JOM UNAS JOM Full FIX Akhir
JOM UNAS JOM Full FIX Akhir
JOM UNAS JOM Full FIX Akhir
Karakteristik Kuman TB
Ditemukan oleh Robert Koch pada tahun 1882 berupa batang tahan asam diameter 0,2-0.6 mikron dengan panjang
1-10 mikron
1. Bergantung pada oksigen
2. Kuman yang hidup didalam kavitas tumbuh dengan cepat karena kavitas kaya akan oksigen
3. Kuman TB tumbuh lambat sehingga membutuhan pengobatan yang lama
4. Waktu pembelahan lebih kurang 20 jam
5. Mutan yang resisten tumbuh dengan cepat
6. Memiliki banyak populasi sehingga membutukan lebih dari 1 obat
b. Metabolism kuman OAT membunuh kuman dalam kondisi aktif dan membelah ( tiap populasi
sensitive terhadap OAT tertentu)
2. Factor anatomi
Beberapa OAT tidak dapat menembus sawar darah otak INH paling baik untuk menembus sawar darah
otak.
3. Factor lingkungan kondisi PH dan tek parsial O2
LagPhase
Pertumbuhan kuman akan melemah dalam 2-3 hari setelah diberikan OAT dan kemudian akan aktif kembali.
2. Tahap Lanjutan
4-6 bulan
Terdiri dari 2-3 obat, diminum tiap hari atau 3 kali seminggu
Disebut juga fase sterilisasi bertujuan untuk mebunuh kuman persister, mencegah kekambuhan.
Rifampicin memiliki efek sterilisasi paling poten
2. TB Klinis
tidak memenuhi kriteria dx secara bakteriologis tapi didiagnosis sebgai pasien TB
aktif oleh dokter dan diputuskan untuk diberikan OAT
a. TB paru BTA negatif dgn hasil foto toraks mendukung TB
b. TB ekstraparu yg terdiagnosis secara klinis maupun labortorium dan histopatologis tanpa konfirmasi
bakteriologis
NB jika klinis dan CXR TB belum ada pemeriksan baktriologis dianggap sebagai terduga TB bukan TB
klinis. TB klinis jika kllinis CXR (+) tetapi BTA (-)
FDC
Alasan menggunakan FDC
1. Peresepan dan pemberian mudah
2. Mencegah monoterapi
3. Jumlah obat berdasarkan BB
4. Menurunkan resiko resisten
5. Penyimpanan mudah
Harian 3x seminggu Streptomycin
RHZE(150/75/400/275) RH(150/150)
RH (150/75) RHE (150/150/400)
33-37 2 500
38-54 3 750
55-70 4 1000
≥71 5 1000
1. Putus < 1bulan cari penyebab, dan lanjutkan pengobatan hingga semua dosis terpenuhi
2. Putus 1-2 bulan
- Cari penyebab
- Cek BTA
- Lanjtkan pngobatan
- Nilai hasil BTA
a. Jika (-) lanjtkan pengobatan hingga semua dosis terpenuhi
b. Jika (+) nilai riwayat konsumsi obat jika < bulan 5 lanjut pengobatan cek ulang
BTA bulan 5
Jika konsumsi ≥ 5 bulan GAGAL TCM
TCM senstif K1 jadi KII, jika sudah di KII rujuk mungkin poli atau mono
resisten
3. Putus >2 bulan loss to Follow UP
Cari penyebabnya
STOP OAT
TCM
Jika hasil negative nilai klinis; klinis baik stop OAT, tetapi jika klinis belum perbaikan lanjut
dosis yang tersisa.
Jika hasil (+) tapi sensitive nilai riwayat OAT sbelumnya
- Awal KI riw <1 bulan mulai KI dari awal. Jika riw > 1 bulan start KII dari awal
- Awal KII riw< 1 bulan mulai KII dari awal. Jika > 1 bulan rujuk kultur dst.
NB hati-hati pemberian rifampicin pada KB hormonal rif, dapat menurunkan gangguan efektifitas
kontrasepsi
TB + DM
1. Pengobatan sama dengan TB tanpa DM namun pastikan KGD trkontrol
2. Hati-hati pemberian rifampicin dapat menurunkan absorbsi sufunilurea sebaiknya obat DM dengan
insulin
3. INH efek sampingmemperburuk neuropati pada DM
4. Etambutol efek samping retinopati pada DM
5. Konsentrasi rifampicin pada fase lanjutan pasien dengan DM menurun hanya 50% dari konsentrasi
orang normal sebaiknya fase lanjutan pada DM setiap hari.
Rifampicin dan INH diseksresi melalui empedu tidak perlu penyesuaian dosis
Etambutol dan pirazinamid di eksresi di ginjal harus penyesuaian dosis
E; 15mg/kgBB/hari
Z; 20 mg/kgBB/hari
Streptomycin nefrotoksik sebaiknya dihindari
TB + gangguan Hepar
1. Hepatitis akut
OAT di STOP SEMENTARA berikan kembali jika sudah sembuh
2. Hepatitis kronik /sirosis
Diberikan tanpa Pirazinamid
- 2RHES/6RH
- 2HES/10 HE
- 9 RHE
- 18-24 SE-Lfx
3. Dili
- Terjadi setelah 14-21 hari pemberian OAT
- Nilai gejala (mual, muntah hebat, ikterik)- STOP OAT
Gejala (-) SGOT/SGPT meningkat 5x dari normal atau Bilirubin >2 STOP OAT ( hingga lab
dan gejala normal; pada TB yang tidak berat)
Jika gejala (-), SGOT/SGOT meningkat >3x normal lanjut OAT &observasi gejala dan LFT
Tatalaksana DILI STOP OAT
Reintroduce:
- ATS mulai dengan R-H-Z ( mulai dengan fulldose)
- BTS mulai dnegan H-R-Z (low to full, missal H 150-300 kemudian beri R muali dengan 200-450
- WHO mulai dengan RHZE full dose kembali jika kembali DILI berikan tanpa Z
Penting : bila TB berat OAT tidak bisa di STOP sementara berikan 18-24 SE-Lfx
Wajib : semua pasien dengan HIV dilakukan screening TCM , semua yang TB di screening HIV.
Tatalaksana TB dengan HIV ;
1. Semua pasien TB dengan HIV langsung treat OAT tanpa menilai kadar CD4. ARV diberikan dalam 2-8
minggu pemberian OAT
2. Pada pasien dengan kadar CD4 <50 ARV diberikan dalam 2 minggu pemberian OAT
3. Jika dengan meningitis TB ARV diberikan dsetalah fase intensif selesai.
Alasan harus diberikan OAT terlbih dahulu karena jika diberikan ARV dahulu dapat mencetuskan IRIS
(imunoreconstituaton Inflamatory Syndrome)
IRIS adalah : kondisi perburukan klinis sementara atau munculnya gejala baru atau perburukan CXR setelah terapi
dimulai. Bukan karena kegagalan terapi.
Terjadi dalam 1- 6 minggu setelah pemberian ARV
Tatalaksana:
1. Lanjutkan OAT
2. Lanjut ARV jika dapat ditolerir jika tidak stop smentara
3. Tambahkan steroid 0.5 mg/kgBB/H selama 21 hari
NB alasan CXR pada ARV tidak jelas HIV terjadi penurunan CD4 sehingga TH1 turun dan inf-g juga turun
jika inf-g turun aktivitas magrofag juga menurun, sehingga kemampuan magrofag megepung kuman Tb
berkurang gambaran CXR pada infeksi TB menjadi tidak jelas.
1. Alergi Pirazinamid
- 2RHES/6RH
- 2HES/10 HE
9 RHE
2. Alergi /Monoressiten Etambutol atau streptomisin
Cukup hilang kan E atau S, lama pengobatan tetap 6 bulan
3. Alergi/ monoresisten H
6-9 RZE(+/- Lfx) WHO 2014
6 RZE Lfx WHO 2018
NB: levofloxacin dikontraindikasikan bila ( TB RR belum bs dieksklusikan missal hasil TCM
indeterminate, terduga resisten levofloxacin, intoleransi levofloxacin, hamil dan menyusui
4. Alergi/ Poliresisten H&E
9-12 RZ Lfx
5. Alergi/Poliresisten HEZ ±S
2-3 bulan Kn(inj lini 2) + 18 R-LFx-Eto
Jika setelah 2 bulan kultur tetap (+) DST ulang.
NB untuk yang alergi , mono/poliresisten dengan komponen isoniazid WAJIB TCM ualng setipa bulan
0, 2,3 rif. Rest ganti pengobatan TB RR/MDR
NB; untuk hasil indeterminate pemeriksaan diulang-hasil akhir yang jadi acuan. Jika setelah diulang tetap
indeterminate obati Lini I dan lakukan kultur&DST
Sample ekstra paru yang bisa dilakukan TCM CSF, jaringan, bilasan lambung
1. Rifampicin
Bersifat bakterisidal, efek sterilisasi kuat
Mekanisme kerja: berkerja disitoplasma hambat transkripsi gen, dengan cara mengikat subunit β-RNA
polymerase yang dikode oleh gen Rpo-B sehingga terjadi elongasi rantai RNA.
Mekanisme Resistensi: mutasi di gen Rpo-Bperlu diketahui bahwa 90% galur yang resisten dengan
rifampicin juga mengalami resisten dengan INH
Pemeriksaan TCM mendeteksi gen Rpo-B sedangkan ultragenxepert deteksi gen IS6110& IS1081
3. Pirazinamid
Mekanisme kerja : menggangu metabolime membrane sel dengan cara mengasam kan sitoplasma sehingga
mengganggu potensial listrik membrane dan hambat produksi energy.
Mekanisme resisten: mutasi di gen Pnc A
4. Etambutol
Bersifat bakterisidal
Mekanisme kerja : hambat sisntesi arabinogalaktan dan lipoarabinomanan, melalui menghambtan enzim
arabinosil tranferrase yang dikode oleh gen Emb A,B,C)
Mekanisme resistensi: mutasi pada gen Emb A, B,C
5. Streptomisin
Mekanisme kerja: hambat sintesis protein dnegan cara berikatan pada ribosom sub unit 30.
Meknaisme resisten : mutasi pada gen rpsl dan rrs
6. Fluoroquinolon
Mekanisme kerja : hambat DNA gyrase yang berfungsi untuk melepaskan untaian DNA saat replikasi dan
transkripsi. DNA gyrase terdiri dari subunit A dan B yang dikode oleh gen Gyr A dan Gyr B.
Meknaisme resisten : mutasi pada Gyr A dan Gyr B
7. Aminoglikosida, Linezolid
Mekanisme kerja : menghambat sintesis protein , melalui modifikasi struktur ribosom.
Mekanisme resistensi : Kn (mutasi pada gen rrs) , Cm ( mutasi pada gen tlyA)
8. Etionamid
Mekanisme kerja: menghambat inh A yang terlibat dalam sintesis asam mikolat.
Mekanisme resistensi : mutasi pada Inh A, Eth A
9. Sikloserin
Mekanisme kerja: menghmbat sintesis peptidoglikan dengan cara menghambat kerja enzim D-alanin
recemasi dan D-alanin ligase
10. PAS
Menghambat sisntesis folat dan iron uptake
11. Delamanid
Sebagai reactive species hambat sisntesi asam mikolat
12. Bedaquiline
Hambat ATP sintase
13. Clofazimin
Reactive spesies membrane disabilitation
Regimen STR
(1) Kanamisin diberikan maksimum 0,75 g untuk pasien usia >59 tahun. Jika kanamisin tidak dapat diberikan,
maka dapat diganti dengan kapreomisin dengan dosis yang sama.
(2) Khusus untuk INH, pasien dengan BB 33-40 kg diberikan 450 mg; >40 kg diberikan 600 mg.
(3) Karena yang tersedia saat ini adalah obat Clofazimin 100 mg, maka untuk pasien dengan berat badan <33 kg,
Clofazimin diberikan dua hari sekali.
*) Pemeriksaan BTA dilakukan setiap bulan dengan mengumpulkan 1 (satu) dahak pagi. Pada bulan ke-4, ke-5, ke-6
dan akhir pengobatan dilakukan pemeriksaan BTA dari dua (2) dahak pagi berurutan.
Pemeriksan EKG dilakukan pada baseline, hari ke-2, hari ke-7, dan bulan ke-1 pengobatan dan sesuai indikasi;
dilakukan di rumah sakit layanan TBRO
Follow up CXR 0, 4(6 jika fase awal) dan ahir pengobatan 9/11
Syarat :
5 obat efektif 4 obat inti aktf + 1 obat lini 1 ( pirazinamid)
Indikasi Pengobatan jangka panjang individual
1. Gagal STR/ Kontraindikasi STR
2. Pre XDR
3. XDR
4. Putus berobat
5. MDR relapas
- Pirazinamid (Z) rutin diberikan pada semua paduan pengobatan. Bila Pirazinamid intoleran dan
tidak bisa diberikan maka ditambahkan satu obat efektif bisa dari grup C, D2 atau D3
menggantikan pirazinamid.
- Etambutol diberikan untuk memperkuat paduan apabila masih sensitive dan tidak ada intoleransi.
- INHdt diberikan bila terbukti tidak resistan dan jumlah obat dalam paduan belum memenuhi 5
obat efektif.
REGIMEN INDIVIDUAL
Regimen Standar Jangka Panjang 8-12 Km-Lfx-Eto-Cs-Z(E) / 12-14 Lfx-Eto-Cs-Z(E)
Pre XDR quinolon alternatfi BDQ Km- Eto-Cs -Z(E)- Bdq /Eto-Cs-Z(E)
XDR TB alternatf BDQ 12-18 Eto - Cs - Lnz - Cfz - Z- (E) + Bdq / 12 Eto -
Cs - Lnz - Cfz - Z - (E)
2. Clofazimin
Diberikan full dose selama 2 bulan selanjutnya half dose
3. Delamanid
2x100 mg/H ( 6 bulan) setiap hari pagi malam setelah makan.
Ramping Dose
Pada pengobatan TB RO tahap awal dapat dimulai dengan dosis kecil yang naik bertahap (ramping dose/incremental
dose) yang bertujuan untuk meminimalisasi kejadian efek samping obat. Tanggal pertama pengobatan adalah hari
pertama pasien bisa mendapatkan obat dengan dosis penuh.
Hari pertama (beri obat
Hari Hari ke-
Hari Nama obat dalam dosis terpisah pagi
ke- dua tiga
& sore)
Hari ke 1-3 Sikloserin 250 mg 500mg Dosis
(125 mg + 125 mg) penuh
Hari ke 4-6 Levofloksasi 200 mg 400 mg Dosis
n (100 mg + 100 mg) penuh
Hari ke 7-9 Kanamisin 250 mg 500 mg Dosis
(125 mg + 125 mg) penuh
Hari ke Etionamid 250 mg 500 mg Dosis
10-12 (125 mg + 125 mg) penuh
Hari ke Pirazinamid 400 mg 800 mg Dosis
13-15 (200 mg + 200 mg) penuh
1. Lama pengobatan minimal 18 bulan (18-20 bulan) atau 15-17 bulan setelah konversi
2. Jika setelah 6 bulan belum konversi lakukan DST dan BDQ boleh diperpanjang hingga 9 bulan.
Tabel Durasi lama pengobatan
Konversi intensif lanjutan Total pengobatan
0-3 6 12 18
4-6 6 13-17 19-23 ( 15-17 setelah
konversi
Jika ada intoleransi terhadap linezolid boleh diberikan dosis 300 mg/H jika tidak ada obat yang bisa
menggantikan.
