Rangkuman Materi Teknik Perawatan Dasar PDF
Rangkuman Materi Teknik Perawatan Dasar PDF
Rangkuman Materi Teknik Perawatan Dasar PDF
RANGKUMAN MATERI
TEKNIK PERAWATAN DASAR
DISUSUN OLEH :
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang maha kuasa atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Papel Rangkuman
Materi Teknik Perawatan Dasar ini.
Namun disamping itu, saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penulisan papel ini, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca agar tugas ini dapat lebih baik lagi.
Hanya ini yang dapat penulis sampaikan, semoga laporan ini bermanfaat bagi si
pembaca maupun penulis.
Perawatan di suatu industri merupakan salah satu faktor yang penting dalam
mendukung suatu proses produksi yang mempunyai daya saing di pasaran. Produk yang
dibuat industri harus mempunyai hal-hal berikut:
• Kualitas baik
• Harga pantas
• Di produksi dan diserahkan ke konsumen dalam waktu yang cepat.
Oleh karena itu proses produksi harus didukung oleh peralatan yang siap bekerja setiap
saat dan handal. Untuk mencapai hal itu maka peralatan-peralatan penunjang proses produksi ini
harus selalu dilakukan perawatan yang teratur dan terencana.
Secara skematik, program perawatan di dalam suatu industri bisa dilihat pada gambar 1.
Perawatan : Suatu kombinasi dari berbagai tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu
barang, memperbaikinya sampai pada suatu kondisi yang dapat diterima.
Merawat dalam pengertian “suatu kondisi yang dapat diterima” antara suatu
perusahaan berbeda dengan perusahaan lainnya.
2. Untuk menjamin kelangsungan produksi sehingga dapat membayar kembali modal yang
telah ditanamkan dan akhirnya akan mendapatkan keuntungan yang besar.
1. Dapat melindungi modal yang ditanam dalam perusahaan baik yang berupa bangunan
gedung maupun peralatan produksi.
2. Dapat menjamin penggunaan sarana perusahaan secara optimal dan berumur panjang.
3. Dapat menjamin kembalinya modal dan keuntungan.
4. Dapat menjamin kelangsungan hidup perusahaan.
5. Dapat mengetahui dan mengendalikan biaya perawatan dan mengembangkan data- data
operasi yang berguna untuk membantu menentukan anggaran biaya dimasa yang akan
datang.
Bagi para manager perawatan penting dengan harapan dapat membantu:
a. Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan perawatan akan menentukan karakteristik pengerjaan dan jenis
pengawasan. Jenis-jenis pekerjaan perawatan yang biasanya dilakukan adalah : sipil, permesinan,
pemipaan, listrik dan sebagainya.
b. Kesinambungan Pekerjaan
Jenis pengaturan pekerjaan yang dilakukan di suatu perusahaan/industri akan
mempengaruhi jumlah tenaga perawatan dan susnan organisasi perusahaan. Sebagi contoh,
untuk pabrik yang melakukan aktifitas pekerjaan lima hari kerja seminggu dengan satu shift, maka
program perawatan preventif dapat dilakukantanpa menganggu kegiatan produksi dimana
pekerjaan perawatan bisa dilakukan diluar jam produksi. Berbeda halnya dengan aktifitas
pekerjaan produksi yang kontinyu ( 7 hari seminggu, 3 shift sehari) maka pekerjaan perawatan
harus diatur ketika mesin sedang berhenti beroperasi.
c. Situasi Geografis
Lokasi pabrik yang terpusat akan mempunyai jenis program perawatan yang berbeda
jika dibandingkan dengan lokasi pabrik yang terpisah-pisah. Sebuah pabrik besar dan bangunannya
tersebar akan lebih baik menerapkan program perawatan lokal masing-masing (desentralisasi),
sedangkan pabrik kecil atau lokasi bangunannya berdekatan akan lebih baik menerapkan sistem
perawatan terpusat (sentralisasi).
d. Ukuran Pabrik
Pabrik yang besar akan membutuhkan tenaga perawatan yang besar dibandingkan
a. Adanya pembatasan wewenang yang jelas dan layak untuk menghindari terjadinya
tumpang tindih dalam kekuasaan.
b. Hubungan vertikal antara atasan dan bawahan yang menyangkut masalah wewenang dan
tanggung jawab dibuat sedekat mungkin.
c. Menentukan jumlah optimum pekerja yang ditangani oleh seorang pengawas.
d. Susunan personil yang tepat dalam organisasi. Prinsip-
Prinsip Organisasi Departemen Perawatan
Secara umum, ditinjau dari saat pelaksanaan pekerjaan perawatan, dapat dibagi menjadi
dua cara:
2. Perawatan Korektif
Adalah pekerjaan perawatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi
fasilitas/peralatan sehingga mencapai standar yang dapat diterima.
