SNI Metarhizium

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 21

SNI 8027.

2:2014

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Standar Nasional Indonesia

Agens Pengendali Hayati (APH) –


Bagian 2: Metarhizium anisopliae

ICS 67.050 Badan Standardisasi Nasional


“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
© BSN 2014

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau
seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun serta dilarang mendistribusikan
dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN

BSN
Gd. Manggala Wanabakti
Blok IV, Lt. 3,4,7,10.
Telp. +6221-5747043
Fax. +6221-5747045
Email: [email protected]
www.bsn.go.id

Diterbitkan di Jakarta
SNI 8027.2:2014

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Daftar isi

Daftar isi..................................................................................................................................... i
Prakata ..................................................................................................................................... ii
1 Ruang lingkup ....................................................................................................................1
2 Acuan normatif...................................................................................................................1
3 Istilah dan definisi ..............................................................................................................1
4 Persyaratan mutu ..............................................................................................................2
5 Pengambilan contoh ..........................................................................................................2
6 Pengujian ...........................................................................................................................2
7 Pengemasan......................................................................................................................3
8 Penandaan atau pelabelan ................................................................................................3
Lampiran A (Normatif) Pengambilan contoh APH Metarhizium anisopliae dalam bentuk
padat .........................................................................................................................................4
Lampiran B (Normatif) Pengambilan contoh APH Metarhizium anisopliae dalam bentuk cair 5
Lampiran C (Normatif) Uji kerapatan konidium.........................................................................6
Lampiran D (Normatif) Uji viabilitas konidium .........................................................................11
Lampiran E (Normatif) Uji patogenesitas terhadap serangga uji ...........................................13
Lampiran F (Normatif) Uji patogenisitas terhadap tanaman tembakau ..................................14
Lampiran G (Informatif) Morfologi APH Metarhizium anisopliae .............................................15
Lampiran H (Informatif) Pembuatan media agar ....................................................................16
Bibliografi ................................................................................................................................17 
 

© BSN 2014 i
SNI 8027.2:2014

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Prakata

Standar Nasional Indonesia (SNI) Agens Pengendali Hayati (APH) Metarhizium anisopliae
disusun sebagai upaya untuk memberikan jaminan mutu (quality assurance) APH, karena
saat ini belum ada standar mutu APH yang dapat digunakan sebagai acuan dalam
pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) sasaran. Metarhizium anisopliae
merupakan jamur parasitik antara lain pada Oryctes rhinoceros, Brontispa longissima,
Lepidiota stigma dan Exopholus hypoleuca.

Standar ini dirumuskan oleh Komite Teknis (KT) 65-03 : Pertanian dan telah dibahas dalam
rapat teknis. Perumusan dilakukan dalam rapat konsensus di Bogor pada tanggal 31
Oktober 2013 yang dihadiri oleh anggota Komite Teknis dan pemangku kepentingan lainnya.

Standar ini telah melalui proses jajak pendapat pada tanggal 17 Maret 2014 sampai dengan
15 Mei 2014 dengan hasil akhir RASNI.

© BSN 2014 ii
SNI 8027.2:2014

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Agens Pengendali Hayati (APH) – Bagian 2: Metarhizium anisopliae

1 Ruang lingkup

Standar ini menetapkan syarat mutu, pengambilan contoh, pengujian, pengemasan dan
penandaan Agens Pengendali Hayati (APH) Metarhizium anisopliae.

2 Acuan normatif

SNI 19-0428, Petunjuk pengambilan contoh padatan;


SNI 19-0429, Petunjuk pengambilan contoh cairan dan semi padat.

3 Istilah dan definisi

3.1
agens pengendali hayati (APH)
mikroorganisme atau organisme yang mempunyai kemampuan untuk menekan,
menghambat, mematikan atau menyebabkan penyakit jasad sasaran melalui mekanisme
tertentu dan berpotensi digunakan dalam pengendalian. APH dapat sebagai parasit,
predator, atau patogen

3.2
Metarhizium anisopliae
salah satu jamur terbawa tanah yang dapat digunakan sebagai Agens Pengendali Hayati,
biasa disebut green muscardine

CATATAN 1 Metarhizium anisopliae termasuk jamur kelas Deuteromycetes yang dapat


menyebabkan penyakit pada serangga. Kemampuan untuk menginfeksi inang disebabkan adanya
aktivitas toksin yang dihasilkan yaitu cyclopeptida, destruxin A, B, C, D, E dan desmethyldestruxin B

