance planning:
Suatu perencanaan yang menetapkan suatu pekerjaan serta metoda, peralatan, sumber daya
manusia dan waktu yang diperlukan untuk dilakukan dimasa yang akan datang.

8. Overhaul:
Pemeriksaan dan perbaikan secara menyeluruh terhadap suatu fasilitas atau bagian dari
fasilitas sehingga mencapai standar yang dapat diterima.
9. Test:
Membandingkan keadaan suatu alat/fasilitas terhadap standar yang dapat diterima.
10. User:
Pemakai peralatan/fasilitas.
11. Owner:
Pemilik peralatan/fasilitas.
12. Vendor:
Seseorang atau perusahaan yang menjual peralatan/perlengkapan, pabrik-pabrik dan
bangunan-bangunan.
13. Efisiensi:

14. Trip:
Mati sendiri secara otomatis (istilah dalam listrik).

15. Shut-in:
Sengaja dimatikan secara manual (istilah dalam pengeboran minyak).

16. Shut-down:
Mendadak mati sendiri / sengaja dimatikan
BAB II
PEMBAHASAN

A. TEORI POROS
Poros merupakan salah satu bagian dari elemen mesin yang berputar dimana fungsi
untuk meneruskan daya dari satu tempat ketempat yang lain. Dalam penerapan poros
kombinasikan dengan puli, bearing, roda gigi dan elemen lainnya. Poros bisa menerima
beban lentuan, beban tarikan, beban tekanan atau beban puntiran yang bekerja sendiri –
sendiri atau berupa gabungan satu dengan lainnya.

1. Hal-hal Penting Dalam Perencanaan Poros


Untuk merencanakan sebuah poros, hal – hal berikut ini perlu diperhatikan
untuk mendapat hasil yang maksimal dalam pembuatan :
a. Kekakuan Poros
Dalam perancangan pembuatan poros ada beberapa faktor yang perlu
diperhatihan misalnya : kelemahan, tumbukan dan pengaruh konsentrasi bila
menggunakan poros bertangga ataupun penggunaan alur pasak pada poros
tersebut. Poros yang dirancang tersebut harus cukup aman untuk menahan
beban tersebut.
Meskipun sebuah poros mempuanyai kekuatan yang cukup aman untuk
menahan pembebanan, tetapi adanya lenturan yang terlalu besar akan
mengakibatkan getaran suara dan mesin. Kekakuan poros harus di sesuaikan
dengan jenis mesin yang di transmisikan dayanya denga poros tersebut.

b. Kekuatan Poros
Suatu poros transmisi mengalami beban puntir atau lentur atau gabungan
antara puntir dan lentur seperti telah diutarakan di atas. Juga ada poros yang
mendapat beban tarik atau tekan seperti poros baling – baling kapal atau turbin, dan
lain – lain.
Ketahanan, tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan bila diameter
poros diperkecil ( poros bertangga ) atau bila poros mempunyai alir pasak, harus
diperhatikan. Sebuah poros harus direncanakan hingga cukup kuat untuk
menahan beban – beban diatas.

c. Bahan Poros
Poros yang biasa digunakan dalam putaran tinggi dan bebas yang berat pada
umumnya dibuat dari baja paduan dengan proses pengerasan kulit sehingga tahan
terhadap kausan. Sekalipun demikian, baja paduan khusus tidak selalu dianjurkan
jika alasannya hanya putaran tinggi dan pembebanan yang berat saja. Dengan
demikian perlu dipertimbangkan pemilihan jenis heat treatment yang tepat untuk
kekuatan maksimal.
Beberapa diantaranya adalah baja khrom nikel, baja khrom nikel molibden, baja
khrom, baja khrom molibden sekalipun demikian
pemakaian baja paduan khusus tidak selalu dianjurkan jika alasanya hanya
putaran tinggi dan berat. Pada umumnya maja diklafikasikan atas baja lunak,
baja liat, baja agak keras, dan baja keras. Diantaranya, baja liat dan baja agak
keras banyak dipilih untuk poros
d. Putaran kritis
Bila putaran suatu mesin lebih tinggi dari putaran kritisnya maka dapat
terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini disebut putaran kritis. Hal
ini dapat terjadi pada turbin, motor torak, motor listrik, dan lain – lain. Dan
dapat mengakibatkan keruskan pada poros dan bagian – bagian lainnya. Jika
mungkin poros harus direncanakan sedemikian rupa hingga putaran kerjanya
lebih rendah dari putaran kritisnya.

e. Korosi
Bahan – bahan tahan korosi (termasuk plastik) harus dipilih untuk poros
propeller dan pompa bila terjadi kontak dengan fluida yang korosif. Demikian
juga untuk poros – poros mesin yang sering berhenti lama.

2. Macam-Macam Poros
Poros untuk meneruskan daya diklarifikasikan menurut pembebanannya
sebagai berikut :
a. Poros Transmisi
Poros macam ini mendapat beban puntir murni atau puntir atau puntir dan
lentur. Daya di transmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi,
pulisabuk atau sproket rantai dan lain – lain.

b. Spindel
Poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama mesin perkakas,
dimana beban utama berupa puntiran, disebut spindel. Syarat yang harus
dipenuhi poros ini adalah deformasinya harus kecil dan bentuk serta
ukurannya harus teliti.

c. Gandar
Poros seperti yang dipasang diantara roda – roda kereta barang, dimana
tidak mendapat beban puntir, bahkan kadang – kadang tidak boleh putar,
disebut gandar. Gandar ini hanya mendapatkan beban lentur, kecuali jika
digerakan oleh penggerak mula diminta akan mengalami beban puntir juga.
Menurut bentuknya, poros dapat digolongkan atas poros lurus umum,
poros engkol sebagai poros utama dari mesin torak, dan lain – lain, poros
luwes untuk transmisi daya kecil agar terdapat kebebasan bagi perubahan arah, dan
lain – lain.