Obat Deskripsi
OBAT YANG AMAN DIGUNAKAN
Bedaquiline (Bdq)
Moxifloxacin (Mfx)
Linezolide (Lzd) Tidak perlu penyesuaian dosis
Delamanid (Dlm)
Clofazimine (Cfz)
PAS Tidak perlu penyesuaian dosis, tetapi obat diberikan 2 x 4gr
Ethionamide (Eto) Tidak perlu penyesuaian frekuensi
Dosis yang dianjurkan 15 – 20 mg/kgBB/hari
OBAT YANG MEMBUTUHKAN PENYESUAIAN DOSIS / FREKUENSI
Ethambutol (E) Penyesuaian dosis: 15 – 25 mg/kg
Penyesuaian frekuensi: 3 x / minggu
Pyrazinamide (Z) Penyesuaian dosis: 25 – 35 mg/kg
Penyesuaian frekuensi 3 x / minggu
Levofoloxacin (Lfx) Dosis: 750 – 1000 mg per kali beri
Penyesuaian frekuensi 3 x / minggu
Sikloserine (Cs) Penyesuaian frekuensi: 500 mg 3 x/minggu ATAU
Penyesuaian dosis: 250 mg setiap hari (kurang
direkomendasikan)
Kapreomisin (Cm) Penyesuaian dosis: 12 – 15 mg/kg
Penyesuaian frekuensi 2 - 3 x / minggu
Isoniazid Dosis Data tidak tersedia
Tinggi (HDT)
OBAT YANG SEBAIKNYA TIDAK DIGUNAKAN
Amikacin (Am) Dosis: 12 – 15 mg/kg
Frekuensi 2 - 3 x / minggu
Kanamycin (Km) Dosis: 12 – 15 mg/kg
Frekuensi 2 - 3 x / minggu
Streptomycin (S) Dosis: 12 – 15 mg/kg
Frekuensi 2 - 3 x / minggu
Berdasarkan PMK 2018 nilai kreatinin serum
1. Jika 1.5-2.2 stop Kn mulai kembali jika perbaikan faal ginjal
2. Jika >2.2 cek GFR& Stop semua OAT
Jika GFR < 30 ml/menit dosis disesuaikan
Jika GFR < 60 ml/i obat injeksi sebbaiknya diganti, obat lain tidak perlu penyesuaian dosis.
Terdiri dari 4 fase : Trasnmisi, Simbisosis ( 7-21 hr), Pembentukan sistem Imun ( DTH, CMI 4-6 minggu) dan
Liquifaksi.
1. Transmisi Di epitel
Droplet kuman TB eliminasi bersin Gagal Alveolus
terinhalasi batuk, mukosiliari
clearennce
Ditangkap
Fagosom+lisosom (
magrofag alveolar
bntuk fagolisoosm
ELIMINASI KUMAN TB
Simbiosis
makrofag dan kuman tidak saling menghancurkan
Makrofag yang baru belum teraktivasi
Magrofag & kuman TB (imatur)
Kuman tidak menyerang makrofag karena
berkumopl di daerah lesi
belum terjadi hipersensitiviti tipe-
tuberkulin
4. Liquifaksi.
TB Primer
Droplet yang mengandung MTB akan terinhalasi dan masuk ke alveolus ditangkap oleh makrofag alveolar
jika gagal di fagositreplikasi didalam magrofag dan membentuk FOKUS PRIMER. Setelah ini akan menuju ke
KGB regional untuk aktifasi imun ( dapat menyebabkan limfangitis & limfadenitis ) focus primer+ limfangitis+
limfadenitis disebut KOMPLEKS PRIMER.
Kompleks primer dapat mengalami 3 hal yaitu:
1. Sembuh tanpa cacat
2. Sembuh dengan cacat (granuloma)
3. Sakit menyebar hematogen, limfogen, bronkogenic
TB post Primer
1. Muncul beberapa bulan/tahun
2. Sering terjadi aktivasi dari pada reinfeksi
Dimulai dengan nekrosis kaseosa dari dalam granuloma kemudian akan mengalami hal berikut:
1. Sembuh tanpa cacat diresopsi kembali
2. Meluas kemudia sembuh dnegan fibrosis
3. Meluas membentuk kavitas kemudia dapat membentuk sarang baru, atau memadat menjadi tuberkuloma
atau smebuh dnegan openhealed cavity.
TB LATEN
Yaitu; seseoarang yang terinfeksi TB tetapi tidakada tanda gejala dan CXR normal namun pemeriksaan imunologi
(+).
Indikasi uji tuberculin dan IGRA pada negara pendapatan rendah dan sedang :
1. HIV
2. Anak < 5 thn yang kontak dengan pasien TB
3. Klinis tidak sesuai TB Aktif
Imunologi mantox
Merupakan reaksi DTH
1. Sensitisasi pajanan pertama Mtb akan ditangkap oleh makrofag yg bertindak sebagai APC
prresentasikan ke sel T menjadi TH1 dan T memori
2. Aktivasi pajanan ulang akan dikenali T memori dan sel T akan mensekresikan Inf G dan IL12
3. Efektor : IL12 & IFNg sekresika:
- PG2 meingkatkan vasodilatasi dan permeabilitas pembuluh darah => edema dan eritema
- ELAM adhesi sel PMN pada endotel
- VCAM adhesi molekul ke endotel dan meinkatkanpermeabilitas pebuluh darah.
Terjadi eksudasi plasma dan sel PMN ke daerah Ag menyebabkan edem, indurasi, eritem ( yang hilangd alam 2
mingu)
IGRA
Ada 2 pemeriksaan :
1. Quantiferon (ELISA) : mendeteksi jumlah INF g yang spesifik teradap kuman TB.
2. TSPOT TB ( Elisa spot): mendeteksi jumlah sel yang mengeluarkan InfG
Sensitifitas tes IGRA 75-90% & spesifisitas (90-100%)
Tatalaksana TB Laten
Di Indonesia tatalaksana TB laten tidak diindikasikan pada pasien :
1. DM
2. Perokok
3. Malnutrisi
Pada pasien tersebut yang harus dilakukan adalam active case finding
Obat TB laten :
Obat Dosis harian Dosis mingguan Dosis anak
INH 5mg/kg/H ( 6 bulan) 15 mg/Kg 2x seminggu 10-20mg/kg/h ( 9 bulan )
( 6 bulan)
INH + 1x semingu
Rifampentin INH (15mg/kg)
selama 3 bulan rifampentin > 50 kg
900mg max
Rifampicin 3-4 10m/kg/H max 600 mg.
bulan
INH + rifampicin
3-4 bulan
NB anak < 5 thn dan individu imunocompromised dengan riwayat kontak dengan penderita TB BTA (+) jika tes
tuberculin/IGRA hasilnya negative, CXR (-) maka obati dengan ITBL dan lakukan pemeriksaan ulangan 8-10
minggu jika hasil tetap negative STOP pengobatan ITBL, jika postif lanjutkan pegobatan ITBL jika tidak terbukti
TB aktif.
1. Definisi
Perandangan akut parenkim paru yang terdapat dimasyarakat akibat kuman atipik/tipik
2. Etiologi
Penyebab terbanyak adal gram (+) namun di Indonesia terjadi pergeseran dimana penyebab terbanyak adalah
gram (-).
Kuman tersering di Indonesia ( Klebsiella pneumonia, Acinetobacter Baumani, Pseudomonas Auriginosa, E.coli)
Kuman Gram (+) tersering berdasarkan ATS 2007 ( streptococcus Pneumonia), staph. Viridians, Staph aureus.
Bakteri atipikal Mycoplasma Pneumonia, Chlamedia Pneumonia, Legionella Spp, adenovirus Rsv)
Pemeriksaam khusus untuk kuman atpik:
1. Deetksi Ag Enzim Imunoesssay ( EIA)
2. PCR
3. Serologi :
- Cold Aglutinin
- Ag Urin Legionella
- Microimunoflouresence C. Pneumonia
- Uji fiksasi Complemen M. Pneumonia.
3. Patologi
1. Congesti
Alveoli yang berisi bakteri akan menarii sel radang ke daerah lesi, sehingga meningkatkan permeabilitas,
dan terjadi edem alveoli.
2. Red hepatisasi
Terjadi akumulasi eritrosit dan sel pmn. Awal pembentukan konsolidasi. Paru terlihat merah seperti hepar.
3. Grey Hepatisasi
Terjadi konsolidasi luas dimana proses fagositosis berlangsung aktif ditandai dengan peningkatan PMN
pembentukan eksudat fibropurulen. Pada fase ini terjadi tranformasi warna menjadi abu-abu.
4. Resolusi
Fase penyembuhan dimana terdapat banyak bakteri yang mati, makrofag, dan leukosit. Eksduat membersih,
dan pembentukan jaringan parut- fibrosis.
4. Patgenesis Pneumonia
Pneumonia terjadi mulai masuknya MO dengan cara :
1. Inhalasi dari bahan aerosol maupun udara di lingkungan
2. Aspirai bahan dari nasofaring
3. Inokulasi langsung dari tempat lain
4. Kolonisasi kuman di permukaan mukosa
5. Penyebaran hematogen.
Diagnosis CAP
Trias pneumonia : sesak napas, batuk dahak purulen, demam
Beberapa dari :
1. Batuk
CXR 2. Produksi sputum purulen
3. Demam T≥38
Infiltrate / Air 4. Nyeri dada
bronchogram 5. Sesak napas
6. Sp. Bronchial st ronkhi
7. Leukosit ≥10000 atau <4500
Betalctam : Makrolida
- Ceftriaxone 2gr/24 j Azitromicin 1x500
- Ceftazidime 1gr/12
Betalctam : Makrolida
- Cefotaxime 1 gr/12
- Ampicilin sulbactam 1.5 gr/6 j Azitromicin 1x500 ATAU di tambah
QUINOLON RESPIRASI IV Levofloxacin
iv 750 mg/hr
Ingat Jika alergi b-lactam bisa diberikan quinolon respirasi + aztreonam 2gr/8 jam
RAWAT INAP ICU RESIKO PSEUDOMONOS jika alergi blactam diberikan quinolon+ aztreonam+ aminoglikosida
NB : jika resiko MRSA tambah Vancomicin 1gr/12 jam atau Linezolid 600mg/12 jam
Pencegahan
- Vaksin influenza/Tahun
Diberikan pada pasien >50 th, tinggal di panti, individu dengan HIV, komorbid, dan imunosupresi
- Vaksin Pneumococ ( PCV 13 & PCV10)
Diberikan pada usia tua, gagal organ kronik, ada riw terinfeksi pneumococus, anak-ana dengan spelnektomi
- Berhenti merokok
- Jaga kebersihan (etika batuk)
Definisi HAP
Pneumonia yang didapat setelah≥ 48 jam berada dirumah sakit yang masa inkubasinya tidak terjadi saat masuk
rumah sakit.
Definisi VAP
Pneumonia yang terjadi setalah ≥48 jam pemasangan ETT.
Etiologi
Penyebab kuman aerob ( gram+ & gram -) & anaerob
Penyebab tersering adalah gram negative.
E. Coli
Seretia Marcescens
Klebsiella Pneumonia
Acetinobacter Baumani
Pseudomonas Auriginosa
Enterobacter Spp.
2 dari :
Produksi sputum purulen
CXR Demam T≥38
Infiltrate baru Sp. Bronchial st ronkhi
Atau perburukan Leukosit ≥12000 atau <4000
infiltrate ( konsolidasi Saturasi turun, PaO2 turun,
atau kavitas) membutuhkan O2 atau ventilasi.
Pemeriksaan Penunjang
- Antibitik dengan aktivitas MRSA : Linezolid 600mg/12 jam atau vancomicin 15mg/kgbb/8-12 jam)
- Antibitik betalactam dengan aktivitas antipseudomonas:
Cefepim 2 gr/8 jam
Piperasilin taksobatam 4.5 gr/6jam
Imipenem 500 mg/6 jam
Meropenem 1 gr/8 jam
- Antibiotic non betalactam dengan aktivias antipseudomonas
Levofloksasin 750/24 jam
Ciprofloxacin 400/8 jam
Gentamicin 5-7mg/kgbb/hari
Tobramicin 5-7mg/kgBB/H
Amikasin 15-20mg/kgBB/H
Resiko Tingi Kematian /mortalitas berikan 2 antibiotik anti pseudomonas ( hindari gol yang sama)
1. Butuh ventilator
2. Syok sepsis
3. Penyakit yang meningkatkan resiko gram negative ( bronkiektasi, kistik fibrosis)
4. Factor resiko gram negatif
C P L I M ( pilih 1 obat
Cefepim 2 gr/8 jam
Piperasilin taksobatam 4.5 gr/6jam
Levofloksasin 750/24 jam atau Ciprofloxacin 400/8 jam
Imipenem 500 mg/6 jam
Meropenem 1 gr/8 jam
NB : pasien dengan resiko mortalitas tinnggi wajib diberikan AB utk MRSA meskipun tanpa resiko MRSA AB MRSA distop jika
hasil kultur negative.
Cefepim 2 gr/8 jam
Piperasilin taksobatam 4.5 gr/6jam
Levofloksasin 750/24 jam atau Ciprofloxacin 400/8 jam
Aztreonam 2 gr/8 jm Vancomicin 15mg/kg/8 -12 j
Meropenem 1 gr/8 jam atau Imipenem 500 mg/6 jam
AMINOGLIKOSIDA Linezolid 600/12 jam
Gentamicin 5-7mg/kg/24 jam
Tobramicin 5-7 mg/kg/24 jam
Amikasin 15-20 mg/kg/24 j
LAMA PENGOBATAN:
Lebih kurang 7 hari, bergantung respon klinis dan nilai PCT.
MSSA lama pengobatan 7-10 hr
Pseudomonas 14-21 hr
CPIS SKOR
Temp ≥ 36,5 dan ≤ 38,4 o C 0
≥ 38,5 dan ≤ 38,9 o C 1
≥ 39,0 dan ≤ 36,0 o C 2
Leukosit ≥ 4.000 dan ≤ 11.000 0
≥ 11.000 dan ≤ 4.000 1
+band form >50% +1
Sekret Mukoid 1
Purulen 2
Oksigenasi ≤ 240 dan tanpa ARDS 2
CXR Difuse 1
Loculted 2
Kultur Kultur (+) jmlh banyak 1
Bakteri patogen sama dgn gram 2
Progresifitas Progresifitas tetapi bukan chf /ARD 2
CXR
Skor ≥6 pneumonia
Re-emerging Disease
Munculnya kembali wabah penyakit yang dahulu insedenya sudah berkurang.