3.3
konidium
organ atau alat perkembangbiakan jamur secara aseksual yang mempunyai bermacam-
macam bentuk dan umumnya berkembang dengan membentuk buluh kecambah berupa sel
tunggal atau majemuk, bening (hialin) atau mengandung pigmen (zat warna) cokelat, hijau,
atau biru

3.4
kerapatan konidium
jumlah konidium dalam suspensi per satuan volume tertentu atau jumlah konidium dalam
bentuk padatan per satuan berat tertentu

3.5
viabilitas konidium
kemampuan konidium untuk bertahan hidup pada keadaan tertentu yang dapat dilihat dari
perkecambahan atau kondisi dinding konidium yang tidak berkerut

© BSN 2014 1 dari 17


SNI 8027.2:2014

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
3.6
patogenisitas
kemampuan relatif suatu patogen atau entomopatogen untuk menimbulkan penyakit pada
inang yang biasanya dinyatakan dalam LD50 & LT50

3.7
lethal dossage (LD50)
dosis tunggal APH Metarhizium anisopliae yang dapat menyebabkan kematian 50 %
populasi serangga uji

3.8
lethal time (LT50)
waktu yang diperlukan APH Metarhizium anisopliae untuk mematikan 50 % populasi
serangga uji dalam kondisi tertentu

3.9
serangga uji
serangga yang digunakan sebagai objek dalam uji patogenisitas

4 Persyaratan mutu

Persyaratan mutu APH Metarhizium anisopliae dilihat dalam Tabel 1.

Tabel 1 - Persyaratan mutu APH Metarhizium anisopliae

Parameter Satuan Nilai


Kerapatan konidium per ml ≥ 106
Viabilitas konidium % ≥ 60
Patogenisitas terhadap serangga uji
- LD50 per ml ≥106
- LT50 hari ≤4
Patogenisitas terhadap tanaman tembakau -
Negatif

5 Pengambilan contoh

5.1 Pengambilan contoh dalam bentuk padat sesuai dengan SNI 19-0428 dan pengambilan
contoh APH dalam bentuk cair sesuai dengan SNI 19-0429.

5.2 Pengambilan contoh dilakukan oleh petugas pengambil contoh yang kompeten.

6 Pengujian

6.1 Pengujian dilakukan oleh petugas yang kompeten.

6.2 Persiapan contoh pengujian dalam bentuk padat sesuai dengan lampiran A dan dalam
bentuk cair sesuai dengan lampiran B.

© BSN 2014 2 dari 17


SNI 8027.2:2014

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
6.3 Jenis pengujian

6.3.1 Uji kerapatan konidium

Cara uji kerapatan konidium dapat dilihat pada lampiran C.

6.3.2 Uji viabilitas konidium

Cara uji viabilitas konidium dapat dilihat dalam lampiran D.

6.2.3 Uji patogenisitas pada serangga uji

Cara uji patogenisitas pada serangga ujii dapat dilihat dalam lampiran E.

6.2.4 Uji patogenisitas pada tanaman tembakau

Cara uji patogenisitas pada tanaman dapat dilihat dalam lampiran F.

7 Pengemasan

7.1 APH dikemas dalam bentuk padat (tepung, serbuk, granul) atau cair.

7.2 Kemasan dibuat dari bahan yang tidak mudah rusak dan aman sehingga APH tidak
mengalami penurunan mutu.

8 Penandaan atau pelabelan

Penandaan atau pelabelan ditulis dengan bahan yang tidak luntur dan mudah dibaca.
Pelabelan sekurang-kurangnya mencantumkan informasi tentang :

- Nama dan alamat produsen;


- Jenis APH;
- Bentuk produk;
- Sasaran OPT;
- Kerapatan konidium;
- Tanggal kadaluwarsa;
- Kode produksi.

© BSN 2014 3 dari 17


SNI 8027.2:2014

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Lampiran A
(normatif)
Pengambilan contoh APH Metarhizium anisopliae dalam bentuk padat

A.1 Prinsip

Mengambil contoh APH Metarhizium anisopliae dalam bentuk padat.

A.2 Bahan

a. Contoh APH Metarhizium anisopliae;


b. Aluminium foil;

A.3 Peralatan

a. Alat timbang analitik;


b. Sendok sampling;
c. Magnetic stirer.