3. Sistem Transmisi
Transmisi bertujuan untuk meneruskan daya dari sumber daya ke sumber daya
lain,sehingga mesin pemakai daya tersebut bekerja menurut kebutuhan yang diinginkan.
Adapun macam sistem transmisi diantaranya sistem transmisi roda gigi, sistem sabuk,
sistem transmisi rantai dan sprocket (chain driver).
1. Sistem Transmisi Roda Gigi
Roda gigi mempunyai prinsip kerja berdasarkan pasanan gerak bentuk gigi
dibuat untuk menghindari slip sehingga putaran dan daya dapat berlangsung dengan
baik, selain itu dapat dicapai keliling yang sama pada lingkaran singgung sepasang
roda gigi. Lingkaran singgung ini disebut lingkaran picth, pada sepasang roda gigi
perlu diperhatikan bahwa jarak lengkung antara dua gigi yang berdekatan (pitch).
Ada beberapa jenis – jenis roda gigi diantaranya sebagai berikut :
a. Spur Gear
Harus sama, sehingga kaitan antara gigi dapat berlangsung dengan baik.
Roda gigi yang paling sederhana yang terdiri dari silinder dengan gigi-gigi yang
terbentuk secara radial. Ujung roda gigi-gigi lurus dan tersusun paralel terhadap
aksi rotasi. Roda gigi ini hanya bisa dihubungkan secara pararel.
b. Helix Gear
Roda gigi yang ujung roda gigi-giginya tersusun miring pada derajat
tertentu, gigi-gigi yang bersudut menghasilkan pergerakan roda gigi menjadi halus
dan sedikit getaran.
c. Bevel Gear
Roda gigi yang ujung roda gigi-giginya berbentuk seperti kerucut terpotong.Bevel
gear dapat berbentuk lurus seperti spur gear atau seprti helix gear. Keuntungan
menggunakan bavel gear pergerakan roda gigi halus dan sedikit getaran.
d. Worm Gear
Bentuk dari worm gear mempunyai screw berbatang yang dipasangkan
dengan spur gear. Worm gear pada umumnya digunakan untuk mendapatkan
rasio torsi yang tinggi dan kecepatan yang rendah. Kerugian menggunakan worm
gear adalah adanya gesekan yang menyebabkan efisiensi yang rendah sehingga
membutuhkan pelumas.
e. Pinion gear
Pasangan minion gear terdiri dari roda gigi yang di sebut pinion dan batang
bergerigi yang di sebut rack. Perpaduan rack dan pinion menghasilkan
mekanisme ini digunakan pada beberapa jenis kendaraan untuk mengubah
rotasi dari setir kendaraan menjadi pergerakan ke kanan dan kiri dari rack
sehingga roda merubah arah.

4. Sistem Trasnmisi Sabuk


Jarak yang cukup jauh yang memisahkan antara dua buah poros
mengakibatkan tidak memungkinkannya menggunakan transmisi langsung dengan roda
gigi, sehingga digunakan transmisi sabuk yang dapat menghubungkan kedua poros.
Keuntungan menggunakan transmisi sabuk yaitu menghasilkan transmisi daya yang
besar pada tegangan yang lebih rendah dibandingkan dengan roda gigi dan rantai, lebih
halus dan tah bersuara. Kelemahan menggunakan transmisi sabuk dimana transmisi
sabuk kemungkinan terjadi slip. Jenis – jenis transmisi sabuk diantaranya sebagai
berikut :
a. Sabuk Datar (flat belt)
Jenis sabuk yang palingsederhana dan banyak digunakan pada mesin.
Keuntungan sabuk datar yaitu sangan efisien untuk kecearan tinggi, dapat
memindahkan jumlah daya yang besar pada jarak sumbuh yang panjang.

b. Sabuk – V (V-Belt)
Sabuk-V adalah penyempurnaan dari sabuk datar, dmana bentuk dari sabuk-
V difungsikan untuk membawa tarikan yang lebih besar, gaya gesekan yang
ditria juga lebih besar sehingga meminimalkan terjadi slip. Sebagian besar sabuk
transmisi menggunakan sabuk-V, karena mudah penanganannya dan harganya
murah. Selain itu sistem transmisi ini juga dapat menghasilkan transmisi daya yang
besar pada tegangan yang relatif rendah. Jarak yang cukup jauh yang memisahkan
antara dua buah poros mengakibatkan tidak memungkinkannya menggunakan
transmisi langsung dengan roda gigi. Sabuk-V adalah salah satu transmisi
penghubung yang terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium.
Dalam penggunaannya sabuk-V dibelitkan mengelilingi alur puli yang berbentuk V
pula. Bagian sabuk yang membelit pada puli akan mengalami
lengkungan sehingga lebar bagian dalamnya akan bertambah besar. Sabuk-V banyak
digunakan karena sabuk-V sangat mudah dalam penanganannya dan murah
harganya. Selain itu sabuk-V juga memiliki keungulan lain dimana sabuk-V akan
menghasilkan transmisi daya yang besar pada tegangan yang relatif rendah serta jika
dibandingkan dengan transmisi roda gigi dan rantai, sabuk-V bekerja lebih halus dan
tak bersuara. Sabuk-V selain juga memiliki keunggulan dibandingkan dengan
transmisitransmisi yang lain, sabuk-V juga memiliki kelemahan dimana sabuk-V
dapat memungkinkan untuk terjadinya slip.
Dalam menentukan besarnya daya yang ditransmisikan tergantung dari
beberapa faktor antara lain :
1. Tegangan sabuk.
2. Kecepatan linier sabuk.
3. Bentuk sisi kontak sabuk dan puli.
4. Kondisi sabuk.
Bahan sabuk-V antara lain adalah berasal dari kulit, anyaman benang dan
karet. Sabuk –V inipun dibagi menjadi beberapa tipe yaitu :
1. Tipe standar ; Dengan karakteristik tanda huruf A, B, C, D dan E.
2. Tipe sempit ; Dengan karakteristik symbol 3V, 5V dan 5L.
3. Tipe beban ringan ; dengan karakteristik tanda 3L, 4L dan 5L.

