SNI Metarhizium
SNI Metarhizium
SNI Metarhizium
2:2014
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Standar Nasional Indonesia
Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau
seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun serta dilarang mendistribusikan
dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN
BSN
Gd. Manggala Wanabakti
Blok IV, Lt. 3,4,7,10.
Telp. +6221-5747043
Fax. +6221-5747045
Email: [email protected]
www.bsn.go.id
Diterbitkan di Jakarta
SNI 8027.2:2014
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Daftar isi
Daftar isi..................................................................................................................................... i
Prakata ..................................................................................................................................... ii
1 Ruang lingkup ....................................................................................................................1
2 Acuan normatif...................................................................................................................1
3 Istilah dan definisi ..............................................................................................................1
4 Persyaratan mutu ..............................................................................................................2
5 Pengambilan contoh ..........................................................................................................2
6 Pengujian ...........................................................................................................................2
7 Pengemasan......................................................................................................................3
8 Penandaan atau pelabelan ................................................................................................3
Lampiran A (Normatif) Pengambilan contoh APH Metarhizium anisopliae dalam bentuk
padat .........................................................................................................................................4
Lampiran B (Normatif) Pengambilan contoh APH Metarhizium anisopliae dalam bentuk cair 5
Lampiran C (Normatif) Uji kerapatan konidium.........................................................................6
Lampiran D (Normatif) Uji viabilitas konidium .........................................................................11
Lampiran E (Normatif) Uji patogenesitas terhadap serangga uji ...........................................13
Lampiran F (Normatif) Uji patogenisitas terhadap tanaman tembakau ..................................14
Lampiran G (Informatif) Morfologi APH Metarhizium anisopliae .............................................15
Lampiran H (Informatif) Pembuatan media agar ....................................................................16
Bibliografi ................................................................................................................................17
© BSN 2014 i
SNI 8027.2:2014
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Prakata
Standar Nasional Indonesia (SNI) Agens Pengendali Hayati (APH) Metarhizium anisopliae
disusun sebagai upaya untuk memberikan jaminan mutu (quality assurance) APH, karena
saat ini belum ada standar mutu APH yang dapat digunakan sebagai acuan dalam
pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) sasaran. Metarhizium anisopliae
merupakan jamur parasitik antara lain pada Oryctes rhinoceros, Brontispa longissima,
Lepidiota stigma dan Exopholus hypoleuca.
Standar ini dirumuskan oleh Komite Teknis (KT) 65-03 : Pertanian dan telah dibahas dalam
rapat teknis. Perumusan dilakukan dalam rapat konsensus di Bogor pada tanggal 31
Oktober 2013 yang dihadiri oleh anggota Komite Teknis dan pemangku kepentingan lainnya.
Standar ini telah melalui proses jajak pendapat pada tanggal 17 Maret 2014 sampai dengan
15 Mei 2014 dengan hasil akhir RASNI.
© BSN 2014 ii
SNI 8027.2:2014
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Agens Pengendali Hayati (APH) – Bagian 2: Metarhizium anisopliae
1 Ruang lingkup
Standar ini menetapkan syarat mutu, pengambilan contoh, pengujian, pengemasan dan
penandaan Agens Pengendali Hayati (APH) Metarhizium anisopliae.
2 Acuan normatif
3.1
agens pengendali hayati (APH)
mikroorganisme atau organisme yang mempunyai kemampuan untuk menekan,
menghambat, mematikan atau menyebabkan penyakit jasad sasaran melalui mekanisme
tertentu dan berpotensi digunakan dalam pengendalian. APH dapat sebagai parasit,
predator, atau patogen
3.2
Metarhizium anisopliae
salah satu jamur terbawa tanah yang dapat digunakan sebagai Agens Pengendali Hayati,
biasa disebut green muscardine
3.3
konidium
organ atau alat perkembangbiakan jamur secara aseksual yang mempunyai bermacam-
macam bentuk dan umumnya berkembang dengan membentuk buluh kecambah berupa sel
tunggal atau majemuk, bening (hialin) atau mengandung pigmen (zat warna) cokelat, hijau,
atau biru
3.4
kerapatan konidium
jumlah konidium dalam suspensi per satuan volume tertentu atau jumlah konidium dalam
bentuk padatan per satuan berat tertentu
3.5
viabilitas konidium
kemampuan konidium untuk bertahan hidup pada keadaan tertentu yang dapat dilihat dari
perkecambahan atau kondisi dinding konidium yang tidak berkerut
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
3.6
patogenisitas
kemampuan relatif suatu patogen atau entomopatogen untuk menimbulkan penyakit pada
inang yang biasanya dinyatakan dalam LD50 & LT50
3.7
lethal dossage (LD50)
dosis tunggal APH Metarhizium anisopliae yang dapat menyebabkan kematian 50 %
populasi serangga uji
3.8
lethal time (LT50)
waktu yang diperlukan APH Metarhizium anisopliae untuk mematikan 50 % populasi
serangga uji dalam kondisi tertentu
3.9
serangga uji
serangga yang digunakan sebagai objek dalam uji patogenisitas
4 Persyaratan mutu
5 Pengambilan contoh
5.1 Pengambilan contoh dalam bentuk padat sesuai dengan SNI 19-0428 dan pengambilan
contoh APH dalam bentuk cair sesuai dengan SNI 19-0429.