A.4 Prosedur pengambilan contoh APH

a) Homogenkan contoh APH Metarhizium anisopliae dalam bentuk padat dengan cara
dikocok.
b) Ambil contoh APH Metarhizium anisopliae, letakkan diatas aluminium foil.
c) Timbang 1 g contoh bahan uji dengan menggunakan aluminium foil dan masukkan
kedalam erlenmeyer 100 ml.
d) Tambahkan akuades hingga volume mencapai 100 ml.
e) Homogenkan larutan dengan menggunakan magnetic stirrer selama lebih kurang 15
menit.
f) Contoh siap digunakan sebagai bahan uji.

© BSN 2014 4 dari 17


SNI 8027.2:2014

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Lampiran B
(normatif)
Pengambilan contoh APH Metarhizium anisopliae dalam bentuk cair

B.1 Prinsip

Mengambil contoh APH Metarhizium anisopliae dalam bentuk cair.

B.2 Bahan

Contoh APH Metarhizium anisopliae.

B.3 Peralatan

a. Pipet ukur 10 ml;


b. Erlenmeyer 100 ml;
c. Magnetic stirer.

B.4 Prosedur pengambilan contoh APH

a) Homogenkan contoh APH Metarhizium anisopliae dalam bentuk cair dengan cara
dikocok.
b) Ambil contoh APH Metarhizium anisopliae sebanyak 10 ml dengan menggunakan pipet
ukur.
c) Masukkan ke dalam erlenmeyer.
d) Tambahkan akuades hingga volume mencapai 100 ml.
e) Homogenkan larutan dengan menggunakan magnetic stirrer selama lebih kurang 15
menit.
f) Contoh siap digunakan sebagai bahan uji.

© BSN 2014 5 dari 17


SNI 8027.2:2014

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Lampiran C
(normatif)
Uji kerapatan konidium

C.1 Prinsip

Menghitung kerapatan konidium dengan menggunakan Haemacytometer tipe Neubauer


improve dan mikroskop sesuai prosedur.

C.2 Bahan

a. Sampel jamur Metarhizium anisopliae;


b. Akuades 100 ml;
c. Aluminium foil;
d. Alkohol 70 %.

C.3 Peralatan

a. Mikroskop;
b. Haemacytometer tipe Neubauer improve;
c. Hand counter;
d. Gelas penutup haemacytometer;
e. Alat timbang analitik;
f. Magnetic stirrer;
g. Erlenmeyer 100 ml;
h. Syringe atau pipet 1 ml;
i. Sendok sampling.

C.4 Prosedur perhitungan kerapatan konidium

a) Siapkan haemacytometer tipe Neubauer improve, letakkan pada meja benda mikroskop.
Tutup dengan gelas penutup haemacytometer seperti Gambar C.1.

Gambar C.1 - Penutupan haemacytometer menggunakan gelas penutup.

b) Amati dengan perbesaran 100x, untuk mendapatkan bidang hitung pada


haemacytometer.
c) Ambil 0,2 ml contoh uji menggunakan syringe atau pipet.
d) Teteskan suspensi konidium secara perlahan pada bidang hitung dengan syringe atau
pipet melalui kedua kanal pada sisi atas dan bawah hingga bidang hitung terpenuhi
suspensi secara kapiler. Diamkan satu menit agar posisi stabil (Gambar C.2).

© BSN 2014 6 dari 17


SNI 8027.2:2014

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Gambar C.2 - Penetesan suspensi pada bidang hitung

e) Ulangi pengamatan untuk memperoleh fokus pada konidium dan pada bidang hitung.
f) Hitung kerapatan konidium yang terdapat pada kotak hitung (a+b+c+d+e) dengan
perbesaran 400x dengan menggunakan hand counter. Lakukan pengecekan
penghitungan untuk tiap kotak hitung.

© BSN 2014 7 dari 17


SNI 8027.2
2:2014

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
0,2 mm

1 mm a 0,2 mm
m
b
c

1 mm d
e

CATATAN Kotak pada Gambar C.3 dengan luas 1mm x 1mm = 1 mm m 2 di bagi menjadi 25 kotak
otak a, b, c, d,
sehingga ko d e masing-masing mem
miliki luas 0,2
2 mm x 0,2 mm
m = 0,04 mm m2

Gam
mbar C.3 - Kotak
K perhitungan pa
ada haemac
cytometer

g) Alur pe
erhitungan kerapatan konidium
k se
eperti tercan
ntum dalam
m Gambar C
C.4.