c. Sabuk Bergerigi
Berpasangan dengan roda gigi, dimana sabuk difungsikan untuk menerima
tegangan yang lebih besar, keuntungan menggunakan sabuk bergerigi yaitu
tidak terjadi slip dan suara yang lebih halus dibandingkan rantai.
d. Sistem Transmisi Rantai dan Sprocket (chain drrive)
Digunakan untuk transmisi tenaga pada jarak sedang. Kelebihan transmisi
ini dibanding dengan transmisi sabuk dan puli yaitu dapat untuk menyalurkan
daya yang lebih besar, tidak ada slip. Kekurangan dari transmisi ini yaitu tidak
dapat digunakan untuk kecepatan tinggi dan getararan yang tinggi.

B. TEORI PASAK
1. Definisi
Pasak (key) adalah sebuah elemen mesin berbentuk silindris, balok kecil atau silindris
tirus yang berfungsi sebagai penahan elemen seperti puli, sproket roda gigi atau
kopling pada poros.

2. Jenis Pasak
a. Pasak Persegi/Bujur Sangkar
 Banyak dipakai
 Untuk poros berdiameter hingga 6,5 inch (16,51 cm)  pasak berpenampang
bujur sangkar
 Diameter poros lebih besar dari 6,5 inch  pasak berpenampang persegi
panjang.

3. Gaya Pada Pasak


 Gaya-gaya yang bekerja pada pasak berupa gaya geser yang berasal dari torsi
poros.
 Besar gaya geser sangat begantung pada daya dan putaran yang ditransmisikan
melalui poros.

C. TEORI RODA GIGI


Roda gigi digunakan untuk mentransmisikan daya besar dan putaran yang
tepat. Roda gigi memiliki gigi di sekelilingnya, sehingga penerusan daya dilakukan oleh
gigi-gigi kedua roda yang saling berkait. Roda gigi sering digunakan karena dapat
meneruskan putaran dan daya yang lebih bervariasi dan lebih kompak daripada
menggunakan alat transmisi yang lainnya, selain itu roda gigi juga memiliki beberapa
kelebihan jika dibandingkan dengan alat transmisi lainnya,
yaitu :

 Sistem transmisinya lebih ringkas, putaran lebih tinggi dan daya yang besar.
 Sistem yang kompak sehingga konstruksinya sederhana.
 Kemampuan menerima beban lebih tinggi.
 Efisiensi pemindahan dayanya tinggi karena faktor terjadinya slip sangat kecil.
 Kecepatan transmisi rodagigi dapat ditentukan sehingga dapat digunakan dengan
pengukuran yang kecil dan day yang besar.

Roda gigi harus mempunyai perbandingan kecepatan sudut tetap antara dua poros. Di
samping itu terdapat pula roda gigi yang perbandingan kecepatan sudutnya dapat
bervariasi. Ada pula roda gigi dengan putaran yang terputus-putus.Dalam teori, roda gigi
pada umumnya dianggap sebagai benda kaku yang hampir tidak mengalami perubahan
bentuk dalam jangka waktu lama.

1. Klasifikasi Roda Gigi


Menurut letak poros, arah putaran dan bentuk jalur gigi, roda gigi diklasifikasikan
menjadi tiga yaitu :
1. Roda Gigi Dengan Poros Sejajar.
Adalah roda gigi di mana giginya berjajar pada dua bidang silinder (jarak bagi
lingkaran), kedua bidang tersebut bersinggungan dan yang satu
menggelinding pada yang lain dengan sumbu yang tetap sejajar.
a. Roda Gigi Lurus
Roda gigi lurus merupakan roda gigi paling dasar dengan jalur gigi yang sejajar
poros. Pembuatannya paling mudah, tetapi menghasilkan gaya aksial sehingga
cocok dipilih untuk gaya keliling besar. Roda gigi lurus memiliki sifat bising
pada putaran tinggi

b. Roda Gigi Miring


Roda gigi miring mempunyai jalur gigi yang membentuk ulir pada jarak bagi
lingkar. Pada roda gigi miring, jumlah pasangan gigi saling membuat
perbandingan kontak yang lebih besar dari pada roda gigi lurus, sehingga
pemindahan putaran dapat berlangsung dengan halus, sangat cocok untuk
mentransmisikan putaran tinggi dan beban besar.
Roda gigi miring memerlukan kotak roda gigi yang lebih kokoh, karena jalur
gigi yang berbentuk ulir tersebut menimbulkan gaya reaksi yang sejajar
dengan poros.
c. Roda Gigi Miring Ganda
Roda gigi miring ganda mempunyai jalur gigi yang membentuk ulir pada jarak
bagi lingkar yang lebih luas dari pada gigi lurus. Roda gigi ini dapat
memindahkan perbandingan reduksi, kecepatan keliling dan daya yang besar,
tetapi pembuatannya agak sukar.

d. Roda Gigi Dalam


Roda gigi dalam dipakai jika diinginkan alat transmisi dengan ukuran kecil,
dengan perbandingan reduksi besar karena pinyon terletak di dalam roda gigi.
Baik untuk mentransmisikan putaran dengan ruduksi yang besar.