5.2 Pengambilan contoh dilakukan oleh petugas pengambil contoh yang kompeten.
6 Pengujian
6.2 Persiapan contoh pengujian dalam bentuk padat sesuai dengan lampiran A dan dalam
bentuk cair sesuai dengan lampiran B.
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
6.3 Jenis pengujian
Cara uji patogenisitas pada serangga ujii dapat dilihat dalam lampiran E.
7 Pengemasan
7.1 APH dikemas dalam bentuk padat (tepung, serbuk, granul) atau cair.
7.2 Kemasan dibuat dari bahan yang tidak mudah rusak dan aman sehingga APH tidak
mengalami penurunan mutu.
Penandaan atau pelabelan ditulis dengan bahan yang tidak luntur dan mudah dibaca.
Pelabelan sekurang-kurangnya mencantumkan informasi tentang :
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Lampiran A
(normatif)
Pengambilan contoh APH Metarhizium anisopliae dalam bentuk padat
A.1 Prinsip
A.2 Bahan
A.3 Peralatan
a) Homogenkan contoh APH Metarhizium anisopliae dalam bentuk padat dengan cara
dikocok.
b) Ambil contoh APH Metarhizium anisopliae, letakkan diatas aluminium foil.
c) Timbang 1 g contoh bahan uji dengan menggunakan aluminium foil dan masukkan
kedalam erlenmeyer 100 ml.
d) Tambahkan akuades hingga volume mencapai 100 ml.
e) Homogenkan larutan dengan menggunakan magnetic stirrer selama lebih kurang 15
menit.
f) Contoh siap digunakan sebagai bahan uji.
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Lampiran B
(normatif)
Pengambilan contoh APH Metarhizium anisopliae dalam bentuk cair
B.1 Prinsip
B.2 Bahan
B.3 Peralatan
a) Homogenkan contoh APH Metarhizium anisopliae dalam bentuk cair dengan cara
dikocok.
b) Ambil contoh APH Metarhizium anisopliae sebanyak 10 ml dengan menggunakan pipet
ukur.
c) Masukkan ke dalam erlenmeyer.
d) Tambahkan akuades hingga volume mencapai 100 ml.
e) Homogenkan larutan dengan menggunakan magnetic stirrer selama lebih kurang 15
menit.
f) Contoh siap digunakan sebagai bahan uji.
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Lampiran C
(normatif)
Uji kerapatan konidium
C.1 Prinsip
C.2 Bahan
C.3 Peralatan
a. Mikroskop;
b. Haemacytometer tipe Neubauer improve;
c. Hand counter;
d. Gelas penutup haemacytometer;
e. Alat timbang analitik;
f. Magnetic stirrer;
g. Erlenmeyer 100 ml;
h. Syringe atau pipet 1 ml;
i. Sendok sampling.
a) Siapkan haemacytometer tipe Neubauer improve, letakkan pada meja benda mikroskop.
Tutup dengan gelas penutup haemacytometer seperti Gambar C.1.
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Gambar C.2 - Penetesan suspensi pada bidang hitung
e) Ulangi pengamatan untuk memperoleh fokus pada konidium dan pada bidang hitung.
f) Hitung kerapatan konidium yang terdapat pada kotak hitung (a+b+c+d+e) dengan
perbesaran 400x dengan menggunakan hand counter. Lakukan pengecekan
penghitungan untuk tiap kotak hitung.