Gambarr C.4 - Alur perhitung


gan konidiu
um

h) Konidiium yang terletak


t padda garis battas kotak hitung hanya
a dihitung p
pada sisi kirri dan
atas kotak hitung tersebut, sedangkan
s p
proses perh
hitungannyaa seperti Ga
ambar C.5.

© BSN 2014 8 dari 17


SNI 80
027.2:2014
4

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
A

Keterangan :
A : konidium yang dihitun
ng
B : konidium yang tidak dihitung
d

Gambar C.5
C - Perhitu
ungan konidium

i) U
Ulangi ada bidang hitung 2
langkah C.4 i pa

A
B

C
D

Keterangan gammbar :
A : kanal 1
B : bidang hitung 1
C : bidang hitung 2
D : kanal 2

mbar C.6 - Kanal pada haemacy


Gam ytometer

j) Bersihkan haemacyto
B ometer.
k) U
Ulangi langgkah C.4 a dan C.4 b, kem mudian koccok suspen
nsi konidium dengan
n
m
menggunak kan magnettic stirer selama 3 mennit.
l) Ulangi
U langkah C.4 f hingga
h C.4 l sebanyak 2 kali.
m) Setelah
S umlah konidium pad
diiketahui ju da kotak perhitungan, hitung kerapatan
n
k
konidium/m ml dengan caara sebagai berikut :

S 10
L t d

Keterangan :
S adalah
a kerapaatan konidium/ml;
a
adalah rerata
a jumlah konidium pada kotak
k a,b,c,d,,e;
L adalah luas ko otak hitung 0,04 mm2;
t adalah kedala aman bidang g hitung 0,1 mm;
m
d adalah faktor pengenceran;
103 adalah
a volum
me suspensi yang
y g (1 ml = 103 mm3).
dihitung

ATAN Rum
CATA mus ini digunnakan apabila haemacyttometer yang
g dipakai Neuubauer impro
rove. Apabila
a
meng
ggunakan jen
nis yang lain, maka peng
ghitungan dis
sesuaikan de
engan kondissi Haemacyto
ometer.

© BS
SN 2014 9 dari 17
1
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Hitung rerata kerapatan konidium pada kedua ulangan.

10 dari 17
SNI 8027.2:2014

© BSN 2014
n)
SNI 8027.2:2014

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Lampiran D
(normatif)
Uji viabilitas konidium

D.1 Prinsip

Menghitung persentase jumlah konidium yang berkecambah.

D.2 Bahan

a. Sampel APH Metarhizium anisopliae;


b. Akuades;
c. Kapas gulung;
d. Alkohol 70%;
e. Medium PDA atau SDA.

D.3 Peralatan

a. Mikroskop;
b. Hand counter;
c. Gelas benda (object glass);
d. Gelas penutup;
e. Magnetic stirrer;
f. Skalpel;
g. Lampu spiritus;
h. Syringe atau pipet tetes 1 ml;
i. Cawan petri diameter 9 cm;
j. Bor gabus (cork borer) diameter 0,5 cm.

D.4 Prosedur pengujian viabilitas konidium

a) Cairkan medium PDA atau SDA tegak di atas lampu spiritus.


b) Tuangkan PDA atau SDA cair kedalam cawan petri berdiameter 9 cm, ratakan dan
biarkan sampai padat.
c) Potong medium PDA atau SDA menggunakan bor gabus diameter 0,5 cm.
d) Letakkan potongan medium PDA atau SDA menggunakan skalpel diatas gelas benda
(object glass). Tiap gelas benda berisi 3 (tiga) potongan medium PDA/SDA sebagai
ulangan.
e) Teteskan suspensi konidium yang akan diuji sebanyak 1(satu) tetes (kerapatan 106 /ml)
dengan menggunakan syringe atau pipet volume 1ml.
f) Tutup tiap-tiap potongan medium PDA atau SDA dengan menggunakan gelas penutup.
g) Amati di bawah mikroskop apakah konidium tampak jelas dan nantinya dapat diamati.
h) Siapkan cawan petri berdiameter 9 cm dan isi dengan 1 gulung kapas yang beratnya
lebih kurang 0,45 g. Tiap gulung kapas dibasahi dengan 5 tetes akuades menggunakan
pipet tetes.
i) Letakkan gelas benda tersebut kedalam cawan petri dan inkubasikan selama 8 jam, 16
jam atau 24 jam pada suhu kamar.
j) Amati menggunakan mikroskop pada perbesaran 400x. Hitung jumlah konidium yang
berkecambah dan yang tidak berkecambah.
k) Hitung daya kecambah konidium dengan rumus sebagai berikut :

© BSN 2014 11 dari 17


SNI 8027.2:2014

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
∑ KB
VK x 100 %
∑ KB KTB

Keterangan :
VK adalah viabilitas konidium;
KB adalah konidium yang berkecambah;
KTB adalah konidium yang tidak berkecambah.

l) Ulangi langkah D.4 j dan D.4 k untuk kedua potongan medium yang lain.
m) Hitung rerata viabilitas dari ketiga potongan medium tersebut.