e. Pinion dan Batang Bergigi


Pasangan antara batang bergigi dan pinion di gunakan untuk merubah gerakan
putaran menjadi gerak lurus atau sebaliknya gerak lurus menjadi gerak putar.
2. Roda Gigi Dengan Sumbu Berpotongan
Bentuk dasarnya adalah dua buah kerucut dengan puncak gabungan yang saling
menyinggung meniru sebuah garis lurus.
a. Roda Gigi Kerucut Lurus
Roda gigi kerucut lurus dengan gigi lurus adalah yang paling banyak di buat
dan paling sering digunakan tetapi sangat berisik karena perbandingan
kontaknya yang kecil. Konstruksi tidak memungkinkan pemasangan bantalan
pada kedua ujung poros – porosnya.

b. Roda Gigi Kerucut Spiral


Roda gigi kerucut spiral mempunyai perbandingan kontak yang lebih besar
dari pada roda gigi kerucut lurus, sehingga dapat meneruskan putaran tinggi
dan beban besar. Sudut poros roda gigi kerucut spiral biasanya di buat 90
Derajat.

c. Roda Gigi Permukaan


Roda gigi permukaan cocok untuk memindahkan daya besar, namun berisik
pada putaran tinggi karena perbandingan kontaknya yang kecil.
3. Roda Gigi Poros Bersilang
Bentuk dasarnya ialah dua buah silinder atau kerucut yang letak porosnya saling
bersilangan satu sama lain.
a. Roda Gigi Miring Silang
Roda gigi miring silang mempunyai perbandingan bidang kontak yang
besar sehingga cocok mentransmisikan putaran tinggi.

b. Roda Gigi Cacing Silindris


Roda gigi cacing silindris dapat meneruskan putaran dengan perbandingan
reduksi yang besar namun berisik pada putaran tinggi.

c. Roda Gigi Cacing Globoid


Roda gigi cacing globoid dapat meneruskan putaran dengan perbandingan
reduksi yang besar dan mampu mentransmisikan daya yang lebih besar bila di
bandingkan dengan roda gigi cacing silindris karena roda gigi cacing globoid
mempunyai perbandingan kontak yang lebih besar.
d. Roda Gigi Hipoid
Roda gigi hipoid mempunyai jalur gigi yang berbentuk spiral pada bidang
kerucut yang sumbunya bersilang dan pemindahan daya pada permukaan gigi
berlangsung secara meluncur dan menggelinding.

2. Nama-Nama Bagian Roda Gigi


Nama – nama bagian roda gigi dapat dilihat di bawah ini, sedangkan ukuran
gigi dinyatakan dengan “ Jarak Bagi Lingkar “, jarak sepanjang lingkaran jarak bagi
antara profil dua gigi yang berdekatan.
Jika jarak lingkaran bagi dinyatakan dengan d (mm), dan jumlah gigi z, maka
jarak bagi lingkar t (mm) dapat ditulis sebagai berikut :
T = π.d/z
Jadi, jarak bagi lingkar adalah keliling lingkaran jarak bagi dibagi dengan
jumlah gigi.
Dengan demikian ukuran gigi dapat ditentukan dari besarnya jarak bagi lingkar
tersebut. Namun, karena jarak bagi lingkar selalu mengandung faktor Π,
pemakaianya sebagai ukuran gigi kurang praktis. Untuk mengatasi hal ini, diambil
ukuran yang di sebut “modul“ dengan lambang m, di mana :
m = d/z
Dengan cara ini, maka dapat ditentukan sebagai bilangan bulat atau bilangan
pecahan yang lebih praktis. Maka modul dapat menjadi ukuran gigi.

Keterangan gambar :
 Lingkaran jarak bagi (Pitch circle) yaitu lingkaran imajiner yang dapat
memberikan gerakan yang sama seperti roda gigi sebenarnya.
 Tinggi Kepala (Addendum) yaitu jarak radial gigi dari lingkaran jarak bagi ke
puncak kepala.
 Tinggi kaki (Dedendum) yaitu jarak radial gigi dari lingkaran jarak bagi ke
dasar kaki.
 Lingkaran kepala (Addendum circle) yaitu gambaran lingkaran yang melalui
puncak kepala dan sepusat dengan lingkaran jarak bagi.
 Lingkaran kaki (Dedendum circle) yaitu gambaran lingkaran yang melalui
dasar kaki dan sepusat dengan lingkaran jarak bagi.
 Lebar gigi (Tooth space) yaitu sela antara dua gigi yang saling berdekatan.
 Tebal gigi (Tooth thickness) yaitu lebar gigi antara dua sisi gigi yang
berdekatan.
 Sisi kepala (Face of the tooth) yaitu permukaan gigi di atas lingkaran jarak bagi.
 Sisi kaki (Flank of the tooth) yaitu permukaan gigi di bawah lingkaran jarak
bagi.
 Lebar gigi (Face width) yaitu lebar gigi pada roda gigi secara paralel pada
sumbunya.
D. TEORI SEAL DAN GASKET
1. Seal
Menurut Taka (2011:26), pengertian sederhana dari seal adalah menjaga
kebocoran pelumas (lubrikasi). Selain fungsi menjaga kebocoran , juga dapat menjaga
kotoran dan material lain masuk kedalam sistem, seal diklasifikasikan menjadi dua
bagian yaitu: static seal dan dynamic seal. Static seal biasa digunakan pada permukaan
yang tidak ada gerakan pada dua permukaan yang dilapisi. Contoh yang termasuk static
seal adalah: o-ring seal, gasket dan liquid gasket. Dynamic seal biasa digunakan pada
komponen yang bergerak antara permukaan satu dengan yang lainnya. Contoh yang
termasuk dynamic seal adalah o-ring seals, lip seals,o-cone seals dan packing rings.
Pada dasarnya static seal dan dynamic seal seperti O-ring, lip packing, gland,
dan mekanikal seal lainnya fungsinya sama seperti seal yaitu menjaga kebocoran seperti
ditunjukan pada gambar dibawah ini. Oil seal sebagian besar sering dipakai untuk
aplikasi shaft yang berputar, oleh karena itu harus adanya kualitas yang baik pada tiap
komponen agar tidak menimbulkan kerusakan terhadap komponen.