INFLUENZA VIRUS
- Famili orthomyxoviridae . Influenza dibagi jd 3 tipe => A, B, C
- Influensa tipe A & B => penyebab wabah pada manusia
- Tipe C menyebar secara periodeik, ringan & tidak menimbulkan wabah
- Trdpt glikoprotein permukaan : hemaglutinin (H) dan Neuraminidase (N) H1-H15 dan N1-N9
- Influenza virus pada manusia => H1N1 (spanish flu cepat menyebar jarang fata), H2N2 (asian flu),
H3N2 (hogkong flu) => epidemi pada manusia
H1N1 swine flu
- Ringan: tanpa gejala, demam ringan <38
- Sedang : influenza like illness (ILI), komorbid (sesak napas, pneumonia, ppok)
- Berat: pneumonia luas, ARDS
Avian Influenza
- influenza tipe A, H5N1 => spread slowly, often fatal
- Belum ada bukti penularan dari manusia - manusia
- Sifat virus => virus mati dgn detergen, disinfektan (formalin, iodin), dipanaskan
- Pada bahan organik => hidup lebih lama
- Host : unggas, terutama unggas liar
- Inkubasi 1 minggu
- Bahan infeksius => tinja, urin, air mata, sekret sal napas
- Penularan => airbone, kontak langsung, bahan infeksius pada alat peternakan & pakaian
Cara penularan :
- Unggas -> unggas
- Unggas -> manusia
2. Probable
Kasus suspek Ditambah salah satu dari :
1. Laboratorium terbatas mengarah ke H5N1
2. Dalam waktu sigkat berubah menjadi pneumonia, gagal
napas meninggal
3. Tidak ada penyebab lain
3. Konfirmasi
Kasus suspek Ditambah salah satu dari :
1. Kultur + H5N1
2. PCR H5 (+)
3. Titer Antibodi H5 meningkat 4x
NB sampe diambil dari darah, hapusan tenggorok/hidung, sampel diambil pada masa infeksi 1-3 dan
masa kovalensen 14 hari setelah gejala timbul.
Pencegahan
-Vaksin influenza A, B
-APD
- Cuci tangan dengan desinfeksi / alcohol 70%
Tatalaksana : simptomatis.
a. Ispa+ ( demam T>38, batuk dengan CXR a. Pneumonia/ARDS, tidak ada Ada hasil
pneumonia ) disertai 1 dari : Lab mers cov/ hasil negative dari Lab (+) dari
- Riwayat ketimur tengah 14 hari sebelum sample yang tidak adequate & ada litbang Kes
sakit ubungan epidemiologis langsung Lab RT-
- Petugas kesehatan yang merawat pasien dengan kasus konfirmasi. PCR
ispa kemudia sakit dengan keluhan yang
sama b. Pneumonia/ARDS dan hasil
- Kluster pneumonia dengan gejala yang Lab inkonklusif ( skrining +) & ada
sama dalam 14 hari hbungan epidemiologis langsung
- Perburukan klinis mendadak meskipun dengan kasus konfirmasi.
pengobatan sudah tepat.
1. Definisi
Penyakit/gangguan paru akibat kolonisasi jamur/ reaksi hipersensitivitas terhadap jamur.
2. Faktr resiko
Gangguan Imunitas :
1. Keganasan
2. Transsplantasi organ
3. HIV
4. post kemoterapi
5. Penggunaan steroid jangka pnjang
6. Neutropenia
Kandida SKOR :
1. Sepsis ; 2
2. Nutrisi parentral : 1
3. Pasca bedah : 1
4. Kolonisasi kandida dibagian tubuh lain: 1
Skor > 2.5 meningkatkan resiko kandida 7x lipat.
3. Pemeriksaan penunjang
MIKROSKOPIK :
KOH,
larutan garam fisiologis,
tinta india
Pewarnaan => giemsa, gomori
methenamin silver (GMS)
Kultur gold standar
Serologi
uji antigen cryptococcus => serum/cairan serebrospinal
Faktor pejamu
1. Neutropenia ( neutrofil < 500) dalam 10 hr
2. Transplantasi sumsum tulang
3. Terapi imunosupresan
4. Imunodefisisensi berat
5. Steroid jangka panjang
6. Penyakt paru kronik
Gambaran Kllinis
1. Mayor
- Adanya 1 dari 3( lesi padat dengan atau tanpa halo sign, aor cresent sign, kavitas)
2. Minor
- Gejala infksi saluran napas bawah ( demam, sesak napas, nyeri dada, hemoptisis)
- Pleural rub
- Infiltrate baru yang tidak memenuhi criteria mayor
Hasil mikologi
1. Pemeriksaan langsung
- Ada elemen jamur kapang pemeriksaan histopatologi
- Kultur (+)
Terapi Profilaksis
Diberikan pada pasien dengan factor resiko tanpa gejala diberika OAJ selama 3-4 minggu atau hingga factor
resiko teratasi. Terapi profilaksi diberikan untuk mencegah infeksi jamur. Pilahan OAJ untuk profilaksis:
1. Flukonazol : 400mg/h
2. Posaconazol 3x200m
3. Itrakonazol 2x200 mg
3. Azol
Mekanise kerja : hambat sintesis ergosterol ( komponen membrane sel)
1. Imidazol ( ketokonazol, mikonazol)
2. Triazole ( flukonazol, itrakonazol, vorikonazol, posakonazol)
Pilihan OAJ
1. Aspergiloma :
Pilihan utama vorikonazol selama 6-12 minggu kronik hingga 6 bulan.
- IV loading 6mgg/kgBB/12 jam selanjutnya 4 mg/kgBB/12 jam
- Oral 400 mg/12 jam selanjutya 200-300mg/12 jam
- Teapi definitive pada aspergiloma/fungus ball BEDAH
2. Kandidemia
Dengan resiko neutropenia diberikan golongan ekinokandin atau amfoterisin B ( 3-5 mg/Kg/H)
Kasfomungin : 70mg/ hari pertama 50mg/H
Mikafungin ; 100mg/H
Anidulafungin 200mg/hari pertama 100mg/H
PENTING: terapi OAJ diberikan 2 minggu pertama nilai respon terapi klinis radiologis perbaikan lanjutkan
pemberian OAJ dilanjutkan selama 2 minggu setelah perbaikan .
2. Gagal
-stable : perbaikan minor/tanpa perbaikan
Progresif : terajdi pertambahan gejala radiologis dan kultur
Kematian
Merupakan pengumpulan PUS /nekrotik supuratif didalam kavitas akibat penghancuran jaringan sekitar di
parenkim.
Klasifikasi :
1. Abses paru primer : akibat penyerbaran bronkogenik atau akibat aspirasi.
2. Abses paru sekunder: terjadi akibat penyebaran hematogen, limfogen dan perkontinuitatum ( abses amuba)
BRONKIEKTASIS
Dilatasi bronkus > 2 mm disertai dengan destruksi bronkus yang menetap.
Tipe:
1. Varikosa
2. Silindrik
3. Kistik
Etiopatogenesis:
Diduga akibat ifeksi dan congenital . congenital dikaitkan dengan sindrom kartagener ( sinusitis kronik,
dextrokardia, dan bronkiektasis)
NB bronkiektasis dengan sindromnefrotik amyloidosis
Gejala
1. Wet Bronkiektasis batuk dahak productive banyak pagi hari
2. Dry bronkiektasis batuk kering
3. Batuk darah
4. Demam berulang
5. Sesak napas
6. Sputum 3 lapis( buih, mukoid, purulen)
Derajat : ringan ( sputum < 10 ml/H) sdang ( 10-150ml/h)), berat >150ml/H
Bronkiekasis eksaserbasi : pertambahan sesak napas, pertambahan jumlah sputum dan pertmbahan
infiltrate pada CXR.
Diagnosa :
1. Gold standar : Bronkografi
2. CXR
3. CT-sacn HRCT
1. DEFINISI SEPSIS
Kondisi mengancam nyawa yang ditandai dnegan disfungsi organ yang terjadi akibat disregulasi respon
terhadap infeksi
- Sepsis ditegakkan dengan adanya bukti infeksi/ suspek infeksi ditambah peningkatan akut ≥ 2 skor sofa.
- Mortalitas >10%
3. QUICK SOFA
Digunakan untuk screening awal pasien dnegan kemungkinan sepsis. SKOR ≥2 memiliki outcome yang buruk.
Komponen skor sofa :
- Hipotensi ≤ 100 mmhg ( TDS)
- Alterd Mental status GCS ≤ 13
- Takipnea ≥22x/i
Diagnosis sepsis dnegan peningkatan ≥ 2 skor sofa.--> skor sofa meliputi organ ( paru, otak hepar, jantung, ginjal
hematologic)
Pemilihan vasopressor:
1. Pilhan vasopressor utama pada sepsis adalah noreepineprhin
2. Jika tidak respon bisa ditambahkan vasopresin, atau epineprin atau adrenalin
3. Jika tidak respon juga tambahkan dobutamin.
4. Pemberian dopamin tidak di indikasikan. Dopamin hanya boleh diberikan jk ada permasalah kardiak (
misal aritmia).
NB: steroid diberikan jika gagal dengan terapi cairan dan vasopresor. Pilihan steroid pada sepsis
Hidrokortison 200mg/24 jam continue.
Terapi tambahan :
- Transfuse jika HB< 7 atau ada pemberat seperti miokar infark
- Control KGD < 180 mg/dl
- Profilaksis emboli paru UFH atau LMWH.
- Sepsis terjadi akibat adanya oklusi mikrovaskular dan instabilitas vascular sebagai respon imun terhadap
AG sehingga menyebabkan Koagulopati, vasodilatasi dan kebocaran vascular.
Awalnya bakteri masuk terinhalasi atau teraspirasi, akan di lawan oleh pertahanan tubuh melalui mukosiliari
clearance, reflex bersin dan reflex batuk. Jika proses ini gagal maka pathogen akan sampai ke alveolus sehingga
terjadi hal sebagai berikut
Rusak endotel.
Instabilitas vascular Vasodilatasi dan
Oklusi mikrovaskular
peningkatan
Hipoperfusi
permeabilitas
Hipotensi
Gagal Organ
Proses inflamasi pada sepsis akan mengelurakan berbagai sitokin ( badai sitokin) yang akan merangsang hepar
mengeluarkan acut phase protein ( fibrinogen) meningkatkan pembentukan fibrin. Selain itu kaskade sitokin juga
merangsang endotel mengeluarkan tissue factor ( Xa, Va) yang merubah protrombin menjadi trombone. Thrombin
akan merubah fibrinogen menjadi fibrin. ( peningkatan prokoagulasi)
Disisi lain proses inflamasi pada sepsis menghasilakn peningkatan plasminogen activating Inhibitor ( PAI).
Sehingga manghambat pembentukan plasmin ( plamin dibutuhkan untuk menghancurkan thrombus) sehingga
thrombus tidak bisa di hancurkan koagulasi semkin meningkat dan trombosit semakin banyak di pakai
DIC.
Definisi PPOK
Penyakit yang umumnya dapat dicegah dan diobati yang ditandai dengan gejala respirasi dan hambatan aliran udara
yang persisten yang disebabkan abnormalitas saluran napas dan atau alveolus akibat paparan partikel atau gas
berbahaya.
Diagnosis PPOK
Faktor Resiko: Gejala : GOLD STANDAR
1. >40 th 1. Sesak napas progresif dan persisten, Spirometri
2. Merokok memberat dengan aktivitas FEV1/FVC post
3. Polusi indoor atau outdoor 2. Batuk kronik bisa intermiten, Bronkodilator
4. Riw keluarga PPOK 3. Wheezing berulang <70%
5. Infksi sal napas saat anka-anak. 4. Produksi sputum
5. Infeksi sal napas bawah berulang IREVERSIBLE
2. CAT
Terdiri dari 8 pertanyaan tiap pertanyaan terdiri 5 point (0-5)
Total nilai 40
2. Mengurangi Resiko
- Mencegah proses penyakit
- Mencegah keparahan eksaserbasi
- Mengurangi kematian
Follow UP
Endorstein : EVIDANCE B
berfungsi sebagai:
1. Mukomodulator memutuskan ikatan disulfide sputum, memperbaiki mukosiliari clearance, dan
menurukan sekresi mucus
2. Aktivitas antibakteri: menghambat adesi bakteri
3. Aktivitas antioksidan.
a. Berhenti merokok
Harus segera pada semua pasien PPOK ( evidence A) harus disampaikan pada saat pertama kali di
diagnosis
b. Aktivitas fisik
c. Rehabilitasi Paru
Minimal 6 minggu
Tujuan rehabilitasi paru :
- Menurunkan gejala
- Meningkatkan toleransi latihan
- Menurnkan depresi atau kecemasan
- Memperbaiki kulitas hidup
Komponen Rehabilitasi paru ( PDPI)
- Latihan fisik
- Latihan pernapasan diafragma breathing & purslip brathing
- Psikososial
Komponen berdasarkan GOLD 2019: Exercise training, smoking cessation, konseling nutrisi, edukasi
d. Vaksin
Direkomendasikan pada pasien : evidance B
- >65 th
- Pasien usia muda dengan komorbid seperti penyakit jantung
- Usia < 65 th namun FEV1 < 405 prediksi
e. Nutrisi
Untuk pasien yang malnutrisi ( evidence B)
Turunkan karbohidrat, tingkatkan lemak ( karbo dna lemak 1:1)
Protein bebas
f. Terapi Oksigen
Manfaat terapi oksigen :
- Menurangi sesak napas
- Memgurangi hipertensi pulmonal
- Nenperbaiki aktivitas
- Mengurangi vasokontriksi
- Menurunkan hematokrit
- Meningkatkan kualitas hidup
LTOT evidence A
Indikasi
- PaO2 <55 atau SpO2 <88% dengan atau tanpa hiperkapnia
- PaO2 55-59 atau SpO2 >88% disertai CHF, CPC atau polisitemia (HT>55%)
Cara pemberian : 1-2 liter/menit selama 15 jam/H dengan target O2 ≥90% atau PaO2 >60- diberikan saat
tidur dan aktivitas
Follow up : AGDA seteah 60-90 hr
g. Intervensi
- Lung volume reduction
- Bulectomi
- Bronchoscopy intervention endobronchial valve
Gejala Eksaerbasi :
- Pertambahan sesak napas
- Pertambahan produksi sputum
- Perubahan warna sputum
Derajat eksaserbasi antonisen 1987
- Tipe 1 ( eksaserbasi berat ) 3 gejala
- Tipe 2 ( eksaserbasi sedanng ) 2 gejala
- Tipe 3 ( eksaserbasi ringan ) 1 gejala + infksi sal napas > 5h, demam, peningkatan RR
Derajat eksaserbasi GOLD 2019
- Mild ; diobati dengan SABA
- Moderate : diobati dengan saba + AB dan atau steroid
- Berat; membutuhkan rawat inap RS
4. Kortikosterooid
- Bertujuan untuk memperbaiki fungsi FEV1 dan menurukan lama rawatan ( evidnace A)
- Lebih di pilih oral, pemberian 5-7 hr
- Prednisone 40mg/H selam 5 hr
- Metilprednisolon 32 mg/H (PDPI) dosis tnggal atau terbagi
- Inhalasi budesonide 1mg/6 jam--. Diberikan sebagai terapi alternative
5. Antibiotik
- Menurunkan lama rawatan, menurunkan gagal terapi ( evidence B)
- Diberikan selama 5-7 hr
- Kelompok A eksaserbasi ringan kuman penyebab( streptococcus, moraxella) amoxicillin,
makrolida, sefalosporin 2.3
- Kelompok B eksaserbasi sedang streptococcus, hemofilus, moraxella namun sudah menghasilkan
betalctam pilhan antibiotic quinolon respirasi, sefalosporin 2,3
- Kelompok C pseudomonas auriginosa antipseudomonal ( meropenem, levofloxacin,
ciprofloxacin, cefepim
6. Monitoring:
- Cairan
- Tromboemboli
- Efek samping obat.