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
0,2 mm
1 mm a 0,2 mm
m
b
c
1 mm d
e
CATATAN Kotak pada Gambar C.3 dengan luas 1mm x 1mm = 1 mm m 2 di bagi menjadi 25 kotak
otak a, b, c, d,
sehingga ko d e masing-masing mem
miliki luas 0,2
2 mm x 0,2 mm
m = 0,04 mm m2
Gam
mbar C.3 - Kotak
K perhitungan pa
ada haemac
cytometer
g) Alur pe
erhitungan kerapatan konidium
k se
eperti tercan
ntum dalam
m Gambar C
C.4.
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
A
Keterangan :
A : konidium yang dihitun
ng
B : konidium yang tidak dihitung
d
Gambar C.5
C - Perhitu
ungan konidium
i) U
Ulangi ada bidang hitung 2
langkah C.4 i pa
A
B
C
D
Keterangan gammbar :
A : kanal 1
B : bidang hitung 1
C : bidang hitung 2
D : kanal 2
j) Bersihkan haemacyto
B ometer.
k) U
Ulangi langgkah C.4 a dan C.4 b, kem mudian koccok suspen
nsi konidium dengan
n
m
menggunak kan magnettic stirer selama 3 mennit.
l) Ulangi
U langkah C.4 f hingga
h C.4 l sebanyak 2 kali.
m) Setelah
S umlah konidium pad
diiketahui ju da kotak perhitungan, hitung kerapatan
n
k
konidium/m ml dengan caara sebagai berikut :
S 10
L t d
Keterangan :
S adalah
a kerapaatan konidium/ml;
a
adalah rerata
a jumlah konidium pada kotak
k a,b,c,d,,e;
L adalah luas ko otak hitung 0,04 mm2;
t adalah kedala aman bidang g hitung 0,1 mm;
m
d adalah faktor pengenceran;
103 adalah
a volum
me suspensi yang
y g (1 ml = 103 mm3).
dihitung
ATAN Rum
CATA mus ini digunnakan apabila haemacyttometer yang
g dipakai Neuubauer impro
rove. Apabila
a
meng
ggunakan jen
nis yang lain, maka peng
ghitungan dis
sesuaikan de
engan kondissi Haemacyto
ometer.
© BS
SN 2014 9 dari 17
1
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Hitung rerata kerapatan konidium pada kedua ulangan.
10 dari 17
SNI 8027.2:2014
© BSN 2014
n)
SNI 8027.2:2014
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Lampiran D
(normatif)
Uji viabilitas konidium
D.1 Prinsip
D.2 Bahan
D.3 Peralatan
a. Mikroskop;
b. Hand counter;
c. Gelas benda (object glass);
d. Gelas penutup;
e. Magnetic stirrer;
f. Skalpel;
g. Lampu spiritus;
h. Syringe atau pipet tetes 1 ml;
i. Cawan petri diameter 9 cm;
j. Bor gabus (cork borer) diameter 0,5 cm.
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
∑ KB
VK x 100 %
∑ KB KTB
Keterangan :
VK adalah viabilitas konidium;
KB adalah konidium yang berkecambah;
KTB adalah konidium yang tidak berkecambah.
l) Ulangi langkah D.4 j dan D.4 k untuk kedua potongan medium yang lain.
m) Hitung rerata viabilitas dari ketiga potongan medium tersebut.
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Lampiran E
(normatif)
Uji patogenesitas terhadap serangga uji
E.1 Prinsip
Menghitung larva atau serangga uji yang mati akibat terinfeksi APH Metarhizium anisopliae.