2. Fungsi Bagian Seal


Bagian seal dapat bekerja dengan baik tanpa adanya kerusakan yang di timbulkan
dapat dilihat pada kualitas seal. Di bawah ditunjukan komponen utama dari oil seal dan
pada tabel di bawahnya dijelaskan fungsi bagian oil seal tersebut, untuk dapat
memberikan dampak kerja yang baik pada komponen oil seal dapat dilihat dari
indikator seal tersebut.

3. Mekanisme Sealing dari Oil Seal


Mekanisme Sealing dari Oil Seal dapat diketahui Pada suatu uji coba oil seal yang
dipasang pada shaft yang berputar, kemudian diukur gaya friction rotation dengan
memutar shaft pada kondisi yang berubah-ubah.
Hubungan antara non dimension duty parameter “G” (yang ditentukan oleh bentuk dari
seal dan kondisi yang digunakan), dengan coefisien of friction “F”.

4. Karakteristik Friction Rotating Shaft Oil Sael


Coefisien gesekan terhadap oil seals akan meningkat jika viscositas olinya tinggi,
karena lapisan oil film di bawah lip yang kontak dengan poros akan semakin kecil.
Dengan kata lain, lip oil seal dan poros yang licin yang akan bergesekan secara
langsung akan diberi lapisan oil film untuk mengurangi keausan akibat gesekan.
Material dari lip juga merupakan sebuah faktor penting yang membuat ketidak beresan
sliding surface dari oil seals.
Dapat di lihat pada lampiran gambar no 2, dijelaskan hubungan dua buah material lip
yang berbeda dalam mempengaruhi tekstur sliding surface shaft. Dua elemen kritikal
yang dijelaskan di atas, sangat penting dalam mengontrol performance dari oil seal,
karakteristik pelumasan dan mekanisme sealing yang seimbang dikontrol oleh dua
faktor yaitu material dan bentuk lip. Oleh karena penggunaan material seal sangat
penting untuk mempertahankan sirkulasi aliran oli pada area kontak lip dan kebutuhan
lapisan oil film di bawah seal lip harus dikontrol.

E. TEORI PELUMASAN
Prinsip dasar pelumasan yaitu untuk mencegah terjadinya solid friction atau gesekan
antara dua permukaan logam yang bergerak, sehingga gerakan dari masing-masing logam
dapat lancar tanpa banyak energi yang terbuang. Bagianbagian mesin yang membutuhkan
pelumasan adalah semua bagian yang bergerak, yang terdiri dari bantalan-bantalan
peluncur (plain bearing), bantalan-bantalan pelor (ball bearing), roda-roda gigi, silinder-
silinder kompresor, silinder-silinder pompa, dan silinser hidrolik. Karena semua bagian
yang bergerak pada mesin membutuhkan pelumasan maka dengan mereduksi friksi,
keausan juga akan berkurang, begitu dengan jumlah energi yang diperlukan untuk kerja
(efisiensi meningkat).
Material yang dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan pelumas adalah
sebagai berikut:
a. Bahan dari mineral yang dapat menghasilkan minyak, seperti minyak bumi yang dapat
digunakan untuk membuat minyak mineral sebagai bahan dasar pelumas yang disebut
sebagai pelumas mineral.
Minyak mineral merupakan minyal yang diperoleh dari hasil pengolahan minyak bumi
yang termasuk pada fraksi destilat berat, yang mempunyai titik didih lebih dari 300°C.
Minyak bumi yang diperoleh diproses sehingga menghasilkan lube base oil bersama
dengan produk yang lain, seperti bahan bakar dan aspal. Lube base oil ini diproses
kembali sehingga menjadi bahan dasar minyak mineral.
Bahan mineral minyak bumi, yang merupakan bahan yang dapat menghasilkan bahan
bakar, dan minyak pelumas, mayoritasnya terdiri dari elemen-elemen hidrogen dan
karbon. Hidrogen dan kabon merupakan elemen-elemen organik yang membentuk
ikatan yang dikenal dengan dengan nama hidrokarbon.
b. Bahan yang berasal dari senyawa kimia sintetis dalam bentuk senyawa polimer yang
dikenal dengan pelumas sintetis.
Pelumas sintetis dibuat melalui sintetis kimiawi dengan memadukan senyawa-senyawa
yang memiliki berat molekul yang rendah dan memiliki viskositas yang memenuhi
syarat untuk digunakan sebagai bahan dasar pelumas. Istilah sintetis atau tersintesa
digunakan untuk menjelaskan fluida dasar apa yang digunakan dalam pelumas tersebut.
Suatu bahan sintetis adalah material yang dihasilkan dari perpaduan atau penyatuan
sejumlah unit-unit dasar yang berdiri sendiri menjadi suatu material baru dengan ciri /
sifat yang baru.
Pelumas sintetis memiliki banyak perbedaan dengan pelumas yang terbuat dari minyak
mineral. Minyak mineral terbuat dari campuran senyawa komplek hidrokarbon yang
terbentuk secara alami. Sifat-sifat yang dihasilkan merupakan sifat rata-rata dari
campuran yang sudah mencakup sifat yang baik untuk pelumasan dan juga sifat-sifat
yang tergolong buruk untuk pelumasan. Sedangkan pelumas sintetis merupakan
pelumas buatan manusia yang dirancang sedemikian rupa sehingga struktur molekul
campuran yang terbentuk dapat sesuai dengan sifat-sifat yang diharapkan / diinginkan.
Pelumas sintetis juga dapat diolah sehingga memiliki sifat sifat yang unik yang tidak
dimiliki oleh pelumas dari minyak mineral, misalnya sifat yang nonflammable, dapat
terlarut dalam air, dan lain-lain. Dengan begitu, penggunaan pelumas sintetis dapat
menggunakan pelumas dari minyak mineral yang tentunya tidak dapat memiliki sifat-
sifat seperti yang dimiliki oleh pelumas sintetis, sehingga unjuk kerja pelumas tersebut
tidak memadai.