Dalam perbaikan dapat dilakukan peningkatan-peningkatan sedemikian rupa, seperti
melakukan perubahan atau modifikasi rancangan agar peralatan menjadi lebih baik.
3. Perawatan Berjalan
Dimana pekerjaan perawatan dilakukan ketika fasilitas atau peralatan dalam keadaan
bekerja. Perawatan berjalan diterapkan pada peralatan-peralatan yang harus beroperasi terus
dalam melayani proses produksi.
4. Perawatan Prediktif
Perawatan prediktif ini dilakukan untuk mengetahui terjadinya perubahan atau kelainan
dalam kondisi fisik maupun fungsi dari sistem peralatan. Biasanya perawatan prediktif
dilakukan dengan bantuan panca indra atau alat-alat monitor yang canggih.
Dengan telah ditentukan waktu mengganti peralatan dengan peralatan yang baru, berarti
industri tidak memerlukan waktu lama untuk melakukan perawatan, kecuali untuk
melakukan perawatan dasar yang ringan seperti pelumasan dan penyetelan. Ketika
peralatan telah menurun kondisinya langsung diganti dengan yang baru. Cara
penggantian ini mempunyai keuntungan antara lain, pabrik selalu memiliki peralatan yang
baru dan siap pakai.
1. Availability:
Perioda waktu dimana fasilitas/peralatan dalam keadaan siap untuk
dipakai/dioperasikan.
2. Downtime:
Perioda waktu dimana fasilitas/peralatan dalam keadaan tidak
dipakai/dioperasikan.
3. Check:
Menguji dan membandingkan terhadap standar yang ditunjuk.
4. Facility Register
Alat pencatat data fasilitas/peralatan, istilah lain bisa juga disebut inventarisasi
peralatan/fasilitas.
5. Maintenance management:
Organisasi perawatan dalam suatu kebijakan yang sudah disetujui bersama.
6. Maintenance Schedule:
Suatu daftar menyeluruh yang berisi kegiatan perawatan dan kejadian-kejadian yang
menyertainya.
7. Maintenance planning:
Suatu perencanaan yang menetapkan suatu pekerjaan serta metoda, peralatan, sumber daya
manusia dan waktu yang diperlukan untuk dilakukan dimasa yang akan datang.
8. Overhaul:
Pemeriksaan dan perbaikan secara menyeluruh terhadap suatu fasilitas atau bagian dari
fasilitas sehingga mencapai standar yang dapat diterima.
9. Test:
Membandingkan keadaan suatu alat/fasilitas terhadap standar yang dapat diterima.
10. User:
Pemakai peralatan/fasilitas.
11. Owner:
Pemilik peralatan/fasilitas.
12. Vendor:
Seseorang atau perusahaan yang menjual peralatan/perlengkapan, pabrik-pabrik dan
bangunan-bangunan.
13. Efisiensi:
14. Trip:
Mati sendiri secara otomatis (istilah dalam listrik).
15. Shut-in:
Sengaja dimatikan secara manual (istilah dalam pengeboran minyak).
16. Shut-down:
Mendadak mati sendiri / sengaja dimatikan
BAB II
PEMBAHASAN
A. TEORI POROS
Poros merupakan salah satu bagian dari elemen mesin yang berputar dimana fungsi
untuk meneruskan daya dari satu tempat ketempat yang lain. Dalam penerapan poros
kombinasikan dengan puli, bearing, roda gigi dan elemen lainnya. Poros bisa menerima
beban lentuan, beban tarikan, beban tekanan atau beban puntiran yang bekerja sendiri –
sendiri atau berupa gabungan satu dengan lainnya.
b. Kekuatan Poros
Suatu poros transmisi mengalami beban puntir atau lentur atau gabungan
antara puntir dan lentur seperti telah diutarakan di atas. Juga ada poros yang
mendapat beban tarik atau tekan seperti poros baling – baling kapal atau turbin, dan
lain – lain.
Ketahanan, tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan bila diameter
poros diperkecil ( poros bertangga ) atau bila poros mempunyai alir pasak, harus
diperhatikan. Sebuah poros harus direncanakan hingga cukup kuat untuk
menahan beban – beban diatas.
c. Bahan Poros
Poros yang biasa digunakan dalam putaran tinggi dan bebas yang berat pada
umumnya dibuat dari baja paduan dengan proses pengerasan kulit sehingga tahan
terhadap kausan. Sekalipun demikian, baja paduan khusus tidak selalu dianjurkan
jika alasannya hanya putaran tinggi dan pembebanan yang berat saja. Dengan
demikian perlu dipertimbangkan pemilihan jenis heat treatment yang tepat untuk
kekuatan maksimal.