Imunopatogenesis PPOK
Proses pathogenesis PPOK terdiri dari inflamasi, ketidak seimbangan protease dan antiprotease, stress oksidatif.
NB : anti protease:
- Alfa1 antitripsin
- Catepsin
- Cistatin
- Tissue inhibitor MMP1-4
Prof faisal:
Empisema air trapping, sehingga pasien aktif untuk mengeluarkan CO2 pasien jd byk bergerak terlihat lebih
kurus dan pada emfisema tidak kekurangan O2, oksigenasi bgs pink
Bronchitis kronik problem nya hipersekresi mucus, saluran napas sempit pasien malas gerak banyak gerak bs
buat sesak napas sehingga pasien gemuk-gemuk. Dan oksigenasi tidak bagus biru.
DM padaPPOK
TNF alfa dan IL-6 akan mengganggu kerja insulin retensi insulin DM
Pola gejala respirasi Gejala mungkin bervariasi ( hari ke Kronik, selalunya gejala terus menerus, Gejala respirasi termasuk sesak
hari, atau periode yang lebih lama), terutama selama latihan. saat aktivitas yang persisten
sering disertai hambatan aktivitas. tetapi mungkin memiliki variasi
Sering dipicu dengan latihan, debu atau yang menonjol
paparan alergan.
Fungsi paru Saat ini atau riwayat Variasi batasan FEV1/FVC post bronkodilator <0.7 Hambatan aliran udara tidak
aliran udara, cth, pemeriksaan sepenuhnya reversible, tetapi
bronkodilator revesible bisa saat ini atau riwayat variasi
Riwayat masalalu Banyak pasien dengan riwayat alergi Riwayat paparan partikel atau gas Sering disertai riwayat diagnose
atau riwayat dan riwaayt asma masa kecil dan atau berbahaya(umumnya rokok, dan asma, riwayat alergi dan riwayat
keluarga ada riwayat keluarga paparan biomass) keluarga dengan asma dan atau
paparan gas berbahaya
Durasi waktu Sering perbaikan segera, atau dengan Secara umum, perlahan menjadi Gejala sebagian tetapi secara
pengobatan progresif dari tahun ke tahun tanpa signifikan berkurang dengan
pengobatan pengobatan, dan membutuhkan
pengobatan yang lebih tinggi
Inflamasi Eosinofil dan atau neutrofil Netrofil ±eosinofil dalam sputum, Eosinofil dan atau neutrofil di
mungkin memiliki inflamasi sistemik sputum.
Definisi Asma :
Penyakit HETEROGEN yang biasanya memiliki karakteristik INFLAMASI KRONIK saluran napas. Penyakit ini
ditandai dengan RIWAYAT GEJALA PERNAPASAN seperti;‖Mengi, Sesaknapas, Dada terasa berat, Batuk‖ yang
BERVARIASI dalam WAKTU&INTENSITAS, disertai VARIASI Hambatan Aliran Udara Ekspirasi.
Fenotipe ASMApengelompokkan penyakit baik secara Demografis, KLINIS, maupun karakteristik Patofisiologi.
2. Asma Alergi :
- Sering dimulai pada masa anak-anak
- Ada riwayat alergi dalam keluarga
- Sputum menunjukkan inflamasi eosinofil
- Respon baik dengan Kortikosteroid
Asthma jika reversible ( spirometri FEV1 meningkat >12% dan 200 ml atau APE ≥20%
(Post-pre)/Pre x reversible ( spirometri FEV1 meningkat >12% dan 200 ml atau APE ≥20%
100%
Variabilitas Harian
a. Nilai APE pagi sebelum BD
b. Nilai APE malam post BD
c. Hitung dengan rumus
Gejala diluar Serangan <1x sehari Butuh BD tiap hr Aktvitas fisik terbats
serangan (-)
Serangan ganggu Serangan ganggu
Serangan singkat aktivitas &tidur aktivitas &tidur
Gejala Malam ≤2x sebulan >2x sebulan >1x sepekan Sering
FEV1/APE ≥80 % ≥80 % 60-80 ≤60
Variabilitas APE <20 % 20-30 >30 >30
1. Tiotropium :
Memiliki efek antiinflamasi yaitu menghambat migrasi netrofil. Tiotropium diberikan dengan dosis 18μg
4. Anti IL-5R
benralizumab
5. Anti Il-4 R dupilumab
Diberikan bila kadar eosinofil ≥150
1. Step Up berkelanjutan
Diberikan jika terapi sebelumnya tidak memberikan respon baik. Sebelum step up perhatikan bebera syarat
berikut:
- Dignostik sudah tepat
- Fx resiko/pencetus dan komorbid telah teratasi
- Teknik inhaler, dan kepatuhan terapi sudah baik
- Gejala menetap meskipun sudah diterapi sesuai dgn step pengobatan yang benar.
2. Step up jangka pendek ( 1-2 minggu)
Diberikan smntara peningkatan dosis selama 1-2 minggu pada keadaan infeksi saluran napas atau adanya
pajanan musiman.
ST EP DOWN
Dilakukan bila asma terkontrol baik dan faal paru baik serta keadaan ini bertahan dalam 3 bulan
Tujuan step down:
1. Untuk menentukan efikasi optimal dengan dosis minimal
2. Memotivasi [asien agar melanjutkan pengobatan
Pelamgi asma
1. Hijau : gejala (-). APE 80-100%
2. Kuning: geajala tidak terkontrol. APE 60-80%
3. Merah: gejala terus menerus. APE < 60%
PENILAIAN pasien:
Diagnose asma?
FX resiko kematian?
Derajat eksaserbasi
FOLLOW UP
Nilai, apakah ada eksaserbasi perlu tidak melanjutkan prednison
PELEGA:Turunkan hngga asneedde
Pengontrol: lanjutkan dosis tnggi jgka pendek 1-2 minggu, atau 3 bln bergntung eksaserbaso
Cek & perbaiki factor resiko Follow up : dlm 2-7 hr
tidak ya
TRIAGE: KONSUL ICU
Nilai perburukan kondisi MULAI SABA, O2, Persiapan Intubasi
RINGAN/SEDANG BERAT:
Bicara dalam kalimat Kata perkata
Membungkuk kedepan.
Memilih duduk dr berbaring. Tdk
Penggunaan otot
ada penggunana otot bantu napas
Agitasi
Tidak agitasi RR>30
RR meningkat HR>120
HR100-120 Spo2<90 (room air)
SPO2; 90-95% (roomair) APE ≤50% prediksi
APE.> 50% prediksi
NB pemberian ICS di IGD 1mg/20 menit 1 jam pertama selanjutnya 2 mg/hr (2x1) hingga
eksaserbasi teratasi.
1. SABA
- salbutamol ( ventolin)
- Fenoterol ( berotec)
- Procaterol ( meptin)
- Terbutalin (bricasma)
2. SAMA
Ipratropiumbromida ( atroven solusio)
Ipratropium + salbutamol ( combivent)
3. ANTI LEUKOTRINE
- Zafirlukas ( acolate )
- Montelucas ( singulair
- zeiluton
4. STEROID
-budesonide ( lowdose 200-400, medium >400-800, high dose > 800)
Flutikasone ( low dose 100-250, medium >250-500, high > 500)
Beta-2 berikatan pada reseptor beta-2 aktifkan adenyl cyclase yang akan merubah ATP menjadi cAMP
peningkatan cAMP menyebabkan penahanan Ca di RE dan inactivasi dari MLCK. Hal ini mnyebabkan actin dan
myosin tidak berikatan relaksasi.
2. Jalur genomic
Kortikosteroid berikatan dengan reseptornya ( glukokortikoid Reseptor (GR) dan mengalami translokasi ke
nucleus glukokortikoid reseptor elemen ( GRE) sehingga menyebabkan .
a. Aktivasi fkator transkripsi gen antiinflamasi ( gen yang mengatur sintesis IL-10)
b. Induksi kerja HDAC yang akan menghambat asetilasi histon inti sehingga menekan kerja NF-kb
hambat transkripsi gen inflamasi.
c. Aktivasi gen-gen yang mensintesis as, amino rreseptor b-2 upregulasi reseptor beta-2.
MgSO4
Diberikan sebanyak 2 gram dilarutkan dalam 200 cc NaCL 0.9 % habis dalam 20-30 menit.
MgS04 berkerja dnegan :
1. Sebagai antagonis Ca. meningkatkan uptake Ca di RE
2. Hambat degranulasi sel mast menurunkan pelpasan histamine
3. Menurnkan pelepasan ACH
4. Meningkatkan sensitivitas dari beta-2 adrenergik
Antidotum pada MgSO4 ca Glukonas
Komplikasi yang dapat terjadi:
1. Hipotensi
2. Paralisis Otot
3. Depresi SSP
Aminofilin
Dosis aminofiln Loading : 6mg/kgBB/IV ( bolus selama 20-30 menit) maintenance 0.5mg/kg/jam
Meknime kerja obat golongan xantin:
1. Pospodiasterase Inhibitor
Namun bersifat non selektif
memblok selluruh PDE.
Dengan dibhambtnya PDE maka
cAmp tidak akan dirubah menjadi
bentuk inaktif cAmp tetap
meningkat bronkodilataasi
Dan cGMP juga tdk akan dirubah
cGMp meningkat anti inflamasi
3. Mengaktifkan HDAC
4. Mencegah translokasi NF-kb ke dalam nucleus sehingga menurunkan trankripsi gen-gen inflamasi.
Mekanisme kerja leukotrine
Leukotrine antagonis ada yang berkerja menghambat kerja enzim (5-lipoxigenase) yang memetabolisme asam
arakhidonat zieluton. Dan ada yang berkerja dengan memnghambat eseptor sistenil leukotrine ( montelukas,
zafirlucat dan pranlukas
Pathogenesis Asthma
Onset cepat :
Alergan/ antigen yang terinhalasi akan ditangkap oleh sel dendritik yang bertindak sebagai APC dan dibawa ke
limph node utk dipresentasikan ke sel T. normalnya sel naïve akan di rubah menjadi TH1, namun pd individu
yang alergi terdapat timic stromal lipopoitin ( TSL ) yang akan merubah sel T menjadi TH2. TH2 akna
elepaskan IL-4 dan Il-13 yang akan mengativkan sel B sekresikan IgE menduduki sel mast degranulasi
sel mast yang akna mengeluakan histamine, prostaglandin dan Leukotrine bronkokonstriksi.
Reaksi lambat:
Pada reaksi lambat ditandai dengan airway hiperesponsive yaitu penurunan ambang batas terhadap sensitisasi
Ag sering eksaserbasi. Dan pada fase ini juga terjadi airway remodeling.
Setelah eksaserbasi epitel bronkus akan mensekresikan stem cell factor (SCF) yang menyebabkan sel mast tetap
berada pada epitel bronkus. Sel mast juga mensekresikan TSL yang akan merubah TH naïve menjadi TH2. TH2
selain mengelurakan IL4 & Il3 juga mengeluarkan IL 9 dan IL 5.
- IL-9 akan menyebakan proloferasi sel mast peningkatan sel mast airway hiperesponsive.
- IL-5 akan mensekresikan eosinofil dimana eosinofil akan mensekresikan lebih banyak lagi IL-5
dan juga mengeluarkan beberapa protein yaitu major basic protein ( MBP), eosinofil cationic
protein ( ECP) dan platelet activating factor (PAF) yang bersifat mendestruksi epitel airway
remodeling dan merangsang hyperplasia sel goblet hipersekresi mucus.
- IL-13 selain mengaktifkan sel B namun juga menginduksi sel epitel menghasilkan periostin yang
megtivasi fibroblast airway remodeling.
Late Onset eosinofilik Asthma / non allergic eosinofilic asthma sering diakaitkan juga dengan
pathogenesis asthma asma kerja.
Pajanan Ag akan mengaktifkan IL-33yang ada diperkaan epitel. IL-33 akan mengaktifkan inate limpoid cell
yang akan mensekresikan IL13 dan IL5. IL 13 akan aktifkan sel B IG E degranulasi sel mast
bronkonstriksi. Sedangakn IL-5 akan meransang pengeluaran eosinofil protein ECP, MBP airway
remodeling
Pathogenesis yg terlibat pada asthma kerja diantaranya: inflamasi, hiperaktivitas bronkus, kebocoran
mikrovaskular, kerusakan epitel sal napas dan gangguan sistem saraf ototnom
Anamnesis:
Gejala klinis kanker paru
1. Intrapulmonal intratorakal
Batuk akibat terangsangnya reseptor batuk di bronkus yang diteruskan ke n.vagus
Sesak napas akibat iobstruksi sal napas, kompresi jalan napas, efusi, komorbid PPOK
Nyeri dada keterlibatan pleura parietal, invasi dinding dada
Batuk darah tumor membentuk angiogenesis, pembuluh darah rapuh dan mudah ruptur
2. Ekstrapulmonal intratorakal
- Suara serak penekanan n.laringeus rekuren. Nervus ini berjalan dari leher turun ke rongga toraks dan berputar
mengelilingi arcus aorta baru naik ke atas lagi ke leher Tumor di kiri lebih sering menyebabkan penekanan
n.laringeus recuren
- Sulit menelan akibat pembesaran KGB paraesofagus (builky adenopathy) , bias juga akibat penekananan
esofogus oleh massa tumor yang besar
- Efusi pleura / perikard
- SVKS intralumen (trombus) atau ekstralumen (penekanan dari luar oleh tumor)
- Paresis n.phrenicus menyebabkan diafragma letak tinggi, dipastikan dengan fluoroskopi
- Horner syndrome akibat penekanan trunkus simpatikus di sulcus superior yang menyebabkan enophtalmus,
anidrosis ipsilateral, miosis + atrofi otot lengan akibat kompresi pleksus brakialis
4. Ekstratorakal metastasis
Brain metastasis
Metastasis bone marrow
Bone metastasis
2. Ct-Scan Toraks
- Dapat mendeteksi nodul ukuran < 1 cm dan dapat menilai keterlibatan KGB dan vascular.
3. Brain Scan
Dilakukan pada smua kasus CA yang akan dioperasi dan semua kasus stadium lanjut sbelum kemoterapi setelah
diagnose ca ditegakkan meskipun pasien tidak mengeluhkan nyeri kepala
NB :
Bila saat awal sebelum kemo pasien tidak di Scan Kepala setelah 2 bulan kemo ada keluhan sakit kepala,
jangan buru2 menyatakan progresif, bisa saja sudah meta dari awal sebelum kemo.