Ada tujuh jenis base oil untuk pelumas sintetis yang paling banyak digunakan,
yaitu:
 Polyalphaolefins (Poly a-Olefin / PAO)
 Alkylated aromatics
 Polybutenes
 Alphatic diesters
 Polyolesters
 Polyalkyleneglycols
 Phosphate ester
c. Bahan yang berasal dari minyak tumbuh-tumbuhan maupun lemak hewan yang disebut
minyak natural atau di sebut juga pelumas bio.

F. TEORI KOPLING
1. Pengertian Kopling
Kopling (Clutch) adalah suatu bagian yang mutlak diperlukan pada kendaraan
di mana penggerak utamanya diperoleh dari hasil pembakaran di dalam silinder
Engine. pada tahap pertama engine dihidupkan tanpa digunakan tenaganya oleh
karena itu engine pada tahap pertama harus dapat berputar dahulu dan kemudian
memindahkan tenaganya perlahan-lahan pada roda belakang sehingga kendaraan akan
bergerak perlahan-lahan dan juga engine harus bebas (tidak berhubungan) bila
mengganti gigi transmisi.
Oleh karena hal tersebut maka diperlukan pemasangan clutch yang letaknya di
antara engine dan transmisi yang berfungsi untuk menghubungkan dan membebaskan
putaran engine. Bila tenaga dari satu engine yang sedang berputar di pindahkan pada
roda-roda penggerak pada waktu kendaraan sedang berhenti, kendaraan akan
melompat apabila tenaga terlalu besar dan mesin akan mati bila tenaga engine terlalu
kecil, juga kendaraan tidak dapat bergerak dengan lembut. Untuk memungkinkan
engine dapat hidup diperlukan kopling yang memindahkan tenaga dengan perlahan-
lahan dan sesudah tenaga sebagian besar pemindah maka pemindahan tenaga akan
berlangung tanpa terjadinya slip (tergelincir), juga kopling harus dapat berkerja
dengan sedarhana.
Tutup clutch yang dipasangkan pada roda penerus akan turut berputar bersama
sama, diantaranya roda penerus dan pelat penekan terdapat plat clutch yang
dipasangkan pada alur–alur poros input transmisi sehingga poros dan disclutch
dapat berputar bersama sama. Plat penekan dipasangkan pada tutup kopling dan
diantaranya diberi pegas – pegas sehingga plat penekan dapat tertekan secara tetap
(konstant) dan kuat terhadap disclutch dengan adanya tekanan pegas- pegas ini ,
karena itu tenaga mesin yang di pindahkan keporos input transmisi dengan daya gesek
antara roda penerus, plat penekan dan disclutch.
Melalui batang mekamisme, penekanan yang belaku pada pedal kopling akan
mendesak bantalan pembebas melalui tuas-tuas penekan,tekanan udara tuas-tuas
penekan ada lebih besar dari pada tekanan pegas-pegas kopling dan akan menarik plat
penekan ke belakang, karena itu gesekan yang bekerja di antara plat kopling dan plat
penekan akan hilang dengan demikian tenaga akan di teruskan lagi ke transmisi.

2. Jenis Kopling
Jenis kopling dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
1) Kopling dengan menggunakan gigi
Kopling jenis ini banyak digunakan untuk hubungan gigi transmisi jenis
Syncronmesh.

2) Kopling Gesek
Kopling gesek (Friction Clutch) adalah proses pemindahan tenaga melalui gesekan
antara bagian penggerak dengan yang akan digerakkan. Konsep kopling ini banyak
digunakan pada sistem pemindahan tenaga kendaraan.
3) Kopling Tekanan Hidrolis
Kopling hidrolis banyak digunakan pada kendaraan pada kendaraan dengan
transmisi otomatis. Proses kerjanya memanfaatkan tekanan hidrolis, dan
pemindahan dari satu kopling ke kopling yang lainnya, dilakukan dengan mengatur
aliran hidrolisnya.

3. Fungsi Kopling
a. Meneruskan / memutuskan (engaged/disengaged) putaran dari engine ke
transmisi sehingga memungkinkan kendaraan atau unit untuk bergerak / berjalan
ataupun berhenti .
b. Untuk mempermudah ketika melakukan perpindahan kecepatan (Shifting
transmisi) dan juga ketika perlambatan / pengereman.
c. Untuk memungkinkan kendaraan atau unit berhenti tanpa harus mematikan
engine, sementara gigi transmisi tetap terpasang / masuk .

Berkaitan dengan fungsinya dalam suatu sistem power train, kopling (clutch) harus
dapat memenuhi persyaratan tertentu agar kendaraan dapat bergerak / berjalan dengan
baik dan pengoperasiannya juga tidak menyusahkan operator.

4. Persyaratan Untuk Kopling (Clutch)


a. Harus bisa menghubungkan dan memutuskan ( engaged / disengaged ) dengan
baik, sehingga memungkinkan untuk meneruskan ataupun memutuskan tenaga
dari engine ke transmisi.
b. Harus memiliki torque transmitting capacity (kemampuan meneruskan
tenaga) yang cukup dan kemampuan tidak boleh menurun akibat naiknya
temperature kerja.
c. Harus bisa melepaskan / memindahkan panas yang timbul dengan baik dan tidak
terpengaruh oleh kenaikan temperatur.