Beberapa diantaranya adalah baja khrom nikel, baja khrom nikel molibden, baja
khrom, baja khrom molibden sekalipun demikian
pemakaian baja paduan khusus tidak selalu dianjurkan jika alasanya hanya
putaran tinggi dan berat. Pada umumnya maja diklafikasikan atas baja lunak,
baja liat, baja agak keras, dan baja keras. Diantaranya, baja liat dan baja agak
keras banyak dipilih untuk poros
d. Putaran kritis
Bila putaran suatu mesin lebih tinggi dari putaran kritisnya maka dapat
terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini disebut putaran kritis. Hal
ini dapat terjadi pada turbin, motor torak, motor listrik, dan lain – lain. Dan
dapat mengakibatkan keruskan pada poros dan bagian – bagian lainnya. Jika
mungkin poros harus direncanakan sedemikian rupa hingga putaran kerjanya
lebih rendah dari putaran kritisnya.
e. Korosi
Bahan – bahan tahan korosi (termasuk plastik) harus dipilih untuk poros
propeller dan pompa bila terjadi kontak dengan fluida yang korosif. Demikian
juga untuk poros – poros mesin yang sering berhenti lama.
2. Macam-Macam Poros
Poros untuk meneruskan daya diklarifikasikan menurut pembebanannya
sebagai berikut :
a. Poros Transmisi
Poros macam ini mendapat beban puntir murni atau puntir atau puntir dan
lentur. Daya di transmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi,
pulisabuk atau sproket rantai dan lain – lain.
b. Spindel
Poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama mesin perkakas,
dimana beban utama berupa puntiran, disebut spindel. Syarat yang harus
dipenuhi poros ini adalah deformasinya harus kecil dan bentuk serta
ukurannya harus teliti.
c. Gandar
Poros seperti yang dipasang diantara roda – roda kereta barang, dimana
tidak mendapat beban puntir, bahkan kadang – kadang tidak boleh putar,
disebut gandar. Gandar ini hanya mendapatkan beban lentur, kecuali jika
digerakan oleh penggerak mula diminta akan mengalami beban puntir juga.
Menurut bentuknya, poros dapat digolongkan atas poros lurus umum,
poros engkol sebagai poros utama dari mesin torak, dan lain – lain, poros
luwes untuk transmisi daya kecil agar terdapat kebebasan bagi perubahan arah, dan
lain – lain.
3. Sistem Transmisi
Transmisi bertujuan untuk meneruskan daya dari sumber daya ke sumber daya
lain,sehingga mesin pemakai daya tersebut bekerja menurut kebutuhan yang diinginkan.
Adapun macam sistem transmisi diantaranya sistem transmisi roda gigi, sistem sabuk,
sistem transmisi rantai dan sprocket (chain driver).
1. Sistem Transmisi Roda Gigi
Roda gigi mempunyai prinsip kerja berdasarkan pasanan gerak bentuk gigi
dibuat untuk menghindari slip sehingga putaran dan daya dapat berlangsung dengan
baik, selain itu dapat dicapai keliling yang sama pada lingkaran singgung sepasang
roda gigi. Lingkaran singgung ini disebut lingkaran picth, pada sepasang roda gigi
perlu diperhatikan bahwa jarak lengkung antara dua gigi yang berdekatan (pitch).
Ada beberapa jenis – jenis roda gigi diantaranya sebagai berikut :
a. Spur Gear
Harus sama, sehingga kaitan antara gigi dapat berlangsung dengan baik.
Roda gigi yang paling sederhana yang terdiri dari silinder dengan gigi-gigi yang
terbentuk secara radial. Ujung roda gigi-gigi lurus dan tersusun paralel terhadap
aksi rotasi. Roda gigi ini hanya bisa dihubungkan secara pararel.
b. Helix Gear
Roda gigi yang ujung roda gigi-giginya tersusun miring pada derajat
tertentu, gigi-gigi yang bersudut menghasilkan pergerakan roda gigi menjadi halus
dan sedikit getaran.
c. Bevel Gear
Roda gigi yang ujung roda gigi-giginya berbentuk seperti kerucut terpotong.Bevel
gear dapat berbentuk lurus seperti spur gear atau seprti helix gear. Keuntungan
menggunakan bavel gear pergerakan roda gigi halus dan sedikit getaran.
d. Worm Gear
Bentuk dari worm gear mempunyai screw berbatang yang dipasangkan
dengan spur gear. Worm gear pada umumnya digunakan untuk mendapatkan
rasio torsi yang tinggi dan kecepatan yang rendah. Kerugian menggunakan worm
gear adalah adanya gesekan yang menyebabkan efisiensi yang rendah sehingga
membutuhkan pelumas.