4. Bone Scan :
Dilakukan pada semua kasus yang akan dioperasi dan semua individu yang bergejala
5. Pet Scan lbh berperan untuk menilai KGB terutama jika dalam CT-Scan ukuran KGB < 1 cm .
6. MRI utk menilai keterlibatan system syaraf
Keterlibatan KGB ( N )
N1: KGB intrabronkial ( ipsilateral)
N2 : KGB mediastinal (ipsilateral)
N3 : KGB supraklavikula dan KGB yang melibatkan kontralateral
Station KGB
1. Supraklavikula
2. Upper para trakea
3. Retrotrakea ( prevaskular)
4. Lower paratrakea
5. Sub aorta
6. Para aorta
7. Subkarina
8. Para esophagus
9. Ligamentum pulmonal
10. Hilar
11. Interlobar
12. Lobar
13. Segmental
14. subsegmental
Metastase ( M)
M1a: metastase intra toraks ( efusi perikard, efusi pleura, nodul kontralateral)
M1b : metastase ekstratorakal ( brain, hepar, bone, plika vokalis)
M1c : - metastase ekstra toraks single organ dengan multiple nodul ( missal multiple nodul hepar)
- Metastase multiple organ ekstratoraks. ( missal metastase di hepar dan brain ).
1. Limited Disease
- Ukuran T1-4 ( any)
- Masih memenuhi 1 lapangan Radiasi
- Dengan atau tanpa N (KGB)
- Boleh N kontra lateral namun masih memenuhi 1 lapangan radiasi
- Boleh ≥2 nodul namun masih dilobus yang sama ( NB: jika didapati nodul di B1 kanan dan B5 kanan
sudah dikatakan ekstensive)
2. Extensive Disease
- ≥2 nodul dilobus berbeda
- Ukuran tumor besar melebihi 1 lapangan radiasi
- Adanya N kontralateral yang tidak mencakup 1 lapangan radiasi
- Didapati metastase
1. Limited Disease
- Karboplatin ( AUC5) + Etoposide ( 100 BSA) 1,2,3 Lini 2 :
- Sisplatin 60 BSA + Etoposide 120BSA ( 1,2,3) Tapotecan 2BSA
atau
- Sisplatin 80 BSA + Etoposide 100 BSA(1,2,3)
NB : 21 hari
2. Extensive Disease
NB : yang dipakai di Indonesia ( saat ujian ) Karboplatin ( AUC5) + Etoposide ( 100 BSA) 1,2,3
- karboeto lebih terpilih karena etoposide radiosensitizer.
KPKSK
NB : radiasi pada
dilakukan jika didapati
gejala hebat ( SVKS, obst EXTENSIV
LIMITED
berat, brain meta, E
hemoptisis massif tidak
perbaikan. T(any)
- Jika didapati brain masih 1 kemo +/-
dengan N
lobus radiasi
meta radiasi
N0
dahulu 10x baru kemo
- Pada KPKSK radiasi nilai respon
tidak untuk konkuren bedah kemoterapi setelah 2
siklus
( dr. elisna Sp.P (K)
nilai respon
stelah 2 respon (+) respon (-)
siklus
PCI--> jika CR
atau PR
NB : PCI 20-25 cGydiberikan pada Limited disease jika CR/PR untuk mengatasi brain meta, karena obat kemo sebagian tidak
tembus BBB. Jika tida CR/PR dianggap kemo saja tidak dapat mengatasi tempat lain ( tidak respon) sehingga dianggap
mubajir jika dilakukan PCI, tidak dapat juga meninngkatkan angka tahan hidup.
KPKBSK
KEMOTERAPI
EVALUASI STABLE/
ADJUVAN UPGRADE- BEDAH KEMO
PER 3 BULAN DOWNGRADE
4 SIKLUS
CT SCAN
SELAMA 2 TAHUN
BONE SCAN&BRAIN
SCAN /6 BLN KEMO ADJUVAN 2
LANJUT KEMO
SIKLUS LAGI
(FOLLOW UP POST
BEDAH
NB : consensus bukit tinggi 2017 pancoast dengan sindrom tidak indikasi bedah.
3. Syarat kemoterapi
- Bukti patologi anatomi (sitologi atau histopatologi)
- PS (karnofsky ≥70-80 atau WHO≤2
- Hasil lab:
1. HB ≥10
2. Leukosit ≥ 4000
3. Granulosit ≥1500
4. Trombosit ≥100000
5. LFT, Normal
6. RFT baik (CCT urin >60ml/menit (PDPI)
- Terapi Paliatif :
Bertujuan untuk mengurangi gejala, meningkatkan kualitas hidup.
- Noncell cycle dependent yang tidak bergantung siklus sel : ankylating agent : karboplatin &sisplatin,
nitrogen mustard (cyclosposfamide )
2. Antimicrotubule
- Taxane : paklitaksel dan doksetaksel hambat fase M
- vinkaAlkaloid : vinerelbine hambat fase M
3. Topoisomerase II inhibitors
- Epipodophylotoxine etoposide hambat S dan M
1. RT Paliatif
- Pada SVKS, metastase brain, meta tulang, hemoptisis massif, obstruksi berat
- Diberikan pada unfavourable group ( PS : <70, BB turun >5% dalam 2 bulan, fungsi paru jelek.
- Dosis : 300-1000 cGy 200 cGy/hari selama 5 hari
2. RT kuratif
- Dberikan full dose pada pasien yang sudah tegak jenis selnya,
- Dosis 5000-6000cGy 200 cGy/H 5x seminggu
- Kuratif post bedah harus diketauhi jenis pembedahan dan batas deseksi kelenjar, dan batas sayatan
Syarat Radiasi
- Hb >10
- Leukosit >4000
- Trombosit >100.000
Molekular Testing
KPKBSK
Sitologi /histopatologi sequencing PCR based EGFR dan ROS1
Histopatologi IHC ALK, PDLI, EGFR, ROS
Tumor marker
- Cypra 21-1 nilai normal : <2
- CEA < 5
- NSE <17
- SCC< 2
KPKBSK STAGE
LANJUT/TDK BS
OPERASI
KEMO +/-
ADENO NON ADENO
RADIASI
EGFR (+)EXON
21T790M--> EGFR (+) 18,19,21 EGFR WILD TYPE
OSIMERTINIB
KRAS (+)
KRAS WILD
--> KEMO +/_ ALK PDLI
TYPE
RADIASI
ALK (+)
ANTI ALK
ALK (-) --> KEMO
TKI CRIZOTINIB, +/-RADIASI ≥50%: ANTI PDL-
Ist generation SERETINIB, 1/ANTI PD-1
ALETINIB 1-49%, kEMO +/-
-gefitinib
RADASI
-erlotinib
2ndgeneration
afatinib
Imunoterapi kanker
1. Anti PD-1
Pembrolizumab 200 mg/21 hari ( keytruda) 6 siklus
Nivolumab (opdivo)
2. Anti PDL- 1
Atezolizumab
Durvalumab
Efek samping : gatal, skin rash, gangguan tiroid, diare
NB :
• Imunoterapi diberikan sebagai lini I jika PDL-I ≥50%:
- Jika PDL-I 1-49% imunoterapi boleh diberikan sebagai lini 2 dengan pembrolizumab 100 mg/21 hari
Jika PDL-I 0% imunoteeapi tidak boleh diberikan sama sekali
Dr. elisna Sp. P Pemeriksaan PDL-I IHC sel block ( histopatologi), knapa yang diperiksa PDL-1
bukan PD-1 karena PD-I berasal dari sel T, sehingga selalu ada jadi selalu positif, sedangkan PDL-1
berasal dari sel kanker.
TARGET TERAPI
Merupakan obat anti kanker yang berkerja selektif terhadap target tertentu.
- Anti EGFR
- Anti VEGF
- TKI
Ketrangan gambar : ikatan antara ligan dan resptor EGFR mengaktivasi reseptor melalui enzim
tiroksinkinase autofosforilase tiroksin mengaktifkan jalur tranduksi sinyal meningkatkan invasi
&metasatse, meninkatkan proliferasi sel, menurunakan apotosis, meningkatkan neovaskularisasi.
Kekurangan anti EGFR dibandingkan TKI anti EGFR memblok di ekstrasel sehingga msih ada peluang
untuk antivasi tiroksin kinase ( didomain intra sel) dari reseptor yang lain memungkinkan terjadinya aktivasi
jalur tranduksi sinyal.
- Ireversible
Small molekulnya memblok semua domain ATP tiroksin kinase, dan ikatan kovalennya irreversible
Cth : Afatinib 40 mg( sediaan ada yang 20, 30)
Osimertinib 80mg
NB :
- Pada stage I, II, IIIA post bedah tidak boleh diberikan EGFR TKI jika hasil (+) mutasi - karena target
tumor sudah dioperasi (mubazir), EGFR bukan merupakan terapi adjuvant, dan tidak bisa menilai
progresifitas.
- EGFR, tidak baik diberikan pada pasien dengan mutasi gen KRAS, akan resisten karena mutasi pada gen
KRAS mutasi dijalur sinyal RAS ( RAS berada di bawah TKI, sehingga percuma saja di berikan TKI,
tidak akan berefek).
Efek samping EGFR
EGFR berkerja dengan mengatur proliferasi sel, jika EGFR diblok hambat proliferasi sel diffrensiasi sel.
Termasuk sel yang membelah secara normal:
- Kuku rusak
- Epitel sal cerna rusak diare
ANTI ALK
First line : Crizotinib 250 mg ( inhibitor ALK, ROS1, MeT tiroksin kinase)
second line :
- Seretinibe (ALK inhibitor &IGF inhibitor), @150 mg, dosis awal 450 300mg 150 dosis minimal
- Aletinib ( ALK inhibitor & RET inhibitor ) @ 150mg dosis awal 600 450 300 dosis mnimum
2. Semi Subjective
Penialaian Brat Badan (apakah berkurang, stabil atau meningkat)
3. Objective
Meuserable versi 1.1. Versi 1.0
1. Tumor ukuran ≥10 mm(CT-SCAN) atau Penilaian measurable hy dari CT SCAN
≥20mm (CXR) ≥10 mm pada CT Scan spiral
2. KGB ukuran ≥15 mm pada CT scan Atau ≥20mm pada CT scan konvensional
3. Lesi litik atau campuran lesi blastik yang bs
diukur
4. Lesi kistik ≥ 10 mm ( CTSCAN) atau
≥20mm CXR
UNmeuserable versi 1.1. Versi 1.0
1. Tumor <10mm pd CT scan atau <20 mm Ukuran tumor Pada CT scan spiral < 10 mm atau ,
pada CXR 20 mm pada T scan konvensional
2. KGB >10 mm namun <15 mm pada CT Truly unmeasurbale ( efusi pleura, acites, bone
scan metastase)
3. Truly unmeasurable ( efusi pleura, acites,
efusi pericard)
4. Lesi blastik di bone scan /petscan
NB : dr. elisna, Sp. P ujian boleh menggunakan 1.1. atau 1.0 ( beliau lebih cendrung menggunakan 1.0
2.
Lesi non target ( KGB ukuran awal <15 mm, eff, bone)
- Komplit : hilang 100%, atau KGB yg awal nonmeasurable menjadi berkurang < 10 mm, tumor marker
normal
- Stable: lesi non target tetap dan tumor marker meningkat atau tidak berubah
- Progresif: muncul lesi baru atau bertambahnya lesi yang unmeuserable
3. Lesi baru
Nilai respon recist 1.1. overall recist target, non
target dan lesi baru
NB : penting diingat
1. Jika stable disease kemo cuku 4 siklus. Observasi per 3 bulan selama 2 tahun pertama selanjutnya per 6
bulan. Jika terjadi progresivitas masuk lini kedua
2. Jika partial lanjut 6 siklus tujuannya untuk memperpanjang masa time to progressive rata-rata time
to progressive 8-12 minggu
1. Langkah I :
Berikan analgetik non narkotik pada pasien nyeri ringan VAS ≤3
Na diclofenack, aspirin, PCT, ibuprofen
2. Langkah II
Analgetik narkotik ringan ( codein 4x30mg atau tramadol 50-100mg /6-8j + analgetik non narkotik ( VAS
sdg 4-6)
Gastrointestina 0 1 2 3 4
Oral Tidak ada Sariawan ringan Luka pada Luka pada Mukosa tidak dapat Tidak bisa makan
Mukosa makan padat peroral
Mual/ Muntah Tidak ada Mual Kadang-kadang Muntah yang memerlukan Muntah yang terus
muntah pengobatan menerus
Diare Tidak ada Diare<2 hr Diare lebih 2 Diare memerlukan pengobatan Syok hipovolemik
hari tetapi
masih dapat
diatasi
Renal /Ginjal 0 1 2 3 4
Ureum dan creatinin ULNx <1.25 1.26-2.5
darah
Proteinase Tidak ada +1 +2-3 +4 Nefrotik
sindrom
g% <0.3 0.3-1.0 >1.0
g/L <3 <3-10 >10
hematuria Tidak ada mikroskopik gross Gross+kloting Uropati
obstruktif
Paru Tidak ada Gejala ringan Sesak jk aktivitas Sesak saat istrahat Total bed rest
dermatitis Tidak ada Eritema Kulit kering dan Kering dan ulserasi Dermatitis
pruritus berat dengan
nekross, perlu
bedah
rambut Tidak ada Minimal Botak tdk merata Botak merata masih bs tumbuh Botak
permanen
Infeksi Tidak ada Minor Sedang Infeksiberat Infksi berat
dgn hipotensi
nyeri Tidak ada ringan Sedang berat Terus meneru
Fase G0:
Karsinogenesis
Ket:
1. Inisiasi sel normal terpapar karsinogen mutasi DNA bisa bali ke normamelalui check point
2. Promosi sel cacat memperbanyak diri( ekspansi klonal), tahap ini tidak terjadi kerusakan DNA lebih
lanjut. pada tahap ini sel cacat di apotosis. Jika gagal tidak dapat balik normal dan amsuk ke tahap
konversi malignan
3. Konversi malignan/transformasi: sel yang terus terpapar karsonogen( terjadi ketidak seimbangan
onkogen dan tumor supresor gen) terjadi perubahan ke sel ganas para neoplastik lesion. Bersifat
irreversible. tidak bs balik ke sel normal
4. Progresi: tumor supresor gen hilang terjadi penyebaran hematogen dan limfogen.
NB :
Yg berperan pd tumor supresor gen : p53, RB
Yg berperan pada apotosis: p53 dan BCL-2
Immunoediting Immunosurvailance
Equilibrium :
Trjadi keseimbangan sel
tumor& imun mekanisme
pertahanan sel tumor:
1.Ag dihilangkan
2. Ag dirubah( memodulasi)
Mensekresikan byk faktr
yang menekan system imun:
( Co. Inhibitor) sprit Tgf
beta, PDL-1
Escape :
Progresifitas sel tumor
tidak dikenali system imun
lagi.
Gejala saat nikotin tinggi : saat nikotin tinggiterjadi peningkatan beberapa neurotransmitter:
1. Dopamine meningkatkan rasa senang
2. NE semangat dan penekanan nafsu makan
3. Serotonin meningkatkan suasana hati sennag
4. Ach meningktakan kognitif
5. Glutamate meningktkan memori
6. Beta-endorpin menurunkan kecemasan
7. GABA turunkan kecemasan
TIMOMA
- Sering mengenai usia produktif (rata-rata 40-60 tahun ) laki-laki lebih sering
- Etiologi : diduga epstain bar virus, genetic, imunodefisiensi
- Merokok dan alcohol BUKAN FAKTOR RESIKO
Gejala timoma
- Tergantung ukuran dan penekanan tumor SVKS sesak napas
- Gejala respirasi : sesak napas, batuk, nyeri dada
- Miastenia Gravis ( kelemahan otot, suara seak, sulit menelan, diplopia, ptosis) gejala bertambah berat
menejlang sore hari, bersifat episode, hilang saat istirahat uji prostigmin /tensilon menunjukkan
perbaikan ( Wartenberg Test)
- Sindrom paratimik ( para neoplastik sindrom) miastenia gravis, hipogama globulinemia, aplasia sel darah
merah.