5. Komponen-Komponen Utama Kopling


a. Pedal Kopling
b. Release fork
c. Release bearing
d. Pegas diaphragm
e. Preaseure plate
f. Clutch disc
g. Flywheel
h. Master cylinder
i. Release cylinder
j. Flexible hose

G. TEORI KOROSI
1. Pengertian Korosi
Korosi merupakan suatu kerusakan yang dihasilkan dari reaksi kimia antara
sebuah logam atau logam paduan dan didalam suatu lingkungan. Fenomena korosi
merupakan reaksi kimia yang dihasilkan dari dua reaksi setengah sel yang melibatkan
elektron sehingga menghasilkan suatu reaksi elektrokimia. Dari dua reaksi setengan
sel ini terdapat reaksi oksidasi pada anoda dan reaksi reduksi pada katoda.
Kebanyakan proses korosi bersifat elektrokimia, dimana larutan berfungsi sebagai
elektrolit sedangkan anoda dan katoda terbentuk karena adanya inhomogenitas.
Reaksi elektrokimia pada proses korosi, yaitu :
Reaksi oksidasi :
Beberapa faktor yang mempengaruhi proses korosi pada sistem aqueous antara lain :
1. Komponen ion larutan dan konsentrasinya
2. pH (tingkat keasaman)
3. Kadar oksigen
4. Temperatur dan transfer panas
5. Kecepatan (pergerakan fluida)

Berdasarkan bentuk kerusakan yang dihasilkan, penyebab korosi, lingkungan


tempat terjadinya korosi, maupun jenis material yang diserang, korosi terbagi menjadi,
diantaranya adalah :
1. General / Uniform corrosion
Merupakan korosi yang disebabkan oleh reaksi kimia atau elektrokimia yang terjadi
secara seragam pada permukaan logam. Efeknya adalah terjadi penipisan
pada permukaan dan akhirnya menyebabkan kegagalan karena ketidak
mampuan untuk menahan beban. Korosi ini dapat dicegah atau dikendalikan dengan
pemilihan material (termasuk coating), penambahan corrosion inhibitor pada fluida
atau menggunakan cathodic protection.

2. Galvanic corrosion
Merupakan korosi yang disebabkan adanya beda potensial antara dua logam yang
berada pada fluida atau media konduktif dan korosif. Akibatnya, logam dengan
ketahanan terhadap korosi yang rendah akan mengalami laju korosi lebih tinggi
dibandingkan dengan logam yang memiliki ketahanan terhadap korosi tinggi.
Pencegahan korosi ini adalah dengan menggunakan satu jenis material yang sama
atau menggunakan kombinasi beberapa material yang memiliki sifat galvanis yang
mirip, menggunakan insulasi pada sambungan antara logam, serta mengurangi
karakteristik korosi dari fluida dengan menggunakan corrosion inhibitor.

3. Crevice corrosion
Merupakan korosi yang terjadi di sela-sela gasket, sambungan bertindih, sekrup-
sekrup atau kelingan yang terbentuk oleh kotoran-kotoran endapan atau timbul
dari produk-produk karat.

4. Pitting corrosion
Merupakan fenomena korosi dimana proses korosi terjadi pada suatu area pada
permukaan logam yang akhirnya menyebabkan terjadinya lubang pada permukaan
tersebut. Korosi ini biasanya disebabkan oleh chloride atau ion yang
mengandung chlorine. Korosi ini dapat dicegah dengan pemilihan material yang
sesuai dan memiliki ketahan tinggi terhadap korosi.

5. Erosion corrosion
Merupakan korosi yang terjadi sebagai akibat dari tingginya pergerakan relatif
fluida korosif terhadap permukaan logam. Proses ini umumnya berlangsung dengan
adanya dekomposisi kimia atau elektrokimia pada permukaan logam.

6. Stress corrosion Merupakan korosi yang terjadi akibat kombinasi antara


beban/stress pada logam dan media yang korosif. Korosi ini dapat terjadi apabila
beban yang diterima oleh logam melebihi suatu minimum stress level.

7. Crevice corrosion
Yaitu korosi yang terjadi di sela-sela gasket, sambungan bertindih, sekrup- sekrup
atau kelingan yang terbentuk oleh kotoran-kotoran endapan atau timbul dari
produk-produk karat.

8. Selective leaching
Korosi ini berhubungan dengan melepasnya satu elemen dari campuran logam.
Contoh yang paling mudah adalah desinification yang melepaskan zinc dari
paduan tembaga.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Korosi


Beberapa faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi proses korosi secara umum
antara lain, yaitu :
1. Suhu
Kenaikan suhu akan menyebabkan bertambahnya kecepatan reaksi korosi. Hal ini
terjadi karena makin tinggi suhu maka energi kinetik dari partikel-partikel yang
bereaksi akan meningkat sehingga melampaui besarnya harga energi aktivasi dan
akibatnya laju kecepatan reaksi (korosi) juga akan makin cepat, begitu juga
sebaliknya.

2. Kecepatan Alir Fluida Atau Kecepatan Pengadukan


Laju korosi cenderung bertambah jika laju atau kecepatan aliran fluida bertambah
besar. Hal ini karena kontak antara zat pereaksi dan logam akan semakin besar
sehingga ion-ion logam akan makin banyak yang lepas sehingga logam akan
mengalami kerapuhan (korosi).

3. Konsentrasi Bahan Korosif


Hal ini berhubungan dengan pH atau keasaman dan kebasaan suatu larutan.
Larutan yang bersifat asam sangat korosif terhadap logam dimana logam yang
berada didalam media larutan asam akan lebih cepat terkorosi karena karena
merupakan reaksi anoda. Sedangkan larutan yang bersifat basa dapat
menyebabkan korosi pada reaksi katodanya karena reaksi katoda selalu serentak
dengan reaksi anoda (Djaprie, 1995)

4. Oksigen
Adanya oksigen yang terdapat di dalam udara dapat bersentuhan dengan
permukaan logam yang lembab. Sehingga kemungkinan menjadi korosi lebih
besar. Di dalam air (lingkungan terbuka), adanya oksigen menyebabkan korosi.