e. Pinion gear
Pasangan minion gear terdiri dari roda gigi yang di sebut pinion dan batang
bergerigi yang di sebut rack. Perpaduan rack dan pinion menghasilkan
mekanisme ini digunakan pada beberapa jenis kendaraan untuk mengubah
rotasi dari setir kendaraan menjadi pergerakan ke kanan dan kiri dari rack
sehingga roda merubah arah.
b. Sabuk – V (V-Belt)
Sabuk-V adalah penyempurnaan dari sabuk datar, dmana bentuk dari sabuk-
V difungsikan untuk membawa tarikan yang lebih besar, gaya gesekan yang
ditria juga lebih besar sehingga meminimalkan terjadi slip. Sebagian besar sabuk
transmisi menggunakan sabuk-V, karena mudah penanganannya dan harganya
murah. Selain itu sistem transmisi ini juga dapat menghasilkan transmisi daya yang
besar pada tegangan yang relatif rendah. Jarak yang cukup jauh yang memisahkan
antara dua buah poros mengakibatkan tidak memungkinkannya menggunakan
transmisi langsung dengan roda gigi. Sabuk-V adalah salah satu transmisi
penghubung yang terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium.
Dalam penggunaannya sabuk-V dibelitkan mengelilingi alur puli yang berbentuk V
pula. Bagian sabuk yang membelit pada puli akan mengalami
lengkungan sehingga lebar bagian dalamnya akan bertambah besar. Sabuk-V banyak
digunakan karena sabuk-V sangat mudah dalam penanganannya dan murah
harganya. Selain itu sabuk-V juga memiliki keungulan lain dimana sabuk-V akan
menghasilkan transmisi daya yang besar pada tegangan yang relatif rendah serta jika
dibandingkan dengan transmisi roda gigi dan rantai, sabuk-V bekerja lebih halus dan
tak bersuara. Sabuk-V selain juga memiliki keunggulan dibandingkan dengan
transmisitransmisi yang lain, sabuk-V juga memiliki kelemahan dimana sabuk-V
dapat memungkinkan untuk terjadinya slip.
Dalam menentukan besarnya daya yang ditransmisikan tergantung dari
beberapa faktor antara lain :
1. Tegangan sabuk.
2. Kecepatan linier sabuk.
3. Bentuk sisi kontak sabuk dan puli.
4. Kondisi sabuk.
Bahan sabuk-V antara lain adalah berasal dari kulit, anyaman benang dan
karet. Sabuk –V inipun dibagi menjadi beberapa tipe yaitu :
1. Tipe standar ; Dengan karakteristik tanda huruf A, B, C, D dan E.
2. Tipe sempit ; Dengan karakteristik symbol 3V, 5V dan 5L.
3. Tipe beban ringan ; dengan karakteristik tanda 3L, 4L dan 5L.
c. Sabuk Bergerigi
Berpasangan dengan roda gigi, dimana sabuk difungsikan untuk menerima
tegangan yang lebih besar, keuntungan menggunakan sabuk bergerigi yaitu
tidak terjadi slip dan suara yang lebih halus dibandingkan rantai.
d. Sistem Transmisi Rantai dan Sprocket (chain drrive)
Digunakan untuk transmisi tenaga pada jarak sedang. Kelebihan transmisi
ini dibanding dengan transmisi sabuk dan puli yaitu dapat untuk menyalurkan
daya yang lebih besar, tidak ada slip. Kekurangan dari transmisi ini yaitu tidak
dapat digunakan untuk kecepatan tinggi dan getararan yang tinggi.
B. TEORI PASAK
1. Definisi
Pasak (key) adalah sebuah elemen mesin berbentuk silindris, balok kecil atau silindris
tirus yang berfungsi sebagai penahan elemen seperti puli, sproket roda gigi atau
kopling pada poros.
2. Jenis Pasak
a. Pasak Persegi/Bujur Sangkar
Banyak dipakai
Untuk poros berdiameter hingga 6,5 inch (16,51 cm) pasak berpenampang
bujur sangkar
Diameter poros lebih besar dari 6,5 inch pasak berpenampang persegi
panjang.
Sistem transmisinya lebih ringkas, putaran lebih tinggi dan daya yang besar.
Sistem yang kompak sehingga konstruksinya sederhana.
Kemampuan menerima beban lebih tinggi.
Efisiensi pemindahan dayanya tinggi karena faktor terjadinya slip sangat kecil.
Kecepatan transmisi rodagigi dapat ditentukan sehingga dapat digunakan dengan
pengukuran yang kecil dan day yang besar.