Follow UP :
- Recist dilakukan setelah 2 siklus 1 siklus 28 hari
- Angka recurrence tinggi penting dilakukan CT-Scan toraks setiap 6 bulan selama 2 tahun. Setelahnya :
a. Jika timoma pertahun selama 10 tahun
b. Jika timic karsinoma pertahun selama 5 tahun.
SEMINOMA
1. Teratoma
- Bulat, kistik dan kalsifikasi , dari CT-Scan heterogen
- Ada komponen ectoderm ( kulit, gigi, rambut)
- Komponen mesoderm ( tulang, otot)
- Endoderm ( epitel bronkus, epitel GI tract, jaringan pancreas)
- Gejala hemoptisis yang terjadi jika teratoma rupture.
- Teratoma matur : cendrung jinak kpmponen endoderm, mesoderm dan ectoderm berdifrensiasi baik
- Teratoma imatur: cendrung ganas mengandung komponen imatur
- Tatalaksana :
jinak bedah
Ganas : kemo dengan sisplatin+ bleomisin +vinkristine reseksi setelah kemoterapi.
2. Seminoma/DISGERMINOMA
- 40% dari tumor sel germinal yang ganas
- Sensitive KEMORADIASI diberikan konkuren
- Massa yang homogen, jarang menyebar ke organ sekitar
- Peningkatan tumor marker ( beta-HCG tinggi, LDH kadang-kadang meningkat, AFP tidak meningkat
Tatalaksana
seminoma
NB : kuliah tamu dr.
Elisna Sp. P bedah
tidak dianjurkan
resectable
Seminoma semua di non resectable
asimptom dan batas
ada invasi
kemordiasi jelas
bedah +
kemo + radiasi (
kemoradiasi
4500-5000cGy)
5years survival rate
diberikan konkuren
>95%
3. Non seminoma
Terbagi menjadi :
- Yolk sac dr. Elisna Sp. P (K) kontraindikasi bedah
- Coriocarsinoma
- Ca embryonic
Tumor marker yang meningkat : beta-HCG dan AFP
Radioresisten
tatalaksana :
kemoterapi, terkadang adayang dibedah post kemoterapi
pilihan obat kemoterapi :
- Sisplatin (platinum based) – Etoposide- Bleomisin ( BEP)
- Sisplatin + bleomisin
- Kemoterapi diberikan 3-4 siklus
Β-HCG & AFP Β-HCG & AFP normal Β-HCG & AFP
normal CXR STABLE/ABNORMAL MENINGKAT
CXR normal
LANJUT Kemoterapi
BEDAH
STOP TERAPI
NB : setiap stadium dibagi menjadi gejala A dan gejala B gejala A berarti tanpa gejala tertentu.
Tatalaksana
Bersifat Kemosensitif namun recurrence tinggi
Kemo dengan : R-CHOP
- Rituximab
- Cyclophosfamide
- Doxorubisin Hidrocloride/ adreamisin
- Oncovin/ vicristine
- Prednisone
NEUROGENIK TUMOR
3. Ganglion parasimpatis
Feokromasitoma
Kemodektoma
Pilihan terapi :
- Bedah kecuali Neuroblastoma kemoradiosensitif
- Schwanoma setelahh dibedah di kemo utk cegah recurrence
Mesotelioma merupakan tumor ganas yang berasal dari sel mesotel di pleura
Gejala Klinis
- Adanya efusi pleura sesak napas dan nyeri dada,
Diagnostik :
- Foto toraks
- CT-Scan toraks
- MRI
- Diagnostic pasti dengan Biopsi VATS , Abram
- Imunohistokimia EMA dan Calretinin
STAGING MESOTELIOMA
N2 Stage IIIb
N1 Stage II Stage IIIa
N0 Stage Ia stage Ib
T1 T2 T3 T4
Penyakit paru akibat kerja (PPAK) : merupakan penyakit atau kelainan paru yang disebbakan oleh debu, gas, uap
yang berbahaya yang terhirup pekerja di tempat kerja.
2. Deposisi partikel
- Difusi ; sesuai gerak brown (0,1-0.5 µ ) membentur saluran napas dan terndap. Ukuran yang kecil,
mudah masuk dan difusi lebih besar
- Sedimentasi debu ukuran 1-3 µ, sesuai gravitasi, partikel masuk ke saluran napas bagian bawah
- Impacti ( inersia): partikel tertahan disaluran napas atas, karena ukuran yang besar
3. Daya larut
- Partikel/debu yang larut: mangan, berilium dapat menimbulkan efek sistemik
- Tidak larut hanya menimbulkan reaksi local saja
4. Sifat kimia
- Asam/basa: dapat melumpuhkan silia, dan menganggu eznim yang mengontrol metabolism sel
- Fibrogenik: silica, batu bara, asbes fibrosis paru
- Antigenisitas: jamur reaksi imunitas
Factor Host
- Dipengaruhi umur, jenis kelamin, ras, dan gizi’
- Berhubungan dengan mekanisme pertahanan tubuh;
1. Anatomi saluran napas kelainan genetic- gangguan struktur lebih mudah terkena
2. Reflex batuk
3. Reflex bersin
4. System mukosiliari clearance
5. System fagositosis makrofag alveolar Karakteristik Penyakit paru Kerja
- Kondisi didapat: merokok ganggu silia - Gejala tidak khas
- Kondisi imun atopi - 1 pajanan dapat menimbulkan lebih
dari 1 penyakit
Factor lingkungan : - Dapat berinteraksi dengan factor
- Arah angin lain
- Suhu - Dipengaruhi dosis pajanan
- System ventilasi - Kerentanan individu
- Kelembaban - Timbul stelah periode waktu
tertentu
NB: pemyakit paru kerja yang dapat sembuh TB paru. TB paru dimasukkan ke panyakit paru kerja jika didapat
atau terinfeksi di tempat kerja, misal pada tenaga kesehatan.
3. Tentukan hubungan antara pajanan dan penyakit Pemeriksaan penunjang pada PPAK
- Mencari bukti ilmiah - DL, CXR, Spirometri, uji
provokasi bronkus,
4. Tentukan apakah pajanan cukup besar - CXR ILO
- Menilai ambang batas kerja - Uji alergi kulit
- - BTA
5. Factor individu yang berperan - CT-Scan
Riw penggunaan APD, riw alergi - BAL
- Biopsy
6. Factor lain dikluar kerja - DLCO
Hobi, atau tmpat tinggal disebelah pabrik
7. Menetukan diagnosis
Paru kerja belum banyak dilaporkan/ kesulitan dalam mengetahui insiden karena:
- Gejala mirip penyakit lain
- Waktu lama( dari terpajan hingga timbul penyakit)
- PPAK bekum prioritas di Indonesia
- Perhatian terhadap paru kerja masih kurang
- Baru sebagian kecil bahan yang diketahu penyebab penyakit
NB: paru kerja bersifat irreversible, namun ada yag reversible yaitu asma kerja
Pencegahan PPAK
1. Pencegahan Primer menncegah agar tidak terpapar
- Menetapkan UU dan peraturan menentukan NAB batas maksimal yang tidak boleh dilalui 8jam/H atau
40Jam/minggu. UU dinilai oleh hiperkes dan depnaker. Ditetapkan oleh mentri tenaga kerja
- Substitusi bahan berbahaya
- Membuat ventilasi tempat kerja
- Cek Kesehatan Pekerja sebelum berkerja
- Modifikasi Alat
- Penyuluhan dan pemberian Tanda bahaya
- APD
2. Pencegahan Skunder mencegah yang sudah terpapar agar tidak sakit ( deteksi dini penyakit)
- Penyuluhan
- Pemeriksaan kesehatan berkala
- Identifikais zat berbahaya
- Survailance
- APD
3. Penegahan Tertier mencegah yang sudah sakit, agar tidak terjadi perburuka mencegah
kecacatan pada PPAK
- Mengistirahatkan pekerja
- Memindahkan posisi berkerja
- Pemeriksaan kesehatan berkala evaluasi penyakit
- Propfilaksis TB pada pekerja Silika.
Penilaian Kecacatan:
- Impairment: kehilangan fungsi paru
- Disability: ketidak mampuan melakukan aktivitas ( adanya batasan latihan).
- Penilaian kecacatan dari klinis ( derajat sesak napas mMRC dan FEV1
mMRC derajat sesak VEP1 Cacat fungsi
napas
0 >2,5liter -
1 1,6-2,5 25%
2 >1-1,5 50%
3 0.5-1 75%
4 <0.5 100%
Apa itu Noksa?
Merupakan bahanyang dapat merusak struktur anatomi orga/tubuh dan menibulkan perubahan fungsi
- Debu organic: jerami, kapas
- Debu inorganic: silica, batu bara
- Gas irutan
- Ireguler
s : <1.5 mm
t: 1.5-3
u : 3-10
3. Kelainan Pleura
- Pleural Plaq: penebalan pleura terlokalisir: nilai : lokasi (diafragma atau dinding dada), kalsifikasi ( ada
atau tidak), perluasan
- Perluasan nilai : ¼ dinding dada, ¼- ½ atau > ½
- Sudut kostofrenikus tumpul ( ada/tidak) dan kanan atau kiri jika ada
- Penebalan pleura diffuse
Patofisiologi:
Partikel Ditangkap
batu terinhalasi magrofag
bara alveolar
Factor
Bersifat sitotoksik langsung: proinflamasi
Sekresi
MMP protease
factor
Pembentukan oksidan
fibrogenik
Keruskan
paru
Keruskan
paru
Recruitment
fibroblast
Fibrosis paru
Klasifikasi CWP
1. Simple
- Inhalasi batu bara >10 th
- Keluhan ringan
- Perselubungan halus ( macula terdistribusi luas merata di apeks( diameter 5mm)
- Spirometri NORMAL atau Penurunan FEV1
2. Kompleks
- Fibrosis massif progresif dilobus atas ( ukuran >3 cm )
- Dipengaruhi oleh silica, konsentrasi debu, peningkatan infeksi TB, Factor rheumatoid dan imunologi yang
jelek
- Fibrosis dan Emfisema RESTRIKSI dan OBSTRUKSI
- Gejala : melanoptisis (batuk dahak hitam), sindrom Kaplan
Sumber silica
- Tambang logam, batu bara
- Keramik
- Pemotong batu
- Penggali terowongan
- Pabrik semen
- Pembuat gigi enamel
- Tambang emas
- Pembuat gelas
- Penggosok kertas amplas
Pembagian silikosis
1. Silikosis kronik ( 15-20 th)
- Paling sering
- Terpapar konsentrasi yang rendah dalam waktu yang lama lebih kurang >20 th
- Nodul silikotik pada parenkim & KGB hilus ( EGG shell)
- Sering disertai TB
- Gambaran CXR EGG shel Calsification
2. Silikosis terakselerasi
- Pajanan 5-10 th
- Sering dihubungkan dnegan autoimun ( SLE dan RA)
- Fibrosis yang lebih difus dan progresif berkembang lebih cepat menjadi fibrosis massif progresif
- Sering ggal napas
3. Akut
- Jarang terjadi
- Pajanan yang singkat dengan konsentrasi yang tinggi( beberapa minggu hingga 5 th)
- Sesak napas, demam, penurunan berab badan setelah pajanna singkat dengan konsentrasi tinggi
- radiologi SILIKOPROTEINOSIS ( groundglass appreance & alveolar bilateral filling)
- fibrosis intertial difus gagal napas kematian
CXR silikosis
- opak bulat kecil di lobus atas ( p,q,r)
- siliko proteinosis
- silikosis sederhana ( calsified opacity parenchimal (FMP), atau limfadenopati hilus dan mediastinal (
EGGshellcalsification)
criteria diangnosis
- riwayat pajanan debu silica dan CXR sesuai silikosis
Komplikasi silikosis
- silikotuberkulosis
- pneumotoraks
- kanker paru
- ARDS
- CPC
fibrosis
NB : asbes lebih fibrogenik dibandingkan silica dan bersfat karsinogenik. Serat asbes diliputi protein yang lebih
mengandung Fe ( Protein Globule)
Gejala timbul lambat lebih kurang setelah 7-10 tahun paparan.
CXR:
- Plaq pleura Komplikasi :
- Efusi pleura Efusi pleura
- Infiltrate retikulonudul di basal Kelaianan lebih ke lateral dan basal. Kanker paru
- Kelainan fibrosis interstitial Mesotelioma
- Perselubungan halus ireguler ( s,t,u) Fibrosis paru
Spirometri : restriksi
DLCU: ganggna difusi
Pathogenesis
- Serat asbes yang terinhalasi bersifat toksik menimbulkan respn inflamasi peningkatkan netrofil yang
menyebabkan pembentukan spesifik kolagen
- Serat asbes yang terinhalasi sampai ke alveolar ( sel pneumosit tipe I) menuju intertial ke KGB hilus
dan pleura lesi awal berupa penumpukan makrofag di ductus alveolar dan peribronkial menyebabkan
penebalan fibrosis intertial difus
Keluhan:
- Sesak napas, Mengi , Rasa berat didada, Semua keluhan terjadi saat hari pertama kerja ( mulai kerja)
setelah libur ( Monday Fever)
- Demam
- Menggigil
- Weaver cough sesak napas seprti asma yang bersamaan dengan demam
NB:
- Akut keluhan akut pada hari pertama kali terpajan
- Kronik dada terasa berat, sesak napas bertambah pada hari pertama kerja dalam 1 minggu
Derajat:
- 0: tidak ada gejala
- ½ : kadang kadang‘
- 1: hari pertama kerja saja
- 2: hari pertama dan seterusnya
- 3: penurunan toleransi aktivitas dan penurunan kavasitas ventilasi
BRONKITIS INDUSTRI
- Akibat paparan gas ( NO, Asap)
- Akibat paparan debu, serat, uap, zat iritan, sering pada arang, semen, silica, besi , asbes
- Debu gas, zat ukuran 3-10 mikron terinhalasi iritasi jalan napas menyebbakan hipersektresi lender dan
merusak langsug bronkiolus obstruksi dan fibrosis saluran napas
BERILIOSIS
- PPAK akibat terinhalasi debu asap yang mengandung berilium
Sumber paparan :
- Industry lampu pijar
- Industry pesawat CXR: pembesaran KGB hilus+ infiltrate difuse
- Elektronik BAL/darah BeLPT ( berilium LImfost proliferasi Test ( +)
- Tabung radio
Biopsi : granuloma non kaseosa
Gejala :
- lelah kerja ringan
- Nyeri dada
- Nyeri sendi
- Pada keadaan kronik terjadi penyakir granulomatous
Kontak : ( ammonia berinteraksi dengan air) membentuk alkali amoniak pencairan mukosa kontak
berulang liquifaksi nekrosis.