E.2 Bahan
E.3 Peralatan
a) Siapkan larva atau serangga uji di cawan petri yang telah disediakan. Dalam 1 cawan
petri diisi sebanyak minimum 20 ekor serangga uji.
b) Siapkan pakannya. Pakan dari serangga uji tersebut sebaiknya disterilkan terlebih
dahulu untuk menghindari kontaminasi dengan organisme lain.
c) Masukkan pakan tersebut kedalam penyungkup plastik yang telah diisi dengan
serangga uji.
d) Buat suspensi konidium APH Metarhizium anisopliae dalam erlenmeyer dengan
kerapatan konidium sesuai standar
e) Semprotkan suspensi konidium ke larva atau serangga uji di dalam cawan petri yang
sudah disiapkan dengan menggunakan hand sprayer.
f) Amati setiap hari jumlah larva atau serangga uji yang mati.
g) Persen kematian larva atau serangga dihitung dengan rumus sebagai berikut :
∑ SM
PK x 100 %
∑ SU
Keterangan :
PK adalah persentase kematian serangga uji
SM adalah serangga uji terinfeksi
SU adalah total serangga uji yang diamati
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Lampiran F
(normatif)
Uji patogenisitas terhadap tanaman tembakau
F.1 Prinsip
Mengamati terjadinya patogenisitas berupa timbulnya bercak nekrotik pada daun yang
diinokulasi APH Metarhizium anisopliae.
F.2 Bahan
F.3 Peralatan
a) Siapkan bibit tembakau berumur 3 minggu - 4 minggu dalam polibag dan siramlah
dengan air secukupnya.
b) Siapkan syringe yang sudah disterilkan.
c) Buat suspensi konidium APH Metarhizium anisopliae dalam erlenmeyer dengan
kerapatan konidium sesuai standar.
d) Suntikan secara aseptik tulang daun tembakau pada permukaan bawah dengan
suspensi konidium APH Metarhizium anisopliae.
e) Amati ada tidaknya bercak nekrotik pada bagian yang disuntik. Pengamatan dilakukan
setiap hari selama 5 hari.
f) Bila tidak timbul bercak nekrotik, berarti reaksinya negatif, atau tidak patogenik.
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Lampiran G
(informatif)
Morfologi APH Metarhizium anisopliae
Pada awal pertumbuhan APH akan membentuk koloni berwarna putih, selanjutnya koloni
akan menebal dan berwarna hijau olive.
APH Metarhizium anisopliae mempunyai konidiofor tersusun tegak dalam suatu kumpulan
yang kompak, dan berlapis. Konidium berbentuk silinder, lonjong, panjangnya mencapai 6
µm - 16 µm. Konidium bersel satu, hialin dan tidak bersekat.
Keterangan :
A & C : konidiofor (pendukung konidium)
B & D : konidium
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Lampiran H
(informatif)
Pembuatan media agar
H.1 Prinsip
H.2 Bahan
H.3 Peralatan
H.4 Prosedur
“Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di www.bsn.go.id dan tidak untuk di komersialkan”
Bibliografi
Anonim, 2009. Instruksi Kerja Pengujian Mutu APH, Laboratorium Balai Besar Perbenihan
dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya.
Barnet, HL & Hunter, 1972, Illustrated Genera of Imperfect Fungi, Third Edition, Burgess
Publishing Company.
Das, K,.RKS Tiwari & DK Shrivastava, 2010, Techniques for Evaluation of Medicinal Plant
Products as Antimicrobial Agent :Current Methods and Future Trends, Journal of medicinal
Plants Research Vol. 4(2) pp.104-111.
Hadisutrisno B. & E. Laville, 1984. Etude de la variabilite des mutants resistants de
metalaxyl de Phytophthora citrophthora sur des agrumes, These du Ensa de Montpellier
(unpublished).
Hadisutrisno B. & C. Boisson, 1987. Etude de la variabilite intraclonale de Verticillium dahlia
Klebahn vis-à-vis de la tomate et du cotonnier. These du Docteur ingenieur Ensa de
Montpellier(unpublished).
Hadisutrrisno, B. 2005. Pedoman inokulasi planlet vanili dengan jamur Fusarium oxysporum
f.sp. vanillae.secara in vitro Fakultas Pertanian UGM.
Inglis, GD., J. Enkerli & M.S. Goettel, 2012, Laboratory Techniques Used for
Entomopathogenic Fungi : Hypocreales dalam Manual of Techniques in Invertebrate
Pathology, Second Edition, Academic Press, Washington, USA, pp. 189-253.
Lawrence, A.L. 1994. Biological Techniques : Manual of Techniques in Insect Pathology.
Academic Press. New York, Sydney-Tokyo-Toronto.
Semangun, H.,2008, Penyakit-penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia, Gadjah Mada
University Press.
http://www.bcrc.firdi.org.tw diakses pada tanggal 19 Maret 2013 jam 13.00.