Roda gigi harus mempunyai perbandingan kecepatan sudut tetap antara dua poros. Di
samping itu terdapat pula roda gigi yang perbandingan kecepatan sudutnya dapat
bervariasi. Ada pula roda gigi dengan putaran yang terputus-putus.Dalam teori, roda gigi
pada umumnya dianggap sebagai benda kaku yang hampir tidak mengalami perubahan
bentuk dalam jangka waktu lama.
Keterangan gambar :
Lingkaran jarak bagi (Pitch circle) yaitu lingkaran imajiner yang dapat
memberikan gerakan yang sama seperti roda gigi sebenarnya.
Tinggi Kepala (Addendum) yaitu jarak radial gigi dari lingkaran jarak bagi ke
puncak kepala.
Tinggi kaki (Dedendum) yaitu jarak radial gigi dari lingkaran jarak bagi ke
dasar kaki.
Lingkaran kepala (Addendum circle) yaitu gambaran lingkaran yang melalui
puncak kepala dan sepusat dengan lingkaran jarak bagi.
Lingkaran kaki (Dedendum circle) yaitu gambaran lingkaran yang melalui
dasar kaki dan sepusat dengan lingkaran jarak bagi.
Lebar gigi (Tooth space) yaitu sela antara dua gigi yang saling berdekatan.
Tebal gigi (Tooth thickness) yaitu lebar gigi antara dua sisi gigi yang
berdekatan.
Sisi kepala (Face of the tooth) yaitu permukaan gigi di atas lingkaran jarak bagi.
Sisi kaki (Flank of the tooth) yaitu permukaan gigi di bawah lingkaran jarak
bagi.
Lebar gigi (Face width) yaitu lebar gigi pada roda gigi secara paralel pada
sumbunya.
D. TEORI SEAL DAN GASKET
1. Seal
Menurut Taka (2011:26), pengertian sederhana dari seal adalah menjaga
kebocoran pelumas (lubrikasi). Selain fungsi menjaga kebocoran , juga dapat menjaga
kotoran dan material lain masuk kedalam sistem, seal diklasifikasikan menjadi dua
bagian yaitu: static seal dan dynamic seal. Static seal biasa digunakan pada permukaan
yang tidak ada gerakan pada dua permukaan yang dilapisi. Contoh yang termasuk static
seal adalah: o-ring seal, gasket dan liquid gasket. Dynamic seal biasa digunakan pada
komponen yang bergerak antara permukaan satu dengan yang lainnya. Contoh yang
termasuk dynamic seal adalah o-ring seals, lip seals,o-cone seals dan packing rings.
Pada dasarnya static seal dan dynamic seal seperti O-ring, lip packing, gland,
dan mekanikal seal lainnya fungsinya sama seperti seal yaitu menjaga kebocoran seperti
ditunjukan pada gambar dibawah ini. Oil seal sebagian besar sering dipakai untuk
aplikasi shaft yang berputar, oleh karena itu harus adanya kualitas yang baik pada tiap
komponen agar tidak menimbulkan kerusakan terhadap komponen.
E. TEORI PELUMASAN
Prinsip dasar pelumasan yaitu untuk mencegah terjadinya solid friction atau gesekan
antara dua permukaan logam yang bergerak, sehingga gerakan dari masing-masing logam
dapat lancar tanpa banyak energi yang terbuang. Bagianbagian mesin yang membutuhkan
pelumasan adalah semua bagian yang bergerak, yang terdiri dari bantalan-bantalan
peluncur (plain bearing), bantalan-bantalan pelor (ball bearing), roda-roda gigi, silinder-
silinder kompresor, silinder-silinder pompa, dan silinser hidrolik. Karena semua bagian
yang bergerak pada mesin membutuhkan pelumasan maka dengan mereduksi friksi,
keausan juga akan berkurang, begitu dengan jumlah energi yang diperlukan untuk kerja
(efisiensi meningkat).
Material yang dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan pelumas adalah
sebagai berikut:
a. Bahan dari mineral yang dapat menghasilkan minyak, seperti minyak bumi yang dapat
digunakan untuk membuat minyak mineral sebagai bahan dasar pelumas yang disebut
sebagai pelumas mineral.
Minyak mineral merupakan minyal yang diperoleh dari hasil pengolahan minyak bumi
yang termasuk pada fraksi destilat berat, yang mempunyai titik didih lebih dari 300°C.
Minyak bumi yang diperoleh diproses sehingga menghasilkan lube base oil bersama
dengan produk yang lain, seperti bahan bakar dan aspal. Lube base oil ini diproses
kembali sehingga menjadi bahan dasar minyak mineral.