Kontak konsentrasi tinggi sebabkan RADS
PNEUMONITIS HIPERSENSITIF
- Penyakit paru akibat kerja, yang disebabkan inhalasi bahan organic
Gejala awal:
- Demam
- Nyeri otot
- Batuk
- Nyeri sendi
- Gejala hilang dalam 12-72 jam jika tidak terpapar ( pada kondisi akut)
- Minor
1. Ronkhi basah kedua basal
2. Penurunan kapasitas difusi
3. Hipoksemia saat istirahat
DD
- Pneumonia atipikal
- Asma IgE
- ODTS tersensitisasi
- Sarkoidosis
Patogenesis
- Pembentukan kompleks antigen antibody dan delayed hipersensitivitas
- Antigen ig G akan mengantifkan makrofag alveolar menghasilkan MMP dan netrofil
menimbulkan efek inflmasi dalam 12 jam pertama pajanan ( akut).
- Pajanan berulang dan adanya factor genetik sebabkan granuloma non kaseoasa ILD
2. Penunjang
- APE serial 4x/hari dalam 4 minggu ( 2 minggu ditempat kerja dan 2 minggu di luar tempat kerja) pada
asma kerja APE turun hanya di tempat kerja
- Uji provokasi bronkus( dikerjakan saat libur) terdapat penurunan reaktivitas bronkus terhadap metakolin
>3x
- Uji imunologis ( skin prick test, IgE, eosinofil yang meningkat di lingkungan kerja)
Terapi
1. Imunologis hindari allergen Pathogenesis asma kerja
2. Non Imun hindari pajanna dosis tinggi 1. Proses peradangan
3. Terapi asma 2. Hiperaktivitas bronkus
3. Kerusakan epitel saluran napas
Beda Bisinosis dan Asma Kerja 4. Kebocoram mikrovaskular
1. Bisinosis hanya sesak H1 kerja dan uji metakolin ( -) 5. Gangguan system syaraf otonom
NB :asma kerja meruakan PPAK terbannyak karena allergen ada dimana mana
Diagnosis:
Kriteria Lake Louise 2 sign dan 2 simptom
1. Gejala
- Sesak napas saat istirahat
- Penurunan tampilan latihan ( exercise)
- Dada terasa berat
2. Tanda
- Ronkhi/mengi kedua atau satu paru
- Sianosis sentral
- Takipneu
- Takikardia
Penatalaksanaan
- mennurunkan pasien dari ketinggian jika tidak bisa masukkan kedalam hyperbaric chamber
- Berikan oksigen
- Medikamentosa :
Acetozolamide
Deksametason
Anti emetic
Ibuprofen ( analgetik)
Pencegahan :
- Naik bertahap 600 mg/24 jam 600-1200mg/H
- Acetozolamid 2x125mg dan atau deksametason
- Aspirin 4x325 mg
- Nifedipine 20mg/8 jam 24 jam sebelum mendaki 4559 meter
- Salmeterol 125 microgram 2x1 selama mendaki
Mekanisme HAPE
Kebakaran Hutan
- asap kebakaran hutan campuran yang mengandung gas ( Sulfur dioksida, CO, CO2, NO, Ozol),
partikel , uap air, bahan organic, formaldehid, PAH, Benzene.
Komposisi Asap :
- Campuran gas
- Partikel asap ( particulate mater)
1. Partikel ( 2,5 -10 mikron) ( coarse partikel ) PM 10
2. Partikel halus ( 0,1-2,5 mikron) ( fine partikel) PM 25
3. Ultrafine ( <0,1) paling bahaya
NB : < 10 mikron BS sampai paru
Dampak Asap Kebakaran Hutan keluhan respirasi, penurunan fungsi paru, peningkatan eksaserbasi
- Dampak local: iritasi mata, tenggorok, kulit
- Dampak ekonomi : turis dan restoran
- Dampak social: hambatan komunikasi, emosional dan prilaku
Pencegahan
1. Primer : mencegah orang yang tersensitisasi menjadi sakit
- Menurunkan aktivitas diluar rumah
- Hindari penambahan polusi dirumah ( sperti asap rokok dan penggunaan lilin)‘
- Menutup jendela
- Gunakan AC rubah mode recirculate
- Pakai masker
Rekomendasi N95:
- Dipakai diluar ruangan saat asap pekat
- Sudah dilakukan individual fit test
Tidak di rekomendaasikan menggunakan N95:
- Didalam rumah
- Anak
- Ibuhamin
- Lansia
- Pasien sakit jantung dan PPOK
Etiopatogenesis
1. Peningkatan permeabilitas
2. Peningkatan tekanan hidrostatik
3. Penurunan tekanan onkotik/osmolar hipoalbumin
Mekanisme RPE
ARDS
Definisi:
Hipoksemia refrakter ( tidak respon) tanpa peningkatan atrium kiri
Etiologi :
1. Penyebab langsung :
- Pneumonia, TB, drowning, trauma inhalasi, aspirasi, pneumonitis radias
2. Penyebab tidak langsung
- Sepsis, syok, pancreatitis, DIC, obat (Heroin), trauma nontoraks
2. Proliferasi
Mulai terjadi perbaikan, proliferasi
sel tipe II menajdi tipe I proliferasi
fibrosis
3. Fibrosis fibroblast mendeposisikan
kolagen fibrosis
Terapi
1. Atasi pencetus
2. Mencegah/ pulihkan cedera ( pemberian steroid dosis tinggi)
3. Mencegah perburukan ( atasi edem ) diuretic, inotropik, koloid, albumin
4. Perbaiki difusi pemberian O2 target SpO2 88-95% atau dengan ventilasi mekanis
Setting ventilator
1. VT rendah ( 4-6ml/kgBB ideal)
2. Peep Tinggi 6-8 cmH2O agar alveolus terbuka untuk mencegah atlektrauma
3. P inspirasi/P plateu <30 untuk mencegah barotraumas
4. Permissive hiperkapnia
- pH ( 7,30-7,35) asidosis respirasi
- intervensi jika pH<3.70
- hambat xantine oxidase hambat permeabilitas kapiler
5. posisi pronasi perbaiki alveolus yang terareasi
NB :
PEEP tinggi menekan venous return ke jantung
EMBOLI PARU
- Obstruksi arteri pulmonal seluruh/sebagian akibat lepasnya thrombus, udara, lemak, dari tempat lain
Factor resiko
- Usia tua CXR:
- Penyait kronik - Westermark sign
- Riwayat thrombus vena dalam
- Hampton sign
- Immobilisasi
- Penggunaan estrogen
- Paska bedah
≥3 High
1-2 sedang
GAGAL NAPAS
Definisi:
Keadaan ketidakmampuan mempertahankan pertukaran gas seimbang dengan kebutuhan tubuh sehingga
menyebabkan hipoksia dan hiperkapnia
- Tipe II
Hiperkapnia & Hipoksemia
PaCO2 > 45 PaO2 <55/N
Gagal ventilasi
Target teraoi pH >7,32
Tipe Hipoksia
1. Hipksemia hipoksik inadekuat arterial oksigen tension, ketidak seimbangan V/Q
2. Anoxic hipoksia/anemia hypoxic penurunan kapasitas pembawa O2( cth pada anemia dan keracunan
CO)
3. Stagnan hipoksia/circulatory hypoxia penurunan perfusi kapiler ( cth emboli, syok kardiogenik)
4. Histotoxic Hipoxia penurunan penggunaan O2 oleh sel ( cth : keracunan sianida
Sianida akan berikatan kuat disel sehingga O2 tidak pindah kejaringan
Cherrry Red tanda khas keracunan sianida.
Factor yang menyebabkan peningkatan gagal napas kronik PPOK, ILD, fibrosis paru
1. Kesadaran tentang bahaya rokok menurun
2. Tingkat pengetahuan kurang tentang infeksi terlambat berobat‘
3. Tingginya polusi
4. Kurang menggunakan APD
EFUSI PLEURA
Definisi:
Akumulasi cairan dirongga pleura
Produksi cairan normal di rongga pleura : 0.01ml/KGBB/H
2. Typical parapneumonia
- CXR ketebalan CP > 10 mm
- pH normal > 7,2 KGD normal
- LDH 3x dibawah batas LDH serum normal
- Boleh torakosintesis awal evakuasi dan diagnosis evaluasi
4. Simplecomplicated parapnemonia
- pH <7.0, KGD < 40
- kultur dan pewarnaan gram (+)
- tube torakotomi + AB
5. Complex complicatedparapneumonia
- Multiloculated
- Tube torakotomi + fibronilotik
6. Simple empiema
- Pus
- Cairan bebas
- WSD ukuran 28-36
7. Complex empiema
- Pus
- Multiloculated
Definisi:
Efusi akibat keganasan ditemukan sel-sel ganas pada Cairan pleuran (CP) atau biopsy pleura
Patofisiologi EPG
- Peningkatan permeabilitas vascular
- Invasi sel kanker ke pleura
- Obstruksi kelenjar limfe
- Penyebaran hematogen
- Tumor primer pada pleura
PNEUMOTORAKS
Klasifikasi :
- Spontan
Pneumotoraks Spontan Primer (PSP): biasanya pada orang sehat akibat rupture blep subpleura, tanpa
riwayat sakit/trauma
Pneumotoraks Spontan Skunder : ada underlying disease
- Iartogenik
- Traumatic
- Katamenial akibat menstruasi 48-72 jam setelah menstruasi, sering disebalah kanan. Mekanisme terjadi
akibat: defek pada diafragma, dan adanya edometriosis diparu.
Luas pneumotoraks
- Light
100x(1-(A3/B3)
A: diameter paru kolaps
B : diameter hemitoraks
Luas > 20%--> pasang WSD
- BTS 2010
Jarak dinding dada dan pleura visceral ( pada setentang hilus) > 2cm pneumotoraks 50%
Tatalaksana :
1. Observasi
- Keluhan tidak ada
- Luas <20%
- Reabsorbsi terjadi 1,25%/24 jam ( 50-70ml/H)
- CXR ulang setelah 7hr jikas masih ada pnemotoraks WSD
3. WSD
- >2cm atau >20% ( light)
- PSP dan SSP + gejala setelah aggal aspirasi
- Ventil pneumotoraks
Kontraindikasi WSD
- Minimal tanpa gejala
- Operator tidak berpengalaman
- Penggunaan ventilator mekanik
- Gangguna pembekuan darah
SVKS
Klasifikasi Yu
- Grade 0 : asimptommatis, svks terlihat pada radiologic
- Grade 1 : Mild edem (wajah mata leher) plethora
- Grade 2 : edem sedang gangguan fungsi (susah buka mata, sesaknapas)
- Grade 3 : berat edem laring / cerebral ringan nyeri kepala
- Grade 4 : mengancam jiwa/penurunan kesadaran, gagal jantung
- Grade 5: fatal
Derajat Penekanan
- IA : penyempitan sedang dan tidak aliran kolateral dan tidak ada penambahan ukuran vena azigos
- IB : penyempitan berat aliran balik ke vena azigos
- II : obstruksi diatas arkus azigos aliran balik ke vena toraksik, vertebra dan perifer
- III: obstruksi dibawah arkus azigos aliran balik ke vena cava inferior
- IV : obstruksi pada arkus azigos multiple kolateral perifer
Tatalaksana:
- Nilai KU baik lakukan diagnostic
- KU tidka baik radiasi 300-1000cGy tetap tidak baik pembedahan
- Identifikasi penyebab
- Atasi penyebab
Definisi:
Ekspektorasi darah atau dahak yang bercampur darah yang berasal dari saluran napas dibawah pitas suara atau laring
Pseudohemoptisis
Kriteria
- Ekspektorasi darah yang teraspirasi kedalam sal napas
1. Ringan <25cc/24 jam
dari daerah supraglotis atau saluran cerna
2. Sednag >25-250cc/24 jam
3. Masif ( Busroh criteria)
- >600/24 jam masih berlangsung
- >250 tapi <600/24 jam, Hb < 10 masih berlangsung
- >250/24 jam, Hb > 10 48 jam terapi konservatif masih berlangsung
Etiologi
- Sumber perdarahan 95% bronchial , 5% pulmonal ( emboli paru, infark paru)
- Infeksi Indonesia penyebab tersering TB paru
- BATTLECAMP
Bronkiektais
Aspergiloma
Tuberculosis
Tumor paru
Lung abses
Emboli paru
Coagulopati
Arteri vena malformation, anurisma aorta, autoimun disease
Mitral stenosis
Pneumonia
Penatalaksanaan
tatalaksana hemoptisis massif
- Cegah asfiksia
- Melokalisir sumber perdarahan
- Hentikan perdarahan
- Cari penyebab
- Pengobatan kausal
Tahap 1 : bebaskan jalan napas dan stabilitas penderita
- ABC
- Tenangkan pasien
1. Jika KU bagusinstruksikan untuk membatukkan
2. Jika KU jelek/reflex batuk tidak baik posisikan pasien trendelenberg, miring kesisisakit, suction
pertimbangkan intubasi dan ventilator
- Resusitasi cairan
- Tranfusi jika HB< 10
- Obat hemostatik
Tahap 2 : lokasi perdarahan cari sumber
- Bronkoskopi
- CXR, CT-Scan
Tahap 3 : terapi spesifik cegah berulang
1. Bronkoskopi
- Bilas dengan NaCL 0.9% dingin lebih kurang 4○C
- Vasokonstriktor ( epinephrine 1:20000)\
- Tamponade endobronchial
- Laser fotokoagulasi
2. Medikamentosa ( OAJ, Vasopresin IV, antibiotic, asam traneksamat 0,2-0,4 unit/menit
3. Radiasi
4. Embolisasi arteri jika lesi luas dan tidak bisa bedah
5. Bedah lobektomi penumomektomi
VENTILASI
Proses pertukaran udara inspirasi dan ekspirasi
Ventilasi alveolar
Jumlah yang masuk alveolus ( VT-Ruang rugi)xRR
VOLUME PARU
- Statik :
Valume saat kondisi statis ( KV)
- Dinamik :
Bergantung waktu ( VEP1, MMV, KVP)
- Kapasitas : Gabungan beberapa volume
- Volume : dipengaruhi ( usia, jenis kelamin, RAS, TB )
Kapasitas
- Kapasitas vital : (KV)
Udara yang bisa diekspirasi maksimal setelah inspirasi maksimal ( VCE+KI) atau (VT+VCE+VCI) 5000ml
- Kapasitas inspirasi
Udara yang bisa dihirup maksimal ( VCI+VT) : 3500ml
PPOK MILD:
- VCI menurun
- VCE meningkat
- KVP menurun
- KV : normal atau turun
Spirometri tidak bisa menilai Vol residu, kapasitas residu fungsional, total lung capacity ( ketiga ini dapat
dpriksa dengan body plesthymogrhapy
Spirometri
Tujuan spirometri :
- Menilai faal paru ( normal, restriksi, obstruksi, campuran)
- Menilai manfaat pengobtan
- Memantau perjalanan pengobatan
- Menentukan prognosis
- Toleransi bedah
- Dilakukan : max 8 kali minimal 3 acceptable 2 reproducible
Accaptable :
- awalnya baik Reproducible :
- puncaknya Satu - Selisih nilaiterbesar <5% atau <150 ml
- pemeriksaan hingga selesai (KVP &VEP1) NB : KVP_lebih dipilih
- Restriksi (<80%)
Ringan : FVC <80%
Sedang FVC >30% - <60%
‗berat FVC <30%
intratoraks
Volume-time
ekstratoraks