© BSN 2014 12 dari 17


SNI 8027.2:2014

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Lampiran E
(normatif)
Uji patogenesitas terhadap serangga uji

E.1 Prinsip

Menghitung larva atau serangga uji yang mati akibat terinfeksi APH Metarhizium anisopliae.

E.2 Bahan

a. Sampel APH Metarhizium anisopliae;


b. Larva atau serangga uji.

E.3 Peralatan

a. Cawan petri dengan diameter 15 cm;


b. Erlenmeyer 250 ml;
c. Hand Sprayer

E.4 Prosedur pengujian patogenesitas

a) Siapkan larva atau serangga uji di cawan petri yang telah disediakan. Dalam 1 cawan
petri diisi sebanyak minimum 20 ekor serangga uji.
b) Siapkan pakannya. Pakan dari serangga uji tersebut sebaiknya disterilkan terlebih
dahulu untuk menghindari kontaminasi dengan organisme lain.
c) Masukkan pakan tersebut kedalam penyungkup plastik yang telah diisi dengan
serangga uji.
d) Buat suspensi konidium APH Metarhizium anisopliae dalam erlenmeyer dengan
kerapatan konidium sesuai standar
e) Semprotkan suspensi konidium ke larva atau serangga uji di dalam cawan petri yang
sudah disiapkan dengan menggunakan hand sprayer.
f) Amati setiap hari jumlah larva atau serangga uji yang mati.
g) Persen kematian larva atau serangga dihitung dengan rumus sebagai berikut :

∑ SM
PK x 100 %
∑ SU

Keterangan :
PK adalah persentase kematian serangga uji
SM adalah serangga uji terinfeksi
SU adalah total serangga uji yang diamati

h) Perlakuan uji patogenesitas dilakukan minimum sebanyak tiga ulangan

© BSN 2014 13 dari 17


SNI 8027.2:2014

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Lampiran F
(normatif)
Uji patogenisitas terhadap tanaman tembakau

F.1 Prinsip

Mengamati terjadinya patogenisitas berupa timbulnya bercak nekrotik pada daun yang
diinokulasi APH Metarhizium anisopliae.

F.2 Bahan

a. Bibit tembakau (Nicotiana tabaccum) berumur 3 minggu - 4 minggu;


b. Sampel APH Metarhizium anisopliae;
c. Air steril.

F.3 Peralatan

a. Erlenmeyer 250 ml;


b. Syringe.

F.4 Prosedur pengujian patogenisitas

a) Siapkan bibit tembakau berumur 3 minggu - 4 minggu dalam polibag dan siramlah
dengan air secukupnya.
b) Siapkan syringe yang sudah disterilkan.
c) Buat suspensi konidium APH Metarhizium anisopliae dalam erlenmeyer dengan
kerapatan konidium sesuai standar.
d) Suntikan secara aseptik tulang daun tembakau pada permukaan bawah dengan
suspensi konidium APH Metarhizium anisopliae.
e) Amati ada tidaknya bercak nekrotik pada bagian yang disuntik. Pengamatan dilakukan
setiap hari selama 5 hari.
f) Bila tidak timbul bercak nekrotik, berarti reaksinya negatif, atau tidak patogenik.

© BSN 2014 14 dari 17


SNI 8027.2:2014

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Lampiran G
(informatif)
Morfologi APH Metarhizium anisopliae

G.1 Morfologi makroskopis

Pada awal pertumbuhan APH akan membentuk koloni berwarna putih, selanjutnya koloni
akan menebal dan berwarna hijau olive.

G.2 Morfologi mikroskopis

APH Metarhizium anisopliae mempunyai konidiofor tersusun tegak dalam suatu kumpulan
yang kompak, dan berlapis. Konidium berbentuk silinder, lonjong, panjangnya mencapai 6
µm - 16 µm. Konidium bersel satu, hialin dan tidak bersekat.