Bahan mineral minyak bumi, yang merupakan bahan yang dapat menghasilkan bahan
bakar, dan minyak pelumas, mayoritasnya terdiri dari elemen-elemen hidrogen dan
karbon. Hidrogen dan kabon merupakan elemen-elemen organik yang membentuk
ikatan yang dikenal dengan dengan nama hidrokarbon.
b. Bahan yang berasal dari senyawa kimia sintetis dalam bentuk senyawa polimer yang
dikenal dengan pelumas sintetis.
Pelumas sintetis dibuat melalui sintetis kimiawi dengan memadukan senyawa-senyawa
yang memiliki berat molekul yang rendah dan memiliki viskositas yang memenuhi
syarat untuk digunakan sebagai bahan dasar pelumas. Istilah sintetis atau tersintesa
digunakan untuk menjelaskan fluida dasar apa yang digunakan dalam pelumas tersebut.
Suatu bahan sintetis adalah material yang dihasilkan dari perpaduan atau penyatuan
sejumlah unit-unit dasar yang berdiri sendiri menjadi suatu material baru dengan ciri /
sifat yang baru.
Pelumas sintetis memiliki banyak perbedaan dengan pelumas yang terbuat dari minyak
mineral. Minyak mineral terbuat dari campuran senyawa komplek hidrokarbon yang
terbentuk secara alami. Sifat-sifat yang dihasilkan merupakan sifat rata-rata dari
campuran yang sudah mencakup sifat yang baik untuk pelumasan dan juga sifat-sifat
yang tergolong buruk untuk pelumasan. Sedangkan pelumas sintetis merupakan
pelumas buatan manusia yang dirancang sedemikian rupa sehingga struktur molekul
campuran yang terbentuk dapat sesuai dengan sifat-sifat yang diharapkan / diinginkan.
Pelumas sintetis juga dapat diolah sehingga memiliki sifat sifat yang unik yang tidak
dimiliki oleh pelumas dari minyak mineral, misalnya sifat yang nonflammable, dapat
terlarut dalam air, dan lain-lain. Dengan begitu, penggunaan pelumas sintetis dapat
menggunakan pelumas dari minyak mineral yang tentunya tidak dapat memiliki sifat-
sifat seperti yang dimiliki oleh pelumas sintetis, sehingga unjuk kerja pelumas tersebut
tidak memadai.
Ada tujuh jenis base oil untuk pelumas sintetis yang paling banyak digunakan,
yaitu:
Polyalphaolefins (Poly a-Olefin / PAO)
Alkylated aromatics
Polybutenes
Alphatic diesters
Polyolesters
Polyalkyleneglycols
Phosphate ester
c. Bahan yang berasal dari minyak tumbuh-tumbuhan maupun lemak hewan yang disebut
minyak natural atau di sebut juga pelumas bio.
F. TEORI KOPLING
1. Pengertian Kopling
Kopling (Clutch) adalah suatu bagian yang mutlak diperlukan pada kendaraan
di mana penggerak utamanya diperoleh dari hasil pembakaran di dalam silinder
Engine. pada tahap pertama engine dihidupkan tanpa digunakan tenaganya oleh
karena itu engine pada tahap pertama harus dapat berputar dahulu dan kemudian
memindahkan tenaganya perlahan-lahan pada roda belakang sehingga kendaraan akan
bergerak perlahan-lahan dan juga engine harus bebas (tidak berhubungan) bila
mengganti gigi transmisi.
Oleh karena hal tersebut maka diperlukan pemasangan clutch yang letaknya di
antara engine dan transmisi yang berfungsi untuk menghubungkan dan membebaskan
putaran engine. Bila tenaga dari satu engine yang sedang berputar di pindahkan pada
roda-roda penggerak pada waktu kendaraan sedang berhenti, kendaraan akan
melompat apabila tenaga terlalu besar dan mesin akan mati bila tenaga engine terlalu
kecil, juga kendaraan tidak dapat bergerak dengan lembut. Untuk memungkinkan
engine dapat hidup diperlukan kopling yang memindahkan tenaga dengan perlahan-
lahan dan sesudah tenaga sebagian besar pemindah maka pemindahan tenaga akan
berlangung tanpa terjadinya slip (tergelincir), juga kopling harus dapat berkerja
dengan sedarhana.
Tutup clutch yang dipasangkan pada roda penerus akan turut berputar bersama
sama, diantaranya roda penerus dan pelat penekan terdapat plat clutch yang
dipasangkan pada alur–alur poros input transmisi sehingga poros dan disclutch
dapat berputar bersama sama. Plat penekan dipasangkan pada tutup kopling dan
diantaranya diberi pegas – pegas sehingga plat penekan dapat tertekan secara tetap
(konstant) dan kuat terhadap disclutch dengan adanya tekanan pegas- pegas ini ,
karena itu tenaga mesin yang di pindahkan keporos input transmisi dengan daya gesek
antara roda penerus, plat penekan dan disclutch.