5. Waktu Kontak
Aksi inhibitor diharapkan dapat membuat ketahanan logam terhadap korosi
lebih besar. Dengan adanya penambahan inhibitor kedalam larutan, maka akan
menyebabkan laju reaksi menjadi lebih rendah, sehingga waktu kerja inhibitor
untuk melindungi logam menjadi lebih lama. Kemampuan inhibitor untuk
melindungi logam dari korosi akan hilang atau habis pada waktu tertentu, hal itu
dikarenakan semakin lama waktunya maka inhibitor akan semakin habis terserang
oleh larutan.

H. TEORI KEAUSAN
1. Pengertian Keausan
Definisi paling umum dari keausan yang telah dikenal sekitar 50 tahun lebih
yaitu hilangnya bahan dari suatu permukaan atau perpindahan bahan dari
permukaannya ke bagian yang lain atau bergeraknya bahan pada suatu
permukaan. Definisi lain tentang keausan yaitu sebagai hilangnya bagian dari
permukaan yang saling berinteraksi yang terjadi sebagai hasil gerak relatif pada
permukaan.
Keausan yang terjadi pada suatu material disebabkan oleh adanya beberapa
mekanisme yang berbeda dan terbentuk oleh beberapa parameter yang
bervariasi meliputi bahan, lingkungan, kondisi operasi, dan geometri permukaan
benda yang terjadi keausan.

2. Jenis-Jenis Keausan dan Penyebabnya


Mekanisme keausan dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu keausan
yang penyebabnya didominasi oleh perilaku mekanis dari bahan dan keausan yang
penyebabnya didominasi oleh perilaku kimia dari bahan, sedangkan menurut Koji
Kato, tipe keausan terdiri dari tiga macam, yaitu mechanical, chemical and
thermal wear.

A. Keausan yang disebabkan perilaku mekanis (mechanical).


Keausan yang disebabkan oleh perilaku mekanis digolongkan menjadi abrasive,
adhesive, flow dan fatigue wear.
1. Abrasive wear.
Keausan ini terjadi jika partikel keras atau permukaan keras yang kasar
menggerus dan memotong permukaan sehingga mengakibatkan hilangnya
material yang ada di permukaan tersebut (earth moving equipment).
Contoh : micro-cutting, wedge forming, dan ploughing.

2. Adhesive wear.
Keausan ini terjadi jika partikel permukaan yang lebih lunak menempel
atau melekat pada lawan kontak yang lebih keras.

3. Flow wear.
Keausan ini terjadi jika partikel permukaan yang lebih lunak mengalir
seperti meleleh dan tergeser plastis akibat kontak dengan lain.
4. Fatigue wear.
Fenomena keausan ini didominasi akibat kondisi beban yang berulang
(cyclic loading). Ciri-cirinya perambatan retak lelah biasanya tegak lurus
pada permukaan tanpa deformasi plastis yang besar, seperti: ball
bearings, roller bearings dan lain sebagainya.

B. Keausan yang disebabkan perilaku kimia.


1. Oxidative wear.
Pada peningkatan kecepatan sliding dan beban rendah, lapisan oksida tipis,
tidak lengkap, dan rapuh terbentuk. Pada percepatan yang jauh lebih tinggi,
lapisan oksida menjadi berkelanjutan dan lebih tebal, mencakup seluruh
permukaan. Contoh: Permukaan luncur di dalam lingkungan yang oksidatif.

2. Corrosive wear.
Mekanisme ini ditandai oleh batas butir yang korosif dan pembentukan
lubang. Misalnya, permukaan sliding di dalam lingkungan yang korosif.

C. Keausan yang disebabkan perilaku panas (Thermal Wear).


1. Melt wear.
Keausan yang terjadi karena panas yang muncul akibat gesekan benda
sehingga permukaan aus meleleh.

2. Diffusive wear.
Terjadi ketika ada pancaran (diffusion) elemen yang melintasi bidang kontak
misalnya pada perkakas baja kecepatan tinggi.

Dalam banyak situasi keausan, ada banyak mekanisme yang beroperasi secara
serempak, akan tetapi biasanya akan ada satu mekanisme penentu tingkat
keausan yang harus diteliti dalam hal ini berhubungan dengan masalah
keausan. Hubungan antara koefisien gesek dan laju keausan belum ada
penjelasan yang tepat, karena hubungan keduanya akan selalu berubah terhadap
waktu. Saat ini yang paling banyak digunakan dan paling sederhana dalam
memodelkan keausan adalah model keausan Archard, beberapa yang lain
mencoba mengembangkan model keausan dengan memasukkan efek gesekan
dalam menawarkan model yang lebih akurat yang dibandingkan dengan penelitian
percobaan yang telah dibuat.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Mata kuliah ini mempelajari tentang dasar-dasar ilmu dan pengetahuan
tentang Teknik Perawatan yang berbasis pada Perawatan Komponen/Elemen-
elemen mesin yang harus dikuasai sebagai ilmu dasar Teknk Perawatan Mesin.
Pembahasan pada mata kuliah ini meliputi : Dasar-dasar pelaksanaan perawatan,
pelumas dan pelumasan, keausan, Kc komponen (bantalan, poros, pasak, dan
splines, roda gigi, pully dan sabuk, rantai dan sprocket, seal gasket packing, dll).
DAFTAR PUSTAKA

1. Materi Spada Teknik Perawatan Dasar

Anda mungkin juga menyukai