Keterangan :
A & C : konidiofor (pendukung konidium)
B & D : konidium

Gambar G.1 - Morfologi mikroskopik jamur Metarhizium anisopliae

© BSN 2014 15 dari 17


SNI 8027.2:2014

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Lampiran H
(informatif)
Pembuatan media agar

H.1 Prinsip

Membuat medium agar

H.2 Bahan

a. Medium Potato Dextrose Agar (PDA) instan;


b. Medium Sauboroud Dextrose Agar (SDA) instan.

H.3 Peralatan

a. Cawan petri dengan diameter 15 cm;


b. Erlenmeyer 250 ml;
c. Syringe;
d. Otoklaf;
e. Timbangan.

H.4 Prosedur

a. Timbang medium PDA sebanyak 39 g atau 65 g untuk medium SDA.


b. Masukkan medium tersebut ke dalam gelas piala 1000 ml.
c. Tuang akuades ke dalam gelas piala tersebut sampai 1000 ml.
d. Tuangkan air kedalam panci kecil dan letakkan di atas nyala api kompor.
e. Letakkan gelas piala ke dalam panci tersebut, kemudian aduk terus sampai medium
PDA atau SDA didalamnya agak mengental (kurang lebih 1 jam).
f. Siapkan tabung reaksi pada rak atau erlenmeyer yang telah disterilkan, serta syringe 5
ml.
g. Setelah medium PDA atau SDA homogen dan agak mengental kompor dimatikan.
h. Ambil PDA atau SDA dengan menggunakan syringe sebanyak 5 ml dan tuangkan ke
dalam tabung reaksi, kemudian ditutup kapas dan aluminium foil. Sebagai stok,
tuangkan medium PDA atau SDA kedalam erlenmeyer sesuai dengan yang kita
inginkan, kemudian ditutup dengan kapas dan aluminium foil.
i. Tabung reaksi dan erlenmeyer yang telah terisi PDA atau SDA kemudian dibungkus
plastik dan disteril dengan menggunakan otoklaf.
j. Setelah proses sterilisasi menggunakan otoklaf selesai, medium yang menggunakan
tabung reaksi kemudian dimiringkan.
k. Inkubasikan medium tersebut selama 1 hari - 2 hari, pisahkan medium yang
terkontaminasi.
l. Medium dapat digunakan untuk perhitungan viabilitas konidium, maupun untuk
perbanyakan jamur.
m. Apabila medium tersebut belum digunakan sebaiknya disimpan dalam lemari es dengan
suhu 5 °C.

© BSN 2014 16 dari 17


SNI 8027.2:2014

“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Bibliografi

Anonim, 2009. Instruksi Kerja Pengujian Mutu APH, Laboratorium Balai Besar Perbenihan
dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya.
Barnet, HL & Hunter, 1972, Illustrated Genera of Imperfect Fungi, Third Edition, Burgess
Publishing Company.
Das, K,.RKS Tiwari & DK Shrivastava, 2010, Techniques for Evaluation of Medicinal Plant
Products as Antimicrobial Agent :Current Methods and Future Trends, Journal of medicinal
Plants Research Vol. 4(2) pp.104-111.
Hadisutrisno B. & E. Laville, 1984. Etude de la variabilite des mutants resistants de
metalaxyl de Phytophthora citrophthora sur des agrumes, These du Ensa de Montpellier
(unpublished).
Hadisutrisno B. & C. Boisson, 1987. Etude de la variabilite intraclonale de Verticillium dahlia
Klebahn vis-à-vis de la tomate et du cotonnier. These du Docteur ingenieur Ensa de
Montpellier(unpublished).
Hadisutrrisno, B. 2005. Pedoman inokulasi planlet vanili dengan jamur Fusarium oxysporum
f.sp. vanillae.secara in vitro Fakultas Pertanian UGM.
Inglis, GD., J. Enkerli & M.S. Goettel, 2012, Laboratory Techniques Used for
Entomopathogenic Fungi : Hypocreales dalam Manual of Techniques in Invertebrate
Pathology, Second Edition, Academic Press, Washington, USA, pp. 189-253.
Lawrence, A.L. 1994. Biological Techniques : Manual of Techniques in Insect Pathology.
Academic Press. New York, Sydney-Tokyo-Toronto.
Semangun, H.,2008, Penyakit-penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia, Gadjah Mada
University Press.
http://www.bcrc.firdi.org.tw diakses pada tanggal 19 Maret 2013 jam 13.00.

© BSN 2014 17 dari 17

Anda mungkin juga menyukai