Melalui batang mekamisme, penekanan yang belaku pada pedal kopling akan
mendesak bantalan pembebas melalui tuas-tuas penekan,tekanan udara tuas-tuas
penekan ada lebih besar dari pada tekanan pegas-pegas kopling dan akan menarik plat
penekan ke belakang, karena itu gesekan yang bekerja di antara plat kopling dan plat
penekan akan hilang dengan demikian tenaga akan di teruskan lagi ke transmisi.
2. Jenis Kopling
Jenis kopling dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
1) Kopling dengan menggunakan gigi
Kopling jenis ini banyak digunakan untuk hubungan gigi transmisi jenis
Syncronmesh.
2) Kopling Gesek
Kopling gesek (Friction Clutch) adalah proses pemindahan tenaga melalui gesekan
antara bagian penggerak dengan yang akan digerakkan. Konsep kopling ini banyak
digunakan pada sistem pemindahan tenaga kendaraan.
3) Kopling Tekanan Hidrolis
Kopling hidrolis banyak digunakan pada kendaraan pada kendaraan dengan
transmisi otomatis. Proses kerjanya memanfaatkan tekanan hidrolis, dan
pemindahan dari satu kopling ke kopling yang lainnya, dilakukan dengan mengatur
aliran hidrolisnya.
3. Fungsi Kopling
a. Meneruskan / memutuskan (engaged/disengaged) putaran dari engine ke
transmisi sehingga memungkinkan kendaraan atau unit untuk bergerak / berjalan
ataupun berhenti .
b. Untuk mempermudah ketika melakukan perpindahan kecepatan (Shifting
transmisi) dan juga ketika perlambatan / pengereman.
c. Untuk memungkinkan kendaraan atau unit berhenti tanpa harus mematikan
engine, sementara gigi transmisi tetap terpasang / masuk .
Berkaitan dengan fungsinya dalam suatu sistem power train, kopling (clutch) harus
dapat memenuhi persyaratan tertentu agar kendaraan dapat bergerak / berjalan dengan
baik dan pengoperasiannya juga tidak menyusahkan operator.
G. TEORI KOROSI
1. Pengertian Korosi
Korosi merupakan suatu kerusakan yang dihasilkan dari reaksi kimia antara
sebuah logam atau logam paduan dan didalam suatu lingkungan. Fenomena korosi
merupakan reaksi kimia yang dihasilkan dari dua reaksi setengah sel yang melibatkan
elektron sehingga menghasilkan suatu reaksi elektrokimia. Dari dua reaksi setengan
sel ini terdapat reaksi oksidasi pada anoda dan reaksi reduksi pada katoda.
Kebanyakan proses korosi bersifat elektrokimia, dimana larutan berfungsi sebagai
elektrolit sedangkan anoda dan katoda terbentuk karena adanya inhomogenitas.
Reaksi elektrokimia pada proses korosi, yaitu :
Reaksi oksidasi :
Beberapa faktor yang mempengaruhi proses korosi pada sistem aqueous antara lain :
1. Komponen ion larutan dan konsentrasinya
2. pH (tingkat keasaman)
3. Kadar oksigen
4. Temperatur dan transfer panas
5. Kecepatan (pergerakan fluida)
2. Galvanic corrosion
Merupakan korosi yang disebabkan adanya beda potensial antara dua logam yang
berada pada fluida atau media konduktif dan korosif. Akibatnya, logam dengan
ketahanan terhadap korosi yang rendah akan mengalami laju korosi lebih tinggi
dibandingkan dengan logam yang memiliki ketahanan terhadap korosi tinggi.
Pencegahan korosi ini adalah dengan menggunakan satu jenis material yang sama
atau menggunakan kombinasi beberapa material yang memiliki sifat galvanis yang
mirip, menggunakan insulasi pada sambungan antara logam, serta mengurangi
karakteristik korosi dari fluida dengan menggunakan corrosion inhibitor.
3. Crevice corrosion
Merupakan korosi yang terjadi di sela-sela gasket, sambungan bertindih, sekrup-
sekrup atau kelingan yang terbentuk oleh kotoran-kotoran endapan atau timbul
dari produk-produk karat.
4. Pitting corrosion
Merupakan fenomena korosi dimana proses korosi terjadi pada suatu area pada
permukaan logam yang akhirnya menyebabkan terjadinya lubang pada permukaan
tersebut. Korosi ini biasanya disebabkan oleh chloride atau ion yang
mengandung chlorine. Korosi ini dapat dicegah dengan pemilihan material yang
sesuai dan memiliki ketahan tinggi terhadap korosi.