NB :
FEF 25-75 <60% early obstructive obstrusi saluran napas kecil
BODY PLethysmogrhapy menilai volume tidak diparu termasuk udara yang terperangkap
Compliance:
Volume/ tekanan sehingga jika volume meningkat maka compliance meningkat
Cth :
Emfisema volume besar compliance tinggi dan elastic turun
Fibrosis volume rendah compliance pasti turun
Difusi
Proses perpindahan O2 dari alveolus ke kapiler
Komponen difusi :
- Surfaktan
- Dinding alveolus
- Jaringan interstial
- Endotel kapiler
- Plasma (hemokonsentrasi) penurunan difusi
- Eritrosit
Penting :
- Pada emfisema terjadi keruskaan dialveolus, nmaun struktur saluran napas kecil juga ikut rusak, sehingga
tidak hanya compliance yang meningkat namun tahanan jalan napas juga meningkat
Perfusi:
Distribusi darah diparu
Gangguan pada perfusi : emboli, perlambatan aliran
CTH : ada obstruksi di kanan makan responnya ventilasi dan perfusi disebalah kiri akan meningkat untuk
mempertahankan nilai tetap 0.8
Geser kanan
Afinitas turun
Ket :
shift to left
- Penurunan 2,3 DPG
- Alkalosis ( H+ turun (pHmeningkat)
- Temp turun
- Berada ditempat tinggi tekanan O2 turun sehingga O2 tidak dilepas
- Muntah berlebihan
- Keracunan CO
- polisitemia
shift right
- peningkatan 2,3 DPG
- acidosis (H= meningkat, pH menurun
- Temp meningkat
- Peningkatan CO2
- Anemia
DO2 ; COxCaO2x10
--berbanding lurus dgn CaO2
NB
Shunt diberikan O2 – tidak berpengaruh Karena ; ventilasi terganggu darah tidak terventilasi
ATLET
Difusi meningkat
Perfusi meningkat
Ventilasi normal
Klasifikasi
ILD
Idiopathic Intertial Pneumonia (IIP) Non IIP
1. Mayor 1. Pennyebab diketahui
- Kronik Penyakit kolagen
Idiopathic Pulmonary Fibrosis (IPF) Obat
Nonspesific Interstitial Pneumonia (NSIP) Paparan dilingkungan kerja
- Related Smoke
Respiratory Bronchiolitis ILD (RB-ILD) bersifat 2. ILD granulomatosa
reversible Sarkoidosis
Desquamative Interstitial Pneumonia (DIP)
- Akut/subacute 3. ILD bentuk lain
Acute Interstitial Pneumonia (AIP) LAM ( Lymphangioleiomiomatosis)
Criptogenic Organizing Pneumonia (COP) PLCH ( Pulmonary Langerhans cell histiosit)
2. Jarang terjadi pada perokok usia muda
Lymphositic Interstitial pneumonia
Idiopatic Pleuroparenchimal Fibroelastis
3. Unclassifiable
IPF
Bersifat progresif dan irreversible
Onset >50 tahun
Dry chronic cough
HRCT : alveolar dan reticular (basal) bilateral dan subpleural
Terapi :
- Pirfenidone (antifibrotik): diberikan dengan ekskalasi bertahap, dosis optimal 600mg. efek samping
fotosensitivitas
- Nintedanib : 150mg 2x1 ( anti VEGF dan anti FGF)
- Transplantasi paru
- Non farmokologi : oksigen dan reahbilitasi paru
- Kolkisin
- Steroid
- N-asetil sistein
Komplikasi CPC
5 year survival rate: 20%--> rata-rata angka tahan hidup ( 2,5-3,5 th)
CPEF (Combine Pulmonary Emphysema &fibrosis) IPF yang sering bersamaan dengan emfisema, dijumpai
adanya ronkhi basah dan tanda obstruksi
Sarkoidosis
- Usia dewasa muda dan pertengahan
- Pembesaran KGB pada CXR terlihat pembesaran hilus bilateral
- Terdapat gejala sistemik
- BAL CD4/CD8 >4
- Terapi :prednisolon 0.5mg/Kg/H selama 4 minggu turunkan dosis 6-24 minggu. Boleh ditambahkan
bifosphonat untuk meminimalkan osteoporosis akibat steroid
NB :
- Cairan Bal putih susu pulmonary alveolar proteinosis (PAP)
- Jika Limfosit BAL :
>50% : pneumonitis hipersensitif
>25%: granulomatus (sarkoidosis,beriliosis)
Pneumonitis hipersentsitif akut : limfosit >50%, netrofil >3% dan eosinofil >3%
Alur Diagnosis
ILD
HRCT
Obstrusi sleep apnea frekuensi obstruksi apnea dan hiponea >5 jam selama ≥10 detik menyebabkan desaturasi
oksigen
Obsruksi sleep hipopnea frekuensi obstruksi >15x/jam >10 detik vol tidal turun >50% dan desaturasi
Factor resiko :
- Umur 40-70th
- Laki-laki lebih sering dari wanita
- Familial
- Obesitas, overweight Gejala saat bangun
- Alcohol - Mengantuk
- Malformasi kraniofacial - Pusing
- Penurunan konsentrasi
Gejala saat tidur - Depresi
- Mengorok - Gerd
- Mulut kering - Bangun tidak segar
- Terlihat seperti henti napas
- Tersedak
Derajat OSA
1. Ringan AHI: 5-15
2. Sedang AHI >15-30
3. Berat AHI >30
Diagnosa :
- Polisomnografi AHI ≥5 + ≥2 gejala saat tidur
Tatalaksana:
- Perubahan gaya hidup
- Bedah
- Alat bantu ( CPAP, BiPaP, oral appliance, cervical colar)
Indikasi CPAP:
- AHI ≥15
- AHI ≥5 disertai gejala
Spirometer sudah kalibrasi (alat dikaliberasi 1x sehari sebelum pemeriksaan dimulai, minimal 1x
dalam seminggu.
mouth piece,
penjepit hidung
Alat Pengukur TB dan BB
3. Persiapan pasien: Inform concent
Memastikan pasien memenuhi persiapan pemeriksaan Spirometri
kondisi umum pasien baik (TD, RR, HR, SatO2)
Tidak menggunakan gigi palsu
Tidak menggunakan pakaian ketat
Tidak makan terlalu kenyang 2 jam sebelum pemeriksaan
Tidak merokok 2 jam sebelum pemeriksaan
Tidak menggunakan obat bronkodilator kerja singkat 8 jam dan kerja lama 24 jam sebelum tindakan
- Menjelaskan tujuan pemeriksaan kepada pasie n.
Menilai status faal paru (normal, restriksi, onstruksi, campuran)
Evaluasi pengobatan
Evaluasi perjalanan penyakit
Evaluasi prognosis
Mennetukan toleransi tindakan bedah
4. Mengukur TB dan BB dengan benar (pastikan sepatu, jaket topi pasien dilepas)
5. Mengisi data pasien meliputi :
Nama ,
Umur,
jenis kelamin,
Berat Badan (kg),
Tinggi Badan (cm),
Ras
6. Menyambungkan mouth piece ke Spirometri dengan TISSUE
7. Menjelaskan dan PERAGAKAN kepada pasien melakukan manuver SVC atau FVC
KV Pada prosedur lambat, bapak bernapas biasa beberapa kali (2-3x) kemudian
nanti saya minta bapak menghirup napas dalam setelah itu, bapak keluakan napas secara perlahan
semaksimal mungkin sampe habis
KVP prosedur cepat , bapak bernapas biasa beberapa kali (2-3x) kemudian
Saya minta bapak menghirup napas dalam setelah itu, keluakan napas secara sekuat-kuatnya secepat
cepatnya dan sehabis-habisnya
Alat ;
Bronkoskopi dengan satu unit dengan “light source’ harus berfungsi baik
Unit penyedot berfungsi baik
Bahan-bahan dan alat lain: lidocain, xylocain spray, NS 0,9%,adrenalin
Obat-obat gawat darurat: NaCl 0,9% dingin, darenalin, deksametason, sulfas atropin,
bronkodilator harus tersedia
Pasien ;
Informed Concent akan dilakukan pemeriksaan bronkoskopi untuk menilai kondisi saluran napas
dan cabang-cabangnya.
2. “Pak, FOBnya dimulai ya’. Alat bronkoskopi dicek dulu sumber cahayanya.
Bronkoskopi menyusuri pangkal lidah, faring, laring, sampai plika vokalis
edukasi : bapak tetap pausa selama 2 jam, sampai lidah tidak terasa baal
ya pak
7. Posisi tangan/tubuh (@5 nilai)
Posisi tubuh
Posisi tangan
Pengendalian alat
8. Navigasi (@ 5 nilai)
Bronkoskopi selalu di tengah
Tidak menabrak dinding bronkus/trakea
9. Sebutkan kelainan pada foto ( ujian kemarin pake video mulai dr trakea)
Evaluasi perdarahan di lokasi tindakan dan nilai sisi yg sehat ( intip aja) ( untuk nilai
perdarahantidak adacabut bronkoskop keluar perlahan ‘Pak FOBnya sudah
selesai”, buka tutup mata dan mouth piece KIE ke apsien: bapak tetap pausa selama 2
jam, sampai lidah tidak terasa baal ya pak
Nilai hemodinamik dan suara napas pasien
Pak hasil pemeriksaan bapak saat ini bapak belum ada bukti resistensi terhadap injk
lini 1 dan quinolon, tidak ada riw konsumsi injeksi lini 2 dan quinolon tidak ada
riwayat kontak dan hasil darah tidak ada permasalahan untuk pengbatan jangka
pendek.
Bapak minum obat jangan putus. Minum dan suntik didepan petugas kesehatan ya
pak,. Pengobatan ini ada efek samping mulai ringan- berat mual,muntah, nyeri
kepala, kebas-kebas dan nyeri otot, hinggan telinga berdengin, ganguan
pendengaran, penglihatan dan gangguan ginjal serta tiroid.
Sehingga bapak akan kita lakukan follow up perbulan ( klinism dan untuk
pemeriksaan dahak, EKG dan darah) Pengobatan bapak bisa saja berubah
tergantung respon terapi apakah jangka pendek bs terus berlanjut hingga sembuh
atau kita rubah ke terapi lain bergantung hasil dahak yang kita tanam dan beratnya
efek samping yang bapak alami
6 Tanyakan apakah ada hasil DST setelah pengobatan 1 bulan ke pada penguji?
7. Rubah regimen jika PRE XDR atau XDR
XDR
12 Eto-Cs-Cfz-Lnz-6Bdq-Z(E)/12 Eto-Cs-Cfz-Lnz-Z(E)
8 Edukasi tambahan
- Menggunakan masker
- Jangan buang dahak sembarangan
- Makan makanan bergizi (putih telur minum susu)
- Berjemur di matahari pagi
- Jika ada keluarga yang batuk langsung di periksa ya pak
- Jika ada efek samping jangan stop obat. Bapak datang berobat ya pak
- Ada yang ingin bapak tanyakan?
4. Diagnosis
Jelaskan diagnosis berdasarkan hasil PA lengkap dengan Staging dan PS
Jika Adeno Ca
Pak diagnose bapak kanker paru
Butuh pemeriksaan EGFR apa bapak bersedia?
5. Tatalaksana
Jika tidak bs operasi
EGFR (+) bs TKI
Pak hasil pemeriksaan menunjukkan bapak bisa diobati dengan obat makan. Pengobatan bertujuan
untuk mematikan sel-sel kanker dan meningkatkan kualitas hiudp. Obat diminum setiap hari jangan
putus ya pak.
Obat ini diminum seumur hidup.
Obatnya ada beberapa efek samping, mulai dari mual, jerawatan, gatal-gatal dikulit, kerusakan kuku
dan diare.
Selama bapak minum obat ini akan kita lakukan follow up gejala perbulan dan follow up CT-sacn (
recist ) per 3 bulan ya pak. Apakah bapak bersedia di obati INFORM CONCENT
Ada yang ingin bapak tanyakan.
Jika bertanya survival jelaskan minum obat ini bisa terjadi progresifitas dalam 9-11 bulan setelah
konsumsi. Nanti akan kita evalusi dan tanggulangi.
Kemo
Resep kemo
Sesuai alamat
Berhenti merokok
Makan makanan bergizi ( sayur buah)
Jika ada efek saamping contro
Rehabilitasi parul
Penatalaksanaan
2
Decompresi di ICS II LMC kanan/kiri dilanjutkan pemasangan Thorax drain
Inform Concent
Pak ada udara di lapisan pembunngkus paru bapak, sehingga paru-paru bapak kempes,
3
jadi harus dilakukan penusukan untuk mengeluarkan udara semntara dilanjutkan
pemasangan selang dada. - bisa menimbulkan nyeri, Apakah bapak bersedia.
Melakukanpersiapanpasien : (@ 1 nilai)
4 Mengukur vital sign pasang monitor
Memasang IV Line &Oksigen
Mempersiapkanalatdanobat : (@ 1 nilai)
Trokar& Cannula atausejenisnya
Selangpenyambungsteril
5 Botol WSD atausejenisnya
Minor surgery set steril
Lidocaininj, Spuit 10 cc, Gaassteril, Betadine SOL, Alkohol 96%, Benangjahitkulit No :
1, Jarumjahitkulit, pisau No : 11, Plester, DVK Steril.
Persiapan Dokter
6
Cuci tangan pke apd
7 Tentukan Lokasi decomprresi
8 Lakukan decompresi
Prosedur Pemasangan Chest Tube
9
Tentukan Lokasi dengan Marker
Melakukantindakandesinfeksi(@ 5 nilai)
10 Melakukandesinfeksi lokasi dengan betadine dan alkohol 96%
Tutup dengan Duk Steril
11 Melakukan anestesi lokal,dilanjut kan proef punksi
23 Menentukanmetodedrainaseselanjutnya
2. INFEKSI ONKO
Kasus pasien masuk dengan sepsis ec pneumonia. follow up foto torkas tampak gambaran yang
masih homogeny konsolidasi kesan massa
Pada CBD ini sudah tertera lngkap anamnesis dan pemfis( nilai qsofa) sebutkan diagnose dan
tatalaksana ( tatalaksana sepsis) kuasai urutan tatalaksana sepsis dan pilihan antibiotic pada
pneumonia kuasai.
Setelah diberikan terapi minta pemeriksaan penunjang mendukung (skor sofa), dan foto serial.
Setelah itu masuk ke kasus onkonya minta pemeriksaan lnngkap. Kuasai staging dan tatalaksana (
baik tatlaksa berdasarkan staging dan tatalaksana stadium lanjut dengan Target trapi.
3. PARUKERJA-IMUN
Kasus : asma kerja
Ingat langkah2 diagnosis paru kerja, pencegahan paru kerja
Anamnesis yang di perlukan sesuai gjala pada asma kerja sebaiknya ditayakan.
Kuasai DD asma kerja ( dan kuasai pemeriksaan apa yng dibutuhkan untuk menyingkirkan DD)
Pada asma kerja ingat imunologi asma kerja ada (sensitasi BM rendah dan BM tinggi, serta ada yg
iritan),
Kuasai pathogenesis asma dari berbagai fenotipe. Karena ada beberapa penguji yang menanyakannya
Kuasai tatalaksana asma berdasarkan gina