5. Erosion corrosion
Merupakan korosi yang terjadi sebagai akibat dari tingginya pergerakan relatif
fluida korosif terhadap permukaan logam. Proses ini umumnya berlangsung dengan
adanya dekomposisi kimia atau elektrokimia pada permukaan logam.
7. Crevice corrosion
Yaitu korosi yang terjadi di sela-sela gasket, sambungan bertindih, sekrup- sekrup
atau kelingan yang terbentuk oleh kotoran-kotoran endapan atau timbul dari
produk-produk karat.
8. Selective leaching
Korosi ini berhubungan dengan melepasnya satu elemen dari campuran logam.
Contoh yang paling mudah adalah desinification yang melepaskan zinc dari
paduan tembaga.
4. Oksigen
Adanya oksigen yang terdapat di dalam udara dapat bersentuhan dengan
permukaan logam yang lembab. Sehingga kemungkinan menjadi korosi lebih
besar. Di dalam air (lingkungan terbuka), adanya oksigen menyebabkan korosi.
5. Waktu Kontak
Aksi inhibitor diharapkan dapat membuat ketahanan logam terhadap korosi
lebih besar. Dengan adanya penambahan inhibitor kedalam larutan, maka akan
menyebabkan laju reaksi menjadi lebih rendah, sehingga waktu kerja inhibitor
untuk melindungi logam menjadi lebih lama. Kemampuan inhibitor untuk
melindungi logam dari korosi akan hilang atau habis pada waktu tertentu, hal itu
dikarenakan semakin lama waktunya maka inhibitor akan semakin habis terserang
oleh larutan.
H. TEORI KEAUSAN
1. Pengertian Keausan
Definisi paling umum dari keausan yang telah dikenal sekitar 50 tahun lebih
yaitu hilangnya bahan dari suatu permukaan atau perpindahan bahan dari
permukaannya ke bagian yang lain atau bergeraknya bahan pada suatu
permukaan. Definisi lain tentang keausan yaitu sebagai hilangnya bagian dari
permukaan yang saling berinteraksi yang terjadi sebagai hasil gerak relatif pada
permukaan.
Keausan yang terjadi pada suatu material disebabkan oleh adanya beberapa
mekanisme yang berbeda dan terbentuk oleh beberapa parameter yang
bervariasi meliputi bahan, lingkungan, kondisi operasi, dan geometri permukaan
benda yang terjadi keausan.
2. Adhesive wear.
Keausan ini terjadi jika partikel permukaan yang lebih lunak menempel
atau melekat pada lawan kontak yang lebih keras.
3. Flow wear.
Keausan ini terjadi jika partikel permukaan yang lebih lunak mengalir
seperti meleleh dan tergeser plastis akibat kontak dengan lain.
4. Fatigue wear.
Fenomena keausan ini didominasi akibat kondisi beban yang berulang
(cyclic loading). Ciri-cirinya perambatan retak lelah biasanya tegak lurus
pada permukaan tanpa deformasi plastis yang besar, seperti: ball
bearings, roller bearings dan lain sebagainya.
2. Corrosive wear.
Mekanisme ini ditandai oleh batas butir yang korosif dan pembentukan
lubang. Misalnya, permukaan sliding di dalam lingkungan yang korosif.
2. Diffusive wear.
Terjadi ketika ada pancaran (diffusion) elemen yang melintasi bidang kontak
misalnya pada perkakas baja kecepatan tinggi.
Dalam banyak situasi keausan, ada banyak mekanisme yang beroperasi secara
serempak, akan tetapi biasanya akan ada satu mekanisme penentu tingkat
keausan yang harus diteliti dalam hal ini berhubungan dengan masalah
keausan. Hubungan antara koefisien gesek dan laju keausan belum ada
penjelasan yang tepat, karena hubungan keduanya akan selalu berubah terhadap
waktu. Saat ini yang paling banyak digunakan dan paling sederhana dalam
memodelkan keausan adalah model keausan Archard, beberapa yang lain
mencoba mengembangkan model keausan dengan memasukkan efek gesekan
dalam menawarkan model yang lebih akurat yang dibandingkan dengan penelitian
percobaan yang telah dibuat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mata kuliah ini mempelajari tentang dasar-dasar ilmu dan pengetahuan
tentang Teknik Perawatan yang berbasis pada Perawatan Komponen/Elemen-
elemen mesin yang harus dikuasai sebagai ilmu dasar Teknk Perawatan Mesin.
Pembahasan pada mata kuliah ini meliputi : Dasar-dasar pelaksanaan perawatan,
pelumas dan pelumasan, keausan, Kc komponen (bantalan, poros, pasak, dan
splines, roda gigi, pully dan sabuk, rantai dan sprocket, seal gasket packing, dll).
DAFTAR PUSTAKA